paper union shop
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Paper Union Shop
1/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSerikat pekerja pada awalnya dibentuk sebagai jawaban terhadap
eksploitasi dan penyalahgunaan pekerja oleh manajemen. Dorongan untuk
bersatu sering dimulai dari keyakinan pada pekerja bahwa dengan bersatu
mereka bisa mendapatkan bagian mereka yang adil dan juga melindungi diri
mereka sendiri dari tingkah manajemen. Para pekerja menginginkan bayaran
yang lebih besar atau kondisi kerja yang lebih baik.
Pada posisi lain perusahaan berusaha untuk mengoptimalkan sumber
daya termasuk sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan. Usaha untuk
meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan terkadang tidak dibarengi
dengan reward yang adil bagi karyawan, sehingga memicu konflik antara
perusahaan dan karyawan. Berikut ini adalah kutipan sebuah kasus tentang
tindakan disiplin yang melibatkan perusahaan, karyawan dan serikat pekerja.
Karyawan itu, pengurus Union Shop, sedang berada di rumah pada hari
libur rutinnya yang terjadwal. Ia dihubungi oleh penyelianya dan diberitahu untuk
berbicara dengan tiga anggota serikat pekerja dan menginstruksikan mereka untuk
menghadiri sebuah pertemuan perkumpulan kerja yang disebut Pencarian
Komite Interaksi Kualitas. Pada hari yang dimaksud, pengurus Union Shop
tersebut, dalam hubungan telepon konfrensinya dengan tiga karyawan,
-
7/29/2019 Paper Union Shop
2/17
mengatakan bahwa dia tidak akan memerintahkan mereka untuk menghadiri
pertemuan Pencarian Kualitas, walaupun penyelianya telah memintanya untuk
melakukan hal itu.
Penyelia yang menelpon pengurus Union Shop itu sendiri menolak
memerintahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan itu, tetapi bergantung pada
pengurus Union Shop untuk mengeluarkan perintah tersebut kepada karyawan.
Saat pengurus itu gagal memerintahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan,
pengusaha men-Skors-nya selama dua minggu. Ia mengeluhkan skors dua minggu
tersebut.
Serikat pekerja menunjukkan bahwa tidaklah adil pengusaha menolak
secara langsung memerintahkan agar menghadiri pertemuan tetapi kemudian
mengharapkan pengurus itu melakukannya. Posisi perusahaan adalah bahwa
penolakan serikat pekerja terhadap Pertemuan Pencarian Kualitas telah
menempatkan karyawan dalam sebuah posisi tidak dapat menghadiri pertemuan
tanpa arahan dari pengurus Union Shop ; bahwa pengurus itu diberikan tugas
pekerjaan mengarahkan karyawan untuk menghadiri pertemuan ; dan bahwa
kegagalan mengikuti tugas pekerjaan itu adalah pembangkangan dan alasan yang
tepat atas penskorsan dirinya.
Serikat pekerja berpendapat bahwa arbitrator harus menguji sifat perintah
itu saat memutuskan apakah pembangkangan adalah dasar untuk tindakan disiplin.
Mengenai sifat perintah dalam kasus ini, pengusaha harus memperlihatkan bahwa
perintah itu secara langsung berhubungan dengan klasifikasi pekerjaan dan tugas
-
7/29/2019 Paper Union Shop
3/17
pekerjaan dari karyawan yang dikenakan tindakan disiplin. Penolakan untuk
mematuhi perintah demikian harus diperlihatkan untuk menempatkan tantangan
nyata terhadap wewenang penyeliaan. Karyawan itu tidak membantah fakta
bahwa ia telah gagal mengikuti perintah yang diberikan kepadanya oleh
penyelianya, tetapi menunjukkan bahwa ia tidak sedang bertugas pada waktu itu
dan bahwa tugas yang diberikan kepadanya bukanlah karena pekerjaannya
diperusahaan tetapi karena statusnya sebagai pengurus Union Shop.
1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian kasus tersebut dapat diidentifikasi masalah-masalah
yang terjadi yaitu sebagai berikut :
1. Karyawan A adalah seorang pekerja pada perusahaan tertentu dan jugamerupakan pengurus pada Union Shop, yang pada waktu itu sedang
menikmati hari liburnya menerima perintah dari Penyelianya untuk
menyiapkan tiga rekannya berpatisipasi dalam program pencarian
kualitas.
