paper aminasi
DESCRIPTION
Tugas Satuan Proses IITRANSCRIPT
PAPER SATUAN PROSES 2
AMINASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Satuan Proses 2
Dosen Pembimbing : Rintis Manfaati ST, MT.
Oleh
Kelompok 6
Sidna Kosim Amrulah (131411052)
Tasya Diah Rachmadiani (131411053)
Teguh Nugraha (131411054)
Kelas 2B
PROGRAM STUDY DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Karbon, hidrogen dan oksigen merupakan unsur yang paling lazim terdapat dalam
system kehidupan.Nitrogen merupakan unsure ke empat.Nitrogen dijumpai dalam protein,dan
asam nukleat,maupun dalam banyak senyawa lain yang terdapat baik dalam
tumbuhan ,maupun hewan.dalam bab ini,akan dibahas amina,senyawa organic yang
mengandung atom-atom nitrogen trivalent,yang terikat pada satu atom karbon atau lebih : R-
NH2,R2NH atau R3N.
Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan serta banyak amina mempunyai
kereaktivan, misalnya dua dari stimulant alamiah tubuh dari system saraf simpatetik
(melawan atau melarikan diri) adalah merepinafrina dan epinafrina.
Baik norepinafrina maupun epinafrina adalah dua fenil etil amina.Sejumlah dua fenil
etil amina lain bertindak terhadap reseptor-reseptor simpatetik.Senyawa senyawa ini dirujuk
sebagai amina simpatomimetik karena senyawa senyawa ini,sampai batas tertentu,meniru
kerja faali norepinafrina dan epinafrina.
Sebelum tahun masehi,senyawa efedrina di extrak dari tanaman mahuanjg di tiongkok
dan digunakan sebagai obat.sekarang,senyawa ini merupakan obat peluruh dahak yang aktiv
dalam obat tetes hidung dan obat flu.efedrin menyebabkan menyusutnya membrane hidung,
yang membengkak dan menghampat keluarnya lendir hidung.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Aminasi adalah reaksi pembentukan amina (turunan amoniak) dimana 1 atom H
atau lebih diganti dengan gugus alkil (R), aril, hidroatil atau heterosiklik. Amina adalah
suatu senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2, -NHR, -NR2). Gugus amino
mengandung nitrogen yang terikat pada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugus
karbonil) dan sejumlah atom hidrogen. Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom
nitrogen adalah karbon karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. (Fessenden,
1997)
Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter
terhadap air. Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan
tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang
mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen
yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991).
Dengan demikian kelompok fungsional karakteristik untuk amina primer, sekunder
dan tersier adalah:
1.2 Sifat Fisika
Berikut merupakan beberapa sifat fisika amina :
Nama Struktur Titik Didih oC Kelarutan dalam air
Metilamina CH3NH2 -6.3 ∞
Dimetilamina (CH3)2NH 7.5 ∞
Trimetilamina (CH3)3N 3 ∞
Etilamina CH3CH2NH2 17 ∞
Benzilamina C6H5CH2NH2 185 ∞
Anilina C6H5NH2 184 37 /100 ml
Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu kamar. Di- dan
trietilamin serta amina primer yang memiliki tiga sampai sepuluh atom karbon adalah
cairan, amina yang lebih kecil jumlah atom karbonnya adalah gas.
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat
adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen
namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat
antara molekulnya. Amine tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi
ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya. konsekuensinya
titik didihnya lebih rendah dibanding amina primer atau sekunder.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah
aromanya yang tidak sedap. Amina volatile ini menguap secara cepat dan terciup seperti
campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ
yang mengandung protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang
mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina
(Stoker, 1991).
Titik lebur, titik didih dan densitas dari beberapa senyawa amina sederhana
meningkat bersama dengan bertambahnya berat molekul sebagai konsekuensi dari
interaksi intermolekular yang lebih besar. Sama seperti alkohol, senyawa amina yang
lebih sederhana menunjukkan pengaruh ikatan hIdrogen. Nitrogen kurang elektonegatif
dibandingkan dengan oksigen, ikatan hidrogen pada N-H kurang kuat dibanding dengan
ikatan O-H. Oleh karena itu, amina primer memiliki titik didih ditengah-tengah antara
senyawa alkana dan alkohol.
