pelu masan
TRANSCRIPT
BAB IV
SISTEM PELUMASAN TURBIN GAS
4.1 Prinsip Pelumasan
4.1.1 Gesekan dan Keausan
Gesekan adalah suatu gaya yang bekerja pada bidang kontak diantara dua permukaan
benda yang secara relatif sesamanya dan gaya ini cenderung menghambat.
Secara umum, gesekan ada 2 macam yaitu :
Gesekan statik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua
benda yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gerakan.
Contoh gesekan statik adalah gesekan antara mur dan baut.
Gesekan kinetik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua
benda yang saling bergerak secara relatif sesamanya.
Contoh gesekan kinetik adalah gesekan antara permukaan bantalan dengan
permukaan poros turbin.
Akibat adanya gesekan ini, terjadi pengikisan material pada bidang kontak antara dua
permukaan tersebut, pengikisan ini disebut keausan.
4.1.2 Fungsi Pelumasan
Keausan akibat gesekan dapat dikurangi dengan cara mencegah terjadinya kontak
langsung antara dua permukaan benda yang saling bersinggungan seperti poros dengan bantalan.
Untuk mengurangi singgungan langsung ini, dapat dilakukan dengan memberikan
pelumasan. Pelumas akan menjadi media pemisah antara dua permukaan, sehingga tidak terjadi
kontak langsung. Secara umum, prinsip pelumasan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
Pelumasan Batas adalah pelumas dimana kedua permukaan benda hanya
dipisahkan oleh selapis pelumas yang sangat tipis sehingga pada beberapa lokasi
masih terjadi kontak langsung antara kedua permukaan tersebut.
Pelumasan Film adalah pelumasan dimana kedua permukaan benda dipisahkan
oleh lapisan yang cukup (film) sehingga tidak terjadi kontak langsung antara
kedua permukaan.
Prinsip pelumasan yang baik adalah pelumasan film. Jadi fungsi utama pelumasan adalah
untuk mengurangi gesekan. Selain fungsi utama tersebut, pelumasan juga mempunyai fungsi lain
seperti :
Sebagai pendingin
Gesekan akan menimbulkan panas. Panas yang berlebihan dapat merusak
komponen. Pelumas akan menyerap sebagian panas yang timbul sehingga panas
yang berlebihan dapat dihindari. Apabila panas yang timbul diperkirakan cukup
besar, biasanya pelumas disirkulasikan melalui pendingin minyak.
Untuk Mencegah dan Mengurangi Korosi
Pelumas dapat mengurangi laju korosi dengan cara membentuk lapisan pelindung
pada permukaan logam. Lapisan pelindung ini akan mencegah kontak langsung
antara permukaan logam dengan zat penyebab korosi seperti asam dan
sebagainya.
Sebagai Perapat
Pelumas dapat membentuk perapat sehingga kotoran dari luar dapat dicegah agar
tidak masuk ke dalam bidang kontak.
Sebagai Peredam Beban Kejut
Beban kejut dapat terjadi pada banyak komponen mesin dimana dua permukaan
kontak langsung seperti roda-roda gigi yang saling berhubungan dan berputar
pada kecepatan tinggi. Pelumas akan memperkecil kejutan/benturan yang terjadi
sehingga dapat meredam getaran dan mengurangi kebisingan.
Pemilihan dan penggunaan pelumas banyak ditentukan oleh fungsi khusus yang
diharapkan untuk dibutuhkan dan diperhatikan. Didalam penggunaannya, seperti melumasi
bantalan, kendali terhadap gesekan merupakan hal yang sangat diharapkan. Pelumas memiliki
beraneka ragam jenis yang tergantung kepada kemampuan bekerja pada berbagai fungsi yang
telah dirancang untuk pelumas itu sendiri.
Fungsi-fungsi tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi saling tergantung satu sama
lain. Jika pelumas memberikan kinerja yang buruk dalam mengendalikan gesekan, maka akan
memberikan gesekan yang akan menimbulkan panas yang tinggi.
4.1.3 Karakteristik Minyak Pelumas
Karakteristik minyak pelumas merupakan gambaran dari sifat-sifat pelumas serta
kemampuannya untuk melumasi. Di pasaran tersedia cukup banyak jenis minyak pelumas.
