efektivitas zakat pengurang penghasilan kena pajak...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS ZAKAT PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK
TERHADAP PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA BAZNAS
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk
Memenuhi Persyaratan Guna Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
UNUN SUTIYA
NIM: 1112046300018
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018M
i
EFEKTIVITAS ZAKAT PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK
TERHADAP PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA BAZNAS
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk
Memenuhi Persyaratan Guna Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
UNUN SUTIYA
NIM: 1112046300018
Di Bawah Bimbingan
Dr. Hendra Khalid, M.A
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari ini Selasa, 20 Februari 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Unun Sutiya
2. NIM : 1112046300018
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan
Kena Pajak Terhadap Penerimaan Dana
Zakat Pada BAZNAS.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Februari 2018
PANITIA UJIAN SKRIPSI
1. Ketua : AM. Hasan Ali, M.A. (.............................)
NIP. 19751201 100501 1 005
2. Sekretaris : Dr. H. Abdurrauf, Lc, M.A. (.............................)
NIP. 19731215 200501 1 002
3. Pembimbing : Dr. Hendra Khalid, M.A. (.............................)
4. Penguji I : AM. Hasan Ali, M.A. (.............................)
NIP. 19751201 100501 1 005
5. Penguji II : Dr. H. Zaenul Arifin Yusuf, M.Pd. (.............................)
NIP. 19561207 198031003
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya sendiri
atau merupakan hasil tiruan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Februari 2018
Unun Sutiya
NIM. 1112046300018
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Unun Sutiya
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 7 Desember 1992
3. Alamat : Desa Lebaksiu Kidul, Rt.004, Rw.004,
Kec.Lebaksiu, Kab.Tegal Jawa Tengah
4. Telepon : 081806222932
II. Pendidikan
1. TK (1997 - 1999) : Tut Wuri Handayani
2. SD (1999 - 2005) : SDN 04 Lebaksiu Kidul
3. SMP (2005 - 2008) : SMPN 01 Lebaksiu
4. MAN (2009 - 2012) : MAN Babakan Tegal
5. S1 (2012 - 2018) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Nama Ayah : Subekhi Sidik
2. Tempat/Tangal Lahir : Tegal, 29-11-1964
3. Alamat : Desa Lebaksiu Kidul, Rt.004, Rw.004,
Kec.Lebaksiu, Kab.Tegal Jawa Tengah
4. Nama Ibu : Fatikha
5. Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 26-02-1972
6. Alamat : Desa Lebaksiu Kidul, Rt.002, Rw.004,
Kec.Lebaksiu, Kab.Tegal Jawa Tengah
v
ABSTRAK
Unun Sutiya. 1112046300018. Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Terhadap Penerimaan Dana Zakat Pada BAZNAS. Program Studi Ekonomi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 1439 H/2018 M, 78 halaman + 12 lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat keefektifan penerimaan dana
zakat dengan diterapakannya zakat pengurang penghasilan kena pajak di BAZNAS.
Efektivitas zakat pengurang PPh dapat dilihat dari seberapa besar dan efektif dana yang
diterima oleh BAZNAS pada program pengurang penghasilan kena pajak tersebut.
Penelitian tersebut berlangsung di BAZNAS yang bertempat di Gedung Artaloka
lantai 5, Jl Jenderal Sudirman, Kebon Sirih Jakarta Pusat, dan KPP Kebon Jeruk 1,
Jakarta Barat. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang
merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan metode eksploratif, yang
kemudian diambil sebuah kesimpulan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
dengan pihak BAZNAS, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan,
jurnal, majalah, berita dan internet.
Hasil analisis menunjukkan: Pertama, Mekanisme yang diterapkan untuk zakat
berlaku sebagai pengurang PPh, yaitu dengan cara zakat yang dibayarkan dikurangi
penghasilan wajib pajak dengan syarat zakat tersebut dibayarkan pada BAZNAS yang
disahkan Pemerintah dan dilaporkan pada SPT PPh 21 dengan bukti setor zakat dan
NPWZ. Kedua, Penghimpunan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dalam program
pengurang PKP tidak efektif dikarenakan kurangnya kerjasama antara BAZNAS dan
Dirjen Pajak untuk merestitusi zakat sebagai pengurang PKP, seperti dibentuknya UPZ
dalam lingkungan Dirjen Pajak dan ditambah unsur pemotongan langsung zakat pada
SPT PPh 21. Penerimaan zakat tetap mengalami kenaikan dari tahun 2013-2016, akan
tetapi BAZNAS menegaskan dana yang diperoleh berdasarkan dari program yang telah
ada sejak terbentuknya BAZNAS, seperti; Zakat Comunity Development, Rumah Sehat
BAZNAS, Rumah Cerdas Anak Bangsa dll, bukan dari program pengurang PKP.
Kata Kunci : Mekanisne, Efektivitas dan Peningkatan Dana Zakat
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A
Rujukan Buku : 1990 – 2016
vi
KATA PENGANTAR
الره حمن الره حيمبسم للاه
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin,
rahmat dan nikmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak Terhadap Penerimaan Dana
Zakat Pada BAZNAS, dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi
Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan seluruh umatnya, yang
Ingsa-Allah kita termasuk di dalamnya. Dalam proses penyusunan skripsi ini,
penulis banyak menemui hambatan dan cobaan. Walaupun harus melalui proses
yang cukup sulit dan rumit, namun berkat hidayah dan inayah Allah SWT,
sebagai manifestasi kasih sayangnya, penulis sadar dengan sepenuh hati, bahwa
skripsi ini hanyalah setitik debu untuk menuju jalan kesuksesan. Penulis juga
sadar bahwa banyak pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung.
Didorong oleh semangat itu semua penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik, selanjutnya penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak
dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penullis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
vii
1. Bapak Dr. M. Arief Mufrani, Lc, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yogi Citra Pratama, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu RR.Tini Anggaraeni, S.T, M.Si, selaku sekretaris Program
Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A, selaku sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Abdul Azis Hasibuan, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah banyak membantu penulis dalam memotivasi dan mengarahkan
perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan
baik.
6. Bapak Dr.Hendra Kholid M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang begitu
sabar, dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan
pengarahan, saran, ilmu, bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam
membantu menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh karyawan akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membantu menyelesaikan proses pendaftaran menuju sidang skripsi penulis.
viii
8. Kepada seluruh dosen, serta karyawan akademik, terutama Ibu Oke, Pa Faza
dan Ibu Siska Fakultas Syariah dan Hukum yang sangat membantu dari awal
sampai akhir, kepada akademik pusat Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,
serta para pengurus perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan
kepada para mahasiswa, sampai denga selesai.
9. Pihak BAZNAS Pusat Kebon Sirih dan BAZNAS Artaloka yang telah
membantu memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan, guna
untuk menyelesaikan skripsi yang sedang penulis teliti.
10. Pihak KPP Pratama Kebon Jeruk Satu, yang mau memberikan informasi atas
apa yang penulis butuhkan, walaupun hanya terbatas.
11. Kepada kedua orang tuaku Bapak Subekhi Sidik dan Ibu Fatikha yang tiada
henti-hentinya selalu mendoakan penulis, memberikan semangat dan
memberikan dukungan material dan moril kepada Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman dekat, yaitu Abdul Mufit yang selalu membantu dan setia menemani
penulis, saat Penulis kesusahan dan saat Penulis harus bolak balik kesana
kemari, beliau selalu ada.
13. Keluarga Manajemen Ziswaf 2012 (Anggun Sukmawati, yang selalu mau
menampung tempat tinggal untuk penulis, saat penulis harus ketemu dosen
pagi-pagi, Dewi Soimah, teman yang selalu menemani saat penulis harus
mondar-mandir kesana kemari, Murtafiah, Fitriwati, Evi Nurhayati, Awal
Ramadhan, Maesaroh, Irsyad Firdaus, Dini Fakriyah, Resti Hartati, Fitri Nur
Samha, Azmi Huzaini, Ekomah, Hari Nurapdiyansyah, Bintang Mikail Subuh
ix
dan teman-teman lainnya yang selalu mengingatkan dan menyemangati, serta
memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman ditempat kerjaan yang selalu memberikan canda dan tawa serta
masukan dan kritik saat penulis menceritakan keluh kesahnya.
15. Adekku Sukma Hidayat, dialah ade lelakiku yang selalu mengejek, namun tak
luput selalu terus menyemangati penulis, agar fokus dalam perkuliahannya.
16. Paman saya yang selalu menanyakan kapan wisudanya, beliau juga salah satu
yang memberiku motivasi, agar penulis cepat menyelesaikan skripsinya.
17. Bpa penjaga warnet Assalam yang selalu sabar membantu penulis dalam
kerapihan penulisan skripsinya.
18. Seluruh pihak, tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, terimakasih
atas motivasi, dukungan, saran, kritik sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata hanya kepada Allah penulis, panjatkan doa serta syukur yang
membuat satu persatu impian penulis terwujud, penulis sangat sadar bahwa masih
banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena penulis bukanlah makhluk yang
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca.
Jakarta, 20 Februari 2018
Penulis
Unun Sutiya
1112046300018
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8
D. Kerangka Teori....................................................................... 9
E. Metode Penelitian................................................................... 11
F. Review Studi Terdahulu ......................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Efektivitas .............................................................................. 18
1. Pengertian Efektivitas ..................................................... 18
2. Indikator Efektivitas ........................................................ 19
B. Zakat ...................................................................................... 20
1. Pengertian Zakat ............................................................. 20
2. Dasar Hukum Zakat ........................................................ 22
3. Tujuan Zakat ................................................................... 25
4. Macam-macam Zakat ...................................................... 27
5. Undang-Undang dan Peraturan Tentang Zakat .............. 29
xi
C. Pajak ....................................................................................... 31
1. Pengertian Pajak .............................................................. 31
2. Dasar Hukum Pajak ........................................................ 32
3. Tujuan Pajak ................................................................... 33
4. Objek Pajak Penghasilan ................................................. 34
5. Undang-Undang Tentang Pajak
Penghasilan .................................................................... 37
BAB III PENERAPAN ZAKAT PENGURANG PENGHASILAN KENA
PAJAK DI BAZNAS
A. Sejarah dan Perkembangan BAZNAS ................................... 42
B. Dasar Hukum BAZNAS ....................................................... 45
C. Penghimpunan Zakat Pada BAZNAS .................................... 46
D. Penyaluran Zakat Pada BAZNAS .......................................... 48
E. Penerapan Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Pada BAZNAS ....................................................................... 53
BAB IV ZAKAT PENGURANG PAJAK DAN PENERIMAAN DANA
ZAKAT PADA BAZNAS
A. Mekanisme Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak di
BAZNAS ................................................................................ 57
B. Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Terhadap Penerimaan Dana Zakat ......................................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 74
B. Saran ....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Zakat pada PPZ di Malaysia ......................................................... 4
Tabel 1.2 Zakat pada BAZNAS di Indonesia ............................................... 4
Tabel 1.3 Review Studi Terdahulu ............................................................... 14
Tabel 4.1 Wajib Pajak .................................................................................. 62
Tabel 4.2 Tarif PTKP 2016 .......................................................................... 62
Tabel 4.3 Tarif Penghasilan Kena Pajak ...................................................... 63
Tabel 4.4 SPT Tahunan Zakat Sebagai Pengurang PKP .............................. 67
Tabel 4.5 SPT Tahunan Zakat Sebagai Pengurang PPh ............................... 68
Tabel 4.6 Perolehan Dana Kekayaan Indonesia ........................................... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori Efektifitas Zakat .............................................. 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian pemikir kontemporer telah menulis tesis bahwa zakat itu
identik dengan pajak, atau zakat adalah bagian dari pajak pemerintah. Mereka
berasumsi berdasarkan dua hal, yaitu kesatuan pemahaman dan kesatuan
beban. Bila dihubungkan dengan kesatuan pemahaman, mereka berpendapat
bahwa zakat itu identik dengan pajak karena kesamaan unsur-unsurnya,
istilahnya dan pengertiannya. Apabila dihubungkan dengan kesatuan beban,
mereka berpendapat bahwa zakat itu menyerupai pajak dari segi beban harta
yang harus dibayar oleh individu dan masyarakat yang mempunyai
kedudukan yang sama dihadapan hukum, demikian juga pajak adalah bagian
terpenting beban harta untuk merealisasikan tujuan zakat itu sendiri.1
Di tengah menguatnya peranan pajak dalam penerimaan negara, secara
bersamaan muncul sebuah kesadaran umat akan peranan zakat. Dua hal ini
menuntut adanya pengelolaan yang tepat, manajemen yang buruk atas
keduanya akan menimbulkan efek yang kontra produktif dalam pembangunan
nasional. Salah satunya yaitu beban ganda atas kewajiban untuk membayar
pajak dan kewajiban membayar zakat.2 Faktanya bahwa subjek pajak terbesar
adalah kaum Muslim yang jumlahnya 87% dari total penduduk Indonesia,
1Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara
Kencana Yogya, 2003), hal.7-8. 2Damanhur, Mewujudkan Sistem Perpajakan Prespektif Islam, (Nangroe Aceh
Darussalam, Prosidang Persidangan Antarbangsa Pembangunan Aceh, 2006), h.24.
2
pemerintah berupaya untuk meminimalkan kewajiban ganda yang
memberatkan dan untuk mengatasinya dilakukan upaya titik temu antara
pajak dan zakat agar kewajiban tersebut tidak memberatkan umat Islam.3
Pemerintah membuat peraturan yang dapat menjadi solusi bagi kewajiban
ganda yaitu dengan dibuatnya pasal 14 ayat 3 pada Undang-Undang Nomor
38 Tahun 1999 bahwa pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena
pajak adalah dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni
kewajiban membayar zakat dan pajak. Ketentuan ini masih diatur dalam
Undang-undang yang terbaru yakni dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang sebelumnya PPh (pajak
penghasilan) diatur pada UU Nomor 17 Tahun 2000. PPh pada Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008, isinya lebih menegaskan zakat yang
dikecualikan dari objek pajak adalah zakat yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang disahkan pemerintah dan pada pasal 4 ini juga ditambah
dengan keringanan bagi agama lain karena sumbangan agama di lembaga
yang disahkan oleh pemerintah juga dikecualikan dari objek pajak.4
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 merupakan angin segar bagi umat Islam di
Indonesia. Sebab, kedua Undang-Undang tersebutlah yang mensinergiskan
pembayaran zakat dan pajak. Sejak diberlakukannya Undang-Undang
3Apriliana. 2010. Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang Langsung Pajak
Penghasilan. Skripsi. Jakarta: FEB Universitas Islam Negeri Jakarta. 4Dasar Hukum, diakses pada tanggal 5 juli 2015 pada http://www.hukumonline.com/
klinik/detail/cl666/dasar-hukum-dan-mekanisme-zakat-sebagai-pengurang-pajak
3
tersebut wajib pajak muslim yang telah mengeluarkan zakat akan mendapat
keringanan sekitar 2,5% dari pajak penghasilannya. Setiap wajib pajak
muslim juga akan memperoleh Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) dan
Bukti Sektor Zakat (BSZ) sebagai bukti pembayaran zakat, yang diserahkan
ke Kantor Pajak untuk mendapat pengurangan pembayaran pajak.
