paper compile oecd
TRANSCRIPT
PEMBAHASAN
A. Isu Internasional Akuntansi Akrual di Negara Lain
Akuntansi berbasis akrual mulai menarik perhatian sektor publik ketika basis kas yang sudah
digunakan sejak awal kurang dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan, khususnya
mengenai kinerja Pemerintah. Penggunaan akuntansi berbasis akrual dimulai pada dua dekade lalu,
yaitu oleh Selandia Baru. Selandia Baru adalah negara pertama yang menerapkan basis akrual pada
pelaporan keuangannya pada tahun anggaran 1992 dan pada penganggarannya pada tahun anggaran
1995. Praktik akuntansi ini kemudian mulai populer dan diikuti oleh negara-negara lain.
Beberapa negara menggunakan basis akrual untuk penyusunan laporan keuangan dan
penganggaran. Namun lebih banyak negara yang menerapkan basis akrual dalam pelaporan
keuangannya saja. OECD, seperti yang diungkapkan dalam PUMA/SBO(2002)10, menyatakan ada
dua risiko yang cenderung dihadapi ketika menggunakan basis akrual dalam penganggaran, antara
lain:
1. Penganggaran berbasis akrual diyakini akan menimbulkan resiko disiplin anggaran. Keputusan
politik untuk mengeluarkan uang hanya dapat diakomodir oleh basis kas.
2. Legislatif cenderung resisten dalam mengadopsi penganggaran berbasis akrual karena
kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri.
Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan
tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara
serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah)
dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislatif (DPR/DPRD). Apabila
anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislatif hanya pada sumber
daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda
(pelaporan keuangan berbasis akrual sementara anggaran berbasis kas), risikonya adalah seakan-akan
hanya latihan akuntansi saja.
Dalam makalah ”Transition to Accrual Accounting” IMF menyimpulkan beberapa isu terkait
dengan penerapan basis akrual, antara lain:
a. Perumusan Kebijakan Akuntansi
Basis kas terutama berkaitan dengan pencatatan transaksi penerimaan dan pembayaran kas relatif
mudah dioperasikan. Namun basis kas gagal untuk memberikan informasi penting tentang transaksi
yang berkaitan dengan non kas. Sedangkan akuntansi akrual adalah sistem akuntansi yang lebih
komprehensif namun pengakuan dan pengukuran atau penilaian atas transaksi yang semakin
kompleks menyebabkan persyaratan kemampuan teknis dan pertimbangan yang lebih tinggi karena
mengandung risiko kesalahan dan salah saji yang tinggi. Untuk mengurangi risiko tersebut maka
diperlukan standar akuntansi nasional dan internasional. Standar akuntansi akan memberikan panduan
mengenai perlakuan akuntansi yang dapat diterima serta menentukan persyaratan minimum yang
perlu dipenuhi dari tujuan umum laporan keuangan. Salah satu isu penting yang perlu diperhatikan
pemerintah ketika mempertimbangkan untuk menggunakan basis akrual adalah pemilihan dan
penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dengan standar akuntansi yang relevan. Pertimbangan
harus dilakukan untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat membantu menghasilkan informasi
keuangan yang relevan dan dapat diandalkan.
b. Adanya Celah dalam Standar Akuntansi Internasional
The International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB) yang merupakan bagian
dari International Federation of Accountants (IFAC), bertanggung jawab untuk menerbitkan
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). IPSAS dirancang untuk memfasilitasi
penerapan umum pelaporan keuangan pemerintah dengan kualitas yang tinggi yang dapat
diperbandingkan secara internasional.
Masih terdapat celah antara standar akuntansi internasional dengan standar yang dikembangkan
oleh suatu negara. Pemerintah suatu negara perlu memformulasikan standarnya sendiri atau pedoman
atas aspek tertentu sampai standar internasional yang relevan diselesaikan.
c. Informasi Kas dalam Kerangka Kerja Akrual
Penerapan basis akuntansi menuju basis akrual tidak berarti ditinggalkannya basis kas. Sebailknya,
basis kas merupakan elemen integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. Baik IPSAS
maupun GFSM 2001 mensyaratkan laporan arus kas yang mengidentifikasi secara terpisah
penerimaan dan pembayaran kas yang terkait dengan aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.
Sistem berbasis akrual yang modern memiliki fungsi untuk mendukung akuntansi berbasis kas dan
juga pelaporan.
Pertanyaan penting yang perlu diperhatikan adalah seperti apa tingkat informasi penerimaan,
pembayaran, dan kas yang ditahan yang diperlukan? Untuk tujuan manajemen kas tingkat tinggi,
informasi kas pada tingkat makro mungkin sudah cukup. Mengkonfigurasi sistem yang modern untuk
menyediakan macro-cash accounting dan pelaporan data relatif sederhana. Namun, jika pemerintah
ingin mempertahankan kemampuan untuk menelusuri dan mengevaluasi entitas, program, fungsi,
produk, atau elemen biaya pada transaksi berbasis kas, dimungkinkan dengan konfigurasi sistem yang
lebih kompleks.
d. Sinkronisasi antara Akuntansi Akrual dengan Anggaran
Sering diargumentasikan bahwa konsep akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat
basis yang jelas dan transparan dalam pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan
hasil keuangan yang aktual.
Akuntansi akrual berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan setelah transaksi, sesuai dengan
konsep akrual. Secara teknis, pemerintah dapat menerapkan basis akuntansi akrual tanpa membuat
perubahan pada kerangka penganggaran yang berbasis kas. Dalam keadaan seperti itu, selain laporan
keuangan berbasis akrual, pertanggungjawaban anggaran berbasis kas tetap disusun.
Penganggaran akrual, di sisi lain, melibatkan perencanaan ex ante dengan dasar akrual. Ini berarti
selain arus kas anggaran akrual juga menggabungkan semua transaksi non kas. Hal ini dapat
menimbulkan akuntansi yang kompleks dan isu-isu manajemen kas yang harus diperhatikan sebelum
penganggaran berbasis akrual dilaksanakan.
e. Klasifikasi Anggaran dan Bagan Akun
Klasifikasi anggaran menetapkan cara dimana pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan akan
dikategorikan dan disajikan dalam anggaran. Bagan akun (chart of account) adalah kerangka
pengkodean yang menjadi dasar pencatatan transaksi akuntansi dan saldo dalam buku besar yang
merupakan catatan akuntansi utama dari suatu entitas.
