paper union shop

Upload: christina-martha-mariana

Post on 14-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    1/17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangSerikat pekerja pada awalnya dibentuk sebagai jawaban terhadap

    eksploitasi dan penyalahgunaan pekerja oleh manajemen. Dorongan untuk

    bersatu sering dimulai dari keyakinan pada pekerja bahwa dengan bersatu

    mereka bisa mendapatkan bagian mereka yang adil dan juga melindungi diri

    mereka sendiri dari tingkah manajemen. Para pekerja menginginkan bayaran

    yang lebih besar atau kondisi kerja yang lebih baik.

    Pada posisi lain perusahaan berusaha untuk mengoptimalkan sumber

    daya termasuk sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Usaha untuk

    meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan terkadang tidak dibarengi

    dengan reward yang adil bagi karyawan, sehingga memicu konflik antara

    perusahaan dan karyawan. Berikut ini adalah kutipan sebuah kasus tentang

    tindakan disiplin yang melibatkan perusahaan, karyawan dan serikat pekerja.

    Karyawan itu, pengurus Union Shop, sedang berada di rumah pada hari

    libur rutinnya yang terjadwal. Ia dihubungi oleh penyelianya dan diberitahu untuk

    berbicara dengan tiga anggota serikat pekerja dan menginstruksikan mereka untuk

    menghadiri sebuah pertemuan perkumpulan kerja yang disebut Pencarian

    Komite Interaksi Kualitas. Pada hari yang dimaksud, pengurus Union Shop

    tersebut, dalam hubungan telepon konfrensinya dengan tiga karyawan,

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    2/17

    mengatakan bahwa dia tidak akan memerintahkan mereka untuk menghadiri

    pertemuan Pencarian Kualitas, walaupun penyelianya telah memintanya untuk

    melakukan hal itu.

    Penyelia yang menelpon pengurus Union Shop itu sendiri menolak

    memerintahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan itu, tetapi bergantung pada

    pengurus Union Shop untuk mengeluarkan perintah tersebut kepada karyawan.

    Saat pengurus itu gagal memerintahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan,

    pengusaha men-Skors-nya selama dua minggu. Ia mengeluhkan skors dua minggu

    tersebut.

    Serikat pekerja menunjukkan bahwa tidaklah adil pengusaha menolak

    secara langsung memerintahkan agar menghadiri pertemuan tetapi kemudian

    mengharapkan pengurus itu melakukannya. Posisi perusahaan adalah bahwa

    penolakan serikat pekerja terhadap Pertemuan Pencarian Kualitas telah

    menempatkan karyawan dalam sebuah posisi tidak dapat menghadiri pertemuan

    tanpa arahan dari pengurus Union Shop ; bahwa pengurus itu diberikan tugas

    pekerjaan mengarahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan ; dan bahwa

    kegagalan mengikuti tugas pekerjaan itu adalah pembangkangan dan alasan yang

    tepat atas penskorsan dirinya.

    Serikat pekerja berpendapat bahwa arbitrator harus menguji sifat perintah

    itu saat memutuskan apakah pembangkangan adalah dasar untuk tindakan disiplin.

    Mengenai sifat perintah dalam kasus ini, pengusaha harus memperlihatkan bahwa

    perintah itu secara langsung berhubungan dengan klasifikasi pekerjaan dan tugas

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    3/17

    pekerjaan dari karyawan yang dikenakan tindakan disiplin. Penolakan untuk

    mematuhi perintah demikian harus diperlihatkan untuk menempatkan tantangan

    nyata terhadap wewenang penyeliaan. Karyawan itu tidak membantah fakta

    bahwa ia telah gagal mengikuti perintah yang diberikan kepadanya oleh

    penyelianya, tetapi menunjukkan bahwa ia tidak sedang bertugas pada waktu itu

    dan bahwa tugas yang diberikan kepadanya bukanlah karena pekerjaannya

    diperusahaan tetapi karena statusnya sebagai pengurus Union Shop.

    1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian kasus tersebut dapat diidentifikasi masalah-masalah

    yang terjadi yaitu sebagai berikut :

    1. Karyawan A adalah seorang pekerja pada perusahaan tertentu dan jugamerupakan pengurus pada Union Shop, yang pada waktu itu sedang

    menikmati hari liburnya menerima perintah dari Penyelianya untuk

    menyiapkan tiga rekannya berpatisipasi dalam program pencarian

    kualitas.