Tabel Titik Lebur Amina Primer Jenuh (R-NH2)
• Titik Didih dan Kelarutan Air
Amina membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hydrogen -O --- OH- lebih kuat
dari pada ikatan hidrogen -N --- NH- karena N kurang elektronegatif dibandingkan
dengan O dan karena itu ikatan NH kurang polar. Pengikatan hidrogen yang lemah
antara molekul amina menyebabkan titik didihnya berada antara titik didih senyawa
tanpa ikatan hidrogen (seprti alkna atau eter) dan senywa berikatan hidrogen kuat
(seperti alkohol) dengan bobot molekul yang bersamaan.
CH3CH2OCH2CH3 (CH3CH2)2NH CH3CH2CH2CH2OH
34.5OC 56OC 117OC
Karena itu mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam bentuk cairan murni
tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih rendah dari pada
amina primer atau sekunder yang bobot melekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih
dekat ke titik didih alkana yang bobot molekulnya bersamaan. Dan amina yang
berbobot molekul rendah larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Amina tersier maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen
karena memiliki pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk
membentukikatan hidrogen dengan air.
H
(CH3)3N:----H O
• Amina 1° dan 2° bersifat polar karena mampu membentuk ikatan
hydrogenintermolekuler.
• Larut dalam air karena mampu membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Ikatan hydrogen.
1.3 Pembuatan Amina
• Cara Reaksi Reduksi
Aminasi secara reduksi adalah proses pembentukan amina dengan
mereduksi senyawa nitrogen lain. Zat yang dapat direduksi adalah senyawa-
senyawa yang telah mengandung atom N, yaitu:
a. Senyawa nitro (R-NO2)
b. Senyawa nitroso (R-NO)
c. Senyawa hidroksilamin (R-NH-OH)
d. Senyawa hidraso (R-NH-NH-R)
e. Senyawa azoxybenzena (R-NH-NO-R)
f. Senyawa nitril (R-CºN), azida, amida (RCO-NH2)
Zat-zat pereduksi adalah :
a. Logam dan asam
Logam yang digunakan adalah : Fe, Zn, Sn, Al sebagai sumber elektron.
Asam yang digunakan adalah : HCl, H2SO4 sebagai sumber ion H+. HNO3
jarang digunakan arena mempunyai sifat sebagai oksidator kuat.
b. Logam dan basa
Logamnya adalah : Fe, Zn, Sn, Al. Basa-nya adalah NaOH, KOH
c. Sulfida
Untuk mereduksi sebagian senyawa polinitro aromatik menjadi nitro amina
dan mereduksi aminoantraquinon menjadi antraquinon.
d. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)
e. Hidrogen (H2) dengan katalis
Penggunaan hidrogen sebagai reduktor, biasanya dengan katalisator. Reduksi
dengan hidrogen disebut hidrogenasi.
f. Elektrolisa
Ion hidrogen dihasilkan dari elektrolisa. Hidrogen inilah yang kemudian
melakukan reduksi.
g. Na-hidrosulfit
h. Metal hidrida
i. Natrium dan Na-alkoholat
Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda.
Yang paling banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih
reduktor yang sesuai dan mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat
dihentikan tidak sampai hasil akhir. Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut
dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena sebagai berikut :
Reduksi dari amida atau nitril dengan lithium alumunium hidrida atau gas
hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin
primer, sekunder, atau tersier bisa diperoleh tergantung pada jumlah substitusi
pada amida nitrogen. Dengan nitril, hanya amina primer dari tipe RCH2NH2
yang dapat diperoleh, sebab atom karbon yang terikat ke atom nitrogen hanya
mempunyai satu substituent saja (R) dalam nitril.
