pengembanganmediakimia.files.wordpress.com… · web view · 2013-01-04mata pelajaran : kimia....
TRANSCRIPT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA/MA Yogyakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas : XII
Semester : 1
Jumlah pertemuan : 4
Standar Kompetensi :
2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam
teknologi dan kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
2.1. Menerapkan konsep reaksi oksidasi - reduksi dalam sistem
elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam
mencegah korosi dan dalam industri.
Indikator
1. Menyetarakan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi
2. Menyetarakan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi
(PBO)
3. Menyimpulkan ciri-ciri reaksi redoks yang berlangsung secara spontan
melalui percobaan
4. Menggambarkan susunan sel volta atau sel galvani dan menjelaskan fungsi
setiap bagiannya
5. Menjelaskan bagaimana energi listrik dihasilkan dari reaksi redoks dalam sel
volta
6. Menuliskan lambang sel dan reaksi-reaksi yang terjadi pada sel volta
7. Menghitung potensal sel berdasarkan data potensial standar
8. Menjelaskan prinsip kerja sel volta yang banyak digunakan dalam
kehidupan (baterai, aki, dll)
Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menyetarakan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi
2. Peserta didik dapat menyetarakan reaksi redoks dengan cara perubahan
bilangan oksidasi (PBO)
3. Peserta didik dapat menyimpulkan ciri-ciri reaksi redoks yang berlangsung
secara spontan melalui percobaan
4. Peserta didik dapat menggambarkan susunan sel volta atau sel galvani dan
menjelaskan fungsi setiap bagiannya
5. Peserta didik dapat menjelaskan bagaimana energi listrik dihasilkan dari
reaksi redoks dalam sel volta
6. Peserta didik dapat menuliskan lambang sel dan reaksi-reaksi yang terjadi
pada sel volta
7. Peserta didik dapat menghitung potensal sel berdasarkan data potensial
standar
8. Peserta didik dapat menjelaskan prinsip kerja sel volta yang banyak
digunakan dalam kehidupan (baterai, aki, dll)
Materi Pembelajaran
Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengalami dua peristiwa yaitu
reduksi dan oksidasi (ada perubahan Biloks satu atau lebih unsur yang
bereaksi). Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang hanya satu jenis
unsur yang mengalami reduksi dan oksidasi.
Untuk menentukan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) tidak selalu
menghitung nilai biloksnya karena kadang2 dapat ditentukan dengan cepat,
sebagai contoh :
penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan
oksigen. Fe2O3 menjadi Fe merupakan reaksi reduksi karena melepas oksigen.
Sedangkan CO menjadi CO2merupakan reaksi oksidasi karena jumlah
oksigennya bertambah
penentu reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan /pelepasan Hidrogen.
Jika jumlah Hidrogennya berkurang berarti oksidasi sedangkan jika
bertambah berarti reduksi.
penentuan reaksi redoks di atas berdasarkan penerimaan/pelepasan elektron.
Cuba perhatikan muatan Cu, pada awalnya Cu biloksnya (bilangan
oksidasinya) = +2 kemudian berubah menjadi Cu yang biloksnya = 0
sehingga biloksnya turun. Reaksi tersebut merupakan reaksi reduksi karena
terjadi penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan Muatan Mg berubah dari
mula2 biloksnya = 0 menjadi = +2 sehingga dapat digolongkan reaksi
oksidasi
Reaksi redoks di atas dapat dipisahkan menjadi 1/2 reaksi, yakni reaksi
oksidasi dan reaksi reduksi sehingga pelepasan/penerimaan elektron akan
terlihat.
Oksidasi : Mg Mg+2 +2e
Reduksi : Cu+2 + 2e Cu
dalam reaksi tersebut terlihat bahwa Mg mengalami kenaikan muatan yang
mula2 tidak bermuatan menjadi bermuatan +2. Muatan Mg bertambah +2
berarti Mg mengalami peristiwa pelepasan elektron sebanyak 2 buah.
Pelepasan elektron dalam reaksi ditulis sebagai "e" yang artinya "elektron"
yang bermuatan -1 dan ditulis di ruas kanan yang artinya elektron terlepas
dari Mg. Sehingga muatan di ruas kiri dan kanan menjadi seimbang..... coba
perhatikan... Mg di ruas kiri muatannya nol berarti total muatan di ruas kiri
juga = 0 (nol).... sekarang Mg di ruas kanan muatannya +2 dan terdapat 2
elektron yang masing2 muatannya -1 sehingga total muatan di ruas kanan =
(+2) + (2.-1) = 0 (nol). Pada Cu terjadi kebalikannya yaitu penangkapan
elektron(e).
