pbl tumor parotis
DESCRIPTION
ca ParotisTRANSCRIPT
Tumor Parotis
Inne Ikke Citami Putri
102011034
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11520
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur.
Produksi air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk
mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan
suhu.
Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major
meliputi kelenjar ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan
bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah
adanya pembengkakan atau benjolan pada parotis.
Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis
dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima,
sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Diantara tumor jinak parotis yang
paling sering adalah adenoma pleoformik. Tumor ganas parotis yang sering dijumpai adalah
karsinoma mukoepidermoid. Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada) di dalam kelenjar
parotis menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini disebabkan karena selain
mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal untuk mempertahankan
(preservasi) N. Fasialis. Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah tumor parotis,
sekitar 75% sampai 85 %. 1
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan
atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri.
2
Pembahasan
I. Anamnesis
Anamnesis merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Secara umum anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara yang dapat langsung dilakukan
terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-
anamnesis). Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti:
Identitas
Menanyakan identitas penting pada pasien seperti nama, umur atau usia, jenis
kelamin, alamat dan pekerjaan.
Keluhan utama
Menanyakan apa keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien datang
berobat dan lamanya.
Riwayat penyakit sekarang (RPS)
a. Cerita kronologis yang terperinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum
ada keluhan sampai dibawa berobat
b. Pengobatan sebelumnya dan hasilnya
c. Perkembangan penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya serta riwayat penyakit lain yang pernah diderita pasien.
Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui bagaimana status kesehatan keluarga serta mencari tahu
apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
Riwayat Psychosocial (sosial)
Mengetahui bagaimana lingkungan kerja, sekolah atau tempat tinggal serta
faktor resiko gaya hidup.
3
Pada kasus diketahui Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang kepoliklinik
dengan keluhan benjolan pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu.
Benjolan dirasa semakin membesar hingga membuat telinga kanannya terangkat.
Selain itu pasien juga mengeluh mata kanannya tidak dapat menutup sempurna sejak 1
bulan yang lalu. Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi
posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien. Sekitar 30% dari pasien
mengeluhkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun keganasan kelenjar
parotis sebagian besar tidak sakit. Kemungkinan besar rasa sakit menunjukkan adanya
invasi perineural yang memungkinkan adanya keganasan pada pasien dengan massa
parotis.
Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu timbulnya massa,
riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis. Pertumbuhan massa yang relatif
lambat cenderung jinak. Riwayat adanya karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas,
atau histiocytoma bersifat ganas menunjukkan metastasis intraglandular atau
metastasis ke kelenjar getah bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang
kambuh menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi nilai keadaan umum pasien secara menyeluruh
serta bagaimana tingkat kesadarannya. Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan
pada pergerakan dapat ditentukan apakah ada pembengkakan abnorm. al dan dimana,
bagaimana keadaan kulit dan selaput lendir diatasnya dan bagaimana keadaan fungsi
nervus fasialis. Terkadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitar
dan tampak adanya trismus. Inspeksi dapat dilakukan sampai intraoral untuk melihat
adakah desakan tonsil atau uvula. Penderita juga harus diperiksa dari belakang untuk
dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari pengamatan. Palpasi yang teliti
dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran, bentuknya,
konsistensi dan hubungan dengan sekelilingnya seperti apakah ada pembesaran pada
kelenjar getah bening leher.
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan
apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan
selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-
kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan langsung
4
tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang, untuk dapat
melihat asimetrisitas yangmungkin lolos dari perhatian kita.2
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi
tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan
sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara
sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga
harus dilakukan.2
Pada kasus saat pemeriksaan fisik teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7
cm dengan nyeri tekan positif, konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada
palpasi daerah leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
III. Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
BAJAH merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosis adenoma
pleomorfik parotis, sekalipun keakuratan hasilnya tergantung pada keterampilan dari
ahli sitopatologi yang memeriksa.3
Helmus C. MD mendapatkan angka ketepatan sampai 94% dengan biopsi aspirasi
jarum halus pada tumor parotis, dan menjadikannya sebagai prosedur rutin sejak tahun
1988.3
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis
sejak dulu, namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan
(Computerized tomografi scan) dan MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan
pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong jaringan parotis dan
duktusduktusnya.3
b) Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi gambaran berupa massa
berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih
tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang
heterogen dengan daerah nekrosis, kistik sering didapatkan karena pada adenoma
5
pleomorfik sering terdapat cairan, lemak darah, dan kalsifikasi. Pemberian
kontras memberikan penyangatan yang bervariasi.3
Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan
sekitar. Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang
secara histopatologi jinak dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT
Scan hampir sama dengan MRI dalam menentukan lokasi tumor, batas tumor dan
infiltrasi ke jaringan sekitar.3
c) Ultrasonografi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut,
hipoekoik dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas
memberikan gambaran yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG dapat
memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik namun CT dan MRI dibutuhkan
untuk menilai tumor lebih lengkap.3
3. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan
merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tandatanda kearah ganas,
seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini
bersifat kambuh lokal jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.3
IV. Diagnosis Kerja
Working diagnosis yang diambil adalah tumor parotis.
