pelaksanaan pengurangan pajak …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...pelaksanaan...

160
PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: ZAINAB NIM: 214-13-001 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: tranthuan

Post on 28-Apr-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ZAINAB

NIM: 214-13-001

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

Page 2: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 3: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

i

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT

NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ZAINAB

NIM: 214-13-001

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

Page 4: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ii

Page 5: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

iii

Page 6: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

iv

Page 7: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

v

MOTTO

SERUPA AIR KADANG TAK HARUS MENGALIR. SESEKALI

ANGKAT KEATAS UNTUK MENCIPTAKAN SESUATU YANG BARU

ATAU SESUATU YANG BERULANG.

(Zainab)

JANGAN BANYAK MENCARI BANYAK, CARILAH BERKAH.

BANYAK BISA DIDAPAT DENGAN HANYA MEMINTA. TAPI

MEMBERI AKAN MENDATANGKAN BERKAH.

(Gus Mus)

KAU AKAN BERHASIL DALAM SETIAP PELAJARAN, DAN KAU

HARUS PERCAYA AKAN BERHASIL, DAN BERHASILAH KAU;

ANGGAP SEMUA PELAJARAN MUDAH, DAN SEMUA AKAN

MENJADI MUDAH; JANGAN TAKUT PADA PELAJARAN

APAPUN, KARENA KATAKUTAN ITU SENDIRI KEBODOHAN

AWAL YANG AKAN MEMBODOHKAN SEMUA.

(Pramoedya Ananta Toer)

Page 8: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

vi

PERSEMBAHAN

1. Apakku Ahmad Itqon dan Mamaku Muallimah yang telah mencurahkan kasih

sayang dan do’anya kepada saya.

2. Abah Mahfudh Ridlwan,L.c. selaku Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro

yang telah memberikan suri tauladan serta doanya.

3. Kakak dan adek-adekku tercinta dek Nasirotul Ulya (adek sekaligus Sahabat),

Kak Lu’luatus Salamah , Kak Sihab, dek alul, dek obih, Kak Nurul Mubin,

Kak Fidzin, Kak Bus yang telah memberikan dukungan dan doanya.

4. Pamanku yang selalu mendukung kemauanku serta memberi arahan ketika

aku kehilangan arah Samsul Bahri.

5. Dosen pembimbing sekaligus dosen favorit Ibu Evi Ariyani, M.H., yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing saya tidak hanya dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Untuk seseorang yang telah rela membantu dalam penyusunan skripsi ini,

H. Muhammad Ali Zakariya Ansori, Jazaakallahu Khairan bang..

7. Mas Muhammad Haris dan mbakyuku Durrotun Nashihah, terimakasih atas

dedikasinya selama saya berada di Salatiga.

8. Sahabat-sahabatku Khoiriyatun Kholidiyah, Qisthi Faradina, Faiqotul

Himmah, Arfias Wirda, Sabilatul Masruroh, Niken Rinda Safitri, Selly Ulvia

Kholida, M. Faidlul Ma’ali, Imam Ahmad Shodiqin, Adib Baihaqi, Endang Tri

Wahyuni, Sirril Inay, Siti Azizah, Athiyah Atsniah, Vj Taufik, munandarares

yang senantiasa menginspirasi dan memberikan semangat.

Page 9: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

vii

9. Keluarga besar Ya Bismillah (Youth Association of Bidikmisi Limardhotillah)

IAIN Salatiga.

10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edimancoro

11. Teman seperjuanganku seluruh mahasiswa Hukum Ekonomi angkatan 2013

Page 10: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

Agung Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa‟atnya kelak di

yaumul qiyamah.

Penyusunan skripsi dengan Judul “Pelaksanaan Pengurangan Pajak

Penghasilan bagi Pembayar Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten Semarang pasca berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat” adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar akademik Sarjana Hukum di Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan

dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan

bimbingan hingga skripsi ini selesai.

Page 11: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ix

4. Bapak Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna memberikan bimbingan

dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan material.

7. Kepada Pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang yang telah membantu dan

berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan guna

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Pegawai KPP Pratama Salatiga, khususnya Bu imey yang telah

membantu dan berkenan memberikan masukan dan arahan kepada saya guna

menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya penyusun hanya dapat berdo‟a “jazakumullahu khairal jaza’

jazaan katsiran”. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca sangat berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penyusun

hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penyusun pada khususnya.

Salatiga, 11 Mei 2017

Page 12: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

x

ABSTRAK

Zainab. 2017. (Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar

Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca

Berlakunya Undang-undang No 23 Tahun 2011). Skripsi Fakultas Syari‟ah.

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing : Evi Ariyani, S.H., M.H.

Kata Kunci: Pajak, Zakat, UU No 23 Tahun 2011.

Lahirnya Undang-undang No 23 Tahun 2011 sebagai pengurang

penghasilan kena pajak bagi pembayar zakat merupakan salah satu perpaduan

yang menarik yang mana selain untuk menggugurkan kewajiban membayar zakat

akan mendorong untuk saling mendukung program pemerintah. Dari latar

belakang tersebut, dilakukan penelitian guna mengkaji rumusan masalah,

diantaranya yaitu: (1) Bagaimana Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan

bagi Pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat? ; (2) Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi terkait

Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar zakat di Badan Amil

Zakat Nasional BAZNAS Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-

undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian

kualitatif yaitu dengan pendekatan yuridis normatif empiris. Penulis meneliti

terhadap pelaksanaan Pengurangan Pajak dengan mencocokkan norma atau

peraturan yang ada dalam perundang-undangan dan juga implementasi ketentuan

hukumnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Pelaksanaan di BAZNAS Kabupaten Semarang telah sesuai peraturan

yang ada namun masih dalam prosentase sedikit. Adapun pelaksanaan

administratifnya dengan cara pihak BAZNAS menerbitkan Bukti Setor Zakat

(BSZ) kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak melampirkannya Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak. Ketentuan zakat yang menjadi Pengurang

Pajak diperkenankan apabila nyata-nyata dibayarkan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pemeluk agama Islam. Cara melakukan Pengurangan Pajak Penghasilan hanya

mencantumkan jumlah zakat dibawah kolom penghasilan kotor (Bruto). Adapun

hambatannya adalah Kurang optimalnya sosialisasi baik dari Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama; kurang

percayanya pihak muzakki untuk menyalurkannya di Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS); adanya perbedaan penafsiran perhitungan pengurangan pajak bagi

lembaga terkait; masyarakat tidak sadar hukum; pihak pajak merasa tidak

diuntungkan dengan adanya peraturan pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

Page 13: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv

HALAMAN MOTTO v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Kegunaan Penelitian 7

E. Penegasan Istilah 8

F. Tinjauan Pustaka 10

G. Metode Penelitian 13

H. Sistematika 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Page 14: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

xii

A. Tinjauan Umum Tentang Zakat 19

1. Pengertian Zakat 19

2. Pihak yang Berhak atas Zakat 22

3. Prinsip, Fungsi dan Tujuan Zakat 25

4. Macam-Macam Zakat 29

5. Zakat Profesi 32

B. Tinjauan Umum Tentang Pajak 35

1. Pengertian Pajak 35

2. Fungsi Pajak 37

3. Jenis Pajak 38

4. Sistem Pemungutan Pajak 39

5. Tata Cara Pemungutan Pajak 42

6. Tarif Pajak 44

7. Pajak Penghasilan 54

8. Wajib Pajak 58

C. Pajak Menurut Syari‟ah 58

BAB I PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum tentang (BAZNAS) Kabupaten Semarang 65

1. Sejarah Berdirinya 65

2. Visi Misi 66

3. Dasar Hukum 66

4. Struktur Organisasi 67

5. Tugas dan Fungsi Pokok 70

Page 15: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

xiii

6. Layanan 71

7. Pengumpulan dan Sumber Dana 72

8. Penganggaran Dana 73

9. Pemtasyarufan Dana 74

10. Prosedur Pentasyarufan 76

B. Pelaksanaan Prosedur di BAZNAS 79

BAB IV PELAKSANAAN PENGURANGAN PPH BAGI PEMBAYAR

ZAKAT

A. Tinjauan Umum Tentang KPP Pratama Salatiga 84

1. Sejarah 84

2. Visi dan Misi 87

3. Tugas Pokok 88

4. Fungsi 80

5. Struktur Organisasi 89

6. Uraian Tugas 90

B. Prosedur Pengurangan Pajak di KPP Pratama 95

C. Contoh Pelaksanaan Wajib Pajak 101

D. Hambatan-hambatan 108

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN 111

B. SARAN 112

DAFTAR PUSTAKA 114

LAMPIRAN

Page 16: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Perhitungan PKP Orang Pribadi .................................................................. 44

Tabel 2.2 Perhitungan PTKP Tidak Kawin ................................................................ 51

Tabel 2.3 Perhitungan PTKP Kawin Istri Tidak Bekerja ............................................ 52

Tabel 2.4 Perhitungan PTKP Kawin Istri Bekerja ...................................................... 52

Tabel 2.5 Perhitungan PTKP Badan ........................................................................... 54

Tabel 2.6 Perhitungan PTKP Orang Pribadi ............................................................... 54

Tabel 3.1 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pertimbangan ................................... 68

Tabel 3.2 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pengawas ......................................... 68

Tabel 3.3 Susunan Pengurus BAZNAS Dewan Pelaksana ......................................... 69

Tabel 4.1 Susunan Pegawai KPP Pratama Salatiga .................................................... 89

Page 17: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan sholat,

sehingga merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin. Bila

saat ini kaum muslimin sudah faham tentang kewajiban sholat dan

manfaatnya dalam membentuk kesholehan pribadi. Namun tidak demikian

pemahamannya terhadap kewajiban terhadap zakat yang berfungsi untuk

keshalehan sosial. Implikasi keshalehan sosial ini sangat luas, kalau saja kaum

muslimin memahami tentang hal tersebut. Pemahaman sholat sudah merata

dikalangan kaum muslimin, namun belum demikian terhadap zakat.

Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Islam memiliki

potensi yang besar dari penerimaan pajak melalui zakat. Seperti diketahui

penerimaan negara didominasi oleh penerimaan dari sektor pajak. Seiring

dengan perkembangan ekonomi, peraturan-peraturan perpajakan tentu banyak

pula yang tidak sesuai dengan tuntutan perekonomian, sehingga pemerintah

perlu untuk melakukan informasi undang-undang perpajakan yang diharapkan

dapat menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah dibidang perpajakan.

Selama ini sebagian dari masyarakat, baik aparat pajak akan berusaha untuk

mengenakan pajak yang sebesar-besarnya, sedangkan wajib pajak akan

berusaha untuk membayar pajak yang sekecil-kecilnya. Seolah-olah terdapat

Page 18: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

2

jurang pertentangan yang besar antara aparat pajak dengan wajib pajak

(Sangudi, 2000:27).

Pada hakikatnya zakat adalah bagian tertentu yang ada pada harta

orang Islam yang wajib dikeluarkan atas perintah Allah untuk kepentingan

orang lain menurut kadar yang ditentukan-Nya. Pengeluaran itu diwajibkan

sebagai tanda syukur manusia atas nikmat dan karunia Allah, mendekatkan

diri kepada-Nya dan juga sebagai pembersih harta itu sendiri serta diri muslim

yang melaksanakannya.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah: 267

األسض آأخشخب نكى ي ي ءايا أفقا ي طجبد يبكغجزى ب انز بأ

ل ا أ اعه ضا ف إ أ رغ نغزى ثئبخز رفق ا انخجث ي ر

ذ ح هللا غ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan

Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu

sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

(QS.Al-Baqarah: 267)

Sedangkan pajak, pada hakikatnya adalah kewajiban material seorang

warga pada negaranya untuk dibayar menurut ukuran yang telah ditentukan

mengenai kekayaan dan pribadi seseorang, dan dipergunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (Ali, 1988: 50).

Page 19: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

3

Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban

yang harus dilakukan. Namun, dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu

akan menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana

dengan dualisme sistem ini potensial menimbulkan efek yang kontra produktif

dalam konteks mensejahterakan rakyat.

Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah

hal penting, karena beberapa hal berikut ini:

1. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya pensejahteraan

rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam

dan kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.

2. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan

antara zakat dan pajak dalam beberapa hal; (a) keduanya miliki unsur

paksaan, (b) keduanya harus disetorkan kepada lembaga (c) keduanya

tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya memiliki tujuan ke

masyarakatan, ekonomi, politik disamping tujuan keuangan.

3. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya

memiliki perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan

etikanya, dalam hal hakikat dan tujuannya, dalam hal nisab dan

ketentuannya, dalam hal kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal

pengurangannya, dalam hal hubungan dengan penguasa dan dalam hal

maksud dan tujuannya(Qardhawi, 1988:995).

Lahirnya UU No 38 Tahun 1999 yang kemudian diganti oleh UU No

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat merupakan bukti adanya perhatian

Page 20: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

4

serius dari pemerintah dalam mengatur kaitannya antara zakat yang

dibayarkan masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban beragama dengan

pajak yang dibayarkan kepada negara yang merupakan kewajiban kenegaraan

bagi setiap negara. Dalam UU No 23 Tahun 2011 yang secara khusus diatur

dalam Pasal 22 dan Pasal 23 yang menyebutkan bahwa “Zakat yang

dibayarkan oleh muzaki kepada BASNAS atau LAZ dikurangkan dari

penghasilan kena pajak”. Dan Pasal 23 menyebutkan “BAZNAS dan LAZ

wajib memberikan bukti setoran zakat kepada muzakki, yang nantinya bukti

setoran tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak”.

Dengan berlakukannya peraturan mengenai pajak UU No 36 Tahun

2008 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

yang diberlakukan mulai tahun pajak 2009 kendala tersebut dapat diatasi,

karena perlakuan zakat sebagai pengurangan telah diatur dalam UU PPh yang

baru yaitu bahwa zakat (yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima

oleh penerima zakat yang berhak) bukan merupakan objek pajak bagi si

penerima serta zakat atas penghasilan boleh dikurangkan dari penghasilan

kena pajak. Salah satu yang dipungut oleh pemerintah terkait dengan zakat

sebagai pengurang pajak adalah pajak atas penghasilan. Dalam UU No 36

Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 4 ayat 1

“Penghasilan didefinisikan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia”. Kemudian didukung dengan adanya Peraturan

Page 21: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

5

Pemerintah No 18 Tahun 2009 tentang “Bantuan atau sumbangan termasuk

zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari

objek pajak penghasilan.”

Dalam hal ini juga diperkuat adanya Peraturan Pemerintah No 14

Tahun 2014 tentang pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011 mengenai zakat

sebagai Pengurangan Pajak. Dan didukung adanya Inpres Nomor 3 Tahun

2014 semakin menguatkan peran negara dalam pengaturan zakat, sebagai

salah satu sumber dana untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan undang-undang diatas zakat dan pajak ternyata memiliki

hubungan reduktif yaitu zakat atas pengahasilan kena pajak sebagai dasar

perhitungan pajak. Adapun syarat zakat agar dapat dibiayakan

(diperhitungkan sebagai pengurang) menurut Pasal 9 UU No 36 Tahun 2008

adalah ”Dibayarkan kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil

Zakat (LAZ) yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah”.

Dari tinjauan singkat ini dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia

sudah mengakomodasi kerancuan sistem pajak dan zakat. Disamping itu pun

banyak masyarakat yang belum memahami bahwa zakat yang sudah

dikeluarkan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto dengan

menempatkan zakat sebagai unsur pengurang penghasilan bruto yang akan

diproses lebih lanjut untuk menjadi dasar pengenaan pajak. Sistem ini juga

dianggap belum sepenuhnya membuat pajak dan zakat saling menggantikan

karena dampak pengurangan ini tidak signifikan dan hanya zakat yang

Page 22: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

6

diserahkan ke LAZ atau BAZ yang didirikan atau disahkan oleh pemerintah.

Jika pemenuhan kewajiban zakat sudah optimal dan peranannya bagi ekonomi

negara makin besar maka ada kemungkinan posisinya makin sejajar dengan

pajak sehingga dapat betul betul saling menggantikan.

Dengan demikian penelitian posisi zakat yang dikaitkan dengan pajak

dalam kasus Indonesia khususnya di Kabupaten Semarang yang memberikan

peluang bagi umat Islam yang menunaikan zakat untuk dapat mengurangkan

zakat yang dibayar itu kepada penghasilan kena pajak kiranya sangat penting

untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh

dan akurat kepada masyarakat.

Atas dasar itulah penyusun berkeinginan untuk melakukan penelitian

mengenai bagaimana PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK

PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BAZNAS

KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG-

UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar

zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten semarang

pasca berlakunya UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat?

2. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan

pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil

Page 23: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

7

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca berlakunya UU

No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi

pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan

pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya

Undang-undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaan Penelitian yang diharapkan dari adanya penelitian

ini, yaitu:

a. Secara teoritis dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan yang lebih

mendalam tentang pengurangan pajak bagi pembayar zakat serta untuk

memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan

akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya.

b. Secara praktis diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan bagi

masyarakat untuk mengetahui lebih jauh adanya pengurangan pajak bagi

pembayar zakat.

Page 24: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

8

E. PENEGASAN ISTILAH

Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul

skripsi ini maka perlu kiranya penulis menegaskan istilah tersebut

1. Zakat

Perkataan zakat berasal dari kata zaka artinya tumbuh dengan

subur. Makna lain kata zaka, sebagaimana digunakan dalam al-Qur‟an

adalah suci dari dosa. Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan zakat itu

artikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika

pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam,

harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci

dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya)

(Daud, 1988: 12).

Dapat dirumuskan zakat adalah distribusi kekayaan dikalangan

umat Islam, untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya

dengan orang miskin dan menghindari pemupukan kekayaan ditangan

seseorang.