Diantara sifat-sifat minyak pelumas yang penting adalah :
Kadar Viskositas (Viscosity)
Viskositas atau kekentalan merupakan suatu ukuran yang menyatakan besarnya
tahanan cairan terhadap aliran. Dengan kata lain juga disebut sebagai
kemampuan suatu cairan untuk mengalir. Viskositas cairan merupakan fungsi
dari temperatur. Menurut SAE (Society of Automotive Engineers), kekentalan
minyak pelumas dibedakan menurut nomor. Makin tinggi nomornya makin
kental minyak pelumas tersebut.
Contoh : Minyak pelumas SAE 30 lebih kental dari minyak pelumas SAE 10.
Indeks Viskositas (Viscosity Index / VI)
Merupakan ukuran dari laju perubahan viskositas minyak pelumas terhadap
perubahan temperatur. Minyak pelumas yang viskositasnya berubah cukup
banyak terhadap perubahan temperatur dikatakan memiliki indeks viskositas
rendah dan sebaliknya. Indeks viskositas dinyatakan dengan angka dari 0 sampai
100.
Titik Tuang (Pour Point)
Merupakan temperatur dimana minyak pelumas mulai menjadi kental dan tidak
dapat mengalir. Minyak pelumas yang akan digunakan pada temperatur rendah
harus memiliki titik tuang yang rendah.
Titik Nyala (Flash Point)
Merupakan temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan disambar api
bila diberikan sumber panas tetapi pembakaran berhenti bila sumber panas
dihilangkan.
Titik Bakar (Fire Point)
Merupakan temperatur dimana uap minyak/pelumas yang timbul akan terbakar
dan akan terus menyala meskipun tidak diberikan sumber panas.
4.1.4 Bahan Tambah (Additive)
Bahan tambah (Additive) adalah bahan lain yang dicampurkan minyak pelumas dengan
maksud untuk memperbaiki sifat minyak pelumas. Jenis-jenis bahan tambah yang banyak
dipakai adalah :
Penurun titik tuang
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan titik tuang minyak pelumas. Dengan
penambahan bahan ini minyak pelumas masih dapat mengalir pada temperatur
yang lebih rendah.
Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak pelumas.
Oksidasi dapat mengakibatkan minyak pelumas menjadi asam.
Anti Busa (Anti Foam Agent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya busa dalam minyak pelumas.
Pembentukan busa dapat mengakibatkan rusaknya lapisan film sehingga
mengurangi fungsi pelumas.
Pembersih (Detergent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan (deposit) atau kerak
pada komponen-komponen mesin yang dilumasi.
Perubahan Indeks Viskositas (Viscosity Index Improver)
Bahan ini berfungsi merubah sensitivitas perubahan temperatur.
Anti Karat dan Korosi (Rust and Corrosion Inhibitor)
Bahan ini berfungsi membantu mencegah karat (korosi).
Extreme Pressure Additive
Bahan ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan minyak pelumas terhadap
beban dan tekanan tinggi.
Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)
Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air (emulsi) dalam minyak pelumas
sehingga air tidak kontak langsung dengan logam yang dilumasi.
Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)
Bahan ini berfungsi untuk mempermudah memisahkan air dengan minyak
pelumas agar air dapat dibuang/dikeluarkan dari minyak.
4.2 Komponen Utama Sistem Pelumasan
Sistem pelumasan turbin berfungsi sebagai pelumas dan juga sebagai media pendingin
bearing-bearing seperti bearing turbin, kompresor dan generator, memberikan suplai minyak
pelumas untuk power oil system dan suplai minyak pelumas untuk jacking oil system. Sistem
pelumas didinginkan oleh air pendingin dari CWP (Cooling Water Pump), airnya diambil dari
make-up water
Komponen-komponen utama dari sistem pelumasan turbin adalah sebagai berikut :
Tangki penyimpan (Lube oil tank)
Vapor extractor fans (2)
Main Lube oil pumps (2)
DC Emergency oil pump
Rotor Barring oil pump
Lube oil filter
Pressure Accumulator
Lube oil cooler
Alat ukur (level, pressure, temperature)
4.3 Deskripsi Fungsional Main Lube dan Emergency Oil System
Lube Oil Tank dan Peralatannya
Ventilasi lube oil tank dilengkapi dengan filter dan orifice yang didesain agar pada saat
proses pembuangan udara panas melalui vapor extractor dapat menghasilkan tekanan vacum
tidak hanya di lube oil tank tetapi juga di return piping dari bearing ke tangki, sehingga dapat
menjaga terjadinya kebocoran lube oil melalui bearing.
