ga_ett tumor parotis

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tumor parotis maupun kanker rongga mulut (KRM) merupakan tumor di daerah kepala leher yang termasuk jarang diketemukan.Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah tumor parotis (75-85%), sedangkan KRM yang terbanyak adalah kanker lidah (25-45%).Kebanyakan penderita datang berobat sudah dalam keadaan lanjut sehingga ada kesukaran dalam hal penanganannya, khususnya dalam segi pembedahannya.Ini disebabkan karena prinsip pembedahan pada tumor ganas adalah eksisi yang seluas mungkin sehingga seluruh tumornya termasuk metastasis di leher (bila ada) dapat diangkat semuanya. 1,2 Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis.Diantara tumorjinak parotis yang paling sering adalah adenoma pleoformik.Tumor ganas parotis yang seringdijumpai adalah karsinoma mukoepidermoid.Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada) didalam kelenjar parotis menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini disebabkankarena selain mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal untukmempertahankan (preservasi) N. Fasialis. 1,2,3 Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesi terbagi atas tiga teknik, yaitu anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi 1

Upload: suci-ramadhani-putri

Post on 07-Jul-2016

303 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

anestesi umum

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tumor parotis maupun kanker rongga mulut (KRM) merupakan tumor di daerah

kepala leher yang termasuk jarang diketemukan.Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak

adalah tumor parotis (75-85%), sedangkan KRM yang terbanyak adalah kanker lidah (25-

45%).Kebanyakan penderita datang berobat sudah dalam keadaan lanjut sehingga ada

kesukaran dalam hal penanganannya, khususnya dalam segi pembedahannya.Ini disebabkan

karena prinsip pembedahan pada tumor ganas adalah eksisi yang seluas mungkin sehingga

seluruh tumornya termasuk metastasis di leher (bila ada) dapat diangkat semuanya.1,2

Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis.Diantara

tumorjinak parotis yang paling sering adalah adenoma pleoformik.Tumor ganas parotis yang

seringdijumpai adalah karsinoma mukoepidermoid.Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada)

didalam kelenjar parotis menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini

disebabkankarena selain mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal

untukmempertahankan (preservasi) N. Fasialis.1,2,3

Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu yang bersifat

reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesi terbagi atas tiga teknik,

yaitu anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi lokal.Untuk mencapai ketiga kondisi

trias anestesi dapatdilakukan dengan menggunakan obat anestesi tunggal seperti eter, atau

denganmengkombinasikan beberapa jenis obat anestesi. Kombinasi obat-obat yangdipakai

juga dapat bervariasi dari obat-obat anestesi inhalasi sampai penggunaanobat-obat anestesi

intravena. 4,5

Anestesia umum endotrakeal merupakan teknik anestesia dengan mempergunakan

kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anestesia inhalasi dan

memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu

pernafasan penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.4,5,6,7

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anestesi

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan

aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver

Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang

bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3

syarat (Trias Anestesi) yaitu :4,5,6,7,8

a. Hipnotik, hilang kesadaran

b. Analgetik, hilang perasaan sakit

c. Relaksan, relaksasi otot-otot

2.2 Anestesi Umum

Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan dimana

hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat

pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat

diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular.4,5

Indikasi Anestesi umum :6

Pada bayi dan anak-anak

Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh ahli

bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal

Operasi besar

Pasien dengan gangguan mental

Pembedahan yang lama

Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan

Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.

2

Sebelum dilakukan tindakan anestesia, sebaiknya dilakukan persiapan pre-

anestesia. Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum

pasien menjalani suatu tindakan operasi. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan

adalah sebagai berikut:6,7,8

a. Anamnesis

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah

penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,

misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas.4,5

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat

penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi.

Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh

dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua sistem organ tubuh

pasien.4,5

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan

penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan laboratorium rutin yang sebaiknya

dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb, leukosit, masa perdarahan dan

masa pembekuan) dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di atas 50 tahun sebaiknya

dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.4,5

d. Klasifikasi status fisik

Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang

berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) :

ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia

ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang

ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin

terbatas

ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas

rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat

ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan

kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam.

