pasar tradisional khusus hewan ternak yang higienis …eprints.ums.ac.id/85297/10/naskah...
TRANSCRIPT
-
PASAR TRADISIONAL KHUSUS HEWAN TERNAK YANG HIGIENIS
DENGAN KONSEP EDU ECO FRIENDLY DESIGN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh :
HEPARA HADA NURASYAMSA
D300160041
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
-
i
-
ii
-
iii
-
1
PASAR TRADISIONAL KHUSUS HEWAN TERNAK YANG HIGIENIS
DENGAN KONSEP EDU ECO FRIENDLY DESIGN
Abstrak
Pasar tradisional merupakan salah satu unsur penyumbang perekonomian suatu
daerah yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Terdapat salah satu jenis
pasar tradisional yaitu pasar hewan ternak. Pasar tradisional jenis tersebut
merupakan pasar tradisional yang menyediakan sarana untuk berbagai komoditas
mendistribusikan hewan ternak mereka kepada konsumen. Namun, di Kabupaten
Karanganyar belum ditemukan adanya pasar yang dapat menampung berbagai
jenis hewan ternak hingga jenis hewan hobi untuk dipasarkan kepada konsumen.
Adanya pasar tradisional khusus hewan ternak adalah dapat menampung semua
jenis hwan ternak hidup maupun potong hingga hewan hobi. Konsep yang telah
ditentukan untuk acuan saat proses perancangan dan perencanaan desain sesuai
dengan judul laporan ini yaitu “Pasar Tradisional Khusus Hewan Ternak Yang
Higienis Dengan Konsep Edu Eco Friendly Design”. Konsep yang digunakan
menuju pada pasar tradisional yang memiliki lingkungan dan penjual yang
higienis. Untuk mencapai taraf higienis, perlu adanya edukasi antara pemerintah
yang bertujuan mengatur perilaku penjual untuk menjaga lingkungan. Selain itu,
pasar tradisional khusus hewan ternak bernuansa edukatif ditujukan untuk
mengenalkan kepada pengunjung tentang hewan ternak. Pasar tradisional yang
higienis dan edukatif yang dibungkus dengan Eco Friendly untuk mengurangi
stigma buruk kepada masyarakat tentang pasar tradisional.
Kata Kunci: Pasar, Hewan Ternak, Eco Friendly
Abstrack
Traditional markets are one of the elements contributing to the economy of a
region that is managed by the government and the private sector. There is one
type of traditional market, the livestock market. This type of traditional market is
a traditional market that provides a means for various commodities to distribute
their livestock to consumers However, in Kabupaten Karanganyar there has not
been found a market that can accommodate various types of livestock to hobby
animals to be marketed to consumers. The existence of a traditional market
specifically for livestock is to be able to accommodate all types of live and
slaughtered animals until hobby animals. The concept that has been determined
for reference during the design and design planning process is in accordance
with the title of this report, "Traditional Market for Hygienic Livestock with Edu
Eco Friendly Design". The concept is used towards traditional markets that have
hygienic environment and sellers. To achieve hygienic levels, there is a need for
education between governments aimed at regulating the behavior of sellers to
protect the environment. In addition, traditional markets specifically for
educational animals are intended to introduce visitors to livestock. Hygienic and
educative traditional markets wrapped in Eco Friendly to reduce the bad stigma
to the public about traditional markets.
Keywords: Market, Farm Animals, Eco Friendly
-
2
1. PENDAHULUAN
Pasar tradisional merupakan salah satu unsur penyumbang perekonomian
suatu daerah yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Pasar tradisional
terdapat tempat-tempat usaha berupa kios, los, dan tenda-tenda milik pedagang.
Tempat-tempat usaha tersebut dijalankan oleh komoditas yang datang dari
berbagai daerah untuk mendistribusikan dagangan mereka hingga sampai ke
konsumen. Salah satu jenis pasar tradisional yaitu pasar hewan ternak. Pasar
tradisional jenis tersebut merupakan pasar tradisional yang menyediakan sarana
untuk berbagai komoditas mendistribusikan hewan ternak mereka kepada
konsumen. Hewan ternak yang diperjualbelikan pada umunya berupa jenis
unggas, sapi, dan kambing. Bentuk dagangan dari hewan jenis unggas dapat
berupa daging potong dan unggas hidup, tergantung pada permintaan dan
kebutuhan konsumen.