Sebagaimana firman Allah:

لح ا انص أق اكع اسكعا يع انش كبح آرا انض

Artinya : “ dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah

beserta orang-orang yang ruku’”. (QS. Al-Baqarah:43)

Zakat yang dapat dijadikan sebagai pengurang pajak hanyalah

zakat mal yang termaktub dalam Pasal 4 UU No 23 Tahun 2011 bahwa “

Page 25: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

9

zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah, zakat mal sendiri meliputi (a)

emas, perak, dan logam mulia lainnya (b) uang dan surat berharga

lainnya (c) perniagaan (d) pertanian, perkebunan dan kehutanan (e)

peternakan dan perikanan (f) pertambangan (g) perindustrian (h)

pendapatan dan jasa (i) rikaz. Zakat mal yang dimaksud dalam pasal ini

merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau badan

usaha. Syarat dan tata cara perhitungan zakat mal dan zakat fitrah

dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.”

2. Pajak Penghasilan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai

pemugutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh

penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah

sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan

sebagainya (Soemitro, 1988:1).

Pajak menurut para ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan

terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan

ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya

untuk membiayai pengeluaran umum satu pihak untuk merealisir

sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain

(Qardhawi:999).

Pajak adalah gejela masyarakat, artinya pajak hanya ada didalam

masyarakat. Jika tidak ada masyarakat, tidak akan ada pajak. Masyarakat

Page 26: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

10

adalah kumpulan manusia yang ada pada suatu waktu yang berkumpul

untuk tujuan tertentu (Hafidudin, 2002:14).

3. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga yang

melakukan pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS merupakan

lembaga pemerintah nonstrultural yang bersifat mandiri dan

bertanggungan jawab kepada presiden melalui Menteri Agama.

BAZNAS sendiri dibentuk berdasarkan UU No 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan BAZNAS pertama kali

ditetapkan dengan Keputusan Presiden No 8 Tahun 2001 tentang Badan

Amil Zakat Nasional sesuai amanat UU No 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat yang berlaku saat itu. Setelah perubahan regulasi

BAZNAS berstatus sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang

bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri

Agama.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh

mahasiswa sebelumnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan diteliti

oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review, yaitu:

Dalam bentuk skripsi, studi tentang zakat dan pajak telah banyak

dilakukan. Adapun yang membahas tentang zakat dan pajak salah satunya

adalah Penelitian yang dilakukan oleh Mariah. Dengan judul “Zakat sebagai

pengurang penghasil kena pajak (studi terhadap pelaksanaan UU zakat di

Page 27: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

11

kabupaten Bekasi)” penelitian ini menjawab bahwa adanya UU Nomor 17

tahun 2000 bahwasanya zakat dapat menjadi pengurang penghasilan kena

pajak sehingga dapat mengurangi beban ganda kewajiban yang harus dibayar

oleh orang muslim. UU tersebut cukup berhasil menjawab permasalahan

kewajiban antara zakat dan pajak, namun pelaksanaannya nampaknya belum

bisa maksimal. Dalam skripsi ini pengurangan pajak yang dilakukan adalah

menggunakan UU yang lama dimana posisi Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) sangat tidak berperan dalam pemerintah, berbeda dengan UU

yang baru dimana posisi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) berada

dalam lembaga nonstruktur pemerintah. Selain itu, pelaksanaan yang ada

dalam skripsi ini hanya menggambarkan pelaksanaan di Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) saja tanpa memperdulikan pelaksanaan dikantor

pajaknya.

Skripsi Mia Yulfitria dalam skripsi yang berjudul “Sikap Masyarakat

atas Kewajiban Ganda Membayar Zakat dan Pajak (Studi di Desa Sitimulyo,

Piyungan, Bantul, Yogyakarta)”, dimana masyarakat cenderung untuk lebih

memilih membayar pajak dari pada membayar zakat, karena mereka lebih

cenderung membayar zakatnya langsung kepada orang-orang yang

membutuhkan yang berada di lingkungan sekitarnya daripada

membayarkannya di lembaga zakat dengan tujuan agar lebih mudah. Skripsi

ini cenderung mengkaji sikap seseorang dalam membayar zakat tidak

menyangkut tentang mekanisme pengurangan pajak bagi pembayar zakat

yang penyusun lakukan.

Page 28: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

12

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hasan. Dengan judul “Pengaturan

Zakat dan Pajak untuk Keadilan Sosial (Studi Pemikiran Masdar Farid

Mas‟udi)” penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya spirit zakat itu

sama dengan spirit pajak yang sepenuhnya dipergunakan untuk kesejahteraan

rakyat dan operasional negara, bahwasanya Masdar ingin mengembalikan

konsep zakat dan pajak seperti zaman Rasullah SAW, yakni dikelola

sepenuhnya oleh Negara, namun untuk konteks Negara Indonesia yang

berbentuk Republik maka zakat dan pajak harus disatukan agar tidak terjadi

dua beban kewajiban terutama pada orang Islam. Pemikiran Masdar untuk

menyatukan zakat ke dalam pajak adalah berdasarkan dalil qath’i dan zanni.

Penelitian membahas pemikiran tokoh terhadap penyatuan zakat dan pajak

tentunya sangat berbeda dengan pelaksanaan atau mekanisme pengurangan

pajak bagi pembayar zakat.

Dari sekian banyak yang membahas antara zakat dan pajak, maka

penulis membahas tentang pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi

pembayar zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Semarang pasca berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat.

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu dengan pendekatan

yuridis normatif empiris. Penulis meneliti Pelaksanaan terhadap

pengurangan pajak bagi pembayar zakat yang kemudian mencocokkan

Page 29: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

13

dengan Undang-Undang yang ada. Kemudian mengenai implementasi

ketentuan hukum yang ada dalam pelaksanaan pengurangan pajak.

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini penulis hadir di Kantor BAZNAS Kabupaten

Semarang dan KPP Pratama Salatiga untuk mengetahui secara langsung

bagaimana proses pelaksanaan pengurangan pajak bagi pembayar zakat.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Kabupaten Semarang Jl.

Slamet Riyadi No.03 Ungaran dan KPP Pratama Salatiga Jl. Diponegoro

No. 163, Sidorejo Lor Kota Salatiga.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

responden dan yang diperoleh dari lapangan yang menjadi objek

penelitian (Munawaroh, 2012:82).

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2000: 90).

Dalam penelitian yang menjadi informan adalah pegawai

BAZNAS, pegawai KPP Pratama Salatiga, dan wajib pajak yang

membayarkan zakatnya di BAZNAS.

Page 30: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

14

2) Dokumen

Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan adalah

formulir, surat keterangan dan surat-surat penting yang

berhubungan dengan pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan

bagi pembayar zakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang digunakan untuk

mendukung data primer. Misalnya berupa Undang-Undang No 23

Tahun 2011, buku-buku atau hasil penelitian yang terkait dengan

pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat.

5. Teknik pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya ditempat

penelitian. Pada pengumpulan data secara primer, penulis menggunakan

beberapa teknik guna memperoleh data antara lain:

a. Observasi adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik mengenai fenomena yang diteliti (Parmono: 131). Pada

pedoman ini berisi tentang pengamatan peneliti terhadap kesesuaian

pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang pasca

berlakunya Undang-Undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat hasil dari informasi tersebut hingga kendala-kendala yang

dihadapi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Semarang mengenai pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar

Page 31: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

15

zakat.

b. Wawancara/ interview adalah metode pengumpulan data dengan

proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih

saling berhadapan secara fisik Wawancara yang akan dilakukan oleh

peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Dalam

wawancara terstruktur ini, peneliti akan memberikan pertanyaan

terhadap pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang mengenai

pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat dan

mencatat/merekam setiap hasil wawancara yang sudah dilaksanakan.

c. Dokumentasi adalah merupakan teknik pengumpulan data yang

peneliti gunakan untuk mengumpulkan data dari dokumen yang ada

kaitannya dengan penelitian skripsi.

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

yaitu menganalisa data yang tersedia dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri

sendiri maupun orang lain (Sugiyono: 244). Analisis data dianalisa secara

induktif yaitu dengan cara pengambilan kesimpulan dimulai dari

pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat

Page 32: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

16

umum (Munawaroh, 2012:20). Mengumpulkan informasi dari Pengurus

BAZNAS dan Pegawai KPP Pratama Salatiga.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu

tahap pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang

masih kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data

banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat

data yang tidak relavan dan kurang memadai maka akan dilakukan

penyaringan data sekali lagi dilapangan, sehingga data tersebut memilki

kadar validitas yang tinggi.

Moleong (2011) berpendapat bahwa dalam pengertian diperlukan

suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh

keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan

teknik trianggulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

suatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding

terhadap data. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

trigulasi sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu alat

yang berbeda dalam metode kualitatif. Sehingga perbandingan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap bagaimana

pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar zakat di

BAZNAS Kabupaten Semarang pasca berlakunya UU No 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat.

Page 33: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

17

8. Tahap-tahap Penelitian

Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis

melakukan penelitian pendahuluan terhadap pelaksanaan pengurangan

pajak penghasilan bagi pembayar zakat dengan bertanya kepada Pengurus

BAZNAS dan Pegawai KPP Pratama Salatiga serta mengetahui

hambatan-hambatan pelaksanaan pengurangan pajak penghasilan bagi

pembayar zakat. Kemudian membuat proposal penelitian dilanjutkan

dengan melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian tersebut.

H. Sistematika penulisan

Untuk mengetahui gambaran tentang isi dan mempermudah

pembaca dalam memahami sistematika penulisan penelitian ini,

berikut kami sampaikan penjelasannya:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa teori-teori yang

berkaitan dengan judul skripsi ini diantaranya tentang tinjauan umum

tentang zakat dan pajak, dan pajak menurut syariat.

Page 34: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

18

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN ZAKAT DI BADAN AMIL

ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG

Dalam bab ini membahas data dan pelaksanaan pembayaran zakat di

BAZNAS Kabupaten Semarang berisi tentang gambaran umum BAZNAS

Kabupaten Semarang dan analisisnya.

BAB IV PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN

BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI KPP PRATAMA SALATIGA

Dalam bab ini membahas mengenai analisis pelaksanaan pengurangan

pajak penghasilan bagi pembayar zakat di KPP Pratama Salatiga dan

analisisnya serta hambatan-hambatan yang dihadapi terkait pelaksanaan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran.

Page 35: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki

posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi

ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.

Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun

ketiga) dari rukun Islam yang lima (Hafidhuddin, 2002: 1).

Secara etimologis kata zakat berasal dari kata dasar zaka yang

berarti suci, berkembang, tumbuh, bersih, baik. Tetapi yang terkuat

kata zaka berarti bertambah dan tumbuh sehingga bisa dikatakan

tanaman itu zaka artinnya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang

tumbuh disebut zaka artinya bertambah (Ali, 1995: 231).

Secara terminologis zakat didefenisikan sebagai bagian tertentu

dari sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk sejumlah orang

yang berhak menerimanya, dengan syarat tertentu pula(Hafidhuddin,

2007:108).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zakat

itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah

SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang

Page 36: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

20

berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hal ini

sebagaimana dinyatakan dalam surah at-Taubah ayat 103 dan surah ar-

Ruum ayat 39 :

ى إ صم عه ى ثب رضك ى صذقخ رطشى ان أي خز ي

ع عهى ع هللا نى صلرك عك

Artinya: ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman

jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.” (QS. At-Taubah:103)

يب ذ هللا ال انبط فل شث ع ف أي سثب نشث زى ي يب آر

ضعف ئك ى ان فؤن خ هللا صكبح رشذ زى ي آر

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan

agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak

menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat

yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang

berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya).”(QS. Ar-Rum:39).

Qardhawi menjelaskan bahwa selain sebagai sarana untuk

menyucikan jiwa dan harta, zakat juga merupakan tips bagi jaminan

perlindungan, pengembangan dan pengaturan peredaran serta distribusi

kekayaan.

Cara memanfaatkannya didasarkan pada fungsi sosialnya bagi

kepentingan masyarakat yang menyentuh kalangan miskin maupun

kaya. Selain itu dalam pandangan ajaran Islam, didalam harta orang

kaya terdapat harta orang miskin dan penekun agama yang harus

Page 37: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

21

dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, shadaqoh, dan sebagainya.

Perintah menafkahkan harta guna membantu mereka yang kurang

beruntung dan tekun menegakkan syiar agama merupakan ibadah yang

berdimensi prinsip keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan

(Khasanah, 2010: 52).

Dalam al-Quran zakat disebut sebanyak 82 kali. Antara lain

terdapat dalam surah al-Baqarah: 43, surah al-An‟am: 141, yaitu:

اكع اسكعا يع انش كبح آرا انض لح ا انص أق

Artinya : “ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”. (QS. Al-Baqarah:43)

Selain dalam al-Qur‟an, perintah zakat juga terdapat dalam

hadist. Antara lain yaitu hadist dari Ibnu „Umar radhiyallahu „anhuma,

ia berkata Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

عجذ هللا ح أث عجذ انش هللا ع انخطبة سض ش ث ع ث

اإلعلو عه ل : ث ل هللا صه هللا عهى ق عذ سع ب قبل : ع ع

لح إقبو انص ل هللا ذا سع يح أ ل إن إل هللا ظ : شبدح أ خ

زبء انض إ .]سا انزشيز يغهى [ و سيضب ص ذ حح انج كبح

Artinya: “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-

Khottob radiallahuanhuma, dia berkata : saya mendengar Rasullah

Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima

perkara; Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain

Allah dan bahwa nabi muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,

menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa ramadhan.”

(HR.Turmuzi dan Muslim)

Page 38: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

22

2. Pihak yang Berhak atas Zakat (Mustahiq)

Dalam firman Allah surah at-Taubah : 60 disebutkan:

ف ؤنفخ قهثى ان ب عه انعبيه ك غ ان ذ نهفقشاء ذق ب انص إ

عهى هللا هللا جم فشضخ ي انغ اث ف عجم هللا انغبسي قبة انش

حكى

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk

orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,

para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,

orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka

yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana.” (QS At-Taubah : 60)

Para ulama‟ masih memilah-milih mereka yang berhak atas

zakat tersebut, sebab pada suatu kesempatan, ketika berhadapan

dengan orang miskin yang berbadan kuat, Nabi SAW tidak langsung

memberikan zakat melainkan lebih dahulu bertanya: “Kalau kamu

mau, aku beri kamu shadaqah, tetapi orang yang kaya yang berbadan

kuat hendaklah mengupayakan untuk tidak menerima zakat.”

Berdasarkan hadist ini, para ulama mengkategorikan antara mereka

yang lebih berhak dan yang kurang berhak.

Menurut QS. At-Taubah yang lebih berhak antara lain: (1)

Orang-orang Fakir Miskin yang lemah; (2) Orang-orang Fakir Miskin

yang tidak pernah meminta-minta; (3) Orang-orang yang tekun

menuntut ilmu. Sedangkan mereka yang kurang berhak anatara lain:

Page 39: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

23

(1) yang kuat dan masih mampu, dan (2) orang yang hanya beribadah

dan sangat jarang bermuamallah.

Adapun dari delapan asnaf itu Khasanah (2010:39)

mengatakan di Indonesia tinggal tujuh asnaf saja karena asnaf riqab

yang dalam arti memerdekakan budak di Indonesia tidak ada (karena

Indonesia tidak ada budak) untuk keputusan ini maka Majelis Ulama‟

Indonesia (MUI) mengalokasikan dana riqab untuk diberikan kepada

para PSK (Pekerja Seks Komersoal) yang tertindas dan mengangkat

mereka dari lembam hitam tersebut. Untuk menjelaskan kedelapan

asnaf tersebut pemerintah dalam hal ini Departemen Agama sudah

menguraikan walaupun masih perlu lebih rinci lagi yaitu;

a. Fakir, yang dimaksud kafir dalam persoalan zakat ialah orang yang

tidak mempunyai barang yang berharga, kekayaan dan usaha

sehingga dia sangat perlu ditolong keperluannya.

b. Miskin, yang dimaksud miskin dalam persoalan zakat ialah orang

yang mempunyai barang yang berharga atau pekerjaan yang dapat

menutup sebagian hajatnya akan tetapi tidak mencukupinya.

c. Amil, yang dimaksud Amil adalah orang yang ditunjuk untuk

mengumpulkan zakat, menyimpannya, membagikannya kepada

yang berhak dan mengerjakan pembukuannya.

d. Muallaf, yang dimaksud muallaf disini ada 4 macam yaitu; (1)

Muallaf ialah orang yang sudah masuk Islam tetapi niatnya atau

imannya masih lemah, maka diperkuat dengan memberi zakat (2)

Page 40: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

24

orang yang telah masuk Islam dan niatnya cukup kuat, dan ia

terkemuka dikalangan kaum-Nya, dia diberi zakat dengan harapan

kawan-kawannya akan tertarik masuk Islam. (3). Muallaf yang

dapat membendung kejahatan orang kaum kafir disampingnya. (4)

Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang yang

membangkang membayar zakat. Bagian ketiga dan keempat kita

diberi zakat sekiranya mereka perlukan, sedangkan golongan

pertama dan kedua maka akan kita beri zakat tanpa syarat.

e. Riqab, artinya mukatab ialah budak belian yang diberi kebebasan

usaha mengumpulkan kekayaan agar dapat menebus dirinya untuk

merdeka. Untuk asnaf ini di Indonesia tidak ada dan belum ada

penjelasan dari ulama Indonesia bahwa bagian untuk asnaf ini bisa

dialokasikan ke asnaf yang lainnya.

f. Gharim, yang dimaksud gharim disini ada 3 macam, yaitu (1)

Orang yang meminjamkan guna menghindarkan fitnah atau

mendamaikan pertikaian/ permusuhan (2) Orang yang

meminjamkan guna keperluan diri sendiri atau keluarganya untuk

hajat yang mubah (3) orang yang meminjamkan karena tanggungan

misalnya para pengurus masjid, madrasah/ pesantren menanggung

pinjaman guna keperluan masjid madrasah atau pesantren ini.

g. Sabilillah, yang dimaksud sabilillah ialah jalan yang dapat

menyampaikan sesuatu karena ridho Allah baik berupa ilmu

maupun amal. Pada zaman sekarang sabillah bisa diartikan guna

Page 41: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

25

membiayai syiar Islam dan mengirim mereka ke lokasi non muslim

atau tempat minoritas muslim guna menyiarkan Agama Islam oleh

Lembaga-lembaga Islam yang cukup teratur dan terorganisasi.