Kelenjar Parotid
Kelenjar ludah adalah kelenjar tubuloasiner. Secara embriologis, kelenjar berasal dari
lapisan germinal ektodermal dan lapisan germinal endodermal. Kelenjar ludah dapat dibagi
dalam dua golongan:4
Kelenjar ludah besar (major) yang terdiri dari tiga pasang kelenjar, yaitu kelenjar
parotis, submandibular, dan sublingual.
Kelenjar ludah kecil (minor). Kelenjar-kelenjar ini jumlahnya banyak dan ukurannya
kecil-kecil. Kelenjar ludah minor menempati mukosa pipi (buccal) dan mukosa faring.
6
Gambar 1. Kelenjar Saliva
Sumber: http://www.virtualmedicalcentre.com
Kelenjar parotid adalah yang terbesar dari tiga kelenjar saliva besar berpasangan dan
terletak tepat di depan dan di bawah telinga. Bersama dengan kelenjar submandibular dan
sublingual, yang merupakan dua kelenjar lain yang berpasangan yang memproduksi saliva.5
Saraf fasialis merupakan bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Keberhasilan
teknik operasi pada semua jenis parotidektomi tergantung pada identifikasi dan pemeliharaan
saraf ini. Saraf fasialis keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus yang
terletak pada bagian paling medial dari fisura timpanomastoid, yaitu antara tip mastoid
dengan liang telinga luar. Pada tempat ini arteri stilomastoideus berjalan tepat di lateral dari
trunkus saraf fasialis. Saraf fasialis memasuki dan membagi kelenjar parotis menjadi dua
lobus superfisial dan profunda. Saraf fasialis ini bercabang menjadi dua cabang utama yaitu
bagian lebih superior (temporofasial) yang akan mencabangkan ramus temporalis, ramus
zigomatikus dan ramus businator superior, sedangkan cabang bagian inferior (servikofasial)
akan mencabangkan ramus servikal, ramus submandibula dan ramus businator inferior.3
Kelenjar parotid dapat membengkak karena beberapa sebab, diantaranya yang paling
umum karena virus atau infeksi bakteri, pembentukan batu dan peradangan. Kelenjar parotid
juga dapat mengakibatkan tumor. Hal ini umumnya muncul seperti benjolan biasa yang
berada di sekitar sudut rahang atau tepat di bawah daun telinga.5
Dari semua tumor kelenjar saliva, sekitar 70 % adalah tumor parotis. Dari tumor
parotis, 70% adalah tumor benigna dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma pleomorfik.
Adenoma pleomorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus disertai
peningkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala-gejala nervus fasialis. Adenoma pleomorfik biasanya muncul sebagai
massa tunggal yang tidak nyeri pada permukaan lobus parotis. Tumor benigna kelenjar
7
parotis kedua terbanyak adalah limfomatosum kistadenoma papiler atau Wharthin tumor.
Dengan jumlah laki-laki yang lebih sering terkena, tumor ini biasanya terjadi pada kedua
kelenjar parotis dan tampak secara histologis sebagai infiltrat limfositik dengan proliferasi
kistik epitelial.6
Pada tumor maligna kelnjar saliva hampir selalu muncul sebagai massa tersendiri.
Adanya nyeri biasanya dihubungkan dengan keganasan pada 20% kasus. Gejala-gejala lain
seperti kesemutan, disfungsi nervus fasialis, atau paralisis nervus lengkap. Kelumpuhan
nervus fasialis hampir tidak pernah terlihat pada penyakit jinak atau harus dipertimbangkan
sebagai tanda-tanda kemungkinan adanya keganasan.6
Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O.) melalui International Histological
Classification of Tumours telah membuat klasifikasi yang berdasarkan kombinasi gambaran
histologik dengan sifat klinik dari tumor. Klasifikasi ini yang sekarang banyak dipakai.