Namun terdapat isu penyakit yang menyerang hewan ternak dan dapat
menimbulkan penyakit kepada manusia yaitu antraks, scabies, cacingan, dan pink
eye. Penyakit-penyakit tersebut tidak hanya merugikan ekonomi penjual saja,
melainkan juga pada kesehatan manusia. Sebagai contoh kasus di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2010 ditemukan hewan ternak jenis sapi potong yang
terkena penyakit antraks. Penyakit tersebut dibawa oleh sapi potong dari Sragen
menuju pemotongan hewan di Gondangrejo. Karena kurangnya pengawasan dan
kendali sirkulasi hewan oleh pemerintah Kabupaten Karanganyar menyebabkan
penyakit menular semacam antraks mudah masuk ke wilayah peternakan. Selain
itu, pemerintah Kabupaten Karanganyar pada tahun 2019 melakukan sidak di
beberapa pasar hewan untuk pengecekan kesehatan hewan kurban. Hasil dari
sidak tersebut ditemukan beberapa sapi dan kambing menderita penyakit mata
dan kulit. Penyakit-penyakit yang timbul tidak lepas dari kesehatan lingkungan
pasar hewan tersebut.
-
3
Berdasarkan pengamatan isu penyakit yang disebabkan oleh hewan ternak di atas,
lingkungan pasar tradisional yang menjual hewan ternak cenderung tidak terawat.
Kesadaran pengguna akan kebersihan lingkungan masih rendah karena kurangnya
edukasi dari pemerintah setempat untuk mengadakan sosialisasi rutin kepada
penjual yang berada di kawasan pasar tradisional. Akibatnya timbulah stigma
buruk masyarakat umum tentang tradisional. Upaya yang dapat dilakukan untuk
merubah stigma buruk tersebut yaitu dengan mengangkat konsep pasar
tradisional yang higienis, melalui penciptaan suasana pasar tradisional yang
edukatif. Konsep pasar tradisional edukatif tidak hanya ditujukan kepada
pedagang saja melainkan juga kepada masyarakat umum untuk mengenal lebih
dalam tentang hewan ternak. Konsep higienis diharapkan mampu mendukung
kebijakan pemerintah Kabupaten Karanganyar yang berusaha mengawasi dan
mengendalikan kesehatan hewan ternak yang masuk maupun keluar Kabupaten
Karanganyar.
Konsep tersebut diwujudkan dengan desain Eko-arsitektur atau lebih
dikenal sebagai Eco Friendly Architecture. Eko-arsitektur dapat diaplikasikan
pada pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan hingga penataan ruang
untuk sirkulasi udara yang baik. Perencanaan dan perancangan arsitektur dengan
pendekatan ekologi merupakan suatu pemecahan masalah perancangan bagunan
yang menyelaraskan manusia dan alam sekitar sesuai dengan makna dari Eco
Friendly Architecture (Frick & Suskiyatno, 1998).
2. METODE
2.1 TAHAPAN PENGUMPULAN DATA
Untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan lokasi dan konsep yang
diambil, maka dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Data Primer, berisikan data tentang lokasi site yang telah ditentukan, dengan
berfokus pada kondisi dan potensi sekitar site yang dapat dimanfaatkan.
b. Data Sekunder, berisikan data studi literatur dari berbagai sumber jurnal yang
telah dilakukan sebelumnya menganai pasar tradisional dan konsep yang
digunakan untuk proses perancangan desain
-
4
2.2 TAHAPAN ANALISIS DATA
Pada tahapan ini akan dilakukan analisis dari hasil pengumpulan data
primer dan data sekunder. Selain melakukan analisis, dilakukan identifikasi untuk
mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ditemukan saat pengumpulan data.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 TAPAK TERPILIH
Pemilihan Site mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pasar
Rakyat 8152:2015 tentang persyaratan umum lokasi pasar sebagai berikut:
a. Jalan menuju lokasi pasar mudah diakses dan didukung dengan transportasi
umum untuk menjamin kelancaran bongkar muat dan distribusi.