Dalam sistem yang dirancang dengan baik, bagan akun harus mencakup klasifikasi anggaran. Ini
berarti bahwa di samping semua akun yang tercantum dalam klasifikasi anggaran, bagan akun akan
mencakup akun lain yang diperlukan untuk akuntansi dan tujuan pelaporan. Apabila pemerintah
menerapkan basis akrual pada akuntansi dan anggarannya secara simultan, akun standar dan
klasifikasi anggaran diharapkan menjadi satu. Akan tetapi jika pemerintah menerapkan basis akrual
hanya pada akuntansi dengan masih menerapkan basis kas pada anggarannya, akan ada perbedaan
signifikan antara kedua sistem klasifikasi tersebut. Namun demikian, bagan akun harus tetap
mencakup laporan-laporan yang berbasis akrual maupun kas.
Desain dari bagan akun pemerintah memiliki dampak yang besar pada efektivitas kerangka
akuntansi akrual. Bagan akun mempunyai peranan yang penting karena menentukan klasifikasi
transaksi dan saldo yang tercatat dalam buku besar pemerintah dan karena itu menentukan lingkup
dan isi dari laporan keuangan yang akan tersedia dari sistem pusat pemerintah. Bagan akun harus
memiliki kapasitas untuk mengakomodasi kebutuhan akan data saat ini, dan apabila memungkinkan
dapat mengantisipasi kebutuhan masa depan. Bagan akun juga harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat mendukung kebutuhan berbagai laporan pemerintah tanpa memerlukan entri data lagi
(multiple data entry).
f. Neraca Awal
Neraca awal dari penerapan basis akrual harus didukung dengan informasi dan penjelasan yang
cukup untuk kepentingan audit. Pada titik ini, kegiatan tersebut akan merupakan proses yang
memakan waktu dan sangat riskan. Konsep materialitas dapat digunakan untuk membuat
pertimbangan-pertimbangan tentang aset dan kewajiban mana yang harus dijadikan perhatian utama
selama penerapan basis akrual.
g. Proses Keuangan yang Tersentralisasi atau Terdesentralisasi
Sebuah keputusan struktral penting yang harus dibuat sehubungan dengan fungsi akuntansi adalah:
haruskah akuntansi yang rinci dan proses pelaporan dilakukan oleh Kementerian Keuangan atau
kementerian teknis dan lembaga?
Pertanyaan berikutnya adalah jika tanggung jawab diserahkan pada kementerian teknis dan
lembaga, haruskah mereka mengembangkan dan memelihara sistem keuangan mereka sendiri, atau
sebaiknya mereka memiliki akses online untuk satu sistem yang dikelola oleh Kementerian
Keuangan?
Untuk pertanyaan pertama, pemerintah perlu melakukan penilaian skala dan kompleksitas
transaksi yang tercakup dalam identifikasi dan pengukuran atas transaksi dan saldo-saldo rekening
basis akrual dan mempertimbangkan apakah mungkin terdapat manfaat dalam memberikan otoritas
akuntansi dan pelaporan keuangan ke kementerian teknis dan lembaga terkait, daripada mencoba
untuk melakukan fungsi tersebut secara terpusat. Pendekatan ini secara umum dilakukan oleh negara-
negara maju yang selama ini mengadopsi basis akrual. Namun untuk negara sedang berkembang,
dengan keterbatasan kapasitas, hal seperti itu tidak mungkin dicapai dalam jangka pendek.
Pendekatan desentralisasi dapat menimbulkan risiko bahwa otoritas pusat (Kementerian Keuangan)
tidak dapat menerima laporan yang diperlukan dari kementerian teknis dan lembaga terkait secara
tepat waktu yang akan berakibat pada tertundanya pembuatan laporan konsolidasi.
Untuk pertanyaan kedua, pengembangan dan pemeliharaan satu sistem terpusat dengan
pemrosesan yang dilakukan oleh kementerian teknis, dapat menawarkan skala ekonomi yang
signifikan, dan mungkin cocok untuk negara berkembang dengan kemampuan akuntansi dan
teknologi informasi yang terbatas. Hal ini akan memungkinkan Kementerian Keuangan untuk
mengakses data transaksi secara real-time dan juga dapat mengurangi risiko keterlambatan dalam
pembuatan laporan konsolidasi. Alternatif lain, pengolahan dan penyusunan laporan keuangan
dilakukan oleh kementerian teknis dengan sistem yang terpisah, merupakan praktik yang lebih disukai
oleh negara-negara maju. Kementerian Keuangan dalam hal ini perlu untuk menyediakan aplikasi
konsolidasi khusus untuk mengumpulkan dan mengkonsolidasikan laporan keuangan dari
kementerian teknis secara otomatis.
h. Konsolidasi
Terlepas dari apakah pemerintah mengadopsi model sentralisasi atau desentralisasi, adalah penting
membuat laporan konsolidasi untuk sektor pemerintah secara umum atau sektor publik, bahwa semua
transaksi dan saldo inter-agency, berdasarkan sektor, secara terpisah diidentifikasi dalam akun entitas
agar dapat dilakukan eliminasi.
Sistem dan prosedur khusus juga harus dirancang agar dapat mengeliminasi secara efisien dan
rutin transaksi antar entitas antara Kementerian Keuangan dengan kementerian teknis dan lebih umum
antar entitas publik sektor. Transaksi ini dapat berupa penyediaan dana apropriasi untuk entitas,
transfer pendapatan yang dikumpulkan dari entitas, transaksi keuangan seperti suntikan ekuitas dan
pinjaman, dan pembayaran “kepemilikan” kembali seperti dividen dan bunga kepada Kementerian
Keuangan, dan lain-lain.
i. Item yang “Terkendali” dan “Dikelola”
Manfaat utama dari kerangka kerja akuntansi basis akrual adalah bahwa ia menyediakan informasi
tentang biaya pelayanan yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga. Namun, untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan tersebut, perlu untuk membedakan mana item yang “dikendalikan” oleh laporan
kementerian/badan (gaji, barang, dan jasa) dan item yang hanya “dikelola” oleh kementerian/badan
atas nama pemerintah (subsidi, hibah, manfaat sosial). Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,
mungkin sulit bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai biaya tersebut.