Termasuk sabillillah ialah menafkahkan pada guru-guru sekolah

yang mengajar ilmu syariat dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan

oleh masyarakat umum.

h. Ibnu sabil, yang dimaksud ibnu sabil ialah orang yang adakan

perjalanan dari negara dimana dikeluarkan zakat atau melewati

negara itu. Akan diberi zakat jika memang menghendaki dan tidak

berpergian untuk maksiat. Bagian ini tidak setiap waktu ada, akan

tetapi baiknya disediakan sekadarnya.

3. Prinsip, Fungsi dan Tujuan Zakat

Zakat merupakan salah satu komponen dalam sistem

kesejahteraan Islam. Oleh karena itu zakat memiliki beberapa tujuan,

antara lain:

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari

kesulitan hidup serta penderitaan.

b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para

mustahiq.

c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat

muslim dan manusia pada umumnya.

d. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta

Page 42: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

26

e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati

orang-orang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang

miskin dalam suatu masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang,

terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

Sebagai ibadah yang mengandung prinsip multidimensional,

zakat mengandung enam prinsip yang harus dipahami, yaitu: (Ali,

1988: 39)

a. Prinsip keyakinan keagamaan (faith), menyatakan orang yang

membayar zakat yakin bahwa pembayarannya tersebut

merupakan salah satu manifestasi kenyakinan agamanya,

sehingga kalau orang yang bersangkutan belum membayarkan

zakatnya, belum merasa sempurna ibadahnya.

b. Prinsip pemerataan dan keadilan, cukup jelas menggambarkan

tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah

diberikan Tuhan kepada umat manusia

c. Prinsip produktifitas dan kematangan, menekankan bahwa zakat

memang wajar harus dibayar karena kepemilikan tertentu telah

menghasilkan produk tertentu. Dan hasil (produksi) tersebut

Page 43: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

27

hanya dapat dipungut setelah jangka waktu satu tahun yang

merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu.

d. Prinsip nalar, yaitu orang yang diharuskan bayar zakat adalah

seseorang yang berakal sehat dan bertanggung jawab. Dari sinilah

ada anggapan bahwa orang yang belum dewasa dan tidak waras

beban dari zakat yang dalam hal ini merupakan suatu ibadah.

e. Prinsip kebebasan, menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh

orang yang bebas dan sehat jasmani dan rohaninya, yang merasa

mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk

kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut untuk seseorang yang

dihukum atau orang yang sedang sakit jiwa.

f. Prinsip etika dan kewajaran, menyatakan bahwa zakat tidak akan

diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang

ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena

pemungutan itu orang yang membayarnya akan menderita

(Djuanda, 2006:15).

Zakat memiliki hikmah dan manfaat yang demikian besar dan

mulia, baik yang berkaitan dengan yang berzakat (muzakki),

penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun

bagi masyarakat keseluruhan.

Adapun hikmah dan manfaat zakat menurut Hafidhuddin

(2002: 10) dapat disimpulkan menjadi tujuh aspek, yaitu:

Page 44: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

28

a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri

nikmatnya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa

kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan

matrealistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus

membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

Dengan bersyukur, harta dan nikmat akan semakin

bertambah dan berkembang, sebagaimana firman Allah:

عزاث نشذذ نئ كفشرى إ سثكى نئ شكشرى ألصذكى إر رؤر

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu

memaklumkan; “sesungguhnya jika kamu bersyukur; pasti kami

akan menambah (nikmat) padamu, dan jika kamu mengingkari

(nikmati-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS.

Ibrahim:7)

b. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir

miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera,

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan

layak.

c. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang

berkecukupan hidupnya dan para mujtahid yang seluruh

waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah.

d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana

maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam seperti sarana

ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus

sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim.

Page 45: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

29

e. Memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Sebab zakat itu

bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi

mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita

usahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT.

f. Sebagai instumen pemerataan pendapat

g. Sebagai bukti bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk

mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan

yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan

keluarganya dan juga berlomba-lomba menjadi muzakki.

4. Macam-macam Zakat

Zakat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu:

a. Zakat nafs (jiwa) atau zakat fitrah

Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (zakah al-nafs) yaitu

kewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang

sudah dewasa maupun belum dewasa, dan dibarengi dengan

ibadah puasa (shaum). Zakat fitrah mempunyai fungsi antara lain

sebagai berikut:

1) Fungsi ibadah

2) Fungsi membersihkan orang yang berpuasa dari ucapan dan

perbuatan yang tidak bermanfaat.

3) Memberikan kecukupan kepada orang-orang miskin pada

hari raya fitri.

Page 46: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

30

Zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum shalat idul fitri.

Namun, ada pula yang membolehkan mengeluarkannya mulai

pertengahan bulan puasa. Bukan dikatakan zakat fitrah apabila

dilakukan setelah shalat idul fitri. Ini pendapat yang paling kuat.

Zakat fitrah dibayarkan sesuai dengan kebutuhan pokok di

suatu masyarakat, dengan ukuran yang juga disesuaikan dengan

kondisi ukuran atau timbangan yang berlaku, juga dapat diukur

dengan satuan uang. Di Indonesia, zakat fitrah diukur dengan

timbangan beras sebanyak 2,5 kilogram (Mursyiadi, 2006: 78).

b. Zakat mal (harta/kekayaan)

Zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta, apabila

harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Qardhawi,

2002: 121) Dalam bukunya “Hukum Zakat” menjelaskan

mengenai kekayaan yang wajib dizakati, yaitu:

1) Zakat binatang ternak

2) Zakat emas dan Perak

3) Zakat dagang

4) Zakat pertanian (tanaman dan buah-buahan)

5) Madu dan produksi hewan

6) Barang tambang dari hasil laut

7) Investasi pabrik, gedung

8) Zakat pendapatan usaha (profesi)

Page 47: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

31

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

setiap harta kekayaan yang produktif dan bernilai ekonomis

apabila mencapai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Seperti pada surah Al-Baqarah ayat 267 yaitu sebagai berikut:

ب أخشخب ي ذ يب كغجزى ا أفقا ي طج ءاي ب ٱنز ؤ

إل نغزى ثـ بخز رفق ا ٱنخجث ي ل ر ٱألسض نكى ي

غ ٱلل ا أ ٱعه ضا ف ذ أ رغ ح

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah

(di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan

sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.

Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji. (QS.Al-Baqarah: 267)

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa kewajiban

mengeluarkan zakat itu dikenakan pada setiap harta kekayaan

yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula, baik hasil

usaha atau jasa, maupun berupa buah-buahan, binatang ternak,

dan kekayaan lain-lainnya.

Selain di nashkan dalam Al-Qur‟an jenis-jenis zakat juga

disebutkan dalam Pasal 4 UU No 23 Tahun 2011 bahwa “ Zakat

meliputi zakat mal dan zakat fitrah, zakat mal sendiri meliputi (a)

emas, perak, dan logam mulia lainnya (b) uang dan surat berharga

lainnya (c) perniagaan (d) pertanian, perkebunan dan kehutanan (e)

peternakan dan perikanan (f) pertambangan (g) perindustrian (h)

Page 48: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

32

pendapatan dan jasa (i) rikaz. Zakat mal yang dimaksud dalam pasal

ini merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau

badan usaha. Syarat dan tata cara perhitungan zakat mal dan zakat

fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.”

5. Zakat Profesi

Sebelum menjelaskan mengenai zakat profesi terlebih dahulu

perlu adanya pengertian tentang zakat profesi. Zakat profesi terdiri dari

dua kata yaitu zakat dan profesi.

Dalam teori diatas telah dijelaskan mengenai pengertian zakat

baik dari bahasa maupun istilah yang dapat disimpulkan zakat adalah

hak yang dikeluarkan dari harta atau badan setelah mencapai nisabnya.

Sedangkan mengenai profesi, profesi sendiri dalam kamus

Bahasa Indonesia disebutkan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran, dan sebagainya).

Dari definisi zakat dan profesi diatas dapat disimpulkan zakat

profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi bila

mencapai nisab.

Dalam firman Allah SWT menjelaskan tentang zakat profesi

dalam surah al-Baqarah (2): 219

Page 49: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

33

ب إث فع نهبط ي ب إثى كجش غش قم ف ٱن ش ٱنخ غـ هك ع

نكى ٱلل نك ج كز قم ٱنعف غـ هك يبرا فق ب أكجش ي فع

ش ذ نعهكى رزفك ٱلءا

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan

judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan

beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar

dari manfa’atnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka

nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah

Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.“

(QS.Al-Baqarah: 219)

Jenis-jenis usaha yang berhubungan dengan profesi seseorang.

Apabila ditinjau dari bentuknya, usaha profesi tersebut bisa berupa:

a. Usaha Fisik, seperti pegawai

b. Usaha pikiran, seperti konsultan,desainer dan dokter

c. Usaha modal, seperti investasi

Sedangkan apabila ditinjau dari hasil usahanya profesi bisa

berupa:

a. Hasil teratur dan pasti, baik setiap bulan, minggu atau hari; seperti

upah, pekerja dan gaji pegawai.

b. Hasil yang tidak tetap dan tidak dapat diperkirakan, seperti

kontraktor, pengacara, royalti pengarang, konsultan dan artis

Dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3

Tahun 2003 yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap

pendapatan seperti gaji, honorium, upah, jasa, dan lain-lain yang

Page 50: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

34

diperoleh dengan cara halal, baik, rutin seperti pejabat negara, pegawai

atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara,

konsultan dan sejenisnya serta pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan bebas lainnya.

Ada beberapa pendapat Mengenai Nisab dan kadar zakat

profesi yaitu:

a. Menganalogikan zakat profesi kepada hasil pertanian, baik nishab

maupun kadar zakatnya. Dengan demikian nishab zakat profesi

adalah 520 kg beras dan kadarnya 5% atau 10% (tergantung

kadar keletihan yang bersangkutan) dan dikeluarkan setiap

menerima tidak perlu menunggu batas waktu setahun.

b. Menganalogikan dengan zakat perdagangan atau emas.

Nishabnya 85 gram emas, dan kadarnya 2,5 %. Dan dikeluarkan

setiap menerima, kemudian perhitungannya diakumulasikan atau

dibayar diakhir tahun.

c. Menganalogikan nishab zakat penghasilan dengan hasil pertanian.

Nishabnya senilai 520 kg beras, sedangkan kadarnya

dianalogikan dengan emas yaitu 2,5 % . Hal tersebut berdasarkan

qiyas atas kemiripan terhadap karakteristik harta zakat yang telah

ada.

Namun Majelis Ulama Indonesia telah memutuskan bahwa nishab

penghasilan halal adalah senilai emas 85 gram. Kadar zakat penghasilan

Page 51: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

35

adalah 2,5 %. Untuk waktu pengeluaran zakat penghasilan dilaksanakan

pada saat menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab,

maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun, kemudian zakat

dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.

B. Tinjauan umum tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian

pajak itu sendiri, seperti pengertian pajak menurut UU No. 28 tahun

2007 tentang perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) UU

ini mendefinisikan bahwa:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada warga negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dalam definisi ini GusFahmi (2011 : 25) mengatakan bahwa

pajak lebih ditekankan sebagai “kontribusi” rakyat kepada negara,

bukan lagi sekedar “iuran wajib”, bisa dipaksakan dalam

pemungutannya, dan ditujukan untuk keperluan negara.

Pajak menurut prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H dalam

bukunya Mardiasmo (2009:1) :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

dan yang digunakan untuk membayar pengerluaran umum.”

Page 52: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

36

Pajak menurut soemitro dalam bukunya Sumarsan (2010: 4):

“Suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang

yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk

menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara,

negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak

tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan

pemerintahan. “

Pajak menurut P. J. A Andriani dalam bukunya Waluyo

(2009:2) :

”Pajak adalah iuran mayarakat kepada negara (yang dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan

prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan

pemerintah”

Dari definisi diatas maka karakteristik dari pajak dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) Pajak dipungut berdasarkan UU sehingga menjamin adanya

kepastian hukum;

b) Pembayaran pajak tidak menerima kontraprestasi secara langsung

dari pemerintah;

c) Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau (wajib

pajak) sifatnya dapat dipaksakan;

d) Pajak dipungut oleh negara, baik lewat pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah;

e) Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Page 53: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

37

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban rakyat

kepada negara yang sifatnya memaksa dikuatkan adanya undang-

undang yang mengatur pelaksanaannya sehingga memiliki kepastian

hukum yang mengikat, yang diperuntukkan untuk kepentingan umum.

2. Fungsi Pajak

Pajak merupakan peranan penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiyai semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan, berdasarkan hal

tersebut menurut Supramono (2005: 2) maka pajak mempunyai

beberapa fungsi, yaitu:

a. Fungsi penerimaan (Budgetair)

Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai sumber

dana untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Biaya

ini diperoleh dari penerimaan pajak. Contoh : Pajak sebagai

sumber penerimaan APBN

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan negara dibidang sosial dan ekonomi.

Fungsi mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem

pajak. Contoh: Pengenaan pajak yang tinggi untuk minuman

keras, barang mewah, dan rokok diberlakukan agar konsumsi atas

produk tersebut dapat ditekan.

Page 54: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

38

3. Jenis Pajak

Menurut Resmi (2016: 7) Pajak memiliki beberapa jenis pajak

yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut

golongan, menurut sifat, menurut lembaga pemungutanya.

a. Menurut Golongan

1) Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh).

2) Pajak Tidak Langsung, pajak yang akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak

ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan

keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh : Pajak

Penghasilan (PPh)

b. Pajak Objektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban

membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek

pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh : Pajak

Page 55: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

39

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM), Pajak Bumi Bangunan (PBB).

c. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga negara pada umumnya. Contoh : PPh, PPN, PPnBM.

b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

tingkat (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak

kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing. Contoh : Pajak kendaraan

bermotor, Bea Balik Nama kendaraan bermotor, pajak

restoran, pajak hotel, pajak reklame dll.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Bukunya Sardana (2014: 3) Sistem pemungutan pajak

merupakan kewenangan yang diberikan kepada pihak untuk

melakukan perhitungan besarnya pajak yang harus dibayar. Sistem

pemungutan pajak ini terdapat 3 (tiga) bentuk yaitu:

a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pajak yang

memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus atau petugas

pajak) untuk menentukan pajak yang terutang. Ciri-ciri Official

Assessment System ini yaitu:

Page 56: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

40

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

berada pada fiskus;

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang yang timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak

atau surat pemberitahuan pajak terutang oleh fiskus.

Contoh dari Official Assessment System adalah Pajak Bumi

Bangunan (PBB).

b. Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan

pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung

jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang

harus dibayar. Ciri-ciri sitem pemungutan ini yaitu:

1) Pajak terutang dihitung sendiri oleh wajib pajak:

2) Wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar

sendiri pajak terutang yang seharusnya dibayar;

3) Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak

kecuali oleh kasus-kasus tertentu seperti adanya pemeriksaan

pajak keterlambatan pelaporan atau pembayaran.

c. Witholding Assessment System

Witholding Assessment System adalah suatu sistem yang

memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong

atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Page 57: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

41

Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain dapat

menjadi kredit pajak atau merupakan pelunasan atas pajak

terutang.

Di Indonesia telah menerapkan Official Assessment System

dalam pelaksanaan kewajiban pada Pajak Bumi Bangunan (PBB).

Dalam menetapkan besarnya PBB terutang dilakukan oleh

Direktur Jendral Pajak dengan menerbitkan Surat Pemberian

Pajak Terutang (SPPT). Sedangkan Indonesia juga menganut

sistem Self Assessment System sebagaimana telah terdapat

penjelasan dalam UU KUP yang menyatakan bahwa: wajib pajak

diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotong-royongan

nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga

dalam hal ini dapat terlaksana dengan lebih rapi, terkendali,

sederhana dan mudah untuk dipahami oleh para wajib pajak.

Selain itu Indonesia juga menjalankan sistem Witholding

Assessment sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang KUP dimana wajib pajak yang merupakan orang

pribadi atau badan yang meliputi sebagai pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Page 58: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

42

5. Tata Cara Pemungutan Pajak

Dalam Pemungutan Pajak menurut Siti Resmi (2016:8) dapat

dilakukan dengan 3 stelsel yaitu:

1) Stelsel Nyata (Rill)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek yang

sesungguhnya terjadi (untuk PPh maka objeknya adalah

penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat

dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah semua

penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak

diketahui.

2) Stelsel Anggapan (Fictive)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang

diatur oleh undang-undang sebagai contoh, penghasilan suatu

tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pajak

yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak

yang terutang tahun sebelumnya.

3) Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan

pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

6. Tarif Pajak

Dalam buku ciptaan Mardiasmo (2016:9) ada 4 macam tarif

pajak, yaitu:

Page 59: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

43

a) Tarif Sebanding/ Proposional

Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun

jumlah yang dikenal pajak sehingga besarnya pajak yang terutang

proporsionalnya terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam

daerah akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah tetap (sama) terhadap berapapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang

tetap. Contoh: Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet

giro sesuai dengan nilai nominal berapapun Rp.1000,00.

c) Tarif Progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17

Undang-Undang Pajak penghasilan 2008

Tabel 2.1

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah)

5%

(lima persen)

Page 60: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

44

Diatas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

Diatas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah)

25%

(dua puluh lima

persen)

Diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah)

30%

(tiga puluh persen)

Sumber: Primandita, Yuda, Aug: 2010

d) Tarif Degresif

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah

yang dikenai pajak semakin besar.

7. Pajak Penghasilan

Menurut Siti Resmi (2016:80) Pajak Penghasilan yaitu pajak

yang dikarenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.

Subjek pajak penghasilan berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No.

36 Tahun 2008, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi,

warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak, badan hukum, serta bentuk usaha tetap.

Subjek pajak dibedakan menjadi dua subjek pajak yaitu

Page 61: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

45

a. Subjek Pajak Dalam Negeri

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam

jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia.

2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang

memenuhi kriteria:

(a) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(b) Pembiyaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

(c) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah

Pusat atau pemerintah Daerah, dan

(d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan

fungsional negara.

(e) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak.

b. Subjek Pajak Luar Negeri

Adapun Subjek Pajak Luar Negeri meliputi:

Page 62: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

46

1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk

usaha tetap di Indonesia, dan

2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak

dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

c. Bentuk usaha tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang

dapat berupa:

(1) Tempat kedudukan manajemen;

(2) Cabang perusahaan;

(3) Kantor perwakilan;

Page 63: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

47

(4) Gedung kantor;

(5) Pabrik;

(6) Bengkel;

(7) Gudang;

(8) Ruang untuk promosi dan penjualan;

(9) Pertambangan dan penggalian sumber alam;

(10) Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

(11) Perikanan, perternakan, pertanian, perkebunan, atau

kehutanan;

(12) Pronyek kontruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

(13) Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau

orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam

jangka waktu 12 bulan;

(14) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang

kedudukannya tidak bebas;

(15) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang

menerima premi asuransi atau menanggung risiko di

Indonesia; dan

(16) Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang

dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara

transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha

melalui internet.

Page 64: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

48

Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan

ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak menurut keadaan yang

sebenarnya.

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 3 menjelaskan

beberapa yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 adalah

1) Kantor perwakilan negara asing.

2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Negara

Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh

penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3) Organisasi-organisasi internasional

4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional.

Yang menjadi objek pajak penghasilan berdasarkan UU No 36

Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) adalah pengahasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk:

Page 65: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

49

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan

dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-

undang ini.

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

3) Laba usaha

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen

dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian

sisa hasil usaha koperasi

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan

jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing

13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

14) Premi asuransi.

Page 66: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

50

Pasal 4 ayat 3 UU No 36 Tahun 2008 menjelaskan tentang

beberapa yang tidak termasuk objek pajak penghasilan diantaranya

adalah bantuan atau sumbangan, harta hibahan dan warisan. Termasuk

zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat

yang dibentuk oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat

yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi

pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga

keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang

diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya

diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

Yang akan dibahas oleh penulis adalah tentang pengurangan

pajak bagi pembayar zakat (muzakki) yang dikuatkan adanya Pasal 4

ayat 3 UU No 36 Tahun 2008 yang berisi pengecualian objek pajak

penghasilan.

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) menurut Siti Resmi

(2016:104) merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak

dikenakan pajak. Untuk menghitung besarnya Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya

dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penerapan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam

perhitungan PPh Pasal 21 orang pribadi Tahun Pajak 2017 dan 2016.

Penerapan tersebut ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak

atau awal bagian tahun pajak.

Page 67: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

51

Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Untuk Tahun

Pajak 2017 dan 2016 sebagai berikut:

(a) Rp.54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib

Pajak orang pribadi

(b) Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk

wajib pajak yang kawin

Tabel 2.2

Penerapan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam

perhitungan PPh Pasal 21 orang pribadi Tahun Pajak 2017

dan 2016 untuk Wajib Pajak Tidak Kawin

STATUS TK/0 TK/1 TK/2 TK/3

Wajib

Pajak

Rp.

54.000.000

Rp.

58.500.000

Rp.

63.000.000

Rp.

67.500.000

Penjelasan:

(a) TK/0 : Tidak kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar Rp.

54.000.000,00

(b) TK/1 : Tidak kawin memiliki 1 (satu) tanggungan PTKP sebesar

Rp. 58.500.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00)

(c) TK/2 : Tidak kawin memiliki 2 (dua) Tanggungan PTKP sebesar

Rp. 63.000.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00)

(d) TK/3 : Tidak kawin memiliki 2 (dua) Tanggungan PTKP sebesar

Rp. 67.500.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00)

Page 68: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

52

Tabel 2.3

Penerapan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam

perhitungan PPh Pasal 21 orang pribadi Tahun Pajak 2017

dan 2016 untuk Wajib Pajak sudah kawin dan isteri tidak

bekerja

STATUS K/0 K/1 K/2 K/3

Wajib

Pajak

Rp.

58.500.000

Rp.

63.000.000

Rp.

67.500.000

Rp.

72.000.000

Penjelasan:

(a) K/0 : kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar Rp. 58.500.000 (

Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00)

(b) TK/1 : kawin memiliki 1 (satu) Tanggungan PTKP sebesar Rp.

63.000.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00)

(c) TK/2 : kawin memiliki 2 (dua) Tanggungan PTKP sebesar Rp.

67.500.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00).

(d) TK/3 : kawin memiliki 3 (tiga) Tanggungan PTKP sebesar Rp.

72.000.000 ( Rp.54.000.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00).

Tabel 2.4

Penerapan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam

perhitungan PPh Pasal 21 orang pribadi Tahun Pajak 2017

dan 2016 untuk Wajib Pajak sudah kawin dan isteri bekerja

STATUS K/1/0 K/1/1 K/1/2 K/1/3

Page 69: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

53

Wajib

Pajak

Rp.

112.500.000

Rp.

117.000.000

Rp.

121.500.000

Rp.

126.000.000

Penjelasan:

(a) Untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung

dengan suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yangg

bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja dan/ atau isteri yang

memiliki usaha (penghasilan digabung dengan penghasilan

suami)

(b) K/1/0 : kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar

Rp.112.500.000 ( Rp. 54.000.000,00 + Rp. 54.000.000,00 + Rp.

4.500.000,00)

(c) TK/1/1 : kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar Rp.

117.000.000 ( Rp. 54.000.000,00 + Rp. 54.000.000,00 + Rp.

4.500.000,00 + Rp. 4.500.000,00)

(d) TK/1/2 : kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar Rp.

121.500.000 ( Rp. 54.000.000,00 + Rp. 54.000.000,00 + Rp.

4.500.000,00 + Rp. 4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00)

(e) TK/1/3 : kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar Rp.

126.000.000 ( Rp. 54.000.000,00 + Rp. 54.000.000,00 + Rp.

4.500.000,00 + Rp. 4.500.000,00+ Rp. 4.500.000,00+ Rp.

4.500.000,00).

Page 70: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

54

Dasar pengenaan Pajak Penghasilan untuk menghitung PPh,

terlebih dahulu harus diketahui dasar pengenaan pajaknya. Untuk

Wajib Pajak dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yang menjadi

dasar pengenaan pajaknya adalah Penghasilan Kena Pajak, sedangkan

untuk Wajib Pajak luar negeri, yang menjadi dasar pengenaan

pajaknya adalah penghasilan bruto.

Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan

dihitung sebesar penghasilan neto, sedangkan untuk Wajib Pajak orang

Tabel 2.5

Pribadi dihitung sebesar penghasilan neto dikurangi dengan

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Yang secara singkat

dirumuskan sebagai berikut.

Tabel 2.6

8. Wajib pajak

Wajib pajak menurut UU No 28 Tahun 2007 adalah orang

pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak , dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan kewajiban pajak menurut UU No 28 Tahun 2007

adalah sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Badan = Penghasilan Neto

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Orang Pribadi = Penghasilan Neto - PTKP

Page 71: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

55

a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan

objektif.

b. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

pengusaha dan tempat kegiatan usaha yang dilakukan untuk

dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,

dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka

arab, satuan mata uang rupiah, serta menandatangani dan

menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat wajib

pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan

oleh Direktur Jendral Pajak.

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia

dengan menggunakan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

e. Membayar dan menyetorkan pajak yang terutang dengan

menggunakan surat setoran pajak ke kas negara melalui tempat

pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

Page 72: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

56

f. Membayar atau menyetorkan pajak yang terutang dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat

pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri keuangan.

g. Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib

pajak badan, dan melakukan pencatatan bagi wajib pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

h. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan

bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. Selain itu juga

memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan serta memberikan keterangan lain yang diperlukan

apabila diperiksa.

Sedangkan hak-hak wajib pajak menurut UU Nomor 28 Tahun

2007 adalah sebagai berikut:

a. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) surat

pemberitahuan masa.

b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan

kriteria tertentu.

Page 73: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

57

c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT) pajak penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan

dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau

dengan cara lain kepada Direktur Jendral Pajak.

d. Membetulkan surat pemberitahuan yang telah disampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jendral

Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

pajak

f. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu:

1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

3) Surat Ketetapan Pajak Nihil

4) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

5) Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

g. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak

atas Surat Keputusan Keberatan.

h. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk

menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 74: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

58

i. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan

pembayaran pajak dalam hal wajib pajak menyampaikan

pembetukan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih

harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya UU No. 28 Tahun

2007 (Resmi, 2016: 23).

C. Pajak Menurut Syari’at

Secara etimologi, pajak dalam bahasa arab disebut dengan istilah

Dharibah yang berasal dari kata dasar ضشة ضشة ضشثب (dharaba,

Yadhribu, dharban) yang artinya mewajibkan, menetapkan, menentukan,

memukul, menerangkan atau membebankan, dan lain-lain (Munawwir,

Kamus Munawwir: 815 ).

Dalam Al-Qur‟an, kata dengan akar kata dha-ra-ba terdapat

beberapa ayat antara lain pada QS. Al-Baqarah : 61 :

احذ فبدع نب سثك طعبو صجش عه ن إر قهزى ب يع

عذعب فيب قثبئب ثقهب جذ األسض ي ب ر خشج نب ي

ثصهب قبل أرغزجذن جطا ش ا خ ثبنز أد انز

ثبءا غكخ ان نخ ى انز ضشثذ عه نكى يب عؤنزى يصشا فئ

Page 75: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

59

ان قزه ثآبد هللا ى كبا كفش نك ثؤ ر هللا ثغضت ي ج

كبا عزذ ا ب عص نك ث ش انحق ر ثغ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai

Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan

saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar

Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,

yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang

adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu

mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?

Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang

kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan

kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu

(terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan

membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian

itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui

batas.

Dharaba adalah bentuk kata kerja (fi’il), sedangkan bentuk kata

bendanya (isim) adalah dharibah ( ضشىجخ ) yang dapat berarti beban.

Dharibah adalah isim mufrad (kata benda tunggal) dengan bentuk

jamaknya adalah dharaaib ضشائت . ia disebut beban, karena merupakan

kewajiban tambahan atas harta setelah zakat, sehingga dalam

pelaksanaannya akan dirasakan sebagai sebuah beban (pikulan yang berat).

Dalam contoh pemakaian, jawatan perpajakan disebut maslahah adh-

dharaaib يغهحخ انضشائت.

Secara bahasa maupun tradisi, dharibah dalam penggunaannya

memang mempunyai banyak arti, namun para ulama dominan memakai

ungkapan dharibah untuk menyebutkan harta yang dipungut sebagai

kewajiban. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan bahwa jizyah dan kharaj

Page 76: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

60

dipungut secara dharibah, yakni secara wajib. Bahkan sebagian ulama

menyebut kharaj merupakan dharibah. Jadi dharibah adalah harta yang

dipungut secara wajib oleh Negara untuk selain jizyah atau kharaj,

sekalipun keduannya bisa dikategorikan dharibah.

Dalam buku GusFahmi (2011:28) menyebutkan berbagai istilah

Pajak yang diterjemahkan dari kitab Al-Ahkam al Sulthaniyah karya Imam

Mawardi, Kharaj diterjemahkan dengan kata pajak (pajak tanah),

sedangkan jizyah tidak diterjemahkan dengan pajak, melainkan tetap

disebut jizyah. Dalam kitab Shahih Abu Daud, seorang pemungut jizyah

diterjemahkan dengan seorang pemungut pajak, padahal yang dimaksud

adalah petugas jizyah. Dalam kitab Al-Umm karya Imam Syafi‟I jizyah

diterjemahkan pajak. Dari berbagai penerjemahan ini tampaknya

pengertian jizyah, kharaj, dan lain-lain disatukan kedalam istilah pajak.

Padahal seharusnya tidak demikian, masing-masing nama tentu berbeda

subjek dan objeknya.

GusFahmi juga menyebutkan, pajak dalam sistem ekonomi

konvensional (non Islam) disebut (tax) seperti dalam definisi pajak yang

dikemukan oleh Prof. Rahmat Soemitro pajak (tax) disini maknanya

adalah sebuah pungutan wajib berupa uang yang harus dibayar oleh

penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah

sehubung dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan lain-lain.

Jadi Pajak (tax) adalah harta yang dipungut dari rakyat untuk keperluan

pengaturan negara. Pengertian ini adalah realitas dari dharibah sebagai

Page 77: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

61

harta yang dipungut secara wajib dari rakyat untuk keperluan pembiyaan

Negara. Dengan demikian, dharibah bisa kita artikan dengan pajak

(muslim). Istilah dharibah dalam arti pajak (tax) secara syar‟i dapat

dipakai sekali pun istilah pajak (tax) itu berasal dari Barat, karena

realitasnya ada dalam sistem ekonomi Islam.

Untuk menghindari kerancunan makna antara pajak menurut

syariah dengan pajak (tax) non-Islam, maka Istilah dharibah sebagai

padanan dalam bahasa Arab. Dharibah sendiri adalah pajak tambahan

dalam Islam, yang sifat dan karakteristiknya berbeda dengan pajak (tax)

menurut teori ekonomi non-Islam.

Dengan mengambil istilah dharibah sebagai padanan pajak

dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pajak itu sesungguhnya adalah

beban tambahan yang ditimpakan kepada kaum Muslim setelah adanya

beban pertama, yaitu zakat. Sedangkan kharaj dan jizyah tidak dapat

menjadi padanan pajak secara umum dikarenakan kharaj sendiri obyeknya

tanah yang diberikan oleh non muslim kepada pemerintah. Demikian juga

jizyah obyeknya adalah jiwa yang juga diberikan oleh non muslim kepada

pemerintah. jadi yang paling tepat untuk mengartikan Pajak secara

padanan bahasa syariah adalah dharibah.

Ada tiga ulama yang memberikan definisi tentang pajak, yaitu

Yusuf Qardhawi dalam kitabnya fiqh az-Zakah, Gazy Inayah dalam

kitabnya Al-Iqtishad al-Islami az-Zakah wa ad-Dharibah, dan Abdul

Page 78: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

62

Qadim Zallum dalam kitabnya Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah,

ringkasannya sebagai berikut:

1. Dalam bukunya (Hafidhuddin, 1999: 998) Yusuf Qardhawi

berpendapat: “Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap

Wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan

ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan

untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan

tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.”

2. Dalam bukunya (Adnan,2003: 24 ) Gazy Inayah berpendapat : “Pajak

adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh

pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa

adanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan

kemampuan si pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi

kebutuhan pangan secara umum untuk memenuhi tuntutan politik

keuangan bagi pemerintah.”

3. Dalam bukunya (Ahmad, 2002: 138) Abdul Qadim Zallum ”Pajak

adalah harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum Muslim

untuk membiyai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang

memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi Baitul Mal tidak ada

uang/ Harta.”

Page 79: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

63

Dengan definisi diatas, jelas terlihat bahwa pajak adalah kewajiban

yang datang secara temporer. Diwajibkan oleh Pemerintah sebagai

pemasukan negara yang berfungsi untuk kemaslahatan ummat.

Menurut Ilfi (2008:43) pajak memang tidak sama dengan zakat,

namun membayar pajak yang dibebankan oleh Negara pada warganya

bukan sekedar kebolehan, tetapi merupakan kewajiban. Hal ini dilihatdari

penggunaan dana pajak itu sendiri untuk kemaslahatan ummat maka wajib

hukumnya membayar pajak. Hal ini diperkuat adanya hadist yang

diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, dari Syuraik, dari Hamzah, dari As-

Sya‟bi, dari Fatimah binti Qais:

عبيش ع د ث ثب األع حذ يذ ذ ث أح ذ ث ثب يح حذ

انشع ضح ع أث ح ظ قبنذ ششك ع ذ ق خ ث فبط ع ج

ف كبح فقبل إ انض عهى ع عه صه هللا عئم انج عؤنذ أ

خ انز ف انجقشح ا كبح ثى رل ز انض بل نحقب ع ان

خ ........ }ا ظ انج ه خك ا ن ر ش أ }

Artinya :“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin

Ahmad bin Madduwaih telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin

'Amir dari Syarik dari Abu Hamzah dari Asy Sya'bi dari Fathimah binti

Qais dia berkata, saya bertanya kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam

tentang zakat, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya pada harta ada

kewajiban/hak (untuk dikeluarkan) selain zakat." Kemudian beliau

membaca firman Allah Ta'ala yang terdapat dalam surat Al Baqarah:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan…(ayat) (HR. Tirmidzi)

Page 80: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

64

Yang dimaksud kewajiban selain zakat dalam hadist tersebut

adalah kewajiban sosial lainnya yaitu berupa pajak, sedekah sunnah, infaq,

hibah dan juga waqaf. Islam mengajarkan agar tidak hanya menunaikan

zakat yang terbatas jumlah dan pemanfaatannya, tetapi juga menganjurkan

membayar pajak, menunaikan sedekah sunnah dan juga infaq yang tak

terbatas jumlahnya sesuai kemampuan yang dimiliki, dan pemanfaatannya

pun sangat luas dan sangat fleksibel.

