pelatihan penelitian dan penyusunan laporan hasil...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENERAPAN IPTEKS, PROGRAM P2M DANA DIPA
Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil
Penelitian pada Siswa SMA Negeri 1 Kediri,
Tabanan
Oleh
Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.(NIDN: 0020036501)
Prof. Dr. Nyoman Sudiana, M.Pd. (NIDN : 0001125708
Ida Bagus Manik Aryana, S.S., M.Si.(NIDN:0031127308
Drs. Ida Bagus Sutresna, M.Si. (NIDN: 00313105602)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
dengan SPK Nomor: 190/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS GANESHA
SINGARAJA
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
a. Judul Program :
Pelatihan Penelitian dan Penyusunan Laporan Hasil Penelitian pada Siswa
SMA Negeri 1 Kediri, Tabanan
b. Jenis Program : Pelatihan
c. Bidang Kegiatan : Peningkatan SDM
d. Identitas Pelaksana :
1. Ketua Pelaksana
a. Nama : Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.
b. NIP : 196503201990031002
c. Pangkat/Golongan : Pembina TK I/IVa
d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja
e. Alamat Rumah : Griya Pemaron
2. Anggota 1
a. Nama : Ida Bagus Manik Aryana, S.S., M.Si.
b. NIP : 0031127308
c. Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIIb
d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja
e. Alamat Rumah : Sanur, Denpasar
3. Anggota 2
a. Nama : Drs. Ida Bagus Sutresna, M.Si.
b. NIP : 196503201990031002
c. Pangkat/Golongan : Pembina/IVb
d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja
e. Alamat Rumah : Jalan Mayor Metra, Singaraja
4. Anggota 3
a. Nama : Prof. Dr. Nyoman Sudiana, M.Pd.
b. NIP : 195712311985031013
c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IVc
d. Alamat Kantor : Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja
e. Alamat Rumah : Br. Kelingkung, Desa Tambang, Buleleng
iii
e. Biaya yang diperlukan : Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh Juta rupiah)
f. Lama Kegiatan : 6 bulan
Singaraja, 6 Oktober 2015
Menyetujui,
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu bentuk usaha terbaik atau paling unggul
dari manusia untuk memperoleh pengetahuan yang diharapkan bermanfaat untuk
memudahkan kehidupan ini. Keunggulannya disebabkan oleh prosedur
pelaksanaannya yang paling ilmiah diantara cara-cara lain dalam mendapatkan
pengetahuan. Oleh karena itulah, penelitian dianggap sebagai usaha terbaik dalam
menemukan kebenaran objektif dalam mendapatkan pengetahuan.
Mengingat hal itu, maka sudah sewajarnyalah jika kegiatan ini, pada dunia
modern, mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, lebih-lebih dalam
dunia pendidikan. Sejak dari Sekolah Dasar semestinya siswa sudah diarahkan
untuk melakukan penelitian. Siswa-siswi SD sudah mulai dapat diarahkan untuk
melakukan kegiatan penelitian dalam skala kecil. Misalnya, siswa SD diajak
untuk mengamati tingkah laku binatang atau serangga tertentu kemudian
menulisnya dalam sebuah laporan pengamatan. Kegiatan yang sederhana ini pada
hakikatnya adalah salah satu bentuk pemerolehan pengetahuan lewat penelitian.
Dari kegiatan skala kecil seperti itu, dikembangkan ke skala yang lebih besar
untuk tingkatan kelas dan sekolah yang lebih tinggi. Pada tingkat SMA, kegiatan
penelitian sudah hampir menjadi bagian integral dari beberapa mata pelajaran.
Berbagai lomba yang berkaitan dengan pelaporan hasil penelitian sudah juga
diadakan. Hanya saja, lomba-lomba penulisan karya ilmiah terutama hasil
penelitian, secara kuantitas maupun kualitas belum memenuhi harapan
penyelenggaraannya. Usaha untuk menggalakkan pelaksanaan penelitian dan
penulisan laporan hasil penelitian tampaknya masih menemui jalan buntu. Secara
kuantitas, bisa dihitung dengan jari peserta dari satu kabupaten yang mau ikut
dalam lomba-lomba penulisan laporan penelitian. Secara kualitas, lebih
memprihatinkan lagi, baik dari segi isi, organisasi tulisan, maupun penggunaan
bahasa, masih jauh di luar harapan.
2
Terlepas dari semua kondisi di atas, siswa sebenarnya cukup antusias
untuk meneliti, menulis, berekpresi atau pun berkreativitas. Banyak siswa yang
beranggapan bahwa meneliti itu menyenangkan, apalagi sampai mampu
menuangkannya menjadi sebuah laporan hasil penelitian. Mereka memiliki
keinginan untuk mampu melahirkan sebuah laporan hasil penelitian ilmiah seperti
itu. Hanya sayang, mereka kurang mendapat bimbingan yang intensif untuk
melakukannya sampai terwujud menjadi sebuah laporan hasil penelitian. Kondisi
seperti ini tentu tidak bisa terus dibiarkan jika kita menginginkan munculnya
peneliti-peneliti muda yang berkualitas untuk melahirkan pengetahuan yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia kelak.