Pada Mg digolongkan sebagai reaksi oksidasi karena
terjadi pelepasan elektronsedangkan Cu digolongkan sebagai reaksi
reduksi karena terjadi penangkapan elektron. Pada reaksi total/gabungan
reaksi oksidasi dan reduksi pelepasan/penerimaan elektron tidak akan terlihat
karena jika digabung jumlah elektron di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.
Jika ada unsur yang sama di ruas kiri dan kanan maka akan saling
menghilangkan. Agar dapat menentukan suatu unsuk mengalami
oksidasi/reduksi kita harus dapat menentukan bilangan oksidasi (biloks) dari
unsur tersebut.
Unsur yang bilangan 0ksidasi (biloks)nya bertambah berarti
mengalami reaksi oksidasi sedangkan unsur yang bilangan oksidasi
(biloks)nya berkurang merupakan reaksi reduksi. Untuk menentukan biloks
ada aturan/patokannya.
PATOKAN penentuan Bilangan Oksidasi (Biloks)
1. Biloks atom dalam unsur tunggal = 0 . Contoh Biloks Cu, Fe, H2, O2 dll
= 0
2. Golongan IA ( Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr ) biloksnya selalu +1
3. Golongan IIA ( Be, Mg, Ca, Sr dan Ba ) biloksnya selalu +2
4. Biloks H dalam senyawa = +1, Contoh H2O, kecuali dalam senyawa
hidrida Logam (Hidrogen yang berikatan dengan golongan IA atau IIA)
Biloks H = -1, misalnya: NaH, CaH2 dll
5. Biloks O dalam senyawa = -2, Contoh H2O, kecuali OF2 biloksnya = + 2
dan pada senyawa peroksida (H2O2, Na2O2, BaO2) biloksnya = -1 serta
dalam senyawa superoksida, misal KO2 biloksnya = -1/2. untuk
mempermudah tanpa banyak hafalan....bila atom O atau H berikatan
dengan Logam IA atau IIA maka biloks logamnyalah yang ditentukan
terlebih dahulu dan biloks O dan H nya yang menyesuaikan (besarnya
dapat berubah - ubah)
6. total Biloks dalam senyawa tidak bermuatan = 0, Contoh HNO3 : (Biloks
H) + (Biloks N) + (3.Biloks O) = 0 maka dengan mengisi biloks H = +1
dan O = -2 diperoleh biloks N = +5
7. Total BO dalam ion = muatan ion, Contoh SO4 2- = (Biloks S) + 4.(Biloks
O) = -2 maka dengan mengisi biloks O = -2 diperoleh biloks S = +6
Contoh Soal :
Setarakan reaksi berikut dengan metode perubahan bilangan oksidasi
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+ ( suasana asam )
Jawab :
Langkah 1: Menuliskan kerangka dasar reaksi.
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi dengan memberi koefisien yang sesuai.
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator
dan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor.
+2 +7 +3 +2
+3+2
+7 +2
Naik 1+1
Turun 5
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut
dengan memberi koefisien yang sesuai
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
Hasilnya sebagai berikut :
5Fe2+ + MnO4- 5Fe3+ + Mn2+
Langkah 5: Menyamakan muatan dengan menambahkan ion H+
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ (muatan setara)
Langkah 6: Menyetarakan atom H dengan menambahkan molekul air.
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O (setara)
Sel Volta
Prisip dasar dari sel volta ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
+3+2
+7 +2
(Naik 1)(x5)
+1
(Turun 5)(x1)
Logam zink (Zn) dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung
ion Zn2+ (misalnya larutan ZnSO4), sedangkan logam tembaga (Cu)
dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Cu2+ (larutan CuSO4) .
Logam zink akan larut sambil melepas dua elektron.
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada
logam zink. Elektron tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam
tembaga melalui kawat penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari
logam tembaga, kemudian akan mengendap.
Cu2+(aq) + 2e Cu (s)
Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran
elektron (listrik). Akan tetapi, bersamaan dengan melarutnya logam zink,
larutan dalam gelas kimia A menjadi bermuatan positif. Hal ini akan
menghambat pelarutan logam zink selanjutnya. Sementara itu, larutan
dalam gelas kimia B akan bermuatan negatif seiring dengan
mengendapnya ion Cu2+. Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+.
Jadi, aliran elektron yang disebutkan di atas tidak akan berkelanjutan.
Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua gelas kimia A dan B
dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu larutan garam (seperti
NaCl atau KNO3). Jembatan garam melengkapi rangkaian sel volta,
sehingga menjadi suatu rangkain yang tertutup. Listrik hanya dapat
mengalir pada rangkaian tertutup.