b. Terletak di daerah aman banjir dan longsor.
c. Jauh dari fasilitas yang membahayakan, seperti pabrik atau Gudang bahan
kimia berbahaya, SPBU atau tempat pembuangan sampah/ limbah kimia
dengan jarak minimal 10 meter.
d. Tidak terletak pada bekas tempat pembuangan sampah atau bekas pabrik bahan
kimia
Dengan pertimbangan diatas, Desa Karangpandan, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah memiliki akses
menuju lokasi yang mudah dan mendukung transportasi umum karena terdapat
jalan utama menuju Provinsi Jawa timur melalui jalur Gunung Lawu. Selain itu,
lokasi berada di jalur yang mudah dilewati dari Timur, Selatan, Utara, dan Barat.
Karena lokasi berada diantara Kabupaten atau Kota yang memiliki komoditas
pedagang yang besar maka lokasi tersebut menguntungkan dalam aspek akses
menuju site.
-
5
Gambar 1: Lokasi Site Terpilih
Utara : Perkampungan
Timur : Gedung Pertemuan
Selatan : Perkampungan
Barat : Lahan Pertanian
• KDB : 60%
Luas Lahan : 69.710 m2
KDB : 60% x Luas Lahan
: 60% x 69.710 m2
: 41.826 m2
• KLB : 1,5
Luas Lahan : 69.710 m2
: 1,5 x 69.710
: 104.565 m2
Kebutuhan : Luas Total Ruang : KLB
: 30. 835,5 m2: 104.565 m2
: 0,29 = 1 ( 1 Lantai )
• KDH : 40%
Luas Lahan : 69.710 m2
KDH : 40 % x Luas Lahan
: 40% x 64.320 m2
: 25.728 m2
-
6
3.2 TATA MASA BANGUNAN
Gambar 2: Konsep Tata Masa Bangunan
Massa adalah bangunan bentang lebar yang memiliki jarak yang cukup
untuk gangway dan jalan pemisah antara zona perdagangan dan zona ternak
dengan zona pengelola dan zona penunjang.
3.3 KONSEP TAMPILAN ARSITEKTUR
a. Analisa Tampilan Arsitektur pada Area Perdagangan
Berdasarkan tipe bangunan yang direncanakan yaitu pasar tradisional tipe I
atau A dan memiliki komoditas khusus yaitu hewan ternak, maka standar
bangunan yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
- Daya tampung pedagang ≥ 750 pedagang
- Memiliki area khusus ternak 10.000 m2
Selain itu ada beberapa persyaratan khusus untuk bangunan pasar tradisional yang
telah ditetapkan dan dilampirkan pada SNI 8152:2015 sebagai berikut:
- bangunan harus memiliki ventilasi alami atau buatan sesuai dengan
fungsinya
- bukaan saluran ventilasi harus dirancang untuk menghindari gangguan
hewan
- teknis bukaan ventilasi harus bersifat permanen
- bangunan harus memiliki pencahayaan alami atau buatan, termasuk
pencahayaan darurat
-
7
Dua standar di atas adalah bagian dari beberapa standarisasi yang patut
diperhatikan dalam pemilihan tampilan arsitektur dengan memperhatikan konsep
perencanaan penataan massa.
Gambar 3: Tampilan Eksterior Area Pedagang Daging
Gambar 4: Tampilan Interior Area Pedagang Daging
b. Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur Area Ternak
Area ternak dapat menampung setidaknya 600 ekor hewan ternak dengan
mengacu pada konsep eco friendly. Berdasarlan analisa di atas, bangunan area
ternak menggunakan bangunan bentang lebar. Karena area ternak cenderung
berpotensi menimbulkan aroma yang tidak sedap karena hewan ternak, pemilihan
sistem bentang lebar direncanakan dapat memberikan sirkulasi udara yang baik
dan pencahayaan yang baik.