Page 81: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

65

BAB III

PELAKSANAAN PEMBAYARAN ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN

SEMARANG

A. Tinjauan Umum tentang BAZNAS Kabupaten Semarang

1. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang

Pada awal berdirinya Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah

(BAZIS) Kabupaten Semarang ini didirikan atas dua dasar pertimbangan,

yakni pertimbangan hukum dan pertimbangan sosial religi. Latar belakang

pertimbangan hukum disebabkan keberadaan BAZIS merupakan

implementasi dari Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Zakat, Infaq, Shadaqah. (www.baziskabsemarang.com)

Sedangkan dasar pertimbangan sosio-religi berkaitan dengan

keadaan masyarakat Kabupaten Semarang dan tujuan dari zakat, infaq, dan

shadaqah. Hal ini tidak berlebihan karena mayoritas penduduk Kabupaten

Semarang adalah muslim. Selain itu, angka kemiskinan Kabupaten

Semarang mencapai 32% atau sekitar 233.000 orang. Oleh sebab itulah,

maka kemudian pada bulan Maret 2008 BAZIS didirikan.

BAZIS kemudian dikukuhkan oleh pemerintah Kabupaten

Semarang pada tanggal 28 Maret 2008 yang kemudian ditetapkan melalui

keputusan Bupati Semarang Nomor: 451.12/047/2008. Pada tahun 2008

juga BAZIS sudah mulai berjalan dengan baik namun belum optimal

dalam pengumpulan maupun pendayagunaanya.

Page 82: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

66

Setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah RI No 14 Tahun 2014,

mengenai pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011, BAZIS berubah nama

menjadi BAZNAS sesuai SK Dirjend No DJ.II/568 Tahun 2014 ditetapkan

pembentukannya sebagai BAZNAS Kabupaten yang merupakan lembaga

yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

2. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Semarang

Adapun Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional atau disingkat

BAZNAS kabupaten semarang adalah sebagai berikut:

a. Visi

Terlaksananya pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara

optimal dan profesional serta mandiri guna mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Semarang.

b. Misi

1) Mewujudkan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara

profesional, amanah, dan mandiri sesuai tuntunan agama;

2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyalurkan zakat,

infaq dan shadaqah;

3) Meningkatkan peran dan hasil guna zakat, infaq dan shadaqah;

4) Merubah mustahiq menjadi muzakki.

3. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

b. Keputusan Mentri Agama RI No: Kw.11.7/4/BA.03.2/2102/2014

c. Keputusan Bupati Semarang Nomor: 451.12/047/2008

Page 83: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

67

d. Peraturan Pemerintah RI No 14 Tahun 2014

4. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Semarang

Struktur organisasi merupakan kerangka atau bagian yang berisi

penggarisan atau penetapan tugas, tanggung jawab dan wewenang atas

setiap fungsi yang harus dijalankan oleh orang-orang yang berada didalam

organisasi tersebut. Dari struktur organisasi dapat dilihat pembagian dan

pendistribusian tugas dari atau setiap orang yang didalamnya secara tegas

dan jelas. Sehingga administrasi dan manajemen mempunyai peran

dominan didalam organisasi tersebut.

Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Semarang disahkan dengan Keputusan Bupati. Personalita pengurus Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang disahkan oleh

Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Semarang dan Kepala

Bagian Kesejahteraan rakyat Kabupaten Semarang setelah melakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Membentuk tim penyeleksi yang terdiri dari atas unsur Departemen

Agama, unsur Pemerintah Daerah, masyarakat dan unsur terkait.

b) Menyusun kriteria calon pengurus Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Semarang.

c) Mempublikasikan dan mensosialisasikan rencana pembentukan Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang

d) Melakukan penyeleksian terhadap calon Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Semarang.

Page 84: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

68

Susunan Organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten

Semarang terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawasan dan unsur

pelaksana. Sedangkan anggota pengurus Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Semarang terdiri atas unsur masyarakat dan

pemerintah. Adapun unsur masyarakat terdiri dari ulama‟, cendekiawan,

tokoh masyarakat, dan lembaga profesional. Sedangkan unsur pemerintah

terdiri dari Departemen Agama dan instansi terkait.

Tabel 3.1 Susunan Pengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Tingkat Kabupaten Semarang

Periode 2014-2017

Dewan Pertimbangan

Ketua Dr. Mundjirin ES, SpOG (Bupati

Semarang)

Wakil Ketua Bambang Kusriyanto (Ketua DPRD

Kabupaten Semarang)

Sekertaris Drs. Heru P

Wakil Sekertaris Drg. H. Saefudin Ali Anwar.

Anggota KH. Tadzkir Mansyur

KH. Imam Muhadi Al Hafidz

KH. Faturrahman

H. Ahmad Toha, S.H., M.M.

Drs. H. Mukadi

Tabel 3.2

Komisi Pengawas

Ketua Ir. H. Warnadi,MM (Wakil Bupati

Semarang)

Wakil Ketua Ketua Pengadilan Agama Kabupaten

Page 85: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

69

Semarang

Sekertaris Kabag. Hukum Setda Kabupaten

Semarang

Wakil Sekertaris Drs. H. Matori, M.Pd

Anggota Drs. H. Miftahuddin, S.H.

Drs. H.Syamani, M.M.

Drs. H. Tugiman

H. Abdullah Masykur, S.E., M.Si.

Drs. H. Achsin Ma‟ruf

Tabel 3.3

Dewan Pelaksana

Ketua Drs. H Anwar Hudaya, M.M.

(Sekertaris Daerah Kabupaten

Semarang)

Wakil Ketua I Drs. Subadi, M.Si. (Kepala

Kankemenag Kabupaten Semarang)

Wakil Ketua II Drs. H. Munashir, M.M.

Sekertaris Nur Edi Susilo, S.Ag, M.Si. (Gara

Syariah Kemenag Kabupaten

Semarang)

Wakil Sekertaris I Agus Sujiyatin (Kasubag Bina

Sosial Bag Kesra Setda)

Wakil Sekertaris II Ahmad Mujahidin, S.H.

Bendahara DR. H. Zahrul Faisal, S.Ag., S.H.,

M.Si.

Wakil Bendahara Moh. Edi Sukarno, S.Stp., M.M.

Seksi Pengumpulan Ir. Arif Sunandar

Muhammad Solichin, S.Ag., M.Si.

M. Taufiqurrahman, S.Ag., M.Si.

H. Subagiyo Santoso, S.Pdi,. M.Pd.

Seksi Pendistribusian Drs. H. Abdul Kholiq Rifai

Choirur Rozak. S.Pd. I.

Heru Mulyant, S.Pd. I.

Imam Nur Ihsan

Muhammad Muntaha, S.E.

Seksi Pendayagunaan H. Muhammad Sholeh Miyanto

Ali Ahsan, S.T., M.T.

Bambang Setia Budi, S.H.

Muhammad Maksum, S.Pd. I.

Indra Aris Uripno, S.Pt.

Seksi Pengembangan Drs. H. Soliminuddin.

Mu‟alim, S.Ag.

Page 86: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

70

Muhammad Asrofik

Marhani, S.Sos.I.

Sodri Said, S.Pd.I.

5. Tugas dan Fungsi Pokok BAZNAS Kabupaten Semarang

Tugas pokok BAZNAS Kabupaten Semarang adalah sebgai berikut:

a. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan

shadaqah sesuai dengan fungsi tujuannya;

b. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS bersifat objektif dan

transparan.

Fungsi pokok BAZNAS Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan program kerja;

b. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari

masyarakat termasuk pegawai di wilayah Kabupaten Semarang;

c. Pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan ketentuan

hukumnya;

d. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran

menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah;

e. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih

produktif dan terarah;

f. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat,

infaq, dan shadaqah yang diilaksanakan oleh pelaksana pengumpulan

BAZNAS;

Page 87: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

71

g. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan

Shadaqah dan lembaga Amil Zakat yang lain;

h. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan

zakat, infaq, dan shadaqah;

i. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-

tanggaan dan sumber daya manusia.

6. Layanan BAZNAS Kabupaten Semarang

Sesuai tugas fungsi pokoknya, BAZNAS Kabupaten Semarang

memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Semarang. BAZNAS

Kabupaten Semarang mengelola dan mendistribusikan dana ZIS dengan

memberikan berbagai pelayanan guna memenuhi dan membantu

kebutuhan masyarakat yang kurang mampu. Layanan tersebut ialah

sebagai berikut:

a. Beasiswa Pendidikan

Bantuan biaya pendidikan (beasiswa) dari BAZNAS

Kabupaten Semarang yang diprioritaskan bagi siswa kurang mampu

diwilayah Kabupaten Semarang.

b. Ambulan Gratis

BAZNAS kabupaten Semarang memberikan layanan ambulan

gratis bagi masyarakat yang kurang mampu.

Page 88: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

72

7. Pengumpulan dan Sumber Dana Keuangan BAZNAS Kabupaten

Semarang

Dalam melakukan pengumpulan, pengelolaan zakat, infaq dan

shadaqah BAZNAS dibantu UPZIS (Unit Pengumpulan Zakat, Infaq dan

Shadaqah). Dalam pelaksanaanya, UPZIS secara teknis dan taktis

operasional bertanggung jawab kepada kepala instansi yang bersangkutan

dan secara fungsional bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana

BAZNAS.

Dalam melaksanakan tugasnya, UPZIS mempunyai fungsi mendata

munfiq (pembayar zakat, infaq, shadaqah), dan mustahik di instansi tingkat

pemerintah, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, dan tingkat kelurahan.

Setelah mencatat, membukukan hasil pengumpulan zakat, infaq dan

shadaqah kemudian pengurus UPZIS menyetorkan hasil pengumpulan

zakat, infaq dan shadaqah kepada BAZNAS melalui bank yang ditunjuk

atau kepada bendahara BAZNAS. UPZIS tersebut tersebar diwilayah

Kabupaten Semarang. Sedangkan sumber keuangan BAZNAS Kabupaten

Semarang diperoleh dari:

a) SKPD Kabupaten Semarang, Pendapatan dana dari zakat dihitung

sebesar 2.5% dari para gaji pegawai perangkat daerah Kabupaten

Semarang. Sedangkan perolehan dana infaq, shadaqah, dan dana

sosial sejumlah pengeluaran sukarela dari para pegawai.

b) Instansi Vertikal Kabupaten Semarang, Menurut UU Nomor 23 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah. Instansi Vertikal adalah perangkat

Page 89: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

73

kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang

mengurus urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah

otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka dekonsentrasi.

Perolehan dana zakat ini dihitung sesuai dengan ketentuan zakat

sebesar 2,5 % dari gaji para pegawai. Sedangkan dana infaq, shadaqah

dan dana sosial pengeluaran sukarela para pegawai.

c) BUMN, BUMD, Bank dan Lembaga di Kabupaten Semarang,

Perolehan dana zakat ini dihitung sesuai dengan ketentuan yaitu

sebesar 2,5% dari gaji para pegawai atau sesuai pendapatan yang

diperoleh perusahaan pertahunnya. Sedangkan dana infaq, shadaqah

dan dana sosial pengeluaran sukarela dari para pegawai.

d) Perorangan, perolehan dana ZIS dari siapa saja yang memberikan

zakat atau sumbangan ke BAZNAS dengan mendatangi langsung ke

kantor.

e) BAZNAS tingkat kecamatan, perolehan dana ZIS dari BAZNAS

tingkat kecamatan Kabupaten Semarang. Dana ZIS yang sudah

dikumpulkan oleh BASNAS Tingkat kecamatan diserahkan langsung

ke BAZNAS Kabupaten Semarang untuk dikelola.

8. Penganggaran Dana BAZNAS

Sebagai badan pengelola zakat, infaq dan shadaqah, BAZNAS

Kabupaten Semarang menganggarkan dana ZIS tersebut sesuai undang-

undang dan pedoman Al-Qur‟an dan Hadist tentang pengelolaan dana

zakat. Penganggaran tersebut terbagi menjadi 2:

Page 90: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

74

a. Penganggaran operasional

Penganggaran pada pembiyaan operasional BAZNAS

Kabupaten Semarang diambil dari perolehan dana ZIS sebesar 12,5%.

Penganggaran tersebut digunakan untuk belanja amil/ pengurus

BAZNAS dan kebutuhan perlengkapan dan administrasi kantor

lainnya.

b. Penganggaran pentasyarufan

Penganggaran pentasyarufan (pendayagunaan/ pendistribusian

dana ZIS) ini merupakan anggaran dana ZIS yang nantinya akan

diberikan kepada mustahiq sesuai asnaf yang berhak untuk

menerimanya, baik secara langsung ataupun melalui program yang

sudah dibuat oleh pihak BAZNAS Kabupaten Semarang.

9. Pentasyarufan Dana ZIS

Tasyaruf adalah pengelolaan dan pembelajaran atau

pendayagunaan harta. Harta atau dana yang diperoleh BAZNAS adalah

dari pengumpulan zakat, infaq, shadaqah dan dana sosial. Harta tersebut

wajib untuk dikelola dengan baik untuk dapat didistribusikan kepada

masyarakat yang kurang mampu atau membutuhkan.

BAZNAS mendistribusikan zakat dengan membuat program-

program yang nantinya dapat memberikan bantuan dan santunan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pentasyarufan dari dana

zakat ialah:

Page 91: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

75

a. Kabupaten Semarang Peduli :

1) Bedah rumah

2) Faqir miskin (konsumtif)

3) Fisabilillah

4) Gharimin

5) Muallaf

6) Yatim piatu

7) Tanggap Peduli Bencana

8) Peduli Musafir

b. Kabupaten Semarang Sehat :

1) Ambulan gratis bagi dhuafa

2) Pembayaran Angsuran Ambulan

3) Bantuan Kesehatan

4) Khitanan anak sholeh

c. Kabupaten Semarang Cerdas : Beasiswa Pendidikan

d. Kabupaten Semarang Makmur

1) Mitra Usaha Mandiri

2) Bina Wirausaha

e. Kabupaten Semarang Takwa

1) Pusat Kajian Al-Qur‟an Braille

2) Silaturrahmi Ulama

3) Pentasyarufan Kecamatan

Page 92: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

76

10. Prosedur Pentasyarufan

Dari 8 asnaf (golongan), ada yang mempunyai hak menerima

bantuan, ada yang menerima hak santunan dan ada pula asnaf yang

disamping menerima hak santunan dan sekaligus dapat menerima hak

bantuan, yaitu fakir miskin. Dalam hal ini BAZNAS memberikan dana

untuk keperluan konsumtif, seperti untuk membeli makanan dan pakaian

dia menerima hak santunan. Tetapi bagi fakir miskin yang ingin berusaha

mandiri, dan karena itu kepadanya diberikan modal usaha, berarti dia

menerima bantuan.

Khusus bagi amilin, mereka adalah menerima hak imbalan. Karena

mereka bekerja yaitu memungut dan atau mengumpulkan ZIS maka

wajarlah mereka diberi imbalan.

Yang dimaksud dengan bantuan adalah dana yang diberikan oleh

BAZNAS yang dipergunakan untuk kepentingan usaha produktif, antara

lain:

a. Dana untuk membangun tempat ibadah, sarana prasarana pendidikan

Islam

b. Dana untuk membantu pelajar/ mahasiswa yang berupa beasiswa,

dana usaha seperti membuka warung nasi, jualan makanan, jualan

bakso dan lain-lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan santunan adalah pemberian

sejumlah uang dari BAZNAS kepada mustahik yang sedang dilanda

kesulitan terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif.

Page 93: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

77

Dalam perolehan bantuan mustahik harus mengajukan permohonan

kepada BAZNAS Kabupaten Semarang, dengan melengkapi persyaratan

yang ditentukan. Persyaratan dan prosedur tersebut sebagai berikut:

a. Bantuan Biaya Pendidikan

1) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada BAZNAS

2) Permohonan sebagaimana angka 1 dilampiri dengan persyaratan

sebagai berikut:

a) Foto copy ijazah terakhir yang dilegalisir

b) Foto copy raport 2 (dua) semester terakhir yang dilegalisir

c) Surat keterangan dari kelurahan dan kepala desa yang

menyatakan

d) Bertempat tinggal di wilayah Kabupaten semarang

(1) Belum menikah

(2) Tidak mampu

e) Surat keterangan dari sekolah atau perguruan tinggi yang

menyatakan

(1) Masih tercatat sebagai siswa atau mahasiswa

(2) Tidak sedang menerima beasiswa dari instansi lain

f) Surat pernyataan tertulis bermaterai dari siswa atau

mahasiswa, menyatakan kesediaan mematuhi peraturan yang

ditetapkan oleh BAZNAS.

g) Pas foto 2 lembar

Page 94: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

78

h) Persetujuan orang tua atau wali yang bersangkutan untuk

mendapatkan beasiswa dari BAZNAS.

i) Permohonan sebagaimana angka 1 selanjutnya diadakan

verifikasi oleh Seksi Pendistribusian BAZNAS Tingkat

Kecamatan atau Kabupaten.

j) Verifikasi sebagaimana angka 2 meliputi:

(a) Seleksi administrasi

(b) Wawancara langsung

(c) Peninjauan lapangan

3) Penentuan calon penerima bantuan ditetapkan oleh Ketua

Badan Pelaksana BAZNAS Kabupaten berdasarkan hasil

verifikasi sebagaimana angka 3.

b. Pelayanan Ambulan Gratis

Salah satu layanan BAZNAS Kabupaten Semarang adalah

pelayanan ambulan gratis 24 jam. Layanan ambulan ini dapat

dilakukan dengan konfirmasi/permintaan langsung ke Kantor

BAZNAS Kabupaten Semarang langsung ke (024) 6922354.

