pedoman pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga...

65
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2017 | 1 Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan ( P K H )

Upload: others

Post on 02-Aug-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2017 | 1

Pedoman Pelaksanaan

Program Keluarga Harapan

( P K H )

Page 2: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2017 | 0

KATA PENGANTAR

Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya memberi perlindungan sosial bagi keluarga miskin (KM). Sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberian bantuan sosial bersyarat, dalam jangka pendek PKH diharapkan mampu membantu KM mengurangi beban pengeluaran. Pada jangka menengah PKH diharapkan mampu menciptakan perubahan perilaku peserta dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi.

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2017 ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman Pelaksanaan PKH tahun 2016 agar sejalan dengan berbagai inovasi PKH. Penjabaran teknis Pedoman Pelaksanaan PKH 2017 tertuang di dalam lampiran Pedoman Operasional (Pedop) yakni (1) Pedoman Operasional Validasi Calon Peserta PKH, (2) Pedoman Operasional Penyaluran Bantuan PKH, (3) Pedoman Operasional Verifikasi Komitmen, (4) Pedoman Operasional Pemutakhiran Data, (5) Pedoman Operasional Pengelolaan Sumber Daya Manusia (6) Pedoman Operasional Rapat Koordinasi, dan (7) Pedoman Operasional Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).

Agar pelaksanaan teknis PKH berjalan dengan baik dan sesuai dengan bussiness process PKH, maka kami minta agar seluruh pemangku kepentingan terkait dapat memahami seluruh isi Pedoman Pelaksanaan dan Pedop yang ada.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penyusunan Pedoman Pelaksanaan PKH dan berbagai Pedopnya, kami sampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih.

Jakarta, Maret 2017

Direktur Jenderal

Perlindungan dan Jaminan Sosial

R. Harry Hikmat

Page 3: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

1

Page 4: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

2

Page 5: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

i

DAFTAR ISTILAH

AKB Angka Kematian Bayi

AKBAL Angka Kematian Balita

AKI Angka Kematian Ibu

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

APK Angka Partisipasi Kasar

APM Angka Partisipasi Murni

Aslut Asistensi Lanjut Usia Terlantar

ASPDB Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BBKPM Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

BCG Bacillus Calmate Guerrin

BKIM Balai Kesehatan Indera Mata

BKMM Balai Kesehatan Mata Masyarakat

BP4 Balai Pelayanan Pengobatan Penyakit Paru

BPNT Bantuan Pangan Non Tunai

BPS Badan Pusat Statistik

BSM Bantuan Siswa Miskin

CCT Conditional Cash Transfers

DAPODIK Data Pokok Pendidikan

DISABILITAS Cacat

FDS Family Development Session

Fe Ferrum

HB Hepatitis B

ILO International Labour Organization

IPM Indeks Pembangunan Manusia

Jampersal Jaminan Persalinan

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

K1 Pemeriksaan kehamilan yang pertama dilakukan pada trimester

I kehamilan

K4 Pemeriksaan kehamilan yang pertama dilakukan pada trimester

III kehamilan

Kemenag Kementerian Agama

Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemenkes Kementerian Kesehatan

Kemenkominfo Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kemensos Kementerian Sosial

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

KIP Kartu Indonesia Pintar

KIS Kartu Indonesia Sehat

KK Kartu Keluarga

KKS Kartu Keluarga Sejahtera

Page 6: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

ii

KM Keluarga Miskin

KN Kunjungan Neonatal

KPM Keluarga Penerima Manfaat

Komplementer Pelengkap

KTP Kartu Tanda Penduduk

KUBE Kelompok Usaha Bersama

LAPAS Lembaga Pemasyarakatan

LKD Layanan Keuangan Digital

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MDGs Millenium Development Goals = Sasaran Pembangunan Milenium P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

PA Pertemuan Awal

PBI Penerima Bantuan Iuran

PDB Penyandang Disabilitas Berat

Pelaksana PKH Pelaksana Program Keluarga Harapan

PIP Program Indonesia Pintar

PIS Program Indonesia Sehat

PKBM Pusat Kegiatan Belajar Mengajar

PKH Program Keluarga Harapan

Polindes Pondok Bersalin Desa

PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar

PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif

Poskedes Pos Kesehatan Desa

Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

PPK Pemberi Pelayanan Kesehatan

PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial

PSKS Program Simpanan Keluarga Sejahtera

PSM Pekerja Sosial Masyarakat

Pusdatin Pusat Data dan Informasi

Puskesmas Puat Kesehatan Masyarakat

Pusling Puskesmas Keliling

Pustu Puskesmas Pembantu

Raskin Beras Miskin

Rastra Beras Sejahtera

RTM Rumah Tangga Miskin

RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin

RUTILAHU Rumah Tinggal Layak Huni

Salafiyah Pendidikan Pondok Pesantren Setara SMP

Salafiyah Ula Pendidikan Pondok Pesantren Setara SD

SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SDM Sumber Daya Manusia

SIM Sistem Informasi Manajemen

SIM PKH Sistem Informasi Manajemen Program Keluarga Harapan

Page 7: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

iii

Sinergitas Proses memadukan beberapa aktifitas dalam rangka mencapai satu hasil yang SKB Sanggar Kegiatan Belajar

SLB Sekolah Luar Biasa

SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMA/MA Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

SPM PKH Sistem Pengaduan Masyarakat Program Keluarga Harapan

TAGANA Taruna Siaga Bencana

TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

TKSK Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

TT Tetanus Toksoid

UEP Usaha Ekonomi Produktif

WHO World Health Organization

Page 8: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

iv

ISI BUKU

BAGIAN PERTAMA

BUKU I PEDOMAN UMUM

BAGIAN KEDUA

BUKU II VALIDASI CALON KPM PKH

BUKU III PENYALURAN BANTUAN

BUKU IV VERIFIKASI KOMITMEN

BUKU V PEMUTAKHIRAN DATA

BUKU VI PENGELOLAAN SDM

BUKU VII RAPAT KOORDINASI

BUKU VIII PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA

Page 9: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

v

Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial

KEMENTERIAN SOSIAL RI Edisi Tahun 2017

PEDOMAN UMUM

Program Keluarga Harapan

( P K H )

Page 10: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 0

BAB I ............................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Aspek Kesehatan .............................................................................................................. 3

C. Aspek Pendidikan ............................................................................................................. 5

D. Aspek Kesejahteraan Sosial ............................................................................................ 7

1. Penyandang Disabilitas .......................................................................................... 7

2. Penyandang Disabilitas Berat ................................................................................ 9

3. Komponen Lanjut Usia ............................................................................................ 9

E. Sinkronisasi Peningkatan Layanan Dasar .....................................................................10

F. Dasar Hukum ...................................................................................................................11

G. Tujuan ...............................................................................................................................13

H. Perkembangan Jumlah KPM PKH .................................................................................14

I. Pengertian ........................................................................................................................15

BAB II .........................................................................................................................................16

RANCANGAN UMUM ...............................................................................................................16

A. Rancangan Umum PKH ..................................................................................................16

B. Kegiatan PKH ...................................................................................................................16

C. Hak dan Kewajiban KPM PKH .......................................................................................17

1. Hak KPM PKH ..................................................................................................................18

2. Kewajiban KPM PKH .......................................................................................................18

3. Pemenuhan Kewajiban ...................................................................................................19

D. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga ...........................................................20

1. Tujuan P2K2 ...........................................................................................................20

2. Komponen Pelaksanaan P2K2 .............................................................................21

E. Kepesertaan .....................................................................................................................22

F. Komplementer ..................................................................................................................24

1. Jaminan Kesehatan Nasional ................................................................................24

2. Rastra ......................................................................................................................24

3. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ....................................................................24

4. Program Indonesia Pintar (PIP) ............................................................................24

5. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ......................................................................26

6. Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) ..................................................................26

Page 11: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

vii

7. Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut) .................................................................26

8. Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB) ...................................26

9. Bantuan Sosial Lainnya .........................................................................................26

G. Pendampingan .................................................................................................................26

H. PKH Akses .......................................................................................................................28

BAB III ........................................................................................................................................29

PELAKSANAAN PKH ...............................................................................................................29

A. Penetapan Sasaran (Targeting) .....................................................................................29

B. Persiapan Daerah ............................................................................................................31

C. Pertemuan Awal dan Validasi .........................................................................................31

1. Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi .................................................31

2. Penetapan data hasil validasi ................................................................................33

D. Penyaluran Bantuan ........................................................................................................33

E. Pembentukan Kelompok KPM PKH ...............................................................................35

1. Pembentukan dan Pendampingan Kelompok .....................................................35

2. Materi Pertemuan ...................................................................................................35

3. Pendampingan kelompok ......................................................................................35

F. Verifikasi Komitmen .........................................................................................................36

G. Pemutakhiran Data ..........................................................................................................37

H. Pengaduan .......................................................................................................................37

BAB IV ........................................................................................................................................39

KELEMBAGAAN PKH ..............................................................................................................39

A. Kelembagaan di Tingkat Pusat .......................................................................................39

1. Tim Koordinasi Nasional ........................................................................................39

2. Tim Koordinasi Teknis............................................................................................39

3. Pelaksana PKH di Pusat ........................................................................................40

B. Kelembagaan PKH di Daerah.........................................................................................41

1. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi ....................................................................41

2. Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota ......................................................41

3. Pelaksana PKH Daerah .........................................................................................42

BAB V .........................................................................................................................................44

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ..............................................................................................44

A. Rekrutmen dan Seleksi ...................................................................................................44

B. Analisis dan Pemetaan Potensi Sumberdaya ...............................................................44

C. Administrasi SDM ............................................................................................................45

D. Peningkatan Kapasitas SDM ..........................................................................................45

E. Workshop .........................................................................................................................46

Page 12: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

viii

F. Rapat Koordinasi (Rakor) PKH .......................................................................................46

G. Sosialisasi PKH ................................................................................................................47

1. Sasaran Sosialisasi ................................................................................................47

2. Materi Sosialisasi....................................................................................................49

3. Sarana Sosialisasi ..................................................................................................49

BAB VI ........................................................................................................................................50

MONITORING DAN EVALUASI ..............................................................................................50

A. Monitoring .........................................................................................................................50

1. Tujuan Monitoring ...................................................................................................50

2. Pelaksana Monitoring.............................................................................................50

3. Pengumpulan Data dan Analisis ...........................................................................51

B. Evaluasi ............................................................................................................................51

1. Tujuan Evaluasi ......................................................................................................51

2. Cakupan Evaluasi...................................................................................................52

C. Penyajian Hasil ................................................................................................................52

BAB VII .......................................................................................................................................52

PENUTUP ..................................................................................................................................52

Page 13: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2017 | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah

program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM)

yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun

2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan PKH. Program Perlindungan

Sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash

Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan

yang dihadapi di negara-negara tersebut, terutama masalah kemiskinan

kronis.

Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses

keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai

fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik)

yang tersedia di sekitar mereka. Manfaat PKH juga mulai didorong untuk

mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan

taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita

Presiden RI.

