pemba has an

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara multikultural tentunya juga memiliki keragaman tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda. Setiap daerah di Indonesia, memiliki cara bertindak serta kebiasaan yang berbeda pula tergantung pada apa yang mereka anggap baik untuk kelangsungan kebudayaan mereka tersebut. Daerah-daerah ini notabenenya memiliki suatu pranata sosial tertentu dalam mengatur setiap perilaku mereka dalam masyarakat. Pranata sosial ini pada umumnya merupakan cara-cara tertentu dalam mastarakat yang mengatur segala bentuk perilaku dan tindakan setiap individu sebagai anggota masyarakat tersebut. Artinya bahwa ketika seseorang atau individu memilih untuk menjadi anggota suatu masyarakat tertentu, berarti ia secara langsung terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut serta harus menaatinya. 1

Upload: rikyanto-suduri

Post on 04-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Pemba Has An

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara multikultural tentunya juga memiliki keragaman

tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda. Setiap daerah di Indonesia, memiliki

cara bertindak serta kebiasaan yang berbeda pula tergantung pada apa yang

mereka anggap baik untuk kelangsungan kebudayaan mereka tersebut. Daerah-

daerah ini notabenenya memiliki suatu pranata sosial tertentu dalam mengatur

setiap perilaku mereka dalam masyarakat.

Pranata sosial ini pada umumnya merupakan cara-cara tertentu dalam

mastarakat yang mengatur segala bentuk perilaku dan tindakan setiap individu

sebagai anggota masyarakat tersebut. Artinya bahwa ketika seseorang atau

individu memilih untuk menjadi anggota suatu masyarakat tertentu, berarti ia

secara langsung terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut

serta harus menaatinya.

Pada pengertian lebih lanjut, kebudayaan ataupun tradisi merupakan bagian

daripada pranata sosial. Ada hal-hal tertentu yang merupakan bagian daripada

tradisi masyarakat yang telah menjadi aturan-aturan yang mengikat perilaku dan

tindakan masyarakat. Tradisi ini dapat berupa aktivitas gotong royong

masyarakat. Daerah-daerah tertentu biasanya telah menjadikan gotong royong ini

sebagai suatu aturan dalam menciptakan masyarakat yang teratur dan terkendali.

Apabila aktivitas gotong royong tersebut dilanggar, maka ada sanksi-sanksi

khusus yang diberikan oleh kelompok masyarakat lain kepadanya.

1

Page 2: Pemba Has An

Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan

kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa Indonesia memiliki

kekayaan alam dan budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam

mengembangkan kebudayaan di Indonesia perlu ditumbuhkan kemampuan untuk

megembangkan kebudayaan yang luhur dan beradab. Oleh karena itu,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, budaya yang

pesat dalam era reformasi ini, secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dalam masyarakat. Nilai-

nilai yang dianut adalah nilai-nilai hukum adat dalam pelaksanan perkawinan

yang majemuk di wilayah nusantara adalah merupakan bagian dari suatu

kebudayaan.

Kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan yang meliputi

cara-cara berlaku, sikap-sikap dan kepercayaan terhadap sesuatu. Dengan kata

lain, bahwa kebudayaan merupakan konfigurasi tingkah laku yang dipelajari.

Kemudian hasil tingkah laku didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat.

Salah satu dari konfigurasi tingkah laku adalah norma dan nilai yang ada dalam

adat istiadat masyarakat. Adat-istiadat ialah suatu norma-norma yang kompleks

oleh penganutnya dianggap penting dalam hidup bersama dimasyarakat. Adat

istiadat tersebut bermanfaat sebagai pedoman tingkah lakunya, dan pedoman

untuk mengontrol setiap perbuatan atau tingkah laku manusia. Oleh karena itu,

pengertian adat-istiadat dan masyarakat itu sendiri merupakan wadah kebudayaan.

Kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia digunakan untuk

menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku.1

1 Koentjaraningrat. 2008. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,.Djambatan: Jakarta. hal. 14

2

Page 3: Pemba Has An

Kebudayan sendiri biasa dibatasi sebagai usaha masyarakat untuk

menjawab tantangan–tantangan yang dihadapkan kepadanya (kayam) sedangkan

Koentjarningrat berpendapat bahwa kebudayan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dengan belajar .kebudayaan tidak

sendirinya terwujut ,sebab keberadan kebudayan melalui proses dinamis yang

terkait antara berbagai sistem (lhromi.Peursen;.Cassirer;).Dengan demikian

kebudayaan tidak perna mencapai kemampuan dan berlangsung dalam waktu

relatif lama .kebudayaan merupakan hasil proses dinamis penghasilan dan

freksibel yang bukan abadi ,dan karena itu tidak mungkin akan abadi ,oleh karena

itu berhubungan dengan manusia (Budhisantoso ,dalam Masinambow.peny

Effendi.dalam Masinambow).2

Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian,moral, adat istiadat serta kemampuan-kemampuan lain

serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyaraakat. Seiring dengan itu, Koentjaraningrat membagi kebudayaan kedalam

tujuh unsur kebudayaan yaitu: (1) Sistem religi dan upacara keagamaan (2)

Sistem dan organissai kemasyarakatan (3) Sistem pengetahuan (4) Bahasa (5)

Kesenian (6) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik

itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki

penduduknya. tak heran bila Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan yang

dimiliki, sebab Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari

berbagai macam etnis atau lebih dikenal dengan negara multikultural, disamping

2 Ibid

3

Page 4: Pemba Has An

itu kekayaan budayanya pun di dorong oleh kondisi fisik negara Indonesia yang

berpulau-pulau, bahkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Selain terkenal sebagai negara kepulauan, Indonesia pun terkenal dengan jumlah

penduduknya yang cukup padat urutan ketiga didunia.3

         Kebudayaan yang terdiri dari pola-pola yang nyata maupun yang

tersembunyi mengarahkan perilaku yang dirumuskan dan dicatat oleh manusia

dan simbol-simbol yang menjadi pengarah yang tegas bagi kelompok-

kelompoknya. Kebudayaan itu sendiri merupakan kesatuan dari gagasan, simbol-

simbol dan nilai yang mendasari hasil karya dan perlaku manusia. Perilaku

manusia yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan oleh manusia

secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.4

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki

penduduknya. tak heran bila Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan yang

dimiliki, sebab Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari

berbagai macam etnis atau lebih dikenal dengan negara multikultural, disamping

itu kekayaan budayanya pun di dorong oleh kondisi fisik negara Indonesia yang

berpulau-pulau, bahkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Selain terkenal sebagai negara kepulauan, Indonesia pun terkenal dengan jumlah

penduduknya yang cukup padat urutan ketiga didunia.

3 Koenjaraningrat dkk. 2014. Manusian Dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit: Djambatan, Jakarta. hlm 2394 Lihat Skipsi Jaenab, 2008, Trdisi Perang Ketupat, Sejarah Kebudayaan islam. Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. hal 1

4

Page 5: Pemba Has An

Oleh karena wujud kebudayan melalui suatu proses dinamis yang terkait

antara berbagai istem ,maka khusus di indonesia ,menurut Bachtiar setidak –

tidaknya bisa dikenal empat macam sistem budaya yang jelas berbeda satu sama

lain. Salah satu sistem budaya itu ,yakni sistem budaya kelompok etnik prbumi

yang masing–masing beranggapan bahwa kebudayaan mereka diwariskan

kepada mereka secara turun-temurun dan sistem budaya ini yang disebut sistem

adat.

Budaya kelompok etnik itu ,misalnya budaya gorontalo .budaya kelompok

etnik yang disebutkan di atas ,menurut Bosch mengalami pengaruh india yang

kuat sehingga masi terasa akibatnya sampai sekarang.5

Sistem kekerabatan masyarakat Gorontalo yang beraneka ragam profesi

dan tingkat sosial tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam suasana

kekeluargaan. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa masyarakat

Gorontalo selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok / konflik yang

berskala besar.

Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan berjalan dengan baik

hingga saat ini adalah hidup tergotong royong dan menyelesaikan segala

persoalan / permasalahan secara bersama sama, musyawarah dan mufakat. Begitu

juga upacara adat pun tidak akan terlepas dari setiap individu dimanapun  berada.