Keberadaan penelitian sebagai bentuk perolehan pengetahuan bahkan ilmu
pengetahuan mendapatkan angin segar dengan diberlakukannnya Kurikulum
2013. Kurikulum ini menghendaki agar perolehan pengetahuan para siswa
didapatkan dengan metode ilmiah dalam balutan Pendekatan Saintifik.
Keberadaan pendekatan saintifik ini seharusnya semakin memotivasi para guru
dan siswa untuk melakukan penelitian secara lebih intens.
1.2 Analisis Situasi
SMA Negeri 1 Kediri didirikan tahun 1998 berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 13a/O/l998 tentang Pembukaan
dan Penegerian Sekolah Tahun Pelajaran 1996/1997 tanggal 29 Januari 1998.
Luas tanah bangunan SMA Negeri 1 Kediri seluas 7375 m2 , berlokasi di Jalan
Bingin Ambe di Lingkungan Desa Adat Banjar Anyar, Kecamatan Kediri,
Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Sarana yang ada di SMA Negeri 1 Kediri boleh dikatakan cukup memadai
bahkan hampir lengkap. Untuk sarana belajar, SMAN 1 Kediri memiliki 16 ruang
kelas, 1 perpustakaan, dan 6 laboratorium (komputer, biologi, bahasa, kimia,
multimedia, ips). Ada juga gedung fisika, biologi, kimia, panggung terbuka,
padepokan seni, dan ruang untuk ekstra lainnya seperti ruang pramuka, ruang
kapela/bianglala, ruang DKM, ruang UKS dan sarana lainnya untuk sivitas di
sekolah tersebut.
3
Jumlah siswa di SMAN 1 Kediri ada sebanyak 1009 orang dengan sebaran seperti
tabel berikut.
Tabel 01 : Sebaran dan jumlah siswa SMAN 1 Kediri, Tabanan
No Kelas Laki Perempuan Jumlah
1. Kelas X 146 172 318
2. Klas XI IPA 124 162 286
3. Klas XI IPS 18 27 45
4. Klas XII IPA 120 172 292
5. Klas XII IPS 34 34 68
Total 1009
Dalam hal prestasi, SMAN 1 Kediri telah meraih beberapa prestasi di
tingkat kabupaten, tetapi dalam hal kegiatan ilmiah berupa penelitian maupun
penulisan karya ilmiah tampaknya belum banyak berkembang di sekolah. Tahun
2000 sekolah ini pernah mengikuti lomba kegiatan ilmiah tetapi prestasi tersebut
tampak mengalami penurunan bahkan mulai tahun 2008 mulai jarang mengikuti
kegiatan ilmiah penelitian. Perlombaan yang diikuti lebih banyak mengarah
kepada kegiatan ekstra non ilmiah seperti pramuka, gerak jalan, lomba busana,
dan sejenisnya.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian belum tumbuh dalam
tradisi yang baik di sekolah-sekolah. Walaupun kegiatan ini sudah ada yang
menjadi bagian integral dari beberapa mata pelajaran, namun keberadaannya
sering hanya dianggap sebagai pelengkap agar memenuhi tuntutan kurikulum. Ini
berarti, hakikat penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian itu belum
dipahami secara baik oleh pelaksananya. Akibatnya, kalau pun dihasilkan sebuah
laporan hasil penelitian, kualitasnya masih jauh dari harapan. Demikian juga
secara kuantitas, kemunculannya sebatas ada perintah atau keharusan untuk
membuatnya.
4
Secara kuantitas, kita dapat melihat terbatasnya jumlah peserta lomba
karya tulis ilmiah hasil penelitian. Peserta lomba itupun tampaknya mengikuti
lomba karena adanya dorongan atau mungkin paksaan dari guru pembimbing atau
pihak lainnya, agar mengikuti lomba. Selain itu, kalau kita menengok ke sekolah-
sekolah, belum terlihat adanya aktivitas penelitian dan menyusunan laporan hasil
penelitian. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya mencari contoh-contoh hasil
penelitian siswa SMA di sekolahnya.
Secara kualitas, jelas sekali terlihat hasil laporan atau pun tulisan
ilmiahnya belum memenuhi standar penulisan ilmiah. Isinya belum menunjukkan
tingkat keilmiahan. Demikian juga pengorganisasian tulisan bahkan sampai
pemilihan katanya juga kurang memadai. Banyak karya ilmiah yang
diikutsertakan dalam lomba sangat berbau subjektif sehingga kadar ilmiahnya
menjadi kabur.
Masalah yang paling urgen, tampaknya terletak pada tiga hal yaitu
merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian sederhana, dan menyusun
laporan hasil penelitian. Apa yang dapat diteliti dan apa persiapan yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan penelitian? Bagaimana langkah-langkah
pelaksanaan penelitian, bagaimana mengumpulkan data, mengolah data, dan
bagaimana melaporkannya sehingga layak disebut sebagai karya ilmiah? Ini
adalah beberapa permasalahan yang tampaknya perlu dipecahkan dalam pelatihan
ini.
1.4 Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada para siswa dalam
melaksanakan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Setelah pelatihan,
peserta diharapkan memiliki kemampuan minimal dalam tiga hal, yaitu 1)
memiliki kemampuan merencanakan sebuah penelitian, 2) memiliki keterampilan
melaksanakan penelitian, dan 3) memiliki keterampilan menyusun laporan hasil
penelitian.