B. Komparasi Penerapan Basis Akuntansi Di Negara-Negara Oecd
Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk pelaporan
keuangan dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering dikemukakan atas hal ini
adalah pertama, penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran.
Alasan kedua, yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena
kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).
Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan
tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara
serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah)
dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD). Apabila
anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislator hanya pada
sumber daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang
berbeda (pelaporan keuangan berbasis akrual sementara anggaran berbasis kas), risikonya adalah
seakan-akan hanya latihan akuntansi saja (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).
Reviw atas status akuntansi dan penganggaran akrual di negara-negara anggota OECD yang
digambarkan dalam Tabel-1, menunjukkan bahwa sebagian besar negara anggota telah mengenalkan
aspek akuntansi akrual dan akan lebih aktif lagi untuk menyosialisasikannya pada masa-masa
berikutnya (Athukorala dan Reid, 2003).
Tabel 1
Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota OECD
No
.
Nama Negara Akuntansi Akrual Laporan
Konsolidasi Akrual
Penganggaran
Akrual
Anggota G7-Ekonomi
1. Kanada Sejak TA 2002 Sejak TA 2002 Ya
2. Perancis Sedang dikenalkan Beberapa akrual
penuh sedang
dikenalkan
ESA 95,
dimaksudkan
untuk berpindah ke
akrual basis
modifikasian
3. Jerman Laporan Kas, didukung
informasi akrual
Tidak ESA 95 dalam
persiapan
4. Itali Ya Ya ESA 95 Ya
5. Jepang Ya Dikenalkan Tidak
6. Inggris Sejak TA 2000 Sejak TA 2006 ESA 95 sejak 2002
7. Amerika Serikat Sejak TA 1998 Sejak TA 1998 Beberapa
Anggota lainnya
8. Australia Sejak TA 1995 Sejak TA 1997 Sejak TA 2000
9. Austria Tidak Tidak ESA 95 Akrual
Modifikasi
10. Belgia Beberapa Tidak ESA 95 Akrual
Modifikasi
11. Republik Ceko Tidak Tidak Tidak, tapi akan
dikenalkan akrual
mengacu ESA 95
12. Denmark Beberapa Beberapa ESA 95 sedang
dikenalkan
penganggaran
akrual penuh
13. Finlandia Sejak TA 1998 Sejak TA 1998 ESA 95 ya
14. Yunani Beberapa Ya ESA 95 Akrual
15. Hongaria Laporan kas, didukung
dengan informasi akrual
Tidak Tidak, tapi akan
dikenalkan akrual
16. Islandia Sejak TA 1992 Sejak TA 1992 ESA 95 sejak 1998
17. Irlandia Laporan kas Tidak ESA 95 Akrual
18. Republik Korea Sedang dikenalkan akrual
penuh
Tidak Sedang dikenalkan
penganggaran
akrual penuh
19. Luxemburg Tidak Tidak ESA 95
20. Meksiko Tidak Tidak Tidak
21. Belanda Sejak 1994 Sedang dikenalkan ESA 95 untuk
lembaga-lembaga
(agencies) sejak
1997 sedang
dikenalkan akrual
penuh
22. Selandia Baru Sejak TA 1992 Sejak TA 1992 Sejak TA 1995
23. Norwegia Tidak Tidak Tidak
24. Polandia beberapa Beberapa Tidak, tetapi akan
dikenalkan akrual
modif mengacu
ESA 95
25. Portugal Ya Tidak ESA sedang
dikenalkan
tambahan
informasi akrual
26. Republik Slovakia Tidak Tidak Tidak, tetapi akan
dikenalkan akrual
modif mengacu
ESA 95
27. Spanyol Akrual modifikasi Akrual modifikasi ESA 95 kas
modifikasian
28. Swedia Sejak 1994 Sejak 1994 ESA 95 sedang
dikenalkan akrual
29. Swiss Ya Tidak Sedang dikenalkan
akrual penuh
30. Turki Tidak Tidak Tidak
Sumber: Athukorala dan Reid (2003)
Keterangan:
1. ESA 95 (European System of Accounts 1995) mengamanatkan penggunaan akrual basis untuk
penyusunan laporan keuangan. Negara-negara Anggota EU diharuskan menyusun laporan dan
prediksi keuangan pemerintah sesuai dengan ESA 95.
2. Negara-negara anggota yang masih menggunakan akuntansi basis kas, sebagian besar
menggunakan basis akuntansi kas modifikasian.
Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akuntansi akrual di dua negara OECD, yaitu Selandia
Baru dan Australia.
a. Penerapan Akuntansi Akrual di Selandia Baru
Latar Belakang
Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an didominasi oleh kontrol
input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya instruksi- instruksi menyangkut masalah
perbendaharaan dan manual pelayanan publik, adanya keharusan untuk menggunakan penyedia
barang dan jasa (supplier) tertentu yang telah ditentukan (adanya monopoli) dalam berbagai
pengadaan barang dan jasa. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen / Kantor Perbendaharaan
(Treasury) di dalam rekening bank konsolidasian. Mengacu pada instruksi dari Kantor
Perbendaharaan, departemen-departemen mengajukan voucher pembayaran (semacam SPM atau
surat perintah membayar) kepada kantor perbendaharaan yang kemudian mengorganisasikan
pembayaran, dan melaporkan transaksi dalam laporan pemerintah.
Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran (apropriasi) belanja
untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi ini memberikan informasi tentang penerima
anggaran, aktivitas pemerintah, atau jenis pengeluaran (contoh, belanja modal, belanja pegawai,
belanja bantuan sosial, dsb). Hal-hal di atas menimbulkan lingkungan kerja yang kurang kondusif
bagi para pegawai, pejabat dan menteri.