Klasifikasi WHO untuk tumor parotis sebagai berikut:1,4
A. Tumor epitelial
B. Tumor non epitelial
C. Tumor yang tidak dapat diklasifikasikan
D. Keadaan lain yang berhubungan dengan :
- kelainan limfoepitelial jinak
- sialosis
- onkositosis
Klasifikasi untuk tumor epitelial parotis:1,4
1. Adenoma (jinak)
a. Adenoma pleomorfik (mixed tumor)
b. Adenoma monomorfik :
- Adenolimfoma (papillary cystadenoma lymphomatosum, tumor Whartin)
- Adenoma oksifilik
- Adenoma jenis lain, misalnya: adenoma tubuler, adenoma clear cell dan
adenoma sel basal
2. Tumor "potensial ganas"
a. tumor mukoepidermoid
b. tumor sel asinik
3. Karsinoma (ganas)
a. karsinoma adenoid kistik (silindroma)
8
b. adenokarsinoma
c. karsinoma epidermoid
d. karsinoma yang tidak berdiferensiasi (undifferentiated)
e. karsinoma pada adenoma pleomorfik
Untuk kepentingan pengelolaan tumor ganas parotis sehubungan dengan jenis patologi
dan sifat klinik dari tumor (biologic behavior) maka pada tumor ganas parotis dapat dibagi
dalam 2 group berdasarkan derajat keganasannya, yaitu: (Eisele dan Johns, 1993).
1. Keganasan derajat rendah, misalnya: karsinoma muko epidermoid, adeno
karsinoma sel asinik, karsinoma adenoid kistik (silindroma).
2. Keganasan derajat tinggi, misalnya: karsinoma muko epidermoid, adeno
karsinoma, karsinoma sel skuamosa atau epidermoid, karsinoma pada
adenoma pleomorfik.
Tumor non epitelial parotis yang jinak, seperti hemangioma, fibroma dan
neurofibroma maupun yang ganas, seperti fibrosarkoma, neurosarkoma, hemangiosarkoma,
limfoma maligna lebih jarang dijumpai, biasanya pada anak. 1,4
Sebagian besar (80%) tumor parotis adalah jinak, terbanyak (60-80%) adenoma
pleomorfik berupa benjolan bulat terutama disekitar liang telinga yang biasanya tumbuh
lambat meskipun kadang ada periode pendek tumor tumbuh cepat, konsistensi lunak sampai
padat, mobile, tidak nyeri dan tanpa kelainan pada nervus fasialis. Makroskopis tumor tampak
seperti berkapsul disertai tonjolan tonjolan kearah luar, berwarna putih, kadang ada
pembentukan kista atau perdarahan. Tumor jinak kedua tersering adalah tumor Warthin`s (6-
10%). 1
Tumor parotis dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan
pada dekade ke lima, sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Tumor ganas
parotis yang paling sering adalah karsinoma mukoepidermoid (10%), disusul kemudian
karsinoma sel asinik dan adenoid kistik karsinoma (silindroma). Biasanya tumor tumbuh
cepat atau mendadak cepat disertai nyeri dan kelumpuhan nervus fasialis (merupakan gejala
patognomonis). 1
Pada anak, tumor jinak parotis yang sering ditemukan adalah hemangioma, disusul
kemudian adenoma pleomorfik dan limfangioma.. Tumor ganas kelenjar ludah pada anak
sekitar 85% diketemukan di kelenjar parotis, terutama jenis karsinoma mukoepidermoid
(Eisele dan Johns, 1993).1
9
Tumor Jinak Parotis
Pada tumor jinak parotis, yang paling sering ditemukan adalah tumor campur (mixed
tumor). Sifat-sifat dari tumor campur:4
Benjolan disekitar liang telinga tanpa rasa sakit. Benjolan ini tumbuh lambat.
Bila cukup besar, daun telinga akan terlihat terangkat jika dibandingkan
dengan daun telinga normal di kontralateral. Benjolan konsistensi padat,
berbatas tegas, gangguan saraf fasialis biasanya tidak ditemukan.
Gross anatomi: tumor berkapsul, berwarna putih dan padat.
Patologi: tumor tidak berkapsul asli, mengesankan berasal dari campuran
adenoma dan jaringan miksomatosa. Dan gambaran ini disebut sebagai
pleomorphic adenoma (tumor campur).
Tumor campur mudah residif bila pengangkatan inadekuat.