Gambar 4.1
Lube Oil Tank Fan
Heater
Heater berfungsi untuk mempertahankan temperatur lube oil 15-22 0C pada saat GT tidak
beroperasi. Selama periode standby, kekentalan minyak pelumas dipertahankan pada viskositas
yang layak untuk start turbin oleh heater (pemanas) yang dipasang dalam bak minyak, dan
mengontrol heater untuk mempertahankan suhu minyak tersebut.
Exhaust Fan Oil Vapor
1. Fungsi utama : membuang gas-gas yang tidak terpakai yang dibawa oleh minyak
pelumas setelah melumasi bearing-bearing turbin, kompresor dan generator
2. Fungsi lain : membuat vacum di lube oil tank yang tujuannya agar proses minyak
kembali lebih cepat dan juga untuk menjaga kerapatan minyak pelumas di bearing-
bearing (seal oil) sehingga tidak terjadi kebocoran minyak pelumas di sisi bearing.
Main Lube Oil Pump dan Pressure Accumulator
Ada 2 buah Main lube oil pump (motor AC) yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan
suplai minyak pelumas di lube oil system, dan dilengkapi dengan non return valve (check valve)
untuk mengindari terjadinya aliran balik ke tangki melalui salah satu pompa stand by. Jika salah
satu pompa gagal beroperasi maka pompa yang stand by akan otomatis beroperasi. Sistem ini
dilengkapi pula dengan accumulator yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan operasi lube
oil system (menghindari denyutan tekanan pada saat change over pompa)
Emergency Lube Oil Pump (DC)
Jika terjadi kegagalan operasi pada main lube oil pump atau power system AC, maka
tekanan lube oil akan drop dan GT trip, emergency pump akan otomatis beroperasi untuk
menjamin tetap adanya pelumasan pada bearing pada saat rundown.
Lube Oil Cooler dan Temperatur Control Valve
Lube Oil cooler berfungsi untuk menjaga agar temperatur lube oil tetap pada temperatur
operasinya, dengan bantuan temperatur control valve. Minyak pelumas didinginkan oleh air dari
sistem air pendingin yang disirkulasikan melalui pipa-pipa penukar panas.
Twin Filter
Main lube oil dilengkapi dengan 2 buah filter yang berfungsi untuk melakukan
penyaringan kotoran yang terbawa pada saat proses pelumasan.
Gambar 4.2
Diagram Skematik Lube Oil System
4.3.1 Aspek Operasi
Persiapan Pengoperasian
1. Cooling water system sudah beroperasi (ada aliran air pendingin di lube oil
cooler)
2. Level lube oil tank normal, temperatur >20 0C
3. Breaker (AC/DC) lube oil pump siap (energize)
4. Emergency (DC) pump dalam kondisi stand by.
Start Up
Pada saat Start up (FG Lube Oil On), main lube oil pump 1 (tergantung pre-select pompa
yang dipilih) akan beroperasi dan mensuplai minyak pelumas untuk main lube oil system. Vapor
extractor fan segera beroperasi setelah FG Lube Oil Pump On.
Pada saat tekanan operasi main lube oil system sudah tercapai maka Jacking Oil system
(2 pompa) akan otomatis beroperasi untuk mengangkat shaft dan membuat lapisan oil film di sisi
bearing, sehingga shaft dapat berputar dengan lancar. Jacking oil system akan off pada saat
putaran turbin sudah mencapai 2700 rpm.
Normal Operasi
Pada saat normal operasi, lube oil system tetap akan disuplai oleh 1 main lube oil pump.
Dan jika gagal beroperasi dengan normal, maka pompa yang stand by akan otomatis beroperasi.
Kestabilan tekanan lube oil juga dibantu oleh pressure accumulator.