5
Pada akhir kegiatan, setiap kelompok siswa diharapkan menghasilkan
sebuah laporan hasil penelitian yang layak diikutsertakan dalam lomba penelitian
dan karya tulis ilmiah.
1.5 Manfaat Kegiatan
Kegitan ini akan sangat bermanfaat bagi :
1. siswa peserta pelatihan karena mereka akan mendapatkan bekal :
a. untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan penelitian
dalam menunjang kualitas dirinya sebagai anggota masyarakat
kelak,
b. untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya kelak dengan
menggunakan prosedur berpikir yang sistematis dan logis (model
berpikir ilmiah).
c. sekolah tempat para siswa menuntut ilmu karena dengan
kemampuan yang dimilikinya akan lebih menggairahkan kegiatan
baik intra maupun ekstrakurikuler, khususnya yang berkaitan
dengan penelitian dan pembuatan laporan hasil penelitian.
Kemajuan ini akan ikut mendongkrak prestise dan prestasi sekolah
tersebut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Ilmiah dengan Model Berpikir Reflektif sebagai Salah Satu
Cara Modern dan Terbaik untuk Memperoleh Kebenaran.
Ada beberapa cara yang digunakan oleh manusia untuk memperoleh
kebenaran maupun pengetahuan. Pertama, ada orang yang mencari pengetahuan
melalui pihak yang berwenang (Hadi, 1994:33). Dalam cara ini, orang tersebut
pergi kepada seorang ahli atau pihak-pihak lain yang dianggap berwenang. Jika
dia sakit, dia pergi ke dukun atau dokter. Jika bermimpi ia pergi ke ahli nujum
atau peramal. Sadar atau tidak sangat banyak orang yang menerima begitu saja
apa yang dikatakan tradisi sebagai suatu kebenaran. Perjodohan, hari perkawinan,
arah bepergian mencari rejeki, dan lain-lainnya, banyak yang didasarkan pada
tradisi yang sudah kuno tersebut. Cara tersebut berjalan dari generasi ke generasi.
Mungkin cara ini merupakan jalan pendek dan praktis, tetapi belum tentu
merupakan kebenaran yang tak terguncangkan. Sejarah telah membuktikan bahwa
sejarah masa lalu tidak hanya menelurkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, tetapi
banyak juga menelurkan kesesatan-kesesatan. Simak saja misalnya permasalahan
kembar buncing yang baru-baru ini ramai dibicarakan. Cara-cara semacam ini
adalah bersifat ekonomis dan efisien, akan tetapi bukan tidak terbuka untuk
sesuatu kesalahan.
Cara kedua adalah memperoleh pengetahuan melalui pengalaman pribadi.
Banyak pengatahuan manusia diperoleh dari pengalamannya sehari-hari.
Memecahkan persoalan hidup dengan menggunakan pengalaman, dalam banyak
hal memang sangat berguna. Banyak kesulitan yang dapat dipecahkan. Dari
pengalamannya, seorang petani tahu, kapan ia harus mulai menanam tanaman
tertentu agar berhasil.
Pengalaman memang membuat orang menjadi bijaksana, tetapi jika tidak
digunakan secara hati-hati dan kritis, pengalaman itu justru akan sangat
merugikan. Karena kebiasaan memilih kue yang besar, maka seorang anak kecil
memilih kado yang bungkusannya paling besar, padahal isinya mungkin hanya
7
sebuah barang yang jauh kurang berharga dibandingkan dengan kado yang
bungkusannya lebih kecil. Segi negatif lain jika hanya mengandalkan pengalaman
adalah keterbatasan kemampuan mengamati dan sifat subjektifitas yang dimiliki
manusia sehingga pengalaman pribadi mungkin sangat tidak cocok untuk orang
lain yang kita ajak tinggal serumah sekali pun, apalagi yang berada di belahan lain
dari bumi ini. Boleh dikatakan, derajat kermaknaannya sangat terbatas atau
mungkin sangat pribadi.
Cara ketiga adalah cara berpikir deduktif. Prinsip berpikir deduktif adalah :
apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis,
berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam
kelas atau jenis itu. Alat yang dipakai untuk mancapai pengetahuan dengan jalan
deduksi adalah silogisme. Berpikir secara deduktif memungkin seorang dedektif
mengatur premis-premis dalam rangkain yang sedemikian rupa sehingga menjadi
bukti-bukti yang konklusif untuk membenarkan suatu konklusi yang khusus.
Demikian juga seorang dokter. Dia menyelidiki penderita yang datang kepadanya,
memeriksa seluruh badannya, dan kemudian mencocokkan keadaan penderita itu
dengan pengetahuan kedokteran yang dimilikinya. Dari situ dia menentukan atau
mengambil kesimpulan penyakit yang diderita pasiennya dan memberinya resep.
Memang cara berpikir ini banyak digunakan orang, bahkan para peneliti modern
pun menggunakan untuk hal-hal tertentu. Akan tetapi sesungguhnya berpikir
deduktif tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan tertentu. Deduktif yang
menggunakan silogisme sebagai alatnya, menyandarkan diri pada kata-kata. Kita
tahu bahwa kata-kata tidak sama betul artinya untuk tipe tiap-tiap orang atau
untuk waktu yang berbeda-beda. Dalam banyak kejadian, sesuatu yang kelihatan
logis, namun menyimpan kesalahan fatal. Oleh karena itulah cara ini tidak dapat
dipercaya sepenuhnya.