Tumor Ganas Parotis
Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya pada tingkat permulaan tidak mudah
dibedakan dari benjolan yang bersifat benigna. Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan
akan keganasan parotis antara lain:4
Tumor keras dan berbatas tidak tegas
Paralise nervus fasialis
Tumor yang tumbuh cepat
Tumor dengan pembesaran kelenjar getah bening regional
Tumor parotis dengan gambaran metastase di paru-paru.
V. Diagnosis Banding
Parotitis Epidemika
Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar
ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis. Virus ini adalah anggota kelompok
paramiksovirus, yang jiga mencakup parainfluenza dan campak. 85% infeksi terjadi pada
anak yang lebih muda dari umur 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi, tetapi sekarang
penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda.7
Virus diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, danrah, urin, otak danjaringan
terinfeksi lainnya. Virus diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan sampai 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan kelenjar ludah. Penularan agaknya tidak terjadi lebih lama
daripada 24 jam sebelum munculnya pembengkakan atau lebih lambat dari 3 hari sesudah
10
menyembuh. Virus diisolasi dari urin dari hari pertama sampai ke 14 sesudah mulainya
pembengkakan kelenjar ludah.7
Virus yang masuk akan mulai melakukan pembelahan dalam sel saluran
pernafasan. Virus akan dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan
kelenjar lain yang rentan. Masa inkubasi berkisar dari 14 sampai 24 hari, dengan puncak pada
17 sampai 18 hari.7
Adenoma Submandibular
Merupakan tumor jinak pada kelenjar parotis dan paling sering terjadi. Bentuk
dari tumor ini adalah adanya pembengkakan tanpa rasa nyeri yang bertahan dalam waktu
lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Reseksi bedah total
merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada
saraf fasialis. Adenoma pleomorfik juga merupakan tumor kelenjar submandibular yang
paling sering. Tumor ini paling sering pada palatum dekat garis tengah pada pertemuan
palatum mole dan palatum durum. Lokasi ini juga merupakan lokasi yang paling sering untuk
tumor ganas kelenjar liur.9
VI. Etiologi
Etiologi keganasan kelenjar liur pada umumnya belum diketahui secara pasti.
Merokok diduga kuat berperan dalam perkembangan tumor ini. Dilaporkan bahwa perokok
mempunyai risiko 4-8 kali dibanding yang tidak perokok.
VII. Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari
seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan
dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor
pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor
berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign
pleomorphic adenomas).8
VIII. Patofisiologi
Teori Sel Cadangan merupakan teori yang paling banyak digunakan. Teori ini
menyatakan bahwa pertumbuhan sel – sel tumor dipicu oleh pertumbuhan sel-sel cadangan
(stem cell) yang berasal dari sistem duktus kelenjar parotis. Tipe tumor bergantung pada tipe
stemcell dan dari diferensiasi stem cell pada tahap transformasi sel normal menjadi sel tumor.
11
Stem cell dari duktus intrkalaris akan berkembang menjadi karsinoma kistik adenoid dan
karsinoma sel asinik. Stem cell dari duktus ekskretoris akan berkembang menjadi karsinoma
mukoepidermoid. karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma duktus salivaorius.
Teori Multiseluler menyatakan bahwa pembentukan sel-sel tumor kelenjar ludah
berkembang dari diferensiasi sel-sel unitnya. Sebagai contoh, karsinoma sel skuamosa
berkembang dari epitel duktus ekskretorius, dan karsinoma sel asinik berkembang dari sel
asini.
IX. Manifestasi Klinis
Neoplasma kelenjar ludah biasanya merupakan massa yang tumbuhnya lambat dan
berbatas tegas. Jika ditemukan gejala nyeri, pertumbuhan cepat, kelemahan saraf atau
parestesia, tanda-tanda limfodenopati servikal, perlekatan pada kulit atau otot dibawahnya,
semuanya itu menunjukkan keganasan.
Gejala pada neoplasma parotis yaitu biasanya terdapat pembengkakan di depan
telinga dan kesulitan untuk menggerakkan salah satu sisi wajah. Paralisis nervus facialis
sering didapatkan pada pasien dengan neoplasma parotis maligna. Adanya bengkak
biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan
menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan. Keluhan yang dirasakan pasien berupa
benjolan yang soliter, tidak nyeri, dipre/infra/retro aurikuler, jika terdapat rasa nyeri sedang
sampai berat biasanya terdapat pada keganasan. Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-
3% kasus keganasan parotis. Terdapatnya disfagia, sakit tenggorokan, serta gangguan
pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening jika terjadi
metastasis.
