analisis kasus

27
Tugas Akhir Pidana Kelas Hukum Pidana B - Semester Genap 2011 oleh Salma Izzatii, 1006688256 Instruksi Buatlah sebuah analisis kasus dengan teori-teori yang sudah diajarkan. Kasus Analisis Pelaku kejahatan dalam hal ini dapat dikenakan pasal 338 jo. 65 KUHP dan Pasal 181 KUHP. Pasal 338 KUHP berbunyi: Page 1 of 27 KRIMINALITAS Dua Orang Pemuda Bunuh Satu Keluarga Palangkaraya, Kompas – MJ (53) dan AF (40) akhirnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan atas satu keluarga yang terdiri sari suami, istri dan anak. Pembunuhan sebenarnya terjadi pasa 2003, tetapi baru terungkap bulan ini karena semua saksi peristiwa itu diancam akan dibunuh oleh tersangka. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Kalteng Ajun Komisaris besar Terr Pratiknyo di Palangkaraya, Selasa (19/4) menuturkan, ketiga korban tewas itu adalah Taiwan, istrinya, hernema, serta anak mereka, Oro Aro. Saat pembunuhan terjadi, Taiwan berumur 53 tahun, Hernema 35 tahun, dan Oro 5 tahun. Pembunuhan bermula dari perebutan gerobak antara MJ dengan Taiwan. Perebutan berlanjut menjadi pertengkaran lali menghebat menjadi perkelahian yang kemudian melibatkan AF, kawan MJ. Saat itu, MJ dan AF bersenjata parang, sementara Taiwan hanya memegang kayu. Taiwan akhirnya tewas karena bacokan parang MJ dan AF. Istri dan anak korban yang kebetulan berada di tempat kejadian perkara lalu melarikan diri, tetapi dikejar oleh MJ dan AF dan dibunuh pula. Kejadian itu berlangsung di Jalan Palangkaraya – Tumbang Talaken, Desa Fajar Harapan. Oleh MJ dan AF, para korban lalu dikubur dalam sebuah lubang di lahan eks pengusahaan hutan sekitar 650 meter dari tempat kejadian. Ketika itu ada tiga orang yang sempat melihat pembunuhan

Upload: sabil-harasemesta

Post on 30-Nov-2015

288 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Akhir PidanaKelas Hukum Pidana B - Semester Genap 2011

oleh Salma Izzatii, 1006688256Instruksi

Buatlah sebuah analisis kasus dengan teori-teori yang sudah diajarkan.

Kasus

Analisis

Pelaku kejahatan dalam hal ini dapat dikenakan pasal 338 jo. 65 KUHP dan Pasal 181 KUHP.

Pasal 338 KUHP berbunyi:

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”

Pasal 65 KUHP berbunyi:

“(1) Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka hanya dijatuhkan satu pidana.

Page 1 of 20

KRIMINALITASDua Orang Pemuda Bunuh Satu KeluargaPalangkaraya, Kompas – MJ (53) dan AF (40) akhirnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan atas satu keluarga yang terdiri sari suami, istri dan anak. Pembunuhan sebenarnya terjadi pasa 2003, tetapi baru terungkap bulan ini karena semua saksi peristiwa itu diancam akan dibunuh oleh tersangka.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Kalteng Ajun Komisaris besar Terr Pratiknyo di Palangkaraya, Selasa (19/4) menuturkan, ketiga korban tewas itu adalah Taiwan, istrinya, hernema, serta anak mereka, Oro Aro. Saat pembunuhan terjadi, Taiwan berumur 53 tahun, Hernema 35 tahun, dan Oro 5 tahun.

Pembunuhan bermula dari perebutan gerobak antara MJ dengan Taiwan. Perebutan berlanjut menjadi pertengkaran lali menghebat menjadi perkelahian yang kemudian melibatkan AF, kawan MJ. Saat itu, MJ dan AF bersenjata parang, sementara Taiwan hanya memegang kayu. Taiwan akhirnya tewas karena bacokan parang MJ dan AF.

Istri dan anak korban yang kebetulan berada di tempat kejadian perkara lalu melarikan diri, tetapi dikejar oleh MJ dan AF dan dibunuh pula. Kejadian itu berlangsung di Jalan Palangkaraya – Tumbang Talaken, Desa Fajar Harapan.

Oleh MJ dan AF, para korban lalu dikubur dalam sebuah lubang di lahan eks pengusahaan hutan sekitar 650 meter dari tempat kejadian. Ketika itu ada tiga orang yang sempat melihat pembunuhan itu, yakni UI (60), PJ (25), dan ES (23), tetapi mereka juga diancam akan dibunuh jika mebeberkan peristiwa itu.

“Kami baru menerima laporan mengenai kasus tersebut tahun 2009 dari keluarga korban. Pihak keluarga berani melapor karena saksi-saksi sudah mau memberikan keterangan,” kata Terr.

Pekan lalu polisi sudah membongkar tempat pemakaman para korban guna penelitian lebih lanjut. Adapun MJ dan AF yang sebelumnya sudah ditahan dalam kasus ijazah palsu, kini diperiksa secara intensif.

(2) Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum pidana yang diancamkan terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga.”

Pasal 181 KUHP berbunyi:

“Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”

Uraian unsur-unsur:

Pasal 338 KUHP

1. BarangsiapaBarangsiapa berarti menunjuk pada subjek hukum. Subjek hukum adalah pengemban hak dan kewajiban hukum. Subjek hukum dapat berupa orang (naturlijk person) ataupun badan hukum. Dalam kasus ini, subjek hukum adalah MJ dan AF. Jadi, unsur ini terpenuhi.