Namun penggabungan antara zakat dan pajak ini belum dilaksanakan
secara sempurna oleh umat Islam di Indonesia, posisi zakat di Indonesia
hanya menjadikan zakat sebagai salah satu bagian dari komponen biaya yang
dapat mengurangi penghasilan bruto, keadaan ini sangat berbeda pada negara-
negara yang telah mengelola zakatnya dengan baik dan digunakan sebagai
pengurang pajak, salah satu contohnya adalah negara Malaysia.5 Pada tahun
1978, pemerintah Malaysia mengesahkan aturan, bahwa setiap pembayaran
zakat individu dapat menjadi pengurang pajak 100 persen dan pada tahun
1990, zakat pengurang pajak mulai diberikan kepada perusahaan yang
membayar zakat dengan potongan sangat kecil. Pada tahun 2005, pemerintah
Malaysia membuat keputusan, bahwa pembayaran zakat pada perusahaan
dapat menjadi pengurang pajak penghasilan hanya sebesar 25 persen saja.6 Di
Malaysia, zakat telah dijadikan sebagai pengurang langsung Pajak
Penghasilan (PPh) atau sebagai kredit pajak. Dengan demikian, beban ganda
yang harus ditanggung oleh umat Islam yang juga merupakan wajib pajak
5Gustian Djuanda, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2006), h.282. 6Darussaadah.or.id, “ Keberhasilan Pengelolan Zakat di Malaysia”, artikel diakses pada
tanggal 25 November 2016 dari http://darussaadah.or.id/kajian/19/Keberhasilan_Pengelolaan _
Zakat_di_Malaysia.html.
4
tidak hanya diminimalkan, tetapi dihilangkan dengan adanya kebijakan
tersebut. Lihatlah perolehan dana zakat dari kedua negara tersebut:
Tabel 1.1: Dana Zakat pada PPZ di Malaysia
No Tahun Jumlah
1 2013 484 RM
2 2014 533 RM
3 2015 557 RM
4 2016 580 RM
Sumber : Laporan Keuangan Pusat Pungutan Zakat
Data diatas menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan pada perolehan
dana zakat dari tahun ke tahun, pada data kependudukan Malaysia tahun 2016
warga penduduk Malaysia sekitar 31juta jiwa dan moyoritas masyarakat
Muslim 73% atau sekitar 22 juta jiwa dengan perolehan dana zakat 580 RM,
hal ini dapat membantu mensejahterakan warganya.7 Bandingkan dengan
perolehan dana zakat di Indonesia, lihat tabel berikut:
Tabel 1.2: Dana Zakat pada BAZNAS di Indonesia
No Tahun Jumlah
1 2013 24 Miliyar
2 2014 29 Miliyar
3 2015 45 Miliyar
4 2016 75 Miliyar
Sumber : Laporan Keuangan Badan Zakat Nasional
dan Majalah BAZNAS
7https://www.dosm.gov.my/v1/index.php?r=column/pdfPrev&id=VUdaQ2tVVjcwTEFU
VWp5aTVQbjV1UT09 diakses pada tanggal 25 Desember 2017.
5
Tabel diatas menunjukkan zakat mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan banyaknya penduduk yang
mayoritas Islam di Indonesia yaitu sekitar 87% dari 258 juta jiwa pada tahun
2016.8 Dalam konferensi pengelolaan ZISWAF Asia Tenggara, ada beberapa
hal yang distandarisasikan, salah satunya adalah zakat sebagai pengurang
pajak. Di negara Malaysia, Brunei, dan Singapura, zakat telah terhimpun
lebih maksimal. Salah satu faktor peningkatan penghimpunan zakat yang
maksimal adalah negara-negara tersebut telah menjadikan zakat sebagai
pengurang pajak penghasilan. Sedangkan di Indonesia zakat masih sebatas
PPKP (Pengurang Penghasilan Kena Pajak) tetapi pada prakteknya PPKP ini
masih belum tersosialisasi dengan baik.9
Pengelolaan zakat oleh negara apabila dapat dikelola dengan baik akan
mendapat manfaat secara langsung seperti, berkurangnya masyarakat lemah,
serta kekurangan dan para muzakki akan lebih disiplin apabila peraturan
pengelolaan zakat oleh negara dipertegas dan pendistribusian akan lebih
tertata dan tertib hingga daerah pelosok. Selain mendapatkan manfaat yang
dapat dirasakan secara langsung oleh negara karena zakat secara tidak
langsung dapat membantu APBN. Menurut data statistik, penduduk Indonesia
sekarang mencapai 257.912.349 juta jiwa pada tahun 2016 .10
Apabila satu
8http://jateng.tribunnews.com/2016/09/01/data-terkini-jumlah-penduduk-indonesia-2579-
juta-yang-wajib-ktp-1825-juta, diakses pada tanggal 10 Juli 2017. 9Arifin Purwakananta, Noor Afla, Southeast Asia Zakat Movement, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2008), h.49. 10
Badan Pusat Statistik, “Kebutuhan Data Ketenagakerjaan Untuk Pembangunan
Berkelanjutan”, diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 dari http://jateng.tribunnews.com/2016/09
/01/data-terkini-jumlah-penduduk-indonesia-2579-juta-yang-wajib-ktp-1825-juta, diakses pada
tanggal 10 Juli 2017.
6
keluarga dimisalkan rata-rata 5 orang, yaitu suami, istri, dan 3 orang anak
maka ada 51 juta kepala keluarga. Jika diperkirakan 15% adalah non Islam,
berarti yang beragama Islam 85% x 51juta KK = 43,3juta KK. Pada data
BPS, penduduk Indonesia masuk dalam kategori miskin sebesar 27juta jiwa
atau sekitar 11% dari total penduduknya, maka masih ada 38 juta KK yang
berpontensi membayar zakat.11
Satu nisab adalah 85 gram emas atau lebih
kurang 42,5juta. Jadi, apabila satu KK berpenghasilan 60juta dengan
penghasilan bersih 30juta, maka yang bersangkutan wajib mengeluarkan
zakatnya sebesar Rp30juta x 2,5% = Rp750.000/tahun, dana zakat yag
terkumpul dari 38KK x Rp750.000 = 28.500.000.
Apabila dimisalkan rata-rata per KK memiliki modal perniagaan Rp
100 juta dan penghasilan bersihnya 76juta, maka setiap KK wajib membayar
zakat sebesar 2,5% x Rp 76juta = 1.900.000/tahun. Berarti dana zakat yang
terkumpul setiap tahunya adalah 38 KK x Rp1.500.000 = Rp72.200jt, belum
termasuk zakat perkebunan, zakat barang tambang dll. Dari dana zakat ini
bisa dialokasikan untuk para mustahik dengan penggunaanya, misal;
pendidikan, pemberdayaan ekonomi lemah dan lain-lain.12
Pasti Indonesia
akan seperti negara tetangga yaitu Singapura yang minim penduduk namun
sangat sejahtera.
Saat ini di Indonesia, apabila seorang Wajib Pajak (WP) mengisi SPT
PPh 21 dengan melaporkan pembayaran atas zakat, maka SPT-nya akan
mengalami kelebihan bayar, dan kelebihan bayar tersebut nantinya akan
11
https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1494/jumlah-penduduk-miskin-persen
tase-penduduk-miskin-dan-garis-kemiskinan-1970-2017.html 12
Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara, h.31.
7
mengalami proses audit terlebih dahulu oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang
mengakibatkan Wajib Pajak tidak melampirkan bukti setor zakat kembali saat
pembayaran pajak penghasilan karena nilai restitusi yang nominalnya kecil.
Salah satu solusi yang diusulkan oleh BAZNAS, misalnya di SPT PPh 21
yang dibuat oleh pemberi kerja dimasukkan unsur zakat yang dipotong oleh
pemberi kerja. Formula demikian akan memberi dampak positif, yaitu Wajib
Pajak tidak akan kelebihan bayar dalam SPT tahunannya, dan di sisi lain
instansi akan perusahaan diharapkan akan menjadi UPZ (Unit Pengumpul
Zakat) pada BAZNAS.13
Dari pemaparan tersebut di atas penulis menemukan poin-poin penting
untuk dikaji lebih dalam, maka penulis ingin membuat penelitian dengan
bertema “Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak terhadap
Peningkatan Penerimaan Dana Zakat Pada BAZNAS”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi tersebut tidak meluas,
serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian, maka
dalam penulisan skripsi, penulis membatasi ruang lingkup diantaranya ;
a. Zakat yang dipilih adalah zakat profesi.
b. Penghasilan kena pajak yang dipilih adalah pajak penghasilan.
13
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/perlakuan-zakat-dalam-pajak-penghasilan/
8
c. Undang-Undang Indonesia dibatasi yaitu UU No.23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat dan UU No. 36 tahun 2008 tentang
pajak penghasilan.
2. Perumusan Masalah
Dengan mengamati latar belakang permasalahan yang ada, maka
penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti pokok permasalahan yang
lebih jelas untuk di bahas. Adapun perumusan masalah yang akan dikaji
sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme zakat pengurang penghasilan kena pajak
di BAZNAS?
b. Apakah efektif kebijakan zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak terhadap peningkatan penerimaan dana zakat di
BAZNAS?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui mekanisme zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak di BAZNAS.
b. Untuk mengetahui apakah zakat pengurang penghasilan kena
pajak tersebut efektif terhadap peningkatan penerimaan dana
zakat.
2. Manfaat
a. Bagi kalangan akaSdemisi, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dibidang pajak dan zakat, khususnya
9
Efektivitas
Target
Berhasil
Tidak Berhasil
Mencapai
Target
Muzzaki
Dana Zakat
Sasaran
BAZNAS
Pajak
mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan
bagaimana dampak penerapan zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan dana
zakat saat ini.
b. Bagi praktisi, khususnya BAZNAS dan KPP diharapkan
penelitian ini dapat menjadi masukan dan arahan agar kedepannya
kebijakan tersebut bisa terealisasi dengan baik dan manfaatnya
dapat dirasakan oleh semua pihak.
c. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah informasi dan wawasan, dimana Pemerintah telah
menetapkan kebijakan mengenai zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak, sehingga masyarakat bersemangat lagi
untuk membayar zakatnya kepada lembaga resmi pemerintah atas
kebijakan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
tersebut.
D. Kerangka Teori
Gambar 1.1: Kerangka Teori Efektivitas Zakat
10
Beberapa istilah yang terkait dengan gambar 1.1 diatas diantaranya
efektivitas, zakat dan pajak. Menurut Siagian, Efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti semakin tinggi tingkat efektivitasnya.14
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu yang artinya keberkahan, al-namaa artinya pertumbuhan dan
perkembangan, ath-thaharatu arti kesucian, dan ash-shalahu artinya
keberesan. Sedangkan secara istilah, zakat itu adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu
pula.15
Pajak, menurut definisi para ahli keuangan, ialah kewajiban yang
ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara sesuai
dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara, dan hasilnya
untuk membiayai pengeluaran umum pada satu pihak kepada pihak lainnya
dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan lain lain.16
Demi kesejahteraan umat Islam, pemerintah beserta BAZNAS dan
Dirjen Pajak membuat kebijakan, bahwa zakat dapat mengurangi penghasilan
14
Sondang P. Siagian, Kiat Menigkatkan Produktifitas Kerja, (Jakarta: Rinerka Cipta,
2009), h.24 15
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002),
h.7. 16
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1986), h.999.
11
kena pajak, terungkap pada pasal 14 ayat 3 pada Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 bahwa pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena
pajak adalah dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni
kewajiban membayar zakat dan pajak. PPh pada Undang-Undang Nomor 36
tahun 2008, isinya tentang zakat yang dikecualikan dari objek pajak adalah
zakat yang diterima oleh lembaga keagamaan yang disahkan oleh pemerintah
dan pada pasal 4 ini juga ditambah dengan keringanan bagi agama lain karena
sumbangan agama di lembaga yang disahkan oleh pemerintah juga
dikecualikan dari objek pajak.
Dengan demikian, zakat pengurang penghasilan kena pajak tersebut
dapat dikatakan efektif, yaitu dengan melihat tingkat penerimaan dana zakat
yang diperoleh oleh lembaga BAZNAS dan presentasi bayaknya muzakki
yang menyerahkan bukti setor zakat saat membayar SPT tahunan, karena
zakat sebagai pengurang pajak seharusnya merupakan solusi bagi muzakki
agar beban pajak lebih ringan, sehingga dana zakat semakin meningkat dan
penyaluran dana zakat semakin merata.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan strategi mutlak yang harus dipakai dalam
suatu penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian lapang-
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.2.
12
an yang bersifat kualitatif, penelitian ini akan menggunakan metode
eksploratif. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan normatif
dengan studi kepustakaan (library research). Pendekatan normatif
adalah kajian kepustakaan yang bertujuan mengeksplorasi dan
memahami berbagai konsep yang berkaitan dengan tema penulis yang
dilakukan untuk mendapatkan data sejelas mungkin dengan mengacu
pada teori yang sudah dijelaskan pada kajian teoritis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Mengenai teknik pengumpulan data, penulis akan mendapatkan
data dengan beberapa cara, diantarannya:
a. Observasi langsung.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang di teliti.18
Sasarannya adalah Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Kantor Pelayanan Pajak
(KPP).
b. Wawancara.
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada responden, oleh pengumpul
data.19
Studi pustaka, mencari, mengumpulkan, meneliti,
menelaah serta mengkaji data dan informasi dari berbagai media
yang relevan dan objektif guna memenuhi pembahasan efektivitas
18
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), h. 54. 19
Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h.67.
13
zakat pengurang pajak pada penerimaan dana zakat dan
dokumentasi.
3. Sumber Data
Sumber yang digunakan adalah data primer dan juga data
sekunder:
a. Data primer, bersumber dari observasi langsung kelapangan dan
wawancara pada BAZNAS dan KPP, Undang-undang zakat dan
pajak, Laporan Keuangan Zakat dan Pajak.
b. Data sekunder, yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi
ini yaitu literatur berupa skripsi, majalah, jurnal, artikel, surat
kabar, buku-buku dan lainnnya yang berkaitan dengan zakat dan
pajak.