    2. Tugas yang diberikan tersebut bukan spesifikasi dan tanggungjawabnya dalam perusahaan tersebut.

    3. Perusahaan menolak memberikan perintah langsung tetapi melaluiPenyelia. Penyelia pada perusahaan memberikan perintah yang tidak

    tegas sehingga menyebabkan kemungkinan untuk dilaksanakan atau

    tidak.

    4. Perusahaan memberikan sangsi skorsing pada Karyawan A yangmerasa tidak sepatutnya menerima tindakan disiplin dari perusahaan.

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    4/17

    1.3 Rumusan MasalahDari uraian kasus diatas, muncul permasalahan sebagai berikut:

    1. Sebagai arbitrator, menurut anda apakah pengusaha memilki alasan yangtepat untuk mengenakan tindakan disiplin kepada karyawan? Jelaskan

    jawaban anda.

    2. Jika penolakan serikat pekerja terhadap program Pencarian kualitas telahmendorong karyawan untuk tidak berpartisipasi, mengapa serikat pekerja

    tidak dianggap bertanggung jawab untuk mengarahkan karyawan agar

    hadir?

    1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penulisan

    Makalah ini hanya membahas tentang pertanyaan dalam kasus yang diangkat

    berdasarkan tinjauan teoritis dan praktis.

    1.3. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan dari penulisan ini adalah:

    a. Mendalami pengetahuan tentang tindakan disiplin dan hubungan perusahaan,

    karyawan dan serikat pekerja melalui studi kasus yang menjadi pokok materi

    b. Mendalami tentang pemberian sangsi disiplin dalam sebuah pelaksanaan tugas

    menurut studi kasus yang menjadi pembahasan.

    Manfaat dari penulisan ini adalah:

    a. Mendapatkan gambaran tentang tindakan disiplin dan hubungan perusahaan,

    karyawan dan serikat pekerja melalui studi kasus yang menjadi pokok materi.

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    5/17

    b. Mandapatkan pemahaman tentang sangsi disiplin dalam sebuah pelaksanaan

    tugas menurut studi kasus yang menjadi pembahasan.

    1.4. Metodologi Penulisan

    Metode yang digunakan untuk memenuhi penyusunan penulisan ini adalah :

    a. Studi kepustakaan

    b. penelusuran website

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    6/17

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Serikat Pekerja

    Hubungan perburuhan (labour relations) adalah hubungan

    berkesinambungan di antara sekelompok karyawan (yang diwakili oleh

    serikat pekerja) dengan manajemen perusahaan. Serikat pekerja adalah

    sebuah organisaswi yang berunding bagi karyawan tentang uapah-upah,

    jam-jam kerja, syarat-syarat dan kondisi pekrjaan lainnya (Shimamora,

    1999:678).

    Kita dapat menyamaratakan dengan mengatakan bahwa serikat

    pekerja memiliki dua sasaran, satu bagi keamanan serikat pekerja dan dua

    untuk perbaikan upah, jam kerja, kondisi kerja dan tunjangan bagi para

    anggotanya. (Dessler,2009:226).

    a. Kemanan serikat pekerjaSerikat pekerja berusaha keras untuk mewakili pekrja sebuah

    perusahaan dan menjadi agen kesepakatan bagi semua karyawanan dalam

    unit tersebut. Lima jenis keamanan serikat pekerja yang mungkin adalah:

    1. closed shop. Perusahaan hanya dapat mempekerjakan para anggotaserikat pekerja.

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    7/17

    2. Union shop. Perusahaan dapat mempekerjakan orang-orang yangbukan anggota serikat pekerja,tetapi mereka harus bergabung

    dengan serikat pekerja setelah periode waktu yang telah ditentukan

    dan membayar iuran.

    3. Agency shop. Karyawan yang bukan anggota serikat pekerja masihharus membayar iuran serikat pekerja atas asumsi bahwa usaha

    yang diakukan serikat pekerja menguntungkan semua pekerja.

