patient safety

57
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety ) di rumah sakit, yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun, harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan hipocrates kira – kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere ( first, do no ham ) . Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu teknologi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya kejadian tidak diharapkan ( KTD atau adverse event ) apabila tidak dilakukan dengan hati – hati. Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesis yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. 1

Upload: ekakansa

Post on 22-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pasient safety

TRANSCRIPT

Page 1: Patient Safety

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety ) di rumah

sakit, yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan pekerja atau petugas

kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa

berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan

( green productivity ) yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan

keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah

sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di

setiap rumah sakit. Namun, harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat

berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas

utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah

sakit.

Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan

pasien sesuai dengan yang diucapkan hipocrates kira – kira 2400 tahun yang lalu

yaitu primum, non nocere ( first, do no ham ). Namun diakui dengan semakin

berkembangnya ilmu teknologi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit

menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya kejadian tidak diharapkan

( KTD atau adverse event ) apabila tidak dilakukan dengan hati – hati.

Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak

alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesis yang siap

memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan

pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan

terjadinya KTD.

Pada tahun 2000, Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan

yang mengagetkan banyak pihak : “ TO ERR IS HUMAN”, building a safer health

system. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado

serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD ( adverse event ) sebesar

2,9% dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah

sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada

pasien rawat inap diseluruh amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar

44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka

– angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark,

dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6%. Dengan data – data

tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan sistem

keselamatan pasien.

1

Page 2: Patient Safety

Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan

berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan

pasien di Rumah Sakit AN NI’MAH perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan

mutu pelayanan Rumah Sakit AN NI’MAH terutama didalam melaksanakan

keselamatan pasien sangat diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka

kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.

1.1 Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien

1.1.1 Tujuan Umum :

Sebagai pedoman bagi manajemen Rumah Sakit AN NI’MAH untuk

dapat melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

1.1.2 Tujuan Khusus :

a. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen Rumah Sakit AN

NI’MAH di dalam mengambil keputusan terhadap keselamatan

pasien.

b. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan

keselamatan pasien.

c. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan

terarah.

1.2 Manfaat

a. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan citra yang baik

bagi Rumah Sakit AN NI’MAH.

b. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan

rasa nilai kemanusiaan terhadap keselamatan pasien di Rumah Sakit

AN NI’MAH.

c. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

d. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.

2

Page 3: Patient Safety

BAB II

KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Mengapa Keselamatan Pasien ?

Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3

( tiga ) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacam –

macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain

penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total

Quality Management, Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi,

Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Goveernance, ISO, dan lain

sebagainya. Harus diakui program – program tersebut telah meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit baik pada aspek input, proses maupun output dan outcome.

Namun, harus diakui pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi

KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu, perlu

program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah

melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien

berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah

keselamatan pasien ( patient safety ). Dengan meningkatnya keselamatan pasien

rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit

dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat membawa rumah sakit

ke arena blaming, menimbulkan konflik antara dokter atau petugas kesehatan dan

pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan

malpraktek, blow – up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif

terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu, rumah sakit dan dokter bersusah payah

melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara, dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada

pihak yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan rumah sakit.

2. Pengertian

Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu system dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi :

asessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. System

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang

seharusnya dilakukan.

3

Page 4: Patient Safety

3. Tujuan

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.

d. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

4. Program WHO, World Alliance for Patient Safety

Pada januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan

kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan diterbitkan

sebagai resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57 Mei

2004, diputuskan membentuk aliansi internasional untuk peningkatan keselamatan

pasien dengan sebutan World Alliance for Patient Safety, dan ditunjuk Sir Liam

Donaldson sebagai ketua.

World Alliance for Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program

keselamatan pasien, dan pada tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan

menjadi 10 program WHO untuk keselamatan pasien. 10 program tersebut adalah :

1. Global Patient Safety Challenge

1st Challenge 2005 – 2006 “ Clean Care is Safer Care “

2nd Challenge 2007 – 2008 “ Safe Surgery Safe Lives “

2. Patient for Patient Safety

3. Taxonomy for Patient Safety

4. Research for Patient Safety

5. Solutions for Patient Safety

6. Reporting and Learning

7. Safety in Action

8. Technology for Patient Safety

9. Care of Acutely Ill Patients

10. Patient Safety Knowledge at Your Fingertips

5. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint Commission

International, suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005

mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 negara, dengan kegiatan

mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien, dan

mencari solusi berupa system atau intervensi sehingga mampu mencegah atau

mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Pada tanggal 2

Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan

panduan yang berjudul “ Nine Life – Saving Patient Safety Solutions “ atau

4

Page 5: Patient Safety

Sembilan solusi keselamatan pasien rumah sakit. Sembilan topik yang diberikan

solusinya adalah sebagai berikut :

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( Look – Alike, Sound – Alike

Medication Names ).