Logam zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian
sel elektrokimia di atas disebut elektrode. Secara definisi, elektrode tempat
terjadinya reaksi oksidasi disebut anode, sedangkan elektrode tempat
terjadinya reaksi reduksi disebut katode. Oleh karena oksidasi adalah
pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif, sedangkan katode
merupakan kutub positif. Pada sel elektrokimia di atas, anode adalah
logam zink dan katode adalah tembaga.
Notasi Sel Volta
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu lambang/ notasi singkat
yang disebut juga diagram sel. Untuk contoh gambar di atas, diagram
selnya dinyatakan sebagai berikut:
Zn Zn2+ Cu2+ Cu
Anode biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katode di sebelah
kanan. Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anode terjadi oksidasi Zn
menjadi Zn2+, sedangkan di katode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu.
Dua garis sejajar (II) yang memisahkan anode dan katode menyatakan
jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas antarfase (Zn
padatan, sedangkan Zn2+ dalam larutan; Cu2+ dalam larutan, sedangkan Cu
padatan).
1. Pengukuran Potensial Elektrode Standar
Untuk mengukur harga potensial suatu elektrode, maka elektrode
tersebut disusun menjadi suatu sel elektrokimia dengan elektrode standar
(hidrogen-platina) dan besarnya potensial dapat terbaca pada voltmeter
yang dipasang pada rangkaian luar. Potensial elektrode yang diukur
dengan elektrode standar kondisi standar, yaitu pada suhu 25o C dengan
konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disebut potensial
elektrode standar dan diberi lambang Eo.
Tabel Potensial Elektrode Standar, Eo (volt)
Reaksi electrode Potensial standar, Eo (volt)
Li(aq) + e ↔ Li(s) -3,04
K+(aq) + e ↔ K(s) -2,92
Ba2+(aq) + 2e ↔ Ba(s) -2,90
Ca2+(aq) + 2e ↔Ca(s) -2,87
Na+(aq) + e ↔ Na(s) -2,71
Mg2+(aq) + 2e ↔ Mg(s) -2,37
Al3+(aq) + 3e ↔Al(s) -1,66
Mn2+(aq) + 2e ↔Mn(s) -1,18
2H2O(l) + 2e ↔ H2(g) + 2OH-(aq) -0,83
Zn2+(aq) + 2e ↔ Zn(s) -0,76
Cr3+(aq) + 3e ↔ Cr(s) -0,74
Fe2+(aq) + 2e ↔ Fe(s) -0,44
Cd2+(aq) + 3e ↔ Cr(s) -0,40
Ni2+(aq) + 2e ↔ Ni(s) -0,28
Co2+(aq) + 2e ↔ Co(s) -0,28
Sn2+(aq) + 2e ↔ Sn(s) -0,14
Pb2+(aq) + 2e ↔ Pb(s) -0,13
2H+ (aq) + 2e ↔ H2(s) 0,00
Cu2+(aq) + 2e ↔ Cu(s) +0,34
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) +0,40
I2(s) + 2e ↔ 2I-(aq) +0,54
Ag+(aq) + e ↔ Ag(s) +0,80
Hg2+(aq) + e ↔ Hg(s) +0,85
Br2(l) + 2e ↔ 2Br-(aq) +1,07
O2(g) + 4H+ + 4e ↔ 2H2O(l) +1,23
Cl2(g) + 2e ↔ 2Cl-(aq) +1,36
Au3+(aq) + 3e ↔ Au(s) +1,52
F2(g) + 2e ↔ 2F-(aq) +2,87
2. Potensial Elektrode Standar dan Potensial Sel
Potensial sel volta (Eosel )merupakan beda potensial yang terjadi
antara dua elektrode pada suatu sel elektrokimia. Potensial sel dapat
ditentukan berdasarkan selisih antara elektrode yang mempunyai potensial
elektrode tinggi (katode) dengan elektrode yang mempunyai potensial
elektrode rendah (anode)
Eosel = Eo
katode – Eoanode
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga Eo lebih besar
(lebih positif), sedangkan anode adalah elektrode yang mempunyai Eo
lebih kecil (lebih negatif)
3. Potensial Elektrode Standar dan Reaksi Spontan
Harga potensial elektrode dapat digunakan untuk meramalkan
apakah suatu reaksi kimia dapat berlangsung spontan. Untuk menentukan
spontan atau tidaknya suatu reaksi redoks dapat dilihat dari harga potensial
reaksinya (Eoredoks). Bila Eo
redoks > 0 (positif), maka reaksi dapat berlangsung
spontan, sedangkan bila Eoredoks < 0 (negati. f) reaksi tidak berlangsung
spontan, artinya untuk berlangsungnya reaksi tersebut harus ada tambahan
energi dari luar.