    4. Open shop. Terserah pekerja apakah mereka ingin bergabungdengan serikat pekerja atau tidak, mereka yang tidak bergabung

    tidak perlu membayar iuran.

    5. Pemeliharaan kesepakatan keanggotan. Karyawan tidak harusbergabung dengan serikat pekerja. Namun, anggota serikat pekerja

    yang dipekerjakan oleh perusahaan harus mempertahankan

    kenaggotaan dalam serikat pekerja selam periode kontrak.

    b. Perbaikan upah, jam kerja, dan tunjangan bagi para anggotaSaat keamanan mereka terjamin, serikat pekerja berjuang untuk

    memperbaiki upah, jam kerja dan kondisi kerja. Kesepakatan kerja

    umumnya juga memberikan sebuah peran kepada serikat pekerja dalam

    aktivitas SDM, termasuk perkerutan, seleksi, pemberian kompenasasi,

    promosi, pelatihan, dan memberhentikan karyawan.

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    8/17

    2.1.2. HUBUNGAN MANAJEMEN DAN PEKERJA

    2.1.2.1. PERAN MANAJER

    Manajjer berada digaris depan dalam seluruh hubungan

    manajemen dan pekerja. Manajer juga memikul tanggung jawab

    utama atas hubungan harian antara manajemen dan serikat pekerja

    sehingga penting bagi para manajer memahami isu-isu lingkungan

    kerja yang berkaitan dengan serikat pekerja.

    a. Manajemer perlu menyimak bagaimana perasaan karyawawanmenyangkut linkgungan kerja mereka.

    b. Apabila terdapat serikat pekerja manajemer bertanggung jawabatas penerapan harian ketentuan-ketentuan yang ada dalam

    perjanjian kerja.

    c. Manajemer perlu memilki pemahaman dasar tentang undang-undang perburuhan sehingga mereka tidak secara sengaja

    menciptakan kewajiban legal bagi perusahaan.

    d. Manajemen kerap diminta sebagai anggota komite untukmendengar keluhan yang dibawa oleh serikat pekerja kepada

    perusahaan. (Shimamora, 1999:679)

    2.1.2.2. PERAN PENYELIA

    Penyelia adalah lini pertahanan pertama seorang pengusaha

    saat berhadapan dengan usaha pembentukan serikat pekerja. Para

    penyelia membutuhkan pelatihan khusus. Khusnya, mereka harus

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    9/17

    memilki banyak pengetahuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh

    mereka lakukan agar secara hukum menghambat aktivitas

    pengembangan organisasi (serikat pekerja). (Dessler 2009:240)

    2.1.3. Dampak Serikat Pekerja Terhadap Manajemen dan Produktivitas

    Serikat pekerja memiliki sumber kekuatan dan pengaruh yang

    luar biasa terhadap paraktik manajerial, perilaku pekerja, dan kondisi-

    kondisi dasar pekerjaan. Kemampuan manajemen mengambil

    keputusan-keputusan yang tidak mendapat tantangan menyangkut gaji,

    pro,osi, transfer, pemecatan, dan urusan-urusan personalia lainnya

    kerap dibatasi secraa signifikan dibawah perjanjian perundingan

    kolektif. Sebagian besar perjanjian perundingan kolektif menetapkan

    bahwa manajemen mempunyai hak unutk membuat keputusan-

    keputusan. Namun, pada saat keputusan-keputusan seperti itu

    mempengaruhi anggota-anggota serikat pekerja, besar kemungkinan

    bahwa serikat pekerja akan menentang hak-hak prerogative manajerial

    (Shimamora,1999:682).

    2.1.4. Kemacetan Dalam Negosiasi

    Terkadang negosiasi mengalami kemacetan, meskipun pekerja maupun

    manajemen mungkin secara tulus ingin mencapai penyelesaian kontrak yang adil.