2. Sengaja“Sengaja” memilki dua unsur, yaitu willen (menghendaki) dan wetens (mengetahui). Menghendaki berarti si pelaku menghendaki akibat dari perbuatannya itu (contoh: membunuh berakibat hilangnya nyawa orang lain). Mengetahui berarti si pelaku mengetahui bahwa perbuatannya adalah dilarang oleh undang-undang (UU). Ada dua teori sengaja, yaitu:i. Teori kehendak (Wils theorie)

Opzet ada apabila perbuatan dan akibat suatu delik dikehendaki si pelaku. ii. Teori bayangan (Voorstellings theorie)

Opzet ada apabila si pelaku pasa waktu mulai melakukan perbuatan, ada bayangan yang terang bahwa akibat yang bersangkitan akan tercapai, maka dari itu ia menyesuaikan perbuatannya dengan akibat itu.

“Sengaja” dibagi dalam tiga macam:

i. Sengaja sebagai maksud/tujuanApa yang dilakukan dan menjadi akibat pelaku memang adalah tujuannya. Perbuatan tidak akan dilakukan apabila si pelaku tahu akibat perbuatannya tidak akan terjadi. Contoh: A mencekik B sampai mati dan menyebabkan kematian B.

ii. Sengaja sebagai kesadaran kepastianSi pelaku yakin bahwa akibat yang dimaksudkannya tidak akan tercapai yanpa terjadinya akibat yang tidak dimaksud. Contoh: Demi menadapatkan uang insuransi kapal, A harus meledakkan kapalnya dan mencelakakan awak kapal. Mencelakakan awak kapal ini adalah sengaja sebagai kesadaran kepastian.

Page 2 of 20

iii. Sengaja sebagai kesadaran kemungkinanSi pelaku menyadari perbuatannya mungkin akan menimbulkan akibat ini. Contoh: A ingin meracun B yang suka makan bersama C. A akhirnya meracun B, dan C yang ikut makan bersama B pun ikut keracunan. Ada dua macam sengaja sebagai keinsyafan kemungkinan:a. Sengaja dengan kemungkinan sekali terjadib. Dolus eventualis

Si pelaku bersedia mengambil resiko yang terlalu besar.

Dalam kasus ini, MJ dan AF menghendaki terbunuhnya Taiwan, Hernema dan Oro Aro dan mengetahui pembunuhan adalah dilarang oleh UU. MJ dan AF juga memenuhi ‘sengaja sebagai tujuan’ karena MJ dan AF memang bertujuan membunuh Taiwan, Hernema dan Oro Aro. Jadi, unsur ini terpenuhi.

3. Merampas nyawa orang lainIni berarti menghilangkan nyawa orang lain. MJ dan AF menghilangkan nyawa Taiwan, Hernema, dan Oro Aro. Jadi, unsur ini terpenuhi.

Jadi, MJ dan AF dapat dikenakan Pasal 338 KUHP.

Pasal 65 KUHP:

1. Perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatanMJ dan AF telah melakukan tiga pembunuhan. Tiap pembunuhan itu: pembunuhan terhadap Taiwan, pembunuhan terhadap Hernema dan pembunuhan terhadap Oro Aro dianggap sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri.

2. Yang diancam dengan pidana pokok yang sejenisPembunuhan diancam dengan pidana penjara.

Pasal 65 KUHP termasuk dalam ajaran Penggabungan Tindak Pidana.

Penggabungan tindak pidana berarti penggabungan beberapa tindak pidana, yang dilakukan dengan satu atau lebih dari satu perbuatan, dan di antara beberapa tindak pidana itu belum ada putusan hakim, dan beberapa tindak pidana itu akan diadili sekaligus.

Dalam KUHP ada 3 pengelompokkan penggabungan tindak pidana:

1. Concursus idealisSatu perbuatan melanggar beberapa pasal. Contoh: Memperkosa perempuan di taman dapat dikenakan pasal pemerkosaan dan penggangguan ketertiban umum.

2. Perbarengan tindakan berlanjut

Page 3 of 20

Antara perbuatan-perbuatan tersebut ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut. Contoh: Mencuri TV dengan mengambil parts-nya.

3. Concursus realisPerbuatannya tidak hanya satu, tapi perbuatan-perbuatan itu belum disidangkan.

Dalam kasus ini, MJ dan AF melakukan tiga pembunuhan, maka ini termasuk dalam kategori concursus realis.

Concursus realis, menurut doktrin, dibagi menjadi dua:

1. Concursus realis homogeniusMelakukan beberapa perbuatan dan perbuatan-perbuatan tersebut melanggar suatu ketentuan pidana beberapa kali.

2. Concursus realis heterogeniusMelakukan beberapa perbuatan dan perbuatan-perbuatan tersebut melanggar beberapa ketentuan pidana yang berbeda.

Dalam kasus ini, MJ dan AF melakukan tiga pembunuhan, maka termasuk dalam concursus realis homogenius.

Jadi, kasus ini memenuhi unsur pasal 65 KUHP penggabungan tindak pidana karena MJ dan AF membunuh tiga orang dan di antara tindak-tindak pidana itu belum ada keputusan hakim dan ancaman pidananya adalah sama yaitu penjara.

Penyertaan dalam perbuatan pidana

Penyertaan dalam perbuatan pidana atau deelneming adalah ajaran umum yang dibuat untuk menuntut perbuatan mereka yang memungkinkan pelaku melakukan tindak pidana. Mereka tetap dimintakan pertanggungjawaban karena tanpa adanya bantuan mereka, tindak pidana tersebut tidak akan terjadi, walaupun mereka tidak memenuhi semua unsur tindak pidana.