4. Potensial Elektrode Standar dan Daya Oksidasi-Reduksi
Harga Potensial elektrode dapat digunakan untuk mengetahui daya
oksidasi dan daya reduksi suatu zat. Bila harga potensial reduksi suatu zat
semakin positif, berarti zat tersebut semakin mudah mengalami reduksi,
dan bertindak sebagai oksidator kuat (daya oksidasinya besar). Sebaliknya,
bila potensial reduksi standar suatu zat semakin negatif, maka berarti zat
tersebut semakin mudah mengalami oksidasi, dan bertindak sebagai
sebagai reduktor kuat (daya reduksinya besar).
Daya oksidasi dan reduksi juga dapat ditentukan berdasarkan deret volta/
deret elektrokimia. Deret volta/ deret elektrokimia merupakan susunan
unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode. Berikut deret volta
dari beberapa logam:
Li- K- Ba- Ca- Na- Mg- Al- Mn- Zn- Cr- Fe- Ni- Co- Sn- Pb- (H)- Cu-
Hg- Ag- Au
Pada deret Volta, dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reaksi
reduksi atau dari kanan ke kiri makin mudah mengalami reaksi oksidasi.
Logam-logam di sebelah kiri atom H memiliki harga E° negative
sedangkan logam-logam di sebelah kanan atom H memiliki harga E°
positif.
Pertemuan 3:
Model : CTL
Langkah-Langkah Pembelajaran
No Kegiatan Kegiatan Guru
Alokas
i
Waktu
Nilai Budaya
dan Karakter
1 Pembukaan Membuka pelajaran 5 menit Kereligiusan
dengan memberi salam,
berdoa, mengecek
kehadiran,
mempersiapkan Peserta
didik untuk menerima
pelajaran
Apersepsi
- Pernahkah kalian
melihat besi yang
berkarat?
- Mengapa besi bisa
berkarat?
Pada pertemuan kali ini
kita akan mempelajari
reaksi redoks
Kesopanan
Kedisiplinan
Keingintahua
n
Kerja keras
Kemandirian
Keingintahua
n
Kegiatan
inti
Pertemuan I
Metode : Diskusi informasi
Pendekatan : Konsep
Eksplorasi:
Peserta didik dibimbing
oleh guru untuk
menemukan pengertian
reaksi redoks.
Guru memberikan
informasi bagaimana cara
menyetarakan reaksi
redoks dengan cara
setengah reaksi (ion
elektron).
Elaborasi:
Peserta didik berdiskusi.
Guru memberikan
60
menit
60
menit
Keingntahua
n
Ketekunan
Kerja keras
Menghargai
orang lain
Kerja sama
kesempatan kepada
peserta didik untuk
mengerjakan latihan
soal-soal.
Konfirmasi:
Peserta didik
menyimpulkan
pembelajaran dengan
bimbingan guru.
Pertemuan IIMetode : Diskusi informasi
Pendekatan : Konsep
Eksplorasi:
Guru mempersilahkan
peserta didik untuk
membaca materi
penyetaraan reaksi
redoks dengan cara
perubahan bilangan
oksidasi (PBO).
Guru memberikan
informasi bagaimana cara
menyetarakan reaksi
redoks dengan cara
perubahan bilangan
oksidasi (PBO).
Elaborasi:
Peserta didik dibimbing
oleh Guru untuk
berdiskusi.
Guru memberikan
kesempatan kepada
Percaya diri
Kerja keras
Tanggung
jawab
Keingntahua
n
Ketekunan
Kerja keras
Menghargai
orang lain
Kerja sama
peserta didik untuk
mengerjakan latihan
soal-soal.
Konfirmasi:
Peserta didik
menyimpulkan
pembelajaran dengan
bimbingan guru.
