pancasila dan konflik suku

12
MAKALAH PANCASILA KONFLIK PERANG SUKU DI LAMPUNG SELATAN BERKAITAN DENGAN PANCASILA SILA KETIGA Disusun oleh : Iqromatul Fadliyah 12/333840/TK/40182 Kartika Vina Pramita 12/333511/TK/39862 Novita Aryani 12/333023/TK/39654 Nurul Indri Astuti 12/333815/TK/40157 Rahmatika Linggar 12/333660/TK/40010 Raudah Husna 12/333135/TK/39665 Retno Agus Pratiwi 12/333239/TK/39671 Rizki Iman Sari 12/333727/TK/40070 Ulfah Syahlianawati 12/333140/TK/39666

Upload: retno-pratiwi

Post on 19-Jun-2015

393 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pancasila dan konflik suku

MAKALAH PANCASILA

KONFLIK PERANG SUKU DI LAMPUNG SELATAN

BERKAITAN DENGAN

PANCASILA SILA KETIGA

Disusun oleh :

Iqromatul Fadliyah 12/333840/TK/40182

Kartika Vina Pramita 12/333511/TK/39862

Novita Aryani 12/333023/TK/39654

Nurul Indri Astuti 12/333815/TK/40157

Rahmatika Linggar 12/333660/TK/40010

Raudah Husna 12/333135/TK/39665

Retno Agus Pratiwi 12/333239/TK/39671

Rizki Iman Sari 12/333727/TK/40070

Ulfah Syahlianawati 12/333140/TK/39666

Page 2: Pancasila dan konflik suku

KASUS

Perang Suku di Lampung – Sebuah Dendam Lama

Provinsi Lampung yang berada di ujung timur pulau sumatera ini memang memiliki keunikan

tersendiri jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di sumatera. Di provinsi yang berpenduduk

7.608.405 jiwa (sensus 2010) ini ditempati oleh berbagai suku, selain suku asli lampung sendiri di

provinsi tersebut juga banyak penduduk / suku yang berasal dari Semendo (sumsel), Bali, Lombok,

Jawa, Minang/Padang, Batak, Sunda, Madura, Bugis, Banten, Palembang, Aceh, Makassar, warga

keturunan, dan Warga asing (China, Arab)

Salah satu keunikan lainnya dari provinsi lampung ialah banyak nama daerah / kecamatan nya

yang dinamai seperti nama daerah di pulau jawa, seperti bantul, wates, wonosari, sidoarjo dsb. Hal

tersebut bisa terjadi karena memang sejak zaman dahulu ( belanda ) provinsi lampung adalah salah

satu tempat tujuan transmigrasi besar – besaran dari tanah jawa. Bahkan banyak masyarakat

Lampung suku Jawa yang belum pernah menginjakkan kakinya di Pulau Jawa.

Jika Anda berkunjung ke Lampung, jangan heran menyaksikan jumlah suku asli lampung lebih sedikit

dibandingkan suku-suku pendatang lainya. Bahasa yang digunakan sehari – hari pun adalah bahasa

Indonesia, berbeda dengan provinsi yang bertetangga dengan lampung seperti bengkulu dan

sumatera selatan yang masih menggunakan bahasa daerah masing – masing sebagai alat komunikasi.

Bahkan di beberapa kota / daerah di lampung bahasa jawa digunakan sebagai bahasa komunikasi.

Tentunya dengan berbaurnya berbagai macam suku tersebut maka tingkat kecenderungan

untuk terjadinya konflik pun semakin tinggi. Sebenarnya konflik – konflik antar suku sudah sering

terjadi di provinsi lampung baik itu antara suku asli lampung dengan bali seperti yang terjadi saat ini,

maupun jawa dengan bali atau lampung dengan jawa. Kenapa hanya ketiga suku tersebut yang sering

terlibat konflik ? ya memang karena ketiga suku tersebutlah populasinya yang paling banyak

Di beberapa daerah di lampung kita bisa menemukan sebuah desa yang seluruh penduduknya

berisi orang bali. Di tempat tersebut juga biasanya terdapat sebuah pura besar tempat mereka

melakukan kegiatan agama, sama persis seperti keadaan di bali.

Pada sisi lain masyarakat asli Lampung yang memiliki falsafah hidup fiil pesenggiri dengan

Page 3: Pancasila dan konflik suku

salah satu unsurnya adalah ”Nemui-nyimah” yang berarti ramah dan terbuka kepada orang lain, maka

tidak beralasan untuk berkeberatan menerima penduduk pendatang. Tetapi dengan seiring waktu

falsafah hidup tersebut mulai luntur dikarenakan berbagai macam hal.