2. Tugas yang diberikan tersebut bukan spesifikasi dan tanggungjawabnya dalam perusahaan tersebut.
3. Perusahaan menolak memberikan perintah langsung tetapi melaluiPenyelia. Penyelia pada perusahaan memberikan perintah yang tidak
tegas sehingga menyebabkan kemungkinan untuk dilaksanakan atau
tidak.
4. Perusahaan memberikan sangsi skorsing pada Karyawan A yangmerasa tidak sepatutnya menerima tindakan disiplin dari perusahaan.
-
7/29/2019 Paper Union Shop
4/17
1.3 Rumusan MasalahDari uraian kasus diatas, muncul permasalahan sebagai berikut:
1. Sebagai arbitrator, menurut anda apakah pengusaha memilki alasan yangtepat untuk mengenakan tindakan disiplin kepada karyawan? Jelaskan
jawaban anda.
2. Jika penolakan serikat pekerja terhadap program Pencarian kualitas telahmendorong karyawan untuk tidak berpartisipasi, mengapa serikat pekerja
tidak dianggap bertanggung jawab untuk mengarahkan karyawan agar
hadir?
1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penulisan
Makalah ini hanya membahas tentang pertanyaan dalam kasus yang diangkat
berdasarkan tinjauan teoritis dan praktis.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Mendalami pengetahuan tentang tindakan disiplin dan hubungan perusahaan,
karyawan dan serikat pekerja melalui studi kasus yang menjadi pokok materi
b. Mendalami tentang pemberian sangsi disiplin dalam sebuah pelaksanaan tugas
menurut studi kasus yang menjadi pembahasan.
Manfaat dari penulisan ini adalah:
a. Mendapatkan gambaran tentang tindakan disiplin dan hubungan perusahaan,
karyawan dan serikat pekerja melalui studi kasus yang menjadi pokok materi.
-
7/29/2019 Paper Union Shop
5/17
b. Mandapatkan pemahaman tentang sangsi disiplin dalam sebuah pelaksanaan
tugas menurut studi kasus yang menjadi pembahasan.
1.4. Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan untuk memenuhi penyusunan penulisan ini adalah :
a. Studi kepustakaan
b. penelusuran website
-
7/29/2019 Paper Union Shop
6/17
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Serikat Pekerja
Hubungan perburuhan (labour relations) adalah hubungan
berkesinambungan di antara sekelompok karyawan (yang diwakili oleh
serikat pekerja) dengan manajemen perusahaan. Serikat pekerja adalah
sebuah organisaswi yang berunding bagi karyawan tentang uapah-upah,
jam-jam kerja, syarat-syarat dan kondisi pekrjaan lainnya (Shimamora,
1999:678).
Kita dapat menyamaratakan dengan mengatakan bahwa serikat
pekerja memiliki dua sasaran, satu bagi keamanan serikat pekerja dan dua
untuk perbaikan upah, jam kerja, kondisi kerja dan tunjangan bagi para
anggotanya. (Dessler,2009:226).
a. Kemanan serikat pekerjaSerikat pekerja berusaha keras untuk mewakili pekrja sebuah
perusahaan dan menjadi agen kesepakatan bagi semua karyawanan dalam
unit tersebut. Lima jenis keamanan serikat pekerja yang mungkin adalah:
1. closed shop. Perusahaan hanya dapat mempekerjakan para anggotaserikat pekerja.
-
7/29/2019 Paper Union Shop
7/17
2. Union shop. Perusahaan dapat mempekerjakan orang-orang yangbukan anggota serikat pekerja,tetapi mereka harus bergabung
dengan serikat pekerja setelah periode waktu yang telah ditentukan
dan membayar iuran.
3. Agency shop. Karyawan yang bukan anggota serikat pekerja masihharus membayar iuran serikat pekerja atas asumsi bahwa usaha
yang diakukan serikat pekerja menguntungkan semua pekerja.