Pertemuan IIIMetode : percobaan
Pendekatan: Ketrampilan proses
Eksplorasi:
Menjelaskan bagaimana
energi listrik dihasilkan
dari reaksi redoks dalam
sel volta
Elaborasi
Peseerta didik
melakukan percobaan
dan diskusi kelas untuk
menjelaskan sel volta
sesuai dengan LKPD
Konfirmasi:
Menyimpulkan tentang
hal-hal yang telah
dipelajari
Pertemuan IVMetode : Diskusi informasi
Pendekatan : Konsep
Eksplorasi:
Percaya diri
Kerja keras
Kemandirian
Tanggung
jawab
Keingntahua
n
Ketekunan
Kerja keras
Kerja sama
Kejujuran
Percaya diri
Kerja keras
Menerapkan konsep
reaksi redoks dalam
sistem elektrokimia
yang melibatkan energi
listrik dan kegunaannya
dalam mencegah korosi
dan dalam industri
Elaborasi
Melakukan diskusi kelas
untuk membahas
potensial elektrode,
sesuai dengan LKPD
Konfirmasi:
Menyimpulkan tentang
hal-hal yang telah
dipelajari
Keingntahua
n
Ketekunan
Kerja keras
Kerja sama
Tenggang
rasa
Percaya diri
Kerja keras
Penutup Menutup pelajaran
- Rangkuman
- Tugas yang harus
dikerjakan di rumah
15
menit
Menghargai
orang lain
Sumber
Purba, Michael. (2006). Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2007. Sains Kimia Kelas XII SMA/MA 3. Jakarta: Bumi Aksara
Sunarya, Yayan. (2007). Kimia Umum Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Modern. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Wening Sukmanawati. 2009. Kimia 3: Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional)
Alat
LCD, laptop, papan tulis, LKS, buku kimia XII.
Penilaian
1. Aspek Afektif
i. Teknik penilaian: observasi
ii. Bentuk intrumen: skala lajuan
iii. Instrumen penilaian:
Lembar Pengamatan Penilaian Afektif peserta didik
No Nama
Keh
adira
n
Kem
ampu
an
berp
enda
pat
Kem
ampu
an
berta
nya
Ket
epat
an
men
jaw
ab
Rat
a-ra
ta
Keterangan:
Skala lajuan tersebut diisi dengan menuliskan angka 1 sampai
dengan 5 sesuai kriteria berikut:
1. Sangat baik (A) 4. Kurang (D)
2. Baik (B) 5. Sangat kurang (E)
3. Cukup (C)
2. Aspek kognitif:
a. Teknik Penilaian : Ulangan harian
b. Bentuk Penilaian : Soal objektif, benar salah, dan uraian.
c. Instrumen penilaian: terlampir
d. Tindak Lanjut : Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM
diberikan pengayaan sedangkan bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM diberikan remedial.
Mengetahui, Yogyakarta, Desember 2012
Dosen Mata Kuliah Workshop
Pendidikan Kimia Mahasiswi
Drs. H. Sutiman Reskunanda Adhi W
NIP. 19480604 197303 1 001 NIM. 09303241039
LAMPIRAN
Instrumen Diskusi
No
Indikator/
Tujuan
Pembelajara
n
Butir Soal Kunci Jawaban
Bobot
Nilai
1. Menjelaskan
pengertian
reaksi redoks
1. Apa yang
dimaksud dengan
reaksi redoks,
jelaskan!
1. Reaksi redoks yaitu
reaksi yang disertai
dengan perubahan
bilangan oksidasi.
Setiap reaksi redoks
terdiri dari reaksi
oksidasi dan reaksi
reduksi. Reduksi
adalah penurunan
bilangan oksidasi,
sedangkan oksidasi
yaitu penaikan
bilangan oksidasi.
5
2. menerangkan
perbedaan
antara reaksi
oksidasi dan
reaksi
reduksi
1. Sebutkan
beberapa
perbedaan antara
reaksi oksidasi
dan reaksi
reduksi!
- Reaksi oksidasi :
Penangkapan oksigen,
Pelepasan elektron,
Bilangan oksidasi naik
- Reaksi reduksi :
Pelepasan oksigen,
Penangkapan elektron,
Bilangan oksidasi turun
10
3. Menyetarak
an
persamaan
reaksi
redoks
dengan
perubahan
1. MnO + PbO2
MnO4 + Pb2+
(suasana asam)
2. MnO4 + H2C2O4
Mn2+ + CO2
3. MnO4- + Cl-
Mn2+ + Cl2
1. 2MnO + 5PbO2 +
8H+ 2MnO4 +
5Pb2+ + 4H2O
2. 2MnO4 + 5H2C2O4 +
6H+ 2Mn2+ +
10CO2 + 8H2O
3. 2MnO4- + 10Cl- +
20
25
20
20
-
-
-
-
bilangan
oksidasi
(PBO)
(suasana asam)
4. Cl2 + IO3- IO4
-
+ Cl- (suasana
basa)
16H+ 2Mn2+ +
5Cl2 + 8H2O
4. Cl2 + IO3- + 2OH-
IO4- + 2Cl- + H2O