Strategi Penerapan Basis Akrual
Untuk menerapkan basis akrual, Selandia Baru menyiapkan peraturan perundang-undangannya
secara bertahap dan dilakukan dalam beberapa fase. Fase-fase yang dilalui Selandia Baru dalam
mengembangkan standar akuntansi pemerintah dengan basis akrual dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Fase Tradisional dan Manajerialis ( Traditional and Managerialist Phases )
Sebelum tahun 1985 Selandia Baru menggunakan akuntansi berbasis kas. Pada saat itu pemerintah
Selandia Baru masih menggunakan UU Public Service Act 1912 yang mengatur mengenai
pengendalian terpusat dalam pembelanjaan.
2. Fase Marketisasi ( Marketisation Phase ) 1986-1991
Antara tahun 1986 s.d. 1991, Selandia Baru memasuki fase Marketisasi. Dalam fase ini
diperkenalkan sejumlah aplikasi umum untuk sektor publik, termasuk kementerian pusat,
pemerintah lokal, sektor kesehatan dan pendidikan, dan sejumlah badan pemerintah lainnya.
Kantor Perbendaharaan kemudian memiliki ide tentang bagaimana anggaran Selandia Baru
seharusnya. Ide ini berasal dari analisa politik yang dipengaruhi oleh pasar liberal. Ada beberapa
UU yang dibuat pada fase ini yaitu :
The State Owned Enterprises Act 1986
The State Sector Act 1988
The Public Finance Act 1989
Peralihan kepada sistem apropriasi dan akuntansi berbasis akrual penuh ( full accrual-based
appropriations and accounting system ) tentunya akan memungkinkan munculnya penggunaan
aset pemerintah yang lebih baik. Pada tahun 1991, semua departemen menggunakan akuntansi ,
biaya, dan anggaran dengan basis akrual penuh.
3. Fase Strategi Kolektif ( Collective Strategy Phase ) 1992-1996
Pada tahun 1992, Selandia Baru menjadi negara pertama yang berhasil membuat laporan keuangan
seluruh pemerintah ( Crown ) dengan basis akrual penuh. Informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan Crown melebihi sektor swasta, laporan ini meliputi laporan operasi dan pemisahan
laporan posisi keuangan, arus kas, komitmen peminjaman, hutang kontijensi, pembelanjaan atau
biaya yang terjadi dan belum terapropriasi ( unappropriated expenditure or costs incurred ). Setiap
laporan memiliki pembanding dari tahun lalu. Dalam laporan keuangan juga disertakan komentar
dan bagan yang mengindikasikan tren dalam waktu.
Keuntungan utama dari Laporan Keuangan Crown adalah dapat meningkatkan akuntabilitas
kepada parlemen, memperluas jangkauan informasi untuk menilai posisi keuangan pemerintah,
dan menyadarkan manajer akan kebutuhan untuk mengatur aset secara benar.
Fase stratejik ini ditandai dengan adanya kulminasi dalam pembuatan kebijakan anggaran yang
didiskusikan secara terbuka sebelum penetapan anggaran. Mulai tahun 1995, secara eksplisit
kementerian, individual dan kolektif, diharapkan dapat menyatakan secara terbuka mengenai
prioritas mereka dan mengintegrasikan kedalam strategi yang harus dijalankan oleh pelayanan
publik dalam area utama misalnya kebijakan sosial ( pertumbuhan ekonomi, pendidikan, jaminan
sosial, perlindungan lingkungan ). Kemudian strategi ini dikenal sebagai Strategic Result Area
( SRA ) yang akan dijalankan selama 3 s.d. 5 tahun.
4. Fase Kapasitas Adaptif ( The Adaptive Capacity Phase ) 1997 s.d sekarang
Sebuah laporan yang dibuat oleh Allen Shick ( 1996 ) memberikan evaluasi terhadap proses
reformasi sistem akuntansi pemerintahan Selandia Baru. Laporan ini mengidentifikasi kebutuhan
akan penguatan kapasitas stratejik dan merekomendasikan akuntabilitas yang meliputi tanggung
jawab yang tidak hanya berdasarkan atas hasil yang spesifik tapi juga mengenai nilai akun,
penilaian, dan kepemimpinan. Dalam fase ini terdapat 3 UU yang diterbitkan yaitu The Public
Audit Act 2001, The Public Finance Act 2004 , dan The Crown Entities Act 2004.
Implementasi Basis Akrual untuk Pelaporan Keuangan
Bila departemen-departemen sudah sepenuhnya mengadopsi rezim manajemen keuangan yang baru
( akrual ), tentu saja setelah itu pemerintah akan dapat memfokuskan perhatiannya pada pelaporan
keuangan konsolidasian. Penyusunan satu seri laporan keuangan baru untuk pemerintah dengan
berbasis GAAP telah dikelola sebagai pekerjaan penting yang mencakup tujuh elemen berikut :
(1) penetapan kebijakan akuntansi;
(2) pengumpulan informasi; pengonsolidasian informasi;
(3) memperoleh keyakinan atas informasi;
(4) komentar dan analisis;
(5) isu penyajian dan publikasi; dan
(6) komunikasi dan pemasaran.
Penetapan Kebijakan Akuntansi
Pengadopsian GAAP memberi kontribusi besar untuk menyederhanakan proses perumusan kebijakan
akuntansi. Dalam banyak hal penerapan pendekatan yang sama dengan sektor swasta ( privat ) dapat
dilakukan tanpa kesulitan. Namun, dengan pendekatan ini tidak berarti dapat mengeliminasi semua
isu-isu penting yang harus diselesaikan. Kebijakan akuntansi direviu secara ekstensif oleh para ahli
akuntansi, kemudian diterbitkan draft publikasian, dan diberikan briefing kepada para CFO
departemental dan tanggapan-tanggapan dari mereka dipertimbangkan.