4. Open shop. Terserah pekerja apakah mereka ingin bergabungdengan serikat pekerja atau tidak, mereka yang tidak bergabung
tidak perlu membayar iuran.
5. Pemeliharaan kesepakatan keanggotan. Karyawan tidak harusbergabung dengan serikat pekerja. Namun, anggota serikat pekerja
yang dipekerjakan oleh perusahaan harus mempertahankan
kenaggotaan dalam serikat pekerja selam periode kontrak.
b. Perbaikan upah, jam kerja, dan tunjangan bagi para anggotaSaat keamanan mereka terjamin, serikat pekerja berjuang untuk
memperbaiki upah, jam kerja dan kondisi kerja. Kesepakatan kerja
umumnya juga memberikan sebuah peran kepada serikat pekerja dalam
aktivitas SDM, termasuk perkerutan, seleksi, pemberian kompenasasi,
promosi, pelatihan, dan memberhentikan karyawan.
-
7/29/2019 Paper Union Shop
8/17
2.1.2. HUBUNGAN MANAJEMEN DAN PEKERJA
2.1.2.1. PERAN MANAJER
Manajjer berada digaris depan dalam seluruh hubungan
manajemen dan pekerja. Manajer juga memikul tanggung jawab
utama atas hubungan harian antara manajemen dan serikat pekerja
sehingga penting bagi para manajer memahami isu-isu lingkungan
kerja yang berkaitan dengan serikat pekerja.
a. Manajemer perlu menyimak bagaimana perasaan karyawawanmenyangkut linkgungan kerja mereka.
b. Apabila terdapat serikat pekerja manajemer bertanggung jawabatas penerapan harian ketentuan-ketentuan yang ada dalam
perjanjian kerja.
c. Manajemer perlu memilki pemahaman dasar tentang undang-undang perburuhan sehingga mereka tidak secara sengaja
menciptakan kewajiban legal bagi perusahaan.
d. Manajemen kerap diminta sebagai anggota komite untukmendengar keluhan yang dibawa oleh serikat pekerja kepada
perusahaan. (Shimamora, 1999:679)
2.1.2.2. PERAN PENYELIA
Penyelia adalah lini pertahanan pertama seorang pengusaha
saat berhadapan dengan usaha pembentukan serikat pekerja. Para
penyelia membutuhkan pelatihan khusus. Khusnya, mereka harus
-
7/29/2019 Paper Union Shop
9/17
memilki banyak pengetahuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh
mereka lakukan agar secara hukum menghambat aktivitas
pengembangan organisasi (serikat pekerja). (Dessler 2009:240)
2.1.3. Dampak Serikat Pekerja Terhadap Manajemen dan Produktivitas
Serikat pekerja memiliki sumber kekuatan dan pengaruh yang
luar biasa terhadap paraktik manajerial, perilaku pekerja, dan kondisi-
kondisi dasar pekerjaan. Kemampuan manajemen mengambil
keputusan-keputusan yang tidak mendapat tantangan menyangkut gaji,
pro,osi, transfer, pemecatan, dan urusan-urusan personalia lainnya
kerap dibatasi secraa signifikan dibawah perjanjian perundingan
kolektif. Sebagian besar perjanjian perundingan kolektif menetapkan
bahwa manajemen mempunyai hak unutk membuat keputusan-
keputusan. Namun, pada saat keputusan-keputusan seperti itu
mempengaruhi anggota-anggota serikat pekerja, besar kemungkinan
bahwa serikat pekerja akan menentang hak-hak prerogative manajerial
(Shimamora,1999:682).
2.1.4. Kemacetan Dalam Negosiasi
Terkadang negosiasi mengalami kemacetan, meskipun pekerja maupun
manajemen mungkin secara tulus ingin mencapai penyelesaian kontrak yang adil.