Suku asli Lampung pada dasarnya bersikap sangat baik terhadap para pendatang, mereka

menyambut baik kedatangan para pendatang tersebut tetapi memang terkadang para pendatang lah

yang sering menyulut amarah penduduk asli lampung. Sebagai tuan rumah, suku asli lampung

tentunya tidak akan tinggal diam jika mereka merasa dihina oleh suku lain apalagi hal tersebut

berkaitan dengan masalah •harga diri.

Konflik antar suku dilampung memang bukan merupakan sebuah hal baru, konflik tersebut

sudah pernah terjadi sebelumnya dan pemicunya hanyalah berawal dari masalah sepele. Bahkan di

tempat yang sama dengan saat ini terjadi perang suku saat ini yaitu di Sidorejo kecamatan Sidomulyo

juga pernah terjadi pada bulan januari 2012 kemarin, pemicunya adalah perebutan lahan parkir.

Berikut ini beberapa perang antar suku yang pernah terjadi di Lampung :

• Pembakaran pasar Probolinggo Lampung Timur oleh suku bali.

• 29 Desember 2010 : Perang suku Jawa / Bali vs Lampung berawal dari pencurian ayam.

• September 2011 : Jawa vs Lampung

• Januari 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Lampung

• Oktober 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan.

Konflik diatas adalah beberapa konflik yang terhitung besar, selain konflik besar yang pernah

terjadi diatas di lampung juga sering terjadi konflik – konflik kecil antar suku namun biasanya hal

tersebut masih bisa diredam sehingga tidak membesar.

Dari konflik – konflik kecil tersebut timbullah dendam diantara para suku – suku tersebut

sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik besar.

Pengelompokan suku di daerah lampung memang sudah terjadi sejak lama, bahkan hal tersebut

sudah terjadi sejak mereka remaja. Di beberapa sekolah didaerah lampung anak – anak suku bali tidak

mau bermain / bersosialisasi dengan anak – anak suku lainnya begitu juga dengan anak – anak dari

suku jawa maupun lampung. Mereka biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika

diantara kelompok tersebut terjadi perselisihan tentunya akan melibatkan suku mereka.

Terkait dengan bentrokan di Lampung Selatan, Berikut kronologis lengkap bentrok yang

Page 4: Pancasila dan konflik suku

merenggut 3 nyawa tersebut :

Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB di desa Sidorejo kecamatan

Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi bentrokan antara warga suku Lampung dan

warga suku Bali.

Kronologis kejadian : Pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah terjadi

kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok) Lampung Selatan antara

sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak oleh sepeda motor yang dikendarai An.

Nurdiana Dewi, 17 tahun, (warga Desa Agom Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan berboncengan

dengan Eni, 16 Th, (warga desa Negri Pandan Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan).

Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi

dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah memegang

dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul

sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa

Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian

dan kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.

Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 01.00 WIB, masa dari warga suku Lampung

berjumlah + 200 orang melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah milik Sdr Wayan Diase.

Pada pukul 09.30 WIB terjadi bentrok masa suku Lampung dan masa suku Bali di Desa Sidorejo

Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

Akibat kejadian tersebut 3 (tiga) orang meninggal dunia masing-masing bernama: Yahya Bin

Abdul Lalung, 40 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka robek pada bagian kepala terkena

senjata tajam, Marhadan Bin Syamsi Nur, 30 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka sobek pada

leher dan paha kiri kanan dan Alwi Bin Solihin, 35 tahun, Tani, (warga Lampung), sedangkan 5 (lima)

orang warga yang mengalami luka-luka terkena senjata tajam dan senapan angin

masing-masing : An. Ramli Bin Yahya, 51 tahun, Tani, (warga Lampung) luka bacok pada punggung,

tusuk perut bagian bawah pusar, Syamsudin, 22 tahun, Tani, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan

Angin pada bagian Kaki. Ipul, 33 tahun, Swasta, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada

bagian paha sebelah kanan dan Mukmin Sidik, 25 tahun, Swasta, (warga Lampung) luka Tembak

Senapan Angin di bagian betis sebelah kiri. Kasus ditangani Polres Lampung Selatan Polda Lampung.