Melalui PKH, KM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan

pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan,

dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan

sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan.

PKH diarahkan untuk menjadi center of excellence penanggulangan

kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan

pemberdayaan sosial nasional.

Misi besar PKH untuk menurunkan kemiskinan semakin mengemuka

mengingat jumlah penduduk miskin Indonesia sampai pada Maret tahun 2016

masih sebesar 10,86% dari total penduduk atau 28,01 juta jiwa (BPS, 2016).

Pemerintah telah menetapkan target penurunan kemiskinan menjadi 7-8%

pada tahun 2019, sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. PKH

diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah

Page 14: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 2

penduduk miskin, menurunkan kesenjangan (gini ratio) seraya meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa PKH memberikan dampak

terhadap perubahan konsumsi rumah tangga, seperti di beberapa negara

pelaksana CCT lainnya. PKH berhasil meningkatkan konsumsi rumah tangga

penerima manfaat di Indonesia sebesar 4,8%.

Gambar 1. Cakupan PKH Tahun 2007 s.d. 2017

• Pada PJP Tahun 2010 - 2014 terjadi peningkatan target beneficiaries dan

alokasi budget PKH, melampaui baseline target perencanaan

• Pelaksanaan PKH tahun 2016 sebanyak 6 juta keluarga miskin dengan

anggaran sebesar Rp. 10 Triliun

• Target pelaksanaan PKH tahun 2017 masih sebanyak 6 juta keluarga

miskin dengan anggaran kurang lebih Rp. 11,5 Triliun

Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar

dalam Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin yang memiliki

komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteran sosial.

KPM PKH harus terdaftar dan hadir pada fasilitas kesehatan dan

pendidikan terdekat. Kewajiban KPM PKH di bidang kesehatan meliputi

pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi

serta timbang badan anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan kewajiban

di bidang pendidikan adalah mendaftarkan dan memastikan kehadiran

Page 15: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 3

anggota keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan

menengah. Sejak tahun 2016 terdapat penambahan komponen kesejahteraan

sosial yaitu penyandang disabilitas dan lanjut usia mulai 70 tahun.

Gambar 2. Akses Layanan PKH

B. Aspek Kesehatan

Rendahnya penghasilan menyebabkan KM tidak mampu memenuhi

kebutuhan kesehatan dan pendidikan, bahkan untuk tingkat minimal sekalipun.

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil yang tidak memadai berakibat pada

buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan seringkali menyebabkan

tingginya kematian bayi.

Gambar 3. Data Angka Kematian Ibu

Page 16: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 4

Berdasarkan buku profil kesehatan Indonesia, data Angka Kematian Ibu

(AKI) merupakan indikator yang efektif untuk menilai kesehatan ibu. Melalui

data tersebut diketahui bahwa sejak tahun 1991, angka kematian ibu di

Indonesia pada mulanya sudah sangat tinggi. Namun demikian, kondisi ini

dapat terus menurun hingga tahun 2007. Pada tahun 2012 angka ini kembali

meningkat secara signifikan, dan angkanya dapat terus ditekan hingga tahun

2015. Berdasarkan survei penduduk antar sensus tahun 2015, angka kematian

ibu mencapai 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun

demikian, hal tersebut belum mencapai angka komitmen Pemerintah untuk

tahun 2015, yakni 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Akses terhadap fasilitas kesehatan tentunya memberikan kontribusi

yang cukup besar untuk menekan angka kematian ibu. Mendorong ibu untuk

mengakses fasilitas kesehatan, dan melibatkan tenaga medis profesional

dalam proses dan pasca kelahiran merupakan hal yang sangat penting untuk

terus menekan angka kematian ibu.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2016 tercatat Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 25,5 per 1000 kelahiran hidup.

Sebenarnya data AKB ini sudah mengalami penurun yang signifikan selama

20 tahun terakhir. Namun demikian, angka ini bahkan masih belum mencapai

target MDG tahun 2015, yakni 23 per 1000 kelahiran hidup. Di negara Asia

Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Singapura, AKB ini sudah mencapai 10

per 1000 kelahiran bayi. Ini berarti kualitas kesehatan di Indonesia masih jauh

tertinggal dengan negara-negara tersebut.

Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak

pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5

tahun. Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak

dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup,

sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan

menengah atau Iebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan

ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih

baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.

Selain maslaah kematian ibu dan anak, Indonesia juga masih

menghadapi masalah gizi buruk. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan

negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi

Page 17: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 5

di Indonesia mencapai 8 juta jiwa dengan prevalansi kekurangan gizi balita

sebesar 17,9% (SDKI 2012). Dibanding target MDGs yang 15%, kondisi

Indonesia sangatlah buruk. UNICEF juga melaporkan bahwa di Indonesia,

lebih dari 12% balita kurus dan dibagi menjadi 2 kategori, sangat kurus (1,3

juta balita) dan kurus (1,6 juta balita).

Artinya, lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia.

Berita baiknya, itu juga berarti di Indonesia jumlah kematian anak di bawah

usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi

152.000 pada tahun 2012 dan 147,000 pada tahun 2015.

Laporan berjudul Promise Renewed: 2015 Progress Report dari UNICEF

menyatakan bahwa tingkat kematian balita saat ini berada di angka 27

kematian per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan 85 kematian per 1.000

kematian di tahun 1990. Dengan begitu, Indonesia masuk ke dalam kelompok

24 negara dari 81 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang berhasil

mengurangi kematian balita hingga dua pertiga dalam periode tersebut yang

merupakan target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development

Goal).

C. Aspek Pendidikan

Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang

dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat

indeks pembangunan rendah. Karenanya, mendorong anak untuk tetap

bersekolah pada usia remaja menjadi hal mendasar. Keikutsertaan mereka

yang berada di luar sistem sekolah pun harus menjadi perhatian utama.

Data UNICEF tahun 2015 mengungkapkan bahwa sebanyak 2,5 juta

anak di Indonesia tidak bisa menikmati pendidikan, yakni terdiri dari 600 ribu

anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia SMP. Bahkan dikatakan

bahwa separuh dari anggaran pendidikan pada negara berpenghasilan rendah

seperti di Indonesia, hanya dapat dinikmati oleh 10% penduduknya.

Tentunya hal ini akan terus meningkatkan risiko anak putus sekolah.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat anak putus sekolah rentan

menjadi korban eksploitasi, termasuk perdagangan anak. Bahkan mereka

rentan pula terhadap pelanggaran hukum dari penyalahgunaan obat terlarang

sampai dengan kriminalitas.

Page 18: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 6

Sampai saat ini tingkat partisipasi anak dalam bersekolah, baik di satuan

pendidikan formal maupun informal masih rendah. Angka partisipasi murni

(APM) pada dua tahun terakhir menunjukkan bahwa berdasarkan jenjang

pendidikan, makin tinggi jenjang pendidikan, makin rendah APM, hal tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. Angka Partisipasi Murni Pendidikan

Angka Partisipasi Murni

PAUD, SD, SMP, SMA SEDERAJAT

Tahun 2015/2016

No Jenjang Pendidikan Kelompok

Usia

Penduduk Usia

Sekolah

Jumlah Siswa Usia

APM (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 TK dan Sederajat 4-6 Tahun 14.289.000 5.155.252 36,08

2 SD dan Sederajat 7-12 Tahun 27.381.500 25.567.828 93,38

3 SMP dan Sederajat 13-15 Tahun 13.390.600 10.848.306 81,01

4 SMA dan Sederajat 16-18 Tahun 13.281.300 7.848.641 59,10

Sumber: Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2015/2016, Pusat Data dan Statistik

Pendidikan dan Kebudayaan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 menunjukkan

rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7-12 tahun mencapai 0,67 persen

atau 182/73 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 2,21 persen, atau 209.976 anak,

dan usia 16-18 tahun semakin tinggi hingga 3,14 persen atau 223.676 anak.

Penyebab utama angka putus sekolah menurut data BPS diatas

disebabkan ketiadaan biaya untuk melanjutkan sekolah dan tidak adanya

minat anak untuk bersekolah. Data statistik tingkat provinsi dan kabupaten

menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena

dampak paling rentan sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga

tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, memiliki

kemungkinan putus sekolah empat kali lebih besar daripada mereka yang

berasal dari keluarga berkecukupan. Untuk data statistik geografis, tingkat

putus sekolah anak SD di desa 3:1 dibandingkan dengan di daerah perkotaan.

Hal tersebut terjadi antara lain dipicu oleh faktor kekurangan tenaga pengajar

untuk daerah terpencil dan tergolong berpenghasilan rendah. Tingkat putus

Page 19: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016 | 7

sekolah anak di desa dapat mencapai 3% jika dibandingkan dengan anak di

perkotaan.

Anak putus sekolah sebagian besar kemudian menjadi pekerja anak

untuk menopang ekonomi keluarganya. Berdasar data dari Survei Tenaga

Kerja Nasional (Sakernas, 2004-2009) dan Hasil Survei Pekerja Anak yang

dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama Organisasi Buruh

Internasional (ILO) pada 2009 menunjukkan, jumlah penduduk berumur 5-12

tahun yang bekerja mencapai 674,3 ribu jiwa atau mencakup sekitar 16,64

persen dari jumlah total pekerja anak (penduduk usia 5-17 tahun) yang

mencapai 4,05 juta orang. Pada 2014, misalnya, jumlah anak berumur 10-17

tahun yang secara ekonomi aktif bekerja mencakup 2,77 persen dari jumlah

total penduduk 10-17 tahun.

Tabel 2. Tingkat Pekerja Anak

No Jenis Kelamin dan

Daerah Tahun

2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Laki-Laki 4.82 4.70 3.13 3.26

2 Perempuan 3.62 3.60 2.56 2.26

3 Perkotaan 3.80 3.47 2.54 2.42

4 Pedesaan 4.64 4.83 3.15 3.11

Total 4.23 4.17 2.85 2.77

Sumber: BPS, Diolah dari Sakernas Agustus 2011-2014 CLR = Jumlah Pekerja Anak/Jumlah Penduduk 10-17 Tahun x 100%

Pekerja anak terdiri dari: ▪ Semua anak yang bekerja usia 10-12 tahun, tanpa melihat jam kerjanya ▪ Anak usia 13-14 yang bekerja, jam kerja lebih dari 15 jam per minggu ▪ Anak usia 15-17 yang bekerja, jam kerja lebih dari 40 jam per minggu

D. Aspek Kesejahteraan Sosial

1. Penyandang Disabilitas

Sebagai bagian dari anak Indonesia, anak penyandang disabilitas

terutama dari KM perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari

pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Hal ini sesuai dengan amanat

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

Page 20: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 8

WHO menyebutkan bahwa penyandang disabilitas merupakan

kelompok minoritas terbesar di dunia. Serta 80% dari jumlah penyandang

disablitas dunia berada di negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia. WHO juga memperkirakan jumlah anak dengan disabilitas

mencapai sekitar 7-10% dari total populasi anak (Kemenkes, 2014). Di

Indonesia, gambaran data anak dengan disabilitas sangat bervariasi dan

belum merefleksikan fakta sebenarnya.