Cara keempat adalah cara berpikir induktif. Berlawanan dengan cara
deduktif, cara berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-
peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa
konkret itu ditarik kesimpulan-kesimpulan yang mempunyai sifat umum. Dengan
induksi ini orang akan mendapatkan pengetahuan yang sangat dapat dipercaya.
8
Akan tetapi suatu persoalan timbul : Apakah perhitungan ciri-ciri subjek, individu,
dan peristiwa seluruhnya dapat kita lakukan tanpa suatu kesulitan? Apakah
mungkin kita dapat menyelidiki semua orang dalam suatu desa, misalnya? Untuk
memudahkan pekerjaan penyelidik, biasanya digunakan sampel, tetapi jelas
kebenarannya memiliki derajat yang lebih rendah.
Cara kelima yang merupakan cara yang sangat dianjurkan untuk saat ini
adalah memperoleh pengetahuan atau kebenaran dengan reflective thinking seperti
yang disarankan oleh John Dewey. Cara berpikir reflektif memiliki unsur-unsur
sebagai berikut ini:
1) menjumpai suatu persoalan atau mengalami kesulitan. Suatu kesulitan
dapat berwujud : a) belum dapat menerangkan suatu kejadian yang
timbulnya tidak diduga-duga, b) belum memperoleh alat atau cara untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan, c) belum menemukan ciri-ciri,
sifat-sifat, atau unsur-unsur suatu objek persoalan.
2) mendudukkan dan memberi batasan terhadap kesulitan atau problem,
3) mengajukan hipotesa-hipotesa,
4) secara deduktif membeberkan atau menerangkan hipotesa-hipotesa yang
telah diajukan itu,
5) menguji atau mengetes hipotesa dengan fakta-fakta, dan
6) menarik kesimpulan.
Unsur-unsur inilah yang kemudian dikenal dengan metode ilmiah. Dengan model
bekerja seperti itu, berkembanglah ilmu pengetahuan dengan pesatnya pada
dekade ini. Cara inilah yang digunakan dalam penelitian. Langkah-langkah
tersebut merupakan esensi dari semua aktivitas penelitian ilmiah sehingga sangat
perlu mendapat perhatian dan pendalaman dengan seksama (lihat Hadi, 1994;
Suriasumantri, 1989 dan 1990).
2.2 Kegiatan Penelitian sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Lintas
Kompetensi
Sekarang ini, pembelajaran lintas kompetensi kembali menjadi sorotan
pemerhati pendidikan hampir di seluruh belahan bumi ini. Berbagai pendekatan
9
pembelajaran pun muncul untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Pembelajaran
terpadu, misalnya, merupakan salah satu pendekatan yang pernah diperkenalkan
dalam dunia pengajaran. Belakangan, pendekatan kontekstual sepertinya dielukan
untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Di Indonesia, dengan rancangan
pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi, gaung ke arah pembelajaran lintas
kompetensi tampak begitu menggema. Ujung-ujungnya, berbagai pelatihan mulai
dilaksanakan. Salah satu pelatihan itu adalah pelatihan pembelajaran dengan
pendekatan belajar dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning).
Munculnya konsep pembelajaran lintas kompetensi ini didasari oleh
pemikiran berikut ini. (1) Untuk hidupnya, manusia tidak cukup hanya menguasai
satu jenis pengetahuan atau keterampilan saja. Kehidupan bermasyarakat begitu
kompleks sehingga diperlukan berbagai pengetahuan maupun keterampilan.
Tidak mungkin untuk hidup bermasyarakat, manusia hanya menguasai satu jenis
pengetahuan tertentu. (2) Pembelajaran mesti memperhatikan keragaman serta
multi-intelegnsi siswa. Partisipasi siswa di sekolah haruslah memperhatikan
kebutuhannya untuk hidup dan delapan orientasi pembelajarannya. Kedelapan
orientasi pembelajaran tersebut menurut Gardner (1993) adalah spasial-verbal,
linguistik-verbal, interpersonal, musikal-ritmik, naturalis, badan-kinestetika,
intrapersonal, dan logis-matematis.
Di mana keberadaan kegiatan penelitian sampai kepada pelaporan hasilnya
untuk merealisasikan konsep pembelajaran lintas kompetensi tersebut? Hal ini
dengan mudah dapat kita lihat dari beragamnya kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam kegiatan tersebut. Pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang
menjadi pilar sistem pendidikan dapat diperolehnya dari kegiatan penelitian ini.
Oleh karena melaksanakan penelitian mencakup berbagai kompetensi,
maka untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap ilmiah.
Karena untuk mewujudkan sebuah hasil penelitian yang memenuhi standar
keilmiahan ini membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah, untuk
menunjang keberhasilannya membutuhkan kolaborasi berbagai kompetensi.
10
Dengan demikian, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan laporannya,
pada hakikatnya pembelajaran lintas kompetensi. Model pembelajaran ini
bermaksud mengasah berbagai kompetensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga
diharapkan dapat melahirkan manusia yang dapat menjalani kehidupannya kelak
di masyarakat.