4. Teknik Analisis Data
Pada teknik analisis yang digunakan peneliti adalah dengan
pendekatan isi (content analysis), yang menekankan pengambilan dari
kesimpulan metode deskriptif, analisis, historis, dan normatif. Analisa
yang bersifat deskriptif dan dedukatif, seluruh data yang diperoleh akan
diklarifikasikan dari bentuk yang bersifat umum, kemudian dikaji dan
diteliti, selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu memberikan
gambaran spesifik dan relevan mengenai data tersebut.
14
F. Review Studi Terdahulu
Tabel 1.3: Review Studi Terdahulu
1. Identitas Mariah, Peradilan Agama, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Skripsi, 2011
Judul Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi
terhadap Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten
Bekasi).
Isi Skripsi Maria berisi tentang bagaimana administrasi zakat
pengurang penghasilan kena pajak dan apakah zakat dapat
mengurangi pajak penghasilan, padahal pajak adalah aset
negara dan bagaimana pelaksanaanya di Indonesia.
Pembeda Penelitian saya tentang zakat pengurang penghasilan kena
pajak terfokus pada penerimaan dana zakatnya apakah
bertambah, atau sama saja sebelum adanya kebijakan
tersebut, dan apakah dengan adanya kebijakan tersebut
Muzakki bertambah.
2. Identitas Soesilowati, Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Skripsi, 2013.
Judul Analisis Prosedur Penerapan Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak Pada UU No.23 Tahun 2013 dan
UU No.36 Tahun 2008 (Kualitatif).
Isi Bagaimana prosedur zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak dalam peraturan UU No.23 Tahun2013 dan UU
15
No.36 Tahun 2008 dan menjelaskan bagaimana dampak
setelah amandemen kedua Undang-Undang tersebut
terhadap jumlah wajib zakat.
Pembeda Penelitian yang saya buat membahas tentang efektivitas
terhadap penerimaan dana zakat dengan adanya kebijakan
zakat pengurang pajak.
3 Identitas Apriliana, Akuntansi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
Skripsi 2010.
Judul Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan
Zakat Sebagai Pengurang Langsung Pajak Penghasilan
Isi Skripsi tersebut membahas perbedaan antara perlakuan
sebagai zakat pengurang penghasilan kena pajak dengan
zakat sebagai pengurang pajak penghasilan (kredit pajak)
dan menganalisa perbedaan antara kebijakan tersebut.
Pembeda Penelitian saya berbeda bahwa mengapa zakat pengurang
penghasilan kena pajak tersebut masih harus dikaji karena
belum ada yang mencari tahu manfaat dari kebijakan dan
apa kendalanya, disini saya akan meneliti dengan sebesar
apa dana zakat bertambah dan apakah para muzakki
tertarik dengan adanya kebijakan tersebut.
16
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini dijadikan acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan
sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan membahas konsep mengenai zakat tentang
“Efektivitas Zakat Pengurang Pajak terhadap Peningkatan
Penerimaan Dana Zakat pada BAZNAS”. Dimana indikatornya
adalah Efektivitas yang meliputi: pengertian, tujuan dan
manfaatnya, selanjutnya Zakat yang meliputi: pengertian zakat,
dasar hukum zakat, tujuan, macam-macam zakat dan undang-
undang tentang zakat profesi. Indikator selanjutnya adalah
Pajak, diantarannya: pengertian pajak, dasar hukum pajak,
tujuan pajak, objek pajak serta Undang-undang tentang pajak
penghasilan.
17
BAB III: GAMBARAN UMUM
Pada BAB III ini Peneliti membahas tentang penerapan zakat
pengurang penghasilan kena pajak pada lembaga BAZNAS,
menjelaskan bagaimana sejarah dan perkembangan BAZNAS,
seperti apa penghimpunan dan penyaluran zakat pada BAZNAS,
bagaimana penerapannya di Indonesia dengan adanya kebijakan
zakat pengurang penghasilan kena pajak.
BAB IV: ANALISA
Menganalisis mekanisme zakat pengurang penghasilan kena
pajak, serta perhitungan pembayaran zakat pengurang pajak
penghasilan, dan bagaimana efektifitas pengelolaan kebijakan
zakat pengurang penghasilan kena pajak terhadap penerimaan
dana zakat.
BAB V : HASIL
Peneliti menerangkan tentang penutup yaitu terdiri dari
kesimpulan dan keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, dan saran-saran yang didapat. Pada
bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka beserta lampiran-
lampiran yang mendukung.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu Effective yang berarti
berhasil, tepat atau manjur.20
Efektivitas merupakan kemampuan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan cara atau peralatan yang tepat.21
Hal
ini sesuai dengan pendapat H.Emerson yang dikutip oleh Soewarno
Handayaningrat S, menyatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun Komaruddin juga mengungkapkan bahwa “Efektivitas
adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan
manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu”.22
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai
oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih
dahulu Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin
tinggi efektivitasnya.23
20
S.Wojowasito dkk. KamusLengkapInggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, (Bandung:
PT.Hasta,1980), h.49. 21
T. Hani Handoko, manajemen,(Yogyakarta: BPFE,1998), edisi ke-2, h.7. 22
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-tujuan-efektivitas.html 23
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1672/BAB%20II.pdf
19
Dengan demikian, bahwa suatu organisasi atau lembaga akan
dikatakan efektif apabila makin besar presentasi target yang tercapai
terhadap tujuan yang dibentuk pada organisasi atau lembaga tersebut,
maka makin besar pula tingkat keberhasilan pada lembaga tersebut.
2. Indikator Efektivitas
Menurut Sujadi F.X bahwa, untuk mencapai efektivitas dan
efesiensi kerja harus dipenuhi syarat - syarat sebagai berikut.24
a. Berhasil guna, yaitu menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dan memiliki pengaruh.
b. Ekonomis, yaitu bahwa didalam usaha agar pencapaianya efektif,
harus memperhatikan hal-hal tersebut, seperti: biaya tenaga kerja,
peralatan, waktu, keuangan, dan lainya yang telah dipergunakan
dengan tepat sebagaimana yang telah direncanakan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk
membuktikkan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber daya telah
dipergunakan dengan tepat, dan dilaksanakan dengan
bertanggung jawab.
d. Pembagian kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja di bagi
berdasarkan beban kerja, dan waktu yang tersedia pada setiap
pegawainya.
24
Sujadi, F. X, O & M, Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, (Jakarta: PT.
Baharaya Karya Aksara, 1986), H. 153 – 158.
20
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah strategi
dikatakan efektif apabila dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
berhasil guna, memiliki pengaruh dalam lembaga tersebut, ekonomis terhadap
pembiayaan, bermanfaat dan menguntungkan bagi semua pihak.
B. Zakat
Zakat merupakan salah satu kewajiban yang disyariatkan Allah kepada
umat Islam, sebagai salah satu perbuatan ibadah setara dengan shalat, puasa
dan ibadah haji. Akan tetapi, zakat tergolong ibadah maliah, yakni ibadah
melalui kekayaan dan bukan ibadah badaniah yang pelaksanaanya dengan
fisik.
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar
yaitu zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.25
Menurut
lisan al-Arab, zakat adalah at-thahuru, artinya (membersihkan atau
mensucikan), sebagaimana firman Allah:26
يهم بها... ة خد من أموالهم صدق تطهرهم وت زكArtinya:
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.....". (QS. At-Taubah : 103).
Zakat dapat dikatakan pula sebagai al-Barakatu artinya berkah,
an-Numuw artinya tumbuh dan al-Ziyadah artinya bertambah,
25
Nuruddin Mhd.Ali, 2006, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta:
PT Raja Grafindo), h.6. 26
Keutamaan Menunaikan Zakat, diakses pada tanggal 10 Juli 2017, pada https://muslim.
or.id /9427- panduan-zakat-1-keutamaan-menunaikan-zakat.html
21
maksudnya, harta yang dikeluarkan zakatnya akan bertambah baik di
dunia maupun di akhirat. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi
Muhammad SAW, dalam sabdanya:27
رة من والله ذا الذي ي قرض الله ق رض حسن ا ف يضا عفه أضعا ف ا كثي .سط وإليه ت ر جعون وي ب ي قبض
Artinya:
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik, maka Allah akan gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah
2:245).
Sedangkan menurut istilah, zakat ialah sebagian harta benda yang
wajib diberikan kepada orang tertentu dengan kadar harta tertentu dan
dengan syarat tertentu pula. Menurut beberapa ulama, zakat adalah
sebagai berikut:
a. Zakat menurut DR.Yusuf Qardawi, yaitu: Sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang
yang berhak.28
b. Al Mawardi dalam kitab Al Hawi berkata:“Zakat itu sebutan
untuk pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut
sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan yang
tertentu”.29
27
Kisah Sedekah, diakses pada tanggal 12 juni 2017, pada web https://www. babarkata.
com /2017/03/kisah-salah-sedekah.html 28
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h.34 29
Al Majmu’ 5 : 325
22
Sedangkan Pengertian zakat menurut UU No.23 Tahun 2011 pada
pasal 1 tentang pengelolaan zakat menyebutkan bahwa: “ zakat adalah
harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam”.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa zakat
adalah harta yang wajib dikeluarkan, sesuai dengan ukuran atau kadar
yang telah mencapai nisab dan haulnya, kepada yang berhak menerima.
2. Dasar Hukum Zakat
Seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu
(nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu
tahun, wajib mengeluarkan zakatnya, adapun dalilnya sebagai berikut:
a) Al-Qur'an
(٣:١:٩:التوبة ) Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui” .(Q.S At-Taubah:9:103).
Maknanya adalah, wahai Rasul ambillah sebagian harta orang-
orang yang beriman sebagai sedekah yang telah ditentukan (ukuranya),
23
seperti zakat wajib atau sedekah yang tidak ditentukan (ukurannya),
yaitu yang hukumnya sunnah.30
: ٩:٠٦)التوبة(
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang pada
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. At-Taubah:9:60).
Maknanya, bahwa yang berhak menerima zakat ialah: Orang
fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi penghidupannya. Orang miskin: orang yang
tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. Pengurus
zakat: seseorang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam
dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir. Orang berhutang: orang yang berhutang
karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup
membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
30
Syaikh as-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, (Bogor,
Pustaka Ibnu Katsir, 2005), cetakan ke-2 h.4.
24
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia
mampu membayarnya. Pada jalan Allah (fisabilillah): yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin, di antara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-
lain dan orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
b) Hadist
هما: )عن ابن عبا ب عث معاذ ا م ل س و ه ي ل لى اهلل ع أن النبي ص س رضي الله عن اف ت رض عليهم ن الله قد أ ه: )ذكر الحديث, وفي ف إلى اليمن( ه ن ع اهلل ي ض ر
.(م, ف ت رد في ف قرائهم في أموالهم, ت ؤخذ من أغنيائه صدقة
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas r.a. Bahwasannya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
mengutus Mu'adz ke negeri Yaman meneruskan hadits itu-- dan
didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di
antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara
mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Al-Bukhari.31
HR. Al-Bukhari.
Dari hadist tersebut dijelaskan bahwa zakat diambil dari golongan
orang-orang kaya disuatu kaum dan hasil zakatnya didistribusikan
kepada golongan orang-orang miskin dari kaum itu sendiri. Dalam
hadist lain rasul menjelaskan tentang harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya jika sudah mecapai nisab dan haul.
31
A. Hasan, Tarjamah Bulughul-Maram Ibnu Hajar al-„Asqalani(Bandung: Diponegoro,
2006), hlm.265.
25
هما ر رمذي; عن ابن عمر:ت ولل زكاة ال ست فاد م ا من ضي آلله عن ف ,الحول عليه ى يحول عليه حت
Artinya:
“Menurut riwayat Tirmidzi dari Ibnu Umar r.a: "Barang siapa
memanfaatkan (mengembangkan) harta, maka tidak ada kewajiban
zakat atasnya kecuali setelah mencapai masa setahun.32
Dengan demikian, jelas bahwa zakat wajib hukumnya untuk
diberikan kepada 8 asnaf, yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin,
kaum dhuafa, pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, dan zakat pula dapat
mensucikan harta yang selama ini diperoleh.
3. Tujuan Zakat
Harta zakat adalah harta yang mensucikan diri dari kotoran kikir
dan dosa, dan menyuburkan harta atau memperbanyak pahala yang
akan diperoleh mereka yang mengeluarkannya. Zakat juga
menunjukkan kepada kebenaran iman, maka disebut shadaqah yang
membuktikan kebenaran kepercayaan, kebenaran tunduk dan patuh,
serta taat mengikuti apa yang diperintahkan. Demikian juga karena
zakat bertujuan untuk mensucikan jiwa masyarakat dari dengki dan
dendam.
32
Ibid, hlm.270
26
Harta yang dizakatkan dipelihara oleh Allah SWT, diturunkan
kepada anak cucu Adam, memperoleh keberkatan dan kesucian, dan
mendapatkan perlindungan oleh Allah Yang Maha Kuasa.33
Zakat
merupakan manifestasi dari kegotongroyongan antara para hartawan
dengan para fakir miskin. Zakat merupakan perwujudan dari kepedulian
sosial umat Islam. Dengan demikian tujuan zakat tesebut adalah:34
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
b. Membantu pemecahan peramasalahan yang dihadapi oleh para
mustahik (penerima zakat).
c. Menghilangkan sifat kikir dan serakah pada para pemilik harta
d. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin dalam suatu masyarakat.
e. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta.
f. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan,
apabila kita sebagai umat Muslim mau membayar zakatnya, jelas sangat
besar manfaat yang dapat dirasakan bagi kita khususnya umat Muslim,
selain dapat mensucikan harta dan jiwa bagi muzakki, dapat mengurangi
tingkat kemiskinan bagi para mustahik.
33
Teungku Moh Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT.Pustaka Rizki
Putra, 1999), cet ke-2, h.8. 34
Gustian Djuanda, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h.15
27
4. Macam-Macam Zakat
a. Zakat Nafs (jiwa), adalah zakat fitrah merupakan zakat untuk
menyucikan diri. Dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak
pada bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul
Fitri). Zakat ini dapat berupa bahan pangan atau makanan pokok,
maupun berupa uang yang nilainya sama dengan harga bahan
pangan atau makanan tersebut.
b. Zakat Mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk
menyucikan harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat
wajib zakat.35
Jenis zakat yang akan dibahas adalah zakat profesi.
Zakat Profesi
1) Pengertian
Dalam Al-Qur,an surat Al-Baqarah ayat 267, “Wahai
orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik,...
Salah satu kegiatan yang menghasilkan kekuatan bagi
manusia sekarang adalah kegiatan profesi, seperti: dokter,
arsitek, karyawan atau para pegawai, jelasnya zakat profesi
atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang dikeluarkan
dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila telah
mencapai nisab.36
35
Gustian Djuanda, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h.18. 36
Zakat profesi, diakses pada 6 Maret 2017, dalam https://zakatpedia.com/services/zakat-
profesi,.
