patof askep thypoid

17
THYPOID I. Definisi Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). II. Etiologi Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996). Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu : a. antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar b. antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil c. antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis III. Patofisiologi

Upload: firdakusumaputri

Post on 11-Aug-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

thypoid

TRANSCRIPT

Page 1: PATOF ASKEP THYPOID

THYPOID

 

I.                    Definisi

Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever)  merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

 

II.                  Etiologi

Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi  yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit  saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit  infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996).

Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :

a.       antigen   O   (Ohne   Hauch)   :   merupakan   polisakarida   yang   sifatnya   spesifik   untuk   grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar

b.      antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

c.       antigen   Vi   :  merupakan   kapsul   yang   meliputi   tubuh   kuman   dan   melindungi   antigen  O terhadap fagositosis

                                       

III.                Patofisiologi

Kuman   Salmonella   masuk   bersama   makanan/minuman.   Setelah   berada   dalam   usus halus kemudian mengadakan  invasi  ke  jaringan  limfoid usus halus (teutama Plak Peyer)  dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.

Pada  akhir  masa   inkubasi   (5-9  hari)   kuman kembali  masuk  dalam darah   (bakteremi sekunder)   dan   menyebar   keseluruh   tubuh   terutama   kedalam   kelenjar   limfoid   usus   halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan 

Page 2: PATOF ASKEP THYPOID

perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.

Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan   beredar   dalam   darah   dan   mempengaruhi   pusat   termoregulator   di   hipotalamus   yang menimbulkan gejala demam.

 

Page 3: PATOF ASKEP THYPOID

 

Page 4: PATOF ASKEP THYPOID

 

 

 

Manifestasi klinis

Masa  inkubasi  rata-rata 10-20 hari.  Yang tersingkat 4 hari   jika  infeksi   terjadi  melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi  mungkin  ditemukan  gejala  prodroma,  yaitu  perasaan tidak enak  badan,   lesu,  nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.

 

Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

a.       Demam lebih dari 7 hari

Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi.  Selama minggu pertama,  suhu tubuh berangsur-angsur  meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b.      Gangguan saluran pencernaan

Pada mulut  terdapat  nafas berbau tidak sedap,  bibir  kering dan pecah-pecah (ragaden), lidah   ditutupi   selaput   putih   kotor   (coated   tongue,   lidah   tifoid),   ujung   dan   tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai  nyeri   tekan. Biasanya didapatkan kondisi  konstipasi,  kadang diare,  mual, muntah, tapi kembung jarang.

c.       Gangguan kesadaran

Umumnya   kesadaran   penderita   menurun   walaupun   tidak   seberapa   dalam,   yaitu   apatis sampai somnolen.Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

d.        Pada   punggung   terdapat   roseola   (bintik   kemerahan   karena   emboli   basil   dalam   kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam).

e.        Relaps   (kambuh)   ialah   berulangnya   gejala   penyakit   tifus   abdominalis,   akan   tetapi berlangsung   ringan   dan   lebih   singkat.   Terjadi   pada   minggu   kedua   setelah   suhu   badan normal   kembali,   terjadinya   sukar   diterangkan.   Menurut   teori   relaps   terjadi   karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat zat anti. Mungkin terjadi  pada waktu penyembuhan tukak,  terjadi   invasi  basil  bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.

f.         Epitaksis

g.        Bradikardi

Page 5: PATOF ASKEP THYPOID

Prognosis

Prognosis Tifus abdominalis pada anak umumnya baik, asal pasien cepat berobat. Menurut Ngastiyah (2005)   mortalitas   pada   pasien   yang   dirawat   ialah   6%. Prognosis   menjadi   tidak   baik   bila   terdapat gambaran klinis yang berat seperti :

1.      Demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua2.      Kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau delirium)3.      Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi

Komplikasi

Dapat terjadi pada :

a.        Di usus halus

Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

1.       Perdarahan usus

                Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

-          penurunan TD dan suhu tubuh

-          denyut nadi bertambah cepat dan kecil

-          kulit pucat

-          penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

2.       Perforasi usus

        Timbul  biasanya pada minggu ketiga atau setelah  itu  dan terjadi  pada bagian distal ileum.

3.       Peritonitis

                Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:

-          nyeri perut hebat

-          kembung

-          dinding abdomen tegang (defense muskulair)

-          nyeri tekan

-          TD menurun

-          Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang

Page 6: PATOF ASKEP THYPOID

        Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.

b.        Diluar usus halus

-    Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.

-    Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder

-    Kolesistitis

-    Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi

-    Meningitis,   gejala   :   bayi  tidak  mau  menetek,   kejang,   letargi,   sianosis,   panas,   diare, kelainan neurologis.