-
8
Gambar 5: Tampilan Eksterior Area Ternak
Gambar 6: Tampilan Interior Area Ternak
c. Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur Kantin dan Masjid
Kantin dapat menampung 10 kios pedagang makanan dan menampung
keseluruhan pembeli sejumlah 150 orang. Dengan mempertimbangkan
kenyamanan pengguna saat melakukan konsumsi makan dan minum, perlu adanya
perhatian tentang sirkulasi udara dan sirkulasi pengguna untuk mendapatkan
kenyamanan yang direncanakan.
Gambar 7: Tampilan Eksterior Area Kantin dan Masjid
-
9
Gambar 8: Tampilan Interior Masjid
Gambar 9: Tampilan Interior Kantin
d. Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur Area Pengelola dan Area Servis
Area pengelola dan area servis pelayanan menjadi satu kawasan dengan
daya tampung kurang lebih 30 orang pengguna. Area pengelola dan servis
pelayanan menjadi satu kesatuan bangunan berdasarkan ke efektifan kegiatan
karena kedua fungsi bangunan tersebut saling membutuhkan dan
berkesinambungan. Dengan memperhatikan kenyamanan psikologis dan fisik
memberikan sentuhan modern interior pada suasana dalam ruangan.
Gambar 10: Tampilan Eksterior Area Pengelola dan Servis
-
10
Gambar 11: Tampilan Interior Area Pengelola dan Servis
3.4 KONSEP EDUKASI
Penerapan konsep education pada pasar yaitu berada di area ternak, lebih
tepatnya pada area pemotongan ternak. Konsep tersebut diterapkan pada sistem
pembelajaran bagaimana menyembelih hewan unggas maupun ternak besar yang
baik dan benar sesuai ajaran Islam.
Dampak dari konsep tersebut diharapkan menjadi sarana pembelajaran
khususnya siswa sekolah maupun masyarakat sekitar tentang penyembelihan
hewan yang baik dan benar. Karena tidak semua orang mengetahui langkah-
langkah tersebut. Sedangkan setiap tahunnya umat Islam merayakan idul Adha
dengan menyembelih hewan kurban.
Selain belajar tentang bagaimana proses pemotongan hewan, pada area
ternak disediakan sarana belajar untuk siswa sekolah tentang hewan-hewan
ternak. Sehingga, siswa sekolah dan masyarakat dapat mengenal hewan-hewan
ternak dan bagaimana cara membudidayakannya.
3.5. KONSEP ECO FRIENDLY
Penerapan konsep Eco Friendly Design memperhatikan persyaratan
bangunan yang ditetapkan oleh SNI 8152:2015 dan konsep pasar higienis sebagai
berikut:
a. Ketersediaan Air bersih
- Air bersih disediakan untuk kebutuhan pengguna sesuai dengan jumlah
pengguna
- Tersedianya air bersih secara berkesinambungan
- Tersedianya instalasi air bersih pada area bahan pangan basah
-
11
b. Pengolahan Limbah
- Direncanakan dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya
- Memisahkan limbah beracun dengan limbah domestik
- Limbah cair harus diolah sebelum dibuang ke saluran umum
- Tersedia pembuangan limbah tertutup yang tidak melewati area dagang
Penerapan konsep eco friendly pada perancangan dan perencanaan
bangunan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Memanfaatkan air hujan, pemanfaatan air hujan sangat membantu kegiatan
pelaku pasar. Air hujan yang ditampung pada bak penampung yang dialirkan
dari atap tersebut akan dimanfaatkan untuk membersihkan kotoran hewan
ternak, air minum hewan ternak, dan menyiram tanaman pada kawasan pasar.
Gambar 12: Skema Air Hujan Menuju Bak Penampung Sampai Pipa Sebaran
b. Memanfaatkan sinar matahari, Indonesia memiliki iklim tropis dan mendapat
sinar matahari hampir setiap tahunnya. Seharusnya dengan letak geografis
Indonesia mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan sinar matahari.
Dengan media panel surya sinar matahari dapat diolah menjadi tenaga listrik.