28
2) Landasan hukum
Semua penghasilan melalui kegiatan profesional,
apabila te-lah mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan
zakatnya seperti ayat adz-Dzaariyaat: 19
):٩١:١٩الذرية)
Artinya:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian”.(QS. Ad-Dzariat:51:19).
Sayyid Quthub (wafat 1965) dalam tafsirnya Fi
Zhilalil-Qur’an.37
Ketika menafsirkan firman Allah dalam
surah al-Baqarah ayat 267 menyatakan, bahwa nash ini
mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik dan halal
dan mencakup pula seluruh yang dikeluarkan Allah SWT
dari dalam dan atas bumi, seperti: hasil pertanian dan
pertambangan, karena itu nash itu mencakup semua harta
baik yang terdapat dizaman Rasulullah SAW, maupun
dizaman sesudahnya.
3) Nishab, Haul dan Cara Mengeluarkan Zakat Profesi
Nishab, Kadar dan Haul sangat bergantung pada qiyas
(analogi) yang dilakukan. Dimana jika dianalogikan pada
zakat perdagangan, maka nishabnya sama dengan zakat
37
Sayyid Quthub, Fi Zhilaalil Qur‟an, (Beirut: Daar el-Surq, 1977), juz 1, h.310-311
29
emas dan perak, yaitu 85gram emas, dan kadarnya 2,5%,
waktunya setahun sekali, setelah dikurangkan kebutuhan
pokok.38
Contoh: jika si A berpenghasilan Rp5.000.000,00 setiap
bulannya, dan kebutuhan pokok si A perbulannya sebesar
Rp3.000.000,00 maka zakat yang dikeluarkan adalah: 2,5% x 12
x Rp2.000.000,00 = Rp600.000,00 per tahun.
Jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya
653kg padi atau gandum, kadarnya 5% dan dikeluarkan setiap
mendapatkan gaji, misal sebulan sekali. Contohnya: 5% x 12 x
Rp2.000.000,00 = Rp1.200.000,00 per tahun, atau Rp.100.000,
per bulan.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa zakat profesi dapat
dianalogikan pada dua hal secara sekaligus, yaitu pada zakat
pertanian, dan zakat emas dan perak.
5. Undang-Undang dan Peraturan Tentang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang yang digunakan adalah Undang-Undang No.23
Tahun 2011 pada pasal 1, ayat 1 berbunyi: bahwa pengelolaan zakat
adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat dan pada ayat
7, berbunyi bahawa BAZNAS adalah lembaga yang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional, Undang-undang tersebut sangat jelas
38
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Ekonomi Modern, (Jakarta, Gema
Insani:2002) h.96-97.
30
memaparkan bahwa zakat itu harus ada yang mengelola, agar zakat itu
terarah, jelas tujuannya dan tepat sasaran, terlebih secara nasional.
Pemerintah dan BAZNAS memikirkan masyarakat Indonesia agar lebih
sejahtera dengan adanya kebijakan baru tepatnya pada UU No.23 Tahun
2011 Bab III tentang pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan,
dan pelaporan, tepatnya pada pasal 22, berbunyi bahwa “ zakat yang
dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dapat dikurangkan
dari penghasilan kena pajak. Pasal 23, ayat 1 BAZNAS atau LAZ wajib
memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzakki, dan pada ayat 2
bukti setoran zakat tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak.39
Dipertegas lagi pada Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto.40
Dengan demikian, Undang-undang yang berkaitan dengan zakat
pengurang penghasilan kena pajak saat ini adalah Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011, yang menjelaskan sekaligus menegaskan bahwa
zakat dapat mengurangi pajak penghasilan bruto, dengan syarat dapat
melampirkan bukti setor zakat yang diberikan oleh lembaga resmi
pemerintah, salah satunya BAZNAS kepada pihak Dirjen Pajak.
39
UU Republik Indonesia No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 40
PP Republik Indonesia No.60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan keagamaan yg wajib dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
31
C. Pajak
1. Pengertian Pajak
Definisi pajak 41
menurut beberapa ahli:
Prof.Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Prof.Dr H.Rochmat Soemitro SH. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disimpulkan bahwa pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.42
Banyak defenisi mengenai pajak yang diberikan oleh para ahli
hukum pajak, yang jelas dari defenisi tentang apa itu pajak diatas dapat
41
Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), edisi ke-3,
h.10-11. 42
Erly Suandy, Hukum Pajak, (Jakarta : Salemba Empat, 2002), edisi ke-2, h.10
32
ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar,
diantaranya sebagai berikut: 43
a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang yang
sifatnya dapat dipaksakan.
b. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak.
c. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.
Sedangkan pajak penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis
yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak, baik berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat digunakan untuk
konsumsi maupun menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Dari uraian di atas tersebut, dapat dikatakan bahwa pajak adalah
iuran rakyat yang pembayaranya berdasarkan undang-undang melalui
Dirjen Pajak dan dikelola oleh Pemerintah untuk APBN.
2. Dasar Hukum Pajak
Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan
rakyat sebagai pembayar pajak. Hukum pajak merupakan bagian dari
43
Jurnal “Reformasi Perpajakan di Indonesia”, kajian Hukum Pajak, di akses 21 Januari
2016, http://www.fh.unja.ac.id/index.php/daftar-jurnal/129-latifah-amir-reformasi-perpajakan-di-
indonesia
33
hukum public, yang mengatur hubungan antara penguasa sebagai
pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar pajak.
Dasar hukum pemungutan pajak penghasilan diatur berdasarkan
pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, perubahan keempat atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang
sebelumnya diatur pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.
3. Tujuan Pajak
Pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan
bangsa. Ada beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi Anggaran (Budgetair) : Fungsi budgetair disebut sebagai
fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscalfunction), yaitu suatu
fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan
undang-undang perpajakan yang berlaku. Disinilah pajak
merupakan sumber pembiayaan negara yang terbesar.
b. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend) : Fungsi ini mempunyai
pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah
berkeinginan untuk melindungi kepentingan petani dalam negeri,
pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan, seperti pajak
impor atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.
34
c. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas : Pemerintah dapat menggunakan
sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian barang-
barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat
bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga
agar defisit perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat
menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak sangat
bermanfaat untuk negara, pajak merupakan anggaran utama kas yang
masuk pada negara, sebagai alat pengatur, alat penjaga stabilitas agar
dana negara tidak terus mengalami inflasi atau deflasi, maka sebagai
warga Indonesia wajib membayar pajak untuk kesejahteraan bersama.
4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan menurut Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) Tahun 2008, pasal 4 adalah: setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
35
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini,
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal.
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya.
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, dan lain lain.
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
36
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Deviden, royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
harta.
h. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
i. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentusesuai dengan peraturan pemerintah.
j. Keuntungan kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian
kembali aktiva, dan premi asuransi.44
Isi dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan mendapat angin segar, bahwa tertulis pada pasal 4 ayat 3
menjelaskan tentang yang dikecualikan dari objek pajak adalah45
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui Indonesia dan disahkan oleh
Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
44
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, “tentang Pajak Penghasilan”. 45
UU 36 Tahun 2008, tentang Pajak Penghasilan
37
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro kecil, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Dari uraian tersebut, dalam lingkup objek pajak mendapatkan
berita baik, di mana yang dikecualikan dari objek pajak salah satunya
adalah bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh
lembaga atau badan amil zakat yang disahkan pemerintah.
Dengan demikian zakat yang dibayarkan pada BAZNAS dapat
mengurangi penghasilan bruto dari Wajib Pajak yang memiliki NPWP
dan wajib membayar pajak.
5. Undang-Undang Tentang Pajak Penghasilan
Dalam ketentuan perpajakan yang berlaku di negara kita,
khususnya yang terkait dengan Pph adalah Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang
nama Badan dan Lembaga yang di antaranya adalah: Badan Amil Zakat
Nasional, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Yayasan Rumah Zakat
Indonesia, Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia
(LEMSAKTI), dan Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara
Dharma Parisad (BDDN YADP), yang keseluruhannya saat ini
berjumlah 21 badan/lembaga.
38
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, menjelaskan bahwa yang dikecualikan dari objek pajak
salah satunya adalah sumbangan keagamaan atau zakat yang dibayarkan
kepada lembaga yang disahkan pemerintah, dalam rangka
melaksanakan menyempurnakan ketentuan undang-undang tersebut
perlu adanya Peraturan Mentri Keuangan, yaitu pada Pasal 5 Peraturan
Mentri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib
yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, perlu menetapkan
adanya peraturan baru yaitu: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-6/PJ/2011 tentang Pelaksaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti
Pembayaran Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto, dimana pada
pasal 1 berbunyi : bahwa Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi:46
a. Zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk
agama Islam atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama Islam kepada amil zakat atau lembaga amil
zakat yang disahkan oleh Pemerintah.
b. Sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam, yang diakui di
46
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang Pelaksaan
Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayarn Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
39
Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang
disahkan Pemerintah.
Pada pasal 2 menjelaskan bahwa Wajib Pajak yang melakukan
pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib,
harus melampirkan fotokopi bentuk pembayaran pada SPT Pajak
Penghasilan untuk pengurangan zakat. Bukti pembayaran berupa:
a. Bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer rekening
bank, atau melalui ATM.
b. Paling sedikit memuat:
1) Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) pembayar.
2) Jumlah pembayaran.
3) Tanggal pembayaran.
4) Nama badan amail zakat, atau lemabaga zakat harus
disertakan dibukti pembayaran apabila dibayar secara
langsung.
5) Tanda tangan petugas badan amil zakat atau yang disahkan
Pemerintah.
6) Validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila
pembayaran melalui transfer reksning bank.
Kebijakan Dirjen Pajak juga menetapkan bahwa terhadap Wajib
Pajak orang pribadi yang ketika penyampaian SPT Tahunan PPh yang
menyatakan kelebihan bayar (termasuk lebih bayar karena pemotongan
40
zakat), niscaya akan dilakukan pengembalian kelebihan pembayaran
pajaknya tanpa melalui pemeriksaan, tetapi cukup dengan penelitian
oleh pegawai pajak. Pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan
kena pajak (penghasilan bruto) telah berlaku sejak tahun 2001, Namun
sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak orang pribadi pemeluk
agama Islam atau pembayar zakat (muzakki) yang belum memanfaatkan
pengurangan penghasilan bruto atas Pajak Penghasilan (PPh) tersebut.47
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan zakat
pengurang pajak penghasilan, pajak yang dikurangi dari hasil
pembayaran zakat adalah pajak penghasilan bruto.
Zakat yang dapat mengurangi pajaknya adalah zakat yang
dibayarkan melalui lembaga zakat seperti BAZNAS dan lain-lain, dari
BAZNAS akan langsung mendapatkan bukti setor zakat yang akan
dilampirkan pada form SPT Tahunan PPh di Dirjen Pajak untuk syarat
pengurangan PPh (Pajak Penghasilan). Demikian pula, pajak dan zakat
akan tumbuh lebih baik pengelolaannya apabila dikelola secara terpusat
oleh lembaga zakat, dirjen pajak dan pemerintah.
Demikianlah penjelasan yang berkaitan tentang zakat dan pajak
pada bab II ini, dimana zakat dan pajak akan sangat membantu
mensejahterakan negara kita Indonesia, dan khususnya umat Islam yang
mau sekaligus membayar kewajiban keduannya, yaitu atas zakat dan
pajak, maka manfaat kebijakan zakat pengurang penghasilan kena pajak
47
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-sebagai-pengurang-penghasilan-kena-
pajak/
41
tersebut, akan sangat dirasakan manfaatnya, terutama bagi mereka yang
membutuhkan, dan angka kemiskinan akan berkurang.
42
BAB III
PENERAPAN ZAKAT PENGURANG PENGHASILAN
KENA PAJAK DI BAZNAS
A. Sejarah dan Perkembangan BAZNAS
Dalam praktiknya pengelolaan zakat di Indonesia belum mampu
mewujudkan peran strategis. Kondisi seperti ini terjadi sebelum tahun 1990-
an, ketika belum ada kemauan politik dari pemerintah untuk mengatur
pengelolaan zakat secara optimal. Regulasi zakat pertama di Indonesia adalah
Surat Edaran Kementerian Agama No.A/VII/17367 tahun 1951 yang
melanjutkan ketentuan ordinasi Belanda bahwa negara tidak mencampuri
urusan pemungutan dan pembagian zakat, tetapi hanya melakukan
pengawasan.48
Menteri Agama menerbitkan Peraturan Menteri Agama No.4 Tahun
1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan Peraturan Menteri Agama
Nomor 5 tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Mal yang berfungsi sebagai
pengumpul zakat untuk kemudian disetor kepada BAZ.49
Pengelolaan zakat yang bersifat nasional semakin intensif setelah
diterbitkannya Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Undang-undang inilah yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat
di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, pemerintah (mulai dari pusat sampai
daerah) wajib memfasilitasi terbentuknya lembaga pengelola zakat, yakni
48
Pujohari,”Sejarah Pengelolaan ZIS di Indonesia”, artikel diakses pada 15 September
2009 dari http://www.wordprees.com. h.1. 49
Ibid, h.2
43
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk tingkat pusat, dan Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA) untuk tingkat daerah. Sebelas tahun berjalan,
berbagai pihak merasakan kelemahan dari UU Nomor 38 Tahun 1999 dari
beberapa sisi sehingga menimbulkan semangat yang kuat untuk melakukan
revisi UU tersebut. Pada 25 November 2011 telah disahkan UU Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang baru.50
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 menjelaskan bahwa Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan
zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin
mengukuhkan peran BAZNAS. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan
sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
BAZNAS menjalankan empat fungsinya,51
yaitu:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
50
Artikel,M Auritsniyal Firdaus, Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia, di akses 16
Agustus 2016 pada http://auritsniyalfirdaus.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-pelaksanaan-zakat-
indonesia.html 51
http://pusat.baznas.go.id/profil/
44
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
dan
4. Pelaporan dan petanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS
memiliki kewenangan:
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya BAZNAS Provinsi dan LAZ.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terus gencar berinovasi dengan
menginisiasi program-program baru untuk mewujudkan Kebangkitan Zakat
Nasional.52
Untuk meringankan beban biaya antara pajak dan zakat, dan
meningkatkan perolehan dana zakatnya, maka BAZNAS dipercaya oleh
Pemerintah dan Dirjen Pajak untuk membuat kebijakan zakat pengurang
penghasilan kena pajak, dimana setiap Muzakki yang melakukan pembayaran
zakat melalui BAZNAS (menurut nomenklatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011) mendapat insentif dalam pembayaran pajak
penghasilan, yaitu bukti pembayaran zakat atau disebut Bukti Setoran Zakat
diperhitungkan sebagai komponen biaya yang menjadi pengurang
penghasilan kena pajak atau disebut “pengurang penghasilan bruto”.