Page 5: Pancasila dan konflik suku

PEMBAHASAN

Faktor penyebab konflik

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan

Setiap manusia adalah individu yang unik,artinya setiap orang memiliki perasaan,logika yang

berbeda antara satu dan yang lainnya,perbedaan inilah yang sering menyebabkan konflik sosial,sebab

dalam menjalani hidup sosial seorang tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya.Misalkan ada

acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi adapula yang terganggu dengan

acara itu karena berisik.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian

kelompoknya,pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan

individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Manusia memiliki pendirian,logika dan perasaan yang berbeda maupun latarbelakang budaya

yang berbeda.Oleh sebab itu,dalam waktu yang bersamaan,masing-masing orang atau kelompok

memiliki kepentingan yang berbeda-beda.Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang

sama,tetapi untuk tujuan yang berbeda.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat

Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi,tetapi jika perubahan itu berlangsung

cepat atau bahkan mendadak,perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik

sosial.Misalnya,pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak

akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya

bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industi.Nilai-nilai yang

berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang

disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.

Page 6: Pancasila dan konflik suku

Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu menangani konflik,terdapat 5 kecenderungan

1. Penolakan (konflik menyebabkan tidak nyaman)

2. Kompetisi (konflik memunculkan pemenang)

3. Kompromi (ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian)

4. Akomodasi (ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan)

5. Kolaborasi ( mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama)

Strategi penyelesaian konflik

Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah

kerjasama dan tegas/tidak tegas.Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut terdapat 5

macam pendekatan penyelesaian konflik ialah:

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang

lain.Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah Win-Lose Orientation.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan

keseluruhan penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.Proses

tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian konflik antara dominasi kelompok dan kelompok damai.Satu

pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu,kedua kelompok berpikiran moderat,tidak

lengkap,tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.Usaha ini adalah

pendekatan pemecahan problem(problem-solving approach)yang memerlukan integrasi dari kedua

Page 7: Pancasila dan konflik suku

pihak

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok.Keadaan ini menggambarkan penarikan

kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Berfikir menang dan menang memang sikap hidup,suatu rancangan berfikir yang menyatakan

“saya dapat menang dan juga ,kita bisa menang”.berpikir berhasil memang dasar untuk

berdampingan dengan orang lain karena dimulai dari kepercayaan bahwa kita adalah setara,tidak ada

yang dibawah ataupun yang diatas.karena hidup bukanlah kompetisi,mungkin kita menjumpai

sekolah,tempat kerja adalah dunia yang penuh dengan kompetisi.tetapi sebenarnya kita sendirilah

yang menciptakan dunia kompetisi.Hidup sebenarnya adalah relasi dengan orang lain.

Kaitannya dengan Sila Ketiga : Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh, tidak terpecah belah; persatuan

mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.

Jadi, persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa

yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan

yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indoneia merupakan factor

yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh

Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Karena itu, paham kebangsaan

Indonesia tidaklah sempit (chauvinistis), tetapi dalam arti menghargai bangsa lain sesuai dengan sifat

kehidupan bangsa itu sendiri.

Hakikat pengertian di atas sesuai dengan :

a) Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Page 8: Pancasila dan konflik suku

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia….”

b) Pasal-pasal 1, 32, 35, dan 36 UUD 1945.

c) Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila “Persatuan

Indonesia” sebagai berikut :

(1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di

atas kepentingan pribadi atau golongan.

(2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.

(3) Cinta tanah air dan bangsa.

(4) Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah air Indonesia.

(5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tungga Ika.

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat

sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan

Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sila ke -3 ini yang mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh

rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Sehingga dapat

disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetep satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika.

Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara ketimbang

kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat

mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat

persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.

Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara ketertiban yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 9: Pancasila dan konflik suku

Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan dimasyrakat sangat penuh

perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia dan rela mengorbankan kepentingan

golongan demi negara Indonesia. Walaupun sangat kental dengan berbagai budaya yang berbeda

tetap harus rukun menjaga kedamaian Bhineka Tunggal Ika.

Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan

sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Negara

merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang

berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah

merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk

Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu

persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk

diruncingkan menjadi konnflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling

menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun golongan agama.

Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya.

Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk

merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu

tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya,

memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan

warganya, serta kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan

suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social.

Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme Indonesia

adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Ynag Maha Esa.

Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk

Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek

penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses reformasi tanpa

mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan, dan memegang teguh persatuan dan kesatuan

maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya telah

terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.

Page 10: Pancasila dan konflik suku

Dalam kasus ini terlihat masih adanya rasa kurang bersatu dari masyarakat di Lampung Selatan.

Keberagaman yang ada di sana seharusnya dapat disikapi dengan baik dan menjadi pemersatu dari

masyarakat yang ada di sana. Seperti cerminan pancasila sila ketiga.