    Beberapa cara untuk menghilangkan hambatan-hambatan dapat digunakan untuk

    membuat negosiasi kembali berjalan.

    a. Intervensi Pihak Ketiga

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    10/17

    Seringkali orang luar melibatkan diri untuk memberikan bantuan ketika

    kesepakatan tidak bisa dicapai dan kedua pihak menemui kebuntuan. Dua jenis

    dasar interverensi pihak ketiga adalah mediasi dan arbitrase.

    i. Mediasi

    Dalam mediasi, pihak ketiga yang netral memasuki negosiasi dan berusaha

    memfasilitasi penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan ketika terjadi kebuntun

    perundingan. Tujuan mediasi adalah membujuk pihak-pihak untuk memulai

    kembali negosiasi dan mencaai kesepakatan. Mediasi yang sukses tergantung pada

    seberapa besar tingkat kemampuan, diplomasi, kesabaran, dan ketegasan seorang

    negoisator.

    ii. Arbitrase

    Dalam arbitrase, perselisihan diajukan kepada pihak ketiga yang netral untuk

    mendapatkan keputusan yang mengikat; seorang arbritator pada dasarnya

    bertindak sebagai seorang hakim dan juri. Perselisihan dalam hal penafsiran dan

    penerapan berbagai ketentuan dari kontrak yang ada diajukan sebagai arbitrase

    hak. Arbitrase ini digunakan dalam menyelesaikan keluhan-keluhan. Sedangkan

    arbitrase kepentingan meliputi perselisihan di seputar ketentuan-ketentuan dalam

    perjanjian perundingan bersama yang diusulkan. Arbitrase kepentingan banyak

    digunakan dalam sektor publik. Prosedur yang digunakan dalam sektor publik

    adalah arbitrase penawaran akhir, yang memiliki dua bentuk dasar yaitu pemilihan

    paket dan pemilihan per isu. Dalam arbitrase, pihak-pihak yang berselisih bebas

    memilih setiap orang sebagai arbitrator mereka. Namun, yang paling sering adalah

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    11/17

    kedua pihak mengajukan permintaan kepada badan Arbitrase yang ada pada

    daerah tersebut.

    Beberapa kriteria yang digunakan Arbitrator untuk mencapai

    sebuah keputusan. Hal-hal tersebut sangatlah penting adalah sebagai

    berikut:

    1. Apakah karyawan mengetahui aturan atau ekspektasinya berikutkonsekuensi dari ketidakpatuhan tersebut.?

    2. Apakah aturan dijalankan secara konsisten terprediksi (apakah semuakaryawan diperlakukan sama)

    3. Apakah fakta-fakta dikumpulkan secara adil dan sistematis. Elemenpenting dari prinsip ini adalah pencatatan detail. Tindakan karyawan

    (seperti keterlamabatan) dan respon manajemen (peringatan lisan atau

    tertulis) harus didokumentasikan dengan baik.

    4. Apakah karyawan memiliki hak untuk mempetanyakan fakta danmelakukan pembelaan.

    5. Apakah karyawan memilki hak untuk naik banding terhadap suatukeputusan.

    6. Apakah ada pendisiplinan bertahap?7. Adakah yang secara unik mampu meredakan ketegangan?Adapun jenis-jenis permasalahan karyawan dapat diuraikan sebagai

    berikut:

    a. Ketidakhadiran dan keterlambatan; b.Bahasa yang menghina dan

    cabul, c. Sikap buruk dan tidak loyal, d.Kecerobohan dan kelalaian,

    e. Ketidakjujuran dan pencurian, f.Pembangkangan perintah atasan,

    g. Perkelahian, h. Pelanggaran-pelanggaran peraturan perusahaan,

    i. Kinerja yang buruk, j. Perlambatan kerja

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    12/17

    b. Strategi Serikat Pekerja untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi

    Ada saat-saat dimana sebuah serikat pekerja meyakini perlunya memberikan

    tekanan ektrem agar manajemen mau menyepakati tuntutan-tuntutannya.

    Pemogokan, boikot, dan aktivisme adalah caracara utama yang dapat digunakan

    serikat pekerja untuk mengatasi kemacetan dalam negosiasi.

    i. Pemogokan

    Pemogokan adalah tindakan para anggota serikat pekerja yang menolak untuk

    bekerja dalam rangka memberikan tekanan kepada manajemen negosiasi.