Normal Shutdown
Pada saat normal shutdown, FG lube oil tetap pada posisi on untuk menjamin
ketersediaan minyak pelumas bagi jacking oil system dan rotor barring system. FG Lube oil akan
off jika TAT/Temperatur Rotor Front Face sudah mencapai <60 0C.
Kondisi Emergency
Jika kedua main lube oil pump gagal beroperasi atau power supply AC hilang maka
emergency DC pump akan otomatis beroperasi dan menggantikan fungsi dari main lube oil
pump.
4.3.2 Alarm, Proteksi dan Trouble Shooting Sederhana
Lube oil temperature in lube oil distribution too low
Alarm : <45 0C
Kemungkinan penyebab :
- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi
- Pendinginan yang berlebihan di lube oil cooler
- Temperatur control bermasalah
Lube oil temperature in lube oil distribution too high
Alarm : >65 0C
Kemungkinan penyebab:
- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi
- Pendinginan yang kurang di lube oil cooler
- Temperatur control bermasalah
- Temperatur cooling water terlalu tinggi
Pressure after main lube oil pump too low
Alarm : <5,2 bar (pompa stand by otomatis beroperasi)
Trip : Jika pressure kedua pompa <5,2 bar selama 3 detik.
Kemungkinan penyebab :
- Kerusakan pada pompa
- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi
- Level lube oil tank terlalu rendah (<600 mm diukur dari atas tangki)
- Pressure switch bermasalah
Pressure distribution lube oil system too low
Alarm : <1,2 bar
PLS : <0,8 bar
PLST : <0,7 bar (emergency pump auto start dengan tekanan 1,8 bar)
<0,6 bar (jacking oil dan rotor barring system auto off)
Kemungkinan penyebab:
- Kerusakan pada pompa
- Level lube oil tank terlalu rendah (<600 mm diukur dari atas tangki)
- Pressure switch bermasalah
- Kebocoran pada piping system
- Accumulator bermasalah
Lube oil pressure differential too high
Alarm : <0,8 bar
Kemungkinan penyebab :
- Filter lube oil kotor
- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi
- Temperatur lube oil terlalu dingin
4.3.3 Pengamatan dan Inspeksi Periodik
Hal-hal yang perlu diamati setiap shift :
1. Adanya perbedaan hasil pengukuran alat ukur (temperatur, pressure, level) di
lokal terhadap nilai normalnya.
2. Adanya segala kebocoran pada peralatan.
3. Suara abnormal.
4. Vibrasi abnormal pada pompa dan perpipaan.
Penjadwalan rutin (sebulan sekali) untuk menganalisa minyak pelumas (sample) secara
kimiawi di laboratorium terhadap beberapa karakteristik/sifat-sifat minyak pelumas.
Gambar 4.3
Komponen Utama Sistem Pelumasan GT
Keterangan gambar :
1. Oil Vapor Extractor Fan
2. Pressure Limit Valve
3. Rotor Barring Oil Pump
4. Lube Oil Filter
5. Main Lube Oil Pump
6. Pressure Accumulator
7. Lube Oil Cooler
8. Power Oil Pump
9. Jacking Oil Pump
10. Lube Oil Tank
4.4 Deskripsi Fungsional Jacking Oil System
Jacking Oil Pump (2 buah)
Untuk menjamin adanya pelumasan yang baik pada saat unit pertama kali start atau
proses turning dengan rotor barring system dengan membuat lapisan oil film pada bearing, dan
juga untuk mengangkat rotor pertama kali sehingga rotor dapat berputar dengan lancar. Jacking
oil pump terdiri dari 6 silinder piston yang menghasilkan aliran minyak tekanan tinggi dan
digerakkan oleh motor DC.
Piping line supply
- 2 line supply ke jurnal bearing turbin
- 2 line supply ke jurnal bearing compressor
- 1 line supply ke jurnal bearing generator (DE)
- 1 line supply ke jurnal bearing generator (NDE)
4.4.1 Aspek Operasi
Start up
Pada saat GT start, jacking oil system akan beroperasi secara otomatis jika main
lube/emergency pump sudah beroperasi normal (tekanan lube oil distribution dalam kondisi
normal).
Jika putaran turbin sudah mencapai 2700 rpm maka jacking oil sistem akan otomatis off.
Dalam hal ini rotor sudah dalam kondisi floating.