2. Pastikan identifikasi pasien.

3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat ( concentrated ).

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang ( tube ).

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.

9. Tingkatkan kebersihan tangan ( hand hygiene ) untuk pencegahan infeksi

nosokomial.

5

Page 6: Patient Safety

BAB III

A. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka Rumah Sakit AN NI’MAH

harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD,

dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan

pasien.

Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan Rumah

Sakit AN NI’MAH, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis

terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor – faktor lain yang berpotensi resiko

bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit.”

Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah

keselamatan pasien rumah sakit. Uraian tujuh langkah keselamatan pasien rumah

sakit adalah sebagai berikut :

1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Dengan langkah

penerapan sebagai berikut :

a. Tingkat Rumah Sakit :

Rumah Sakit AN NI’MAH telah memiliki kebijakan yang

menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,

bagaimana langkah – langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan

dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga.

Rumah Sakit AN NI’MAH telah memiliki kebijakan dan prosedur

yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada

insiden.

Rumah Sakit AN NI’MAH telah berupaya menumbuhkan budaya

pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di Rumah Sakit.

Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian

keselamatan pasien.

b. Tingkat Unit Kerja atau Tim :

Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara

mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada

insiden.

Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran – ukuran yang

dipakai Rumah Sakit AN NI’MAH untuk memastikan semua laporan

dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta

pelaksanaan tindakan atau solusi yang tepat.

2. Pimpin Dan Dukung Staf Anda6

Page 7: Patient Safety

Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan

Pasien diseluruh jajaran Rumah Sakit AN NI’MAH.

Langkah Penerapan :

a. Tingkat Rumah Sakit :

Direksi bertanggung jawab atas keselamtan pasien

Telah dibentuk Panitia Mutu da Keselamatan Pasien yang ditugaskan

untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien

Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi

maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit

Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi

dan pelatihan di Rumah Sakit AN NI’MAH dan dilaksanakan evaluasi

dengan pre dan post test.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim

Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan

Pasien

Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta

manfaat bagimereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien

Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi

dan asessmen hal yang potensial bermasalah

Langkah penerapan :

a. Tingkat Rumah Sakit :

Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko

klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan

terintegrasi dengan Keselamatan pasien dan staf

Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden

Keselamatan Pasien (IKP) bagi system pengelolaan resiko yang dapat

dimonitor oleh Direksi/Manajer Rumah Sakit AN NI’MAH

Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem

pelaporan insiden dan asessmen resiko untuk dapat secara proaktif

meningkatkan terhadap pasien.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim :

Dalam setiap rapat koordinasi selelu laksanakan diskusi tentang hal-

hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan

umpan balik kepada Manajer terkait

Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses

asessmen resiko rumah sakit

7

Page 8: Patient Safety

Lakukan proses asessmen resiko secara teratur, untuk menentukan

akseptabilitas setiap resiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat

untuk memperkecil resiko tersebut

Pastikan penilaian resiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke

proses asessmen dan pencatatan resiko rumah sakit.

4. Kembangkan Sistem Pelaporan

Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta

rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS).

Langkah penerapan :

a. Tingkat Rumah Sakit

Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu

pada Pedoman Keselamatan Pasien Rumah Sakit AN NI’MAH.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim

Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan

setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap

terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien

Kembangkan cara-cara yang terbuka dengan pasien

Langkah Penerapan :

a. Tingkat Rumah Sakit

Rumah Sakit AN NI’MAH memiliki kebijakan dan pedoman yang

jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan

tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.

Seluruh staf Rumah Sakit AN NI’MAH terkait harus mampu

memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi yang

benar dan jelas bilamana terjadi insiden

Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberikan dukungan,

pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka

kepada apsien dan keluarganya.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim

Pastikan seluruh personil mendukung dan menghargai keterlibatan

pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.

Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dankeluarganya bilamana

terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas

dan benar secara tepat.

8

Page 9: Patient Safety

Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada

pasien dan keluarganya.

6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien

Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa KTD itu timbul

Langkah penerapan :

a. Tingkat Rumah Sakit :

Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian

insiden secara tepat, yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab

Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria

pelaksanaan Analisis Akar Masalah ( Root Cause Analysis/RCA )

yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun

melakukan Failure Modes and Effects Analysis ( FMEA ) untuk

proses resiko tinggi.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim

Diskusikan dengan jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis

insiden

Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak

dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan

perubahan pada system pelayanan.

Langkah penerepan :

a. Tingkat Rumah Sakit :

Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system

peloporan, asessmen resiko, kajian insiden dan audit serta analisis,

untuk menentukan solusi.

Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem ( input dan

proses ), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk

penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien.

Lakukan asessmen resiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.

Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil

atas insiden yang dilaporkan.

b. Tingkat Unit Kerja/Tim

Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk

membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.

9

Page 10: Patient Safety

Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan

pelaksanaannya.

Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak

lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang

komperhensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut

secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,

tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih

langkah-langkah yang paling strategis dan palingh mudah dilaksanakan. Bila

langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum

dilaksanakan.

Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah

penggunaan metoda-metoda lainnya.

B. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu

ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan

pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk

melaksanakan kegiatannya.

Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya

dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak Pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda pengingkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak Pasien

Standar :

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

Kriteria :

1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

10

Page 11: Patient Safety

1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil

pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan

terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik Pasien dan Keluarga

Standar :

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria :

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan

pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit

harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan

tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

7. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan

Standar :

Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

3.1.Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat dari pasien masuk,

pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rurjukan

dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

3.2.Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

kelayakan sumberdaya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap

pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk

memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social,

konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer, dan tindak lanjut lainnya.

3.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

11

Page 12: Patient Safety

Standar IV Penggunaan Metode – Metode Peningkatan Kinerja Untuk

Melakukan Evaluasi Dan Program Peningkatan keselamatan Pasien

Standar :

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis

secara intensif insiden, dan melakukan peerubahan untuk meningkatkan kinerja

serta keselamatan pasien.

Kriteria :

4.1 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan ( desain ) yang baik,

mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas

pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor

– faktor lain ynag berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah

Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit “.

4.2 Setiap Rumah Sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara

lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utilisasi,

mutu pelayanan, keuangan.

4.3 Setiap Rumah Sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.

4.4 Setiap Rumah Sakit harus menggunakan semua data dan infomasi hasil analisis

untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan

keselamatan pasien terjamin.

Standar V Peran kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien

secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah

Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

2. Pimpinan menjamin berlangsuungnya program proaktif untuk identifikasi

resiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit

dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan

pasien.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan

keselamatan pasien.

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :

1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

12

Page 13: Patient Safety

2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program

meminimalkan insiden.

3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari

rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

4. Tersedia prosedur “ cepat – tanggap “ terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi resiko pada orang lain dan

penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden

termasuk penyediaan informasi ynag jelas tentang analisis akar masalah “

Kejadian Nyaris Cedera “ ( Near Miss ) dan “ Kejadian Sentinel “ pada saat

program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “Kejadian Sentinel “ ( Sentinel Event ) atau kegiatan proaktif untuk

memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan

dengan “ kejadian Sentinel ‘.

7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan

antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar

disiplin.

8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk

evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria

objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan

keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI Mendidik staf tentang Keselamatan Pasien

Standar :

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.

2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

untuk menigkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.

Kriteria :

13

Page 14: Patient Safety

6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi

bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya

masing-masing.

6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam

setiap kegiatan in-sarvice taining dan memberi pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden.

6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan iterdisipliner dan

kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

Standar :

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :

7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien

7.2. Tersedia mekanisme identifiksai masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

SASARAN KESELAMATAN PASIEN14

Page 15: Patient Safety

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah

sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini

mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI

(KKPRS PERSI) dan dari Joint Commission International (JCI)

.Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik

dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam

pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti

dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara

instrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu

tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang

menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai

berikut :

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIENStandar SKP I

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan

ketelitian identifikasi pasien. Maksud dan Tujuan Sasaran I Kesalahan karena keliru

dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspek/tahapan diagnosis

dan pengobatan. Kesalahanidentifikasi pasien bisa terjadi pada apsien yang dalam

keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat

tidur/kamar/lokasi dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain.

Maksud sasaran ni adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk

identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayananatau pengobatan;

dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk mmeperbaiki

proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika

pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan specimen lain untuk

pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau

prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,

seperti nama pasien, nommor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien,

dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan

untuk identifikasi pasien. Kebijakan dan/atau proseedur juga menjelaskan penggunaan

dua identitas berbeda dilokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat

jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma

tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan

dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untukdapat

diidentifikasi.

Elemen penilaian Sasaran I 15

Page 16: Patient Safety

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah atau specimen lain untuk

pemeriksaan klinis.

4. Pasien diidentifikasi sebelum permberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelksanaan identifikasi yang konsisten pada

semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Standar SKP IIRumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas

komunikasi antar para pemberi layanan.

Maksud dan Tujuan Sasaran II :

Komunikasi yang efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan

keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.

Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah

diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan

lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaak kritis, seperti melaporkan hasil

laboratorium ke klinik cito melalui telapon ke unit pelayanan. Rumah sapkit secara

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan da

telepon termasuk : mencatat ( atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap

atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah

membacakan kembali (read back) perinytah atau hasil pemeriksaan; dan

mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulan adalah akurat.

Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan

tidak melakukan pambacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti

dikamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.

Elemen Penilaian Sasaran II

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan

dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara

lengkap oleh penerima perintah.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang

menyampaikan hasil pemeriksaan

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan

komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

16

Page 17: Patient Safety

SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU

DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

Standar SKP IIIRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan

obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert)

Maksud dan Tujuan Sasaran III

Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus

berperan secara kritis unutk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu

diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi

kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan

dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip

dan kedengarannya mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, peatau Look

Alike Sound Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan

pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya kalium,

klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari

0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila

perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau apabila

perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada

keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau

mengeleminasikejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-

obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit

pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu

kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai

berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga

mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di

IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan

bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk

mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.

Elemen penilaian Sasaran III

Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,

menetapkan lokaasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.

Implementasi kebijakan dan prosedur. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit

pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk

mencegah pemberian yang kuranghati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. Elektrolit

konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan

disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT

PASIEN OPERASI17

Page 18: Patient Safety

Standar SKP IVRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat

lokasi,tepat-prosedur dan tepat-pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran IV

Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada operasi, adalah suatu yang

mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat

dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,

kurang/tidak melibatkan pasien dalam penandaan lokasi (site marking), dsan tidak ada

prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asessmen pasie yang tidak

adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung,

komunikasiterbuka antara anggota tim bedah,permasalahan yang berhubungan dengan

tuisan tangan yang tidak terbaca (illegible handwriting ) dan pemakaian singkatan

adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara

klaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/tau prosedur yang efektif didalam

mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis

bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety

(2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wkerong

Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.

Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada

tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten dirumah sakit

dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat

pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan

disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),

multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).

Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :

Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar.

Memastikan semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaaan yang relevan

tersedia, diberi label dengan baik, dipampang: dan

Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant yang

dibutuhkan.

Tahap “sebelum insisi” (time out) memungkinkan semua pertanyaan atau

kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan,

tetapi sebelum tindakan dimulai, didokumentasikan secara ringkas, misalnya

menggunakan checklist.

Elemen penilaian Sasaran IV

18

Page 19: Patient Safety

1. Rumah sakit mengggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk

diidentifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses pendanaan.

2. Rumah sakit menggunakan check list atau proses lain untuk memverifikasi saat

praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua dokumen serta

peralatan yang diperlukan tersedia, tepatdan fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time

out” tepat pembedahan.

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam

untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien, termasuk prosedur

medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELYANAN

KESEHATAN

Standar SKP VRumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi

yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran V

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantang terbesar dalam tatanan

pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang

berhubungan dengan pelyana kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien

maupun para professional pelayanan kesehatan. Infeks biasanya dijumpai dalam semua

bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran dararh

(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi

mekanis).

Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand

hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan

berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses

kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau [rosedur yang menyesuaikan atau

mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diteima secra umum dan untuk implementasi

petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang

diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al. WHO Patient Safety)

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif

3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan

secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH

19

Page 20: Patient Safety

Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien

dari cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan Sasaran VI

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cidera bagi pasien rawat

inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,

damn fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil

tindakan untuk mengurangi resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk

riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alcohol, gaya jalan dan keseimbangan,

serta alat bantu jalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan

rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran VI

1. Rumah sakit menerapkan proses asessmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh

dan melakukan asessmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi

atau pengobatan, dan lain-lain

2. Langkah-langkah untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil

asessmen dianggap beresiko jatuh

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cidera akibat

jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan

berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

BAB IV

20

Page 21: Patient Safety

PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Rumah Sakit

1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi

kejadian tidak diharapkan ( KTD ), kejadian nyaris cedera dan kejadian

sentinel.

2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) mengacu pada

pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Persi.

3. Pelaporan insiden terdiri dari :

a. Pelaporan internal yaitu mekanisme atau alur pelaporan KPRS di internal

Rumah Sakit AN NI’MAH.

b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit AN NI’MAH ke

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

4. Panitia mutu dan kerja keselamatan pasien melakukan pencatatan kegiatan

yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah

Sakit secara berkala.

BAB V21

Page 22: Patient Safety

MONITORING DAN EVALUASI

1. Seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit AN NI’MAH secara berkala melakukan

monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh

panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NI’MAH.

2. Panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NI’MAH secara berkala

( paling lama 2 tahun ) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur

keselamatan pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit AN NI’MAH.

3. Panitia mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit AN NI’MAH melakukan

evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.

Lampiran I22

Page 23: Patient Safety

Deklarasi Jakarta

Pasien Untuk Keselamatan Pasien

Di Negara – Negara South East Asia Region

Kami,

Pasien, konsumen pendukung, para professional pelayanan kesehatan, pembuat

kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi professional dan dewan

pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work

sikap tentang “ pasien untuk keselamatan pasien “ 17 – 19 Juli 2007, di Jakarta,

Indonesia.

Mengacu pada Resolution SEA / RC 59 / 53 tentang Promoting Patient Safety in

Health Care, yang diadopsi pada sesi yang 59 tahun Regional Committee untuk Asia

Tenggara, yang mencatat “ keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya

akibat kejadian tidak diharapkan” dan lingkaran setan adverse events, tuntutan hukum

dan praktek kedokteran yang defensive, dengan ini mendesak Negara – Negara anggota

untuk melibatkan para pasien, asosiasi konsumen, para pekerja pelayanan kesehatan dan

asosiasi professional dalam membangun system asuhan kesehatan yang lebih aman dan

menciptakan suatu budaya keselamatan di dalam institusi pelayanan kesehatan.

Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declarations yang

didukung oleh WHO World Alliance for Patient Safety.

Menimbang rekomkendasi WHO regional workshop yang pertama tentang Patient

Safety, 12 – 14 Juli 2006, di New Delhi, India.

1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah.

2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan pasien.

3. Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak menghalangi

komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai perubahan

perilaku utama dan system yang dibutuhkan untuk penerapan keselamatan pasien di

regional kami.

5. Percaya bahwa :

a. Transparasi, tanggung jawab, dan pendekatan manusiawi adalah yang utama pada suatu

sistem pelayanan kesehatan yang aman.

b. Dasar hubungan adalah saling percaya dan saling menghormati antara para professional

pelayanan kesehatan dan pasien.

c. Pasien dan pendampingnya perlu megetahui mengapa suatu pengobatan diberikan dan

diberitahu tentang semua resiko, kecil atau besar, sehingga mereka dapat mengambil

23

Page 24: Patient Safety

bagian di dalam keputusan - keputusan yang berhubungan dengan asuhan kepada

mereka.

d. Pasien perlu mempunyai akses kepada rekam medisnya.

6. Mengakui ketika cedera terjadi :

a. Harus ada suatu system dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan diperiksa secara

rahasia.

b. Pasien dan keluarganya harus memperoleh informasi dan dukungan sepenuhnya.

c. Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja perlu juga menerima

dukungan.

d. Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan dan pelajaran

yang didapat perlu disebarluaskan.

e. Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas kerugian pasien dan

keluarganya.

7. Komit terhadap :

a. Pemberdayaan konsumen melalui pendidikan yang jujur dan tulus.

b. Bekerja sama dengan media untuk mendorong pelaporan yang bertanggung jawab dan

untuk berkesempatan mendidik masyarakat.

c. Partisipasi aktif konsumen di dalam pelaporan kejadian tidak diharapkan.

d. Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk mendorong

adanya tanggung jawab.

e. Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan forum – forum.

8. Berikrar melalui upaya yang berkesinambungan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :

a. Berfungsinya system mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, mulai dengan pembentukan suatu komite

keselamatan pasien dan dalam suatu system pelaporan kejadian tidak diharapkan dan

system tanggapannya.

b. Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan yang irrasional

seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak perlu.

c. Pendidikan kedokteran berkelanjutan untuk para professional kesehatan.

d. Konsep keselamatan pasien yang terintegrasi ke dalam pelatihan para professional

kesehatan.

e. Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan kesehatan.

Lampiran II

24

Page 25: Patient Safety

FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL

RUMAH SAKIT AN NI’MAH

LAPORAN INSIDEN

( INTERNAL )

I. DATA PASIEN

Nama :

No RM :

Umur* :

…………………………………………………….

………………………. Ruang : …………………. 0 – 1 bulan

> 1 tahun – 5 tahun

> 15 tahun – 30 tahun

> 65 tahun

> 1 bulan – 1 tahun

> 5 tahun – 15 tahun

> 30 tahun – 65 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki Perempuan

Penanggung biaya pasien : Pribadi

ASKES Pemerintah

JAMKESMAS

Asuransi Swasta

Perusahaan*

Tanggal masuk : ……………………… Jam : ……………………

II. RINCIAN KEJADIAN

1. Tanggal dan Waktu Insiden

Tanggal : ..................................................................................................

Jam : ...................................................................................................