O
RCNH2 atau RNC RCH2NH2
suatu alkil halida
• Cara Amonolisis
RX + NH3 RNH2 + HX ; dimana X dapat berupa : halogen, NO2, SO3H
dan lain-lain. Ada dua macam reaksi amonolisa yaitu :
Amonolisa : memasukkan NH3 ke dalam senyawa
Hidroamonolisa : memasukkan NH3 dan H2 dalam senyawa
Cara masuknya NH3 dalam senyawa :
1. Substitusi
a. Alkana
RCH3 + NH3 RCN RCH2NH2
Untuk memperoleh RNH2 suhu harus tinggi dan katalisator kuat.
b. Substitusi halogen
RCH2X + NH3 RCH2NH2 + HX
c. Substitusi sulfat atau sulfat
RSO3H + NH3 RNH2 + H2SO3
d. Konversi senyawa karbonil : Hidroamonolisis
Memasukkan NH3 serta H2 ke dalam senyawa.
RCOOH + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O
RCHO + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O
RCOOR NH3 + H2 RCONH2 + H2O
e. Alkohol
RCH2OH + NH3 RCH2NH2 + H2O
2. Adisi
Faktor-faktor yang mempenaruhi amonolisis :
1. Kelarutan
2. Pengadukan
3. Efek derivat halogen
4. Efek gugus nitro
5. Suhu
6. Konsentrasi NH3
a. Pembuatan amina primer
Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada
tahapan pertama, terbentuk sebuah garam – dalam hal ini, etilamonuim bromida.
Garam ini sangat mirip dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom
hidrogen dalam ion amonium telah diganti oleh sebuah gugus etil.
Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik)
antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran.
Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga
menjadikannya amina primer, yakni etilamina.
Semakin banyak amonia yang terdapat dalam campuran, semakin besar
kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.
b. Pembuatan amina sekunder
Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga
bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi
sebelumnya.
Pada tahap pertama, terbentuk sebuah garam – kali ini, dietilamonium
bromida. Anggap garam yang terbentuk ini adalah amonium bromida dengan dua
atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil.
Lagi-lagi terdapat kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik)
antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, seperti
diperlihatkan pada gambar berikut:
Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga
menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah amina yang
memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
c. Pembuatan amina tersier
Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum berhenti.
Dietilamina juga bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti
pada reaksi sebelumnya.
Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.
Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara
garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, sebagaimana ditunjukkan
berikut:
SN2
Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium sehingga
menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah amina yang
memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.
• Reaksi Substitusi Dengan Amina
Reaksi dengan suatu alkil halida
RNH2 + R’Cl RNH2Cl- dan juga RNHR’2Cl- dan RNR’3 Cl-
Reaksi dengan ester
CH3C OCH2CH3 + HNCH3 CH3C NHCH3 + CH3CH2OH
Reaksi dengan asam anhidrida
CH3C OCCH3 + HNCH3 CH3C NHCH3 + HOCCH3
Reaksi dengan asam halida
CH3C CL + HNCH3 CH3C NHCH3 + HCL
Amina juga bereaksi dengan asam nitrit ( HONO )
R3N + H ONO R3N+H –ONO
(amina tersier) (garam amina)
R2NH + HONO R2N N═ O
(amina sekunder) (nitrosamin)
RNH2 + HONO dingin R N2+ -N
2 R+ (tidak stabil)
(amina primer)
1.1 Tata Nama Amina
Amina alifatik sederhana biasanya diberi nama dengan menulis substituen alkil atau
aril dan menambahkan akhiran –amina. Bagian dari nama amina digabung dalam satu
kata. (Fessenden, 1997)
Aril amina diberi nama sebagai turunan dari amin aromatik asal, seperti anilin.
Substituen pada nitrogen diberi nama dengan awalan didahului oleh N- untuk
memperlihatkan substituen terikat pada nitrogen, tidak pada cincin (awalan N- dipakai
dalam beberapa nama alkil amina).
Amina heterosikalik, dengan nitrogen di dalam cincin, mempunyai nama sendiri.
Beberapa contoh berikut :
Jika tidak mungkin memberi senyawa sebagai alkil amina atau aril amina, digunakan
awalan amino- untuk gugusan amino menunjukkan tempat asalnya dengan angka, bila
perlu. (Fessenden, 1997)
• Ikatan dalam amina
Ikatan dalam suatu amina beranalogi langsung dengan ikatan dalam amon
ia, suatu atom nitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom atau gugus lain (H atau R)
dan dengan sepasang elektronmenyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa.