Upacara tersebut berbeda satu sama lain. Di Gorontalo misalnya, upacara

“pembeatan” masih sangat kental dan masih sering  di lakukan . Hal ini

dikarenakan, sudah menjadi tradisi seorang perempuan ketika memasuki masa

5 Ibid

5

Page 6: Pemba Has An

remaja melakukan pembeatan atau perjanjian. Pembeatan juga dapat dilakukan

menjelang akad nikah.6

Upacara Pembeatan etnis gorontalo dimana masyarakat Kecamatan

Bualemo terdiri dari berbagai macam suku. Sehubungan dengan hal tersebut

diatas, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul

“Upacara Pembeatan Etnik Gorontalo (Studi Kasus Di Desa Bualemo Kec.

Bualemo Kab Banggai )”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan suatu

permasalahan yakni, Bagaimana perbedaan pelaksanan upacara pembeatan etnik

Gorontalo di Bualemo kabupaten banggai ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan

dari penelitian ini yakni, Untuk mendeskripsikan gambaran tentang pelaksanan

upacara pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo kabupaten banggai.

1.4 Manfaat Penelitian

Beranjak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas maka

diharapkan penelitian ini akan memberi manfaat atau kontribusi sebagai berikut :

1) Akademik, Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

pemerintah dan masyarakat tentang bagaimana memahami upacara pembeatan

(studi kasus di Desa Bualemo Kec. Bualemo Kab Banggai).

6 Prof .Dr.H.Monsoer Patenda ,dkk Gorontalo tahun 2005

6

Page 7: Pemba Has An

2) Praktis, Bagaimana masyarakat memahami ataupun lebih mengetahui

bagaimana upacara pembeatan (studi kasus di Desa Bualemo Kec Bualemo

Kab. Banggai).

Teoritis, Penelitian memberi manfaat teoritis yang berupa sumbangan bagi

pengembangan Ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan hukum adat

upacara pembeatan.

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 .Tradisi

7

Page 8: Pemba Has An

Tradisi adalah suatu kebiasan yang teraplikasikan secara terus-menerus

dengan berbagai simbol dan aturan kepada seluruh. Demikian juga di masyarakat

bengkulu terdapat berbagai tradisi yang teraplikasi di antara tradisi tabot. Upacara

ritual tabot sebagai seluruh produk kebudayaan, penomena budaya berbuka dua

justru menjadikan tabot sebagai lokal genius. Fenomena ini pula di yakini banyak

kalangan membuat ritual tabot mampu bertahan dengan benturan-benturan budaya

yang dihadapinya selama dua abad terakhir.

Apabila dilihat dari perspektif  filsafat sejarah,suptansi budaya tabot itu m

eru simbolisasi dari seluru keprihatinan sosial. Dengan demikian,  sebagai produk