Beberapa cara untuk menghilangkan hambatan-hambatan dapat digunakan untuk
membuat negosiasi kembali berjalan.
a. Intervensi Pihak Ketiga
-
7/29/2019 Paper Union Shop
10/17
Seringkali orang luar melibatkan diri untuk memberikan bantuan ketika
kesepakatan tidak bisa dicapai dan kedua pihak menemui kebuntuan. Dua jenis
dasar interverensi pihak ketiga adalah mediasi dan arbitrase.
i. Mediasi
Dalam mediasi, pihak ketiga yang netral memasuki negosiasi dan berusaha
memfasilitasi penyelesaian perselisihan ketenagakerjaan ketika terjadi kebuntun
perundingan. Tujuan mediasi adalah membujuk pihak-pihak untuk memulai
kembali negosiasi dan mencaai kesepakatan. Mediasi yang sukses tergantung pada
seberapa besar tingkat kemampuan, diplomasi, kesabaran, dan ketegasan seorang
negoisator.
ii. Arbitrase
Dalam arbitrase, perselisihan diajukan kepada pihak ketiga yang netral untuk
mendapatkan keputusan yang mengikat; seorang arbritator pada dasarnya
bertindak sebagai seorang hakim dan juri. Perselisihan dalam hal penafsiran dan
penerapan berbagai ketentuan dari kontrak yang ada diajukan sebagai arbitrase
hak. Arbitrase ini digunakan dalam menyelesaikan keluhan-keluhan. Sedangkan
arbitrase kepentingan meliputi perselisihan di seputar ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian perundingan bersama yang diusulkan. Arbitrase kepentingan banyak
digunakan dalam sektor publik. Prosedur yang digunakan dalam sektor publik
adalah arbitrase penawaran akhir, yang memiliki dua bentuk dasar yaitu pemilihan
paket dan pemilihan per isu. Dalam arbitrase, pihak-pihak yang berselisih bebas
memilih setiap orang sebagai arbitrator mereka. Namun, yang paling sering adalah
-
7/29/2019 Paper Union Shop
11/17
kedua pihak mengajukan permintaan kepada badan Arbitrase yang ada pada
daerah tersebut.
Beberapa kriteria yang digunakan Arbitrator untuk mencapai
sebuah keputusan. Hal-hal tersebut sangatlah penting adalah sebagai
berikut:
1. Apakah karyawan mengetahui aturan atau ekspektasinya berikutkonsekuensi dari ketidakpatuhan tersebut.?
2. Apakah aturan dijalankan secara konsisten terprediksi (apakah semuakaryawan diperlakukan sama)
3. Apakah fakta-fakta dikumpulkan secara adil dan sistematis. Elemenpenting dari prinsip ini adalah pencatatan detail. Tindakan karyawan
(seperti keterlamabatan) dan respon manajemen (peringatan lisan atau
tertulis) harus didokumentasikan dengan baik.
4. Apakah karyawan memiliki hak untuk mempetanyakan fakta danmelakukan pembelaan.
5. Apakah karyawan memilki hak untuk naik banding terhadap suatukeputusan.
6. Apakah ada pendisiplinan bertahap?7. Adakah yang secara unik mampu meredakan ketegangan?Adapun jenis-jenis permasalahan karyawan dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Ketidakhadiran dan keterlambatan; b.Bahasa yang menghina dan
cabul, c. Sikap buruk dan tidak loyal, d.Kecerobohan dan kelalaian,
e. Ketidakjujuran dan pencurian, f.Pembangkangan perintah atasan,
g. Perkelahian, h. Pelanggaran-pelanggaran peraturan perusahaan,
i. Kinerja yang buruk, j. Perlambatan kerja
-
7/29/2019 Paper Union Shop
12/17
b. Strategi Serikat Pekerja untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi
Ada saat-saat dimana sebuah serikat pekerja meyakini perlunya memberikan
tekanan ektrem agar manajemen mau menyepakati tuntutan-tuntutannya.
Pemogokan, boikot, dan aktivisme adalah caracara utama yang dapat digunakan
serikat pekerja untuk mengatasi kemacetan dalam negosiasi.
i. Pemogokan
Pemogokan adalah tindakan para anggota serikat pekerja yang menolak untuk
bekerja dalam rangka memberikan tekanan kepada manajemen negosiasi.
