pemandangan umum fraksi partai keadilan...
TRANSCRIPT
1
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
TERHADAP RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016
DISAMPAIKAN DALAM : RAPAT PARIPURNA DPRD PROVINSI JAWA TENGAH
TANGGAL 13 JUNI 2017
DI BACAKAN OLEH: H. KARSONO, S.Pd
2
Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh
Yang Kami Hormati, Gubernur Jawa Tengah
Yang Kami Hormati, Ketua dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa
Tengah
Yang Kami Hormati Para Anggota Forkopimda
Yang Kami Hormati Anggota DPRD, Pejabat Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah
Para Wartawan, Mahasiswa, segenap tamu undangan serta hadirin
yang berbahagia
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan
ini, kita dapat hadir dalam keadaan sehat wal’afiat dan dapat
menjalankan tugas-tugas yang telah diamanahkan kepada kita.
Salam serta sholawat semoga senantiasa tercurah kepada tauladan
kita, Rosululloh Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir jaman.
Selamat menunaikan Ibadah di Bulan Suci Ramadan 1438 H,
semoga semangat perbaikan diri yang ada dalam aktivitas di Bulan
Ramadhan dapat mendorong perbaikan dalam masyarakat, bangsa
dan negara.
Pada kesempatan ini, Fraksi PKS mengucapkan Selamat kepada
Gubernur Jawa Tengah Bapak H. Ganjar Pranowo, SH., MIP dan
segenap jajarannya atas perolehan prestasi opini Wajar Tanpa
3
Pengecualian (WTP) berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2016, termasuk implementasi atas rencana aksi
yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Dengan demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berhasil
mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian sejak Tahun
2012. Prestasi ini akan menjadi momentum untuk lebih mendorong
terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
daerah, sehingga akan menjadi kebanggaan bersama yang patut
dipertahankan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Pimpinan Rapat yang telah
memberikan kesempatan kepada Fraksi PKS untuk menyampaikan
Pemandangan Umum Fraksi terhadap Raperda tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016.
Hadirin yang kami hormati,
Berikut kami sampaikan Pemandangan Umum Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera terhadap Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
Anggaran 2016.
4
1. Realisasi Pendapatan Daerah pada tahun 2016 sebesar
Rp 19,632 trilyun (93,54%) dari target sebesar Rp 20,988 trilyun
lebih tinggi di bandingkan tahun 2015 sebesar 16.7%.
Walaupun mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya
tetapi di sisi lain menunjukkan kinerja keuangan daerah yang
kurang memuaskan dari segi pendapatan. Realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang rendah, hanya mencapai
90,39% dari target yang direncanakan. Salah satu penyebab
tidak tercapainya PAD tahun 2016 adalah rendahnya serapan
pajak daerah. Realisasi penyerapan pendapatan dari Pajak
Daerah hanya sebesar 88,56% dari target yang direncanakan.
Angka piutang pajak yang sampai tahun 2015 mencapai 1,4
Trilyun bisa segera dioptimalisasi kembali menjadi sumber
pendapatan. Pendapatan saat ini juga baru terpusat pada Pajak
Kendaraan Bermotor dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Permukaan. Sedangkan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak
Rokok belum teroptimalkan dengan baik. Intensifikasi
pengelolaan pajak daerah sebagai sumber pendapatan harus
menjadi perhatian ke depan.
Fraksi PKS menilai bahwa dari sisi pendapatan, telah terjadi
selisih yang cukup besar antara realisasi dengan target,
walaupun saat ini pencapaiannya mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya, pencapaian itu masih jauh dari potensi
pajak dan retribusi daerah yang ada dan masih memiliki
5
peluang untuk ditingkatkan dengan program intensifikasi dan
ekstensifikasi. Diharapkan tahun depan rencana pendapatan
dapat lebih dioptimalkan.