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN DAN MATERI
3.1 Metode Pelaksanaan
3.1.1 Kerangka Pemecahan masalah
Penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian di kalangan siswa di
Indonesia memang belum membudaya. Padahal, kegiatan ini mengantarkan siswa
kepada kemapuan berpikir kritis dan tingkat tinggi untuk mampu menghasilkan
karya inovatif yang diharapkan untuk kemajuan bangsa. Hal ini juga terjadi pada
siswa SMAN 1 Kediri, Tabanan. Permasalahan yang pada kalangan siswa dalam
hal penelitian dan pennyusunan laporan hasil penelitian tersebut adalah (1)
rendahnya wawasan siswa terhadap manfaat dan teknik penelitian, (2) rendahnya
kemampuan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian yang dilakukannya. Dalam kaitan dengan permasalahan tersebut, maka
pemecahan permasalahan yang dilakukan adalah seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 02 : Kerangka pemecahan masalah
No Permasalahan Akar permasalahan Pemecahannya
1 Rendahnya minat siswa
melakukan penelitian
Siswa kurang
memiliki wawasan
tentang manfaat
Seminar tentang hakikat
penelitian dan
manfaatnya bagi
kehidupan manusia
2 Rendahnya
keterampilan
merencanakan
penelitian
Siswa belum
memiliki cara-cara
menemukan masalah
penelitian dan
menuangkannya
dalam proposal
penelitian
Pelatihan secara
terstruktur dengan
pendampingan dalam
menggali masalah dan
membuat proposal
penelitian
3 Rendahnya ketrampilan
dalam melaksanakan
penelitian
Sangat jarang
melaksanakan
penelitian
Pelatihan secara
terstruktur dengan
pendampingan dalam
12
melaksanakan
penelitian
4 Rendahnya ketrampilan
siswa melaporkan hasil
penelitiannya
Kurang memiliki
strategi dalam
penulisan karya ilmiah
penelitian
Pelatihan secara
terstruktur dengan
pendampingan dalam
menyusun laporan hasil
penelitian
Untuk menangani permasalahan yang telah dikemukakan di depan,
kegiatan ini menggunakan model pelatihan. Untuk memilih anggota pelatihan
akan dilakukan penyampelan. Sampel akan menggunakan teknik sampel wilayah
(area sampling) dan sampel “purposive” karena sampel terpilih harus memiliki
kriteria berupa (1) anggota sampel harus dapat menyebarluaskan hasil pelatihan
kepada siswa lainnya, (2) anggota sampel harus juga ada yang mampu menjadi
suvervisor bagi siswa lainnya. Hal ini diperlukan, mengingat arah kegiatan ini
adalah untuk meningkatkan kegairahan dan kemampuan siswa dalam
melaksanakan penelitian sampai menghasilkan laporan hasil penelitian sehingga
kelak terjadi peningkatan hasil, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Jumlah peserta yang akan dilibatkan kurang lebih duabelas kelompok
dengan masing-masing kelompok terdiri antara 4-5 orang dan akan didampingi
oleh seorang guru pembimbingnya serta seorang dosen pendambing yang
sekaligus sebagai narasumber bagi kelompok tersebut baik saat pelatihan maupun
saat berlatih meneliti.
Secara sederhana, pelaksanaan kegiatan ini dapat uraikan sebagai berikut.
Pertama, dilakukan presentasi makalah tentang 1) konsep dan teori yang
diperlukan untuk melaksanakan penelitian sampai menghasilkan laporan hasil
penelitian yang berkualitas, dan 2) teknik menyusun laporan hasil penelitian.
Setelah itu, dilanjutkan dengan praktik melaksanakan penelitian oleh siswa
mengenai objek penelitian yang mereka minati dengan bimbingan guru dan dosen
pendampingnya.
13
3.1.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Realisasi pemecahan masalah ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2015.
Pemilihan waktu pelaksanaan tersebut sesuai dengan kesepakatan dari pihak
penyedia tempat, dalam hal ini SMA Negeri 1 Kediri di Desa Banjar Anyar,
Kediri. Dalam realisasinya, pelatihan ini diikuti oleh 45 orang siswa yang terbadi
dalam 9 kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh seorang guru
pembimbingnya.
Teknik yang dipakai dalam pemecahan masalah adalah dengan
memberikan pelatihan kepada peserta. Lama pelaksanaan pelatihan ini adalah satu
hari dari pukul 09.00 Wita sampai dengan pukul 15.00 Wita. Dalam kurun waktu
itu, peserta diberikan bekal pengetahuan dan praktik penelitian dan penulisannya,
berupa pembuatan draf awal proposal penelitian.
Selanjutnya pada tanggal 8 dan 29 Agustus dilakukan bimbingan
pendampingan untuk merevisi proposal penelitian yang telah dirancang oleh
kelompok peserta.
3.1.3 Khalayak Sasaran antara yang Strategis
Pelatihan ini membidik kelompok KIR siswa SMA Negeri 1 Kediri.
Peserta ini diharapkan kelak mampu menularkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap ilmiah yang diperoleh selama pelatihan kepada teman-temannya sehingga
tradisi penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian di lingkungan tersebut
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3.1.4 Keterkaitan
Kegiatan ini memiliki keterkaitan dengan lembaga formal yang menangani
masalah kependidikan. Lembaga tersebut antara lain Diknas, sekolah dari masing-
masing siswa yang terlibat dalam pelatihan, dan Undiksha, khususnya Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni.