Sebagian besar Penyandang Disabilitas di Indonesia hidup dalam

kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin dikarenakan masih adanya

pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan

hak Penyandang Disabilitas.

Untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagi Penyandang

Disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa

diskriminasi diperlukan bantuan sosial terhadap penyandang disabilitas.

Karenanya, upaya pelayanan kesehatan maupun pendidikan perlu

dikembangkan untuk memberikan akses bagi anak dengan disabilitas demi

kemandirian dan masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun

2011, terdapat 130.572 anak penyandang disabilitas dari keluarga miskin.

Angka tersebut belum dapat mewakili total jumlah anak penyandang

disabilitas secara komprehensif. Sebagai rujukan, menurut data Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, terdapat 8,3 juta anak dengan disabilitas

di Indonesia, atau 10% dari total populasi anak di Indonesia (82.840.600

anak). Susenas berikut menunjukkan kecenderungan peningkatan selama

tahun 2007-2011.

Sumber: Pedoman Umum PKH, 2015

Page 21: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 9

Gambar 4. Anak Usia 5 – 15 Tahun Tidak Sekolah Karena Disabel

2. Penyandang Disabilitas Berat

Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu

lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat

melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang

hidupnya pada bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu menghidupi

diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan efektif dalam

masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya (Sumber: Pedoman

Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas

Berat, 2015).

Pada implementasinya diperlukan sinergi lintas sektor dalam

penanganan lanjut usia dan penyandang disabilitas miskin berdasarkan

status tinggal. Bantuan PKH diberikan kepada penyandang disabilitas

dalam keluarga.

3. Komponen Lanjut Usia

Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia merupakan seseorang yang telah

berusia 60 tahun ke atas. Secara fisik, lanjut usia dapat dibedakan menjadi

lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial.

Lanjut usia rentan mengalami masalah fisik, mental, sosial, dan

psikologis, sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah lanjut

usia 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen penduduk. Menurut laporan dari

kementerian kesehatan tahun 2016, jumlah lansia pada tahun 2015

meningkat hingga 70,8 juta.

Perbaikan perawatan dan penyediaan fasilitas kesehatan serta

semakin baiknya gizi masyarakat selama tiga dekade terakhir berdampak

pada usia harapan hidup penduduk Indonesia yang membawa

konsekuensi meningkatnya jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun. Semakin

panjangnya usia harapan hidup dapat berimplikasi pada timbulnya

permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, sosial,

Page 22: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 10

dan ekonomi sehingga permasalah jumlah lanjut usia terlantar akan

cenderung meningkat.

Tabel 4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia

Sumber: Riskesdas, 2013

Lanjut usia yang menjadi target bantuan PKH adalah lansia mulai dari 70

tahun.

E. Sinkronisasi Peningkatan Layanan Dasar

Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan

dasar, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terutama bagi Keluarga

Miskin (KM) dan rentan perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya pemerintah

membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta

meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Berdasarkan banyak kajian, penyebab KM dan rentan tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan terletak pada masalah

yang dihadapi oleh sisi permintaan, yaitu KM itu sendiri (demand side) maupun

sisi penyedia layanan (supply side). Alasan terbesar para KM tidak

melanjutkan sekolah umumnya karena tidak adanya biaya, bekerja untuk

mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan lainnya.

Begitupun dari aspek kesehatan, KM tidak mampu membiayai pemeliharaan

Page 23: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 11

atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarga akibat rendahnya tingkat

pendapatan.

Sementara itu, permasalahan pada sisi pelayanan (supply side) yang

menyebabkan rendahnya akses KM terhadap pendidikan dan kesehatan

antara lain belum tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang

mudah dijangkau oleh KM. Biaya pelayanan yang mahal menurut ukuran KM

serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh

merupakan tantangan utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan

kesehatan.

Sebagai upaya menambah daya ungkit penanggulangan kemiskinan

maka diperlukan sinergi berbagai program perlindungan sosial baik dalam

bentuk subsidi, bantuan sosial tanpa syarat, bantuan sosial bersyarat, maupun

bantuan-bantuan sosial pemberdayaan.

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Indonesia Sehat, Program

Indonesia Pintar, Rumah Tinggal Layak Huni, Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) dan lain-lain perlu diperkuat sebagai program komplementer PKH.

F. Dasar Hukum

PKH dilaksanakan berdasarkan peraturan dibawah ini:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (LNRI

Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan LNRI Nomor 3670);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia;

5. Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (LNRI

Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan LNRI Nomor 4235);

7. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

Page 24: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 12

10. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir

Miskin.

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(LNRI Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LNRI Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LNRI

Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan LNRI Nomor 5589);

14. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 tentang

Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis (LNRI Tahun 1980 Nomor

51, Tambahan LNRI Nomor 3177);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998 tentang

Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat;

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia;

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (LNRI Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan LNRI Nomor 4593);

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LNRI Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan LNRI Nomor 4737);

20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 tenang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan;

21. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LNRI Tahun 2012 Nomor 68,

Tambahan LNRI Nomor 5294);

Page 25: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 13

23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2014 tentang

Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

24. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

25. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);

26. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan

Sosial Secara Non Tunai;

27. Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi

Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga

Sangat Miskin Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

29. Peraturan Menteri Sosial Nomor 184 Tahun 2011 tentang Lembaga

Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 913);

30. Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 567);

31. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 228/PMK.05/2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015

tentang Belanja Bantuan Sosial;

32. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2016 tentang Mekanisme

Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin;

33. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2017 tentang Program

keluarga Harapan.

G. Tujuan

Program Keluarga Harapan bertujuan:

1. untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses

layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;

Page 26: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 14

Meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial

Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan

mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar kelompok pendapatan

menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga penerima manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial

2. mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga

miskin dan rentan;

3. menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga penerima

manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta

kesejahteraan sosial; dan

4. mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar kelompok pendapatan.

Gambar 5. Tujuan PKH

H. Perkembangan Jumlah KPM PKH

Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan secara berkelanjutan

yang dimulai pada tahun 2007 di 7 provinsi. Sampai dengan tahun 2016, PKH

sudah dilaksanakan di 34 provinsi dan mencakup 512 Kabupaten/Kota dan

6.402 Kecamatan.

Tabel 5. Perkembangan Jumlah KPM PKH

TAHUN PROVINSI KAB/KOTA KECAMATAN KPM PKH

2007 7 48 337 387.947

2008 13 70 637 620.848

2009 13 70 781 726.376

Page 27: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 15

2010 20 88 946 774.293

2011 25 119 1.387 1.52.201

2012 33 169 2.001 1.454.655

2013 33 336 3.417 2.326.533

2014 34 418 4.870 2.871.827

2015 34 472 6.080 3.511.088

2016 34 512 6.402 5,981,528

I. Pengertian

1. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan

sosial bersyarat kepada keluarga miskin yang ditetapkan sebagai keluarga

penerima manfaat PKH. Kriteria KPM PKH adalah keluarga miskin yang

memenuhi minimal salah satu syarat berikut:

a. Kriteria komponen kesehatan meliputi:

1) ibu hamil/menyusui;dan

2) anak berusia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima) tahun 11 (sebelas)

bulan.

b. Kriteria komponen pendidikan meliputi:

1) anak SD/MI atau sederajat;

2) anak SMP/MTs atau sederajat;

3) anak SMA/MA atau sederajat; dan

4) anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang

belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

c. Kriteria komponen kesejahteraan sosial meliputi:

1) lanjut usia diutamakan mulai dari 70 (tujuh puluh tahun;dan

2) penyandang disabilitas diutamakan penyandang disabilitas berat.

2. Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang kepada keluarga miskin,

tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial.

Page 28: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 16

BAB II

RANCANGAN UMUM

A. Rancangan Umum PKH

PKH sebagai program prioritas nasional dilaksanakan oleh Kementerian

Sosial RI dan bekerjasama dengan mitra kerja, antara lain:

1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

RI berperan mengkoordinasikan penyelenggaraan seluruh program

penanggulangan kemiskinan.

2. Kementerian PPN/Bappenas, berperan dalam perencanaan serta

monitoring dan evaluasi program.

3. Kementerian Kesehatan RI, berperan sebagai penyedia Iayanan

kesehatan dan membantu pelaksanaan verifikasi kesehatan.

4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Agama RI,

berperan sebagai penyedia Iayanan pendidikan dan membantu

pelaksanaan verifikasi pendidikan.

5. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, berperan dalam pelaksanaan

sosialisasi PKH secara Nasional.

6. Kementerian Dalam Negeri RI, berperan dalam memfasilitasi penerbitan

data kependudukan KPM PKH.

7. Badan Pusat Statistik (BPS), berperan dalam pelaksanaan pendataan

kemiskinan untuk Basis Data Terpadu.

8. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam

dukungan PKH secara langsung melalui alokasi dana dampingan (sharing)

APBD termasuk SDM pelaksana PKH sesuai dengan komitmen

Bupati/Walikota.

B. Kegiatan PKH

Kegiatan PKH terbagi atas lokasi lama (existing) dan lokasi baru

sebagaimana tertera dalam tabel berikut.

Tabel 6: Kegiatan PKH

No Lokasi Kegiatan

1. Lokasi Lama

(existing)

1. Pendampingan, penyaluran bantuan, verifikasi,

pemutakhiran data, Pertemuan Peningkatan

Page 29: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 17

Kemampuan Keluarga (P2K2) dan terminasi

kepesertaan.

2. Pendidikan dan Pelatihan

3. Monitoring, evaluasi, dan penanganan

pengaduan.

4. Konsolidasi pelaksanaan PKH

2. Lokasi Baru A. Pusat:

1. Penetapan Lokasi

2. Rekrutmen dan Seleksi SDM pelaksana PKH,

3. Bimbingan Teknis

4. Rakornas

B. Daerah:

1. Penyediaan kantor Sekretariat Pelaksana

PKH di lingkungan kantor Dinas/Instansi

Sosial kabupaten/kota.

2. Koordinasi dan sosialisasi pada forum

koordinasi pimpinan daerah (Forkorpimda),

3. Melaksanakan pertemuan awal dan validasi

calon KPM PKH,

4. Penyaluran bantuan pertama untuk KPM

PKH baru.

C. Hak dan Kewajiban KPM PKH

Gambar 6. Komponen KPM PKH

Page 30: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 18

1. Hak KPM PKH

a. menerima bantuan sosial;

b. pendampingan sosial;

c. pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

sosial;dan

d. program bantuan komplementer di bidang pangan, kesehatan,

pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan

kebutuhan dasar lainnya.

2. Kewajiban KPM PKH

Seluruh anggota KPM PKH memiliki kewajiban memenuhi komitmen

berdasarkan kriteria komponen masing-masing sebagai berikut:

Gambar 7. Kewajiban KPM PKH

a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai

dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak berusia

0 (nol) sampai dengan 5 (lima) tahun 11 (sebelas) bulan;

b. mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85%

(delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak usia

sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun;dan

Page 31: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 19

c. mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan

bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 70 (tujuh

puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat.