Pemogokan menghentikan produksi, menyebabkan kehilangan pelanggan dan
pendapatan yang diharapkan oleh serikat pekerja akan memaksa manajemen
menyetujui tuntutan-tuntutannya. Waktu untuk melakukan pemogokan penting
untuk efektivitasnya. Waktu yang tepat adalah saat bisnis sedang maju dan
permintaan akan barang dan jasa perusahaan sedang meningkat. Selama
pemogokan, para karyawan mendapatkan penghasilan yang rendah.
ii. Boikot
Boikot adalah kesepakatan oleh para anggota serikat pekerja untuk menolak
menggunakan atau membeli produk-produk perusahaan. Boikot memberikan
tekanan ekonomi pada manajemen, dan pengaruhnya sering kali bertahn lebih
lama dibandingkan yang ditimbulkan oleh pemogokan. Praktik serikat pekerja
untuk mendorong pihak ketiga (pemasok dan pelanggan) agar menghentikan -
hubungan bisnis dengan perusahaan dikenal sebagai boikot sekunder. Unjuk rasa
informasi adalah penggunaan para anggota serikat pekerja untuk menunjukkan
poster-poster dan selebaran-selebaran, biasanya diluar tempat kerja mekera, yang
-
7/29/2019 Paper Union Shop
13/17
menjelaskan informasi-informasi yang ingin disampaikan serikat pekerja kepada
masyarakat.
c. Strategi Manajemen untuk Mengatasi Kemacetan Negosiasi
Pelarangan bekerja dan mengoprasikan perusahaan dengan menempatkan pihak
manajemen dan para karyawan yang bukan anggota serikat pekerja pada jabatan
para karyawan yang mogok merupakan cara utama yang bias digunakan
manajemen untuk mengatasi kemacetan dalam negosiasi.
i. Pelarangan bekerja (Lockout)
Manajemen bisa menggunakan pelarangan bekerja untuk mendorong pekerja
kembali ke meja perundingan. Dalam pelarangan bekerja (lockout), manajemen
menahan para di luar tempat kerja dalam menjalankan operasi dengan para
personil manajemen dan/atau para karyawan pengganti. Karena tidak bisa bekerja,
para karyawan tidak memperoleh bayaran dan khawatir pelarangan bekerja dapat
membawa pekerja kembali ke meja perundingan.
ii. Melanjutkan operasi tanpa para karyawan yang mogok
Pilihan tindakan lain yang bisa diambil perusahaan jika serikat pekerja melakukan
pemogokan adalah mengoprasikan perusahaan dengan menempatkan manajemen
dan para karyawan yang bukan anggota serikat pekerja pada jabatan para
karyawan yang sedang mogok. Memperkerjakan karyawan pengganti secara
sementara ataupun tetap tidak melanggar hukum jika para karyawan terlibat dalam
pemogokan ekonomi, yang merupakan bagian dari perselisihan perundingan
bersama.
-
7/29/2019 Paper Union Shop
14/17
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Sebagai arbitrator , menurut anda apakah pengusaha memilki alasan yang
tepat untuk mengenakan tindakan disiplin kepada karyawan? Jelaskan
jawaban anda.
Seorang arbitrase harus bisa menjadi hakim dan juri yang sifatnya
netral dan memberikan penyelesaian dengan melihat berbagai aspek dan
kepentingan yang ada pada permasalahan yang ditangani.
Dari kasus diatas, dapat dilihat tindakan pengusaha memberikan
tindakan pendisiplinan berupa skorsing selama 2 minggu terhadap
karyawan yang juga merupakan pengurus union shop sebenarnya
merupakan tindakan yang wajar jika dilihat dari sisi bahwa pengusaha
memilki hak dalam menindak karyawannya yang tidak patuh pada perintah
manajemen,walaupun perintah diberikan pada hari libur.