14
3.1.5 Evaluasi Kegiatan
Sesuai dengan tujuan pelatihan, maka evaluasi yang dilakukan adalah
evaluasi terhadap pemahaman peserta terhadap penelitian dan produk yang
dihasilkan selama pelatihan. Untuk itu, maka evaluasinya menggunakan 2 jenis
teknik evaluasi. Untuk mengetahui pemahaman peserta dilakukan evaluasi berupa
tes, sedangkan untuk produk berupa karya yang dihasilkan oleh siswa selama
pelatihan digunakan model penilaian fortofolio. Hart (1994) mengatakan
fortofolio adalah koleksi dari berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan
atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu. Indikator penilaian produk
berpedoman pada indikator penilaian karya ilmiah yang digunakan dalam lomba-
lomba karya ilmiah, khususnya karya penelitian.
3.2 Materi Kegiatan
Sesuai dengan tujuan pelatihan ini, yaitu bermaksud memberikan bekal
yang memadai kepada kelompok siswa yang akan melaksanakan penelitian dan
menuliskan hasil penelitiannya itu ke dalam bentuk laporan hasil penelitian, maka
materi pelatihan ini diarahkan kepada dua hal tersebut. Materi pertama adalah
mengenai seluk-beluk penelitian, mulai dari konsep-konsep penelitian sebagai
sebuah cara memperoleh pengetahuan sampai dengan prosedur-prosedur yang
harus ditempuh dalam merencanakan sampai melaksanakan penelitian. Dengan
demikian, bahasan tentang hakikat penelitian, permasalahan penelitian, judul
penelitian, serta metode penelitian yang menyangkut hal-hal pemilihan sampel,
penyusunan instrumen, pengumpulan data, dan pengolahan data, menjadi bahan
pelatihan. Materi pelatihan ini disampaikan oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.
15
BAB IV
HASIL PELATIHAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelatihan
Pelatihan ini dilaksanakan selama satu hari (dari pagi sampai sore) pada
tanggal 27 Juni 2015 dan dilanjutkan pendampingan pembimbingan pada tanggal
29 Agustus 2015 dan tanggal 5 September 2015 dengan lokasi di SMA Negeri 1
Kediri. Pelaksanaan pelatihan ini diikuti oleh 45 orang siswa, yang terbagi ke
dalam 9 kelompok peneliti. Para siswa didampingi guru pembimbing KIR di SMA
Negeri 1 Kediri. Jumlah guru pembina KIR yang hadir sebanyak 5 orang. Para
guru ini tampaknya merasakan bahwa kegiatan ini tidak semata-mata bermanfaat
bagi siswa, tetapi juga bermanfaat bagi dirinya, terutama untuk menambah
wawasan dalam menyusun karya ilmiah.
Pelaksanaan pelatihan ini berlangsung sebanyak 4 tahap. Tahap pertama
berupa pembukaann yang dibuka oleh Wakasek bidang Kesiswaan, Drs. I Wayan
Muliarta. Tahap kedua, berupa pelatihan penelitian berlangsung dari pukul 10.00
sampai pukul 12.30 Wita. Tahap ketiga berupa pelatihan penulisan proposal dan
penulisan laporan hasil penelitian berlangsung dari pukul 13.00 sampai pukul
15.30 Wita. Tahap keempat adalah tahap penutup berlangsung pukul 15.30 Wita
sampai pukul 15.45.00 Wita. Dari empat tahapan tersebut, tahap kedua dan ketiga
merupakan inti kegiatan ini. Pada tahap kedua, dari pukul 10.00 sampai pukul
12.30 Wita, berlangsung kegiatan berupa pemaparan makalah tentang penelitian
dan teknik penulisan proposal dan laporan oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd. Pada
tahap ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan seluk beluk penelitian, yang
diawali dengan penjelasan mengenai pentingnya ilmu, sumber pengetahuan, hal-
hal yang berkaitan dengan masalah penelitian (syarat-syarat masalah yang dapat
diteliti, sumber masalah atau tempat menemukan masalah, dan lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian), kemudian manfaat penelitian, dan terakhir,
metode penelitian (yang menyangkut masalah teknik penyampelan, teknik
pengumpulan data, dan teknik pengolahan data). Sesi kedua dari penyampaian
makalah ini membahas mengenai teknik penulisan proposal penelitian dari
16
perumusan judul penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian.
Tahapan selanjutnya dari sesi inti pelatihan adalah berlatih menemukan
judul penelitian kemudian merumuskan sebuah draft proposal penelitian. Pada
tahap ini, setiap kelompok didampingi oleh guru pamong dan dosen pembimbing.
Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasikan masalah penelitian. Siswa diajak
mengidentifikasikan masalah-masalah yang dapat diteliti dalam penelitian ilmiah.
