peb
DESCRIPTION
kejangTRANSCRIPT
EKLAMPSIA
Preeklampsia yang dipersulit oleh kejang tonik-klonik generalisata disebut eklampsia. Koma
fatal tanpa kejang juga pernah disebut eklampsia; namun, sebaiknya diagnosis dibatasi pada wanita
dengan kejang dan menggolongkan kematian pada kasus non kejang sebagai kasus yang disebabkan
oleh pre eklampsia berat. Eklampsia disebut antepartum, peripartum atau postpartum tergantung
kapan kejangnya muncul.
Serangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedut-kedutan (twitching).
Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya. Apabila kejangnya jarang
wanita yang bersangkutan biasanya pulih kesadarannya setelah tiap serangan. Meski jarang, satu kali
kejang dapat diikuti koma yang berkepanjangan walaupun umumnya kematian tidak terjadi sampai
setelah kejang berulang-ulang.
Pada preeklampsia antepartum, tanda-tanda persalinan dapat dimulai dengan segera setelah
kejang dan berkembang dengan cepat, kadang-kadang sebelum petugas menyadari bahwa wanita
yang tidak sadar ini mengalami his. Apabila kejang terjadi saat persalinan, frekuensi dan intensitas
his dapat sangat meningkat, dan durasi persalinan dapat memendek. Karena ibu mengalami
hipoksemia ada asidemia laktat akibat kejang janin dapat mengalami bradikardia setelah serangan
kejang. Pada sebagian wanita dengan eklampsia kematian mendadak terjadi bersamaan dengan
kejang atau segera sesudahnya akibat perdarahan otak massif. Perdarahan sub luteal dapat
menyebabkan hemiplegia.
PENATALAKSANAAN
Sebagian regimen eklampsia yang digunakan mempunyai dasar fisiologi yang sama, prinsip-
prinsipnya mencakup :
1
1. Pengendalian kejang dengan magnesium sulfat intravena dosis bolus. Terapi magnesium sulfat ini
di lanjutkan dengan infuse kontinu atau dosis bolus intramuskular dan diikuti oleh suntikan
intramuskular berkala
2. Pemberian obat antihipertensi oral atau intravena intermiten utnuk menurunkan tekanan darah
apabila tekanan diastolik dianggap terlalu berbahaya. Sebagian dokter mulai mengobati pada saat
tekanan diastolik mencapai 100 mmHg
3. Menghindari diuretik dan pembatasan cairan intravena kecuali apabila pengeluaran cairan
berlebihan
4. Pelahiran.
Magnesium Sulfat Untuk Mengendalikan Kejang
Cara pemberian Magnesium Sulfat untuk Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Infus intravena kontinu
1. Berikan dosis bolus 4 ¨C 6 gram MgSO4 yang di encerkan dalam 100 ml cairan IV dan diberikan
dalam 15-20 menit.
2. Mulai infuse rumatan dengan dosis 2 gram /jam dalam 100 ml cairan IV
3. Ukur kadar magnesium sulfat pada 4-6 jam setelahnya dan sesuaikan kecepatan infuse untuk
mempertahan kadar antara 4 dan 7 mEq/l(4,8-8,4 mg/dl)
4. Magnesium sulfat dihentikan 24 jam setelah bayi lahir
Injeksi intramuscular intermiten
1. Berikan 4 g magnesium sulfat (MgSO4.7H2O USP) sebagai larutan 20 % secara intravena dengan
kecepatan tidak melebihi 1 gram/menit.
2
2. Lanjutkan segera dengan 10 gram larutan Magnesium sulfat 50 %, separuhnya (5 g) disuntikkan
dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong dengan jarum ukuran 20 dengan sepanjang 3 inci.
Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan magnesium sulfat sampai 2 gram dalam bentuk
larutan 20 % secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/mnt. Apabila wanita tersebut
bertubuh besar dapat diberikan sampai 4 g secara perlahan-lahan.