Penyertaan diatur dalam Bab V KUHP:

Page 4 of 20

Penyertaan

Pasal 55 KUHP (dianggap sebagai pelaku)

Melakukan (Pleger)

Menyuruh melakukan (Doenpleger)

Turut serta melakukan (Medepleger)

Membujuk melakukan (Uitlokker)

Pasal 56 KUHP (pembantu lakuan)

Sengaja memberi bantuan saat kejahatan dilakukan

sengaja memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan kejahatan

Penyertaan yang dianggap sebagai pelaku:

1. Melakukan (pleger)Adalah orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur tindak pidana.

2. Menyuruh melakukan (doen pleger)Melakukan perbuatan pidana dengan perantaraan orang lain sebagai “alat”. Yang menyuruh disebut ‘pelaku tidak langsung’ atau ‘aktor intelektual’. Yang disuruh adalah ‘pelaku langsung’ atau ‘manus ministra’. Persyaratan:i. Alat yang dipakai adalah manusiaii. Orang tersebut melakukaniii. Orang tidak dapat dimintakan pertanggungjawabaniv. Kehendak ada di penyuruhv. Penyuruh yang dimintakan pertanggungjawaban

Orang yang disuruh tidak dapat dipidana dan yang menyuruh dianggap sebagai pelaku, seolah-olah dia melakukan tindak pidana itu sendiri.

Tidak dapat dipertangungjawabkan: Pasal 44, 45, 48, 51 (2), Avas, Putatif delict.

Contoh: A memiliki niat melakukan tindak pidana kepada B karena dendam. A menyuruh B melakukannya dan B ini tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya (mengira perintah jabatan yang sah, lemah akal, gila).

3. Turut serta melakukan (medepleger)Dengan sengaja turut mengerjakan sesuatu yang dilarang menurut UU. Turut melakukan suatu tindak pidana:i. Mereka memenuhi semua rumusan delikii. Salah satu memenuhi semua rumusan delikiii. Masing-masing hanya memenuhi sebagian rumusan delik.

Syarat:

i. Kerjasama secara sadar (bewuste samenwerking): mengetahui dan merencanakan bersama.

a. Menyadari akan niat melakukan tindak pidanab. Menyadari akan melakukannya bersama samac. Kesadaran tidak perlu timbul jauh sebelum tindak pidana, tetapi dapat timbul

saat terjadinya peristiwa. ii. Pelaksanaan secara fisik: pembagian-pembagian tugas.

Semua anggota memiliki andil, meskipun tidak perlu semua peserta memenuhi unsur tindak pidana.

iii. Tujuan bersama4. Membujuk melakukan (uitlokker)

Page 5 of 20

Orang yang membujuk orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan saran yang ditentukan oleh UU. Syarat: i. Kesengajaan untuk membujuk orang lain melakukan tindak pidana. ii. Upaya pembujukan limitative ditentukan dalam pasal 55 (2)iii. Kehendak pelaku timbul akibat bujukaniv. Pelaku melakukan perbuatan mana yang dikehendaki oleh pembujuk. v. Pelaku harus dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara menggerakan:i. Memberikan sesuatuii. Memberikan janjiiii. Menyalahgunakan kekuasaan atau martabativ. Kekerasan (walaupun dalam tahap ringan)v. Ancaman atau penyesatanvi. Kesempatanvii. Saranaviii. Keterangan

Pembujukan menurut doktrin:

i. Pembujukan sampai taraf percobaan Sudah dilakukan, tetapi sampai tahap percobaan saja.

ii. Percobaan yang gagalYang terbujuk mengurungkan niatnya.

iii. Pembujukan tanpa akibat:Pelaku sama sekali tidak terbujuk untuk melakukan delik.

Tanggungjawab pembujuk (pasal 55 (2)):

Pembujuk hanya bertanggungjawab atas perbuatan yang dibujuk olehnya dan akibat-akibatnya.

Dalam kasus ini, MJ adalah Pelaku (pleger) dan AF adalah Pelaku turut serta melakukan (medepleger).

MJ memenuhi semua unsur perumusan delik.

AF dengan sengaja turut melakukan sesuatu yang dilarang oleh UU, yaitu dalam kasus ini adalah membunuh. AF dengan sadar bekerja sama dengan MJ membunuh Taiwan, Hernema dan Oro Aro dan ia turut melakukannya secara fisik, daan memiliki tujuan bersama yaitu membunuh Taiwan, hernema, dan Oro Aro.

Page 6 of 20

Tempus delicti

Kenapa tempus delicti penting?

1. Kaitannya dengan Pasal 1 KUHPUntuk menetukan apakah sudah adanya aturan yang mengatur suatu tindakan pidana sebelum tindak pidana itu dilakukan.

2. Kaitannya dengan aturan tentang daluwarsaUntuk menentukan kapan tenggang daluwarsanya.

3. Kaitannya denga ketentuan mengenai pelaku tindak pidana anak: Pasal 45, 46, 47 KUHP atau UU Pengadilan Anak

Teori tempus delicti:

1. Teori perbuatan fisikMenentukan waktu terjadinya kasus menurut perbuatan fisik yang dilakukan. Sering dipakai di delik formiel.