2. Insiden : .................................................................................................

3. Kronologis Insiden :

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

4. Jenis Insiden* :

Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near Miss )

25

RAHASIATIDAK BOELH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAKSIMAL 2

Page 26: Patient Safety

Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event )

Kejadian sentinel ( Kejadian Event )

5. Orang Yang Pertama Melaporkan Insiden*

Karyawan ( Dokter / Perawat / Petugas lainnya )

Pasien

Keluarga / Pendamping Pasien

Pengunjung

Lain – lain …………………………………………….. ( sebutkan )

6. Insiden Terjadi Pada*

Pasien

Lain – lain ……………………………………………… ( sebutkan )

Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga Pasien, lapor ke K3RS

7. Insiden Menyangkut Pasien

Pasien rawat inap

Pasien rawat jalan

Pasien IGD

Lain – lain

8. Tempat Insiden

Lokasi kejadian ........................................................................................

Tempat pasien berada ...............................................................................

9. Insiden Terjadi Pada Pasien ( sesuai kasus penyakit atau spesialis )

Penyakit dalam dan subspesialisasinya

Anak dan subspesialisasinya

Bedah dan subspesialisasinya

Obstetric Ginekologi dan subspesialisasinya

THT dan subspesialisasinya

Mata dan subspesialisasinya

Saraf dan subspesialisasinya

Anestesi dan subspesialisasinya

Kulit & Kelamin dan subspesialisasinya

Jantung dan subspesialisasinya

Paru dan subspesialisasinya

Jiwa dan subspesialisiasinya

Lokasi kejadian ……………………………………………….. ( sebutkan )

26

Page 27: Patient Safety

10. Unit Kerja Tempat Terjadinya Insiden

Unit kerja ..................................................................................................

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien*

Kematian

Cedera Irreversible atau cedera berat

Cedera Reversible atau cedera sedang

Cedera ringan

Tidak ada cedera

12. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian Dan Hasilnya

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

13. Tindakan Dilakukan Oleh*

Tim

Terdiri dari ( .................................................................................. )

Dokter

Perawat

Petugas lainnya ..................................................................................

14. Apakah Kejadian Yang Sama Pernah Terjadi Di Unit Kerja Lain?*

Ya

Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini,

Kapan ? dan langkah atau tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja

tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

Pembuat laporan : ………………... Penerima laporan : ………………..

Paraf : ………………... Paraf : ………………..

Tanggal terima : ………………... Tanggal lapor : ………………..

Grading Resiko Kejadian* ( Diisi oleh atasan pelapor ) :

Biru

Hijau

Kuning

27

Page 28: Patient Safety

Merah

Ket * : pilih salah satu jawaban

Lampiran III : Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KKP – RS

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

KKP – RS 28

Page 29: Patient Safety

( Patient Safety Incident Report )

1. Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan

bersifat anonym, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,

analisa penyebab dan rekomendasi.

2. Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca pedoman pelaporan insiden

keselamatan pasien ( IKP ), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan

pemahaman yang ada.

3. Isilah semua data pada laporan insiden keselamatan pasien dengan lengkap. Jangan

sampai dikosongkan karena agar data dapat dianalisa.

4. Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

( KKP – RS ).

KODE RS : ………………………………………….

I. DATA RUMAH SAKIT

1. Kepemilikan Rumah Sakit :

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah ( Provinsi / Kab / Kota )

TNI / POLRI

Swasta

BUMN / BUMD

2. Jenis Rumah Sakit :

Umum

Khusus :

Ibu dan Anak

Mata

Jantung

Kusta

Paru

Orthopaedi

Jiwa

Khusus lainnya ……………

3. Kelas Rumah Sakit :

A

B

C

D

Untuk rumah sakit swasta menyesuaikan.

29

Page 30: Patient Safety

4. Kapasitas tempat tidur : .................................................................

5. Propinsi ( lokasi rumah sakit ) : ................................................................

6. Tanggal laporan insiden dikirim ke KKP –RS : .........................................

II. DATA PASIEN

1. Umur* 0 – 1 bulan

> 1 tahun – 5 tahun

> 15 tahun – 30 tahun

> 65 tahun

> 1 bulan – 1 tahun

> 5 tahun – 15 tahun

> 30 tahun – 65 tahun

2. Jenis kelamin

Laki - laki Perempuan

3. Penanggung jawab pasien

Pribadi

ASKES Pemerintah

JAMKESMAS

Asuransi Swasta

Perusahaan*

4. Tanggal masuk Rumah Sakit

Tanggal ............................................................. Jam .............................

III. RINCIAN KEJADIAN

1. Tanggal dan Waktu Insiden

Tanggal : ................................................................................................

Jam : ................................................................................................

2. Insiden : ...............................................................................................

...............................................................................................