    Pemogokan menghentikan produksi, menyebabkan kehilangan pelanggan dan

    pendapatan yang diharapkan oleh serikat pekerja akan memaksa manajemen

    menyetujui tuntutan-tuntutannya. Waktu untuk melakukan pemogokan penting

    untuk efektivitasnya. Waktu yang tepat adalah saat bisnis sedang maju dan

    permintaan akan barang dan jasa perusahaan sedang meningkat. Selama

    pemogokan, para karyawan mendapatkan penghasilan yang rendah.

    ii. Boikot

    Boikot adalah kesepakatan oleh para anggota serikat pekerja untuk menolak

    menggunakan atau membeli produk-produk perusahaan. Boikot memberikan

    tekanan ekonomi pada manajemen, dan pengaruhnya sering kali bertahn lebih

    lama dibandingkan yang ditimbulkan oleh pemogokan. Praktik serikat pekerja

    untuk mendorong pihak ketiga (pemasok dan pelanggan) agar menghentikan -

    hubungan bisnis dengan perusahaan dikenal sebagai boikot sekunder. Unjuk rasa

    informasi adalah penggunaan para anggota serikat pekerja untuk menunjukkan

    poster-poster dan selebaran-selebaran, biasanya diluar tempat kerja mekera, yang

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    13/17

    menjelaskan informasi-informasi yang ingin disampaikan serikat pekerja kepada

    masyarakat.

    c. Strategi Manajemen untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi

    Pelarangan bekerja dan mengoprasikan perusahaan dengan menempatkan pihak

    manajemen dan para karyawan yang bukan anggota serikat pekerja pada jabatan

    para karyawan yang mogok merupakan cara utama yang bias digunakan

    manajemen untuk mengatasi kemacetan dalam negosiasi.

    i. Pelarangan bekerja (Lockout)

    Manajemen bisa menggunakan pelarangan bekerja untuk mendorong pekerja

    kembali ke meja perundingan. Dalam pelarangan bekerja (lockout), manajemen

    menahan para di luar tempat kerja dalam menjalankan operasi dengan para

    personil manajemen dan/atau para karyawan pengganti. Karena tidak bisa bekerja,

    para karyawan tidak memperoleh bayaran dan khawatir pelarangan bekerja dapat

    membawa pekerja kembali ke meja perundingan.

    ii. Melanjutkan operasi tanpa para karyawan yang mogok

    Pilihan tindakan lain yang bisa diambil perusahaan jika serikat pekerja melakukan

    pemogokan adalah mengoprasikan perusahaan dengan menempatkan manajemen

    dan para karyawan yang bukan anggota serikat pekerja pada jabatan para

    karyawan yang sedang mogok. Memperkerjakan karyawan pengganti secara

    sementara ataupun tetap tidak melanggar hukum jika para karyawan terlibat dalam

    pemogokan ekonomi, yang merupakan bagian dari perselisihan perundingan

    bersama.

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    14/17

    2.2 PEMBAHASAN

    2.2.1 Sebagai arbitrator , menurut anda apakah pengusaha memilki alasan yang

    tepat untuk mengenakan tindakan disiplin kepada karyawan? Jelaskan

    jawaban anda.

    Seorang arbitrase harus bisa menjadi hakim dan juri yang sifatnya

    netral dan memberikan penyelesaian dengan melihat berbagai aspek dan

    kepentingan yang ada pada permasalahan yang ditangani.

    Dari kasus diatas, dapat dilihat tindakan pengusaha memberikan

    tindakan pendisiplinan berupa skorsing selama 2 minggu terhadap

    karyawan yang juga merupakan pengurus union shop sebenarnya

    merupakan tindakan yang wajar jika dilihat dari sisi bahwa pengusaha

    memilki hak dalam menindak karyawannya yang tidak patuh pada perintah

    manajemen,walaupun perintah diberikan pada hari libur.