52
Artikel, Yudhiarma, MK, M.Si, Meluncurkan Barometer Pengelolaan Zakat Dunia,
BAZNAS Luncurkan IZN, diakses 28 Desember 2016 pada http://pusat.baznas.go.id/berita-
utama/menuju-barometer-pengelolaan-zakat-dunia-baznas-luncurkan-izn/
45
Dengan demikian, BAZNAS adalah badan amil zakat resmi
pemerintah, yang bersifat nasional, yang tugasnya merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan serta melaporkan dan mempertanggung
jawabkan tentang pengelolaan zakat pada tiap-tiap lembaga atau badan amil
zakat yang disahkan Pemerintah.
B. Dasar Hukum BAZNAS
1. Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil
Zakat Nasional
2. Keputusan Menteri Agama Nomor 118 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi
3. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
DJ.II/568 Tahun 2014
4. Peraturan BAZNAS No. 01 Tahun 2014 tentang Pengajuan
Pertimbangan Pimpinan BAZNAS
5. Peraturan BAZNAS No. 02 Tahun 2014 tentang Pemberian
Rekomendasi Pembentukan LAZ
6. Peraturan BAZNAS No. 03 Tahun 2014 tentang Organisasi BAZNAS
provinsi dan BAZNAS kabupaten kota
7. Peraturan BAZNAS No. 04 Tahun 2014 – Pedoman Penyusunan RKAT
BAZNAS.
8. Surat Keputusan No. 66 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Anggota
BAZNAS 2015 – 2020. 53
53
http://pusat.baznas.go.id/peraturan-perundang-undangan/
46
Struktur Organisasi masa bakti 2015 – 2020;54
C. Penghimpunan Zakat Pada BAZNAS
Cara menghimpun dana ZIS (zakat, infak dan shodaqoh), BAZNAS
membuat alternatif-alternatif yang memudahkan Muzakki untuk mau
menyalurkan hartanya kepada yang berhak menerima zakat, yaitu dengan
cara:55
1. Zakat Via Payroll System
Zakat via payroll sistem ini adalah bentuk pelayanan zakat
melalui pemotongan langsung dari gaji seorang karyawan disebuah
perusahaan. Tujuannya untuk memudahkan, meringankan serta tertib
54
http://pusat.baznas.go.id/struktur-organisasi/ 55
Jurnal, Achmad Nursamsi, Manajemen Penghimpuana Dana ZIS pada BAZNAS, 2014
Anggota
Dr.H.
Mundzir
Suprapt
Anggota
Masdar Farid
Mas’udi
Anggota
Prof.Dr.H.
Ahmad Satori
I
Anggota
Drs.Nuryan
to, MPA
Anggota
Ir. Nana
Mirtanti
Wakil Ketua
Dr. Zaenul Bahar,
SE, M. Ec
Ketua
Prof. Dr.Bambang
Sudibyo, MBA.CA
Anggota
Prof.Dr.H.
Machasin,
M.A
Anggota
Drs. Irsyadul
Halim
Anggota
Drh. Emmy
Hamidiyah
Anggota
Drs.Astera Primanto
Bakti, M.Tax
47
kepada para karyawan, penunaian zakat langsung dipotong dari gaji
oleh bagian SDM pada tiap perusahaan, ditransfer ke BAZNAS dan
dilakukan setiap bulan secara otomatis. Caranya karyawan mengisi
formulir kesediaan membayar zakat melalui potongan gaji langsung
yang ditujukan kepada bagian SDM, nantinya karyawan akan
memperoleh kartu NPWZ dan BSZ dan laporan Donasi atas zakat yang
ditunaikan.
2. Zakat Via E-Card
Zakat dapat dilakukan pembayarannya melalui ATM melalui
menu pembayaran zakat yang ada. Gunanya agar Muzakki bisa
melakukan pembayaran kapan dan dimanapun tanpa harus antri di
konter zakat sendiri.
3. Zakat Via Online Payment
BAZNAS menyediakan kemudahan layanan pembayaran zakat,
infak dan shodaqoh dan donasi lainnya melalui mekanisme online
payment dengan bekerjasama dengan pihak perbankan syariah dan
konvensional.
4. Zakat Via Bank Syariah
BAZNAS telah memiliki rekening dan bekerjasama dengan
seluruh perbankan syariah dalam proses penghimpuan zakat.
5. Zakat Via Konter
Upaya BAZNAS untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat
untukmembayar ZIS, tujuannya agar para Muzakki mendapatkan
48
pelayanan yang lebih dekat dan eksklusif dengan berkonsultasi
mengenai dana ZIS, bisa langsung didoakan oleh Amilnya, langsung
mendapatakan BSZ dan NPWP.
6. Zakat Via Aplikasi
BAZNAS menyiapkan beberapa aplikasi untuk memudahkan para
Muzzaki dalam membayar zakat, yaitu UPZ BAZNAS, muzakki corner.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa BAZNAS sangat
peduli bukan hanya kepada para Mustahik tetapi kepada para Muzakki,
dengan memberikan alternatif-alternatif bagi para Muzakki agar dengan
mudahnya membayar zakat salah satunya adalah zakat via aplikasi, zakat via
bank dan zakat via online, yang dengan mudahnya melakukan pembayaran
zakat tanpa repot harus ke BAZNAS.
D. Penyaluran Zakat Pada BAZNAS
Salah satu tugas utama dari Badan Amil Zakat Nasional atau Lembaga
Amil Zakat dalam mendistribusikan zakat, adalah menyusun skala prioritas
dalam penyaluran zakat berdasar data-data yang akurat. Dalam kaitan ini
tampaknya perlu spesialisasi dari masing-masing lembaga. Misalnya,
lembaga zakat A mengkhususkan program-programnya untuk usaha-usaha
produktif. Lembaga Zakat B pada pemberian beasiswa dan pelatihan-
pelatihan. Lembaga Zakat C pada pembangunan sarana dan prasarana, dan
lain sebagainya, di samping penyaluran yang bersifat konsumtif untuk
Mustahik yang membutuhkan.
49
Dalam rangka Program Penyaluran dana zakat yang terkumpul,
BAZNAS memiliki lima program utama sebagai berikut:56
1. Program Zakat Community Development(ZCD)
Program Zakat Community Development (ZCD) adalah program
pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial
(pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya)
dan aspek ekonomi secara komprehensif yang pendanaan utamanya
bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat
sejahtera dan mandiri.
Program ZCD meliputi kegiatan pembangunan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga terwujud masyarakat yang memiliki
keberdayaan dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kehidupan
beragama yang disebut dengan “Caturdaya Masyarakat”. Caturdaya
Masyarakat dalam Program ZCD merupakan unsur utama dan saling
terkait satu dengan yang lain. Dengan demikian masyarakat dapat
dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera dan mandiri apabila
telah memenuhi empat daya tersebut.
Program ZCD memiliki enam prinsip yang harus ada dalam
konsep dan tahapan pelaksanaan program serta tertanam dalam diri
pengelola dan peserta program. Enam prinsip ZCD meliputi Berbasis
Komunitas, Syari’ah Islam, Partisipasi, Kemanfaatan, Kesinambungan,
56
BAZNAS, Program-program BAZNAS, dikutip dari http://pusat.baznas.go.id/ pada 27
Januari 2017.
50
dan Sinergi. Tujuan utama Program ZCD adalah “Terwujudnya
Masyarakat Sejahtera dan Mandiri“.
2. Rumah Sehat BAZNAS
Merupakan program layanan kesehatan bersifat preventif,
rehabilitatif, promotif, karitatif, yang ditujukan gratis untuk mustahik,
khususnya fakir miskin dengan sistim membership. Motto Rumah Sehat
BAZNAS yaitu: “ Memberikan Layanan secara Gratis, Humanis dan
Professional “.
3. Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB)
Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) adalah program pendanaan
dan bimbingan bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan
pelatihan sehingga menjadi individu yang mandiri. Tujuannya yaitu:
a. Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga kurang
mampu secara ekonomi untuk bersekolah hingga perguruan tinggi
c. Menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas
lifeskill (IQ, EQ dan SQ).
Program yang dilaksanakan di bawah naungangan program
Rumah Cerdas Anak Bangsa yaitu:
1) Rumah Cerdas Primagama
2) Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS)
3) Sekolah Anak Jalanan
51
4) Beasiswa Dinnar
5) PPSDMS
6) Program Sarana Pintar
4. Konter Layanan Mustahik (KLM)
Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan
mustahik yang dibentuk BAZNAS untuk memudahkan mustahik
mendapatkan bantuan sesuai kebutuhannya. Bantuan yang disalurkan
PPM berbentuk hibah (program karitas), yang disalurkan untuk
perorangan maupun lembaga. Konter Layanan Mustahik memberikan
pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat dan akurat.
Konter Layan Mustahik berlokasi di Kantor Pusat BAZNAS, Jl. Kebon
Sirih No 57, Jakarta Pusat. Buka setiap hari kerja mulai pukul 9 pagi
sampai dengan pukul 3 sore.
Bantuan yang diberikan kepada mustahik dalam konter layanan
mustahik yaitu:
a. Bantuan kebutuhan hidup Mustahik
b. Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)
c. Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah dll)
d. Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang terlantar)
e. Bantuan Gharimin
f. Bantuan Mualaf
g. Bantuan fisabilillah
h. Bantuan advokasi pelayanan pendidikan, kesehatan dll.
52
5. Tanggap Bencana
Program Tanggap Bencana adalah program MERESPON untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah sesaat
setelah terjadi bencana. Program Tanggap bencana meliputi tanggap
darurat, evakuasi, recovery, dan rekontruksi, pelaksanaan kegiatan
tanggap darurat bencana dilakukan makasimal 14 hari.
Program Tanggap Bencana dilakukan bekerjasama dengan
instansi pemerintah terkait penanggulangan bencana dan Jaringan
Relawan Indonesia ( JARI ) yang tersebar di 33 propinsi dan berbagai
lembaga sosial. Dengan sisitem kemitraan, Program Tanggap Bencana
dapat dilaksanakan sesegera mungkin, setelah terjadinya bencana.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menargetkan penyaluran zakat
sebesar Rp5 triliun pada 2016. Dana tersebut akan disalurkan kepada 280 ribu
masyarakat yang berada di garis kemiskinan berdasarkan data Badan Pusat
Statistik. Direktur Amil Zakat Nasional M. Arifin Purwakananta mengatakan
dana akan disalurkan untuk program ekonomi produktif dan sosial, serta
dakwah. "Porsinya masing-masing 50 persen," kata Arifin di Gedung
Arthaloka, Selasa, 7 Juni 2016. Arifin mengatakan, program ekonomi
produktif merupakan program bantuan yang mendorong pemberdayaan
penerima zakat. Penerima zakat akan diberi bantuan permodalan, usaha, dan
produksi. Misalnya, untuk nelayan, petani, dan UKM. Ada pula bantuan
pemasaran untuk memasarkan barang dan jasa yang dihasilkan penerima
zakat. Penyaluran zakat di sektor sosial berupa bantuan kebutuhan dasar
53
seperti sembako, serta bantuan tumbuh kembang dan bencana. Sementara
penyaluran zakat di sektor dakwah berupa advokasi.57
Dari uraian tersebut, bahwa BAZNAS sangat memperhatikan umat
Islam, khusunya kepada para Mustahik, dimana BAZNAS terus membuat
program-program baru, dengan tujuan agar angka kemiskinan di negara
semakin berkurang.
E. Penerapan Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak Pada BAZNAS
Terkait dengan kebijakan zakat pengurang penghasilan kena pajak,
bahwa kebijakan tersebut adalah suatu nilai tambah dari lembaga zakat
khususnya BAZNAS.58
Penerapan yang berlaku di BAZNAS dalam program PPKP sebagai
berikut:
1. Harus membayar zakat pada lembaga atau badan zakat yang disahkan
pemerintah, seperti BAZNAS.
2. Mendapatkan bukti setor zakat dan NPWZ.
3. Menyelipkan berkas no.2 pada SPT tahunan PPh 21 saat membayar
pajak penghasilan.
4. Akan mendapatkan pengurangan atas zakat, dimana yang dikurangi
adalah penghasilan brutonya, bukan total pajak penghasilannya.
57
Berita Tempo.co.id, Baznas Targetkan Penyaluran Zakat senil 5 Triliun, Rabu, 8 Juni
2016. 58
Data Wawancara Langsungdengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan
Mustahik BAZNAS.
54
Penerapan kebijakan pengurang penghasilan kena pajak agaknya harus
disinergikan. Agus Siswanto,59
mengungkapkan bahwa ketertarikan para
Muzakki tidak terlalu signifikan, terkecuali Muzakki tersebut sebagai
pengusaha akan sangat tertarik, atau pribadi yang memiliki usaha, apabila
perorangan atau karyawan yang gajinya sebatas UMR dengan perkiraan 6jt
perbulannya, hasil dari pengurangan atas pembayaran zakat untuk pajak
penghasilnya terbilang sangat kecil nominalnya.
Contohnya : salah satu Muzakki BAZNAS yang mempunyai perusahaan
konstruksi, kemudian melampirkan bukti setor zakat sebagai pengurang PKP,
karena penghasilan yang diperolehnya besar, perbulanya dimisalkan
Rp50juta, pertahunnya 600jt, maka nilai restitusi untuk pengurangannya
cukup besar sehingga bermaanfaat untuk mereka yang penghasilannya diatas
Rp6juta perbulannya, akan tetapi apabila penghasilannya kecil, dimisalkan
Rp6juta perbulannya, lalu dibayarkan pajaknya dahulu oleh perusahaan, baru
membayar zakatnya ke BAZNAS dan buktinya dilampirkan ke kantor pajak,
hanya kisaran nominal puluhan ribu rupiah kemudian di audit, contoh ada
pada halaman 61-63, kebanyakan mereka (Muzakki) merasa risih atau
menolak. Maka mengakibatkan muzakki itu enggan melampirkan bukti setor
zakat tersebut saat pembayaran pajak penghasilan. Disitulah tingkat perolehan
dana zakat tidak dapat diukur dari kebijakan zakat pengurang penghasilan
tersebut, akan tetapi pihak BAZNAS terus gencar untuk memberikan
59
Data wawancara langsungdengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan
Mustahik BAZNAS.
55
informasi dan edukasi terhadap para Muzakki agar kebijakan zakat sebagai
pengurang penghasilan bruto, dapat dinikmati manfaatnya.
Baznas selalu menciptakan program-program baru demi kesejahteraan
umat Islam dari dana zakat tersebut diantaranya: Zakat Community
Development, Konter Layanan Mustahik, Rumah Cerdas Anak Bangsa,
Rumah Makmur BAZNAS, Program Tanggap Bencana dan kaderisasi 1000
ulama, sampai kepada zakat pengurang penghasilan kena pajak yang diatur
saat ini pada UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, akan tetapi
hasil tidak sesuai yang diharapkan seperti negara tetangga yaitu Malaysia.