Normal Operasi
Pada saat GT normal operasi Jacking oil system tidak beroperasi
Normal Shutdown
Jacking oil system kembali beroperasi pada saat GT shutdown dan putaran sudah
mencapai 2700 rpm, dan tetap beroperasi pada saat rotor barring system beroperasi (<1 rpm).
Jacking oil system otomatis off jika TAT <60 0C
4.5 Deskripsi Fungsional Rotor Barring System
Rotor barring pump berfungsi untuk mensuplai oli ke rotor barring system yang
digerakkan oleh motor DC
Manual (hand) pump mempunyai fungsi yang sama dengan DC rotor barring pump.
Digunakan pada saat terjadi kegagalan di sistem auto rotor barring system.
Constant pressure valve berfungsi untuk menjaga tekanan minyak agar tetap stabil dan
menghindari terjadinya over pressure pada sistem.
Pilot valve berfungsi mengatur aliran minyak yang menuju hydraulic jack. Digerakkan
oleh solenoid atau bisa juga dioperasikan manual melalui push button pada valve, jika
push button ditekan maka aliran akan menuju ke hydraulic jack, jika push button dilepas
maka aliran menuju tangki.
Hydraulic rotor barring device terdiri dari hydraulic jack, pressure spring, piston, stroke
chamber, tappet dan rachet gear (terpasang di rotor)
4.5.1 Siklus Rotor Barring
Solenoid energize sehingga menggerakkan piston valve dan mengalirkan oli dari rotor
barring pump menuju hydraulic jack.
Oli mengisi stroke chamber pada hydraulic jack, mendorong piston dan tappet ke atas,
hingga tappet engage dengan rachet gear, dan memutar rotor sampai pada akhirnya piston
menyentuh stopper. Pada posisi ini spring dalam kondisi tertekan.
Kemudian (berdasarkan time relay) solenoid valve de-energize sehingga menyebabkan
piston valve kembali ke posisi semula dan mengalirkan oli dari rotor barring pump
menuju tangki, kondisi ini menyebabkan hilangnya tekanan di chamber.
Hilangnya tekanan chamber menyebabkan spring mendorong piston ke posisi awal dan
otomatis tappet pun dis-engage dengan ratchet gear.
Siklus ini berlangsung sekitar 10 detik.
4.5.2 Aspek Operasi
Rotor barring system berfungsi untuk memutar rotor setelah GT rundown (<1 rpm). Hal
ini dimaksudkan untuk meyakinkan adanya pendinginan yang merata pada rotor dan
menghindari terjadinya bending pada saat proses pendinginan. Rotor barring system
otomatis off jika TAT/Temperatur Rotor Front Face <60 0C
Pada kondisi normal, Rotor barring system beroperasi secara otomatis dengan pompa
yang digerakkan oleh motor DC
Pada saat rotor barring gagal beroperasi setelah GT rundown maka akan terjadi bending
pada rotor, dan kemungkinan terjadi rubbing antara blade turbin dengan casing cukup
besar. Tergantung lama waktu kegagalan rotor barring beroperasi.
Jika lama waktu gagal <10 menit, maka rotor barring boleh start kembali. Tetapi jika ada
alarm muncul (FG Rotor Barring Failed) dan dari pengamatan di lokal ditemukan kondisi
abnormal, maka harus segera dihentikan kembali.
Jika lama waktu gagal >10 menit, atau ada alarm yang muncul atau ada indikasi
terjadinya rubbing, maka rotor barring system harus dimatikan, tetapi jacking oil system dan
main lube oil system harus tetap beroperasi sampai TAT/ Temperature Rotor Front Face <60 0C.
Pengoperasian dengan menggunakan hand pump dilakukan jika rotor barring system
gagal beroperasi secara auto. Prosedur dalam menjalankan hand pump dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Rotor dalam kondisi standstill dan jacking oil system beroperasi normal.
2. Tekan piston pada solenoid pilot valve dan putar ¼ putaran berlawanan jarum jam
dengan menggunakan obeng.
3. Operasikan hand pump hingga poros berputar 1800.
4. Kemudian release tekanan oli dengan mengembalikan piston pada solenoid pilot
valve ke posisi semula.