Pengunaan energi matahari yang diolah menjadi listrik tersebut dapat menekan
ketergantungan pada listrik yang dihasilkan dari uap batu bara saat ini yang
tidak ramah lingkungan.
Gambar 13: Skema Pemanfaatan Sinar Matahari Dengan Panel Surya
-
12
c. Pengolahan kotoran hewan ternak, kotoran hewan ternak besar dapat diolah
menjadi pupuk dan biogas yang bermanfaat untuk masyarakat maupun
lingkungan pasar. Dengan adanya sistem pengolahan limbah kotoran yang
baik dapat menjaga lingkungan pasar tetap bersih dan higienis.
Gambar 14: Skema Pemanfaatan Limbah Ternak
d. Pemanfaatan limbah darah hewan ternak, pasar hewan ternak tidak hanya
menyediakan hewan hidup saja. Melainkan menyediakan kebutuhan
konsumsi daging hewan ternak besar, kecil, hingga unggas. Darah yang
dialirkan pada pembuangan lama-kelamaan akan berdampak buruk jika
tidak diolah dan dimanfaatkan kembali. Darah hewan ternak dapat
dimanfaatkan menjadi tepung pakan ikan hingga pakan ternak kembali.
Gambar 15: Skema Pemanfaatan Darah Hewan Ternak3
4. PENUTUP
Berdasarkan laporan tugas akhir Dasar Program Perencanaan dan Perancangan
(DP3A) yang telah disusun oleh penulis, terdapat beberapa kesimpulan dari
perancangan Pasar Tradisional Khusus hewan Ternak Yang Higienis Dengan
Konsep Edu Eco Friendly Design sebagai berikut:
1. Masyarakat Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya dapat bertransaksi
berbagai jenis hewan ternak pada satu kawasan pasar.
-
13
2. Fasilitas pasar yang mendukung adanya proses daur ulang limbah dapat
mempertahankan kebersihan lingkungan pasar.
3. Mampu membangun sebuah sarana edukasi bagi masyarakat uuntuk lebih
mengenal jenis hewan ternak, perawatan, dan proses pengolahan limbah
yang dihasilkan oleh hewan ternak.
4. Bentuk pasar yang arsitektural memiliki nilai ikonik tersendiri bagi pasar
khusus hewan ternak di Kabupaten Karanganyar.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Kaltim. 2015. Cara Pembuatan Tepung Darah.
kaltim.litbang.pertanian.go.id. [diakses pada 03 Maret 2020]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Higiene Sanitasi makanan dan
Minuman. Jakarta: Depkes RI.
Dinas Pertanian. 2018. Pemanfaatan Kotoran Ternak Untuk Biogas.
bulelengkab.go.id. [diakses pada 03 Maret 2020]
Frick, H., & Suskiyatno, F. B. (1998). Dasar-dasar eko-arsitektur: konsep
arsitektur berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi dan bahan
bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya atas kesehatan manusia.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Kemenkes. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1096/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.
Kemenkes. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor519/Menkes/Sk/Vi/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pasar Sehat.100.
Kemenkes. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia
Nomor942/Menkes/Sk/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan
Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=ar%20ticle&id=314&Itemid=59https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pemanfaatan-kotoran-ternakuntuk-biogas-14
-
14
Penataan dan Pembinaan Pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007. bpkp.go.id. [diakses pada
22 Februari 2020]
Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan
Toko Modern. Peraturan Menteri Perdagangan No.70 Tahun 2013.
Rentjoko, Antyo. 2018. Simpanlah Air Hujanmu, Ambillah Saat Kemarau.
lokadata.id. [diakses pada 03 Maret 2020]
Widjan. 2017. Cara Terbaik Memasang Panel Surya Di Rumah Sampai Dapat
Menghasilkan Listrik Dari Matahari. kelistrikanku.com. [diakses pada
03 Maret 2020]
https://lokadata.id/artikel/simpanlah-air-hujan-ambillah-saat-kemarauhttps://www.kelistrikanku.com/2017/01/cara-memasangkan-panelsurya-PLTS.html