Fraksi PKS memandang perlunya dilakukan program
intensifikasi terhadap objek pajak dan objek retribusi untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah dengan fokus kepada
optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap
wajib pajak dan wajib retribusi daerah yang berfokus pada
pemutakhiran data wajib pajak/retribusi serta pengoptimalan
dalam proses penagihannya dengan melibatkan semua unsur
SKPD terkait. Program ekstensifikasi juga perlu dilakukan untuk
menambah dan menggali objek pajak dan retribusi baru yang
belum tersentuh.
2. Realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp.
19.354 trilyun (91,49%) dari anggaran sebesar Rp.21,155 trilyun
atau tidak terealisasi sebesar Rp.1.800 trilyun (8.51%).
Hal ini menunjukan tidak optimalnya APBD demi pertumbuhan
daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan instrumen kebijakan fiskal utama bagi pemerintah
daerah (pemda). APBD mencerminkan potret pemda dalam
menentukan skala prioritas terkait program serta kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam setahun. Karena itu, pemda harus
memastikan dana ini dimanfaatkan secara benar dan memberi
manfaat untuk masyarakat di daerah tersebut. Sayangnya, lebih
6
dari 10 tahun otonomi daerah berjalan, masih saja ada masalah
dalam pengelolaan keuangan daerah.
Kami memandang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus
lebih serius dalam membelanjakan APBD dan harus tepat waktu
dan memiliki kualitas belanja. Percepatan penyerapan APBD
merupakan salah satu instrumen pertumbuhan ekonomi.
3. Prosentasi pendidik SMP/MTS bersertifikat pendidik mengalami
penurunan dari 62.97% (2015) menjadi 46.62% (2016) dan
prosentasi pendidik SMA/SMK/MA bersertifikat pendidik
mengalami penurunan dari 64.97% (2015) menjadi 36.13%
(2016).
Amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, menuntut
Guru harus memenuhi kualifikasi akademik yaitu memiliki
ijazah Strata 1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik paling
lama sepuluh (10) tahun sejak di undangkan pada tanggal 30
Desember 2005. Sehingga mulai 1 Januari 2016 semua Guru di
Indonesia harus sudah memiliki pendidikan S1 atau Diploma
IV, dan sudah bersertifikat pendidik.
Penyerapan anggaran Belanja Langsung sebesar Rp.115.15
milyar (95,76%) pada Bidang Pendidikan, seharusnya lebih bisa
dimaksimalkan untuk melaksanakan program sertifikasi
pendidik. Sesuai dengan amanat Undang-Undang dijelaskan
bahwa pemerintah wajib melaksanakan program sertifikasi
pendidik paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. Sehingga
7
sejak 1 Januari 2006 pemerintah sudah memulai melaksanakan
program sertifikasi.
4. Realisasi belanja daerah pada Bidang Kesehatan Rp.2.174
trilyun (91.78%) dari anggaran sebesar Rp.2.368 trilyun
menunjukkan rendahnya kinerja Pemerintah Provinsi di bidang
kesehatan.
Pada saat yang sama Infeksi penyakit HIV/AIDS Jawa Tengah
menduduki peringkat kelima terbanyak secara nasional jumlah
kasus AIDS. Pada 31 Desember 2015 lalu, tercatat ada 5.042
kasus AIDS. Kemudian per Juni 2016 data mengalami
peningkatan menjadi 6.902 kasus atau bertambah 1.860 kasus.
Jika angka itu dirata-rata, tiap hari ada 10 orang
penderita AIDS baru di Jateng. Demikian juga dengan jumlah
penderita kanker leher rahim Jawa Tengah berada diperingkat 3
nasional dengan penderita sebanyak 21.000 pada tahun 2015.
Fraksi PKS menyayangkan penyerapan APBD yang kurang
maksimal sebesar 194 milyar yang seharusnya dapat digunakan
untuk program pelayanan kesehatan Bidang Promotif, Preventif,
Kuratif dan Rehabilitatif.