2. Teori bekerjanya alat yang digunakanMenentukan waktu terjadinya kasus menurut waktu bekerjanya alat yang digunakan.

3. Teori akibatMenentukan waktu terjadinya delik menurut waktu timbulnya akibat. Sering dipakai di delik materiel.

4. Teori waktu yang jamakMenentukan waktu terjadinya delik ketika ada 3 pilihan waktu di atas, hakim harus memilih satu.

Dalam kasus ini, pembunuhan adalah delik materiel sehingga dipakai tempus delicti teori akibat. Taiwan, Hernema dan Oro Aro meninggal pada tahun 2003, jadi ditetapkan waktu delik adalah 2003.

Locus delicti

Locus delicti adalah penting untuk menentukan hukum mana yang diberlakukan dan kewenangan relative antara pengadilan wilayah satu dengan lainnya.

Teori locus delicti:

1. Teori perbuatan fisikMenentukan tempat terjadinya kasus menurut perbuatan fisik yang dilakukan. Sering dipakai di delik formiel.

2. Teori bekerjanya alat yang digunakanMenentukan tempat terjadinya kasus menurut waktu bekerjanya alat yang digunakan.

3. Teori akibat

Page 7 of 20

Menentukan tempat terjadinya delik menurut waktu timbulnya akibat. Sering dipakai di delik materiel.

4. Teori tempat yang jamak Menentukan tempat terjadinya delik ketika ada 3 pilihan tempat di atas, hakim harus memilih satu.

Dalam kasus ini, pembunuhan adalah delik materiel sehingga dipakai locus delicti teori akibat. Taiwan, Hernema dan Oro Aro meninggal di Jalan Palangkaraya – Tumbang Talaken, Desa Fajar Harapan, jadi ditetapkan waktu delik adalah Jalan Palangkaraya – Tumbang Talaken, Desa Fajar Harapan..

Jenis delik:

1. Delik kejahatan dan delik pelanggaranPembunuhan diatur dalam buku II KUHP tentang Kejahatan, sehingga pembunuhan termasuk dalam kejahatan.

2. Delik materiil dan delik formilPembunuhan adalah delik yang menitikberatkan pada akibat, yaitu hilangnya nyawa orang lain, sehingga termasuk dalam delik materiil. Delik formiel adalah yang dititikberatkan pada perbuatan fisiknya, delik dianggap selesai saat perbuatan fisik dilakukan. Contoh: pemerkosaan.

3. Delik komisi dan delik omisiDelik komisi adalah delik yang dilakukan dengan cara berbuat, sehingga pembunuhan termasuk dalam delik komisi. Delik omisi adalah delik yang dilakukan dengan cara tidak berbuat, contohnya tidak menolong orang yang memerlukan pertolongan.

4. Delik dolus dan delik culpaDolus berarti sengaja, dalam kasus ini AF dan MJ sengaja membunuh Taiwan, Hernema dan Oro Aro.

5. Delik biasa dan delik aduanDelik biasa adalah delik yang bisa dilaporkan oleh siapa saja dan kemudian ditindak lanjuti oleh pihak berwenang. Pembunuhan adalah delik biasa.Delik aduan adalah delik yang hanya bisa ditindaklanjuti oleh pihak berwenang apabila ada aduan dari korban.

6. Delik yang berdiri sendiri dan delik berlanjutPembunuhan adalah delik yang berdiri sendiri, sehingga kasus ini merupakan delik yang berdiri sendiri. Delik berlanjut adalah delik yang mengambil beberapa rentang waktu untuk selesai, contoh penculikan.

7. Delik tunggal dan delik berangkaiDelik tunggal adalah delik yang terdiri dari satu tindak pidana, kasus ini adalah delik tunggal.

Page 8 of 20

Delik berangkai terdiri dari beberapa tindak pidana yang saling berkaitan. 8. Delik sederhana dan delik berkualifikasi atau berprivilege

Pasal 338 yang dikenakan terhadap MJ dan AF adalah delik sederhana. Delik berkualifikasi adalah delik yang ditambah syarat untuk diperberat, contoh pasal 340 KUHP. Delik berprivilege adalah delik yang diringankan.

9. Delik propia dan delik komunDelik propia adalah delik yang hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu. Delik komun adalah delik yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Pembunuhan dalam hal ini adalah delik komun.

10. Delik politik dan delik komunDelik politik adalah delik yang melibatkan unsur politik. Delik komun adalah delik yang tidak berhubungan dengan unsur politik. Pembunuhan dalam hal ini tidak berhubungan dengan unsur politik sehingga merupakan delik komun.

Pengulangan tindak pidana (recidive)

Recidive menurut KUHP:

tidak diatur secara umum dalam Buku I, tetapi diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana tertentu baik dalam buku II maupun buku III

Pemberatan pidana karena Recidive hanya dikenakan pada pengulangan jenis2 tindak tertentu saja dan yg dilakukan dalam tenggang waktu tertentu.

1. Recidive Kejahatan

a. Recidive terhadap kejahatan-kejahatan tertentu yang “sejenis”

Diatur secara tersebar dalam pasal 137 (2), 144 (2), 155 (2), 157 (2), 161 (2), 163 (2), 208 (2), 216 (3), 321 (2), 393 (2) dan 303 bis (2).