H-N-H CH3-N-CH3 H
H CH3
ammonia trimetilamina
piperidina
Dalam garam amina atau garam amonium kuartener,
pasangan elektron menyendiri membentuk ikatan sigma keempat. Kation
beranalogi dengan ion amonium.
H CH3 CH3
H-N-H Cl- CH3-N+-CH3 Cl -O2CCH3
H CH3
H
Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan yang terikat pada
nitrogen akan bersifat kiral;namin,enantiomer dari sebagian besar senyawa amina
tidak dapat diisolasi karena terjadinya inverse yang cepat antara bayangan-
N
N+
bayangan cermin pada temperatur kamar. Inversi itu berlangsung lewat keadaan-
transisi datar (nitrogen sp2). Akibatnya ialah piramida nitrogen itu menjentik
sehingga dindingdalam menjadi dinding luar, mirip payung yang terhenbus angin
kencang. Energi yang diperlukan untuk inversi ini sekitar 6 kkal/mol, kira-kira dua
kali energi untuk rotasi mengelilingi ikatan sigma karbon-karbon.
Jika suatu nitrogen amina mempunyai tiga substituen yang berlainan dan
pengubahan timbalbalik antara kedua struktur bayangan cermin itu terhalang, maka
dapatlah diisolasi sepasang enantiomer. Basa Troger adalah suatu contoh molekul
semacam itu. Titian metilena antara kedua nitrogen mencegah pengubahan
timbalbalik (inverkonversi) antara banyangan cermin, sehingga basa Troger dapat
dipisahkan menjadi sepasang enantiomer.
Kasus lain dimungkinkan adanya enantiomer yang dapat diisolasi ialah
pada garam amonium kuterner. Senywa ini secara struktur mirip senywa yang
mengandung atom karbon sp3. Jika empat gugus yang berlainan terikat pada
nitrogen, ion itu akan bersifat kiral dan garam itu dapat dipisah sebagai enantiomer
– enantiomer.
1.2 Aminating Agents
Agen aminasi (aminating agents) yang biasa digunakan adalah NH3 gas atau cair,
NH3 dalam air (NH4OH) atau dalam pelarut organik, senyawa yang mengandung amonia
seperti (NH4)2SO4, ammonium karbonat, urea, dan lain-lain.
Penggunaan Katalis dalam Reaksi Aminasi
a. Amonolisis senyawa halogen dengan katalis logam : Cu, As, Ag, CuO dan garam-
garam Cu
b. Katalisator dehidrasi : alumina, silika gel, aluminium fosfat dalam gel alumina, Ni, Co
dan lain-lain.
c. Katalisator hidrogenasi berupa logam campuran (alloy)
d. Katalisator hidroamonolisis : logam Ni, Co, Cu, Ni-A, dll
BAB III
PENGGUNAAN AMINA DI INDUSTRI
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna
sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating agents) dan
pengemulsi. (Billenstein,1984)
Empat amin yang relative sederhana sangat penting dalam fungsi tubuh manusia.
Mereka adalah sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin), norepinefrin (non
adrenalin), dopamine dan serotonin.
Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter (pembawa pesan
kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin, norepinefrin dan dopamine juga dikenal sebagai
katekolamin yang merupakan turunan dari katekol (o-dihidroksibenzen).
Berikut ini beberapa kegunaan senyawa amina dan turunannya :
1. Amina sebagai pelembut pakaian
2. Amina sebagai anti iritasi pada shampo
3. Amina sebagai pelumas
4. Amina sebagai obat parasit leishmania
3.1 Penggunaan amina dalam sintesis
Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan perhatian khusus
dari para ahli kimia organik yang berkecimpung dalam farmakologi dan ilmu pngetahuan
biologis lainnya, karena banyak biomolekul yang mengandung nirogen. Sebagian besar
yang digunakan untuk mensintesis senyawa nitrogen dari amina telah dibahas dalam buku
lain.
Banyak reaksi amina adalah hasil serangan nukleofilik oleh elektron
menyendiri dari nitrogen amina. Reaksi substitusi suatu amina dengan alkil halida adalah
suatu contoh dari amina yang bertindak sebagai suatu nukleofil. Amina dapat juga
digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi asil nukleofilik. Jika derivat asam
karboksilat merupakan reagensia karbonilnya, maka diperoleh amida sebagai produk. Jika
reaksi karbonil berupa aldehid atau keton, produknya dalah imina (dari amina primer,
RNH2) atau suatu enamina (dari suatu amina sekunder, R2NH).