3

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan

mencantumkan tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau

IIE

Penilaian Mallampati

Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi.

Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada

visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut

terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi

4 grade :5,6,7,8

Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas

Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring

tidak terlihat

Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat

Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat

4

Tahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium yaitu :4,5

1. Stadium I (Stadium Analgesia/ Stadium Disorientasi)

Dimulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran

Ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata

2. Stadium II (Stadium Excitement/ Stadium Delirium)

Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan bernafas teratur

Ditandai dengan hilangnya refleks kelopak mata

Pada stadium ini bisa terjadi batuk, nafas panjang, melawan/ berontak dan

muntah

3. Stadium III (Stadium Surgical Anestesia)

Dimulai dari pernafasan yang teratur sampai henti nafas (respiratory arrest).

Stadium ini terdiri atas :

Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan bola mata

Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan dari paralise

otot interkostal

Plane 3 : dari permulaan hingga komplit paralise dari otot-otot interkostal

Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise diafragma

4. Stadium IV (Stadium Overdosis)

Dimulai dari permulaan paralise diafragma hingga henti jantung (cardiac

arrest)

Stadium ini sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena overdosis obat-

obatan anestesi

2.3.Premedikasi Anestesia

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan

premedikasi:4,5

Meredakan kecemasan dan ketakutan

Memperlancar induksi anestesi

Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

Mengurangi refleks yang tidak diharapkan

Mengurangi isi cairan lambung

Mengurangi rasa sakit

Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi

5

Menurunkan basal metabolisme tubuh

Obat-obat premedikasi yang sering digunakan4,5,6,7 :

1. Sulfas atropin

Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg

Merupakan golongan parasimpatolitik dengan cara kerja berkompetisi dengan

asetilkolin pada ujung-ujung saraf yang mempersyarafi organ-organ post

ganglion kolinergik

Keuntungan : mengurangi sekresi ludah dan menekan refleks vagal

Kerugian : menaikan temperatur, mengentalkan lendir dan membesarkan pupil

2. Valium

Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB

Memberikan efek sedativa, amnesia, tranquilizer, relaksasi otot, hipnotik kuat,

analgesi kurang

3. Pethidine

Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB

Efek farmakologi yakni sebagai analgetik, bersifat sedativa, mendepresi pusat

pernafasan, menaikkan tekanan CSF, menimbulkan vasodilatasi, pupil

mengecil dan mulut kering

2.4.Induksi Anestesia

Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak

sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Sebelum

memulai induksi anestesia, selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang

diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih

cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata

STATICS4,5,6,7 :

S = Scope

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau

daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang

T = Tubes

Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan

balon (cuffed)

6

A = Airway

Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal

airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya

lidah tidak menyumbat jalan nafas

T = Tape

Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut

I = Introducer

Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk

pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan

C = Connector

Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S = Suction

Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :4,5

1. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesia umum yang

dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke dalam

pembuluh darah vena.

2. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan

dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang berupa gas dan atau

cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran,

Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan kategori menggunakan sungkup muka,

Endotrakeal Tube nafas spontan, Endotrakeal tube nafas terkontrol.

3. Anestesi imbang merupakan teknik anestesia dengan mempergunakan kombinasi

obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anestesia inhalasi atau

kombinasi teknik anestesia umum dengan analgesia regional untuk mencapai trias

anestesia secara optimal dan berimbang.

2.5. Obat-Obat Anestesi Umum

Obat-obat yang sering digunakan dalam anestesi umum adalah:4,5,6,7,8

Gas Anestesi

7

Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik

iala N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran. Mekanisme kerja obat

anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih mnjadi misteri dalam farmakologi modern. 7

Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:

1. Ambilan oleh paru

2. Difusi gas dari paru ke darah

3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.

Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:

N2O

N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak

terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O harus disertai oksigen minimal 25%. Gas ini

bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesia setelah N2O dihentikan,

maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran oksigen dan

terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan oksigen

100% selama 5-10 menit.