3. Setiap 4 jam sesudahnya berikan 5 gram larutan magnesium sulfat 50 % yang disuntikkan dalam-
dalam ke kuadran lateral aras bokong bergantian kiri dan kanan, tetapi hanya setelah dipastikan :
a. reflekS patella masih baik
b. tidak terdapat depresi pernafasan
c. pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml
4. Magnesium sulfat di hentikan setelah 24 jam.
Efektivitas klinis terapi magnesium sulfat
Wanita yang mendapat terapi magnesium sulfat mengalami 50% kejang berulang
dibandingkan dengan mereka yang mendapat diazepam. Pada perbandingan lain wanita yang
mendapat terapi magnesium sulfat lebih kecil kemungkinan memerlukan ventilasi buatan, terjangkit
pneumonia dan dirawat di ruang perawatan intensif daripada mereka yang mendapat fenitoin.
Mencegah eklampsia
Terapi magnesium sulfat lebih baik daripada fenitoin dalam mencegah kejang eklampsia.
Masih terus terjadi silang pendapat mengenai apakah magnesium sulfat profilakis perlu diberikan
secara rutin kepada semua wanita bersalin yang mengalami hipertensi. Perdebatan saat ini berpusat
pada wanita preeklamptik mana yang perlu diberi profilaksis. Manfaat magnesium sulfat profilaktik
bagi wanita dengan preeklampsia ringan masih diperdebatkan karena resiko eklampsia yang
diperkirakan adalah 1 dalam 100 atau kurang. Witlin dan Sibai baru-baru ini mengulas bukti
3
efektivitas magnesium sulfat untuk mengobati dan mencegah kejang akibat gangguan hipertensi pada
kehamilan. Mereka menyimpulkan bahwa walaupun magnesium sulfat jelas bermanfaat bagi wanita
preeklampsia berat dan eklampsia, perlu tidaknya pemberian profilaktik bagi wanita dengan penyakit
ringan masih belum jelas.
KOMPLIKASI
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang menderita preeklampsi. Komplikasi yang biasa terjadi : (1,2,5)
1. Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
3. Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol umum.
4. Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan low platelet.
5. Kelainan ginjal
6. DIC.
7. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine
HELLP Syndrome
Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet adalah suatu komplikasi pada
preeklampsia – eklampsia berat. Kehamilan yang dikomplikasikan dengan sindroma HELLP juga
sering dikaitkan dengan keadaan – keadaan yang mengancam terjadinya kematian ibu, termasuk DIC,
oedema pulmonaris, ARF, dan berbagai komplikasi hemoragik. Insiden terjadinya sindroma ini
sebanyak 9,7 % dari kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia – eklampsia. Sindroma ini
dapat muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post partum (30 %). Ciri – ciri dari HELLP
syndrome adalah: (1,8)
Nyeri ulu hati
4
Mual dan muntah
Sakit kepala
Tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg
Menampakkan adanya oedema
HELLP syndrome dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian: (8,11,12)
5
1. Mississippi, dibagi menjadi 3 kelas:
Thrombositopenia
- Kelas 1: ≤ 50.000 / μl
- Kelas 2: > 50.000 ≤ 100.000 / μl
- Kelas 3: > 100.000 ≤ 150.000 / μl
Disfungsi hemolisis - hepatis
- LDH ³ 600 IU / L
- SGOT dan / atau SGPT ³ 40 IU /
L
- Ciri – ciri tersebut harus semua
terdapat
2. Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas:
Complete
- Trombosit < 100.000 / μl
- LDH ³ 600 IU / L
- SGOT ³ 70 IU / L
Parsial
- Hanya satu dari ciri – ciri di atas
yang muncul
6
Penanganan sindroma HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada preeklampsia –
eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat
berguna untuk : (12)
1. Dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan dengan memberikan
temporarisasi singkat dari status klinis maternal.
2. Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya secara konvensional agar
dapat dilakukan anestesi regional untuk persalinan vaginal maupun abdominal.
Dosis yang digunakan untuk antepartum adalah dexametasone 2 x 10 mg sampai persalinan.
Sedangkan untuk post partum adalah 2 x 10 mg sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2 x 5 mg
sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan. (12)
PROGNOSIS
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklampsia adalah kriteria Eden:
1. Koma yang lama.
2. Nadi > 120x/menit.
3. Suhu > 40 ° C
4. TD sistolik > 200 mmHg.
5. Kejang > 10 kali.
6. Proteinuria > 10 gr/dl.
7. Tidak terdapat oedem.
Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas. (1,2,6)
7