Berdeda dengan zakat yang diterapkan pada negara Malaysia dimana
zakat langsung menjadi pengurang total pajak penghasilan, dan terdapat
undang-unadang yang menjelaskan bahwa apabila tidak membayar zakat
dikenakana denda sebesar 1000RM atau penjara selama 6 bulan. Sistem
pengelolaan zakat di Malaysia dapat dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu:60
a. Sistem Korporasi
Pengumpulan dana dan pendistribusian zakatnya dikelola oleh koperasi
b. Sitem Semi Korporasi .
Perusahaan hanya mengelola proses pengumpulan zakat, sedangkan
proses distribusi ditangani oleh pemerintah negara bagian.
c. Pengelolaan zakat secara penuh oleh pemerintah negara bagian atau
Majelis Ugama Islam,
60
https://www.kompasiana.com/ainulikhsan/sistem-zakat-dan-pajak-di-malaysia_5a0c43
ca9f91ce55e62268e2
56
Faktor pengumpulan dana zakat di Malaysia yang selalu meningkat,
adalah sebagai berikut:
a. Kampaye zakat yang semakin luas
b. Adanya zakat pengurang langsung pajak penghasilan
c. Terdapatnya sanksi bagi yang tidak membayar zakat
Pada umumnya, pembayaran zakat yang paling bayak dilakukan oleh
Muzakki di Malaysia adalah melalui pemotongan secara langsung gaji para
pegawai pemerintah atau karyawan perusahaan swasta.
Demikianlah penjelasan yang berkaitan tentang BAZNAS dan
penerapan zakat pengurang kena pajak penghasilan (badan amil zakat
nasional) pada bab III ini, dmana BAZNAS adalah lembaga resmi Pemerintah
yang mengelola zakat pada skala nasional, dengan dibentuknya BAZNAS
bertujuan agar dana zakat yang terhimpun dari tiap-tiap lembaga dan badan
amil zakat dapat terpapar jelas, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan
langsung kepada Presiden dan BAZNAS selalu membentuk program-program
baru agar semakin mudah Muzakki dalam membayar zakat dan dalam
penyalurannya.
57
BAB IV
ZAKAT PENGURANG PAJAK DAN PENERIMAAN DANA ZAKAT
PADA BAZNAS
A. Mekanisme Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak di BAZNAS
Mekanisme pengurangan zakat dari penghasilan bruto dapat dilihat
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang
Pelaksaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran Atas Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto, dimana pada pasal 1 berbunyi : bahwa Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, yaitu zakat yang berupa:61
1. Zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama
Islam atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama Islam kepada amil zakat atau lembaga amil zakat yang disahkan
oleh Pemerintah.
2. Sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia
yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang disahkan
Pemerintah.
Sedangkan, Badan atau Lembaga yang ditetapkan sebagai penerima
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurang-
61
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang Pelaksaan
Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayarn Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto.
58
kan dari penghasilan bruto diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-15/PJ/2012 yang berlaku sejak tanggal 11 Juni 2012 yang
sebelumnya diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
33/PJ/2011, yang di antaranya adalah:
1. Badan Amil Zakat Nasional,
2. LAZ Dompet Dhuafa Republika,
3. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia,
4. Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI), dan
Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara Dharma Parisad
(BDDN YADP) - yang keseluruhannya saat ini berjumlah 21
badan/lembaga.62
Pada pasal 2, dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
6/PJ/2011 menjelaskan bahwa Wajib Pajak yang melakukan pengurangan
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib, harus melampirkan
fotokopi bentuk pembayaran pada SPT Pajak Penghasilan untuk pengurangan
zakat. Bukti pembayaran berupa:
1. Bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer rekening bank,
atau melalui ATM.
2. Paling sedikit memuat:
a. Nama lengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) pembayar
b. Jumlah pembayaran
62
Hukum Online, Dasar Hukum dan Mekanisme Zakat Pengurang Pajak, dikutip dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl666/dasar-hukum-dan-mekanisme-zakat-sebagai-
pengurang-pajak pada 22 Agustus 2016.
59
c. Tanggal pembayaran
d. Nama badan amil zakat, atau lemabaga zakat harus disertakan
dibukti pembayaran apabila dibayar secara langsung
e. Tanda tangan petugas badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang disahkan Pemerintah
f. Validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila pembayaran
melalui transfer rekening bank.
Pada Pasal 3, dijelaskan bahwa “Zakat atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib tidak dapat dikurangkan dari pengahsilan bruto apabila:
1. Tidak dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada badan amil zakat; lembaga
amil zakat; atau lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan
Pemerintah; dan/atau
2. Bukti pembayarannya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
Pada BAZNAS sendiri, peneliti terjun langsung dimana saat peneliti
membayarkan zakatnya kepada pihak BAZNAS, dengan memberikan
identitas asli kepada Amil, sampai dengan selesai, peneliti pun mendapatkan
BSZ (Bukti Setor Zakat) dan kartu NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat),
Amilpun menanyakan apakah Peneliti sudah terkena kewajiban atas pajak
penghasilan, lalu Amilpun menjelaskan, bahwasannya Bukti Setor Zakat ini
nantinya dapat menjadi pengurang penghasilan bruto apabila muzaki sudah
60
terkena pajak penghasilan, dengan cara bukti setor zakat pada BAZNAS ini
nantinya dilampirkan pada SPT tahunan muzaki ke KPP setempat. 63
Ketua Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Dirjen Pajak, Jakarta, Arfan,
AK.MBA pun berkata, yang dimaksud zakat bisa mengurangi pajak adalah
bahwa atas pembayaran zakat yang telah dilakukan oleh seorang Muslim bisa
mengurangi pembayaran pajak penghasilan (PPH) tahunannya. Pajak yang di-
kurangi oleh zakat bukanlah nominal pajak, melainkan objek pajak itu
sendiri, yaitu dengan memperhitungkan pembayaran zakat yang telah
dibayarkan kepada lembaga atau badan amil zakat, dengan penghasilan wajib
pajak selama setahun. Artinya, pembayaran zakat mengurangi penghasilan
kena pajak yang bersangkutan.
Syaratnya adalah pembayaran zakat diterima oleh lembaga atau badan
amil zakat yang disahkan oleh pemerintah, misalnya BAZNAS, dan bukti
sektor zakatnya dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan (SPT Tahunan PPh) wajib pajak yang bersangkutan. Bukti
pembayaran zakatnya, baik secara langsung maupun melalui transfer rekening
bank dan ATM, paling sedikit memuat tentang (a) nama lengkap wajib pajak
dan NPWP pembayaran zakat, (b) jumlah pembayaran zakat, (c) tanggal
pembayaran zakat, (d) nama badan amil zakat atau lembaga yang disahkan
pemerintah, (e) tanda tangan petugas BAZ atau LAZ yang dibentuk dan
disahkan pemerintah, dibukti pembayaran apabila pembayaran zakat secara
langsung, (f) dan validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila
63
Wawancara langsung dengan Amil BAZNAS Kebon Sirih
61
pembayaran zakat melalui transfer bank. Namun, jika SPT Tahunan PPh
disampaikan melalui sarana e-filing, bukti pembayaran zakat tersebut tidak
wajib disampaikan, sepanjang isinya telah di-entry secara benar dan lengkap
dalam e-SPT dan disampaikan secara e-filing melalui website Direktorat
Jendral Pajak (efiling.pajak/go.id).64
Cara memperoleh pengurangan pajak penghasilan bruto, dari
pembayaran zakat, yaitu Muzaki atau Wajib Pajak harus mempunyai
penghasilan minimal 85gram emas, atau sekitar Rp42.000.000,00/tahun,
zakat yang dapat mengurang pajak penghasilan bruto adalah zakat
penghasilan yang dibayarkan pada badan amil zakat / lembaga amil zakat
yang disahkan Pemerintah, karena hanya disitulah Muzzaki akan
mendapatkan NPWZ dan BSZ yang nantinya harus dilampirkan dalam SPT
tahunan saat pempayaran pajak penghasilan.dan Wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam harus mempunyai NPWP, guna sebagai administrasi
perpajakan sebagai tanda pengenal diri. Sedangakan yang dapat membuat
NPWP adalah wajib pajak yang penghasilan neto pertahunnya di atas PTKP
(penghasilan tidak kena pajak) yaitu: 65
64
Majalah BAZNAS Tahun 2015, Zakat Menyicikan Harta dan Jiwa. 65
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101 /PMK.010/2016 Tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
62
Tabel 4.1: Wajib Pajak PTKP
Wajib Pajak PTKP 2015 (Rp) 2016 (Rp) Kenaikan
Wajib pajak orang pribadi 36.000.000 54.000.000 50%
Tambahan wajib pajak kawin 3.000.000 4,500.000 50%
Tambahan istri yang hasilannya
digabung dengan suami
36.000.000 54.000.000 50%
Tambahan untuk setiap
tanggungan
3.000.000 4,500.000 50%
Berdasarkan tabel di atas, maka tarif PTKP 2016 yang berlaku adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2: Tarif PTKP 2016
TK: Tidak Kawin; K: Kawin
Sedangkan untuk tarif penghasilan kena pajak itu sendiri Ketentuan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pada pasal
17 ayat (1) dimana, tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak
bagi:
PTKP
Pria/Wanita Lajang
PTKP
Pria Kawin
PTKP
Suami Istri digabung
TK/0 Rp54.000.000 K/0 Rp58.500.000 K/I/0 Rp112.500.000
TK/1 Rp58.500.000 K/1 Rp63.000.000 K/I/1 Rp117.000.000
TK/2 Rp63.000.000 K/2 Rp.67.500.000 K/I/2 Rp121.500.000
TK/3 Rp67.000.000 K/3 Rp.72.000.000 K/I/3 Rp126.000.000
63
a. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah
Tabel 4.3: Tarif Penghasilan Kena Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000,00 5% (lima persen)
Diatas Rp50.000.000,00-
Rp250.000.000,00
15% (lima belas persen)
Di atas Rp250.000.000,00 sampai
dengan Rp500.000.000,00
25% (dua puluh lima persen)
Di atas Rp500.000.000,00 30% (tiga puluh persen)
Wajib Pajak yang tidak mempunyai
NPWP, tarifnya lebih tinggi
20%
Contoh perhitungan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya
hanya pada satu pemberi kerja.
Daftar kekayaan Bp. Hendra Sialagan pada tahun 2016 adalah sebagai
berikut:
a. Kendaraan Motor 2 (tahun 2010 dan 2014) : Rp45.000.000
b. Kontrakan tahun 1996 : Rp300.000.000
c. Tanah dan Kebon 1990 : Rp450.000.000
Nama: Hendra Sialagan
NPWP: 082961720007000
Pekerjaan: Supervisior Philips
Gaji Pokok: Rp5000.000
Uang Transpot: Rp15.000/hr
64
Hitung : PPh orang pribadi tahun pajak 2016 dan PPh orang pribadi
tahun pajak 2016 setelah dikurangi pembayaran zakat?
1. Langkah perhitungan PPh orang pribadi adalah sebagai berikut:
Penghasilan bruto tahun 2016 sebesar Rp6.300.000/bulan
Pengurangan ;
a) Biaya Asuransi Rp100.000
b) Biaya kredit motor Rp400.000
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.800.000
Penghasilan Neto Setahun Rp69.600.000
PTKP (K/1) Rp63.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.600.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp6.600.000 Rp 330.000
2. Langkah perhitungan PPh orang pribadi setelah dikurangi pembayaran
zakat adalah sebagai berikut:
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.800.000
Penghasilan Neto Setahun Rp69.600.000
Penyetoran zakat sebesar
2,5% x Rp69.600.000 Rp 1.740.000 (-)
Penghasilan Neto setelah zakat Rp67.860.000
PTKP (K/1) Rp63.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 4.860.000
PPh Pasal 21 setahun
65
5% x Rp4.860.000 Rp 243.000
Dari perhitungan harta yang di peroleh Bp.Hendra Sialagan, yang
memanfaatkan pengurangan pajak penghasilan atas pembayaran zakat, hanya
mendapatkan pengurangan sebesar Rp87.000 dari pajak penghasilan
Rp330.000/tahun, dan angka 87.000 ribu rupiah itu, tidak bisa langsung
menjadi pengurang, karena dalam Dirjen Pajak angka tersebut harus
direstitusikan dan kemudian di audit. Disitulah kadang para Muzakki sedikit
resah, karena dipriksa oleh pihak pajak yang nominalnya tidak seberapa,
akhirnya banyak juga muzakki yang tidak melampirkan Bukti Setor Zakat
sebagai Pengurang PKP tersebut. Tutur Bp.Agus Siswanto.66
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar
28% (dua puluh delapan persen).
Dari contoh diatas, pada prakteknya, apabila yang melakukan
pemanfaatan atas kebijakan zakat pengurang penghasilan tersebut adalah
mereka sebagai pegawai, yang penghasilan perbulannya Rp3jt, dampak
pengurangannya hanya 5% saja untuk pengurang pajak penghasilannya, dan
dengan proses yang panjang, yang mengakibatkan kurangnya peminat
(Muzaki) untuk melampirakan bukti setor zakat kembali, saat pembayaran
PPh. Dari situ dapat ditarik kesimpulan hanya sekitar 30% dari 87% umat
muslim yang berada di Indonesia yang mungkin memanfaatkan kebijakan
tersebut yaitu pada tingkat mereka yang mempunyai usaha sendiri.
66
Wawancara langsungdengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan Mustahik
BAZNAS.
66
Dari uraian di atas, maka dapat di analisa bahwa seorang wajib pajak
yang membayar zakat dan melampirkan Bukti Setor Zakatnya (BSZ) dapat
mengurangi penghasilan kena pajaknya, sesuai dengan aturan dan
perhitungan pemerintah yang berlaku.