Layanan ini diberikan kepada masyarakat umum yang

memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah. Sedangkan

proses memperoleh santunan dari pelayanan ambulan gratis hanya

dengan datang ke kantor BAZNAS Kabupaten Semarang dengan

mengutarakan maksud kedatangan (yaitu minta bantuan) serta

menunjukkan surat-surat keterangan, yang membenarkan bahwa dia

Page 95: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

79

muallaf, atau seorang ghorimin (yang terlibat hutang) atau seorang

yang sedang melakukan berpergian dengan maksud baik, tetapi

kehabisan biaya (ibnusabil).

Staf BAZNAS Kabupaten Semarang, mencatat nama dan

identitas permohonan santunan yang diberikan, dilengkapi dengan

tanda bukti pemberian santunan (kuitansi penerimaan) yang

dipersiapkan oleh Petugas BAZNAS dan diketahui oleh Ketua

BAZNAS atau pejabat lain atas nama Ketua BAZNAS.

B. Pelaksanaan Prosedur Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar

zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang

Melalui Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat

yang telah mengatur bahwa menunaikan kewajiban zakat dapat mengurangi

pembayaran pajak. Latar belakang dari pengurangan ini dijelaskan dalam

Pasal 22 bahwasanya “Zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada

Organisasi Pengelola Zakat dikurangkan dari penghasilan kena pajak”.

Kemudian dikuatkan Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 Tahun 2010 tentang

Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang boleh

dikurangkan dari penghasilan bruto maupun netto.

Keuntungan lahirnya Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat kian mengukuhkan peran Badan Amil Zakat Nasional

sebagai lembaga berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

Karena untuk melakukan pengurangan pajak penghasilan bagi pembayar

zakat mesti dilakukan melalui Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat

Page 96: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

80

yang diakui pemerintah. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Pajak

Pasal 9 UU Nomor 36 Tahun 2008 adalah ”Dibayarkan kepada Badan Amil

Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah”.

Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2011 secara khusus dijelaskan

tentang tata cara pelaksanaan di lembaga amil zakat dalam melakukan

pengurangan pajak yakni dalam Pasal 23 bahwasanya zakat yang dibayarkan

BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak, BAZNAS atau

LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada wajib pajak yang nantinya

akan digunakan untuk pengurangan penghasilan kena pajak.

Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat wajib menerbitkan bukti

setoran sebagai tanda terima atas setiap zakat yang diterima sebagai mana

dijelaskan pada Pasal 23 Undang-Undang No 23 Tahun 2011. Semua bukti

setoran zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang

pribadi pemeluk agama Islam diperhitungkan sebagai pengurang Penghasilan

Kena Pajak pada akhir tahun melalui Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan pada saat dibayarkannya zakat

tersebut.

BAZNAS Kabupaten Semarang selalu melakukan penerbitan bukti

setoran sebagai tanda terima kepada Muzakki yang telah membayar zakat

kepada BAZNAS, baik bukti setor tersebut digunakan untuk pengurangan

pajak ataupun tidak.

Page 97: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

81

Bukti setoran zakat yang sah tersebut harus mencantumkan hal-hal

sebagai berikut:

a) Nama, alamat, dan nomor lengkap pengesahan Badan Amil Zakat atau

nomor lengkap pengukuhan Lembaga Amil Zakat;

b) Nomor urut bukti setor;

c) Nama, alamat muzakki dan Nomor Pokok Wajib Zakat;

d) Jumlah zakat atas penghasilan yang disetor dalam angka dan huruf serta

dicantum tahun haul;

e) Tanda tangan, nama, jabatan, petugas Badan Amil Zakat, tanggal

penerimaan dan stempel Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat.

Bukti setoran zakat yang sah tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga)

dengan rincian sebagai berikut:

1) Lembar 1 (asli), diberikan kepada Muzakki yang dapat digunakan sebagai

bukti Pengurangan Penghasilan Kena Pajak;

2) Lembar 2, diberikan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat

sebagai arsip

3) Lembar 3, digunakan sebagai arsip bank Penerima, apabila zakat

disetorkan melalui Bank.

Untuk mendapatkan Bukti Setor Zakat (BSZ) tersebut yang harus

dilakukan antara lain;

Page 98: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

82

1) Mengisi formulir permohonan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) yang

dapat diperoleh di kantor, counter BAZNAS atau di situs

(http://www.baznas.or.id/registrasi/reg_muzakki.asp)

2) Melakukan pembayaran zakat ke kantor BAZNAS, muzakki langsung

mendapatkan bukti setor zakat (BSZ)

3) Untuk pembayaran via transfer, BSZ akan dikirimkan kemudian oleh

BAZNAS kepada muzakki

Sedangkan untuk Bukti Setor Zakat (BSZ) yang dapat digunakan

sebagai pengurangan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Paling lambat tanggal 31 Maret setelah tahun pajak berakhir, wajib pajak

menyampaikan SPT Tahunan

2) Pada SPT terdapat kolom pengurang zakat yang telah dibayarkan, sesuai

dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf g, isikan

jumlah zakat yang telah dibayarkan pada kolom tersebut

3) Pada halaman dua SPT terdapat daftar lampiran. Pada daftar lampiran

tersebut salah satunya dituliskan BSZ

4) Pada saat penyampaian SPT, lampiran bukti setor zakat dari BAZNAS.

Jika di implementasikan dapat meringankan Wajib Pajak juga, yaitu

dengan membayar zakat atas penghasilan yang menyangkut ibadahnya pada

Tuhan dan hubungannya dengan sesama dapat mengurangi Penghasilan Kena

Pajak yang merupakan kewajibannya sebagai warga negara yaitu membayar

pajak.

Page 99: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

83

Tapi pada pelaksanaannya masih banyak yang belum menyalurkan

zakat atas penghasilannya kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil

Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, khususnya di BAZNAS

Kabupaten Semarang karena ketidaktahuannya terhadap Badan Amil Zakat

atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Dari

penduduk Islam di Kabupaten Semarang sekitar ± 899 926 orang yang

melakukan pembayaran zakat di BAZNAS Kabupaten hanya sekitar ± 8758

orang dan yang melakukan pengurangan pajak prosentasenya hanya 15%. Hal

itu dikarenakan muzakki lebih memilih menyalurkan langsung zakat

penghasilannya kepada masyarakat yang berhak menerima yang biasanya

diutamakan tetangga atau saudara mereka. Hal ini seperti disampaikan oleh

informan. (Imam Nur Ihsan Pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang)

Page 100: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

84

BAB IV

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI

PEMBAYAR ZAKAT DI KPP PRATAMA SALATIGA

A. Tinjauan Umum tentang KPP Pratama Salatiga

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Salatiga

Kantor Pelayanan Pajak Salatiga adalah Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Salatiga yang beralamat di jalan Diponegoro No. 163 Salatiga

pada awalnya Kantor ini merupakan Kantor Dinas Tingkat 1 dibawah

Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat. Seiring dengan meningkatnya

potensi fikskal yang dimiliki wilayah Kota Salatiga dan sekitarnya, maka

pada tahun 1989 dibentuklah Kantor Pelayanan Pajak Tipe B di Salatiga,

yang memiliki wilyah kerja Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Baru

pada tanggal 10 April 1997 berdasarkan KEP-162/KMK.01/1997 KPP

Salatiga ditetapkan sebagai Kantor Pelayanan Pajak tipe A.

Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Salatiga bermula menyewa

bangunan yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 1 Salatiga, dengan

pertimbangan kondisi fisik bangunan saat itu maka seksi penagihan

menempati lokasi terpisah di Jalan Patimura No. 3 Salatiga (sekarang

menjadi rumah dinas kepala KPP Pratama Salatiga). Dengan berakhirnya

masa sewa gedung di Jalan Diponegoro No. 1 Salatiga, pada tahun 1992

Kantor Pelayanan Pajak Salatiga pindah gedung kantor dengan menyewa

bangunan di Jalan Brigjend Sudiarto No. 18 Salatiga. Baru pada tanggal

Page 101: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

85

12 Maret 1998 Kantor Pelayanan Pajak Salatiga mendapati gedung kantor

sendiri di Jalan Diponegoro No.163 Salatiga, hingga saat ini.

Direktorat Jendral Pajak mengalami modernisasi sistem

administrasi perpajakan pada tahun 2002 mengakibatkan Kantor

Pelayanan Pajak bertransisi menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Salatiga. Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga sendiri

berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor

55/PMK.01/2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal

Direktorat Jendral Pajak, bahwa dalam rangka pelaksanaan modernisasi

sistem perpajakan secara bertahab sebagai upaya di lingkungan Direktorat

Jendral Pajak maka dipandang perlu melanjutkan penerapan organisasi

dan tata kerja Kantor Wilyah (Konwil), Kantor Pelayanan Pajak Pratama

dan Kantor pelayanan, Penyuluhan, dan konsultasi Perpajakan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melayani Wajib Pajak

Badan menengah ke bawah dan Wajib Pajak Orang pribadi meliputi jenis

pajak PPh, PPN, PBB, dan BPHTB.

Dalam struktur yang modern terdapat perbedaan yang cukup

radikal dan signifikan yakni yang dulunya struktur organisasi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pra Modern berdasarkan jenis pajak diubah

menjadi berdasarkan fungsi guna debirokratisasi pelayanan seperti Seksi

Pelayanan dan Seksi Pemeriksaan dibentuk secara terpisah. Pelayanan

perpajakan pun sudah mulai satu atap (one stop service) karena semua

jenis pelayanan perpajakan baik jenis PPh, PBB dan BPHTB dilakukan di

Page 102: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

86

Kantor Pelayanan Pajak Pratama sedangkan untuk Kantor Pelayanan

Pajak (KKP) Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Madya hanya jenis pajak PPh dan PPN, sehingga menyebabkan adanya

peleburan menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.

Agar dapat memberikan pelayanan prima, Direktorat Jendral Pajak

telah menyiapkan pelayanan ekstra pada setiap Kantor Pelayanan Pajak

Modern dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Tersedianya

Account Representatives (AR) sebagai ujung tombak pelayanan dan

perantaraan antara Direktorat Jendral Pajak dengan WP yang mengemban

tugas melayani setiap Wajib Pajak dalam hal antara lain:

a. Membimbing/menhimbau Wajib Pajak dan memberikan konsultasi

teknis perpajakan

b. Memonitor Penyelesaian pemeriksaan pajak, proses keberatan, serta

mengevaluasi hasil banding.

c. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan menyusun profil

Wajib Pajak.

d. Menginformasilan ketentuan perpajakan terbaru.

e. Memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui pemanfaatan data dan

SAPT (Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu)

f. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib

Pajak.

g. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

h. Merekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.

Page 103: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

87

Selain itu untuk memberikan pelayanan prima juga dibentuk

contact center yang terdiri dari: complain center, call center, non filers

activation center. Dimana pengaduan yang diterima oleh complain center

akan dikoordinasikan dengan unit terkait dan akan ditindaklanjuti dalam

waktu 3 hari kerja dan jenis-jenis pengaduan termasuk mengenai

pelayanan, konsultasi, pemeriksaan, keberatan, dan banding. Adapun

media penyampaian pengaduan dapat melalui e-mail, pos, nomor telepon

bebas biaya, atau langsung.

2. Visi dan Misi KPP Pratama Salatiga

Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga

adalah sebagai berikut:

a. Visi: Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik

demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.

b. Misi: Menjamin Penyelenggaraan Negara yang berdaulat dan mandiri

dengan

a) Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela

yang tinggi dan penegakan hukum yang adil

b) Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan

pemenuhan kewajiban perpajakan

c) Apartur pajak yang berintegrasi, kompeten dan profesional

d) Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.

Page 104: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

88

3. Tugas Pokok KPP Pratama Salatiga

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan unit vertikal

Direktorat Pajak setingkat eselon III yang mempuyai tugas pokok yaitu

melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak

dibidang Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak penjualan

atas Barang mewah, dan Pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Fungsi KPP Pratama Salatiga

Fungsi dari Kantor Pajak Pratama Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengelolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan prosedur hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan surat pemberitahuan, serta surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelayanan perpajakan;

f. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak;

g. Pelaksanaan ekstensifikasi;

h. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

j. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

k. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

Page 105: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

89

l. Pembetulan ketetapan pajak;

m. Pelaksanaan administrasi kantor.

5. Struktur Organisasi KPP Pratama Salatiga

Struktur organisasi merupakan kerangka atau bagian yang berisi

penggarisan atau penetapan tugas, tanggung jawab dan wewenang atas

setiap fungsi yang harus dijalankan oleh orang-orang yang berada

didalam organisasi tersebut. Dari struktur organisasi dapat dilihat

pembagian dan pendistribusian tugas dari atau setiap orang yang

didalamnya secara tegas dan jelas. Sehingga administrasi dan manajemen

mempunyai peran dominan didalam organisasi tersebut. Struktur

organisasi KPP Pratama Salatiga berbentuk staff dan lini.

Struktur oraganisasi ini banyak digunakan oleh perusahaan-

perusahaan lain karena menunjukkan tingkat perintah dari atasan kepada

bawahannya dan tingkat tanggung jawab dari bawahan kepada atasan.

Struktur organisasi KPP Pratama Salatiga dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Tabel 4.1

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Salatiga

Kepala Kantor Toto Hendiarto,. S.E, M.Si

Supervisor Kelompok I Sugeg,AK. M.Si

Supervisor Kelompok II Nurcahyo Wibowo Putra,S.E.

Ketua Sub Bagian Umum Sri Widiastuti, S.E., M.M.

Page 106: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

90

Kepala Seksi Penagihan Suwarno, S.E., M.M.

Seksi Pemeriksaan

Kepala Seksi Pelayanan Hary Yuniarsi Madiunawati,

S.H.

Pengelolaan Data Sri Budhi Yuliastono, S.E.,

M.M.

Kepala Seksi (Pengawas dan

Konsultasi I)

Thoefuri, S.E., M.M.

Kepala Seksi (Pengawas dan

Konsultasi II)

Soliestijo, S.E.

Kepala Seksi (Pengawas dan

Konsultasi III)

Iwan Iswanto,S.E., M.A.

Kepala Seksi (Pengawas dan

Konsultasi IV)

Asrudin, S.R., M.M.

Kepala Seksi Ekstensifikasi dan

penyuluhan

Ir. Puji Harsiswi, M.M.

6. Uraian Tugas KPP Pratama Salatiga

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga dipimpin oleh seorang

kepala kantor dan dibantu oleh bagian umum dan seluruh seksi. Untuk

lebih rincinya tugas dan wewenang masing-masing dari struktur

oraganisasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kepala Kantor

Pemimpin serta penanggung jawab yang secara keseluruhan

disemua bagian atau bidang, memberikan motivasi, semangat,

pembinaan, pengawasan, serta kebijaksanaan kepada semua seksi

Page 107: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

91

supaya terbentuknya kerjasama yang efesien dan tercapainya tujuan

kerja.

b. Sub Bagian Umum

1) Pelayanan kesekretariatan terutama dalam pengaturan kegiatan

usaha dan kepegawaian.

2) Melakukan urusan keunangan

3) Melakukan urusan rumah tangga serta perlengkapan

4) Menyusun laporan berkala Kantor

5) Melaksanakan pelantikan, sumpah, dan serah terima jabatan serta

pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

6) Melaksanakan penutupan buku kas umum.

c. Seksi Pelayanan

1) Melayani pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2) Menyelesaikan permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak;

3) Melayani perubahan identitas wajib pajak;

4) Melayani pendaftaran objek pajak baru dengan pemeriksaan

lapangan;

5) Melayani pendaftaran objek pajak baru dengan pemeriksaan

kantor;

6) Menyelesaikan pemindahan wajib pajak di kantor pelayanan

pajak lama;

7) Menyelesaikan pemindahan pengusaha kena pajak di Kantor

Pelayanan Pajak lama;

Page 108: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

92

8) Menyelesaikan pemindahan wajib pajak di kantor pelayanan

Pajak baru;

9) Menyelesaikan pemindahan pengusaha kena pajak di Kantor

Pelayanan Pajak baru;

10) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh;

11) Menerima dan mengolah SPT Masa PPN;

12) Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu

penyampaian SPT Tahunan PPh;

13) Menyelesaikan permohonan percetakan salinan SPPT/SKP/STP;

14) Menyelesaikan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

15) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

d. Seksi Pengolahan Data dan informasi (PDI)

(1) Menyelesaikan pembagian hasil penerimaan PBB;

(2) Memanfaatkan bank data;

(3) Membentuk bank data;

(4) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPh) kirim ke

Kantor Pelayanan Pajak lain;

(5) Membuat laporan penerimaan PBB/BPHTB;

(6) Menatausaha penerimaan PBB non elektronik.

e. Seksi Pemeriksaan

(1) Menyelesaikan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

PPn-BM;

Page 109: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

93

(2) Menyelesaikan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

PPN untuk selain Wajib Pajak patuh;

(3) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh lebih

bayar;

(4) Pengamatan oleh KPP Pratama;

(5) Menetausaha Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota

Perhitungan (NOTHIT).

f. Seksi pengawasan dan konsultasi

(1) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP);

(2) Menerbitkan Surat Perintah Imbalan Bunga (SPMIB);

(3) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka

penggabungan usaha, pengambilalihan usaha atau pemekaran

usaha;

(4) Menyelesaikan permohonan keberatan;

(5) Menyelesaikan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

(6) Menyelesaikan permohonan Surat Permohonan Surat Keterangan

Bebas (SKB);

(7) Melayani permintaan pemusatan PPN;

(8) Melaksanakan ekualisasi.

g. Seksi Penagihan

(1) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak;

Page 110: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

94

(2) Menerbitkan surat keputusan pencabutan sita;

(3) Menyelesaikan permohonan pembatalan lelang;

(4) Menerbitkan dan memberikan surat paksa;

(5) Menerbitkan surat perintah melakukan penyitaan;

(6) Menerbitkan surat tagihan pajak;

(7) Menagih pajak seketika dan sekaligus;

(8) Menghapus piutang pajak.