Halotan

Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka sering

digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan merupakan anestetik

kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan

mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Pada napas spontan

rumatan anestesia sekitar 1-2 vol% dan pada napas kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya

disesuaikan dengan klinis pasien.

Isofluran

Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien

menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit,

di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi.Tanda untuk

mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi

napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak

terhadap oksigen, tetapi meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.

Desfluran

8

Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan

tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk

desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau bedah rawat

jalan.Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme laring, sesak napas,

sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat ¼ kali lebih poten dibanding agen

anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.

Sevofluran

Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan

kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi

yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran

dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit. Baunya tidak

menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesia

inhalasi disamping halotan. Setelah pemberian dihentikan, sevofluran cepat dieliminasi dari

tubuh.

Obat-obat Anestesia Intravena

Yang dimaksud dengan intravenous anestesia adalah anestesi yang diberikan dengan cara

suntikan zat (obat) anestesia melalui vena.

1. hipnosis

Golongan barbiturat (pentotal)

Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat

(30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya

habis, seperti zat anestesi inhalasi, barbiturat ini menyebabkan kehilangan

kesadaran dengan jalan memblok kontrol brainstem

Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai induksi

diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20 detik

(untuk orang dewasa)

Benzodiazepin

Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat,

potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak

menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan

sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada

pasien dalam monitorng anestesi. Efek farmakologi benzodiazepine merupakan

9

akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter

penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor

GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap

neurotransmitter penghambat. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV,

Midazolam : induksi : 0,15 – 0,45 mg/kg IV.

Ketamin

Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat.

Efek anestesinya ditimbulkan oleh penghambatan efek membran dan neurotransmitter

eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat. Sifat analgesiknya sangat

kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Ketamin tidak

menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.

Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.

Anestesia dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik

pertama, kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai anestesia disosiatif.

Disosiasi ini sering disertai keadaan kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi,

lakrimasi, gerakan-gerakan tungkai spontan, peningkatan tonus otot. Kesadaran segera

pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan amnesia

berlangsung sampai 1-2 jam.

2. Analgetik

Morfin

Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak

begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi),

penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah

pemberian morfin dosis terapi.

Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan

ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin

dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri

diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada

waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.

Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2

mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai

yamg diperlukan.

Fentanil

10

Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik dari

kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor μ. Fentanyl banyak

digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih

singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan

relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.

Meridipin

Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan

klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada

morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan

sebagai obat preanestetik, untuk menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan

dengan morfin, meperidin kurang karena menyebabkan depresi nafas pada janin.

Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50

mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien

tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg

BB.

3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)

Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien

secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari

otot-otot rangka dan memudahkan dilakukannya operasi.

a. Pelumpuh otot depolarisasi

Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah saraf otot

tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga cukup lama berada di celah sipnatik,

sehingga terjadilah depolarisasi ditandai oleh fasikulasi yang disusul relaksasi

otot lurik. Yang termasuk golongan ini adalah suksinilkolin, dengan dosis 1-2

mg/kgBB IV.

b. Pelumpuh otot non-depolarisasi

Pelumpuh otot non-depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinik-

kolinergik, tetapi tak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi

asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat bekerja.

Dosis (mg/kgBB) Durasi (menit)

Long acting

1. D-tubokurarin 0,4-0,6 30-60

11

2. Pankuronium

3. Metakurin

4. Pipekuronium

5. Doksakurium

6. Alkurium

0,08-0,12

0,2-0,4

0,05-0,12

0,02-0,08

0,15-0,3

30-60

40-60

40-60

45-60

40-60

Intermediate acting

1. Gallamin

2. Atrakurium

3. Vekuronium

4. Rokuronium

5. Cistacuronium

4-6

0,5-0,6

0,1-0,2

0,6-1,2

0,15-0,2

30-60

20-45

25-45

30-60

30-45

Short acting

1. Mivakurium

2. Ropacuronium

0,2-0,25

1,5-2

10-15

15-30

2.6. Intubasi Endotrakeal

Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa

pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan

penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.4,5,6,7

12

Indikasi intubasi endotrakeal4,5,6 :

1. Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun

2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

4. Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan

5. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tak ada

ketegangan

6. Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol

7. Untuk mencegah kontaminasi trakea

8. Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan pengisian

cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster

9. Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme

10. Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord

Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu3,4 :

Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang cukup

Posisi kepala dan leher yang tepat

Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut

Alat-alat yang digunakan dalam intubasi endotrakeal 4,5,6,7 :

a. Pipa endotrakea

Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari

bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam milimeter.

Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda, penampang

melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat sedangkan

dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa cuff dan

untuk anak besar dan dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Pipa endotrakea dapat

dimasukkan melalui mulut atau melalui hidung.

Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :

Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (thn)

Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)

Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)

13

b. Laringoskop

14

Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat yang

digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa

trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :

Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)

Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)

Kesulitan dalam teknik intubasi4,5:

Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap

Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi

Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)

Kesulitan membuka mulut

Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)

Abnormalitas pada daerah servikal

Kontraktur jaringan leher

Komplikasi pada intubasi endotrakeal4,5 :

Memar & oedem laring

Strech injury

Non specific granuloma larynx

Stenosis trakea

Trauma gigi geligi

Laserasi bibir, gusi dan laring

Aspirasi

Spasme bronkus

15

2.7 Pemulihan Pasca Anestesi

Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi terutama yang

menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian terlebih dahulu untuk

menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di

observasi di ruang Recovery room (RR).4,7,8

Nilai Warna

Merah muda, 2

Pucat, 1

Sianosis, 0

Pernapasan

Dapat bernapas dalam dan batuk, 2

Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1

 Apnoea atau obstruksi, 0

Sirkulasi

Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2

Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1

Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0

Kesadaran  

Sadar, siaga dan orientasi, 2

Bangun namun cepat kembali tertidur, 1

Tidak berespons, 0

Aktivitas  

Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2

Dua ekstremitas dapat digerakkan,1

Tidak bergerak, 0

Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

2.8 Definisi

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi

sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah

kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. Kelenjar parotis, sebagaimana halnya

16

kelenjar liur yang lain, yaitu kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual, tersusun atas sel

asinus dan duktal.Sel asinus sendiri merupakan struktur yang berfungsi untuk sekresi liur.Sel

asinus kelenjar parotis menghasilkan sekresi yang bersifat serous, sedangkan kelenjar

sublingual menghasilkan sekresi yang bersifat mukous, dan kelenjar submandibula

menghasilkan sekresi yang bersifat campuran.Meskipun sekresi cairan hanya terjadi melalui

sel asinus, protein yang terdapat pada liur dihasilkan dan dialirkan ke liur melalui sel asinus

dan juga sel ductal.1,2,3

Tumor parotis tergolong tumor yang "unik" karena banyaknya variasi sehingga

seringkali ada ketidak sesuaian antara jenis histopatologi dengan sifat / gambaran

kliniknya.Biasanya tumor terdapat pada lobus superfisial (90%), Tumor bentuk bulat di lobus

profunda dapat ekstensi ke posterior melalui celah diantara mandibula dengan ligamen

stilomandibular sehingga tampak benjolan di parafaring, disebut Dumbbell tumor.Klasifikasi

tumor parotis berdasarkan gambaran histologik masih dirasakan kurang memuaskan karena

tidak menggambarkan sifat / gambaran klinik dari tumor yaitu klinis jinak, potensial ganas

atau ganas.1,2,3

2.9 Epidemiologi dan Klasifikasi1,2,3

Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O.) melalui International Histological

Classification of Tumours telah membuat klasifikasi yang berdasarkan kombinasi gambaran

histologik dengan sifat klinik dari tumor.Klasifikasi ini yang sekarang banyak dipakai.