-    Miokarditis

-    Karier kronik

 

Diagnosa Medis

Selain   melihat   gejala   klinis   yang   ada,   diagnosa   juga   ditegakkan   melalui   pemeriksaan laboratorium, yaitu :

1.       Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis

a.        Darah   tepi   :   terdapat   gambaran   leukopenia,   limfositosis   relatif,   aneosinifilia, anemia, dan trombositopenia ringan.

b.        Sumsum tulang : terdapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya   sel   makrofage,   sedangkan   sistem   eritopoesis,   granulopoesis,   dan trombopoesis berkurang.

2.       Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis

a.          Kultur empedu (+) dalam darah pada minggu I, dalam tinja pada minggu ke II dan urin pada minggu ke III.

b.         Reaksi widal (+), Titer zat anti terhadap antigen O >1/160 atau 1/200

 

Diagnosa Banding

Sesuai perjalanan penyakit harus dibedakan antara lain :

-          bronkitis

-          influenza

Page 7: PATOF ASKEP THYPOID

-          bronkopneumonia

Pada stadium lanjut :

-          demam paratifoid

-          malaria

-          TBC milier

-          Meningitis

-          Riketsia

-          Bakterial endokarditis

Pada stadium toksik harus dibedakan dengan : leukemia, limfoma, penyakit hodgkin

Penatalaksanaan

Perawatan

-          penderita perlu dirawat di RS untuk diisolasi, observasi, dan pengobatan

-          Harus istirahat 5-7 hari bebas panas

-          Mobilisasi sewajarnya, sesuai kondisi

-          Bila kesadran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi dan komplikasi yang lain

Diet

-          makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein (TKTP)

-          Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan menimbulkan gas

-          Susu 2 kali sehari perlu diberikan

-          Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak

Pencegahan

a.        penyediaan air minum yang memenuhi syarat

b.        perbaikan sanitasi

c.         imunisasi

d.        mengobati karier

e.        pendidikan kesehatan masyarakat

Page 8: PATOF ASKEP THYPOID

Discharge Planning

1.       Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak

2.       Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping

3.       Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut

4.       Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

MASALAH KEPERAWATAN

1.       Hipertemia b/d proses infeksi salmonela thyposa

2.       Nyeri Akut b/d agen injuri fisik

3.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ketidakmampuan pemasukan atau mencerna   makanan  atau   mengabsorpsi   zat-zat   gizi   berhubungan   dengan   faktor  biologis, psikologis atau ekonomi

4.       Risiko Kekurangan Volume Cairan b/d kelainan yang mempengaruhi intake cairan, kelainan yang mempengaruhi penyerapan cairan

 

RENPRA THYPOID

No

Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Hipertermi b/d Proses Infeksi Salmonella thyposa

Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama ...........x 24 jamTermoregulasi klienadekuat dengan kriteria hasil

Kriteria Hasil :

 Suhu   tubuh   dalam   rentang normal 36-37˚ C

 Nadi  dan  RR  dalam  rentang normal

 Tidak  ada  perubahan  warna kulit dan tidak ada pusing

Pengobatan Demam

  Ukur  suhu sesering mungkin

  Monitor IWL

  Monitor warna dan suhu kulit

  Ukur tekanan darah, nadi dan RR

  Monitor penurunan tingkat kesadaran

  Periksa WBC, Hb, dan Hct

  Catat  intake   dan   output   ( ukur balance 

Page 9: PATOF ASKEP THYPOID

cairan)

  Kolaborasikan   dengan   tim   medis   untuk pemberian anti piretik

  Kolaborasi  pengobatan  dengan  tim medis untuk mengatasi penyebab demam

  Selimuti pasien

  Lakukan tapid sponge

  Kolaborasi   untuk   pemberian   cairan intravena

  Kompres   pasien   pada   lipat   paha   dan aksiladengan air hangat

  Tingkatkan sirkulasi udara

  Kolaborasi  pengobatan   dengan   tim medis untuk   mencegah   terjadinya menggigil

Regulasi Temperatur

  Ukur  suhu minimal tiap 4 jam

  Monitor warna dan suhu kulit

  Ukur  tanda-tanda   hipertermi   dan hipotermi

  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

  Ajarkan   pada   pasien   cara   mencegah keletihan akibat panas

  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu  dan kemungkinan  efek  negatif  dari kedinginan

  Beritahukan   tentang   indikasi   terjadinya keletihan   dan   penanganan   emergency 

Page 10: PATOF ASKEP THYPOID

yang diperlukan

  Kolaborasi   dengan   tim   medis   untuk pemberian anti piretik jika perlu

2 Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (typoid)

Setelah   di   lakukanasuhan keperawatan   selama   ...........x 24   jamnyeri dapat terkontroldan terjadi peningkatan kenyamanan pada   klien dengan kriteria hasil:

  Melaporkan   bahwa   nyeri berkurang   dengan menggunakan   manajemen nyeri (nyeri ringan 1-3)

  Mampu   mengenali   nyeri (skala,   intensitas,   frekuensi dan tanda nyeri)