Mungkin dengan kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi para penduduk lampung untuk

melakukan instropeksi diri masing – masing. Banyak warga asli lampung mengatakan para pendatang

didaerah mereka tidak tahu diri, tidak sopan atau menghargai mereka sebagai penduduk asli. Begitu

juga dengan warga pendatang jangan karena merasa mereka memiliki kelompok yang banyak dan

memiliki solidaritas yang besar terus bersikap semena – mena terhadap suku lainnya karena walau

bagaimanapun mereka adalah pendatang / tamu dan layaknya seorang tamu tentu harus

menghormati tuan rumah.

Segala macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meredam konflik di Lampung,

sering diadakannya pertemuan antar ketua adat di lampung ternyata belum mampu meredam konflik

– konflik yang sering terjadi, hal tersebut terjadi karena diantara mereka sebenarnya saling

menyimpan dendam.

Walau pada akhirnya tersusun perjanjian perdamaian antar suku tersebut. Inilah isi 10 butir

perdamaian tersebut:

1. Kedua pihak sepakat menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan, kehamornisan, kebersamaan,

dan perdamaian antarsuku yang ada di Lamsel

2. Kedua pihak sepakat tidak akan mengulangi tindakan-tindakan anarkis yang

mengatasnamakan suku, agama, rasa (SARA) sehingga menyebabkan keresahan, ketakutan,

kebencian, kecemasan dan kerugian secara material khususnya bagi kedua belah pihak dan

umumnya bagi masyarakat luas

3. Kedua pihak sepakat apabila terjadi pertikaian, perkelahian dan perselisihan yang disebabkan

oleh permasalahan pribadi, kelompok atau golongan agar segera diselesaikan secara langsung

oleh orangtua, ketua kelompok dan atau pimpinan golongan

4. Kedua pihak sepakat apabila , ketua kelompok dan atau pimpinan golongan tidak mampu

menyelesaikan permasalahan seperti yang tercantum pada poin 3, maka akan diselesaikan

secara musyawarah, mufakat dan kekeluargaan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh

agama, tokoh pemuda serta aparat pemerintahan desa setempat

Page 11: Pancasila dan konflik suku

5. Kedua pihak sepakat apabila penyelesaian permasalahan seperti tercantum pada poin 3 dan 4

tidak tercapai, maka tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda dan aparat

pemerintahan desa setempat menghantarkan dan menyerahkan permasalahan tersebut

kepada pihak berwajib untuk diproses sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku

6. Apabila ditemukan oknum warganya yang terbukti melakukan perbuatan, tindakan, ucapan

serta upaya-upaya yang berpotensi menimbulkan dampak permusuhan dan kerusuhan, kedua

pihak bersedia melakukan pembinaan kepada yang bersangkutan. Dan jika pembinaan tidak

berhasil, maka diberikan sanksi adat berupa pengusiran terhadap oknum tersebut dari wilayah

Lampung Selatan

7. Kewajiban pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada poin 6 berlaku juga bagi warga

Lampung Selatan dari suku-suku lainnya yang ada di Lampung Selatan

8. Terhadap permasalahan yang telah terjadi pada 27-29 Oktober yang mengakibatkan jatuhnya

korban jiwa maupun korban luka-luka, kedua pihak sepakat untuk tidak melakukan tuntutan

hukum apapun dibuktikan dengan surat pernyataan dari keluarga yang menjadi korban dan hal

ini juga berlaku bagi aparat kepolisian

9. Kepada masyarakat suku Bali khususnya yang berada di Desa Balinuraga harus mampu

bersosialisasi dan hidup berdampingan secara damai dengan seluruh lapisan masyarakat yang

ada di Lampung Selatan terutama dengan masyarakat yang berbatasan dan atau berdekatan

dengan wilayah Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji.

10. Kedua pihak sepakat berkewajiban untuk menyosialisasikan isi perjanjian perdamaian ini

dengan lingkungan masyarakatnya.( Tribunlampung.co.id/ wakos reza gautama)

Page 12: Pancasila dan konflik suku

DAFTAR PUSTAKA

HTTP://ANDRIE07.WORDPRESS.COM/2009/11/25/FAKTOR-PENYEBAB-KONFLIK-DAN-STRATEGI-PENY

ELESAIAN-KONFLIK/

infopublik.kominfo.go.id/?page=news&newsid=35193

http://lampung.tribunnews.com/2012/11/04/inilah-10-butir-kesepakatan-perdamaian-konflik-lamsel

http://bakhrul-25-rizky.blogspot.com/2012/03/analisis-pancasila-sila-ketiga.html

http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/hakikat-pengertian-pancasila-sila_25.html