Klasifikasi W.H.O. untuk tumor parotis sebagai berikut :

A. Tumor epitelial

B. Tumor non epitelial

C. Tumor yang tidak dapat diklasifikasikan

D. Keadaan lain yang berhubungan dengan :

- kelainan limfoepitelial jinak

- sialosis

- onkositosis

Klasifikasi untuk tumor epitelial parotis

1. Adenoma (jinak)

17

adenoma pleomorfik (mixed tumor)

adenoma monomorfik : mis. - adenolimfoma (papillary cystadenoma

lymphomatosum, tumor Whartin) - adenoma oksifilik - adenoma jenis lain, misalnya :

adenoma tubuler, adenoma clear cell dan adenoma sel basal

2. Tumor "potensial ganas"

tumor mukoepidermoid

tumor sel asinik

3. Karsinoma (ganas)

karsinoma adenoid kistik (silindroma)

adeno karsinoma

karsinoma epidermoid

karsinoma yang tidak berdiferensiasi (undifferentiated)

karsinoma pada adenoma pleomorfik

Tumor non epitelial parotis yang jinak {mis: hemangioma, fibroma dan neurofibroma}

maupun yang ganas (mis: fibro sarkoma, neuro sarkoma, hemangio sarkoma, limfoma

maligna) lebih jarang dijumpai, biasanya pada anak.

Sebagian besar (80%) tumor parotis adalah jinak, terbanyak (60-80%) adenoma

pleomorfik berupa benjolan bulat terutama disekitar liang telinga yang biasanya tumbuh

lambat meskipun kadang ada periode pendek tumor tumbuh cepat, konsistensi lunak sampai

padat, mobil, tidak nyeri dan tanpa kelainan pada nervus fasialis. Makroskopis tumor tampak

seperti berkapsul disertai tonjolan tonjolan kearah luar, berwarna putih, kadang ada

pembentukan kista atau perdarahan. Tumor jinak kedua tersering adalah tumor Warthin`s (6-

10%). Meskipun jarang, dapat ditemukan primary lymphoma of the parotid gland.. Tumor

parotis dapat ditemukan pada semua usia.

Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima, sedangkan tumor ganas pada

dekade ke enam dan tujuh. Tumor ganas parotis yang paling sering adalah karsinoma

mukoepidermoid (10%), disusul kemudian karsinoma sel asinik dan adenoid kistik karsinoma

(silindroma).Biasanya tumor tumbuh cepat atau mendadak cepat disertai nyeri dan

kelumpuhan nervus fasialis (merupakan gejala patognomonis). Pada anak, tumor jinak parotis

yang sering ditemukan adalah hemangioma, disusul kemudian adenoma pleomorfik dan

18

limfangioma.. Tumor ganas kelenjar ludah pada anak sekitar 85% diketemukan di kelenjar

parotis, terutama jenis karsinoma mukoepidermoid

2.10 Diagnosa dan Tatalaksana1,2,3

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa

berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pertumbuhan yang

cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan ke arah keganasan,

tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai

indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor

parotis dan prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area

retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati ruangan

parapharyngeal.Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah dapat terjadi berupa

disfagia, sakit dan gejala pada telinga. 

Berbeda dengan tumor ditempat lain dimana pada umumnya dilakukan tindakan

biopsi (pra bedah) untuk menegakkan diagnosis pasti secara histopatologik, pada tumor

parotis tindakan biopsi insisional, apalagi eksisional atau enukleasi tidak dianjurkan. Ini

disebabkan karena resiko terpotongnya cabang nervus fasialis, implantasi sel sel kanker pada

daerah luka insisi kulit atau bahkan penyebaran tumor.Biopsi prabedah pada tumor parotis

tanpa tanda-tanda keganasan sebaiknya dianggap sebagai kontra indikasi, mengingat sebagian

besar tumor parotis adalah jinak sehingga tidak perlu biopsi, bahkan tindakan ini dapat

mempertinggi angka kekambuhan. Biopsi hanya dapat dibenarkan pada kasus (suspek) ganas

yang inoperabel, misalnya pada tumor besar yang telah mengadakan perlekatan luas dengan

jaringan sekitarnya , ulkus besar dikulit, infiltrasi ke dasar tengkorak atau ruang parafaring.