B. Efektivitas Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak Terhadap
Penerimaan Dana Zakat
Zakat pengurang penghasilan kena pajak ini sudah ada sejak
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
yang keduanya beberapakali melakukan perubahan-perubahan sehingga saat
ini yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2008, yang keduanya menegaskan bahwa yang
dikecualikan dari objek pajak salah satunya adalah zakat. Pembayaran zakat
tersebut dijelaskan pula pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
6/PJ/2011 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010
tentang Tata Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
Cara BAZNAS agar banyak yang mengetahui tentang kabar baik
tersebut, dengan maksud agar kaun Muslim tidak terbebankan dengan
kewajiban ganda yaitu bayar pajak dan zakat, maka Lembaga zakat khusunya
BAZNAS melakukan sosialisasi adanya zakat pengurang PKP dengan cara
lewat media-media, majalah BAZNAS, media cetak, media sosial, dari
karyawan BAZNAS memberikan informasi kepada Muzzaki melalui email
67
base dan di konter-konter BAZNAS, bahwasannya Bukti Setor Zakat dari
BAZNAS dapat dilampirkan kepada kantor pajak sebagai pengurang
penghasilan kena pajak.67
Perlakuan zakat menjadi pengurang Penghasilan
Kena Pajak (PKP) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4: SPT Tahunan Zakat sebagai Pengurang PKP
Penghasilan Neto
Zakat Penghasilan
Penghasilan Neto Setelah Zakat
PTKP (TK/0)
PKP
PPh 21 terutang 5% x PKP
Pada SPT 1770 S:
PPh 21 terhutang
(-) kredit pajak PPh yang dipotong
oleh pihak lain
PPh lebih bayar
Rp65.000.000
Rp 1.625.000
Rp63.375.000
Rp54.000.000
Rp 9.375.000
Rp 468.750
Rp 468.750
Rp 550.000
Rp -81.250
Sumber : Data diolah sendiri
Data diatas menjelaskan jika Zakat dijadikan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak (PKP), hasilnya adalah lebih bayar, maksudnya
pembayaran atas pajak penghasilan dengan melampirkan bukti setor zakat,
mengakibatkan pembayaran PPh 21 berlebih senilai 81.250ribu, dan
kelebihan bayar tersebut dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak, akan tetapi
67
Wawancara Langsung dengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan Mustahik
BAZNAS.
68
harus melalui proses restitusi dan diaudit terlebih dahulu, Coba bandingkan
apabila zakat dijadikan sebagai pengurang langsung pajak penghasilan atau
sebagai kredit pajak, pada SPT Wajib Pajak Orang Pribadi (1770 S) adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5: SPT Tahunan Zakat sebagai Pengurang Langsung PPh (Kredit
Pajak)
Penghasilan Neto
PTKP (TK/0)
PKP
PPh 21 terhutang - kredit pajak dari
pembayaran zakat
PPh 21 terhutang
Pada SPT 1770 S:
PPh 21 terhutang + zakat yang
dikreditkan
Jumlah PPh 21 terutang
(-) Kredit Pajak PPh yang dipotong
oleh pihak lain
PPh Lebih/Kurang bayar
Rp65.000.000
Rp54.000.000
Rp11.000.000
Rp 550.000
Rp 275.000
Rp 275.000
Rp 275.000
Rp 275.000
Rp 550.000
Rp 550.000
Nihil (0)
Sumber : Data Diolah Sendiri
Dari data di atas nampak bahwa perbedaan kedua pola perlakuan zakat
tersebut dapat mempengaruhi SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (1770
69
S). Perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilah kena pajak (PKP) menjadi
lebih bayar pajak penghasilannya sebesar Rp81.250, sedangkan perlakuan
zakat sebagai pengurang langsung PPh atau kredit pajak, SPT tahunan Wajib
Pajak Orang Pribadi (1770 S) menjadi nihil, atau bebas PPh.
Dari data di atas ketertarikan para Muzaki tidak terlalu signifikan,
setelah mengetahui malah kelebihan pembayaran atas pajak penghasilan
setelah melampirkan bukti setor zakatnya, akan tetapi dapat diminta kembali
kelebihan bayar tersebut kepada pihak pajak namun dengan proses yang
cukup panjang, tetapi berbeda apabila Muzakki itu sebagai pengusaha akan
sangat tertarik, atau pribadi yang memiliki usaha pasti tertarik, ada juga
Muzakki yang mempunyai perusahaan konstruksi, dia melampirkan bukti
setor zakat sebagai pengurang PKP, karena nominal yang lumayan besar, jadi
bermaanfaat untuk mereka, tapi kalau yang penghasilannya kecil, yang
memang dibayarkan pajaknya dahulu oleh kantor baru bayar zakat ke
BAZNAS dan itu buktinya dilampirkan ke kantor pajak, karena nominal
kecil, berkisar <100.000,00-300.000,00 dan nantinya harus di audit,
kebanyakan mereka (Muzzaki) merasa risih. Maka mengakibatkan muzakki
tidak lagi melampirkan bukti setor zakat tersebut saat pembayaran pajak.
Ungkap Bp.Agus Siswanto.
Masyarakat Muslim yang mau membayar keduanya (zakat dan pajak)
enggan melampirkan Bukti Setor Zakat (BSZ) tersebut ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Dan banyaknya masyarakat Muslim yang masih memilih untuk
70
membayar hanya salah satunya, yaitu pajak atau zakat saja. Dampaknya
penerimaan dana zakat dan pajaknya sebagai berikut:
Tabel 4.6: Perolehan Dana Kekayaan Indonesia
Perolehan Dana Kekayaan Indonesia selama 4 tahun
No TAHUN APBN APBNP ZAKAT
1. 2012 Rp1.032,6 Triliun Rp1.011,7 Triliun Rp1,7 Triliun
2. 2013 Rp1.193,0 Triliun Rp1.139,3 Triliun Rp2,7 Triliun
3. 2014 Rp1.667,1 Triliun Rp1.635,4 Triliun Rp8,2 Triliun
4. 2015 Rp1.762,3 Triliun Rp1.508,0 Triliun Rp7,8 Triliun
Sumber: LKPP Kementrian Keuangan, Dirjen Pajak dan BAZNAS
Agus Siswanto berkata: bahwasannya faktor yang meningkatkan
penghimpunan di BAZNAS bukan dari zakat pengurang penghasilan bruto
tersebut, ini hanya sebagai nilai tambah saja, bicara pada zakat harus
transparansi kepada Muzakkinya, dilihat dari sisi pengurang penghasilan kena
pajak (PPKP) tidak banyak yang tertarik akan PPKP tersebut, karena memang
untuk karyawan yang nominalnya mungkin tidak terlalu besar, jadi tidak
terlalu signifikan untuk hal tersebut, mereka lebih kepada kemudahan
bagaimana bisa zakat ke BAZNAS, muzaki corner, kerjasama dengan layanan
perbankan, ada dampaknya dari PPKP itu tetapi tidak terlalu signifikan, dan
belum efektif, efektif dalam kata bahwa dari BAZNAS sendiri tergencar
memberitahui PPKP ini namun, kembali lagi kepada teknis, karena rana
teknis pelaporannya ada di pajak sendiri, kita belum tahu apakah kantor pajak
melakukan sosialisasi PPKP tersebut atau tidak.
71
BAZNAS terus memberi informasi bahwa ada fasilitas dari dirjen pajak
yang bisa mengurangi pajak penghasilan bruto, buktinya dengan adanya
amnesti pajak, masyarakat gencar untuk ke kantor pajak, sedangkan dari
pajak, tidak ada sosialisasi untuk pengurang penghasilan kena pajak (PPKP)
tersebut.
Pelaporan zakat atas pergurang pajak dilakukan dengan sistem PKP
setelah dilampirkan bukti setor zakat. Akan tetapi, lembaga zakat mengalami
kendala atas pengimputan pelaporan dengan kurangnya laporan audit dari
Dirjen Pajak. Menurut Ketua Divisi Pendayagunaan BAZNAS, Agus
Siswanto, BAZNAS sudah mengusulkan ke kantor pajak perihal muzakki
yang melakukan PPKP setelah dilampirkan bukti setor pajak dan kemudian
direstitusi tanpa perlu diaudit. BAZNAS juga telah melakukan sosialisasi
dengan mengusulkan pembayaran zakat dengan administrasi perpajakan dan
penyediaan fasilitas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), untuk pemungutan
zakat dilakukan melalui pemanfaatan KPP sebagai konter zakat BAZNAS,
namun belum ada tindak lanjutnya sampai saat ini.68
Dari pernyataan diatas bahwa jelas, kebijakan atas zakat pengurang
penghasilan kena pajak tersebut belum efektif karena kurangnya kerjasama
antara pihak Badan atau Lembaga Amil Zakat dan Dirjen Pajak, seharusnya
Pemerintah lebih memperhatikan kebijakan tersebut, yang apabila dilakukan
prosedur sesuai dengan Undang-Undang yang sudah ditetapkan, kebijakan
tersebut akan banyak diminati oleh para Muzakki atau Wajib Pajak.
68
Wawancara langsung dengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan Mustahik
BAZNAS.
72
Kesimpulan, zakat bisa mengurangi pajak artinya bahwa yang dikurangi
oleh zakat bukanlah nominal pajaknya itu sendiri, melainkan objek pajak itu
sendiri. Caranya dengan memperhitungkan pembayaran zakat yang telah
dibayarkan kepada lembaga atau badan amil zakat, dengan penghasilan wajib
pajak selama setahun. Syaratnya adalah pembayaran zakat diterima oleh
lembaga atau badan amil zakat yang disahkan oleh pemerintah, misalnya
BAZNAS, dan bukti sektor zakatnya dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) wajib pajak yang
bersangkutan.
Bukti pembayaran zakatnya, baik secara langsung maupun melalui
transfer rekening bank dan ATM, paling sedikit memuat tentang (a) nama
lengkap wajib pajak dan NPWP pembayaran zakat, (b) jumlah pembayaran
zakat, (c) tanggal pembayaran zakat, (d) nama badan amil zakat atau lembaga
yang disahkan pemerintah, (e) tanda tangan petugas BAZ atau LAZ yang
dibentuk dan disahkan pemerintah, dibukti pembayaran apabila pembayaran
zakat secara langsung, (f) dan validasi petugas bank pada bukti pembayaran
apabila pembayaran zakat melalui transfer bank. Namun, jika SPT Tahunan
PPh disampaikan melalui sarana e-filing, bukti pembayaran zakat tersebut
tidak wajib disampaikan, sepanjang isinya telah di-entry secara benar dan
lengkap dalam e-SPT dan disampaikan secara e-filing melalui website
Direktorat Jendral Pajak (efiling.pajak/go.id).
Kendalanya adalah nilai dari bukti setor zakat yang dilampirkan pada
SPT Tahunan untuk pengurangan penghasilan bruto tersebutlah yang
73
nantinya harus di audit, kebanyakan mereka (Muzakki) merasa risih, karena
nilainya terlalu kecil, untuk diaudit dengan proses waktu yang lebih lama
daripada tidak melampirkan bukti setor zakatnya, saat pembayaran pajak
penghasilan, maka mengakibatkan muzzaki itu tidak lagi melampirkan bukti
setor zakat tersebut saat pembayaran pajak.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Mekanisme yang berlaku pada zakat pengurang pajak penghasilan yaitu
dihitung dari zakat yang dibayarkan, kepada Badan atau Lembaga zakat
yang disahkan Pemerintah, dan memperoleh bukti setor zakat dan NPWZ
dari BAZNAS, kemudian dikurangi dari penghasilan wajib pajak dengan
melampirkan bukti pembayaran zakat tersebut kepada SPT Tahunan,
kemudian nominal pengurangan tersebut harus diaudit.
2. Penghimpunan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dalam program
PPKP tidak efektif dikarenakan kurangnya kerjasama antara BAZNAS
dan Dirjen Pajak untuk merestitusi zakat yang akan dikurangi PPKP,
seperti dibentuknya UPZ dalam lingkungan Dirjen Pajak dan dimasukkan
unsur pemotongan zakat pada SPT PPh. Penerimaan zakat tetap
mengalami kenaikan dari tahun 2013-2016 yaitu 24M tahun 2013, 29M
tahun 2014, 45M tahun 2015, 75M tahun 2016 akan tetapi BAZNAS
menegaskan dana yang diperoleh tersebut berdasarkan dari program yang
telah ada sejak terbentuknya BAZNAS, bukan dari proram PTKP.
B. Saran
1. Pada Pemerintah, seharusnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
dan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008, melakukan revisi kembali
75
untuk prosedur pada zakat pengurang penghasilan kena pajak, terutama
pada formulir SPT Tahunan Wajib Pajak dan alangkah baiknnya
jadikanlah zakat sebagai kredit pajak.
2. Dirjen Pajak, bagi semua pihak KPP, usulan bahwa BAZNAS, ingin
menjadikan KPP sebagai konter zakat, dengan maksud agar/apabila ada
Wajib Pajak yang mau membayar PPh, bisa juga sekalian membayar
zakat dan langsung mendapatkan Bukti Setor Zakat (BSZ), dan
mekanisme pemotongan PPh setelah pembayaran zakat, mungkin bisa
diganti cara lain, dengan maksud jangan di Audit karena nilai yang tak
seberapa.
3. BAZNAS, lebih antusias lagi dalam mensosialisasikan akan adanya zakat
pengurang penghasilan kena pajak tersebut,berikan pelayanan agar
pembayaran zakat dan pajak dapat dilakukan disatu tempat guna, apabila
Muzakki enggan di restitusi nilai pemotongan tersebut, BAZNAS bisa
langsung bertindak kepada pihak KPP.
76
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta: Cahaya Qur’an
2008.
A. Hasan, 2006. Tarjamah Bulughul-Maram Ibnu Hajar al-„Asqalani. Diponegoro.
Bandung.
Al Asqalani, Ibnu Hajar, dkk. 2004. Shahih Bukhari ed.8, terj. Amiruddin.
Pustaka Azzam, Jakarta.
Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
PT.Rineka Cipta. Jakarta.
Ash Shiddieqy, Teungku Muh.Habsi. 1999. Pedoman Zakat. PT.Pustaka Rizki
Putra. Semarang.
Basir, Abdul. 2002. Tesis tentang Zakat Atas Penghasilan Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak”. FISIP UI, Jakarta.
Bazis Provinsi. 2006. DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Bazis Provinsi DKI Jakarta.
Damanhur. 2006. Mewujudkan Sistem Perpajakan Prespektif Islam. Prosidang
Persidangan Antarbangsa Pembangunan Aceh, Nangroe Aceh
Darussalam.
Djuanda, Gustian. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. PT.Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Doa, Jamal. 2007. Pengelolaan Zakat Oleh Negara. Jakarta
Effendy, Mochtar. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam. PT.Bharata Karya Aksara. Jakarta.
F.X, Sujadi, M. 1986. Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen. PT.Baharaya
Karya Aksara. Jakarta.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Gema Insani,
Jakarta.
Handoko, T.Hani. 1998. Manajemen. BPFE. Yogyakarta
Inayah, Gazi. 2003. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak. PT Tiara
Kencana Yogya. Yogyakarta.
77
Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2013. “Modul
Penyuluhan Zakat”.
Mhd.Ali, Nuridin. 2006. Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal. PT
Raja Grafindo. Jakarta.
Moh Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku. 1999. Pedoman Zakat. PT.Pustaka Rizki
Putra. Semarang.
Nur Wahid, Hidayat. 2006. Zakat dan Peran Negara, Forum Zakat (FOZ),
Jakarta.