  Menyatakan   rasa   nyaman setelah nyeri berkurang

  Tanda   vital   dalam   rentang normal

  Ekspresi   wajah   tenang   dan rileks

  Pasien mampu untuk istirahat dan tidur

Managemen Nyeri

  Lakukan   pengkajian   nyeri   secara komprehensif   termasuk   lokasi, karakteristik,   durasi,   frekuensi,   kualitas dan faktor presipitasi

  Observasi   reaksi   nonverbal   dari ketidaknyamanan

  Gunakan   teknik   komunikasi   terapeutik untuk   mengetahui   pengalaman   nyeri pasien

  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

  Bantu   pasien   dan   keluarga   untuk   mencari dan menemukan dukungan

  Kontrol   lingkungan   yang   dapat mempengaruhi   nyeri   seperti   suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

  Kurangi faktor presipitasi nyeri

  Pilih   dan   lakukan   penanganan   nyeri (farmakologi,   non   farmakologi   dan   inter personal)

  Kaji   tipe   dan   sumber   nyeri   untuk menentukan intervensi

  Ajarkan tentang teknik non farmakologi

  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Page 11: PATOF ASKEP THYPOID

  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

  Tingkatkan istirahat

  Kolaborasikan   dengan   dokter   jika   ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

  Monitor   penerimaan   pasien   tentang manajemen nyeri

Administrasi Analgesik

  Tentukan lokasi,  karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

  Cek   instruksi   dokter   tentang   jenis   obat, dosis, dan frekuensi

  Cek riwayat alergi

  Pilih   analgesik   yang   diperlukan   atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

  Tentukan pilihan analgesik   tergantung tipe dan beratnya nyeri

  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

  Pilih   rute   pemberian   secara   IV,   IM   untuk pengobatan nyeri secara teratur

  Ukur  vital   sign   sebelum   dan   sesudah pemberian analgesik pertama kali

  Berikan   analgesik   tepat   waktu   terutama saat nyeri hebat

  Evaluasi   efektivitas   analgesik,   tanda   dan gejala (efek samping)

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Setelah   di lakukanasuhan keperawatan selama   ...........x   24   jamstatus

Managemen Nutrisi

Page 12: PATOF ASKEP THYPOID

kebutuhan tubuh nutrisi intake makanan dan cairan adekuat dengankriteria hasil

  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda tanda malnutrisi

  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

  Kaji adanya alergi makanan

  Kolaborasi   dengan   ahli   gizi   untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

  Anjurkan   pasien   untuk   meningkatkan protein dan vitamin C

  Berikan substansi gula

  Yakinkan   diet   yang   dimakan   mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

  Berikan   makanan   yang   terpilih   (   sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

  Ajarkan   pasien   bagaimana   membuat catatan makanan harian.

  Monitor   jumlah   nutrisi   dan   kandungan kalori

  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Monitor Nutrisi

  BB pasien dalam batas normal

  Monitor adanya penurunan berat badan

  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

  Monitor   interaksi   anak   atau   orangtua selama makan

  Monitor lingkungan selama makan

  Jadwalkan   pengobatan  dan   tindakan   tidak 

Page 13: PATOF ASKEP THYPOID

selama jam makan

  Monitor   kulit   kering   dan   perubahan pigmentasi

  Monitor turgor kulit

  Monitor   kekeringan,   rambut   kusam,   dan mudah patah

  Monitor mual dan muntah

  Monitor   kadar   albumin,   total   protein,   Hb, dan kadar Ht

  Monitor makanan kesukaan

  Monitor pertumbuhan dan perkembangan

  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

  Monitor kalori dan intake nuntrisi

  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

4 Risiko kekurangan volume cairan b.d hipertermi, mual, muntah, diare

Setelah   di   lakukanasuhan keperawatan   selama   ...........x 24   jam   terjadi keseimbangan cairan dan hidrasi adekuat dengan Kriteria Hasil :

  Mempertahankan   urine output sesuai dengan usia dan BB,  BJ  urine  normal, HT normal

  Tekanan  darah,   nadi,   suhu tubuh   dalam   batas normal

  Tidak   ada   tanda   tanda dehidrasi,   Elastisitas turgor   kulit   baik, 

Managemen Cairan

         Timbang popok/pembalut jika diperlukan

         Pertahankan   catatan   intake   dan   output yang akurat

         Monitor   status   hidrasi   (   kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

         Ukur vital sign

         Catat masukan   makanan   /   cairan   dan hitung intake kalori harian

         Kolaborasi   dengan   tim   medis   untuk pemberian terapi IV

Page 14: PATOF ASKEP THYPOID

membran   mukosa lembab,   tidak   ada   rasa haus yang berlebihan

         Monitor status nutrisi

         Berikan cairan

         Berikan cairan IV pada suhu ruangan

         Dorong masukan oral

         Berikan   penggantian   nesogatrik   sesuai output

         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

         Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

         Kolaborasi   dokter   jika   tanda   cairan berlebih muncul memburuk

         Kolaborasi   dengan   tim   medis   untuk pemberian tranfusi jika perlu

         Persiapan untuk tranfusi