Tahapan ini merupakan tahapan yang cukup penting dalam penelitian karena
penemuan masalah penelitian biasanya kegiatan yang sering dirasakan cukup sulit
tidak hanya oleh para siswa, tetapi juga oleh para mahasiswa yang akan menyusun
skripsi. Tahap yang oleh peneliti pemula sebagai tahapan paling sulit karena
keurgenannya dalam penelitian ini sudah berhasil dilalui oleh peserta. Siswa
peserta sudah mulai mampu mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi
dalam kehidupannya sehari-hari, untuk dijadikan sebuah masalah penelitian. Yang
juga cukup menggembirakan adalah ada beberapa kelompok yang mampu
mengidentifikasi masalah penelitian lebih dari dua masalah. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah masalah penelitian yang ada jika dibandingkan dengan jumlah
kelompok maka akan terlihat bahwa satu kelompok rata-rata mampu
mengidentifiksi dua masalah penelitian bahkan ada yang lebih dari dua. Jumlah
masalah yang mampu diidentifikasi dalam selang waktu tersebut tentunya
merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan, apalagi dari mereka itu banyak
yang baru untuk pertama kalinya ikut dalam kegiatan seperti ini. Pengalaman
mereka dalam kegiatan penelitian itu tentunya sangat terbatas.
Kegiatan selanjutnya setelah masalah teridentifikasi adalah menyusun
judul penelitian, peserta diajak untuk menyusun judul yang memenuhi persyaratan
sebuah judul penelitian dari permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Hasil dari kegiatan ini adalah dirumuskannya sebelas judul dari kelompok-
kelompok yang ada. Dalam arti, setiap kelompok sudah berhasil menyusun sebuah
judul penelitian dari masalah-masalah yang sudah diidentifikasi sebelumnya.
Setelah judul berhasil diidentifikasi, peserta diajak untuk menemukan
butir-butir penting yang dapat dijadikan pijakan untuk menyusun latar belakang
17
sebuah proposal. Dari mana kita dapat menulis sebuah latar belakang suatu
penelitian?; Apa yang dapat dijadikan latar belakang?; dan Bagaimana
menuangkannya dalam bentuk sebuah kerangka latar belakang? Pada kesempatan
tersebut, peserta sudah berhasil mengidentifikasi poin-poin yang dapat dijadikan
latar belakang. Poin-poin penting latar belakang penelitiannya dituangkan dalam
bentuk kalimat topik. Peserta juga berhasil mengurutkan poin-poin penting
tersebut menjadi sebuah kerangka latar belakang.
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun permasalahan dan tujuan
penelitian. Kegiatan penyusunan permasalahan dan tujuan penelitian dapat
berjalan dengan baik. Peserta tidak menemukan banyak kesulitan dalam kegiatan
ini setelah mereka diarahkan dengan penjelasan teoretis sebelumnya. Peserta
merasa menyusun permasalahan penelitian lebih sulit dibandingkan dengan
menyusun tujuan penelitian. Hal ini dapat dipahami karena tujuan penelitian,
boleh dikatakan hanya berupa kalimat jawaban dari permasalahan penelitian,
walaupun hakikat tujuan yang sebenarnya tidak selalu demikian. Yang banyak
keliru adalah dalam penyusunan manfaat penelitian. Ada beberapa kelompok yang
menulis manfaat penelitiannya merupakan penjabaran dari manfaat variabel pada
judul penelitiannya. Banyak peserta mengira manfaat penelitian itu merupakan
uraian dari manfaat variabel penelitian. Kekeliruan ini kemudian dapat ditangani
setelah tim pengabdian yang langsung mendampingi setiap kelompok untuk
menyusun manfaat penelitian.
4.2 Pembahasan
Sesuatu yang patut dibahas pada kesempatan ini adalah antusias siswa
untuk mengikuti pelatihan ini. Hal ini tidak hanya tampak pada saat pelatihan
berlangsung. Jauh hari sebelum pelaksanaan pelatihan pun hal ini sudah muncul.
Dari pihak sekolah, banyak yang melaporkan bahwa banyak siswa mereka yang
ingin mengikuti pelatihan tetapi karena keterbatasan kuota, mereka terpaksa tidak
bisa ikut. Bahkan ada sekolah-sekolah yang siswanya siap antre untuk mengikuti
pelatihan ini. Mereka siap menjadi pengganti seandainya ada peserta utama yang
tidak jadi ikut. Ini suatu yang dapat kita sebut sebagai fantastis.
18
Dengan demikian, motivasi yang tinggi dari siswa saat mengikuti
pelatihan ini tampaknya menjadi sebuah temuan yang pantas untuk dibahas.
Mengapa siswa begitu antusias dan memiliki motivasi yang tinggi? Hal ini
tampaknya didorong oleh beberapa hal. Pertama, mungkin pelatihan yang
mengarah kepada keterampilan semacam ini sangat jarang dilakukan. Jika benar
demikian, maka ini membuktikan bahwa siswa kita bukanlah sosok yang pasif.
Mereka adalah sosok yang gelisah mencari pengetahuan. Rasa ingin tahu yang
tinggi dari siswa sangat tampak dalam hal ini. Hal ini sebenarnya merupakan
potensi yang sangat mungkin dikembangkan menjadi sesuatu yang berhasil guna.
Kalau ada yang mengatakan bahwa siswa kurang aktif, loyo, malas dan lain-
lainnya, tampaknya tidaklah selalu benar. Mereka selalu ingin berkembang.
Mereka juga ingin menghasilkan sesuatu yang fundamental. Mereka menjadi
kurang aktif karena kurangnya rangsangan untuk berkarya secara nyata. Mungkin
cara-cara pendidikan kita selama ini lebih banyak menanamkan pemahaman
terhadap teori yang verbalistik, tanpa adanya realisasi dalam kehidupan siswa.
