patient safety

3
MEMBANGUN KESADARAN TENTANG BUDAYA KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) Oleh FAHRIADI, M.KES, MARS PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat terhadap layanan yang berkualitas di unit pelayanan kesehatan makin tinggi. Ini ditandai dengan meningkatnya angka gugatan hukum dari konsumen kesehatan. Untuk itu, program keselamatan pasien rumah sakit harus segera diterapkan di setiap rumah sakit pemerintah dan swasta. Rumah sakit dan profesi medis kini jadi tudingan bila terjadi kasus dugaan malpraktik. Permasalahan ini antara lain disebabkan terlalu banyak jenis obat, jenis pemeriksaan, prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar. Semua itu berpotensi terjadi kesalahan akibat melaksanakan tindakan medis maupun tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Hasil survei yang dilakukan PERSI pada 381 rumah sakit di Indonesia menunjukkan, 80 persen rumah sakit tidak memiliki sistem pelaporan kecelakaan dan 87 persen belum memiliki program keselamatan pasien. Dalam kurun 1999 - 2004, tercatat 126 gugatan karena penderita/keluarga tidak puas dengan pelayanan kesehatan yang diterima, terutama yang mengakibatkan komplikasi penyakit, kecacatan, dan kematian. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Karena itu keselamatan

Upload: fahriadi

Post on 25-Jun-2015

293 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MEMBANGUN KESADARAN TENTANG BUDAYA KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) Oleh FAHRIADI, M.KES, MARS PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat terhadap layanan yang berkualitas di unit pelayanan kesehatan makin tinggi. Ini ditandai dengan meningkatnya angka gugatan hukum dari konsumen kesehatan. Untuk itu, program keselamatan pasien rumah sakit harus segera diterapkan di setiap rumah sakit pemerintah dan swasta. Rumah sakit dan profesi medis kini jadi tudingan bila terjadi kasus dugaan malpraktik.

TRANSCRIPT

Page 1: Patient Safety

MEMBANGUN KESADARAN TENTANG BUDAYA KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Oleh

FAHRIADI, M.KES, MARS

PENDAHULUANTuntutan masyarakat terhadap layanan

yang berkualitas di unit pelayanan kesehatan makin tinggi. Ini ditandai dengan meningkatnya angka gugatan hukum dari konsumen kesehatan. Untuk itu, program keselamatan pasien rumah sakit harus segera diterapkan di setiap rumah sakit pemerintah dan swasta. Rumah sakit dan profesi medis kini jadi tudingan bila terjadi kasus dugaan malpraktik. Permasalahan ini antara lain disebabkan terlalu banyak jenis obat, jenis pemeriksaan, prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar. Semua itu berpotensi terjadi kesalahan akibat melaksanakan tindakan medis maupun tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Hasil survei yang dilakukan PERSI pada 381 rumah sakit di Indonesia menunjukkan, 80 persen rumah sakit tidak memiliki sistem pelaporan kecelakaan dan 87 persen belum memiliki program keselamatan pasien. Dalam kurun 1999 - 2004, tercatat 126 gugatan karena penderita/keluarga tidak puas dengan pelayanan kesehatan yang diterima, terutama yang mengakibatkan komplikasi penyakit, kecacatan, dan kematian.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.

Program keselamatan pasien dimulai Institusi Kedokteran (IOM) pada 2000. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, sedikitnya 38 negara, tengah mengembangkan sistem pelaporan insiden dalam program keselamatan pasien rumah sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di Indonesia, program ini dimulai sejak tahun 2005. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit diawali dengan pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKPRS oleh PERSI pada Juni 2005 sebagai hasil Raker PERSI Maret 2005 di Surabaya, diikuti dengan pencanangan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit oleh Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadillah Supari pada 21 Agustus 2005 dalam Seminar Nasional PERSI di Jakarta. KKPRS kemudian menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari: 1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien; 2) Pimpin dan dukung staf anda; 3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko;

Page 2: Patient Safety

4) Kembangkan sistem pelaporan; 5) Libatkan dan komunikasi dengan pasien; 6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dan 7) Cegah cedera melalui imlementasi sistem keselamatan pasien.

MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKITKeselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Membangun budaya keselamatan pasien di RS dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :1. Seluruh personel RS memiliki kesadaran yang konstan dan aktif

tentang hal yang potensial menimbulkan kesalahan. 2. Baik staf maupun organisasi RS mampu membicarakan kesalahan,

belajar dari kesalahan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan. 3. Bersikap terbuka dan adil / jujur dalam membagi informasi secara

terbuka dan bebas, dan penanganan adil bagi staf bila insiden terjadi. 4. Pimpinan terkait menerangkan bahwa penyebab insiden keselamatan

pasien tidak dapat dihubungkan dengan sederhana ke staf yang terlibat. Semua insiden berkaitan juga dengan sistem tempat orang itu bekerja.

5. Perubahan nilai, keyakinan dan perilaku menuju keselamatan pasien penting bukan hanya bagi staf, melainkan juga semua orang yang bekerja di RS serta pasien dan keluarganya. Tanyakan apa yang bisa mereka bantu untuk meningkatkan keselamatan pasien RS.

6. Penjelasan/pemahaman tentang aktivitas organisasi RS yang bersifat resiko tinggi dan rentan kesalahan.

7. Lingkungan yang bebas menyalahkan, sehingga orang dapat melapor kesalahan tanpa penghukuman.

8. Pimpinan wajib berkomitmen mendukung dan memberikan penghargaan kepada staf yang melaporkan insiden keselamatan pasien, bahkan meskipun kemudian dinyatakan salah.

9. Komunikasi antar staf dan tingkatan harus sering terjadi dan tulus. 10. Terdapat keterbukaan tentang kesalahan dan masalah bila terjadi

pelaporan. 11. Pembelajaran organisasi. Tanggapan atas suatu masalah lebih

difokuskan untuk meningkatkan kinerja sistem daripada untuk menyalahkan seseorang.

12. Seluruh staf harus tahu apa yang harus dilakukan bila menemui insiden: mencatat, melapor, dianalisis, memperoleh feed back, belajar dan mencegah pengulangan.

Akhirnya target akhir dengan kegiatan PATIENT SAFETY diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden keselamatan pasien sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit di Indonesia. Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan (fahri/red).