Pada umumnya pasal-pasal tersebut mensyaratkan :

1) kejahatan yang diulangi harus sama atau sejenis dengan kejahatan yang terdahulu;

2) harus sudah ada putusan hakim berupa pemidanaan yang telah berkekuatan hukum tetap;

3) melakukan kejahatan sebagai mata pencaharian (khusus ps 216, 303 bis dan 393 syarat ini tidak ada);

4) dilakukan dalam tenggang waktu tertentu sesuai pasal yang bersangkutan :

Page 9 of 20

a) 2 tahun sejak adanya keputusan hakim tetap (khuss psl 137, 144, 208, 216, 303 bis dan 321); atau

b) 5 tahun sejak adanya keputusan hakim tetap (pasl 155, 157, 161, 163 dan 393)

Mengenai Pemberatan pidana, berbeda – beda :

1) diberikan pidana tambahan

2) pidana ditambah sepertiga (pasal 216)

3) pidana penjara dilipatkan 2 kali (psl 393)

b. Recidive terhadap kejahatan-kejahatan tertentu yg dalam “kelompok Jenis”

Diatur dalam pasal 486, 487 dan 488 KUHP.

Pada umumnya pasal-pasal tersebut mensyaratkan :

1) kejahatan yang diulangi harus dalam satu kelompok jenis;

2) harus sudah ada putusan hakim berupa pemidanaan yang berkekuatan hukum tetap.

3) Pidana terdahulu harus berupa penjara.

4) Dalam tenggang wakt tertentu:

a) belum lewat 5 tahun

-sejak menjalani seluruh atau sebagian pidana penjara yg dijatuhkan terdahulu;

-sejak pidana penjara tersebbut sama sekali dihapuskan;

b) belum lewat daluwarsa kewenangan menjalankan pidana

Pidana : Maksimal ancaman pid ditambah 1/3

-Untuk pasal 486 dan 487 pemberatan hanya terhadap pidana penjara

-Untuk pasal 488 bisa terhadap semua jenis pidana

Kelompok kenis yg dimaksud adalah :

a) dalam pasal 486 (berupa kejahatan terhadap harta benda dan pemalsuan)

Page 10 of 20

pemalsuan mata uang (244-248), pemalsuan surat (263-264), pencurian (362, 363, 365), pemerasan (368), Pengancaman (369), penggelapan (372, 374, 375), penipan (378), kejahatan jabatan (415, 417,425, 432), penadahan (480,481).

b) dalam pasal 487

penyerangan dan makar (131,140,141), pembunhan (338,339,340) pembunuhan anak (341,342), eutanasia (344) abortus (347,348) penganiayaan (351, 33, 354,355), pembajakan (438-443), insbordinasi (459-460).

c) dalam pasal 488

penghinaan thd Pres/Wapres (134-137), penghinaan kpl negr sahabat (142-144), penghinaan penguasa (207-208), penghinaan umum (310-321), kej penerbitan (483-484).

2. Recidive Pelanggaran

Ada 14 jenis pelanggaran : psl 489, 492, 495, 501, 512, 516, 517, 530, 536, 540, 541, 544, 545, dan 549.

Umumnya memuat syarat :

a. pelanggaran harus sama / sejenis;

b. Sudah ada putusan hakim berupa PEMIDANAAN yg telah berkekuatan tetap;

c. Tenggang waktu pengulangan :

-1 tahun utk psl 489, 492, 495, 536, 540, 541, 544, 545, dan 549.

-2 tahun utk psl 501, 512, 516, 517, dan 530.

Catatan :

-perhatikan aturan dalam psl 536, 492 (2), 540 (2), dan 541 (2).

-Bentuk pemberatan mengikuti aturan tiap2 psl ybs. Namun umumnya denda ditingkatkan menjadi kurungan, atau pidana dilipatkan 2 kali.

Dalam kasus ini, MJ dan AF tidak dapat dikenakan recidive. Karena, MJ dan AF belum pernah memiliki riwayat kejahatan pembunuhan sebelumnya (tidak disebutkan dalam kasus), yaitu belum pernah ada kejahatan pembunuhan yang sudah mendapat keputusan hakim yang bekekuatan hukum tetap.

Page 11 of 20

Gugurnya Hak Menuntut

Diatur dalam KUHP:

1. Umum:i. Ne bis in idem (Pasal 76)

Menurut asas “nemo debet bis vexari” orang tidak dapat dituntut untuk kali keduanya karena satu perbuatan (feit) yang telah dilakukannya dan terhadap perbuatan yang telah dijatuhkan keputusan hakim yang tidak dapat diubah atau ditiadakan. Syarat: 1. Perbuatannya satu2. Orangnya tertentu3. Sudah ada keputusan hakim yang tetap

Mengapa ada ne bis in idem?

Menurut Van Bemmelen, untuk menghindari diganggunya suatu kepentingan hukum yang sama dengan cara yang sama.

Catatan: Ne bis in idem tidak berlaku bagi penyertaan.

Dalam kasus ini, Ne bis in idem tidak berlaku karena pembunuhan-pembunuhan itu belum mendapat keputusan hakim yang tetap.

Seandainya MJ diadili terlebih dahulu, asas ne bis in idem juga tidak berlaku terhadap AF karena ne bis in idem tidak berlaku bagi penyertaan.

ii. Meninggalnya terdakwa (Pasal 77)MJ dan AF masih hidup sehingga mereka masih bisa dituntut.

iii. Daluwarsa penuntutan (pasal 78-81)Tenggang daluwarsa bagi kejahatan percetakan: 1 tahun; bagi denda, kurungan dan penjara yang kurang dari 3 tahun: 6 tahun; bagi penjara lebih dari 3 tahun: 12 tahun; bagi hukuman mati atau penjara seumur hidup: 18 tahun; dan bagi anak yang di bawah 18 tahun saat melakukan tindak pidana:

dikurangi tenggang daluwarsanya menjadi 23

.

