pemba has an

3
Pembahasan Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan adanya benjolan pada gigi kiri belakang rahang bawah. Benjolan muncul sekitar 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan sebesar biji kacang hijau, namun semakin lama semakin membesar dan terasa mengganjal. Pasien pernah datang ke Poli Bedah Mulut RSHS pada bulan Januari 2015, dan dirujuk ke Poli Bedah Onkologi. Pasien telah melakukan biopsi di Poli Bedah Onkologi. Setelah didapat hasil biopsi, pasien dirujuk kembali ke Poli Bedah Mulut. Berdasarkan gambaran klinis , secara inta oral ditemukan benjolan pada gingiva regio gigi 38 berwarna sama dengan jaringan sekitar dengan konsistensi kenyal. Hasil pemeriksaan patologi anatomi, menyatakan sediaan massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk bulat, oval, sampai spindel yang tumbuh hiperplastis, inti sel dalam batas normal. Diantaranya tampak masif sel-sel limfosit, eosinofil, histiosit. Tampak pula dilatasi pembuluh darah serta banyak daerah-daerah perdarahan. Diantaranya jaringan ikat fibrokolagen yang sebagian fibrotik. Tidak tampak sel-sel tumor ganas. Dapat disimpulkan diagnosis yang diderita pasien adalah Pyogenic Granuloma a/r 38. Etiopathogenesis dari pyogenic granuloma belum diketahui secara pasti, meskipun pada awalnya diduga bahwa pyogenic granuloma disebabkan oleh infeksi botromycotic. Pyogenic granuloma diduga merupakan respon jaringan terhadap trauma atau iritasi klinis yang akan membuka jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non spesifik (Kamal, et al., 2012). Menurut Shafer, et al. (2006), pyogenic granuloma muncul karena adanya

Upload: rinaldi-inal

Post on 14-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

Pembahasan

Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan adanya benjolan pada gigi kiri belakang rahang bawah. Benjolan muncul sekitar 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan sebesar biji kacang hijau, namun semakin lama semakin membesar dan terasa mengganjal. Pasien pernah datang ke Poli Bedah Mulut RSHS pada bulan Januari 2015, dan dirujuk ke Poli Bedah Onkologi. Pasien telah melakukan biopsi di Poli Bedah Onkologi. Setelah didapat hasil biopsi, pasien dirujuk kembali ke Poli Bedah Mulut.Berdasarkan gambaran klinis , secara inta oral ditemukan benjolan pada gingiva regio gigi 38 berwarna sama dengan jaringan sekitar dengan konsistensi kenyal. Hasil pemeriksaan patologi anatomi, menyatakan sediaan massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk bulat, oval, sampai spindel yang tumbuh hiperplastis, inti sel dalam batas normal. Diantaranya tampak masif sel-sel limfosit, eosinofil, histiosit. Tampak pula dilatasi pembuluh darah serta banyak daerah-daerah perdarahan. Diantaranya jaringan ikat fibrokolagen yang sebagian fibrotik. Tidak tampak sel-sel tumor ganas. Dapat disimpulkan diagnosis yang diderita pasien adalah Pyogenic Granuloma a/r 38.Etiopathogenesis dari pyogenic granuloma belum diketahui secara pasti, meskipun pada awalnya diduga bahwa pyogenic granuloma disebabkan oleh infeksi botromycotic. Pyogenic granuloma diduga merupakan respon jaringan terhadap trauma atau iritasi klinis yang akan membuka jalan untuk terjadinya invasi mikroorganisme non spesifik (Kamal, et al., 2012). Menurut Shafer, et al. (2006), pyogenic granuloma muncul karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Shafer, et al. (2006) juga mengatakan respon jaringan terhadap mikroorganisme ini, diperlihatkan dengan proliferasi jaringan vaskular yang berlebihan. Hal ini menjelaskan bahwa respon jaringan terhadap iritan yang sama dapat menyebabkan destruksi maupun stimulus. Jika pada suatu jaringan dengan ukuran kecil namun memiliki jumlah sel yang banyak, maka pembuluh darah yang ada akan relatif sedikit sehingga konsentrasi substansi stimulan akan cenderung tinggi, maka pertumbuhan jaringan akan terstimulasi.Sesuai dengan kasus yang terjadi pada pasien ini, terdapat Pyogenic granuloma a/r 38 pada laki-laki berusia 15 tahun, Pyogenic granuloma dapat terjadi pada rentang usia yang panjang mulai dari 4,5 sampai 93 tahun dan paling sering terjadi pada dekade kedua dan kelima. Insidensi pada perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pyogenic granuloma sering ditemukan pada gingiva, bibir, lidah, mukosa bukal, dan palatum. Lokasi lainnya yaitu pada muccobuccal fold dan frenulum. Di rongga mulut pyogenic granuloma memiliki manifestasi yang bermacam-macam mulai dari lesi sessile sampai berbentuk benjolan. Pyogenic granuloma biasanya ditemukan sebagai massa yang lembut, tidak sakit, dan berwarna merah tua sampai merah keunguan.Diagnosis banding dari Pyogenic granuloma adalah peripheral giant cell granuloma, peripheral ossifying fibroma, hemangioma, tumor kehamilan, jaringan granulasi konvensional, radang gusi hiperplastik, kaposis sarcoma, bacillary angiomatosis, angio sarcoma dan non hodgkins lymphoma.Rrencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien adalah eksisi. Biopsi eksisi merupakan pilihan terapi bagi pyogenic granuloma, kecuali apabila prosedur tersebut dapat menyebabkan deformitas. Penatalaksanaan PG bergantung pada keparahan lesi tersebut. Apabila lesi kecil, tidak sakit, dan tidak berdarah, disarankan untuk observasi klinis dan follow up. Selain dilakukan tindakan bedah konvensional, dilakukan juga pembuangan hal- hal yang mungkin bisa menjadi iritan seperti plak, kalkulus, material asing dan sumber trauma. Eksisi dilakukan hingga mencapai periosteum dan gigi lawan harus dibersihkan untuk menghilangkan iritasi.Setelah dilakukan eksisi, kemungkinan rekurensi terjadi hingga 16%. Rekurensi kemungkinan terjadi karena eksisi yang tidak menyeluruh, kegagalan menghilangkan factor etiologi, atau trauma ulang pada area lesi. Rekurensi dapat terjadi dalam bentuk nodule di sekitar lesi awal. Harus diperhatikan bahwa kasus lesi pada gingiva lebih tinggi angka rekurensinya dibandingkan lesi pada mukosa oral lain (Jafarzadeh et al, 2006 ; Kamal et al 2012).