Tetapi perintah yang diberikan melalui penyelia dan isi
perintah yang disampaikan juga tidak tegas, dan tidak mengandung
unsur paksaan. Seharusnya perusahaan menginstruksikan langsung
kepada karyawannya tanpa melalui perantara penyelia ataupun jika
melalui pengurus union shop diberikan ketegasan atas perintah yang
diberikan dan sanksi yang diterima apabila melanggar ketentuan
perintah. Selain itu tugas untuk menginstruksikan tiga rekan lainnya
mengikuti komite pencarian kualitas bukanlah pekerjaan dan tanggung
jawabnya dalam spesifikasi tugas pada perusahaan tersebut. Dengan
-
7/29/2019 Paper Union Shop
15/17
demikian karyawan tersebut tidak bersalah jika menganggap bahwa
perintah tersebut tidak harus dilaksanakan, karyawan tersebut tidak
pantas untuk menerima tindakan disiplin berupa skor selama dua
minggu. Berdasarkan titik berat permasalahan maka saya tidak setuju
tindakan perusahan memberikan skors dua minggu dan membenarkan
sikap karyawan yang menolak untuk mematuhi perintah karena perintah
seolah tidak tegas dan boleh tidak dilaksanakan serta bukan pekerjaan
dan tanggung jawabnya dalam spesifikasi tugas di Perusahaan tersebut.
Sebagaimana diketahui, Union shop merupakan salah satu jenis
pengorganisasian serikat pekerja dimana semua karyawan baru mesti
bergabung dengan serikat pekerja dalam jangka waktu tertentu. Para
karyawan harus tetap sebagai anggota serikat pekerja sebagai suatu kondisi
kepegawaian (Shimamora, 1999:689).
Jadi disini dapat dilihat bahwa status karyawan sebagai pengurus
union shop tetaplah permanen dalam suatu organisasi. Adapun masalah
displin karyawan yang ada dalam hal ini adalah karyawan dianggap tidak
taat atau membangkang atas perintah atasan. Terlepas itu adalah perintah
pada saat karyawan sedang melaksanakan libur terjadwal. Permasalahan
yang lebih menonjol disini adalah ketegasan perintah serta spesifikasi
tugas yang bukan merupakan tanggung jawab dan pekerjaannya, bukan
permasalahan karena hari liburnya.
2.2.2. Jika penolakan serikat pekerja terhadap program Pencarian kualitas telah
mendorong karyawan untuk tidak berpartisipasi, mengapa serikat pekerja
-
7/29/2019 Paper Union Shop
16/17
tidak dianggap bertanggung jawab untuk mengarahkan karyawan agar
hadir?
Serikat pekerja telah menyatakan keberatan terhadap
implementasi dari program Pencarian Kualitas tersebut. Pembentukan
program ini adalah wewenang perusahaan tetapi tidak diwajibkan atau
dipaksakan kepada karyawan karena menurut UU Hubungan Pekerjaan
bahwa pembentukan program tersebut tidak sah. Serikat pekerja merasa
curiga bahwa program ini hanyalah sebuah taktik untuk menumbangkan
pengaruh serikat pekerja pada para anggotanya.
Terlebih perintah untuk menginstruksikan tiga karyawan
perusahaan datang melalui penyelia yang merupakan wakil perusahaan
yang merupakan pertahanan pertama pihak manajemen untuk menghadapi
serikat pekerja. Penyelia merupakan orang-orang dengan keahlian khusus
yang mempunyai peran untuk menghambat berkembangnya serikat pekerja
dalam ranah hukum.
Dari kasus tersebut terlihat bahwa perusahaan berusaha untuk
menekan posisi serikat pekerja dengan menginstruksikan melalui penyelia
suatu tugas yang secara nyata sudah ditentang dari awal oleh serikat,
sehingga dalam hal ini serikat pekerja tidak bertanggung jawab bahkan
seharusnya menolak untuk menginstruksikan tiga karyawan mengikuti
komite tersebut karena sesuai dengan sikap awal dari serikat untuk
-
7/29/2019 Paper Union Shop
17/17
menolak komite tersebut berdasarkan UU yang menyatakan bahwa komite
pencarian kualitas tidak sah.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemberian tugas harus dilaksanakan dengan tegas dan jelas serta diberikan
kepada karyawan sesuai dengan spesifikasi tugasnya pada organisasi
sehingga tugas dapat terlaksana dengan baik dan perusahaan bisa menerapkan
sangsi yang ketat terhadap kelalaian pelaksanaan tugas.
2. Serikat pekerja harus diberikan peran yang proporsional dan strategis karena
serikat pekerja merupakan organisasi pekerja yang seharusnya menjadi mitra
perusahaan bukan menjadi penghalang dari setiap kebijaksanaan perusahaan.