Cara menghitung daluwarsa (pasal 79): Batas waktu untuk seseorang mengajukan penuntutan. 1. Sejak sehari setelah perbuatan dilakukan (bagi delik formiel dan materiel

sama)2. Kecuali: pemalsuan dan perusakan uang, tenggang daluwarsa dihitung

sehari setelah penggunaannya. 3. Pasal 328, 329, 330 dan 333, tenggang daluwarsa dihitung setelah korban

dibebaskan atau meninggal.

Page 12 of 20

4. Pasal 556-558a, tenggang daluwarsa dihitung sehari sesudah daftar-daftar dipindah ke kantor tersebut.

Daluwarsa untuk tindak pidana percobaan: sehari setelah dilakukannya perbuatan fisik, tidak dibedakan dengan delik yang selesai.

Dalam kasus ini, daluwarsa untuk MJ dan AF adalah:

Pasal 338 KUHP yang dilanggar oleh AF dan MJ memiliki pidana penjara lebih dari 3 tahun, sehingga daluwarsanya adalah 12 tahun:

2003 + 12 tahun = 2015

Jadi, MJ dan AF masih dapat dituntut terhadap pembunuhan terhadap Taiwan, Hernema dan Oro Aro sekarang.

Pasal 181 KUHP yang dilanggar oleh MJ dan AF memiliki pidana penjara kurang dari 3 tahun, sehinggan tenggang daluwarsanya adalah 6 tahun:

2003 + 6 = 2009

Jadi, MJ dan AF sudah tidak bisa ditunut terhadap penyembunyian mayat Taiwan, Hernema dan Oro Aro sekarang.

iv. Penyelesaian di luar sidang (pasal 82)Ini hanya berlaku untuk pelanggaran dan tindak pidana yang mempunyai hukuman denda. Yaitu, bayar denda maksimal + ongkos perkara kepada pegawai berwenang. Tindakan yang MJ dan AF lakukan adalah kejahatan dan bukan pelanggaran dan tidak bisa diganti dengan denda.

2. Khusus: Tidak adanya aduan dalam delik aduan (pasal 72-75) Pembunuhan termasuk dalam delik laporan, sehingga dapat dilaporkan oleh siapa saja, tidak tergantung oleh korban.

Page 13 of 20

Diatur di luar KUHP:

Grasi (UU No. 2/2002):

Grasi biasanya diberikan untuk hukuman mati, diganti hukumannya. Grasi diberikan sesudah ada putusan. Ini adalah pengampunan kepada terpidana oleh Presiden:

1. Peringanan/perubahan jenis pidana2. Pengurangan jumlah pidana3. Penghapusan pelaksanaan pidana

Amnesty:

Amnesty diberikan sesudah/sebelum putusan Pernyataan terhadap orang banyak yang terlibat dalam suatu tindak pidana.

Abolisi:

Abolisi diberikan sebelum dijatuhkan putusan. Abolisi menghentikan pengusutan dan pemeriksaan suatu perkara.

Rehabilitasi:

Rehabilitasi tergantung pada pandangan masyarakat dan bukan UU. Presiden mengembalikan hak seseorang (nama baik) yang telah hilang karena putusan hakim.

Tujuan diadakannya peninjauan kembali: meringankan terdakwa.

Dalam kasus ini, baik MJ maupun AF tidak mendapat grasi, amnesty, abolisi atau rehabilitasi.

Page 14 of 20

Presiden (pasal 14 UUD amandemen

ke-1)

Pertimbangan MA

Grasi

Rehabilitasi

Pertimbangan DPR

Amnesti

Abolisi

Gugurnya Hak Menjalankan Pidana

Pasal 84 ayat (2):

Gugurnya hak menjalankan pidana seseorang, sejak keputusan hakim ditetapkan, bagi pelanggaran: 2 tahun; kejahatan percetakan: 5 tahun, dan yang lainnya: tenggang daluwarsa

+ 13

.

Pasal 85 ayat (1):

Penghitungan tenggang menjalankan pidana dimulai sejak sehari setelah putusan hakim dijalankan.

Pasal 84 ayat (3):

Tidak ada daluwarsa untuk pidana mati.

Penghentian daluwarsa (Pasal 80):

1. Tiap-tiap tindakan penuntutan menghentikan –stuiten- daluwarsa, asal tindakan itu diketahui oleh orang yang dituntut.

2. Sesudah dihentikan, dimulai tenggang daluwarsan baru.

Penangguhan daluwarsa (pasal 81):

Penundaan penuntutan berhubungan dengan perselisihan prayudisial, menunda daluwarsa.

Perselisihan prayudisial:

1. Pertikaian yang harus ditentukan terlebih dahulu yang berupa tindakan2. Pertikaian yang harus ditentuka terlebih dahulu yang berupa putusan

Dalam kasus ini, tenggang hak menjalankan pidana AF dan MJ adalah:

Dengan Pasal 84 ayat (2):

12 tahun (tenggang daluwarsa untuk tindak pidana diancam dengan penjara lebih dari 3 tahun) + 1/3 dari tenggang daluwarsa = 16 tahun

Jadi, tenggang hak menjalankan pindana AF dan MJ adalah 16 tahun sejak keputusan hakim dijalankan.

Dasar peringan dan pemberat pidana

Dasar peringan:

1. Pasal 47 KUHP(telah dicabut oleh UU peradilan anak): bagi anak yang belum berusia 16 tahun, maksimum pidana pokoknya adalah dikurangi sepertiga dan untuk tindak

Page 15 of 20

pidana yang diancam dengan pidana mati maksimum pidana pokoknya adalah 15 tahun dan tidak ada pencabutan hak-hak serta pengumuman hakim.