3. Kronologis Insiden :

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

4. Jenis Insiden* :

30

Page 31: Patient Safety

Kejadian nyaris cedera / KNC ( Near Miss )

Kejadian tidak diharapkan / KTD ( Adverse Event )

Kejadian sentinel ( Kejadian Event )

5. Orang Yang Pertama Melaporkan Insiden*

Karyawan ( Dokter / Perawat / Petugas lainnya )

Pasien

Keluarga / Pendamping Pasien

Pengunjung

Lain – lain …………………………………………….. ( sebutkan )

6. Insiden Terjadi Pada*

Pasien

Lain – lain ……………………………………………… ( sebutkan )

Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga Pasien, lapor ke K3RS

7. Insiden Menyangkut Pasien

Pasien rawat inap

Pasien rawat jalan

Pasien IGD

Lain – lain

8. Tempat Insiden

Lokasi kejadian .....................................................................................

Tempat pasien berada .............................................................................

9. Insiden Terjadi Pada Pasien ( sesuai kasus penyakit atau spesialis )

Penyakit dalam dan subspesialisasinya

Anak dan subspesialisasinya

Bedah dan subspesialisasinya

Obstetric Ginekologi dan subspesialisasinya

THT dan subspesialisasinya

Mata dan subspesialisasinya

Saraf dan subspesialisasinya

Anestesi dan subspesialisasinya

Kulit & Kelamin dan subspesialisasinya

Jantung dan subspesialisasinya

Paru dan subspesialisasinya

Jiwa dan subspesialisiasinya

Lokasi kejadian ……………………………………………….. ( sebutkan )

10. Unit Kerja Tempat Terjadinya Insiden31

Page 32: Patient Safety

Unit kerja ................................................................................................

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien*

Kematian

Cedera Irreversible atau cedera berat

Cedera Reversible atau cedera sedang

Cedera ringan

Tidak ada cedera

12. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian Dan Hasilnya

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

13. Tindakan Dilakukan Oleh*

Tim

Terdiri dari ( ............................................................................... )

Dokter

Perawat

Petugas lainnya ................................................................................

14. Apakah Kejadian Yang Sama Pernah Terjadi Di Unit Kerja Lain?*

Ya

Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini,

Kapan ? dan langkah atau tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja

tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

IV. TIPE INSIDEN

Tipe Insiden : ..........................................................................................

Sub Tipe Insiden : .........................................................................................

V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN

Dalam pengisian penyebab langsung atau akar masalah dapat menggunakan

faktor kontributor ( bias pilih lebih dari 1 ) :

a. Faktor Eksternal / di luar rumah sakit

b. Faktor Organisasi dan Manajemen

32

Page 33: Patient Safety

c. Faktor Lingkungan Kerja

d. Faktor Tim

e. Faktor Petugas dan Kinerja

f. Faktor Tugas

g. Faktor Pasien

h. Faktor Komunikasi

1. Penyebab langsung ( Direct / Proximate / Immediate Cause )

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

2. Akar penyebab masalah ( Underlying Root Cause )

..................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

3. Rekomendasi atau solusi

No Akar Masalah Rekomendasi / Solusi

1

2

3

4

5

Ket * : Pilih salah satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.

Saran : Baca pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ).

GLOSARIUM KKP –RS

1 Keselamatan Pasien

Rumah Sakit

( Patient Safety )

Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya resiko. System ini

mencegah terjadinya cedera disebabkan oleh kesalahan 33

Page 34: Patient Safety

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.

2 Kejadian Tidak

Diharapkan

( Adverse Event )

Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan

cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan yang

seharusnya diambil, bukan karena penyakit dasarnya atau

kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan kesalahan medis

atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

3 KTD Yang Tidak

Dapat Dicegah

(Unpreventable

Adverse Event )

Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah

dengan pengetahuan yang mutakhir.

4 Kejadian Nyaris

Cedera ( Near

Miss )

Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (

commission ) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil ( omission ), yang dapat mencederai

pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karenan

keberuntungan ( misalnya pasien terima suatu obat kontra

indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat ), karena pencegahan

( suatu obat dengan over dosis lethal akan diberikan, tetapi

staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan ), atau peringanan ( suatu obat dengan overdosis

lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan

antidotenya ) .

5 Kesalahan Medis

( Medical Errors )Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada

pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan

sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang

salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan

suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil ( ommision ).

6 Insiden

Keselamatan Pasien

( Patient Safety

Insiden )

Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan,

yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan

cedera pada pasien.

7 Pelaporan Insiden

Keselamatan Pasien

Rumah Sakit

Suatu system untuk mendokumentasikan insiden yang tidak

disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan

atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem

ini juga mendokumentasikan kejadian – kejadian yang tidak

konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan

pasien.