Cara yang lebih aman yaitu biopsi aspirasi dengan menggunakan jarum halus, disebut

sebagai fine needle aspiration biopsy (FNAB). Ini merupakan sarana diagnostik yang relatif

mudah, cepat dan murah.Salah satu hambatannya adalah lokasi penusukan yang kadang tidak

tepat mengenai sasaran (false negatif) dan sedikitnya jaringan yang diperoleh.

Sampai saat ini, pembedahan (surgical excision) masih merupakan pilihan utama

dalam penanganan tumor parotis, baik yang jinak maupun kasus ganas yang belum

mengadakan perlekatan luas ke jaringan sekitarnya.Pertimbangan lainnya, oleh karena

kebanyakan tumor parotis terletak di bagian “ekor” (tail) dari kelenjar parotis, dan superfisial

dari nervus fasialis.Pengobatan lainnya seperti radiasi dan sitostatika diberikan pada kasus

19

ganas terutama pada keganasan derajat tinggi, atau sebagai ajuvan.Prinsip pembedahan pada

tumor parotis yalah mengangkat seluruh tumornya (ablasi), dan preservasi nervus fasialis.

Jenis tindakan pembedahan pada tumor parotis dapat berupa :1,2,3

Parotidektomi superfisial, yaitu mengangkat lobus superfisial parotis, sebelah

lateral nervus fasialis

Parotidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar parotis beserta

tumornya

Parotidektomi radikal, yaitu dilakukan parotidektomi total disertai

pemotongan otot maseter, ramus mandibula dan jaringan sekitarnya yang

dianggap perlu. Nervus fasialis tak diperhatikan lagi karena sudahrusak.

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan

aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Anestesia umum endotrakeal merupakan teknik anestesia dengan

mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat

anestesia inhalasi dan memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam

trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu memberikan anestesi secara

inhalasi.

Tumor parotis adalah pertumbuhan baru jaringan dengan multiplikasi sel-sel

yang tidak terkontrol dan progresif pada kelenjar parotis.Sebagian besar (80%) tumor

20

parotis adalah jinak, terbanyak (60-80%) adenoma pleomorfik berupa benjolan bulat

terutama disekitar liang telinga yang biasanya tumbuh lambat meskipun kadang ada

periode pendek tumor tumbuh cepat, konsistensi lunak sampai padat, mobil, tidak

nyeri dan tanpa kelainan pada nervus fasialis. Makroskopis tumor tampak seperti

berkapsul disertai tonjolan tonjolan kearah luar, berwarna putih, kadang ada

pembentukan kista atau perdarahan. Tumor jinak kedua tersering adalah tumor

Warthin`s (6-10%). Meskipun jarang, dapat ditemukan primary lymphoma of the

parotid gland.. Tumor parotis dapat ditemukan pada semua usia.

Sampai saat ini, pembedahan (surgical excision) masih merupakan pilihan

utama dalam penanganan tumor parotis, baik yang jinak maupun kasus ganas yang

belum mengadakan perlekatan luas ke jaringan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Ed 7. Jakarta : EGC

2. Lee SC dkk. Salivary gland neoplasms. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/852373-overview

3. Ungari C dkk. 2008. Parotid glands tumours: overview of a 10-years

experience with 282 patients, focusing on 231 benign epithelial neoplasms.

ERMPS.

4. Latif SA, Suryadi KA & Dachlan MR. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi.

Edisi 2. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

Kedokteran UI

5. Siahaan O. 2014. Anestesi Umum dan Anestesi Lokal. Dosen Anestesiologi

Fakultas Kedokteran UMI/ UNPRI Medan.

6. Aitkenhead AR, Rowbotham DJ & Smith G. 2002. Textbook of Anaesthesia.

Ed 4. United Kingdom : Elsevier Science. Pp 417-428, 460-469

21

7. Longnecker DA, et al. 2008. Anesthesiology. United States of America :

McGraw Hill Company. Pp 718-738

8. Morgan & Mikhail,2013.Clinical Anesthesiology. Mc Graw Hill. New York

22