    Tetapi perintah yang diberikan melalui penyelia dan isi

    perintah yang disampaikan juga tidak tegas, dan tidak mengandung

    unsur paksaan. Seharusnya perusahaan menginstruksikan langsung

    kepada karyawannya tanpa melalui perantara penyelia ataupun jika

    melalui pengurus union shop diberikan ketegasan atas perintah yang

    diberikan dan sanksi yang diterima apabila melanggar ketentuan

    perintah. Selain itu tugas untuk menginstruksikan tiga rekan lainnya

    mengikuti komite pencarian kualitas bukanlah pekerjaan dan tanggung

    jawabnya dalam spesifikasi tugas pada perusahaan tersebut. Dengan

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    15/17

    demikian karyawan tersebut tidak bersalah jika menganggap bahwa

    perintah tersebut tidak harus dilaksanakan, karyawan tersebut tidak

    pantas untuk menerima tindakan disiplin berupa skor selama dua

    minggu. Berdasarkan titik berat permasalahan maka saya tidak setuju

    tindakan perusahan memberikan skors dua minggu dan membenarkan

    sikap karyawan yang menolak untuk mematuhi perintah karena perintah

    seolah tidak tegas dan boleh tidak dilaksanakan serta bukan pekerjaan

    dan tanggung jawabnya dalam spesifikasi tugas di Perusahaan tersebut.

    Sebagaimana diketahui, Union shop merupakan salah satu jenis

    pengorganisasian serikat pekerja dimana semua karyawan baru mesti

    bergabung dengan serikat pekerja dalam jangka waktu tertentu. Para

    karyawan harus tetap sebagai anggota serikat pekerja sebagai suatu kondisi

    kepegawaian (Shimamora, 1999:689).

    Jadi disini dapat dilihat bahwa status karyawan sebagai pengurus

    union shop tetaplah permanen dalam suatu organisasi. Adapun masalah

    displin karyawan yang ada dalam hal ini adalah karyawan dianggap tidak

    taat atau membangkang atas perintah atasan. Terlepas itu adalah perintah

    pada saat karyawan sedang melaksanakan libur terjadwal. Permasalahan

    yang lebih menonjol disini adalah ketegasan perintah serta spesifikasi

    tugas yang bukan merupakan tanggung jawab dan pekerjaannya, bukan

    permasalahan karena hari liburnya.

    2.2.2. Jika penolakan serikat pekerja terhadap program Pencarian kualitas telah

    mendorong karyawan untuk tidak berpartisipasi, mengapa serikat pekerja

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    16/17

    tidak dianggap bertanggung jawab untuk mengarahkan karyawan agar

    hadir?

    Serikat pekerja telah menyatakan keberatan terhadap

    implementasi dari program Pencarian Kualitas tersebut. Pembentukan

    program ini adalah wewenang perusahaan tetapi tidak diwajibkan atau

    dipaksakan kepada karyawan karena menurut UU Hubungan Pekerjaan

    bahwa pembentukan program tersebut tidak sah. Serikat pekerja merasa

    curiga bahwa program ini hanyalah sebuah taktik untuk menumbangkan

    pengaruh serikat pekerja pada para anggotanya.

    Terlebih perintah untuk menginstruksikan tiga karyawan

    perusahaan datang melalui penyelia yang merupakan wakil perusahaan

    yang merupakan pertahanan pertama pihak manajemen untuk menghadapi

    serikat pekerja. Penyelia merupakan orang-orang dengan keahlian khusus

    yang mempunyai peran untuk menghambat berkembangnya serikat pekerja

    dalam ranah hukum.

    Dari kasus tersebut terlihat bahwa perusahaan berusaha untuk

    menekan posisi serikat pekerja dengan menginstruksikan melalui penyelia

    suatu tugas yang secara nyata sudah ditentang dari awal oleh serikat,

    sehingga dalam hal ini serikat pekerja tidak bertanggung jawab bahkan

    seharusnya menolak untuk menginstruksikan tiga karyawan mengikuti

    komite tersebut karena sesuai dengan sikap awal dari serikat untuk

  • 7/29/2019 Paper Union Shop

    17/17

    menolak komite tersebut berdasarkan UU yang menyatakan bahwa komite

    pencarian kualitas tidak sah.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

    1. Pemberian tugas harus dilaksanakan dengan tegas dan jelas serta diberikan

    kepada karyawan sesuai dengan spesifikasi tugasnya pada organisasi

    sehingga tugas dapat terlaksana dengan baik dan perusahaan bisa menerapkan

    sangsi yang ketat terhadap kelalaian pelaksanaan tugas.

    2. Serikat pekerja harus diberikan peran yang proporsional dan strategis karena

    serikat pekerja merupakan organisasi pekerja yang seharusnya menjadi mitra

    perusahaan bukan menjadi penghalang dari setiap kebijaksanaan perusahaan.