3. Pemenuhan Kewajiban

Pemenuhan kewajiban oleh KPM PKH akan berdampak pada hak

kepesertaan. Peserta yang memenuhi kewajibannya akan mendapatkan

hak sesuai ketentuan program.

Peserta yang tidak memenuhi kewajiban dikenakan penangguhan

dan/atau penghentian bantuan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 7: Mekanisme Non Tunai

Ditangguhkan Mendapatkan Bantuan Kembali

Dihentikan

Bantuan ditangguhkan jika anggota KPM PKH tidak memenuhi komitmen yang telah ditentukan minimal 1 bulan dalam siklus penyaluran bantuan, maka dana yang ada di rekening akan diblokir.

KPM akan dapat menarik dana yang sebelumnya diblokir apabila pada tahap berikutnya KPM PKH memenuhi komitmen.

Kepesertaan PKH akan dikeluarkan jika KPM PKH tidak memenuhi komitmen verifikasi yang telah ditentukan untuk 3 kali siklus Penyaluran bantuan (9 bulan berturut-turut) melalui investigasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan dan bantuan yang ada dalam rekening penerima menjadi hak KPM.

1. KPM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai KPM PKH, maka

dikeluarkan dari kepesertaan PKH

2. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak

dapat diajukan kembali sebagai KPM PKH.

3. Penangguhan program bagi pemerintah Kabupaten/Kota dapat terjadi

apabila pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan tidak

melaksanakan komitmennya yaitu menyediakan dan memberikan

pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana telah ditetapkan

pada saat awal pelaksanaan program melalui proses berikut:

a. Terdapat pengaduan terkait pelayanan pendidikan dan

kesehatan, seperti ketidak-tersediaan guru, tenaga kesehatan, dan

vaksin, hingga melebihi 20% dari total jumlah KPM PKH di

Kabupaten/Kota tersebut dalam waktu 4 bulan berturut-turut;

Page 32: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 20

b. Dalam 3 (tiga) bulan, belum ada penyelesaian terhadap indikasi

permasalahan penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan;

c. Kabupaten/Kota menyatakan keluar dari program.

D. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Guna mencapai terjadinya perubahan perilaku KPM, diperlukan edukasi

lebih lanjut yang dapat memberikan pemahaman kepada KPM tentang

pentingnya pendidikan dan kesehatan untuk memperbaiki masa depan

keluarga.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal

dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah intervensi

perubahan perilaku yang diujicobakan pada tahun 2014 dan mulai dilatihkan

kepada Pendamping PKH sejak tahun 2015. P2K2 awalnya diberikan pada

tahun kelima KPM yang memasuki masa transisi (belum mengalami

perbaikan) dengan tujuan mempersiapkan KPM lepas dari bantuan PKH.

Dalam kerangka Inisiatif Baru PKH yang diluncurkan pada tahun 2016,

intervensi P2K2 diberikan pada semua KPM PKH sejak tahun pertama KPM

menerima bantuan PKH. Dengan demikian, semua Pendamping PKH wajib

melaksanakan P2K2 sebagai bagian dari tugas dan fungsinya.

1. Tujuan P2K2

a. Meningkatkan pengetahuan KPM PKH mengenai pengasuhan anak

dan mendukung pendidikan anak di sekolah.

b. Meningkatkan pengetahuan praktis KPM PKH tentang pengelolaan

keuangan keluarga. KPM PKH belajar bagaimana membedakan antara

kebutuhan dan keinginan, membuat target menabung dan menghindari

hutang, serta meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha.

c. Meningkatkan kesadaran KPM PKH dalam hal kesehatan khususnya

pentingnya 1000 hari pertama kehidupan yang secara khusus memberi

perhatian pada kesehatan ibu hamil dan bayi.

d. Meningkatkan kesadaran KPM PKH terhadap pencegahan kekerasan

terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak.

e. Meningkatkan kesadaran KPM PKH terhadap hak-hak lansia dan

disabilitas.

Page 33: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 21

f. Secara umum meningkatkan kesadaran KPM PKH akan hak dan

kewajibannya sebagai anggota masyarakat, khususnya dalam

pemanfaatan layanan umum yang disediakan pemerintah untuk

memperbaiki kondisi kesehatan dan pendidikan.

2. Komponen Pelaksanaan P2K2

Komponen yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah :

a. Modul P2K2

Modul P2K2 merupakan modul pembelajaran terstruktur untuk

meningkatkan keterampilan hidup masyarakat miskin dengan fokus

utama di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan

perlindungan anak.

Gambar 8. Pendampingan P2K2

Pada tahun 2016, komponen rehabilitasi sosial ditambahkan sebagai

salah satu bahan ajar dalam P2K2. Modul P2K2 dapat direvisi dengan

PENDIDIKAN: Menjadi Orangtua hebat , Memahami Perilaku dan belajar anak

usia dini, Meningkatkan perilaku baik anak, Bermain sebagai cara anak belajar ,

Meningkatkan kemampuan bahasa anak, Membantu anak sukses di sekolah

Peningkatan Kemampuan Keluarga

KESEHATAN: Gizi, Pelayanan Ibu Hamil dan bersalin, Pelayanan Ibu Nifas

dan Menyusui, Pelayanan Bayi, Pelayanan Remaja, Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS)

EKONOMI: Pengelolaan Keuangan Keluarga, Tabungan dan Kredit, Usaha Mikro,

Kecil Menengah, Kewirausahaan, Pemasaran

PERLINDUNGAN ANAK: Perlindungan Anak, Hak Anak termasuk Anak

Berkebutuhan Khusus, Mencegah Kekerasan dalam Rumah Tangga, Perlindungan Ibu

KESEJAHTERAAN SOSIAL LANSIA: Pemahaman terhadap kondisi dan

kebutuhan lansia, dukungan yang dapat diberikan keluarga dan masyarakat terhadap lansia

LAYANAN UNTUK DISABILITAS BERAT: Pengenalan terhadap jenis

disabilitas, perawatan yang dibutuhkan disabilitas berat, dukungan yang dapat

diberikan keluarga dan masyarakat

Page 34: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 22

dukungan evidence based untuk menyesuaikan dengan dinamika

program dan atau kebutuhan KPM.

b. Pendidikan dan Pelatihan P2K2

P2K2 dilatihkan kepada Pendamping PKH melalui Diklat P2K2 maupun

skema diklat lainnya yang ditentukan oleh program.

c. Bahan Ajar

Pengadaan bahan ajar berupa buku modul, buku pintar, flipchart, poster

dan brosur dan alat lainnya untuk mendukung penyampaian P2K2

diselenggarakan oleh Kementerian Sosial atau pihak-pihak lain yang

ingin berkontribusi.

d. Waktu Pelaksanaan P2K2

Pemberian materi P2K2 dilaksanakan sebulan sekali selama 6 tahun

kepesertaan KPM dalam PKH. Materi dalam modul pendidikan,

ekonomi, kesehatan, dan perlindungan anak wajib disampaikan kepada

KPM dengan pengulangan secara berkala dengan memperhatikan

kebutuhan KPM.

e. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan P2K2

P2K2 diberikan sebagai kewajiban Pendamping PKH terhadap KPM

PKH yang menjadi dampingannya dalam pertemuan yang

diselenggarakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya P2K2 menjadi

bagian dari ukuran kinerja seorang pendamping dengan supervisi dari

koordinator kabupaten/kota, dan koordinator wilayah.

Pelaksanaan P2K2 secara lebih rinci dijelaskan dalam lampiran pedoman

operasional P2K2.

E. Kepesertaan

Masa kepesertaan penerima bantuan PKH dirancang selama 6 tahun,

dengan asumsi selama masa kepesertaan terjadi perubahan perilaku dalam

bidang pendidikan, kesehatan dan status sosial ekonomi keluarga.

Untuk kesuksesan rancangan tersebut, pada tahun kelima kepesertaan

PKH akan didata ulang melalui kegiatan resertifikasi. Proses ini merupakan

evaluasi atas kepemilikian komponen kepesertaan PKH dan status sosial

ekonomi KPM PKH. Bila hasil resertifikasi menunjukkan perubahan status

Page 35: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 23

sosial ekonomi atau tidak memiliki komponen kepesertaan PKH, maka pada

tahun keenam KPM PKH dapat keluar dari program (graduasi). Jika belum

dianggap layak keluar (transisi), para KPM PKH akan dibekali dengan

kegiatan P2K2 dan progam komplementaritas berbasis ekonomi maupun

program perlindungan sosial yang terintegrasi dan relevan sehingga

membantu para peserta meningkatkan daya dan kapasitas kesejahteraannya

hingga mandiri.

Tujuan Resertifikasi

Dalam jangka pendek dana bantuan tunai bersyarat ini diharapkan mampu

mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak konsumsi langsung),

dan dalam jangka panjang merupakan investasi generasi masa depan yang

lebih baik melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak

pengembangan modal manusia). Artinya, PKH diharapkan sebagai program

yang mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi. Secara khusus.

Sedangkan tujuan resertifikasi adalah mengidentifikasi program yang dimiliki

peserta atau program lainya, menilai status sosial ekonomi KPM PKH,

identifikasi keikutsertaan KPM PKH pada program perlindungan sosial lainya

dan penggalian karekteristik sosial KPM PKH untuk komplementaritas

program.

Pemberian bantuan tunai saja tidak cukup jika yang diharapkan adalah

tumbuhnya kesadaran. Pengetahuan kondisi kesehatan yang baik,

pendidikan yang memadai, akan dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan

hidup mereka di masa depan.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal

dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah intervensi

perubahan perilaku yang diberikan bagi KPM PKH. P2K2 merupakan proses

belajar secara terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup masyarakat

miskin di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan perlindungan

anak. Materi P2K2 disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan yang

disampaikan oleh Pendamping PKH terhadap kelompok-kelompok

binaannya.

Page 36: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 24

F. Komplementer

PKH sebagai program perlindungan sosial yang berfokus pada perbaikan

kualitas hidup dasar masyarakat miskin akan menjadi dasar penargetan

program-program jaminan dan perlindungan sosial lainnya. Program-program

tersebut antara lain:

1. Jaminan Kesehatan Nasional

Seluruh KPM PKH pada saat yang bersamaan juga adalah Penerima

Bantuan Iuran (PBI) dari program Jaminan Kesehatan Nasional. Kartu

Indonesia Sehat (KIS) menjamin dan memastikan masyarakat kurang

mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang

dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

Lebih dari itu, secara bertahap cakupan peserta akan diperluas meliputi

penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bayi yang lahir dari

Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang selama ini tidak dijamin.

2. Rastra

Seluruh penerima PKH berhak menjadi penerima bantuan beras bersubsidi

(rastra) yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

pangan bagi anggota keluarga. Rastra diberikan sebanyak 15 kg per bulan

dengan harga tebus Rp.1.600,-/kg.

3. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

BPNT merupakan skema baru pemberian beras sejahtera bari KPM PKH

lokasi penyaluran non tunai. KPM. Dengan menggunakan kartu kombo

elektronik, KPM PKH dapat membeli bahan pangan berupa beras, telur,

minyak goreng, dan bahan pokok lainnya.

4. Program Indonesia Pintar (PIP)

KPM PKH dengan usia 6-21 tahun berhak menjadi penerima manfaat dari

Kartu Indonesia Pintar, yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan

layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk

mendukung pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan

Wajib Belajar 12 tahun.

b. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out)

atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi.

Page 37: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 25

c. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar

kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun

Lembaga Kursus dan Pelatihan.

Prioritas sasaran dari penerima Program Indonesia Pintar adalah:

a. Penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) 2014 Pemegang KKS yang ada

dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik);

b. Siswa/anak dari keluarga pemegang KKS yang belum menerima BSM

2014;

c. Siswa/anak dari keluarga KPM PKH non KKS;

d. Siswa/anak yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari Panti

Sosial/Panti Asuhan;

e. konflik sosial, siswa dari keluarga terpidana, anak berada di LAPAS

(Lembaga Pemasyarakatan), dan siswa memiliki lebih dari tiga saudara

tinggal serumah;

f. Siswa dari SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang:

Pertanian (bidang Agrobisnis dan Agroteknologi) Perikanan,

Peternakan, kehutanan dan Pelayaran/Kemaritiman.

Siswa/anak yang berasal dari prioritas sasaran penerima PIP, dapat

diusulkan dengan syarat sebagai berikut:

a. Siswa Pendidikan Formal:

1) Terdaftar sebagai siswa/peserta didik pada sekolah;

2) Terdaftar dalam Dapodik sekolah;

3) Diusulkan oleh sekolah melalui dinas pendidikan kabupaten/kota ke

direktorat teknis di Kemdikbud

b. Anak Didik Lembaga Pendidikan Non-Formal:

1) Terdaftar sebagai anak didik pada SKB/PKBM/lembaga kursus dan

pelatihan;

2) Diusulkan oleh SKB/PKBM/Lembaga kursus dan pelatihan melalui

dinaspendidikan kabupaten/kota ke direktorat teknis di Kemdikbud;

c. Anak Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah:

1) Terdaftar kembali di sekolah/SKB/PKBM/Lembaga kursus dan

pelatihan.

Page 38: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 26

2) Diusulkan oleh sekolah/SKB/PKBM/Lembaga kursus dan pelatihan

melalui dinas pendidikan kabupaten/kota ke direktorat teknis di

Kemdikbud.

5. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

KUBE merupakan kelompok warga yang dibentuk dengan tujuan

melaksanakan kegiatan ekonomi bersama. KPM PKH diharapkan menjadi

penerima bantuan KUBE dengan tujuan meningkatkan penghasilannya.

6. Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu)

Rutilahu adalah program bantuan perbaikan rumah yang diharapkan dapat

menjangkau KPM PKH termasuk perbaikan fasilitas lingkungan tempat

tinggal.

7. Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut)

Aslut merupakan bantuan sosial berupa uang serta pendampingan bagi

lanjut usia. KPM PKH yang memiliki anggota keluarga lanjut usia mulai dari

70 tahun diberikan bantuan sosial sebagai penerima PKH komponen

kesehjateraan sosial.

8. Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB)

ASPDB merupakan bantuan sosial berupa uang serta pendampingan bagi

penyandang disabilitas berat. Anggota keluarga penerima PKH yang

merupakan penyandang disabilitas berat diberikan bantuan sosial sebagai

penerima PKH komponen kesejahteraan sosial.

9. Bantuan Sosial Lainnya

Bantuan sosial yang berasal dari pemerintah daerah, masyarakat, dan

dunia usaha.

G. Pendampingan

Pendamping PKH bersama sama dengan mitra kerja pendamping

program lainnya (TKSK, TAGANA, PSM) merupakan pendamping sosial

Kementerian Sosial sebagai ujung tombak dalam mengawal pelaksanaan

berbagai program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh

Kementerian Sosial di lapangan yang pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan

oleh Dinas Sosial/Institusi Sosial daerah.

Pendamping PKH menjalankan fungsi fasilitasi, mediasi dan advokasi

bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam mengakses layanan fasilitas

Page 39: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 27

kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, dan memastikan KPM PKH

memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan dan persyaratan guna perubahan

perilaku keluarga yang lebih baik.

Pendamping PKH direkrut oleh Kementerian Sosial melalui seleksi

secara terbuka dengan persyaratan pendidikan minimal D3 dan bersedia

ditempatkan di lokasi pelaksanaan PKH, dengan jumlah dampingan berkisar

antara 250 hingga 300 KPM PKH. Khusus untuk daerah terpencil dan daerah

dengan kategori sulit, sangat sulit dan sangat sangat sulit jumlah dampingan

berkisar 100 hingga 200 KPM PKH.

Tugas utama Pendamping PKH adalah melaksanakan seluruh tahapan

pelaksanaan PKH yakni pertemuan awal, validasi calon KPM, pemutakhiran

data, verifikasi komitmen kehadiran di layanan pendidikan dan kesehatan,

mengawal penyaluran bantuan, melakukan pertemuan peningkatan

kemampuan keluarga (P2K2), melakukan penanganan pengaduan, membuat

laporan serta menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan

PKH di lapangan.

Pendampingan komponen kesehatan dan pendidikan, dilakukan dengan

ketentuan berikut:

1. Pendamping PKH berkewajiban mengadakan pertemuan kelompok

bulanan dengan KPM PKH dampingannya.

2. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen

kesehatan dan pendidikan sampai kepada sasaran.

Pendampingan komponen kesejahteraan sosial untuk lanjut usia dan

Penyandang Disabilitas Berat (PDB), dilakukan dengan ketentuan berikut:

1. Pendampingan komponen lansia dilaksanakan oleh Pendamping Lanjut

Usia Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia.

2. Pendampingan PDB dilaksanakan oleh Pendamping Penyandang

Disabilitas Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas.

3. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen lanjut

usia dan PDB sampai kepada sasaran.

Page 40: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 28

H. PKH Akses

Program pemberian bantuan sosial dengan pengkondisian secara

khusus untuk meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin dan rentan terhadap

layanan sosial dasar yang berada di wilayah sulit dijangkau.

1. Kriteria wilayah PKH Akses

Penetapan suatu wilayah menjadi PKH Akses dapat ditetapkan setingkat

kecamatan.

Pemerintah Kabupaten/Kota dengan sepengetahuan Pemerintah Provinsi

dapat mengajukan usulan wilayah untuk dijadikan wilayah PKH Akses

dengan memperhatikan 3 (tiga) kriteria berikut:

a. Daerah tertinggal

Pengertian daerah tertinggal adalah daerah dengan kondisi masyarakat

dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan

daerah lain dalam skala nasional.

Hal ini dapat dilihat dalam aspek administratif, kemasyarakatan, dan

perekonomian masyarakat.

b. Daerah terpencil

Daerah terpencil memiliki makna wilayah yang sulit diakses secara

geografis.

c. Daerah/Pulau Terluar

Daerah/pulau terluar adalah daerah/pulau yang memiliki letak strategis

yang berbatasan dan berhadapan langsung dengan negara lain.

(Perpres No.78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau kecil terluar

2. Mekanisme pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan PKH Akses meliputi penatapan sumber data,

pengelolaan sdm, validasi, verifikasi komitmen, dan penyaluran bantuan.

Mekanisme secara rinci dijelaskan pada Pedoman Operasional PKH Akses.

Page 41: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 29

BAB III

PELAKSANAAN PKH

Bab ini menjelaskan seluruh proses utama dalam implementasi Program

Keluarga Harapan (PKH). Proses utama Pelaksanaan PKH dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 9. Alur Pelaksanaan PKH

A. Penetapan Sasaran (Targeting)

Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan

jangkauan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, sumber data penetapan

sasaran berasal dari DataTerpadu Program Penanganan Fakir Miskin sesuai

Peraturan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2016 tanggal 3 Mei 2016 tentang

Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.

Dalam menetapkan sasaran perluasan memperhatikan pula beberapa hal

yaitu:

Page 42: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 30

1. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan.

a. Skala prioritas percepatan wilayah penanggulangan kemiskinan.

b. Wilayah korban bencana.

c. Wilayah perbatasan dan Komunitas Adat Terpencil (KAT).

2. Usulan Proposal Daerah

Daerah yang akan menjadi pelaksana PKH diharuskan membuat usulan

berupa proposal yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang

memadai untuk mendukung program PKH.

b. Penyediaan fasilitas sekretariat Pelaksana PKH k/kota.

c. Penyediaan fasilitas sekretariat untuk Pendamping PKH di kecamatan.

d. Penyediaan alokasi dana penyertaan PKH melalui APBD I dan II

minimal sebesar 5% dihitung dari total bantuan yang diterima KPM PKH

baik di provinsi maupun kabupaten/kota.

3. Penyiapan Data Awal Validasi

Direktorat Jaminan Sosial Keluarga menyiapkan data awal yang akan di

validasi oleh pelaksana PKH di daerah. Mekanisme penyiapan diatur dalam

pedoman operasional validasi. Data awal yang disiapkan sudah memenuhi

standar kelengkapan data yang terdiri dari komponen, mandatori dan

pernomoran.

Penetapan data awal validasi diawali dengan penentuan sumber data,

sebagai berikut:

a. Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, sesuai dengan

Permensos no. 10/HUK/2016 Tanggal 3 Mei 2016, tentang mekanisme

penggunaan data terpadu program penanganan fakir miskin.

b. Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki data baru sebagai data usulan

daerah, maka pengusulan data akan di atur dalam pedoman

operasional validasi.

Finalisasi penetapan sasaran (targeting) dilaksanakan setelah melalui

proses identifikasi dan analisis kebutuhan dari data awal dengan menerbitkan

Surat Keputusan (SK) Penetapan Lokasi Perluasan PKH oleh Direktur

Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Hasil penetapan sasaran ditindaklanjuti dengan melaksanakan kegiatan

pertemuan awal dan validasi.

Page 43: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 31

B. Persiapan Daerah

Menindaklanjuti penetapan lokasi PKH di masing-masing daerah, maka

daerah perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim koordinasi teknis PKH di kabupaten/kota dengan

berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(TKPK).

2. Dinas/Instansi Sosial kabupaten/kota menyediakan infrastruktur terkait

untuk mendukung pelaksanaan PKH kabupaten/kota.

3. Kantor Kecamatan menyediakan infrastruktur terkait untuk mendukung

pelaksanaan PKH di kecamatan.

4. Melakukan sosialisasi, meliputi:

a. Sosialisasi kepada tim koordinasi kabupaten/kota

b. Sosialisasi kepada aparat pemerintah di tingkat kecamatan dan

kelurahan

c. Sosialisasi kepada masyarakat.

C. Pertemuan Awal dan Validasi

Pertemuan awal bertujuan melakukan sosialisasi program kepada calon

KPM PKH. Validasi calon KPM bertujuan mencocokkan data awal calon KPM

PKH dengan kondisi terkini calon KPM PKH sehingga diperoleh data KPM

PKH yang valid dan memenuhi kriteria kepesertaan PKH (eligible).

1. Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi

Setelah proses penetapan sasaran (targeting), Direktorat Jaminan Sosial

Keluarga melakukan validasi calon KPM PKH dengan tahapan proses

meliputi:

a. Pengiriman Data Calon KPM PKH

Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengirimkan data calon KPM PKH

kepada Pelaksana PKH kabupaten/kota untuk keperluan validasi

(pencocokkan data). Data ini mencakup seluruh calon anggota KPM

yang berhak menerima bantuan PKH di kabupaten/kota yang menjadi

wilayah PKH.

b. Persiapan Pertemuan Awal (PA)

Setelah menerima data calon KPM PKH, Pelaksana PKH

Page 44: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 32

kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan pendamping dan

operator untuk menetapkan pembagian jumlah calon KPM PKH

berdasarkan wilayah kerja pendamping. Kemudian melakukan

pencetakan formulir validasi dan Surat Undangan Pertemuan Awal

(SUPA). SUPA yang telah tercetak dikirimkan kepada calon KPM PKH

sesuai nama dan alamat yang tercantum.

c. Pertemuan Awal dan Validasi

Sebelum pelaksanaan PA, Pendamping harus berkoordinasi dengan

aparat Kecamatan dan Kelurahan/Desa setempat.

Tujuan pertemuan awal adalah:

1) Menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH

2) Melakukan sosialisasi program dan validasi data calon KPM

dengan syarat kepesertaan PKH

3) Menjelaskan komitmen yang harus dilakukan oleh KPM PKH untuk

dapat menerima bantuan

4) Menjelaskan sanksi dan implikasi apabila KPM PKH tidak

memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program

5) Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan

atas pelaksanaan PKH

6) Meminta calon KPM menandatangani surat pernyataan yang tertera

di dalam surat undangan pertemuan awal sebagai tanda kesediaan

mengikuti komitmen yang ditetapkan dalam program

7) Menjelaskan hak dan kewajiban pengurus KPM PKH

8) Menerima pengaduan

9) Penjelasan tentang jadwal penyaluran bantuan PKH

10) Penjelasan jadwal kunjungan ke fasilitas kesehatan (oleh petugas

kesehatan)

11) Penjelasan tentang pendaftaran sekolah

12) Penjelasan tentang pelayanan kesejahteraan bagi penyandang

disabilitas dan lansia

Apabila terdapat calon KPM yang menerima SUPA namun tidak

hadir, maka pendamping berkewajiban mendatangi rumah calon KPM

tersebut setelah pertemuan awal dan melakukan proses sebagaimana

di atas. Penjelasan lebih lanjut tentang pertemuan awal dijelaskan

Page 45: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 33

dalam buku Pedoman Operasional Validasi.

2. Penetapan data hasil validasi

Direktur Jaminan Sosial Keluarga menetapkan data validasi

berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh Dinas/Instansi Sosial

kabupaten/kota.

Gambar 10. Persiapan Pertemuan Awal

Gambar 11. Pelaksanaan Pertemuan Awal

D. Penyaluran Bantuan

Penyaluran bantuan diberikan kepada KPM yang memiliki komponen

kepesertaan. Penyaluran bantuan bagi peserta yang ditetapkan pada tahun

Page 46: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 34

anggaran sebelumnya dilaksanakan empat tahap dalam satu tahun,

sedangkan untuk kepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan,

penyalurannya dilaksanakan dalam satu tahap.

Proses penyaluran dilakukan dengan memindahbukukan /

pemindahbukuan dana dari rekening Pemberi Bantuan Sosial di Bank

Penyalur kepada rekening Penerima Bantuan Sosial. (Peraturan Presiden

Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai tanggal

12 Juli 2017 pasal 8 ayat 2.

Bantuan PKH diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Nilai bantuan merujuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan

Jaminan Sosial Nomor 26/LJS/12/2016 tanggal 27 Desmber 2016 tentang

Indeks dan Komponen Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun

2017.

NO KOMPONEN BANTUAN INDEKS

BANTUAN (Rp.)

01 02 03

1. Bantuan Sosial PKH 1.890.000

2. Bantuan Lanjut Usia 2.000.000

3. Bantuan Penyandang Disabilitas 2.000.000

4. Bantuan Wilayah Papua dan Papua Barat 2.000.000

2. Nilai bantuan bagi kepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan,

menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran.

3. Transfer dana dari Kas Negara ke lembaga bayar disalurkan tiap tahap

dengan mekanisme non tunai.

Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan:

Gambar 1: Tahapan/siklus Penyaluran

Page 47: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 35

Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penyaluran bantuan PKH dijelaskan

lebih rinci pada buku Pedoman Operasional Penyaluran Bantuan.

E. Pembentukan Kelompok KPM PKH

1. Pembentukan dan Pendampingan Kelompok

a. Tujuan

Pembentukan kelompok KPM PKH bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan keluarga penerima manfaat, pemutakhiran data,

monitoring penyaluran bantuan, pengembangan kelompok serta untuk

tujuan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan PKH.

b. Tahapan pembentukan

1) Identifikasi alamat domisili dan potensi masing-masing KPM;

2) Pembagian dan pembentukan kelompok KPM dengan masing-

masing beranggotakan 10 hingga 30 KPM, dengan kriteria:

a) pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan kedekatan

tempat tinggal KPM;

b) jika memungkinkan, pembentukan kelompok didasarkan pada

jenis/tujuan tertentu, seperti: kelompok usaha/ekonomi,

kesehatan dan pendidikan;

3) menentukan tujuan kelompok;

4) menentukan/memilih pengurus kelompok;

5) mendeskripsikan peran dan tugas pengurus kelompok;

6) menentukan kebutuhan administrasi kelompok.

2. Materi Pertemuan

Materi utama pertemuan kelompok berupa modul pertemuan peningkatan

kemampuan keluarga (P2K2) meliputi: pendidikan, kesehatan, ekonomi,

perlindungan anak dan kesejahteraan sosial. Dalam hal modul P2K2 belum

dapat diberikan, pertemuan kelompok dapat diberikan materi lain yang

dapat mendukung tujuan PKH.

3. Pendampingan kelompok

a. pembuatan agenda dan jadwal pertemuan kelompok;

b. pelaksanaan kegiatan pertemuan kelompok;

c. kerja sama dan pengembangan kelompok;

Page 48: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 36

d. evaluasi atas hasil pertemuan kelompok;

e. pengadministrasian dan pelaporan hasil pertemuan kelompok.

F. Verifikasi Komitmen

1. Sebagai Program Bantuan Tunai Bersyarat, PKH mensyaratkan

pemenuhan kewajiban terkait layanan kesehatan, layanan pendidikan, dan

kesejahteraan sosial bagi KPM PKH. Untuk pemenuhan kewajiban tersebut

pelaksana PKH harus memastikan KPM terdaftar dan hadir pada layanan

kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.

2. Verifikasi Komitmen bertujuan untuk memantau tingkat kehadiran anggota

KPM PKH pada fasilitas Kesehatan dan Pendidikan secara rutin sesuai

dengan protokol kesehatan dan pendidikan.

3. Pelaksanaan verifikasi komitmen menggunakan formulir verifikasi yang

disampaikan pendamping kepada petugas layanan kesehatan dan

pendidikan untuk diisikan data anggota KPM yang tidak hadir setiap

bulannya. Formulir verifikasi tingkat kehadiran yang telah diisi oleh petugas

faskes dan fasdik, kemudian diinput/entri dalam aplikasi SIM PKH.

4. Hasil verifikasi komitmen menjadi salah satu dasar penyaluran,

penangguhan, dan penghentian bantuan pada setiap tahap penyaluran.

Mekanisme verifikasi komitmen dijelaskan lebih rinci pada Pedoman

Operasional verifikasi komitmen.

Gambar 13. Pelaksanaan Verifikasi Komitmen

Page 49: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 37

G. Pemutakhiran Data

Maksud dan Tujuan Pemutakhiran data adalah untuk memperoleh

kondisi terkini anggota KPM PKH. Data tersebut digunakan sebagai data dasar

program perlindungan sosial. Khusus PKH, data tersebut digunakan untuk

verifikasi, penyaluran dan penghentian bantuan.

Beberapa perubahan informasi dari KPM sebagai berikut:

1. Perubahan status KPM

2. Perubahan komponen kepesertaan

3. Perubahan fasilitas kesehatan yang diakses

4. Perubahan fasilitas Pendidikan yang diakses

5. Perubahan domisili KPM

H. Pengaduan

Mengingat pelaksanaan suatu program tidak selalu dapat diharapkan

berjalan sempurna, maka di tingkat Pelaksana PKH pusat, Pelaksana PKH

provinsi dan Pelaksana PKH kabupaten/kota dibentuk layanan Sistem

Pengaduan Masyarakat (SPM) PKH. SPM PKH berfungsi memfasilitasi segala

jenis pengaduan terkait dengan pelaksanaan PKH dan penyelesaiannya

secara berjenjang.

1. Sumber Pengaduan

Keluhan terkait PKH yang disalurkan melalui SPM berasal dari berbagai

sumber antara lain:

a. Masyarakat penerima manfaat PKH

b. Masyarakat bukan penerima manfaat PKH

2. Saluran Pengaduan

Dalam kaitan ini keluhan mengenai PKH disampaikan hanya melalui

saluran SPM baik melalui fasilitator di tingkat desa/kelurahan, pegawai

layanan Puskesos desa/kelurahan, maupun pegawai layanan rumah

Sekretariat SPM di tingkat kabupaten/kota.

3. Prinsip Penanganan Keluhan

Prinsip penanganan keluhan bagi pengelola keluhan Program Keluarga

Harapan adalah sebagai berikut:

a. Rahasia, identitas pengadu dirahasiakan kecuali apabila pengadu

menghendaki sebaliknya.