5. Tunggu 10 menit, kemudian putar kembali 1800.
6. Ulangi prosedur diatas hingga rotor barring dapat beroperasi secara auto.
4.5.3 Alarm dan Trouble Shooting Sederhana
FG Rotor Barring disturbed
kemungkinan penyebab:
- Piston rusak
- Spring rusak
- Control valve abnormal
- Rotor barring pump abnormal
- Limit switch abnormal
Gambar 4.4
GT13E2 Lube Oil System
4.6 Pengujian Minyak Pelumas
Kualitas dari minyak pelumas sangat penting untuk mendapatkan pelumasan yang baik.
Untuk itu diperlukan adanya pengujuan minyak pelumas di laboratorium agar minyak pelumas
yang dipakai dapat diketahui kualitasnya.
Pengujian minyak pelumas di laboratorium antara lain meliputi pengujian :
Berat jenis (specific gravity) 60/60 0F
Viskositas kinematis pada 100 0F
Viskositas kinematis pada 210 0F
Viskositas indeks
Tegangan permukaan (interfacial tension)
Titik nyala (flash point)
Titik tuang (pour point)
Kadar air (water content)
Kadar abu (ash content)
Kadar abu sulfat (sulfated ash content)
Kadar karbon residu (contradson carbon residu)
Kadar logam (metal content)
Korosi (cooper strip corrosion)
Angka kenetralan (netralization number)
Minyak pelumas yang dipakai untuk pelumas turbin gas pada Unit Pembangkitan Muara
Tawar adalah Shell Turbo Oil T46. Untuk dapat mengetahui minyak pelumas yang dipakai masih
bisa digunakan atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan di laboratorium guna melihat hasil
analisa pelumas turbin.
NoItem
AnalisaSatuan
Metode ASTM
Hasil Analisa
Karakteristik Teknis
Turbomachine ISO VG 46
Karakteristik Shell Turbo
Oil T46
1 Viscositas 40 0C
Cst D-445-79 45.95 46 ± 46
2 Viscositas 100 0C
Cst D-445-80 6.99 6.9 ± 6.9
3 Viscositas Indeks
Cst 118.45 Min, 98 > 104
4 Sp Gr (Reduction to 15 0C)
Kg/dm3 D-1298 0.8731 Max, 0.90 ± 0.874
5 Acid Number
Mg KOH/g S
D-974 0.1680 Max, 0.4 < 0.15
6 Water Content
Visual Inspectio
n
D-95 Coklat tua
bening
Max. Intense Cloudiness
7 Appearance Visual Inspectio
n
Coklat tua
bening
Max. Cloudiness,
dark discoloration
8 Color, ASTM
D-1500 5.0 L 1.5
Tabel 4.1
Hasil Analisa Pelumas Turbin
4.7 Pemeliharaan Minyak Pelumas
Untuk menjaga kualitas minyak pelumas, diperlukan penanganan yang baik agar tidak
terkotori oleh debu dan kotoran lainnya. Biasanya minyak pelumas baru dikemas di dalam drum
yang tertutup rapat. Untuk minyak pelumas pakai diperlukan adanya pengujian minyak pelumas
secara berkala agar minyak pelumas yang dipakai dapat diketahui kualitasnya. Petunjuk-petunjuk
yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan oleh minyak pelumas,
Korosi
Dapat diidentifikasi bila berat jenis dan hasil uji korosi (cooper strip corrosion) dari
minyak pelumas tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Gesekan dan keausan
Gesekan yang terus-menerus akan menimbulkan keausan, ini dapat diidentifikasi bila
viskositas kinematis dan viskositas indeks atau kadar logam (metal content) dari minyak
pelumas tersebut tidak memenuhi spesifikasi atau juga disebabkan adanya logam dalam
minyak pelumas pada penambahan aditif.
Bahaya kebakaran
Dapat terjadi bila titik nyala dari minyak pelumas tidak memenuhi spesifikasi dari
minyak pelumas yang telah ditentukan.
Kotoran atau lumpur
Adanya kotoran atau lumpur dalam minyak pelumas dapat diidentifikasi bila tegangan
permukaan, kadar abu dan angka kenetralan dari minyak pelumas tersebut tidak
memenuhi spesifikasi yang sudah ditentukan.