5. Penyerapan anggaran di Bidang Pekerjaan Umum mencapai
98,02%, dengan realisasi sebesar Rp. 2,730 triliyun dari
anggaran sebesar Rp. 2,785 triliyun masih belum optimal
dengan kondisi realita yang ada.
Masih ada temuan di lapangan bahwa proses peningkatan jalan
eks jalan kabupaten berjalan lambat di perbatasan provinsi,
8
contohnya ruas jalan ngadirojo-giriwoyo. Selain itu, kondisi jalan
di jalur lintas selatan, Wonogiri-purworejo-kebumen masih
rusak.
Fraksi PKS memandang agar Pemerintah Provinsi lebih serius
untuk mengoptimalkan penyerapan dana APBD Bidang
Pekerjaan Umum untuk peningkatan ruas jalan eks jalan
Kabupaten/Kota yang belum standar sebagai jalan provinsi dan
pelebaran ruas bottleneck yang rawan kecelakaan dan
kemacetan serta betonisasi jalan.
6. Serapan anggaran untuk pemberdayaan masyarakat desa
masih belum optimal, dengan adanya realisasi anggaran
sebesar Rp. 28,49 milyar (92,55%) dari anggaran sebesar Rp.
30,78 milyar belum memberikan dampak yang signifikan kepada
masyarakat.
Beberapa program yang ada di Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa seperti penguatan lembaga ekonomi
masyarakat serta pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan kemiskinan belum menjawab kondisi realita
yang ada. Data BPS tahun 2016 menyebutkan bahwa angka
kemiskinan Provinsi Jawa Tengah berada di urutan kedua
teratas se-nasional dengan jumlah sebesar 4.493.750 jiwa.
Pemerintah harus lebih serius dalam mengentaskan
kemisikinan melalui program pemberdayaan masyarakat dan
memberikan porsi APBD yang lebih besar untuk mengurangi
angka kemiskinan di Jawa Tengah.
9
7. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah bulan Desember
2016 mengalami penurunan 0,20 persen, yaitu dari posisi 99,55
menjadi 99,35. Nilai tukar petani (NTP) adalah rasio antara
indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang
dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar
petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan
tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi nilai NTP, semakin
kuat daya beli petani.
Pemerintah Jateng harus lebih memperhatikan kesejahteraan
petani dengan menggenjot program urusan pertanian. Urusan
pertanian merupakan urusan pilihan, namun tetap harus
diperhatikan karena menunjukkan keberpihakan pemerintah
terhadap kesejahteraan petani.
Hal ini terkait dengan rendahnya serapan di Bidang Pertanian
dengan realisasi sebesar Rp.376,49 milyar (93.39%) dari
anggaran sebesar Rp.403,12 milyar. Anggaran di bidang
pertanian seharusnya bisa menyelamatkan Nilai tukar
petani (NTP).
8. Pelaku usaha Koperasi UMKM masih terkendala sulitnya
mengakses fasilitas akses permodalan bagi Koperasi dan
UMKM. Hal ini ada kaitanya dengan larangan dana hibah bagi
koperasi berdasarkan Permendagri RI No.14 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri No. 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
(Bansos) yang Bersumber Dari APBD. Sesuai Pasal 5 dalam
10
Permendagri tersebut disebutkan bahwa koperasi tidak boleh
menerima dana hibah. Peraturan tersebut menganggap
koperasi sebagai sebuah lembaga yang mencari keuntungan
semata. Oleh karenanya termasuk yang tidak boleh menerima
dana hibah.
Padahal Koperasi membutuhkan dana hibah sebagai penguatan
modal dalam program pemberdayaan koperasi UMKM. Hal ini
harus menjadi perhatian pemerintah, agar roda perekonomian
terus berputar sebagai upaya mendorong agar usaha itu
berhasil secepat mungkin.