2. Pasal 53 KUHP: bagi percobaan tindak pidana, maksimum pidana pokok adalah dikurangi sepertiga dan untuk perbuatan yang diancam dengan pidana mati maksimum penjara adalah 15 tahun dan pidana tambahan adalah sama dengan tindakan selesai.

3. Pasal 57 KUHP: bagi pembantu tindak kejahatan, maksimum pidana pokok dikurang sepertiga dan bagi tindakan yang diancam dengan pidana mati pidana pokoknya menjadi 15 tahun dan pidana tambahan bagi pembantuan adalah sama dengan kejahatannya sendiri.

4. Pasal 308 KUHP: seorang ibu yang meninggalkan anaknya karena takut ketahuan tentang kelahiran anaknya, maksimum pidana pokok ada di pasal 305 dan 306 dikurangi separo.

Dasar pemberat:

Pasal 343 KUHP: Orang yang membantu menghilangkan nyawa anak seseorang tanpa atau dengan rencana sebelumnya, dianggap sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Dalam kasus ini, pasal 338 yang dikenakan terhadap MJ tidak terdapat dalam daftar dasar pemberat maupun peringan.

Dasar penghapusan pidana

Dasar penghapusan pidana berarti hal-hal/keadaan yang mengakibatkan seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dengan jelas dan diberikan sanksi hukuman oleh UU namun tidak dapat dihukum karena: 1. Orang itu tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya atau 2. Tidak ada unsur melawan hukum.

Page 16 of 20

Penghapusan pidana (KUHP)

Umum

Diri pelaku

Pasal 44: cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena

penyakit

Pasal 45: Di bawah 16 tahun

Di luar diri pelaku

Pasal 48: Daya paksa

Pasal 49: Bela paksa

Pasal 50: Melakukan ketentuan UU

Pasal 51: Melaksanakan perintah jabatan

Khusus Pasal 166, 221 (2), 310 (3) dan 367 (1)

Sifatnya:

1. Tidak ada sifat melawan hukum dalam arti materiel2. Tidak ada kesalahan dalam arti materiel (AVAS)

Contoh: Pasal 283 (memperlihatkan alat kontrasepsi ke anak bawah umur)

Alasan pembenar: menitikberatkan pada perbuatannya. Perbuatan dibenarkan dan sifat melawan hukum ditiadakan. Contoh:

1. Pasal 48: Daya paksaOvermacht: Dorongan yang tak bisa dilawan baik dengan psikis maupun dengan fisik manusia.Paksaan:i. vis absoluta: paksaan absolute. Manusia hanya sebagai alat dinamakan manus ministra) ii. vis complusiva: paksaan berupa psikis. Manusia sebagai alat dinamakan manus domina. Harus memenuhi asas subsidaritas (tidak ada jalan lain, harus dilakukan) dan proporsionalitas (serangan dan tindakan seimbang)

2. Pasal 49 (1): Bela paksaSyarat serangan: i. Melawan hukumii. Seketika iii. Ditujukan pada diri sendiri atau orang lain terhadap benda,

kehormatan atau badan.

Syarat pembelaan:

i. Seketikaii. Memenuhi asas subsidaritas dan proporsionalitas

Page 17 of 20

Penghapusan pidana (Doktrin)

Hak mengawas dan mendidik, contoh: Guru yang memukul tangan muridnya

yang mencontek.

Hak jabatan, contoh: Dokter yang membuat pasien merasa sakit dengan

suntikan.

Ijin dari korban, contoh: olah raga bela diri

3. Pasal 50: Melaksanakan perintah UU, contoh: algojo, eksekutor hukuman mati4. Pasal 51: Melaksanakan perintah jabatan, contoh: perintah yang dikeluarkan oleh

pemerintah yang sah dan perintah yang sah pula.

Alasan pemaaf: menitikberatkan pada pelakunya, unsur melawan hukum tetap ada, tetapi unsur kesalahan dihapuskan. Contoh:

1. Pasal 44: Cacat dalam tumbuh dan gangguan kesehatan2. Pasal 48: Daya paksa

Keadaan darurat: pelaku melakukan suatu delik yang oleh keadaan yang di luar dirinya membuat pelaku harus memilih. Terjadi pertentangan anatara kepentingan hukum, kewajiban hukum.

3. Pasal 49 (2): Bela paksa lampau batasHarus dibuktikan:1. Adanya goncangan jiwa yang sekonyong-konyong2. Goncangan terjadi karena paksaan

Unsur:

1. Melampaui batas yang perlu2. Terbawa suasana hati3. Adanya hubungan kausal antara perasaan dan serangan

4. Pasal 51 (2): Mengira suruhan itu adalah dengan wewenangnya dengan iktikad baik. Syarat: 1. Bawahannya tidak tahu2. Dalam batasan lingkungan perintah3. Ada hubungan atasan dan bawahan

Dalam kasus ini, MJ dan AF tidak memiliki sakit mental, tidak dalam keadaan terpaksa, tidak melaksanakan UU dan tidak dalam perintah jabatan, maka MJ dan AF tidak mempunyai dasar penghapus pidana.

Seandainya MJ adalah orang yang memiliki sakit mental, maka terhadapnya tidak dapat dijatuhkan hukuman karena memenuhi pasal 44 yang termasuk dalam dasar pemaaf. MJ akan dapat bebas dari segala tuntutan hukum (ontslag). Namun begitu, jika AF tidak memiliki sakit mental, AF masih dapat dikenakan hukuman karena alasan pemaaf bersifat individual dan bukan kolektif.