Isu-isu kritis yang terkait dengan perumusan kebijakan akuntansi antara lain adalah masalah penilain
aset, kriteria pengakuan pajak, pengakuan bantuan/subsidi. Salah satu warisan dari sistem akuntansi
kas yang lalu adalah tidak tersedianya informasi atas harga perolehan historis dari banyak aset.
Masalah ini secara umum diatasi dengan menggunakan pendekatan net current value untuk penilaian
aset. Apabila net realizable value tidak dapat diperoleh atau tidak tepat untuk digunakan, seperti
untuk kasus infrastruktur dan aset ‘tipe heritage’, dapat digunakan konsep depreciated replacement
cost. Pendekatan ini untuk menjawab kritik dari sejumlah analis fiskal dan ekonom sektor publik
bahwa informasi biaya historis sebagian besar sudah tidak relevan untuk kebutuhan mereka. Para
pengguna laporan keuangan tersebut merasa nyaman dengan menggunakan pendekatan current value
untuk menilai sebagian besar aset, sehingga neraca memberikan potret yang lebih wajar mengenai
realitas ekonomi dari posisi keuangan. Pendekatan ini semakin didukung di dalam kerangka
konseptual akuntansi yang dikembangkan terakhir di Selandia Baru dan Australia.
Sementara itu, masalah titik pengakuan yang tepat untuk pendapatan pajak dan pendapatan lain yang
dapat dipaksakan memerlukan pertimbangan mendalam. Sebagian besar titik pengakuan dari
perspektif ekonomi adalah pada waktu munculnya kewajiban dari para pembayar pajak ( misalnya,
ketika pendapatan yang dapat dikenakan pajak/taxable revenue diperoleh atau ketika konsumsi yang
dapat dikenakan pajak / taxable consumption dinikmati oleh para pembayar pajak ). Akan tetapi,
informasi andal yang memadai seringkali tidak tersedia secara tepat waktu. Oleh karena itu, terutama
untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-kadang diperlukan kompromi atas waktu
pengakuan di kemudian hari ketika informasi andal telah tersedia.
Sedangkan untuk pengakuan beban bantuan dan subsidi, pendekatan yang diambil adalah apabila
pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampai pembayaran dilakukan, maka
beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Alternatif lainnya yaitu beban akan diakui ketika
kriteria tertentu telah dipenuhi dan pemberitahuan telah disampaikan kepada pemerintah.
b. Penerapan Akuntansi Akrual di Australia
Australia sudah sejak belasan tahun lalu menerapkan basis akuntansi akrual di negaranya.
Akuntansi akrual untuk individual departemen/lembaga diimplementasikan sejak tahun 1995. Laporan
konsolidasian akrual diterapkan sejak tahun 1997, dan penganggaran akrual dilaksanakan sejak tahun
2000. Pengaruh Inggris terlihat pada struktur akuntansi Australia. Australia merupakan negara
persemakmuran dan tumbuh sebagai hasil dari migrasi warga inggris pada tahun 1800-an. Oleh
karena itu, praktik akuntansi Australia lebih fokus pada informasi yang diperlukan oleh investor
dibandingkan dengan keperluan pajak negara tersebut.
Pada tahun 1991, The Australian Securities & Invesment Commission dibentuk untuk
membantu peraturan dan menyelenggarakan hukum perusahaan untuk melindungi konsumen, investor
dan kreditor. Standar akuntansi dibuat oleh Australian Accounting Standards Board (AASB). Aslinya,
ASSB bekerja sama dengan Public Sector Accounting Standards Board untuk membuat standar
Australia. Urgent Issues Group (UIG) didirikan pada tahun 1994 untuk membantu menunjuk isu
mendesak dalam bidang akuntansi kebanyakan seperti Emergency Issues Task Force (EITF) di
Amerika Serikat.
Pada tahun 1999, pengaturan standar Australia mereorganisasi ulang melalui The Corporate
Law Economic Reform Program Act. Reorganisasi ini membuat Financial Reporting Council (FRC)
mengatur tindakan AASB. FRC dapat memberikan AASB pengarahan tapi tidak akan bisa
mempengaruhi isi dari standar akuntansi. AASB sekarang mempunyai tanggung jawab untuk
membuat standar baik sektor publik maupun sektor pribadi dan bebas untuk mencari tim dan staf.
UIG terus memberikan panduan mengenai isu akuntansi yang mendesak. Australia mengadopsi IFRS
pada tahun 2005.
Seperti halnya dengan Selandia Baru, adopsi akuntansi akrual di Australia untuk sektor publik
terjadi selama periode reformasi ekonomi luas, meskipun reformasi Australia barangkali lebih
sederhana dibandingkan dengan Selandia Baru. Meskipun pertumbuhan ekonomi Australia telah lebih
konsisten dari Selandia Baru, tekanan muncul pada awal 1990-an untuk meningkatkan efisiensi
pemerintah dan meningkatkan kinerja. Reformasi komprehensif pada akhirnya dengan yang
melaksanakan dua inisiatif yaitu Financial Management Improvement Program dan Program
Management and Budgeting.
Perjalanan proses transisi akuntansi berbasis akrual di Australia dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 1. Perjalanan Transisi Akuntansi Akrual di Australia
1. Periode sebelum 1989
Sebelum tahun 1989, Australia menggunakan basis kas untuk pelaporan akuntansi sektor
pemerintah. Hal-hal yang terjadi masa ini seperti :
Sebelum 1989 : Akuntansi Pelaporan dan Penganggaran Berbasis Kas
1989 - 1990 : Mulai transisi akuntansi berbasis modifikasi kas selama 3 tahun. Penganggaran masih berbasis kas sampai 1999
1992 -1993 : Mulai transisi akuntansi akrual penuh
1994 - 1995 : Laporan Konsolidasi Akrual pertama kali
1999 - 2000 : Anggaran Akuntansi Akrual dihasilkan
1995 : Laporan Akrual Penuh disiapkan oleh Agencies
1996-97 : Laporan Konsolidasi Akrual Publikasi diaudit
1998-99 : Laporan Konsolidasi Akrual Penuh
Accrual Budgeting
Accrual Reporting
a) Buku besar kas yang tersentralisasi
b) Agency mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran dalam buku besar pusat
c) Department of Finance and Deregulation Australia menyiapkan Laporan Penerimaan dan
Pembayaran (Anggaran versus Realisasi) oleh Agency untuk setiap item apropriasi. Laporan ini
diaudit penuh.
d) Agency tidak disyaratkan untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis kas sendiri sampai
1989-1990. Laporan kas telah dimasukkan dalam laporan tahunan agency dan telah diaudit.