budaya manusia secara tidak langsung lewat tahapan-tahapan propesi yang ada

itu, iya juga menyusun simbol-simbol solidaritas sosial atau merupakan

simbolisasi kearipan sosial.7

Hal ini dapat terlihat sebelum dan selama hari pelaksanaan upacara,

disejumlah kampung tempat keluarga tabot, mereka saling membantu dalam

mengerjakan bangunan tabot dalam suasana akrab. Bahkan, pada prosesi anak-

anak berusia 10-12 tahun ikut mengumpulkan dana untuk kepentingan ritual tabot,

orang-orang yang lewat pun menyumbang secara sukarela. Hal ini menunjukkan,

bahwa ritual tabot didukung oleh semua elemen masyarakat Bengkulu yang tidak

membedakan ras masyarakat. Bahkan, mayarakat non muslimpun juga

berpartisipasi, karena mereka menyadari ritual tabot bukan hanya milik orang

muslim Bengkulu saja, melainkan semuanya merasa memiliki. Ritual tabot tabot

7 Budhisantoso, dkk. Sinopsis Upacara Tradisional Daerah Bengkulu (Upacara Tabot Di Daera Bengkulu). Bengkulu.

8

Page 9: Pemba Has An

2010, etnis China menyumbangkan sebuah pertunjukkan warisan leluhur mereka

Barongsai (Harian Rakyat Bengkulu, Edisi Desember 2010).8

Hal ini dapat terlihat sebelum dan selama hari pelaksanaan upacara,

disejumlah kampung tempat keluarga tabot, mereka saling membantu dalam

mengerjakan bangunan tabot dalam suasana akrab. Bahkan, pada prosesi anak-

anak berusia 10-12 tahun ikut mengumpulkan dana untuk kepentingan ritual tabot,

orang-orang yang lewat pun menyumbang secara sukarela. Hal ini menunjukkan,

bahwa ritual tabot didukung oleh semua elemen masyarakat Bengkulu yang tidak

membedakan ras masyarakat. Bahkan, mayarakat non muslimpun juga

berpartisipasi, karena mereka menyadari ritual tabot bukan hanya milik orang

muslim Bengkulu saja, melainkan semuanya merasa memiliki. Ritual tabot tabot

2010, etnis China menyumbangkan sebuah pertunjukkan warisan leluhur mereka

Barongsai (Harian Rakyat Bengkulu, Edisi Desember 2010).9

Johanes Mardimin, menyatakan bahwa secara bersama-sama, dan bahkan

tidak jarang tradisi-tradisi itu berakhir menjadi suatu ajaran, jika ditinggalkan

akan mendatangkan bahaya. Teori Johanes Mardimin itu bahwa bagi masyarakat,

terutama generasi sebagai penerus tradisi warisan leluhur supaya dipelihara.

Menurut Tokoh masyarakat Minang H.M Yunus Said peragaan tabot dapat

mempererat kerukunan umat beragama, khususnya antar sesama keluarga tabot,

mereka sering berkumpul untuk musyawarah dan mempersiapkan upacara ritual

tabot serta melaksanannya. Para keluarga tabot banyak dating terutama meminta

sumbangan.

8 Ibid9 Ibid

9

Page 10: Pemba Has An

Erman Mamud, mengatakan bahwa melalui tabot bias dibangun rasa saling

memahami diantara berbagai elemen masyarakat Bengkulu yang majemuk.

Berbagai komponen masyarakat lintas agama, lintas adat dan lintas budaya bias

secara sinergis menyukseskan tradisi.10

Tradisi dan budaya merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.

Budaya atau tradisi yang di ciptakan oleh manusia itu ada sejak dulu kala dan

menjadi turun temurun atau  bisa di sebut warisan dari nenek moyang. Tradisi

atau budaya bisa di terjemahkan sebagai  pewarisan atau penerusan norma-norma,

adat-istiadat. Manusialah yang menentukan tradisi dan budaya itu di terima,

dirubah atapun di tolak. Itulah sebabnya tradisi dan budaya merupakan cerita

tentang pewarisan leluhur. EB Taylor (dalam Soekanto 2005: 172) mendefinisikan

kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hokum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Desa Gunung Rancak juga

memiliki adat-istiadat yang masih di lakukan masyarakatnya. Seperti halnya yang

dilakukan oleh masyarakat desa pada umumnya. Adat-istiadat yang masih ada di

Desa Gunung Rancak yaitu adat-istiadat dalam acara Maulid Nabi  besar

Muhammad SAW, Perkawinan, dan ketika ada Kematian.11

2.2 Adat Istiadat

10 Mardimin, Johanes. Jangan Tangisi Tradisi, Liberty. Yogyakarta11 Ibid

10

Page 11: Pemba Has An

Adat istiadat seringkali diganti dengan adat kebiasaan, namun pada

dasarnya artinya tetap sama, jika mendengar kata adat istiadat biasanya aktivitas

individu dalam suatu masyarakat dan aktivitas selalu berulang dalam jangka

waktu tertentu. Menurut Soleman B. Taneko adat istiadat dalam ilmu hukum ada

perbedaan antara adat istiadat dan hukum adat Suatu adat istiadat yang hidup

(menjadi tradisi) dalam masyarakat dapat berubah dan diakui sebagai peraturan

hukum (hukum adat). Pandangan bahwa agama memberi pengaruh dalam proses

terwujudnya hukum adat, pada dasarnya bertentangan dengan konsepsi yang

diberikan oleh Van den Berg yang dengan teori reception in complex menurut

pandangan adat istiadat suatu tradisi dan kebiasaan nenek moyang kita yang

sampai sekarang masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang kita juga.