Page 50: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 38

b. Berjenjang, pengaduan yang masuk ditangani oleh penyelenggara

SPM pada jenjang dimana peristiwa yang diadukan itu terjadi. Apabila

pengaduan tidak berhasil diselesaikan, maka pengaduan itu dibawa ke

jenjang di atasnya.

c. Transparan, pengadu perlu mendapatkan informasi tentang proses

dan hasil penanganan pengaduannya.

d. Hak untuk banding, disediakan saluran untuk melakukan banding bila

masyarakat pelapor merasa tidak puas dengan solusi atas keluhan

mereka

e. Proporsional, penanganan pengaduan harus sesuai dengan ruang

lingkup kasusnya.

f. Akuntabel, proses pengelolaan pengaduan serta tindak lanjutnya

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

g. Objektif, penanganan pengaduan ditangani secara adil dan tidak

memihak.

h. Kemudahan, sistem pengaduan dirancang untuk memudahkan

masyarakat menyampaikan pengaduan dengan menyediakan berbagai

saluran dan media keluhan di setiap jenjang.

i. Cepat dan akurat, setiap pengaduan ditangani secara cepat

berdasarkan informasi yang akurat.

j. Tercatat, seluruh pengaduan dicatat secara online dan dapat ditelusuri

proses penanganannya

Page 51: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 39

BAB IV KELEMBAGAAN PKH

Kelembagaan PKH terdiri atas Tim Koordinasi Nasional, Tim Koordinasi

Teknis, dan Pelaksana Program Keluarga Harapan (Pelaksana PKH) yang dibentuk

di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

A. Kelembagaan di Tingkat Pusat

1. Tim Koordinasi Nasional

Pengarah : Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan

Ketua : Menteri Sosial

Anggota Tim Koordinasi Nasional terdiri dari pejabat eselon I

kementerian/lembaga yang membidangi urusan pengentasan kemiskinan,

pendidikan, kesehatan, anak, keluarga, disabilitas, lanjut usia, data,

komunikasi, sebagai berikut:

a. Kementerian Sosial

b. Kementerian PPN/Bappenas

c. Kementerian Kesehatan

d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

e. Kementerian Agama

f. Kementerian Dalam Negeri

Tim Koordinasi Nasional bertugas:

a. melakukan kajian pelaksanaan, mekanisme, hasil audit dan evaluasi;

b. memberikan solusi atas permasalahan lintas sektor;dan

c. menyetujui perubahan pelaksanaan program.

Tim Koordinasi Nasional PKH ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Sosial.

2. Tim Koordinasi Teknis

Pengarah : Menteri Sosial

Ketua : Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial

Sekretaris : Direktur Jaminan Sosial Keluarga

Page 52: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 40

Tim Koordinasi Teknis PKH Pusat terdiri dari pejabat eselon II wakil

kementerian/lembaga terkait.

Tim Koordinasi Teknis Pusat bertugas:

a. mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan oleh Direktorat

Teknis Pelaksana PKH;

b. melakukan koordinasi lintas sektor terkait agar tujuan PKH dapat berjalan

baik;

c. membentuk Tim Lintas Sektor yang terdiri dari perwakilan

kementerian/lembaga terkait;

d. Tim Lintas Sektor bertugas menentukan sasaran KPM PKH; dan

e. melakukan pengawasan pelaksanaan PKH.

Tim Koordinasi Teknis Pusat ditetapkan dengan Keputusan Direktur

Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

3. Pelaksana PKH di Pusat

Pelaksana Program Keluarga Harapan pusat adalah Direktorat Jaminan

Sosial Keluarga, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial,

Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Tugas Pelaksana PKH Pusat:

a. melaksanakan seluruh kebijakan pelaksanaan PKH meliputi penetapan

sasaran, validasi, terminasi, bantuan sosial, kepesertaan dan sumber

daya;

b. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana;

c. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH;

d. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak untuk

perluasan dan penyempurnaan program;

e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH;

f. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKH

kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Page 53: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 41

B. Kelembagaan PKH di Daerah

Kelembagaan PKH di daerah terdiri dari Tim Koordinasi Teknis Provinsi,

Tim Koordinasi Teknis Kabupaten/Kota, Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, dan

Pelaksana PKH Kecamatan.

1. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi

a. Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi terdiri atas:

Ketua : Kepala Bappeda Provinsi

Sekretaris : Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi

b. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi ditetapkan dengan Keputusan

Gubernur

c. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi bertugas:

1) menyusun program dan rencana kegiatan PKH;

2) memastikan komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan

PKH;

3) melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait

dan instansi/lembaga vertikal di provinsi.

2. Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota

a. Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota terdiri atas:

Ketua : Kepala Bappeda Kabupaten/Kota

Sekretaris : Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota

b. Tim Koordinasi Teknis PKH kabupaten/kota ditetapkan dengan

Keputusan Bupati/Walikota

c. Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota bertugas:

1) menyusun program dan rencana kegiatan PKH Kabupaten/Kota;

2) komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan PKH;

3) penyediaan fasilitas layanan pendidikan dan kesehatan;

4) melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait

dan instansi/lembaga vertikal di kabupaten/kota;

5) melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH;

6) menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelaksanaan PKH

dilapangan;

7) menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKH

kepada kepala daerah, kepada pelaksana PKH provinsi dan

pelaksana PKH Pusat.

Page 54: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 42

3. Pelaksana PKH Daerah

Pelaksana PKH daerah dilakukan oleh dinas/instansi sosial tingkat provinsi

dan kabupaten/kota yang membidangi bantuan sosial, perlindungan dan

jaminan sosial.

Pelaksana PKH Daerah terdiri atas Pelaksana PKH Provinsi, Pelaksana PKH

Kabupaten/Kota, dan Pelaksana PKH Kecamatan.

a. Pelaksana PKH Provinsi

1) Pelaksana PKH Provinsi adalah Dinas/Instansi Sosial terdiri atas:

Ketua : Kepala Bidang Urusan Bantuan dan Jaminan Sosial

Sekretaris : Kepala Seksi Bantuan dan Jaminan Sosial

2) Pelaksana PKH Provinsi bertugas:

a) bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi

PKH di kabupaten/kota;

b) melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan terhadap

pelaksanaan PKH di kabupaten/kota;

c) memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana;

d) menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH;

e) membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam

pelaksanaan PKH; dan

f) melaporkan secara berkala capaian pelaksanaan PKH di

kabupaten/kota kepada pelaksana Pusat.

b. Pelaksana PKH Kabupaten/Kota 1) Pelaksana PKH Kabupaten/Kota adalah Dinas/Instansi Sosial terdiri

atas:

Ketua : Kepala Bidang Urusan Bantuan dan Jaminan Sosial

Sekretaris : Kepala Seksi Bantuan dan Jaminan Sosial

2) Pelaksana PKH Kabupaten/Kota bertugas:

a) bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi

PKH di kecamatan;

b) melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan terhadap

pelaksanaan PKH di kecamatan;

c) memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana;

d) menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH;

Page 55: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 43

e) membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam

pelaksanaan PKH; dan

f) melaporkan pelaksanaan PKH kabupaten/kota kepada pelaksana

PKH pelaksana Pusat dengan tembusan kepada Pelaksana PKH

provinsi.

c. Pelaksana PKH Kecamatan Pelaksana PKH Kecamatan adalah Pendamping PKH yang bertugas di

kecamatan dan berkoordinasi dengan camat. Jika dalam satu wilayah

kecamatan terdapat lebih dari satu pendamping, maka wajib ditunjuk

salah seorang dari pendamping untuk menjadi Koordinator Pendamping

tingkat kecamatan.

Pelaksana PKH Kecamatan bertugas:

1) bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi PKH

di kelurahan/desa/nama lain;

2) melakukan kegiatan pendampingan PKH di kelurahan/desa;

3) memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana;

4) menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH;

5) membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam

pelaksanaan PKH;dan

6) melaporkan pelaksanaan PKH kepada pelaksana PKH

kabupaten/kota.

Page 56: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 44

BAB V

PENGELOLAAN SUMBER DAYA

A. Rekrutmen dan Seleksi

1. Tujuan

Tersedianya SDM pelaksana PKH di pusat dan daerah yang memiliki

kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan sesuai bidang tugasnya

serta memiliki komitmen, dedikasi dan integritas yang tinggi.

2. Kebutuhan SDM PKH, meliputi:

a. Tenaga Ahli

b. Koordinator Regional;

c. Koordinator Wilayah;

d. Koordinator Kabupaten/Kota;

e. Pendamping Sosial;

f. Operator;

g. Jabatan lain sesuai kebutuhan tahun berjalan.

3. Tahap Rekrutmen dan Seleksi

a. Persiapan Rekrutmen

b. Pengumuman penerimaan melalui sistem online dan offline

c. Seleksi Administrasi

d. Pengumuman lulus administrasi

e. Pelaksanaan tes kompetensi

f. Penetapan

B. Analisis dan Pemetaan Potensi Sumberdaya

1. Maksud dan Tujuan

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan komponen utama yang berperan

terhadap suksesnya tujuan organisasi dalam mengelola kegiatan/program.

Mengingat perannya yang cukup strategis dalam pelaksanaan PKH, maka

SDM harus dikelola secara profesional dan senantiasa ditingkatkan

kualifikasi kompetensi dan administrasinya sebagai bagian dari tuntutan

profesionalitas yang terukur dan komprehensif.

2. Ruang lingkup

Ruang lingkup pengelolaan sumber daya manusia terdiri dari:

a. Kebijakan mutu SDM

Page 57: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 45

b. Perencanaan kebutuhan SDM

c. Hubungan kerja

d. Pemindahan tugas

e. Promosi dan penurunan jabatan

f. Penggantian SDM

g. Pengaturan jam kerja

h. Peningkatan kapasitas

i. Pembayaran honorarium

j. Penerapan sanksi

k. Penilaian kinerja

l. Pengakhiran hubungan kerja

C. Administrasi SDM

Administrasi pengeloaan SDM, meliputi:

1. Pengangkatan dan Pengakhiran SDM

Untuk menjamin kepastian hukum dan hubungan kerja antara SDM PKH

dengan Kementerian Sosial ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK)

Pengangkatan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga.

2. Pembayaran Honorarium

Nilai honorarium SDM PKH ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran,

dengan rincian peruntukan:

a. honor bulanan

b. tunjangan jaminan kesehatan

c. tunjangan jaminan ketenagakerjaan

Honorarium dibayarkan kepada SDM yang aktif dalam melaksanakan

tugas dan kewajiban dari Kementerian Sosial.

Mekanisme pelaksanaan administrasi SDM PKH diatur lebih lanjut dalam

pedoman operasional pengelolaan SDM.

D. Peningkatan Kapasitas SDM

PKH melaksanakan peningkatan kapasitas SDM pelaksana PKH dalam

bentuk Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Bimbingan Teknis (Bimtek), dan

Pemantapan sesuai kebutuhan program.

Mekanisme pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas SDM PKH diatur

lebih lanjut dalam pedoman operasional pengelolaan SDM.

Page 58: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 46

E. Workshop

1. Tujuan

Memberikan bekal kepada SDM pelaksana PKH terkait dengan kebijakan

PKH, cakupan tugas, koordinasi, penyelesaian masalah dan solusi.

2. Peserta

a. Tenaga Ahli PKH

b. Koordinator Wilayah

c. Koordinator Kabupaten/Kota

3. Bentuk Kegiatan

a. Penyajian Materi oleh Narasumber

b. Diskusi Kelompok

c. Pleno hasil diskusi kelompok

d. Pembuatan rekomendasi

e. Tindak Lanjut

4. Narasumber berasal dari Pusat

F. Rapat Koordinasi (Rakor) PKH

PKH bertujuan untuk menginformasikan kebijakan terkini, memperoleh umpan

balik dari Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan PKH, dan menguatkan

komitmen Kepala Daerah.

Tema Rakor PKH disesuaikan dengan kebijakan terbaru. Hasil Rakor menjadi

acuan pelaksanaan program.