Purwakananta, Arifin, dkk. 2008. Southeast Asia Zakat Movemen. Forum Zakat
Dompet Dhuafa. Jakarta.
Qardawi, Yusuf.1986. Hukum Zakat, Litera Antar Nusa. Jakarta.
Quthub, Sayyid. 1977. Fi Zhilaalil Qur‟an. Daar el-Surq. Beirut
Sabiq, Syaikh as-Sayyid. 2005. Panduan Zakat menurut Al-Qur‟an dan As-
Sunnah. Pustaka Ibnu Katsir. Bogor.
Sabiq, Syaikh as-Sayyid. 2005. Panduan Zakat Menurut Al-Qur‟an. Putaka Ibnu
Katsir. Bogor
Siagian, P Sondang. 2009. Kiat Meningkatkan Produktifitas Kerja, Rinerka Cipta
Jakarta.
Soeharto, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. PT.Remaja Rosdakarya.
Bandung .
Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak, Salemba Empat. Jakarta.
Subianto, Achmad. 2004. Shadaqah, Infak, dan Zakat sebagai Instrumen Untuk
Membangan Indonesia yang Bersih, Sehat dan Benar. (Yayasan Bermula
Dari Kanan).
Sudarsono. 1999. Kamus Hukum, PT.Rineka Cipta. Jakarta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Alfabeta.
Bandung.
Usman, Husaini, dkk. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. PT.Bumi Aksara,
Jakarta.
78
Wojowasito, S, dkk. 1980. Kamus Lengkap, (Inggris-Indonesia, Indonesia-
Ingris). PT.Hasta. Bandung.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.
Skripsi:
Apriliana. 2010. Analisis Komparatif Antara Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang
Penghasilan Kena Pajak Dengan Perlakuan Zakat Sebagai Pengurang
Langsung Pajak Penghasilan. Skripsi. Jakarta: FEB Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Artikel:
Artikel. Abdillah Anas. Hidayah Sunnah. diakses pada 29 Sepetember 2016 pada
http://anacilacap.blogspot.co.id/2016/09/hukum-zakat-dan-
mengingkarinya.html
Artikel. Badan Pusat Statistik (kependudukan). 2014. sosial dan kependudukan.
diakses pada tanggal 10 November 2016 dari
https://www.bps.go.id/Subjek /view/id/12
Artikel. Badan Pusat Statistik. 2015. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan Untuk
Pembangunan Berkelanjutan”, diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 dari
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@robang
kok/@ilojakarta/documents/presentation/wcms_346599.pdf
Artikel. Darussaadah.or.id. 2016. “ Keberhasilan Pengelolan Zakat di Malaysia”,
diakses pada tanggal 25 November 2016 dari
http://darussaadah.or.id/kajian /19/Keberhasilan_Pengelolaan_ Zakat
_di_Malaysia.html
Artikel, Erikson Wijaya, tinjauan singkat pajak dan zakat di akses 6 oktober
2016
Artikel. M Auritsniyal Firdaus, Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia, di akses
16 Agustus 2016 pada http://auritsniyalfirdaus.blogspot
.co.id/2012/08/sejarah-pelaksanaan-zakat-indonesia.html
Artikel. Pujohari. 2009. Sejarah Pengelolaan ZIS di Indonesia. diakses pada 15
September 2009 dari http://www.wordprees.com.
Artikel, Tinjauan singkat pajak dan zakat di akses 6 oktober 2016 Oleh Erikson
Wijaya, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
79
Artikel, Yudhiarma, MK, M.Si, Meluncurkan Barometer Pengelolaan Zakat
Dunia, BAZNAS Luncurkan IZN, diakses 28 Desember 2016 pada
http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/menuju-barometer-pengelolaan-
zakat-dunia-baznas-luncurkan-izn/
Berita:
Berita Tempo.co.id, “Baznas Targetkan Penyaluran Zakat senil 5 Triliun,” Rabu,
8 Juni 2016.
Majalah BAZNAS Tahun 2015, Zakat Menyicikan Harta dan Jiwa.
Jurnal:
Jurnal “Reformasi Perpajakan di Indonesia”, kajian Hukum Pajak, di akses 21
Januari 2016, http://www.fh.unja.ac.id/index.php/daftar-jurnal/129-latifah-
amir-reformasi-perpajakan-di-indonesia
Jurnal/129-latifah-amir-reformasi-perpajakan-di-indonesia
Jurnal Achmad Nursamsi, Manajemen Penghimpuana Dana ZIS pada BAZNAS,
2014.
Undang-undang:
Data wawancara langsung dengan Bp. Agus Siswanto, Kepala Bagian Pelayanan
Mustahik BAZNAS.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang Pelaksaan
Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayarn Atas Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto.
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per 33/PJ/2011 tentang Badan/Lemabaga
yang disahkan Pemerintah sebagai Penerima Zakat yang Sifatnya Wajib
yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101 /PMK.010/2016
Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101 /PMK.010/2016
Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
80
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yag dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
UU Republik Indonesia No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, “tentang Pajak Penghasilan”.
Wawancara langsung dengan Amil BAZNAS Kebon Sirih.
Internet
http://ariplie.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-tujuan-efektivitas.html
https://www.kompasiana.com/ainulikhsan/sistem-zakat-dan-pajak-di-malaysia_5a0c43ca
9f91ce55e62268e2
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/perlakuan-zakat-dalam-pajakpenghasilan/
oleh M.Fuad Nasar
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-sebagai-pengurang-penghasilan-
kena-pajak/
http://pusat.baznas.go.id/profil/
http://pusat.baznas.go.id/peraturan-perundang-undangan/
http://pusat.baznas.go.id/struktur-organisasi/
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1672/BAB%20II.pdf
http://www.kemenkeu.go.id/SP/anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara-tahun-
2016
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl666/dasar-hukum-dan-mekanis me-
zakat-sebagai-pengurang-pajak
http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/contoh-penghitungan-pph-bagi-
karyawan-yang-membayar-zakat.html
81
Ringkasan Laporan Zakat PPZ-MAWIP 20133
PRESTASI KUTIPAN & PEMBAYAR ZAKAT HARTA PPZ- MAIWP 2013
JENIS KUTIPAN & PEMBAYAR ZAKAT HARTA KESELURUHAN
PERKARA
JENIS ZAKAT
JENIS ZAKAT
PERKARA
2013
2013
2013
KUTIPAN
2012
2012
2012
PEMBAYAR
%+/-
%+/-
%+/-
Kutipan Zakat
Pendapatan 318,789,658.83
108,929
484,632,029.53
264,814,612.05
97,235
402,813,639.88
+20
+12
+20
Pendapatan
Wang Simpanan 23,377,179.67
9,682
15,773,375.11
20,473,911.68
9,184
19,244
+14
+5Wang Simpanan
21 - 30
Saham 1,483,083.35
781
126,410,984.05
1,308,423.97
688
23,841
+15
+14Saham
41 - 50
Mal (Harta) 35,970,139.26
4,753
25,133,987.42
34,540,891.26
4,668
3,411
+4
+2Mal (Harta)
51 - 60
Pembayar Zakat
Perniagaan 97,161,344.30
2,101
4,741,469.67
128,061
74,424,879.13
1,844
1,270
114,442
+31
+14
+12
Perniagaan
<21
Emas / Perak 1,679,873.25
2,153
81,389,116.94
1,468,580.80
2,059
37,551
+13
+5Emas / Perak
31 - 40
KWSP 3,763,591.42
2,255
100,824,479.34
3,652,852.63
2,266
15,474
+3
-1KWSP
Qadha 627,947.13
362
12,699,344.97
512,385.13
332
11,807
+23
+9Qadha
>60
Lain-lain Kutipan
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
1,799,212.32
7,836
117,659,272.03
1,599,103.23
5,984
15,463
+13
+31
484,632,029.53
138,852
484,632,029.53
402,813,639.88
124,260
128,061
+20
+12
Lain-lain Kutipan
Tidak Dinyatakan
Firma / Syarikat
PECAHAN KUTIPAN MENGIKUT JENIS ZAKAT
PECAHAN PEMBAYAR MENGIKUT JENIS ZAKAT
PECAHAN KUTIPAN & PEMBAYAR MENGIKUT UMUR
Jumlah sebenar pembayar zakat berbeza dengan jumlah pembayar mengikut jenis zakat disebabkan terdapat seorang pembayar membuat bayaran lebih dari satu jenis zakat.
Nota:
laporan zakat ppz BACKUP.indd 4 04-Jun-14 4:00:19 PM
Ringkasan Laporan Zakat PPZ-MAWIP 2013 4
KUTIPAN ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2002-2013
PEMBAYAR ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2002-2013
80.8
J
50
0
100
150
200
250
300
350
400
450
500
RM Juta
Tahun92.9
J
106.
7J
126.
7J
143.
3J
169.
2J
206.
3J
242.
0J
275.
6J
341.
3J
402.
8J
484.
6J
0
10,000
60,000
20,000
70,000
30,000
80,000
110,000
40,000
90,000
120,000
50,000
100,000
130,000
Bil. Pembayar
Tahun35,4
27
40,6
53
44,7
92
47,5
99
52,4
24
58,9
82
67,8
72
78,8
20
89,1
10
100,
497
114,
442
128,
061
laporan zakat ppz BACKUP.indd 5 04-Jun-14 4:00:19 PM
2 RINGKASAN LAPORAN ZAKAT PPZ-MAIWP 2014
PRESTASI KUTIPAN & PEMBAYAR ZAKAT HARTA PPZ-MAIWP 2014
KUTIPAN & PEMBAYAR ZAKAT HARTA KESELURUHAN
PERKARA 2014 2013 %+/-
Kutipan Zakat 532,915,062.34 484,632,029.53 +10
Pembayar Zakat 141,748 128,061 +11
PECAHAN KUTIPAN MENGIKUT JENIS ZAKAT
PERKARA 2014 2013 %+/-
Pendapatan 369,796,559.60 318,789,658.83 +16
Perniagaan 86,168,015.20 97,161,344.30 -11
Wang Simpanan 24,833,184.13 23,377,179.67 +6
Emas / Perak 1,806,894.44 1,679,873.25 +7
Saham 1,509,197.47 1,483,083.35 +2
KWSP 3,734,646.90 3,763,591.42 -1
Mal (Harta) 42,183,418.93 35,970,139.26 +17
Qadha 623,693.80 627,947.13 -1
Lain-lain Kutipan 2,259,451.87 1,799,212.32 +27
JUMLAH 532,915,062.34 484,652,029.53 +10
PECAHAN PEMBAYAR MENGIKUT JENIS ZAKAT
PERKARA 2014 2013 %+/-
Pendapatan 121,606 108,929 +12
Perniagaan 2,447 2,101 +16
Wang Simpanan 9,875 9,682 +2
Emas / Perak 2,328 2,153 +8
Saham 712 781 -9
KWSP 2,087 2,255 -7
Mal (Harta) 4,709 4,753 -1
Qadha 420 362 +16
Lain-lain Kutipan 9,198 7,836 +17
JUMLAH 153,382 138,852 +10
Nota: Jumlah pembayar (sebenar) zakat berbeza dengan jumlah pembayar mengikut jenis zakat disebabkan terdapat seorang pembayar membuat bayaran lebih dari satu jenis zakat.
0
100
200
300
400
500
600
0
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
KUTIPAN ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2005-2014
PEMBAYAR ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2005-2014
2005
126.
7
143.
3
169.
2
206.
3
242.
0
275.
6
341.
3
402.
8
484.
6
532.
9
47,5
99
52,4
24
58,9
82
67,8
72
78,8
20
89,1
10
100,
497
114,
442
128,
061
141,
748
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
KutipanRM Juta
BilanganPembayar
Tahun
Tahun
PUNGUTAN ZAKAT (PPZ-MAIWP)
RINGKASAN LAPORAN ZAKAT PPZ-MAIWP 2014 3
0
100
200
300
400
500
600
0
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
KUTIPAN ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2005-2014
PEMBAYAR ZAKAT HARTA KESELURUHAN 2005-2014
2005
126.
7
143.
3
169.
2
206.
3
242.
0
275.
6
341.
3
402.
8
484.
6
532.
9
47,5
99
52,4
24
58,9
82
67,8
72
78,8
20
89,1
10
100,
497
114,
442
128,
061
141,
748
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
KutipanRM Juta
BilanganPembayar
Tahun
Tahun
STATISTIK KUTIPANDAN AGIHAN 2015
Jadual 4.2 : Jumlah pembayar mengikut jenis-jenis zakat
Carta 4.2 : Jumlah pembayar mengikut jenis-jenis zakat
Jumlah Pembayar mengikut Jenis-jenis Zakat
JENIS-JENIS ZAKAT BIL. PEMBAYAR (ORANG)
+/-% 2015 2014
Pendapatan 130,089 121,606 7.0%
Perniagaan 2,454 2,447 1.0%
Zakat Harta 4,781 4,737 1.0%
Simpanan 15,604 15,002 4.0%
Lain-lain Zakat 13,517 9,170 47.4%
Qadha 342 420 -18.6%
JUMLAH 166,787 153,382 8.7%
Pendapatan
Perniagaan
Zakat Harta
Simpanan
Lain-lain Zakat
Qadha 420
342
Tahun 2014
Tahun 2015
9,170
13,517
15,002
15,604
4,737
4,781
2,447
Jumlah Pembayar Zakat (Orang)
2,454
121,606
130,089
STATISTIK KUTIPANDAN AGIHAN 2015
Jadual 4.1 : Pencapaian kutipan mengikut jenis-jenis zakat
Carta 4.1 : Pencapaian kutipan mengikut jenis-jenis zakat
Pencapaian Kutipan mengikut Jenis-jenis Zakat
JJEENNIISS--JJEENNIISS ZZAAKKAATT KKUUTTIIPPAANN ((RRMM))
++//--%% 22001155 22001144
Pendapatan 385,157,868.82 369,796,559.60 4.2%
Perniagaan 94,121,305.74 86,168,015.20 9.2%
Zakat Harta 39,960,077.12 42,190,417.03 -5.3%
Simpanan 35,349,658.36 31,883,922.94 10.9%
Lain-lain Zakat 2,463,885.63 2,252,453.77 9.4%
Qadha 590,942.51 623,693.80 -5.3%
JJUUMMLLAAHH 557,643,738.18 532,915,062.34 4.6%
Pendapatan
Perniagaan
Zakat Harta
Simpanan
Lain-lain Zakat
Qadha 0.623 Juta
0.590 Juta
Tahun 2014
Tahun 2015
2.25 Juta
2.46 Juta
31.8 Juta
35.3 Juta
42.1 Juta
39.9 Juta
86.1 Juta
Jumlah Kutipan Zakat (RM)
94.1 Juta
369 Juta
385 Juta