X. Penatalaksanaan
Setiap benjolan pada parotis yang mencurigakan neoplasma harus dioperasi. Pada
operasi dilihat letak tumor, apakah dari lobus superfisialis atau lobus profunda. Sebagian
besar tumor parotis jinak berasal dari lobus superfisialis karena bagian ini volumenya jauh
lebih besar daripada lobus profunda. Bila tumor berasal dari lobus superfisialis, saaf fasialis
dikenali mulai dari trunkus sampai pada kelima cabangnya. Lobus superfisialis dan tumor
diangkat dengan meninggalkan saraf fasialis dan lobus profunda (parotidektomi
superfisialis). Jaringan dikirim ke bagian patologi untuk pemeriksaan potong beku (frozen
section). Pemeriksaan ini memerlukan waktu kurang lebih setengah jam. Bila hasilnya
merupakan kelainan jinak, operasi telah memadai, kecuali tepi sayatan tidak bebas dari
12
tumor. Bila hasilnya ternyata keganasan atau sayatan tidak bebas tumor, lobus profunda juga
diangkat. Saraf fasialis ditinggalkan bila tidak terinfiltrasi tumor ganas. Bila saraf fasialis
terinfiltrasi tumor ganas, saraf itu seluruhnya atau sebagian diangkat bersama tumor. Pada
tumor jinak dari lobus profunda diangkat setelah terlebih dahulu mengangkat lobus
superfisialis (parotidektomi totalis).4
Pilihan utama penatalaksanaan tumor kelenjar liur adalah bedah dengan mengangkat
tumor secara komplit. Sisa tumor dapat mengakibatkan terjadinya kekambuhan dan
sebagian dapat berubah menjadi ganas. Parotidektomi dengan perawatan saraf fasialis dapat
dilakukan pada kasus dimana tumor parotis berada pada daerah superfisial dari saraf fasialis.
Pada beberapa kasus kita juga tidak memerlukan pengangkatan lobus parotis secara
keseluruhan jika pada temuan operasi tumor dapat diangkat secara komplit. Saat ini terdapat
berbagai teknik pembedahan dalam pengangkatan adenoma pleomorfik berdasarkan
pengangkatan terhadap kelenjar parotis, antara lain:3
Parotidektomi Total
Parotidektomi total adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat
seluruh kelenjar parotis baik dengan mengangkat saraf fasialis atau merawat
saraf fasialis. Parotidektomi total diindikasikan pada tumor jinak yang
mengenai kedua lobus kelenjar parotis atau pada tumor ganas parotis.
Parotidektomi Superfisial
Parotidektomi superfisial adalah pengangkatan tumor parotis dengan
mengangkat seluruh lobus superfisial parotis baik dengan pengangkatan saraf
fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada
tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus
superfisial dari parotis. Parotidektomi superfisialis dapat dilakukan dengan
mengangkat saraf fasialis jika tumor mengenai saraf fasialis atau tanpa
mengangkat saraf fasialis.
Parotidektomi Medial
Parotidektomi medial adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat
seluruh lobus profunda parotis baik dengan pengangkatan saraf fasialis atau
13
dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada tumor jinak
atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus profunda
dari parotis.
Parotidektomi Subtotal
Parotidektomi subtotal adalah reseksi konservatif dalam pengangkatan tumor
kelenjar parotis dimana kelenjar yang diangkat kurang dari parotidektomi
superfisial atau medial atau diseksi saraf fasialis yang tidak komplit.
Pengangkatan tumor dengan batas yang adekuat dengan jaringan normal,
diharapkan kekambuhan tidak terjadi dan fungsi fisiologis kelenjar dan saraf
fasialis dapat dipertahankan, komplikasi yang mungkin timbul dari
pengangkatan kelenjar parotis dapat dikurangi. Walaupun parotidektomi
superfisial atau medial dengan perawatan saraf fasial merupakan standar dalam
pengangkatan tumor jinak parotis, namun berdasarkan temuan operatif
parotidektomi parsial atau subtotal dapat menjadi pilihan untuk dilakukan.
Pengangkatan lobus kelenjar parotis tidak diperlukan jika tumor
memungkinkan untuk diangkat secara komplit.