34

Page 35: Patient Safety

8 Analisis Akar

Masalah ( Root

Cause Analysis )

Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi factor

penyebab atau factor yang berpengaruh terhadap terjadinya

penyimpangan kinerja, termasuk KTD.

9 Manajemen Resiko

( Risk Management)

Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah

manajemen resiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan

diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau

berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat

kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.

10 Kejadian Sentinel

( Sentinel Event )

Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang

serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak

diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada

bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait

dengan keseriusan cedera yang terjadi ( misalnya amputasi

pada kaki yang salah, dsb ) sehingga pencarian fakta

terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang

serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Lampiran 4 : Insiden Keselamatan Pasien

INTALASI RAWAT JALAN

NO INDIKATOR

1 Insiden pasien jatuh

2 Insiden kesalahan pemberian obat

3 Insiden kesalahan cara pemberian obat

4 Insiden kesalahan pencampuran obat

35

Page 36: Patient Safety

5 Insiden kesalahan sampling

6 Insiden kesalahan identifikasi pasien pada saaat pengambilan sampel

7 Insiden kesalahan pemberian informasi

INSTALASI RADIOLOGI

NO INDIKATOR

1 Insiden keterlambatan penyerahan hasil foto

2 Insiden pengulangan pemeriksaan radiologi

3 Inseiden keterlambatan foto ruangan > 15 menit

4 Insiden keterlambatan radiologi pada pemeriksaan radiologi

INSTALASI LABORATORIUM

NO INDIKATOR

1 Insiden kesalahan penyediaan sampel

2 Insiden kesalahan menginput hasil

3 Insiden kesalahan pengoperasian alat

4 Insiden kesalahan pencampuran reagen

5 Insiden kesalahan mencetak hasil

6 Insiden kesalahan golongan darah

7 Insiden kesalahan jenis darah

8 Inseden kesalahan reaksi transfusi darah36

Page 37: Patient Safety

9 Insiden kesalahan menyampaikan hasil

10 Insiden kesalahan pengambilan sampel

11 Insiden kesalahan pasien

INSTALASI FARMASI

NO INDIKATOR

1 Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien IRJ

2 Insiden kesalahan penyerhan obat pada pasien IRNA

3 Insiden kelebihan penyerahan obat pada pasien IRJ

4 Insiden kelebihan penyerahan obat pada pasien IRNA

5 Insiden kekurangan panyerahan obat pada pasien IRJ

6 Insiden kekeurangan penyerahan obat pada pasien IRNA

7 Insiden kesalahan dosis obat

INSTALASI GIZI

NO INDIKATOR

1 Insiden keterlambatan pemberian makanan pada pasien baru

2 Insiden kejadian kesalahan jenis diet

3 Insiden keterlambatan penyediaan makanan pagi pasien rawat inap

4 Insiden tercemarnya makanan

INSTALASI GAWAT DARURAT

NO INDIKATOR

1 Kejadian kesalahan identifikasi kegawat daruratan

INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

NO INDIKATOR

37

Page 38: Patient Safety

1 Insiden tersumbatnya saluran nafas yang berakibat brakikardi

2 Insiden kesalahan setting ventilator

3 Insiden vagal reflex pada pemasangan ETT

KAMAR OPERASI (OK)

NO INDIKATOR

1 Insiden kesalahan identifikasi pasien

2 Insiden kesalahan jenis operasi

3 Insiden kesalahan posisi

4 Insiden tertinggalnya kain kasa

5 Insiden tertinggalnya instrument

6 Insiden operasi tanpa spesialis anestesi

7 Insiden operasi dengan kekurangan darah

8 Insiden konsultasi durante operasi

9 Insiden perluasan operasi

10 Insiden kesalahan diagnosis pra operasi

INSTALASI RAWAT INAP (IRNA)

NO INDIKATOR

1 Insiden pasien jatuh

2 Insiden infuse blong

3 Insiden kesalahan pemberian obat

4 Insiden kesalahan cara pemberian obat

5 Insiden kesalahan pencampuran obat

6 Insiden kesalahan sampling

7 Insiden kesalahan identifikasi pasien pada saat pengambilan sampel

8 Insiden kesalahan persiapan operasi

38

Page 39: Patient Safety

9 Insiden luka bakar akibat buli-buli panas

10 Insiden kesalahan golongan / jenis darah transfuse

11 Insiden kesalaahan pemberian informasi harga alat kesehatan

12 Insiden ketidaktepatan tehnik pengambilan sampel darah

13 Insiden luka bakar akibat pemasangan Bicnat Drip (100cc)

39

Page 40: Patient Safety

40