2. Periode tahun 1989 s.d. 1992
Dalam periode ini, pemerintah Australia mulai menerapkan akuntansi modifikasi kas. Hal-hal
yang terjadi masa ini seperti:
a) Setiap agency disyaratkan untuk mempersiapkan satu set laporan keuangan basis modifikasi kas
untuk pertama kalinya.
b) Sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan masing-masing agency, Pernyataan informasi
tambahan keuangan meliputi debitur, kreditur, aktiva tetap dan kewajiban tertentu diperlukan.
c) Tidak semua aset dan kewajiban, seperti long service leave, annual leave dan dana pensiun,
diminta untuk diungkapkan.
d) Dampak transaksi atau peristiwa non tunai terus diabaikan, termasuk penyusutan.
3. Periode tahun 1992 s.d. 1994
Periode ini adalah periode dimana pemerintah melakukan transisi menuju akuntansi akrual
penuh. Hal-hal yang terjadi pada periode ini yaitu :
a) Tahun 1992, Menteri Keuangan mengumumkan tiap departemen untuk melaporkan dengan basis
akuntansi akrual penuh pada tahun yang berakhir pada 30 Juni 1995.
b) Tahun 1993, Menteri Keuangan mengeluarkan pedoman baru untuk laporan berbasis akrual,
yang diterapkan secara progresif mulai 1993. Tiga laporan keuangan yang dipersyaratkan adalah:
1) Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Kas)
2) Laporan Aset dan Kewajiban Tertentu (Akrual)
3) Laporan Apropriasi (Diterima dan Digunakan)
4) Catatan Penjelas
c) Permasalahan yang diidentifikasi dalam menyiapkan laporan keuangan berbasis akrual adalah :
1) Aset terdaftar tidak lengkap dan tidak up-to-date;
2) Menetapkan penilaian untuk aset;
3) Memperoleh informasi akrual dari sistem IT keuangan berbasis kas;
4) Staff tidak familiar dengan persyaratan laporan keuangan;
5) Kekurangan dalam akuntansi/sistem IT managemen keuangan, dan
6) Kurangnya definisi atau definisi tidak dipahami.
4. Periode tahun 1995 dan setelahnya
Proses memindahkan agency Pemerintah Australia dari akuntansi kas ke akuntansi akrual
berlangsung stabil dan terukur. Implementasi akuntansi akrual penuh ditetapkan untuk tahun berakhir
30 Juni 1995. Sebuah program pilot terhadap sepuluh agency menyiapkan laporan berbasis akrual
untuk tahun 1992 hingga 1993. Sepuluh agency berikutnya pindah ke format akrual untuk 1993-
1994, dan sisanya melaporkan untuk pertama kalinya di 1994 dan 1995. Laporan Akrual Penuh
Agency dimasukkan dalam laporan tahunan mereka dan diaudit. Tahun 1995 Laporan Akrual
Konsolidasi Percobaan dibuat oleh Department of Finance and Deregulation (DOFAD). Tahun 1996
dan 1997, Laporan Akrual Konsolidasi dipublikasikan dan diaudit. Pada Tahun 1998 – 1999, audit
penuh atas Laporan Akrual Konsolidasi.
Devolusi tanggung jawab, baik dari badan koordinator pusat dan instansi lini, adalah kerangka
kerja manajemen keuangan yang mendasar di Australia. Oleh karena itu DOFAD telah menetapkan
kendali yang terdefinisi dan terbatas dalam proses migrasi akrual. DOFAD menetapkan kerangka
kebijakan dan kerangka waktu, tetapi agency memtuskan tentang bagaimana menerapkan pelaporan
akrual dalam kerangka kerja itu, termasuk:
Bagan Akun
Pengenalan sistem akrual
Pelatihan
Identifikasi aset dan kewajiban
Strategi manajemen risiko -
Penilaian kebutuhan informasi keuangan / keterampilan
DOFAD mensyaratkan agency untuk menggunakan akuntansi akrual penuh untuk laporan
tahun 1995. Dalam penerapan akuntansi akrual tersebut, agency dibantu dengan peraturan-peraturan
sebagai berikut:
1) Australian Accounting Standard (AAS) 29 "Financial Reporting by Government Departments".
2) Guidelines for Accrual Based Statements yang dikeluarkan oleh DOFAD pada tahun 1993.
3) A Guide to the Use of Accrual Accounting and Reporting by agencies dikeluarkan oleh Finance
pada 1994 yang mencangkup: konsep dasar akuntansi dan pelaporan keuangan, bagaimana
informasi keuangan dapat menjadi relevan dalam pengambilan keputusan, mengapa laporan
agency berbeda dengan sektor privat, dan interpretasi laporan keuangan.
Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi
Diperlukan waktu belasan tahun untuk menjadikan accrual budgeting and accounting di
Australia dapat dikatakan baik. Proses adopsi penerapan basis akrual ini memakan waktu yang sangat
lama dan meminta adanya dukungan yang kuat dari sistem informasi manajemen, sumber daya
manusia, komitmen kepemimpinan, kapasitas parlemen dan eksekutif, serta diperlukannya
implementasi yang bertahap. Hal-hal inilah yang menjadi prasyarat kesuksesan implementasi accrual
budgeting and accounting.
Dalam proses transisi menuju akuntansi berbasis akrual penuh, pemerintah Australia mendapati
persoalan-persoalan dan kendala selama implementasi. Berikut ini adalah persoalan-persoalan yang
dihadapi :
Pengakuan aset dan kewajiban
Pencatatan aset dan kewajiban pada harga pembelian adalah metode paling mudah, namun
permasalahan yang ditemui adalah :
a) Aset similar dinilai pada jumlah yang berbeda hanya karena mereka mempunyai tanggal
pembelian yang berbeda
b) Nilai aset dan kewajiban dapat naik dan turun di pasar seperti hutang dan bangunan.