-NR3+OH-) merupakan suatu teknik sintetik lain. Eliminasi Hofmann dari
amonium kuarter hidroksida, lebih berguna sebagai suatu alat analitis dari pada suatu alat
sintetik, karena dihasilkan campuran alkena. (juga, suatu reaksi eliminasi alkil halida
merupakan jalur yang lebih mudah menuju alkena di laboratorium). Bahkan spektroskopi
nmr telah lebih bayak digunakan sebgai suatu alat bantu dalam suatu struktur dari pada
eliminasi Hofmann. Di pihak lain,pengubahan suatu arilamina menjadi garam diazonium
yang disusul reaksi substitusi, sangat berguna dalam sitesis organik, dan untuk memeriksa
tipe senyawa yang mudah diperoleh dari garam arildiazonium.
Enantiomer tunggal dari amina kristal lazim dijumpai dalam tumbuhan. Karena
kebasaannya, beberapa amina ini dapat digunakan untuk memisahkan asm-asam karboksilat
rasimik. Dua diantaranya ialah striknina (strychnine) dan brusina (brucine), keduanya dapat
diisolasi dari biji bidara laut (strychnos nux-vomica; kedua senyawa itu merupakanstimulan
yang bersifat racun dalam sistem syaraf pusat). Berikut adalah beberapa senyawa yang dapat
diperoleh dari amina:
- Garam amina
- Amida
- Imida
- Enamina
- Garam arildiazonium
- Alkena
R3N + R’X R3NR’X- (Garam Amina)
O O
R2NH + R’CCl R2NCR’ (Amida)
RNH2 primer + R’2C O RN CR’2 (Imina) O NR2
NaNO2
HCl
CH3I
Ag2O,H2O
NaNO2
HCl
R2NH sekunder + R’2CHCR’ R’2C CR’ (Enamina)
ArNH2 ArN2+Cl- (Garam Arildiazonium)
NR’2
R2CHCR2 R2C CR2 (Alkena)
3.2 Garam Amina
Garam yang terbentuk oleh amina adalah zat kristal yang dapat segera larut dalam
air. Larut Banyak alkaloid (misalnya kina dan atropin) digunakan medicinally dalam bentuk
garam larut ('hydrochlorides'). Jika alkali (natrium hidroksida) ditambahkan ke larutan garam
seperti amina bebas adalah dibebaskan.
Reaksi suatu asam amina dengan suatu asam mineral (seperti CHl) atau suatu asam
karboksilat (seperti asam asetat) menghasilkan suatu garam amina. Garam amina lazim diberi
nama menurut salah satu dari dua cara: sebagai garam ammonium tersubstitusi atau sebagai
kompleks amina-asam.
(CH3)3N: + HCl (CH3)3NH+ Cl-
trimetilamonium klorida
atau
trimetilamina hidroklorida
CH3CH2NH2 + CH3CO2H CH3CH2NH3 -O2CCH3
etilamonium asetat
atau
etilamina asetat
2.2.1 Proses Pembuatan Anilin
Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak
cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan
menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini
adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium
khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke
dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan
di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu
reaksi 235 °C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang
digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3 C6H5NH2+ NH4Cl
Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro
anilin dengan yield yang dihasilkan adalah 96%. (Groggins, 1958)
2.2.2 Proses Pembuatan Amphetamine
Amphetamine atau amphetamine juga dikenal sebagai alpha-methyl-
phenethylamine, phenyl-isopropylamine, beta-phenyl-isopropylamine dan
Benzedrine adalah stimulan yang biasa digunakan untuk mengobati Attention-
deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada remaja dan anak-anak. Selain itu,
juga digunakan untuk pengobatan simptomatis dari traumatic brain injury dan
gejala mengantuk karena narcopelsy serta chronic fatigue syndrome. Pada
awalnya, senyawa ini dikenal dapat digunakan untuk mengurangi nafsu makan
dan untuk kontrol berat badan. Saat ini, obat tersebut ilegal untuk diedarkan.