Seandainya MJ adalah seorang petugas pemerintah yang bertugas membunuh Taiwan, Hernema dan Oro Aro dengan perintah yang sah dari pemerintah yang sah pula, maka MJ bebas dari segala tuntutan hukum atau vrijspraak. Dan AF juga tidak dapat dihukum karena alasan pembenar bersifat kolektif, sehingga AF juga bebas dari segala tuntutan hukum.

Page 18 of 20

Teori-teori pemidanaan

1. Teori Absolut atau Pembalasan (retributive) Pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana (quia peccatum est). Penganut teori ini adalah : a. Immanuel Kant (Philosophy of Law)Seseorang harus dipidana oleh Hakim karena ia telah melakukan kejahatan (Kategorische Imperiatief)b. HegelPidana merupakan keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan. Kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban hukum negara yang merupakan perwujudan dari cita-susila, maka pidana merupakan Negation der Negation (pengingkaran terhadap pengingkaran). Teori Hegel ini dikenal sebagai quasi mahte-matics, yaitu :1) wrong being (crime) is the negation of right2) punishment is the negation of that negation Menurut Nigel Walker, penganut teori retributif dibagi dalam beberapa golongan:

i. Penganut teori retributif murni (the pure retributivist). Pidana harus sepadan dengan kesalahan.

ii. Penganut teori retributif tidak murni, dapat dibagi : a. Penganut teori retributif yang terbatas (the limiting retributivist)

Pidana tidak harus sepadan dengan kesalahan, namun tidak melebihi batas kesepadanan dengan kesalahan terdakwa. Kebanyakan KUHP disusun sesuai dengan teori ini yaitu dengan menetapkan pidana maksimum sebagai batas atas tanpa mewajibkan pengadilan untuk mengenakan batas maksimum tersebut.

b. Penganut teori retributif yang distributif.Pidana jangan dikenakan pada orang yang tidak bersalah, tetapi tidak

harus sepadan dan dibatasi oleh kesalahan X strict liability2. Teori Relatif atau Tujuan (Utilitarian)

Penjatuhan pidana tidak untuk memuaskan tuntutan absolut (pembalasan) dari keadilan, tetapi pembalasan itu sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat, teori itu disebut : a. Teori perlindungan masyarakat (the theory of social defence) ; ataub. Teori reduktif (untuk mengurangi frekuensi kejahatan) ;atauc. Teori tujuan (utilitarian theory), pengimbalan mempunyai tujuan tertentu yang

bermanfaat. Pidana dijatuhkan bukan quia peccatum est (orang berbuat kejahatan) melainkan ne peccetur (agar orang tidak melakukan kejahatan). Seneca:Nemo prudens punit quia peccatum est, sed ne peccetur (No reasonable man punishes because there has been a wrong doing, but in order that there should be no wrong doing : Tidak seorang pun layak dipidana karena telah melakukan suatu perbuatan jahat, tetapi ia dipidana agar tidak ada perbuatan jahat).Tujuan Pidana untuk pencegahan kejahatan : a. Prevensi spesial / pencegahan spesial (special deterrence)

Page 19 of 20

Pengaruh pidana terhadap terpidana (Bedakan : tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana) b. Prevensi general / pencegahan umum (general deterrence)

Pengaruh pidana / pemidanaan terhadap masyarakat pada umumnya3. Teori Gabungan

Pembalasan sebagai asas pidana dan beratnya pidana tidak boleh melampaui pembalasan yang adil. Dalam ajaran ini diperhitungkan adanya pembalasan, prevensi general, serta perbaikan sebagai tujuan pidana. Penganut teori ini : Pellegrino Rossi, Binding, Merkel, Kohler, Richard Schmid dan Beling.

Tujuan Pidana (Pemidanaan) :

a. To prevent recidivism (mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana)b. To deter other from the performance of similar acts (mencegah orang lain melakukan

perbuatan yang sama seperti yang dilakukan si terpidana)c. To provide a channel for the expression of retaliatory motives (menyediakan saluran untuk

mewujudkan motif-motif balas dendam)d. To avoidance of blood feuds (untuk menghindari balas dendam)e. The educational effect (adanya pengaruh yang bersifat mendidik)f. The peace-keeping function (mempunyai fungsi memelihara perdamaian)g. To create a possibility for the release of emotions that are aroused by the crime

(menciptakan kemungkinan bagi pelepasan emosi-emosi yang ditimbulkan atau diguncang-guncangkan adanya kejahatan)

h. A ceremonial reaffirmation of the societal values that are violated and challenged by the crime (penegasan kembali nilai-nilai kemasyarakatan yang telah dilanggar dan dirubah oleh adanya kejahatan)

i. To reinforcing social values (memperkuat kembali nilai-nilai social)j. To allaying public fear of crime (menentramkan rasa takut masyarakat terhadap kejahatan)k. To conflict resolution (penyelesaian konflik)l. To influencing offenders and possibility other than offenders toward more or less Law-

conforming behavior (mempengaruhi para pelanggar dan orang lain ke arah perbuatan yang kurang lebih sesuai dengan hukum).

Dalam kasus ini, bagi MJ dan AF berlaku teori gabungan. Hukuman penjara yang diberikan adalah dari teori balas dendam (absolute)Hukuman diumumkannya tindak pidana mereka adalah dari teori pencegahan (relative).

Page 20 of 20