Penilaian yang paling baik menggunakan metode current valuation, namun pendekatan ini juga
menemui masalah yaitu :
a) Nilai berubah-ubah
b) Saran profesional dibutuhkan untuk menentukan nilai
c) Beberapa aset seperti warisan budaya, pertahanan dan infrastuktur sulit untuk dinilai
Pengakuan aset dan kewajiban – Warisan
Warisan (heritage assets) meliputi bangunan bersejarah, monumen, situs purbakala, museum,
galeri dan kumpulan koleksi. Pengakuan dan penilaian warisan tesebut menemui kesulitan karena :
a) Menekankan pada nilai pasar untuk sesuatu yang mempunyai nilai budaya dan bukan nilai
moneter
b) Warisan memilik siklus hidup yang lama, kadang-kadang ratusan tahun. Nilainya tidak jatuh dari
waktu ke waktu sehingga konsep depresiasi tidak relevan.
c) Aset ini secara umum tidak diperjualbelikan karena dilindungi undang-undang dan aset ini tidak
mempunyai nilai pengganti (replacement value)
Pemerintah Australia dalam pengakuan aset warisan ini dengan menerapkan hal-hal berikut :
a) Agency diperlukan untuk mengelola aset-aset warisan sehingga aset warisan tidak jatuh nilainya.
b) Tidak semua warisan atau item budaya akan memenuhi definisi akuntansi aset walaupun
walaupun mempunyai nilai warisan. Apabila suatu aset warisan dan budaya
c) Tak tergantikan dan tidak memiliki harga pasar, tidak mungkin nilainya dapat diukur secara
andal dan dicatat sebagai aset.
d) Aset warisan dinilai pada nilai wajar, yaitu dimana harga pasar tidak dapat digunakan, metode
penilaian lain digunakan seperti pendekatan pendapatan atau nilai pengganti yang didepresiasi.
Pengakuan aset dan kewajiban – Senjata Pertahanan
Australia baru-baru ini mengadopsi metode kapitalisasi untuk akuntansi senjata pertahanan
setelah sebelumnya memperlakukannya sebagai biaya. Amerika Serikat mengadopsi pendekatan
serupa. Aset militer seperti rumah sakit dasar, sekolah militer dan perguruan tinggi dikapitalisasi.
Namun demikian, masih ada masalah yang tidak terselesaikan :
Sulit untuk mengkapitalisasi penelitian, terutama bila dilakukan in-house
Sulit untuk menilai kelebihan aset yang dihentikan, penggunaan eksklusif militer atas spektrum
untuk komunikasi dan penggunaan wilayah udara eksklusif.
Pengakuan aset dan kewajiban – Aset Infrastruktur
Aset infrastruktur terutama terdiri dari jalan raya dan aset jaringan lainnya. Isu-isu yang terjadi
meliputi:
Aset ini memiliki masa manfaat yang panjang. Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah
mereka harus disusutkan.
Beberapa negara tidak melakukan depresiasi aset tersebut atas dasar bahwa pengeluaran
pemeliharaan mempertahankan nilai mereka.
Pemerintah Australia menilai aset infrastruktur pada nilai wajar sebagai contoh bila harga pasar
di mana tidak dapat digunakan, metode penilaian lain seperti pendapatan atau pendekatan biaya
pengganti terdepresiasi akan digunakan.
Pengakuan aset dan kewajiban – Komitmen Sosial
Komitmen sosial dari pemerintah meliputi skema asuransi sosial, kesehatan dan program
pendidikan. Haruskah komitmen seperti dicatat sebagai kewajiban? Skema pensiun untuk pegawai
pemerintah jelas merupakan kewajiban pemerintah dan harus dicatat. Salah satu manfaat besar
Australia pindah ke akuntansi akrual adalah identifikasi skema kewajiban pensiun tidak didanai.
Namun, komitmen lain untuk masyarakat luas umumnya tidak dicatat sebagai kewajiban karena
jika pemerintah mengurangi tingkat tunjangan yang dibayarkan di masa depan, hal ini akan berakibat
tidak adanya tidak lain untuk pengadilan mencari kerusakan untuk kehilangan manfaat.
Perlakuan pemerintah Australia pada komitmen sosial adalah:
Kewajiban manfaat karyawan, seperti untuk gaji atau pensiun yang belum dibayar, akan diakui
sebelum :
a) bila pelayanan disediakan oleh karyawan, atau
b) waktu kewajiban yang ditentukan dalam kesepakatan pekerjaan tersebut
Manfaat Karyawan yang diperlukan untuk diukur dan diungkapkan sesuai dengan AASB 119
Employee Benefits, yaitu kewajiban upah dicatat sebesar nilai yang tidak didiskontokan dan
penentuan aktuaria untuk pensiun dan hak lainnya.
Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Setiap tahunnya, pemerintah Australia menyusun laporan konsolidasi yang dikenal dengan
Consolidated Financial Statement. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akuntansi
berdasarkan IPSAS tersebut meliputi unsur-unsur berikut:
a. Statement of Comprehensive Income (Australian Government Operating Statement)
b. Australian Government Balance Sheet
c. Australian Government Statement of Changes In Equity
d. Australian Government Cash Flow Statement
e. Notes to The Financial Statements
Dalam laporan konsolidasi tersebut, juga terdapat keterangan mengenai:
a. Schedule of Commitments
b. Schedule of Contingencies
c. Schedule of Asset Additions
d. Schedule of Administered Items
Kelebihan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru
Penerapan basis akrual diyakini secara mendunia sebagai cara membawa pemerintahan lebih
akuntabel dan transparan, sebagaimana ramai dikemukakan oleh jurnal-jurnal ilmiah dan sejenisnya
tentang pentingnya akuntansi berbasis akrual. Akuntabel dan transparan dalam penggunaan resource
dan kebijakan oleh pemerintah guna menjalankan dan melaksanakan tugas-tugas negara.
