pathogenesis pyogenic granuloma

3
Pathogenesis Pyogenic granuloma dapat terjadi pada semua kalangan usia, namun paling sering ditemukan pada wanita di usia dekade kedua karena meningkatnya hormon estrogen dan progesteron (Gomes, et al., 2012). Etiopathogenesis dari pyogenic granuloma belum diketahui secara pasti, meskipu pada awalnya diduga bahwa pyogenic granuloma disebabkan oleh infeksi botromycotic. Pyogenic granuloma diduga merupakan respon jaringan terhadap trauma atau iritasi klinis yang akan membuka jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non spesifik (Kamal, et al., 2012). Menurut Shafer, et al. (2006), pyogenic granuloma muncul karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Shafer, et al. (2006) juga mengatakan bahwa pyogenic granuloma disebabkan karena trauma pada jaringan yang menyebabkan terbukanya jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non-spesifik. Respon jaringan terhadap mikroorganisme ini, diperlihatkan dengan proliferasi jaringan vaskular yang berlebihan. Hal ini menjelaskan bahwa respon jaringan terhadap iritan yang sama dapat menyebabkan destruksi maupun stimulus. Jika pada suatu jaringan dengan ukuran kecil namun memiliki jumlah sel yang banyak, maka pembuluh darah yang ada akan relatif sedikit sehingga konsentrasi substansi stimulan akan cenderung tinggi,

Upload: rinaldi-inal

Post on 16-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

granuloma

TRANSCRIPT

PathogenesisPyogenic granuloma dapat terjadi pada semua kalangan usia, namun paling sering ditemukan pada wanita di usia dekade kedua karena meningkatnya hormon estrogen dan progesteron (Gomes, et al., 2012). Etiopathogenesis dari pyogenic granuloma belum diketahui secara pasti, meskipu pada awalnya diduga bahwa pyogenic granuloma disebabkan oleh infeksi botromycotic. Pyogenic granuloma diduga merupakan respon jaringan terhadap trauma atau iritasi klinis yang akan membuka jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non spesifik (Kamal, et al., 2012).Menurut Shafer, et al. (2006), pyogenic granuloma muncul karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Shafer, et al. (2006) juga mengatakan bahwa pyogenic granuloma disebabkan karena trauma pada jaringan yang menyebabkan terbukanya jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non-spesifik. Respon jaringan terhadap mikroorganisme ini, diperlihatkan dengan proliferasi jaringan vaskular yang berlebihan. Hal ini menjelaskan bahwa respon jaringan terhadap iritan yang sama dapat menyebabkan destruksi maupun stimulus. Jika pada suatu jaringan dengan ukuran kecil namun memiliki jumlah sel yang banyak, maka pembuluh darah yang ada akan relatif sedikit sehingga konsentrasi substansi stimulan akan cenderung tinggi, maka pertumbuhan jaringan akan terstimulasi. Seriring terjadinya diferensiasi dan maturasi, volume jaringan semakin membesar dan sel-sel semakin terpisah satu sama lain, konsentrasi substansi stimulan pun akan turun dan pertumbuhan jaringan menjadi lebih sedikit. Pada reaksi inflamasi ini, destruksi yang terjadi pada jaringan hanya sedikit namun stimulus terhadap proliferasi endotel vaskular terus terjadi. Menurut Murata, et al., (1997), kunci untuk terjadinya penyembuhan jaringan setelah terjadinya trauma adalah pembentukan jaringan granulasi, yang termasuk di dalamnya migrasi sel-sel inflamasi, migrasi dan proliferasi sel-sel endotel dan fibroblas, serta sintesis matriks ekstraseluler. Proses penyembuhan jaringan ini dikontrol oleh berbagai macam sitokin. Selain itu, peran dari faktor-faktor pertumbuhan, terutama bFGF sangat tinggi. bFGF diketahui sangat menstimulasi terjadinya angiogenesis. Pada penelitian Murata, et al., (1997) juga diketahui bFGF disintesis dan dilepaskan oleh makrofag dan sel mast ke matriks ekstraseluler selama proses neurovaskularisasi jaringan granulasi.

Manifetasi Klinis Pyogenic granuloma dapat terjadi pada rentang usia yang panjang mulai dari 4,5 sampai 93 tahun dan paling sering terjadi pada dekade kedua dan kelima. Insidensi pada perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pyogenic granuloma sering ditemukan pada gingiva, bibir, lidah, mukosa bukal, dan palatum. Lokasi lainnya yaitu pada muccobuccal fold dan frenulum.Di rongga mulut pyogenic granuloma memiliki manifestasi yang bermacam-macam mulai dari lesi sessile sampai berbentuk benjolan. Pyogenic granuloma biasanya ditemukan sebagai massa yang lembut, tidak sakit, dan berwarna merah tua sampai merah keunguan.

Gambaran HistopatologisPyogenic granuloma biasanya dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin. Kebanyakan lesi terdiri dari jaringan angiomatous baik yang berlubulus maupun tidak. Biasanya lesi yang berlobulus terdiri dari sel-sel endotel yang berproliferasi. Kolagen pada jaringan ikat pyogenic granuloma jarang ditemukan. Kadang ditemukan ulkus pada permukaan jaringan. Pada lesi dengan ulkus, ciri khas nya adalah edema dan biasanya terdapat infiltrasi sel-sel plasma, limfosit, dan neutrofil.