pediculosis capitis fran
TRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN REFARAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN MARET 2012
PEDICULOSIS CAPITIS
DISUSUN OLEH:
I F R A N
110 208 131
PEMBIMBING:
dr. Siti. Andayani
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
1
PEDIKULOSIS CAPITIS
1. PENDAHULUAN
Pedikulosis ialah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh
Pediculus (tergolong famili Pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit ini
juga menyerang binatang, oleh karena itu dibedakan Pediculus humanus dengan
Pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat artinya menghisap
darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Pedikulosis kapitis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. Capitis.(1)
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas
dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan.
Tambahan pula dalam kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang
membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan ( rambut yang
sangat panjang pada wanita ). Cara penularannya biasanya melalui perantara
(benda), misalnya sisir, bantal, kasur, dan topi.(1)
2. ETIOLOGI
Pediculosis humanus var. capitis adalah kutu yang mempunyai 2 mata dan
3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap
darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina, yang betina dengan
ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebar lebih kurang ½ panjangnya, jantan lebih
kecil dan jumlahnya lebih sedikit.(1)
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Telur
(nits) diletakkan sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti
makin ke ujung terdapat telur yang lebih matang.(1)
2
Gambar 1. Pediculus humanus var. Capitis
Kutu betina dapat menghasilkan telur sebanyak 5 – 10 butir tiap harinya
dengan masa hidup mencapai 30 hari. Telur dapat bertahan selama 10 hari jika
tidak berada di kulit kepala.(2)
3. PATOGENESIS
Kelainan pada kulit yang .timbul disebabkan oleh garukan untuk
menghilangkan rasa gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta
dari kutu yang masuk ke dalam kulit waktu menghisap darah.(1) Kutu ini dapat
bertahan selama 1 hingga 2 hari jika tidak berada di kulit kepala bahkan telah
ditemukan penelitian bahwa dapat bertahan sampai 4 hari dengan kondisi tertentu.(2) Transmisi terjadi melalui kontak langsung atau melalui sisir, sikat, blow-dryer,
aksesoris rambut, tempat tidur, helm dan tutup kepala lainnya.(3)
4. GEJALA KLINIS
Pasien datang dengan pruritus berat pada kulit kepala, dan sering memiliki
limfadenopati servikal posterior. Eksoriasi dan bintik kecil dari kotoran kutu
ditemukan pada kulit kepala, dan impetigo sekunder merupakan hal yang biasa
3
terjadi. kutu dapat diidentifikasi, terutama saat menyisir rambut. Telur bisa
ditemukan pada seluruh kulit kepala, tapi yang paling umum di daerah
retroauricular. Umumnya, hanya telur yang dekat kulit kepala yang memiliki isi
dan telur di daerah distal telah kosong. Pada keadaan sangat lembab, telur dapat
ditemukan di sepanjang rambut.(4) Bila infeksi sekunder berat, rambut akan
menggumpal dibabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroartikular). Pada
keadaan tersebut kepala memberikan bau busuk.(1)
Gambar 2. Gambaran telur Pediculus humanus var. capitis
5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan gatal
pada daerah kepala. Dan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kutu dan telur,
terutama dicari di daerah oksiput dan temporal. Telur berwarna abu-abu dan
mengkilat.(1) Menyisir rambut yang telah disaturasi dengan air dan kondisioner
memberikan hasil positif yang lebih nampak dan hasil positif palsu yang lebih
sedikit daripada pemeriksaan kulit kepala biasa.(2)
6. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk pedikulosis kapitis adalah Tinea kapitis,
Pioderma (impetigo krustosa) dan dermatitis seboroik.(1)
4
Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofit. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kdang terjadi gambaran klinis
yang lebih berat yang disebut kerion.(1)
Gambar 3. Lesi Tinea Kapitis ( Kerion )
Impetigo Krustosa
Pada impetigo krustosa didapatkan kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat ialah krusta
tebal berwarna kuning seperti madu (1).
Gambar 4. Lesi pada impetigo krustosa
5
Dermatitis Seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan, batasnya agak kurang jelas dan berlokasi di tempat-
tempat yang seboroik. Dermatitis seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial,
telinga, daerah sternum dan fleksor.(1)
Gambar 5. Lesi Dermatitis Seboroik
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk memusnahkan semua kutu dan telur dan serta
mengobati infeksi sekunder.(1) Penatalaksanaan untuk pedikulosis kapitis dapat
deberikan secara edukasi, topikal, dan sisemik.
Edukasi: - mengajarkan untuk menjaga higiene.
Topikal: - malathion 0,5% atau 1%
- Gamaheksan 1%
Sistemik: - antibiotik
Terapi oral dengan kotrimoksazol telah dilaporkan efektif
dalam pemberantasan kutu. Hal ini mungkin karena
antibiotik yang tertelan oleh kutu dapat mempengaruhi
bakteri simbiotik pada kutu.(5)
6
Menyisir rambut pada saat basah 3-4 hari selama 2 minggu sebab kutu
terimobilisasi dengan air dan menyisir rambut pada saat basah memudahkan
menghilangkan kutu.(2)
8. PROGNOSIS
Prognosis baik bila higiene diperhatikan.(1) Bila tidak diobati dengan baik
maka kutu akan menetap selama beberapa tahun.(2)
9. KOMPLIKASI
Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi terutama jika terjadi eksoriasi.(2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP., Pedikulosis, Dalam: Djuanda A., edisi V Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2007; p. 119-120
2. Stone SP., Goldfarb JN., Bacelieri RE., Scabies, Other Mites, adn Pediculosis, In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ,eds 7th edition.2. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill Medicine, 2008; p. 2033-35
3. Bolognia JL., Jorizzo JL., Rapini RP.,eds. Dermatology 2nd edition. British: Elsevier Mosby,2008
7
4. James DW., Berger TG., Elston DM.,eds. Andrew’s Disease of The Skin: Clinical Dermatology. Parasitic Infestations, Stings, and Bites. 10th edition. British: Saunders Elsevier, 2006; p. 446-7
5. Burns DA., DiseasesCaused by Arthropods and Other Noxious Animals, In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C.eds. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th edition.2. Cambridge: Wiley-Balckwell 2010; p. 38.17-38.20
8