7. Kegiatan Pegawai KPP Pratama Salatiga

Dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Salatiga melaksanakan beberapa kegiatan

internal maupun eksternal kantor.

a. Kegiatan Internal Kantor dalam rangka Internalisasi Corporate Value,

antara lain:

1. EK atau Exchange of Knowledge, EK merupakan program yang

dilaksanakan diseluruh Kantor Pelayanan Pajak Jawa Tengah II.

Dalam Kegiatan ini, antar pegawai melakukan pertukaran

pengetahuan, baik yang sifatnya umum maupun pengetahuan

dibidang perpajakan.

2. IHT atau In House Training, kegiatan ini merupakan kepatuhan

internal yang bertujuan menambah ilmu pengetahuan pegawai

khususnya pada softkill sehingga meningkatkan kualitas dan

profesionalisme pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

Page 111: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

95

3. DJP Bugar adalah kegiatan Olahraga bersama rutin di KPP

Pratama Salatiga . Dengan diadakan kegiatan ini diharapkan

kesehatan dan kebugaran pegawai KPP Pratama Salatiga selalu

terjaga sehingga dapat memberikan pelayanan prima.

b. Kegiatan Eksternal Kantor dalam rangka Corporate Social

Responsiblity, antara lain:

1. Bakti sosial ke Panti Asuhan, pihak KPP Pratama Salatiga

melakukan kegiatan bakti sosial ke panti asuhan dalam rangka

kepedulian sosial

2. Kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan Perpajakan, dalam rangka

mendekatkan diri dengan masyarakat sekaligus mensosialisasikan

pentingnya membayar pajak, tatacara membayar pajak, serta

mensosialisasikan peraturan terbaru perpajakan. Kegiatan ini

rutin diadakan baik melalui penyuluhan kantor penyuluhan

lapangan.

B. Prosedur Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar

zakat di KPP Pratama Salatiga

Sejak adanya UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan ke-empat

atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak penghasilan. Yakni diatur dalam

Pasal 4 ayat (3) huruf a nomor 1, dengan perubahannya yang berbunyi, “Yang

dikecualikan dari objek pajak adalah bantuan atau sumbangan, termasuk

zakat yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan

Page 112: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

96

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk dan

disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang

berhak, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah”.

Hal ini dikuatkan Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh yaitu bagi Wajib

Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), zakat yang diterima oleh

Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh Pemerintah dapat dikurangkan dari PKP (Pengusaha Kena Pajak).

dengan cara nilai tersebut dikurangi atas Penghasilan Kena Pajak.

Frasa tersebut diterima oleh Badan Amil Zakat Nasional yang

disahkan oleh Pemerintah, dimaksudkan sebagai syarat untuk diakuinya zakat

sebagai pengurang Pajak Penghasilan yaitu hanya zakat yang benar-benar

diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk

atau disahkan oleh Pemerintah. Selain itu, syarat tersebut juga merupakan alat

kontrol bagi Pemerintah dan Wajib Pajak terkait dengan kebenaran

pembayaran zakat yang dilakukan Wajib Pajak tersebut.

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga Pengurangan Pajak bagi

Pembayar Zakat tersebut ternyata sudah ada dan dapat diketahui

implementasinya, namun masih dalam prosentase sedikit. Hal tersebut

dikarenakan tidak dapat dilihat zakat yang sudah dilakukan Wajib Pajak.

Berdasarkan wawancara dengan informan di Kantor Pajak Pratama

Salatiga juga sudah melakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak, karena semua

Page 113: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

97

aturan terbaru tentang Pajak harus disosialisasikan kepada Wajib Pajak.

Namun, sosialisasi secara khusus tentang Pengurangan Pajak bagi pembayar

Zakat Penghasilan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak memang

belum ada. Sosialisasi baru dilakukan ketika Wajib Pajak mengisi SPT,

karena dalam Formulir SPT tercantum didalamnya zakat atas penghasilan.

Namun wajib pajak muslim merasa repot kalau harus mengurus pembayaran

zakatnya kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk

atau disahkan oleh pemerintah.

Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan juga diatur pengurangan

Pajak terhadap penerima dan pemberi zakat yaitu:

(1) Perlakuan Zakat (dalam UU PPh) bagi si Penerima Zakat, dalam UU

Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (3) huruf a bagian 1) menyebutkan bahwa

yang tidak termasuk objek pajak adalah zakat yang diterima oleh Badan

Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak, dengan

demikian zakat bagi si penerima zakat adalah bukan objek pajak

penghasilan.

(2) Perlakuan zakat (dalam UU PPh) bagi si pemberi Zakat, dalam Undang-

Undang pajak penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf g menyebutkan bahwa

untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib

Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan harta

yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, kecuali zakat yang diterima

oleh Badan Amil Zakat Atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau

Page 114: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

98

disahkan oleh pemerintah. Dengan demikian, hanya zakat atas

penghasilan saja bagi si pemberi zakat dapat dikurangkan dari

penghasilan kena pajak.

Pengurangan pajak bagi pembayar zakat dalam tinjauan keputusan

Direktur Jendral Pajak Nomor Kep-163/Pj/2003 yang kemudian diganti

dengan keputuasan Direktur Jendral Pajak nomor PER-6/PJ/2011

diperkenankan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama

Islam dan atau Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang dimiliki oleh

pemeluk agama Islam;

(2) Dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sebagaimana dalam UU No 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat;

(3) Besarnya zakat yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak

adalah 2,5% dari jumlah penghasilan;

(4) Pengurangan zakat atas penghasilan dilakukan dalam tahun pajak

dilaporkannya penghasilan tersebut dalam surat pemberitahuan (SPT)

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan, sesuai

dengan tahun diterima/ diperolehnya penghasilan.

(5) Wajib melampirkan lembar ke-1 Surat Setoran Zakat (SSZ) atau

fotokopinya yang telah dilegalisir oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga

Amil Zakat penerima setoran zakat pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan

tahun pajak dilakukannya pengurangan zakat atas penghasilan tersebut.

Page 115: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

99

Dalam Peraturan Direktur Jendral nomor PER-6/PJ/2011 yang

mengatur mengenai pelaksanaan pembayaran atas zakat atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto. Namun tidak semua zakat bisa dikurangkan dari penghasilan bruto

yang nantinya akan dikenakan pajak hanya pada zakat yang dibayarkan

kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan disahkan

oleh pemerintah.

Zakat atas penghasilan yang dibolehkan sebagai pengurang

penghasilan bruto harus memenuhi beberapa hal berikut ini:

1) Jenis zakat yang dibolehkan untuk dijadikan pengurang penghasilan bruto

adalah jenis zakat atas penghasilan. Zakat-zakat lain selain zakat atas

penghasilan tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto.

2) Pembayaran zakat atas penghasilan adalah wajib pajak orang pribadi

pemeluk agama Islam dan/atau wajib pajak badan dalam negeri yang

dimiliki oleh pemeluk agama Islam. Pengurangan Penghasilan bruto oleh

zakat penghasilan dilakukan pada akhir tahun dilaporkan dalam surat

pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang

pribadi dan atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang bersangkutan.

3) Zakat atas penghasilan dapat berupa uang atau yang disetarakan dengan

uang. Pembayaran dengan yang disetarakan dengan uang dinilai dengan

harga pasar pada saat zakat atas penghasilan tersebut dibayarkan.

4) Apabila dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan, zakat atas penghasilan belum dibayar,

Page 116: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

100

maka pengurangan zakat atas penghasilan dapat dilakukan dalam tahun

pajak dilakukannya pembayaran dan wajib pajak dapat menunjukkan

bahwa penghasilan bruto telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan tahun pajak sebelumnya.

5) Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atas penghasilan, wajib

melampirkan lembar Surat Setoran Zakat atau fotokopi yang telah

dilegalisir oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat penerima

setoran yang bersangkutan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun

pajak dilakukannya pengurangan zakat atas penghasilan tersebut. Surat

Setoran Zakat dapat diakui sebagai bukti sekurang-kurangnya harus

memuat:

(a) Nama Lengkap Wajib Pajak

(b) Alamat Lengkap Wajib Pajak

(c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(d) Jenis Penghasilan yang dibayar zakatnya

(e) Sumber/jenis penghasilan dan bulan/tahun perolehannya

(f) Besar zakat atas penghasilan

(g) Besarnya zakat atas penghasilan

6) Tempat pembayaran zakat atas penghasilan tersebut adalah badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah. Apabila pengeluaran zakat atas penghasilan tersebut tidak

dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang

Page 117: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

101

dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, maka zakat tersebut tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten semarang

menunjukkan grafik yang terus meningkat baik dalam jumlah pemberi zakat

(muzakki) maupun jumlah dana yang dikumpulkan oleh Badan Amil Zakat

Nasional tersebut.

Implementasi pengurangan pajak bagi pembayar zakat masih minim

dilakukan Wajib Pajak orang pribadi, salah satu penyebabnya yaitu bagi wajib

pajak yang tahu akan aturan tentang perlakuan zakat atas penghasilan dalam

perhitungan penghasilan kena pajak tetapi mereka cenderung belum bisa

melaksanakannya karena hal tersebut dianggap merepotkan. Sementara yang

belum tahu karena belum adanya sosialisasi secara umum akan adanya

pengurangan pajak bagi pembayar zakat yang dibentuk dan disahkan oleh

pemerintah.

C. Contoh Pelaksanaan Pengurangan Pajak Bagi Pembayar Zakat

1. Sebagai contoh Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat yang melakukan

usaha/ pekerjaan bebas dan menyelenggarakan pembukuan yang sesuai

ketentuannya adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto Rp.A

Biaya untuk mendapatkan, menagih

dan memelihara penghasilan Rp.a

Penghasilan netto sebelum zakat (A-a) Rp.B

Zakat Penghasilan Rp.b

Page 118: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

102

Penghasilan netto setelah zakat (B-b) Rp.C

Kompensasi kerugian Rp.D

Penghasilan netto setelah kompensasi (C-D) Rp.E

Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp.F

Penghasilan Kena Pajak (E-F) Rp.G

PPh Terutang:

Rp.G x Tarif Rp.H

Zakat yang dicantumkan adalah zakat yang dibayarkan kepada

amil zakat atau lembaga amil yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah.

Contoh Kasus:

Pak A seorang pedagang sebagai Wajib Pajak menikah dan mempunyai

anak (K/-2). Hasil Penjualan setahun Rp. 280.000.000,00. Harga Pokok

Penjualan Rp. 110.000.000,00, biaya umum dan administrasi Rp.

20.000.000,00.

Perhitungan pajak dan zakatnya adalah:

Penghasilan Bruto Rp. 280.000.000,00

Harga Pokok Penjualan Rp.(110.000.000,00)-

Laba bruto usaha Rp. 170.000.000,00

Biaya umum dan administrasi Rp. (30.000.000,00)

Penghasilan netto sebelum zakat Rp. 140.000.000,00-

Page 119: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

103

Zakat telah dibayar

2.5% x Rp.140.000.000,00 Rp. (3.500.000,00)-

Penghasilan netto setelah zakat Rp. 136.500.000,00

Penghasilan Tidak Kena Pajak (K-2) Rp.(67.500.000,00)

Penghasilan Kena Pajak Rp. 69.000.000,00

PPh 5% x Rp.50.000.000,00: Rp.2.500.000

PPh 15%x Rp. 19.000.000: Rp. 2.850.000

Jumlah PPh Rp. 5.350.000,00

Jika tidak melakukan pengurangan zakat maka:

Penghasilan Bruto Rp. 280.000.000,00

Harga Pokok Penjualan Rp.(110.000.000,00)-

Laba bruto usaha Rp. 170.000.000,00

Biaya umum dan administrasi Rp. (30.000.000,00)

Penghasilan netto sebelum zakat Rp. 140.000.000,00-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (K-2) Rp.(67.500.000,00)

Penghasilan Kena Pajak Rp. 72.000.000,00

PPh 5% x Rp.50.000.000,00: Rp.2.500.000

Page 120: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

104

PPh 15%x Rp. 22.500.000: Rp. 3.375.000

Jumlah PPh Rp. 5.875.000,00

Apabila Wajib Pajak dalam setahun menderita rugi, maka zakat

tidak boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak. dari perhitungan

PPh 21 Bapak A besarnya pajak terutang, setelah dikurangkan dengan

zakat adalah sebesar Rp. 5.350.000,00.

Dari kedua perhitungan diatas dapat terlihat bahwa setelah zakat

yang sifatnya wajib dijadikan sebagai pengurang pajak penghasilan dari

Wajib Pajak Bapak A dapat berkurang Rp. 525.000,00.

2. Sebagai contoh Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat sebagai

Karyawan dan menyelenggarakan pembukuan yang sesuai ketentuannya

adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto Rp. T

Biaya Jabatan Rp. a

Penghasilan netto sebelum zakat (T-a) Rp.U

Zakat Penghasilan Rp. b

Penghasilan netto setelah zakat (U-b) Rp.V

Penghasilan Tidak kena Pajak Rp.c

Penghasilan Kena Pajak (V-c) Rp.W

Page 121: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

105

PPh Terutang

Rp.WxTarif Rp.X

Contoh Kasus

Bapak B seorang karyawan sebagai Wajib pajak K/1 menerima gaji dan

tunjangan Rp. 4.500.000,00 perbulan dipotong uang pensiun Rp.

30.000,00 dan iuran THT Rp. 20.000,00.

Penghasilan bruto 12x Rp.4.500.000,00 Rp. 54.000.000,00

Pengurangan:

a. Biaya Jabatan 5% x Rp.54.000.000,00 Rp. 2.700.000,00

b. Iuran pensiun 12x Rp.30.000,00 Rp. 360.000,00

c. Iuran THT 12 x Rp. 20.000,00 Rp. 240.000,00-

Penghasilan netto sebelum zakat Rp. 50.700.00,.00

Zakat 2,5% x Rp.50.700.000.00 Rp. 1.267.500,00-

Penghasilan netto setelah zakat Rp. 49.432.500,00

PTKP (K/1) Rp. 42.000.000,00-

Penghasilan Kena Pajak Rp. 7.432.500,00

Pajak Penghasilan (PPh) 5% x Rp. 7.312.432,00 Rp. 365.621,00

Perhitungan Tanpa Zakat

Page 122: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

106

Penghasilan bruto 12x Rp.4.500.000,00 Rp. 54.000.000,00

Pengurangan:

d. Biaya Jabatan 5% x Rp.54.000.000,00 Rp. 2.700.000,00

e. Iuran pensiun 12x Rp.30.000,00 Rp. 360.000,00

f. Iuran THT 12 x Rp. 20.000,00 Rp. 240.000,00-

Penghasilan netto Rp. 50.700.000,00

PTKP (K/1) Rp. 42.000.000,00-

Penghasilan Kena Pajak Rp. 8.700.000,00

Pajak Penghasilan (PPh) 5% x Rp. 8.700.000,00 Rp. 435.000,00

Apabila Wajib Pajak dalam setahun menderita rugi, maka zakat tidak

boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak. dari perhitungan PPh 21

Bapak B besarnya pajak terutang, setelah dikurangkan dengan zakat

adalah sebesar Rp. 365.621,00

Dari kedua perhitungan diatas dapat terlihat bahwa setelah zakat

yang sifatnya wajib dijadikan sebagai pengurang pajak penghasilan dari

Wajib Pajak Bapak A dapat berkurang Rp. 69.379,00.

3. Sebagai contoh Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat sebagai pegawai

dan menyelenggarakan pembukuan yang sesuai ketentuannya adalah

sebagai berikut:

Penghasilan Netto Setahun Rp. T

Page 123: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

107

PTKP (TK/0) Rp. a

PKP (T-a) Rp. U

PPh 21 terutang Rp. S+V

(5% X Rp. 50.000.00)= Rp.S

(15% X Kelebihan Tarif ) = Rp.V

Contoh Kasus :

Bu C seorang Pegawai, dengan status TK/0 serta memiliki NPWP

(Nomor Pokok Wajib Pajak). Total Penghasilan Rp. 119.000.000,00

setahun. Ibu C membayar zakat Profesi di BAZNAS. Dengan penghasilan

diatas Rp. 60.000.000,00.

Penghasilan Netto Setahun Rp. 119.000.000,00

PTKP (TK/0) Rp. 54.000.000,00

PKP (T-a) Rp. 65.000.000,00

PPh 21 terutang Rp. 4.750.000,00

(5% X Rp. 50.000.00)= Rp. 2.500.000,00

(15% X 15.000.000,00 ) = Rp. 2.250.000,00

Jadi besarnya Pajak Terutang Tanpa Zakat Bu C adalah sebesar Rp.

4.750.000,00

Perhitungan dengan Zakat

Page 124: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

108

Penghasilan Netto Setahun Rp. 119.000.000,00

Zakat Rp. (2. 975.000,00)-

Penghasilan netto setelah zakat Rp. 116.025.000,00

PTKP (TK/0) Rp. (54.000.000,00)-

PKP (T-a) Rp. 62.025.000,00

PPh 21 terutang Rp. 4.300.000,00

(5% X Rp. 50.000.00)= Rp. 2.500.000,00

(15% X 12.000.000,00 ) = Rp. 1.800.000,00

Jadi besarnya Pajak Terutang setelah Zakat Bu C adalah sebesar

Rp. 4.300.000,00

Apabila Wajib Pajak dalam setahun menderita rugi, maka zakat tidak

boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak. dari perhitungan PPh 21

Bu C besarnya pajak terutang, setelah dikurangkan dengan zakat adalah

sebesar Rp. Rp. 4.300.000,00

Dari kedua perhitungan diatas dapat terlihat bahwa setelah zakat

yang sifatnya wajib dijadikan sebagai pengurang pajak penghasilan dari

Wajib Pajak Bu C dapat berkurang Rp. 450.000,00.