Amphetamine merupakan cairan tak berwarna dengan bau amina dan
mudah larut dalam air (1:50) serta larut dalam alkohol. Bentuk basa mudah
menguap pada suhu kamar dan telah digunakan sebagai inhalant, tetapi secara
komersial tidak lagi tersedia di US. Amphetamine sulfate merupakan serbuk
kristal putih dan tidak berbau serta sedikit berasa pahit. Amphetamine sulfate
memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit larut dalam alkohol (sekitar
1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2-amine).
Senyawa amina dapat disintesis dalam satu tahap dengan mereaksikan
keton atau aldehid dengan amonia atau suatu amina dalam sejumlah agen
pereduksi. Proses ini dinamakan reaksi aminasi reduktif. Reduktif aminasi ini
terjadi melalui penyerangan gugus karbonil oleh amina dan menghasilkan imina
melalui reaksi adisi nukleofilik.
Langkah pertama adalah adisi nukleofilik pada gugus karbonil yang
diikuti dengan transfer proton. Produk yang dihasilkan pada langkah pertama ini
adalah hemiaminal atau sering disebut carbinolamine. Bentuk ini biasanya tidak
stabil dan tidak dapat diisolasi. Reaksi yang kedua adalah eliminasi air dari
hemiaminal sehingga terbentuklah senyawa imina. Kemudian bentuk imina ini
direduksi dengan agen pereduksi seperti gas hidrogen dan palladium (H2/Pd),
gas hidrogen dan platina (H2/Pt), Natrium borohidrid (NaBH4) atau dengan
lithium aluminium hidrida (LiAlH4) untuk membentuk senyawa amina.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan amphetamine secara
aminasi reduktif adalah benzyl methyl keton. Senyawa benzyl methyl keton
yang digunakan adalah phenil-2-propanone (P2P). Saat ini, P2P merupakan
bahan kimia yang peredarannya sangat dibatasi karena kekhawatiran
penyalahgunaan bahan ini sebagai starting material untuk pembuatan
amphetamine. Selain reaksi aminasi reduktif, juga dikenal reaksi lain untuk
pembuatan amphetamine.
Salah satu upaya sintesis amphetamine adalah dengan cara aminasi
reduktif tekanan tinggi terhadap 1-phenil-2-propanone dengan menggunakan
Raney Nickel. Prosedur pembuatan secara laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Satu mol atau kurang lebih 134,2 gram phenyl-2-propanone dilarutkan ke
dalam 500 ml methanol yang telah dijenuhkan dengan ammonia pada suhu
10oC (sekitar 94 gram atau 5,5 mol).
2. Setelah penambahan Raney nickel dari 30 gram alloy, dilakukan hidrogenasi
dalam autoclave yang dilengkapi dengan shaker atau pengaduk. Hidrogenasi
ini dijalankan pada suhu 90oC dan tekanan 100 atm. Setelah pengambilan
hidrogen telah berhenti, tekanan diturunkan.
3. Kemudian dilakukan penyaringan terhadap katalis dan dilakukan destilasi
untuk penghilangan pelar tekanan. Residu diasamkan dengan 20% HCl
hingga pH 3.
4. Pengotor non-basic (asam) diekstraksi dengan eter. Ekstrak eter ini dibuang.
Sedangkan larutan berair (fase air) dibasakan dengan larutan NaOH 40% dan
diekstraksi dengan eter.
5. Ekstrak eter (berisi amphetamine base) dikeringkan dari tapak-tapak air
dengan melewatkannya pada KOH.
6. Pelarut eter diuapkan dan produk didestilasi untuk mendapatkan produk yang
lebih murni (yield 90%) dengan b.p 92oC.
7. Amphetamine lebih baik disimpan dalam bentuk hidroklorida. Untuk
mendapatkan bentuk hidroklorida, amphetamine base dilarutkan dengan
pendinginan dalam alkohol jenuh HCl dalam jumlah berlebih. Dilakukan
presipitasi dengan eter absolut untuk mendapatkan racemic DL amphetamine
hydrochloride, mp 1520C.