Kedua, siswa tampaknya merasa bahwa segala yang mereka dapatkan dalam
pelatihan ini bermanfaat langsung untuk kehidupannya, baik sebagai siswa
maupun sebagai anggota masyarakat atau pencari kerja kelak. Ini berarti prinsip
kebermaknaan dan keterkaitan pelajaran dengan kehidupan nyata siswa sangat
menopang antusias dan motivasi belajarnya. Pelatihan ini adalah salah satu bentuk
pembelajaran juga. Hanya saja bedanya dengan pembelajaran di kelas adalah
dalam pelatihan ini siswa belajar secara alami seperti mereka alami dalam
kehidupannya di masyarakat, sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mereka
belajar secara sangat formal dan terikat oleh begitu banyak aturan yang justru
menjadi tekanan bagi perkembangan aktifitas, kreativitasnya, dan kecerdasannya.
Siswa akan senang jika mereka langsung dapat melihat hasil karyanya. Ini
adalah teori yang sudah cukup lama, tetapi sering dilupakan dalam pembelajaran.
Dalam pelatihan ini, kebenaran konsep ini tampaknya muncul. Dengan langsung
dapat melihat hasil kerjanya (berupa judul penelitian, permasalahan penelitian,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian), mereka tampak lebih tertantang dan
giat untuk belajar sampai-sampai waktu pun mereka lupakan. Karya siswa,
19
bagaimana pun jeleknya, adalah perwujudan dari jati diri siswa. Mungkin ini perlu
dipahami sehingga pelatihan-pelatihan menjadi lebih efektif.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan pelatihan ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1) Sebagaian besar siswa, khususnya peserta pelatihan sangat memerlukan
adanya pelatihan semacam ini. Hal ini dapat dilihat dari keantusiasan mereka
saat mengikuti pelatihan. Mereka sangat menikmati pelatihan ini sehingga
semua tugas yang diberikan dikerjakan dengan motivasi yang tinggi.
2) Sebagian besar siswa yang menjadi peserta pelatihan membawa pengetahuan
awal yang sangat minim mengenai penelitian.
3) Pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan para peserta dalam hal
(a) menemukan masalah penelitian, (b) menyusun masalah yang telah
ditemukan tersebut menjadi sebuah judul penelitian, (c) menyusun latar
belakang, permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian, (d) menentukan
metode penelitian yang tepat sesuai dengan judul penelitiannya.
4) Kelompok peserta berhasil merumuskan draf proposal untuk dikembangkan
nantinya menjadi proposal dan selanjutnya siap untuk diteliti.
5) Pelaksanaan pelatihan juga dapat meningkatkan apresiasi siswa dan juga guru
pembimbingnya tentang pentingnya penelitian.
5.2 Saran-saran
Sehubungan dengan hasil pelatihan seperti di atas, maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut.
1) Perlu diadakan pelatihan lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan
siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.
2) Siswa perlu lebih dimotivasi dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan
penelitian karena mereka tampak sangat antusias untuk melakukan penelitian.
21
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Joan. 1997. Meningkatkan Kecerdasan Anak. diterjemahkan oleh Dudi
Misky. Jakarta : Pustaka Delapratasa.
Chauhan, S.S. 1979. Inovation in Teaching-Learning Process. New Delhi : Vikas
Publishing House.
Egglu, Paul D. et.al. 1979. Strategis for Teachers Information Processing Model
in The Classroom, Englewood Cleffs.
Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice. New York :
Basic Books
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodelogi Research. Yogyakarta : Andi Offset.
Suriasumantri, Jujun S. 1989. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Gramedia.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Sinar Harapan.
22
Lampiran 01 : Permasalahan yang berhasil diidentifikasi
Pengaruh zat yang terdapat dalam daun sirih terhadap kekokohan gigi
Pengaruh formalin dalam pembuatan bakso terhadap kesehatan konsumen
Pengaruh iklim terhadap perkembangan kebudayaan suatu daerah
Mengapa suhu bumi bisa lebih panas dibandingkan suhu udara di bumi yang
dahulu
Dampak pemilihan langsung terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia
Daun pepaya dan daun ubi kayu dipakai sebagai sayur agar tidak digigit
nyamuk
Pengaruh limbah minuman yang berarbonasi terhadap pertumbuhan pisang
Pengaruh urine terhadap pertumbuhan tanaman jeruk
Pengaruh sekam terhadap pertumbuhan gulma yang hidup pada tanaman
Cara mengatasi kebiasaan merokok dan minum-minuman keras pada remaja
Dampak modernisasi teknologi terhadap budi pekerti
Upaya meningkatkan hasil pertanian pada lahan yang sempit
Pengaruhn ASI terhadap perkembangan anak
Pengolahan sampah plastik menjadi pot bunga
Efektivitas abu dapur untuk mempercepat perkecambahan biji cabai rawit
Pengaruh pengawinan Fanili pada pagi hari dengan sore hari
Efektivitas penggunaan asam untuk pencuci logam
Apakah benar orang yang yang tidak makan daging, IQ-nya rendah?
Apakah benar mengkonsumsi rokok dapat meningkatkan daya pikir?
Kurangnya minat siswa mempelajari matematika
Pembuatan kripik waluh jepang
Pengaruh penyimpanan buah terhadap penurunan kadar vitamin C
Bakteri yang terkandung dalam minuman kemasan karton