Rapat Koordinasi PKH terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:

1. Rakor PKH Tingkat Pusat

2. Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional

3. Rakor PKH Tingkat Provinsi

4. Rakor PKH Tingkat Kabupaten/Kota

Mekanisme pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi diatur lebih lanjut dalam

pedoman operasional.

Page 59: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 47

G. Sosialisasi PKH

Dalam rangka peningkatan pemahanan dan penyamaan persepsi bagi

pemangku kepentingan pusat dan daerah, SDM Pelaksana PKH Pusat dan

daerah, dan masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi sebagai salah satu kunci

sukses pelaksanaan PKH.

Fokus sosialisasi PKH tidak hanya pada aspek implementasi dan

keberhasilan pelaksanaan program PKH, tetapi juga pada monitoring

pengaduan aspek pengembangan kebijakan, khususnya dalam

membangunan dukungan dan komitmen untuk melembagakan PKH dalam

bentuk Sistem Jaminan Sosial. Pelaksanaan sosialisasi PKH dilakukan oleh

SDM Pelaksana PKH pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan, serta

dapat melibatkan instansi terkait.

1. Sasaran Sosialisasi

Secara garis besar kelompok sasaran sosialisasi PKH, meliputi:

a. Pelaksana PKH

1) Tingkat Pusat, adalah para perumus kebijakan dan penentu

kebijakan di pusat yang memengaruhi pelaksanaan program PKH,

seperti: Tim Pengendali/Koordinasi, Tim Pengarah, Tim Teknis

Pelaksana PKH Pusat,Kementerian/Lembaga lain yang terkait,

termasuk seluruh anggota Kabinet, DPR, Media; Kelompok

Strategis seperti: LSM, Ormas, Lembaga Donor, Kelompok

Profesional dan kelompok lainnya.

2) Tingkat Provinsi, adalah para perumus kebijakan dan penentu

kebijakan pada provinsi yang memengaruhi pelaksanaan program

PKH seperti: Tim Koordinasi Provinsi, DPRD, Media; Kelompok

Strategis seperti: LSM, Ormas, Kelompok Profesional dan kelompok

lainnya.

3) Tingkat Kabupaten/Kota, adalah para perumus kebijakan, penentu

kebijakan dan pelaksana program pada daerah yang mempengaruhi

pelaksanaan PKH seperti: Tim Koordinasi Kabupaten/Kota,

Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, DPRD, Media; Kelompok

Strategis seperti: LSM, Ormas, Kelompok Profesional dan kelompok

lainnya.

Page 60: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 48

4) Tingkat Kecamatan, adalah para pelaksana program pada daerah

kecamatan seperti: Camat, Pelaksana PKH Kecamatan, Organisasi

Sosial dan kelompok-kelompok masyarakat setempat.

b. KPM PKH

1) KPM PKH, yaitu perempuan/ibu dalam keluarga yang menerima

bantuan PKH. Untuk itu akan dilakukan sejumlah kegiatan yang

dapat mengubah pola pikir dan perilaku yang mendukung pada

peningkatan kualitas keluarga.

2) Anak-anak dan kepala keluarga yang menerima bantuan PKH agar

tercipta pemahaman dan kerjasama yang baik sehingga

pelaksanaan program PKH dapat berjalan dengan baik.

c. Pemangku Kepentingan Terkait

1) Kelompok Pendukung mempunyai arti yang sangat penting dan

strategis dalam pelaksanaan PKH, baik untuk penyebarluasan

informasi maupun untuk mendukung pelaksanaan PKH yang dapat

dilibatkan secara aktif sebagai agen sosialisasi dan edukasi.

Kelompok Pendukung, seperti: Media Massa, LSM dan Ormas,

Jaringan dalam Masyarakat, Kelompok Profesional, Perguruan

Tinggi dan Lembaga-lembaga yang berada di masyarakat penerima.

2) Kelompok Lembaga Donor/Dunia Usaha, mengingat keterkaitan

dengan tujuan dan sasaran PKH dalam pencapaian MDGs, maka

dukungan lembaga donor dan dunia usaha melalui corporate social

responsibility (CSR) sangat diperlukan, seperti: membantu

pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan pendidikan dan

kesehatan, layanan kesejahteraan sosial serta penyediaan progam

bantuan komplementaritas kepada KPM PKH khususnya bagi

masyarakat miskin di daerah-daerah terpencil dan sulit.

d. Masyarakat Umum

Masyarakat sebagai lingkungan yang langsung maupun tidak langsung

berkaitan dengan KPM PKH mempunyai peran penting dalam

menjamin kelancaran pelaksanaan program PKH. Secara khusus,

Pelaksana PKH perlu perangkat sosialisasi bagi masyarakat maupun

tokoh agama serta masyarakat secara umum agar mereka dapat

berperan mendukung KPM PKH untuk fasilitas pelayanan pendidikan

Page 61: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 49

dan kesehatan yang disediakan pemerintah. Masyarakat dapat juga

berperan aktif untuk melakukan kontrol sosial dalam pelaksanaan

program PKH, baik kepada peserta maupun petugas pelaksana PKH.

2. Materi Sosialisasi

Materi sosialisasi PKH berisi muatan informasi tentang mekanisme

dan alur pelaksanaan PKH, hasil kajian dan evaluasi tentang PKH,

berbagai kebijakan pelaksanaan PKH.

3. Sarana Sosialisasi

Sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis sarana, yaitu:

a. Media massa baik yang media elektronik maupun media cetak, seperti;

TV, radio, surat kabar/koran, dan majalah, leaflet, poster, brosur.

b. Media online, website, media sosial.

c. Media yang berkaitan dengan kebijakan dan kearifan lokal, rembug

desa, musyawarah desa, gotong royong dan lain sebagainya.

Page 62: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 50

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk memantau

pelaksanaan suatu program. Kegiatan monitoring menjadi bagian dari kegiatan

evaluasi operasional yang bertujuan untuk menilai efektivitas pelaksanaan program

(Khandker dkk., 2010). Ruang Iingkup pemantauan PKH secara umum

dilaksanakan pada sisi input, proses, dan output. Kegiatan monitoring PKH

didesain menjadi sebuah sistem yang menyatu dengan seluruh aspek pelaksanaan

program.

A. Monitoring

Monitoring merupakan pemantauan secara terus menerus proses

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan

langsung kegiatan atau menganalisis hasil pelaporan dan perkembangan

pelaksanaan PKH dalam waktu tertentu melalui pengumpulan data dan

informasi tentang yang sebenarnya terjadi selama implementasi program.

Indikator yang digunakan dalam pelaksanaan monitoring PKH terdiri dari

indikator masukan dan indikator keluaran. Kedua kategori ini akan diperoleh

dari hasil analisis data MIS (Management Information System) PKH secara

berkala

1. Tujuan Monitoring

Secara umum monitoring PKH bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan memastikan pelaksanaan kegiatan PKHberjalan

dengan baik dalam implementasi program.

b. Memastikan jadwal yang telah disusun dalam perencanaan satu tahun

anggaran esuai dengan rencana PKH.

c. Memberikan masukan kepada pelaksana PKH mengenai upaya

perbaikan penyajian data dan laporan.

2. Pelaksana Monitoring

a. Monitoring oleh Pemerintah

Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PKH serta pencapaian target

sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan

Page 63: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 51

tersebut Pemerintah melakukan monitoring secara berkala agar

pelaksanaan PKH sesuai rencana dan mekanisme yang ditetapkan,

seperti ketersediaan layanan pendidikan dan kesehatan.

b. Monitoring oleh pemangku kepentingan terkait

Kegiatan monitoring PKH juga dilakukan oleh pemangku kepentingan

terkait, seperti: Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Kesehatan,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), dan lembaga lainnya.

c. Monitoring dengan partisipasi masyarakat

Monitoring oleh masyarakat melibatkan warga masyarakat secara luas

dalam pengawasan dan pemantauan kegiatan/program. Dalam PKH

ada kelompok ibu yang dipilih dan ditugaskan untuk memastikan

pelaksanaan PKH: apakah itu pemutakhiran data, kondisi KPM PKH,

dan bantuan yang diterima KPM PKH.

3. Pengumpulan Data dan Analisis

Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga lapangan dan manjemen data

dilakukan oleh tim MIS (Management Information System) PKH. Analisis

data monitoring secara rutin dilakukan oleh Pelaksana PKH Pusat.

B. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan mengukur keberhasilan atau kegagalan dari

pelaksanaan PKH dengan menggunakan indikator dan instrumen yang dapat

digunakan untuk mengetahui faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan

dari seluruh tahapan pelaksanaan program. Kegiatan evaluasi didasarkan

atas hasil dan dampak pelaksanaan PKH.

Untuk menjamin pengukuran yang akurat diperlukan survei dasar

(baseline survey) yang menjadi titik tolak dari pemantauan dan evaluasi

terhadap pelaksanaan PKH.

1. Tujuan Evaluasi

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan yang telah disusun dalam

rencana kerja tahunan

b. Mengetahui dan menganalisa hal-hal lain yang mungkin di luar rencana

c. Menyusun indikator kinerja PKH yang menjadi acuan bagi Keberhasilan

program.

Page 64: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 52

2. Cakupan Evaluasi

Berdasarkan tujuan dan keluaran program yang ingin dicapai, diperlukan

indikator kinerja program untuk mengukur pencapaian program selama

kurun waktu satu tahun. Pengukuran indikator kinerja program dilakukan

secara berkala dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait secara

berjenjang.

Secara umumevaluasi pelaksanaan PKH meliputi substansi dan

pendukung program yang dilakukan secara berkala.

C. Penyajian Hasil

Hasil dari proses monitoring dan evaluasi disajikan dalam bentuk laporan

yang dapat digunakan sebagai rekomendasi dan rumusan kepada pemangku

kepentingan.

BAB VII

PENUTUP

Page 65: Pedoman Pelaksanaan · 2021. 4. 15. · dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun2017 | 53

Pedoman pelaksanaan PKH edisi tahun 2017 ini merupakan kelanjutan dari

Pedoman PKH sebelumnya dengan berbagai revisi, tambahan dan perbaikan

sesuai dengan kebijakan terbaru PKH.

Buku ini terdiri atas dua bagian besar dan berjumlah 8 (delapan) buku.

Bagian pertama terdiri atas satu buku yaitu Buku Pedoman Umum dan bagian

kedua terdiri atas tujuh buku yaitu Validasi Calon KPM PKH, Penyaluran Dana

Bantuan PKH, Verifikasi Komitmen, Pemutakhiran Data, Pengelolaan Sumber Daya

Manusia, Rapat Koordinasi, dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga.

Pedoman Pelaksanaan PKH disusun untuk menjadi acuan pengembangan

kebijakan PKH dan penyusunan pedoman yang diperlukan bagi pelaksanaan PKH.

Persyaratan, ketentuan, mekanisme, dan prosedur lebih lanjut akan diatur di dalam

pedoman operasional PKH yang tecantum pada bagian kedua buku ini.

Apabila dikemudian hari diperlukan perubahan terhadap Pedoman

Pelaksanaan ini, maka perubahannya perlu mendapat persetujuan Tim Pengarah

PKH Pusat.