Enukleasi
Enukleasi adalah pengangkatan tumor tanpa melakukan pengangkatan terhadap
kelenjar parotis. Ini dapat dilakukan jika tumor memungkinkan terangkat
secara komplit. Biasanya dilakukan pada tumor yang ukurannya kecil, tumor
yang mempunyai kapsul atau pada tumor yang letaknya berada di daerah ekor
dari kelenjar parotis.
Komplikasi yang ditimbulkan pada parotidektomi seperti kelumpuhan saraf
fasialis, dan sindroma Frey, akan berkurang dengan teknik enukleasi. Namun
dipihak lain angka kekambuhan akan meningkat dengan teknik enukleasi
terutama jika terjadi kerusakan kapsul, namun jika kapsul dapat dipertahankan
angka kekambuhan ini dapat ditekan bahkan lebih kecil dari 2%.
Setiap pembedahan pengangkatan tumor jinak parotis selalu dimulai dengan
parotidektomi superfisial. Kemudian berdasarkan temuan operasi dapat
diperluas ke lobus medial jika diperlukan untuk mengangkat tumor secara
komplit.
14
XI. Komplikasi
Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotisdapat timbul terutama jika dilakukan
dengan parotidektomi. Komplikasi yang timbul dapat berupa:3,4
1. Sindroma Frey
Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis ke kelenjar
keringat, sehingga serabut parasimpatis, yang dirangsang oleh penciuman,
pengecapan, akan mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini
berakibat timbulnya keringat dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada
waktu mengunyah. Kejadian ini berkisar 30%-60% pasien pasca parotidektomi.3
2. Kelumpuhan saraf fasialis
Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi pada tindakan parotidektomi
total dari pada parotidektomi superfisial, dan akan semakin berkurang jika hanya
melakukan parotidektomi subtotal atau enukleasi. Kelumpuhan saraf fasial terjadi
akibat tarikan yang dilakukan saat operasi atau oleh trauma operasi. Kelumpuhan yang
terjadi dapat bersifat sementara atau menetap.2 Paralise ini dapat mengakibatkan
keratitis, karena mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan cabang saraf
mengakibatkan paralise otot yang bersangkutan.4
3. Fistula kelenjar liur
Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi,
dimana air liur akan berkumpul di daerah bekas operasi, sehingga cairan yang
terkumpul ini akan keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini
biasanya akan berhenti sendiri karena air liur yang terkumpul dapat diserap kembali
atau dapat dihisap dengan menggunakan spuit.3
XII. Prognosis
Tumor yang diangkat secara komplit dapat sembuh secara total. Pada
pengangkatan yang tidak komplit tumor ini dapat mengalami kekambuhan dan pada kasus
yang jarang dapat berubah menjadi ganas dan dapat mengalami metastase. Kekambuhan
tumor ini dapat diprediksi dengan menggunakan imunohistokimia. Ekspresi musin khususnya
MUC1 pada adenoma pleomorfik merupakan marker yang penting untuk memprediksi
kekambuhan tumor ini.3
Penutup
15
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di sisi kanan dan kiri di
daerah telinga bagian bawah. Kelenjar ini bisa mengalami gangguan dengan sebab yang
belum diketahui pasti. Tumor adalah salah satu kelainan pada kelenjar ini. Jika hal ini terjadi,
orang yang menderita tumor akan mengalami beberapa kesulitan, salah satunya adalah
kesulitan menutup mata secara sempurna. Diagnosis tumor parotis ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan histopatologi tumor.
Penatalaksanaan tumor parotis adalah pembedahan, dengan mengangkat tumor secara komplit
tanpa meninggalkan sisa. Pembedahan yang tidak adekuat untuk dapat mengakibatkan
terjadinya kekambuhan.
Daftar Pustaka:
1. Kentjono WA. Pembedahan pada tumor parotis dan kanker rongga mulut. Majalah
Kedokteran Tropis Indonesia 2006.
2. Velde VD. Onkologie. Leiden: Stafleu; 1973.
3. Firdaus MA, Pulungan MR. Penatalaksanaan adenoma pleomorfik parotis. Diunduh
dari http://repository.unand.ac.id/17121/, 05 November 2013.
4. Togar. Tumor kelenjar ludah. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D,
Sumardi R, Ramli M, editor. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Publishing; 2010.h.359-62.
5. Parotid. Diunduh dari http://www.thyroidheadnecksurgery.com/ind/parotid.html, 03
November 2013.
6. Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2000.h.256-9.
7. Maldonado Y. Parotitis epidemika. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Alvin AM,
editor. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h.1074-7.
8. Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and
treatment. Acta Otolaryngologica; 1970.h.155–9.