D. Hambatan-Hambatan

Meskipun ketentuan pembayaran zakat sebagai pengurangan

penghasilan kena pajak (penghasilan bruto) telah berlaku sejak lama, namun

Page 125: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

109

Pelaksanaan Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat di BAZNAS Kabupaten

Semarang dan KKP Pratama Salatiga sampai saat ini masih banyak yang

enggan memanfaatkan pengurangan pajak bagi pembayar zakat. Hal ini yang

dilatarbelakangi oleh beberapa hambatan diantaranya sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya sosialisasi dari BAZNAS karena pihak BAZNAS lebih

mengutamakan mengumpulkan infaq dan pengumpulan zakat diperoleh

melalui UPZ (Unit Pengumpul Zakat) Kemenag Kabupaten Semarang.

2. Pihak KPP Pratama Salatiga tidak melakukan sosialisasi khusus terhadap

pengurangan pajak bagi pembayar zakat Meskipun ketentuan pengurangan

Pajak jelas ada dalam Undang-undang Pajak namun sosialisasi baru akan

dilakukan ketika Wajib Pajak menayakan saat mengisi SPT, karena dalam

Formulir SPT tercantum didalamnya zakat atas penghasilan.

3. Dalam peraturan perundang-undangan tentang Pengurangan Pajak hanya

dikurangkan dalam kolom netto tidak langsung pajak dikurangkan zakat.

Hal ini menyebabkan pembayaran dengan cara mengurangkan pajak bagi

pembayar zakat dengan yang tidak mengurangkan Pajaknya dengan zakat

selisihnya hanya sedikit bagi penghasilan dibawah 60.000.000,-

4. Kurang percayanya pihak Muzakki untuk menyalurkan zakatnya kepada

BAZNAS yang secara hukum telah disahkan oleh pemerintah, Muzakki

lebih memilih menyalurkan langsung zakat penghasilannya kepada

masyarakat yang berhak menerima yang biasanya diutamakan tetangga

atau saudara mereka.

Page 126: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

110

5. Terdapat perbedaan penafsiran perhitungan pengurangan pajak bagi

pembayar zakat antar pengurus. Yakni, perhitungan zakat dapat

dikurangkan dari penghasilan netto atau dikurangkan dari penghasilan

bruto.

6. Masyarakat tidak sadar hukum, masyarakat menganggap pajak dan zakat

adalah suatu hal yang tidak ada hubungannya. Sehingga regulasi zakat dan

pajak khususnya mengenai pengurangan pajak bagi pembayar zakat tidak

diketahui.

7. Masyarakat yang mengetahui mengenai pengurangan pajak bagi pembayar

zakat lebih cenderung acuh untuk melaksanakan, melaksanakannya

karena hal tersebut dianggap merepotkan.

Page 127: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Landasan teori yang didukung oleh hasil penelitian serta

mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar Zakat di

BAZNAS Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya Undang-undang No 23

Tahun 2011

Dalam UU No 23 Tahun 2011 telah diatur kewajiban zakat dapat

mengurangi pembayaran Pajak. Hal ini disebutkan dalam Pasal 22 dan 23

bahwasanya zakat yang dibayarkan kepada BAZNAS yang disahkan

Pemerintah dapat digunakan sebagai Pengurangan Kena Pajak.

Pelaksanaan Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat sudah efektif hal ini

dapat sudah diketahui Pelaksanaannya di BAZNAS Kabupaten Semarang

namun masih dalam prosentase sedikit. Adapun pelaksanaan administratif

dengan cara pihak BAZNAS menerbitkan BSZ (Bukti Setor Zakat)

kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak melampirkannya saat pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pajak. Ketentuan zakat yang menjadi

Pengurang Pajak diperkenankan apabila nyata-nyata dibayarkan Wajib

Pajak Orang Pribadi Pemeluk agama Islam. Cara melakukan Pengurangan

Pajak Penghasilan hanya mencantumkan jumlah zakat dibawah kolom

penghasilan kotor (bruto).

Page 128: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

112

2. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pengurangan Pajak Penghasilan bagi

Pembayar Zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang Pasca Berlakunya

Undang-undang No 23 Tahun 2011,

Faktor penghambat dari pelaksanaan pengurangan pajak

diantaranya (a) Kurang optimalnya sosialisasi BAZNAS ; (b) Kurangnya

sosialisasi mengenai pengurangan pajak bagi pembayar zakat dari KPP

Pratama Salatiga; (c) Dalam peraturan pengurangan pajak bagi pembayar

pajak hanya dikurangkan di kolom bruto; (d) Kurang percayanya pihak

muzaki kepada BAZNAS; (e) Terdapat perbedaan penafsiran pengurangan

pajak; (f) Masyarakat kurang sadar hukum; (e) Masyarakat yang tahu

tentang peraturan tersebut lebih cenderung acuh.

B. Saran

1. Untuk BAZNAS dan KPP Pratama diharapkan lebih berkoordinasi dalam

melakukan sosialisasi agar masyarakat lebih mengetahui adanya

Pengurangan Pajak Penghasilan bagi Pembayar Zakat.

2. Untuk Pemerintah diharapkan mempertimbangkan agar zakat dapat

mengurangi pajak secara langsung bukan hanya penghasilan kena pajak

saja.

3. Bagi Wajib Pajak / Pengusaha Kena Pajak diharapkan dapat membayarkan

zakatnya melalui Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil zakat yang

disahkan Pemerintah yang akan meringankan para Pengusaha dalam

pembayaran PPhnya.

Page 129: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

113

4. Kepada insan akademik sedianya penelitian ini dapat memberikan rujukan

awal atau sementara, berikutnya dikembangkan penelitian yang lebih

mendalam, sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengembang

keilmuan ekonomi syariah maupun perpajakan.

Page 130: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

114

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI

Press.

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1984.

Adnan, Zainuddin. 2003. Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak.

Yogyakarta: Tiara wacana.

Ahmad S, dkk. 2002. Sistem Keuangan di Negara Khilafah. Bogor: Pustaka

Thariqul Izzah.

Ash-Shiddieqy, Hasbi TM. 1977 . Al-Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Djuanda, Gustian, dkk. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gus Fahmi. 2011. Pajak Menurut Syariah. Jakarta: Rajawali Press.

Hafidhuddin, Didin. 1999. Hukum Zakat. Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa.

________________ . 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema

Insani Press.

________________ 2007. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema

Insani Press.

Hasan, Nur. 2010. Pengaturan Zakat dan Pajak Untuk Keadilan Sosial (Studi

Pemikiran Masdar Farid Mas’udi) . Skripsi. Fakultas Syari‟ah. IAIN

Walisongo Semarang.

Ilfi, Diana Nur. 2011. Hadist-hadist Manajemen. Malang: UIN Maliki Press.

Page 131: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

115

Khasanah, Umurotul. 2010. Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan

Ekonomi Umat. Malang: UIN-Maliki Press.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

Mariah. 2011. “Zakat sebagai pengurang penghasil kena pajak (studi terhadap

pelaksanaan UU zakat di kabupaten Bekasi)”. Skripsi. Fakultas

Syari‟ah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mas‟udi, Masdar Farid. 1993. Agama Keadilan: Risalah Zakat (Pajak) Dalam

Islam, cet. Ke III. Jakarta: P3M.

Moleong, Lexi.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Munawaroh. 2012. Paduan Memahami Metodologi Penelitian. Cet.1. PT.

Intimedia.

Mursyidi. 2006. Akutansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT.Remaja Rosydakarya

Nawawi, Syaikh Imam. 2006. Terjemahan Hadist Arba’i Nawawiyah. Solo:Era

Intermedia

Pernomo, Sjechul Hadi. 1993. Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola

Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Qardhawi, Yusuf. 1988. Hukum Zakat. Bogor: PT pustaka litera Antar Nusa.

Qardhawi, Yusuf. 2002. Muskilat al-Fakr, terj. Maimun Syam. Dkk). Yogyakarta:

Mitra Pustaka.

Resmi, Siti. 2016. Perpajakan. Teori dan Kasus. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.

Sardana. 2014. Kenali Hak dan Kewajiban Perpajakan Anda. Bandung: Alfabeta.

Page 132: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

116

Soemitro, Rochmad. 1988. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung:

PT.Eresco.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:

Alfabeta,

Sumarsan, Thomas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT. Indeks.

Supramono, dan Damayanti, T.W. 2005. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan

Perhitungannya. Yogyakarta: Andi.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Yafie, Ali. 1995. Menggagas Fikih Sosial . Bandung: Mizan. Cet ke-3.

Yuda, Aryanto. 2011. Kompilasi Undang-undang Perpajakan Terlengkap.

Jakarta: Salemba Empat.

Yulfitria, Mia. 2011. ” Sikap masyarakat atas kewajiban ganda membayar zakat

dan pajak (Studi di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta)”.

Skripsi. Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga.

Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat.

Undang-undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan.

Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 Tentang Tatacara

Perpajakan.

Page 133: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

117

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 18 Tahun 2009 Tentang Bantuan

atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang

Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan.

Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Zakat sebagai

Pengurang Pajak.

Instrusi Presiden Republik Indonesia No 3 Tahun 2014 Tentang Optimalisasi

Pengumpulan Zakat di Kementrian.

Page 134: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 135: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 136: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 137: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 138: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 139: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 140: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 141: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 142: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 143: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 144: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 145: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 146: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 147: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 148: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 149: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

WAWANCARA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN

SEMARANG

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya BAZNAS Kab. Semarang?

2. Bagaimana Profil BAZNAS Kab. Semarang ?

3. Bagaimana struktur organisasi BAZNAS Kab. Semarang?

4. Apakah BAZNAS Kab. Semarang menerapkan secara penuh apa saja yang ada

dalam UU NO 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?

5. Apa Sumber keuangan BAZNAS Kab. Semarang diperoleh dari mana saja?

6. Apa saja layanan yang diberikan BAZNAS Kab. Semarang?

7. Bagaimana BAZNAS Kab. Semarang dalam pentasyarufan dananya?

8. Adakah pelaksanaan Pengurangan Pajak bagi pembayar zakat di BAZNAS Kab.

Semarang?

9. Bagaimana Prosedurnya pelaksanaannya?

10. Apakah para muzakki di BAZNAS Kab. Semarang paham dengan adanya aturan

tersebut?

11. Berapa prosentasenya?

12. Kenapa prosentasenya sangat sedikit ?

13. Apakah BAZNAS Kab. Semarang tidak melakukan sosialisasi terhadap aturan

tersebut?

14. Apa yang menjadi penghambat pelaksanaan pengurangan pajak bagi pembayar

zakat?

Page 150: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

HASIL WAWANCARA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

KABUPATEN SEMARANG

Hari/Tanggal/Waktu : Kamis, 2 Maret 2017

Sumber Data : Imam Nur Ihsan

NO WAWANCARA JAWABAN

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya BAZNAS

Kab. Semarang?

Diwebsite bazizkabsemarang.com

2. Bagaimana Profil BAZNAS Kab. Semarang

?

Diwebsite bazizkabsemarang.com

3. Bagaimana struktur organisasi BAZNAS

Kab. Semarang?

Diwebsite bazizkabsemarang.com

4. Apakah BAZNAS Kab. Semarang

menerapkan secara penuh apa saja yang ada

dalam UU NO 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat?

UU No 23 Tahun 2011 menjadi

sumber hukum di BAZNAS

Kabupaten Semarang. Jadi apapun

yang ada dalam UU No 23 Tahun 2011

ya semestinya harus diterapkan

sebagai pedoman pengelolaan zakat

disini. Apalagi mengingat BAZNAS

disini tidak hanya melakukan

pengelolaan pada zakat saja,

Page 151: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

melainkan Infak shodaqah juga.

5. Sumber keuangan BAZNAS Kab. Semarang

diperoleh dari mana saja?

SKPD Kabupaten Semarang, Instansi

Vertikal Kabupaten Semarang,

BUMN, BUMD, Perorangan,

BAZNAS Tingkat Kecamatan.

6. Apa saja layanan yang diberikan BAZNAS

Kab. Semarang?

Pinjaman Qardhul Hasan, Beasiswa

Pendidikan, dan ambulan gratis.

7. Bagaimana BAZNAS Kab. Semarang dalam

pentasyarufan dananya?

Yaitu dengan didistribusikan kepada

masyarakat yang kurang mampu atau

membutuhkan.

8. Adakah pelaksanaan Pengurangan Pajak

bagi pembayar zakat di BAZNAS Kab.

Semarang?

Ada.

9. Bagaimana Prosedurnya pelaksanaannya?

Pihak BAZNAS memberikan bukti

setoran zakat kepada muzakki yang

nantinya akan digunakan untuk

pengurangan penghasilan kena pajak.

10. Apakah para muzakki di BAZNAS Kab.

Semarang paham dengan adanya aturan

tersebut?

Banyak yang tidak tau tentang aturan

tersebut. Tapi ada juga beberapa yang

paham namun cenderung acuh, karena

bagi mereka kewajiban zakat dan pajak

itu sendiri-sendiri.

11. Berapa prosentasenya? 15-20 %

Page 152: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

12. Kenapa prosentasenya sangat sedikit ?

Ya karena meraka menganggap

kewajiban tersebut berdiri sendiri.

13. Apakah BAZNAS Kab. Semarang tidak

melakukan sosialisasi terhadap aturan

tersebut?

Kami pengurus BAZNAS memang

mengakui kami tidak melakukan

sosialisasi secara aktif, masih lebih

mementingkan sosialisasi untuk

kesadaran berzakat itu sendiri. Ya

kalau sosialisasinya ada.

14. Apa yang menjadi penghambat pelaksanaan

pengurangan pajak bagi pembayar zakat

Banyak sekali hambatan diantaranya

sikap acuhnya muzakki pada aturan

tersebut, kurang sadar hukum.

Page 153: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

WAWANCARA KPP PRATAMA SALATIGA

1. Bagaimana Sejarah KPP Pratama Salatiga?

2. Bagaimana Profil KPP Pratama Salatiga?

3. Bagaimana struktur organisasi KPP Pratama Salatiga?

4. Dalam pelaksanaan PPh Orang Pribadi atau Badan Hukum. Adakah yang melakukan

pengurangan pajak bagi pembayar zakat?

5. Berapa Prosentasenya?

6. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pajak bagi pembayar zakat di KKP Pratama

Salatiga?

7. Apa yang menjadi penghambat pelaksanaan pengurangan pajak bagi pembayar zakat

di KPP Pratama ini?

Page 154: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

HASIL WAWANCARA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

KABUPATEN SEMARANG

Hari/Tanggal/Waktu : Senin, 6 Maret 2017

Sumber Data : Lutfhillah, Imeydiana

No Wawancara Jawaban

1. Bagaimana Sejarah KPP Pratama Salatiga?

Nanti saya email

2. Bagaimana Profil KPP Pratama Salatiga?

Nanti saya email

3. Bagaimana struktur organisasi KPP Pratama

Salatiga?

Nanti saya email

4. Dalam pelaksanaan PPh Orang Pribadi atau Badan

Hukum. Adakah yang melakukan pengurangan pajak

bagi pembayar zakat?

Ada. Tapi untuk Pelaksanaan

Pengurangan Pajak bagi

pembayar zakat ini lebih banyak

orang pribadi dibanding badan

hukum

5. Berapa Prosentasenya?

15 %

6. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pajak bagi

pembayar zakat di KKP Pratama Salatiga?

Adapun pelaksanaan

administratif dengan cara pihak

BAZNAS menerbitkan BSZ

Page 155: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(Bukti Setor Zakat) kepada

Wajib Pajak dan Wajib Pajak

melampirkannya saat pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT)

tahunan pajak. Ketentuan zakat

yang menjadi Pengurang Pajak

diperkenankan apabila nyata-

nyata dibayarkan Wajib Pajak

Orang Pribadi Pemeluk agama

Islam. Cara melakukan

Pengurangan Pajak Penghasilan

hanya mencantumkan jumlah

zakat dibawah kolom

penghasilan kotor (bruto).

7. Apa yang menjadi penghambat pelaksanaan

pengurangan pajak bagi pembayar zakat di KPP

Pratama ini?

(a) Kurang optimalnya sosialisasi

BAZNAS ; (b) Kurangnya

sosialisasi mengenai

pengurangan pajak bagi

pembayar zakat dari KPP

Pratama Salatiga; (c) Dalam

peraturan pengurangan pajak

bagi pembayar pajak hanya

dikurangkan di kolom bruto; (d)

Kurang percayanya pihak muzaki

Page 156: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

kepada BAZNAS; (e) Terdapat

perbedaan penafsiran

pengurangan pajak; (f)

Masyarakat kurang sadar hukum;

(e) Masyarakat yang tahu

tentang peraturan tersebut lebih

cenderung acuh

Page 157: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 158: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 159: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Page 160: PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2554/1/skripsi...PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ZAINAB

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tgl lahir : Rembang, 11 Mei 1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nama ayah : Ahmad Itqon

Nama Ibu : Muallimah

Alamat : Ds. Sidorejo RT/RW 01/02 Kecamatan Sedan Kabupaten

Rembang 59264

No.HP : 085600327071

Email : [email protected]

Pendidikan

1. RA Riyadlotut Thalabah Sedan

2. MI Riyadlotut Thalabah Sedan

3. MTs Riyadlotut Thalabah Sedan

4. MA Riyadlotut Thalabah Sedan

5. Mahasiswa Hukum Ekonomi IAIN Salatiga