9. Penyerapan anggaran di Bidang Energi Dan Sumber Daya
Mineral mencapai 97,09% dengan realisasi sebesar Rp.64,52
milyar dari anggaran 66,45 milyar. Namun anggaran tersebut
belum mampu mengatasi permasalahan energi yang ada di
masyarakat dengan maksimal.
Berdasarkan data ESDM di Jawa Tengah terdapat sebanyak
2.000-an dusun di Jateng yang sampai saat ini belum teraliri
oleh listrik. Hal itu terjadi karena sebagian besar wilayah ribuan
dusun yang belum teraliri listrik itu berada di kawasan
pegunungan dan hutan-hutan. Fraksi PKS memandang
pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih serius untuk
mengentaskan dusun-dusun yang belum teraliri listrik dan
memberikan bantuan listrik hemat dan murah untuk keluarga
kurang mampu. Pemerintah juga harus memikirkan penyusutan
cadangan minyak bumi yang terjadi belakangan ini dan
11
menciptakan program energi terbarukan. Salah satunya dengan
memanfaatkan energi biogas dari Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) atau pusat pembuangan sampah menjadi energi alternatif
biogas. Apalagi dapat menjadi percontohan masyarakat di Jawa
Tengah, sampah yang jadi masalah klasik di rumah tangga
dapat dikelola menjadi biogas yang akan berguna bagi energi
alternatif di masyarakat.
10. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 sebesar 5,28%. Angka
tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan angka
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,4%. Meski
demikian, pertumbuhan ekonomi Jateng pada tahun 2016
tersebut lebih baik dibandingkan dengan nasional yang hanya
5,02%,
Mencermati hal tersebut, Fraksi PKS memandang perlunya
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih serius
mengalokasikan anggaran belanja daerah pada masing-masing
sektor di Bidang Perekonomian. Realisasi anggaran belanja
daerah di Bidang Perekonomian yang jarang mencapai angka 1
triliun, membuat pertanyaan sejauh mana komitmen pemerintah
untuk serius menggerakan perekonomian di Jawa Tengah.
Pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong karena faktor
konsumsi yang tidak mampu menjawab tantangan bagi
perkembangan ekonomi kerakyatan.
12
11. Mencermati pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Jawa
Tengah 2016, terdapat sebuah paradoks. Tercantum disana,
angka Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp.
646,12 Milyar. Padahal Sekretaris Daerah Provinsi Jawa
Tengah melalui SE Nomor 900/ 007315, tanggal 19 April 2016,
telah meminta SKPD untuk merasionalisasi anggaran belanja
langsung sebesar 25%. Hal ini dapat dimaknai dua hal.
Pertama, apakah pemerintah kurang matang dalam melakukan
perencanaan, sehingga diawal sudah mengambil kebijakan
untuk merasionalisasi program sebanyak 25 % di semua Dinas.
Tentunya ini merugikan masyarakat, karena kinerja birokrasi
menjadi kurang maksimal. Kedua, walaupun telah dilakukan
rasionalisasi belanja langsung sebanyak 25 %, Mengapa masih
terdapat SiLPA sebanyak itu, Apakah Pemerintah kurang serius
bekerja ?
12. Salah satu hal yang menjadi catatan adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah yang lebih rendah
dari IPM nasional. Dalam laporan BPS Jawa Tengah bahwa
pada tahun 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa
Tengah masih berstatus sedang, masih sama dengan statusnya
pada tahun 2015. Dengan angka Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sebesar 69,98 tumbuh 0.71% dibandingkan
tahun 2015 tetapi sedikit di bawah IPM nasional sebesar 70.18.
IPM sendiri merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.
13
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
Demikian Pemandangan Umum Fraksi Partai keadilan
Sejahtera atas Pertanggungjawab Pelaksanaan APBD Provinsi
Jawa tengah Tahun Anggaran 2016.
Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh
FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
Ir. H. MUHAMMAD RODHI RIYONO, S.Kel, M.Si
KETUA SEKRETARIS