Penerapan basis akrual juga memberikan kemudahan bagi kepentingan komparasi laporan
keuangan antara negara. Sekarang, Australia menjadi salah satu referensi atau acuan oleh banyak
negara dalam implementasi basis akrual dalam akuntansi dan penganggaran. Pengelolaan keuangan
mereka diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Kelebihan lainnya antara lain meliputi:
a. Peningkatan alokasi sumber daya
b. Kualitas pembuatan kebijakan yang lebih baik
c. Kontrol yang lebih baik terhadap capital
d. Identifikasi liabilities yang lebih baik
e. Peluang untuk komparasi sektor private-public
f. Financial management akan menjadi a central concern
g. Kualitas management of cash flow dan current assets/liabilities yang lebih baik.
Kelemahan atas Penerapan Basis Akuntansi yang Baru
Penerapan basis akrual di Australia juga memiliki beberapa kelemahan. Selain lamanya waktu
yang diperlukan untuk mengadopsi basis tersebut serta banyaknya prasyarat pendukung kesuksesan
penerapannya, kelemahan lain dari penerapan basis akrual di Australia antara lain:
a. Penganggaran basis akrual dipercaya menimbulkan risiko fiskal yang tinggi, di mana keputusan
politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan timing pengeluaran anggaran, sesuatu
yang bisa dijawab dengan tepat oleh cash based budgeting
b. Legislator cenderung resisten untuk mengadopsi basis akrual karena kompleksitas dari konsep
akrual itu sendiri.
C. Alasan Terjadinya Trend ke Penerapan Akuntansi Akrual
Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk
mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. Kelemahan akuntansi
berbasis kas menurut Hoesada (2010) adalah:
1. Tidak mampu menyajikan jumlah sumber daya yang digunakan.
2. Tidak marnpu memperhitungkan atau mempertimbangkan kewajiban keuangan, hutang,
komitmen masa depan, penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen.
3. Terfokus secara sempit pada pembayaran kas, tidak peduli akan kondisi dan daya layan aset tetap.
4. Terfokus pada pengendalian input, pembelian, perolehan, dan mengabaikan produksi sendiri.
5. Mendorong distorsi, mendorong para manajer untuk menilai terlampau rendah biaya program,
proyek, kegiatan, mendorong penggunaan sampai habis apropriasi/jatah anggaran.
6. Tak ada kewajiban matching pendapatan vs beban.
7. Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca.
8. Akuntansi berbasis kas merupakan landasan berpijak yang buruk untuk membangun kebijakan
fiskal yang solid.
Oleh sebab itu, dengan berbagai kelemahan yang ada pada basis kas, perubahan menuju
akuntansi berbasis akrual diharapkan dapat mengatasi bebagai kelemahan tersebut. Dalam Study No.
14 yang diterbitkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (2011),
mengatakan bahwa informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan
keuangan memungkinkan pengguna untuk:
1. Menilai akuntabilitas untuk pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber
daya tersebut.
2. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.
3. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu
entitas.
Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study No. 4 tersebut mengatakan bahwa
pelaporan dengan basis akrual akan dapat:
1. Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan
dananya.
2. Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini untuk
membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-
komitmennya.
3. Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya.
4. Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber
daya yang dikelolanya.
5. Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas
penggunaan sumber daya.
Dalam presentasinya, Heather Thompson, Project Manager dari Transition from Cash to
Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management, pemerintah Barbados, menyampaikan
beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran, akuntansi dan
pelaporan) dalam sektor publik.
2. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor public.
3. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.
4. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan.
5. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).
6. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah.
Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk memperoleh
informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan. Sebagai contoh,
biaya-biaya pensiun pegawai pemerintah yang dimasukkan dalam biaya dalam periode akuntansi saat
mereka masih dipekerjakan mencerminkan biaya yang sebenarnya, jika dibandingkan dengan
pembayaran pensiun yang terakumulasi pada saat pegawai tersebut sudah pensiun dan tidak relevan
dengan biaya periode setelah mereka pensiun.
Contoh lain adalah belanja modal dari proyek yang merupakan beban periode tahun berjalan
dirasa kurang tepat jika dibanding dengan biaya depresiasinya dan beban bunga atas pinjaman
berbasis akrual akan memberikan informasi risiko yang lebih akurat, terutama bagi pemberi garansi.
Tujuan penerapan basis akrual lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan pemerintah. Negara yang menerapkan basis akuntansi akrual, yang mensyaratkan pada
manajernya bertanggungjawab atas hasil atau output dengan mengurangi kendali atas input, secara
umum, berada di barisan depan dalam reformasi manajemen publiknya. Para manajer tersebut harus
bertanggungjawab atas seluruh biaya yang berkaitan dengan hasil atau output yang diproduksi, bukan
hanya nilai kas yang dibayarkan. Hanya dengan basis akrual, biaya yang sebenarnya dapat
diinformasikan dan hal ini akan mendukung pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.
Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas dalam mengelola sumber daya yang
dipercayakan (input), mereka berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat seperti itu.
Penerapan basis akrual sejalan dengan tujuan reformasi manajemen keuangan di suatu negara dalam
arti yang luas. Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan akan berhasil diterapkan pada
negara yang secara signifikan mengurangi kendali atas input.
International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance
Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan
akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini
karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya. Sehingga, basis akrual ini
menyediakan estimasi yang lebih tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian
secara makro. Selain itu basis akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena
seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi
lainnya.
Dengan demikian, alasan-alasan penggunaan basis akrual diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup – misal transaksi non kas -
untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang hutang dan piutang, sehingga
penggunaan basis akrual sangat disarankan.
2. Hanya akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk menggambarkan biaya
operasi yang sebenarnya (full costs of operation), misalnya keputusan apakah suatu pekerjaan
harus dikontrakkan atau dilakukan secara swa kelola.
3. Hanya akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan
dalam informasi aset dan kewajiban.
Hanya akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif tentang
pemerintah, misalnya penghapusan hutang yang tidak ada pengaruhnya di laporan berbasis kas.