Sebagai keanekaragaman budaya. Istilah adat istiadat seringkali diganti

dengan adat kebiasaan, namun pada dasarnya artinya tetap sama. Jika mendengar

kata adat istiadat biasanya aktivitas individu dalam suatu masyarakat dan aktivitas

ini selalu berulang kembali dalam jangka waktu tertentu (bisa harian, mingguan,

bulanan, tahunan dan seterusnya), sehingga membentuk suatu pola tertentu.Adat

istiadat berbeda satu tempat dengan tempat yang lain.12

Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam

Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam

Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah

menganal dan menggunakan istilah tersebut. Adat atau kebiasaan dapat diartikan

sebagai berikut : “Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan

cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama”.

12 Bewa Ragawino, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia

11

Page 12: Pemba Has An

Pengertian adat-istiadat menyangkut sikap dan kelakuan seseorang yang diikuti

oleh orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama, ini menunjukkan

begitu luasnya pengertian adat-iatiadat tersebut. Tiap-tiap masyarakat atau Bangsa

dan Negara memiliki adat-istiadat sendiri-sendiri, yang satu satu dengan yang

lainnya pasti tidak sama. Adat-istiadat dapat mencerminkan jiwa suatu masyarakat

atau bangsa dan merupakan suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau bangsa.

Tingkat peradaban, cara hidup yang modern sesorang tidak dapat menghilangkan

tingkah laku atau adat-istiadat yang hidup dan berakar dalam masyarakat. Adat

selalu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kemajuan zaman, sehingga adat itu

tetap kekal, karena adat selalu menyesuaikan diri dengan kemjuan masyarakat dan

kehendak zaman. Adat-istiadat yang hidup didalam masyarakat erat sekali

kaitannya dengan tradisi-tradisi rakyat dan ini merupakan sumber pokok dari pada

hukum adat. Menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo, mengatakan bahwa adat

adalah tingkah laku yang oleh masyarakat diadatkan. Adat ini ada yang tebal dan

ada yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis. Aturan-aturan tingkah laku

didalam masyarakat ini adalah aturan adat dan bukan merupakan aturan hukum.13

2.3 Upacara Adat

Gorontalo merupakan salah satu provinsi di wilayah Republik Indonesia

yang memanjang dari Timur ke Barat dan Bagian Utara Pulau Sulawesi. Sebelah

Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi kemudian di sebelah timur berbatasan

dengan Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan

Provinsi Sulawesi Tengah, serta Teluk Tomini di sebelah Selatan. Penduduk

Gorontalo hampir seluruhnya memeluk agama Islam. Adat istiadatnya sangat

13 Ade Putra. Trunojoyo Madura 'Makna, Tradisi dan Simbol Dalam Upacara Roka.

12

Page 13: Pemba Has An

dipengaruhi ajaran dan kaidah Islam. Oleh karenanya masyarakat Gorontalo

memegang teguh semboyan adat yaitu, ‘Adati hula hula Sareati, Sareati hula hula

to Kitabullah’ yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan

Kitabullah.Dengan semboyan diatas, masyarakat Gorontalo sangat memegang

teguh norma kesopanan. Penghormatan kepada seseorang bagi orang Gorontalo

lebih banyak ditentukan oleh kesopanan dan merendahkan diri, sifat ini sangat

dihargai dan dijunjung tinggi.14

2.3.1 Mome`ati

Mome`ati (= membe`at ) adalah suatu ke harusan syare`at islam, yang

merupakan perjanjian/ikrar, dengan inti pengucapan kalimat syahadat,

melaksanakan rukun islam dan rukun iman secara utuh, sebagai seorang muslim,

mulai dari timbal kedewasaan. Sebagai kewajiban kaum perempuan muslim,

mulai dari timbul tanda kedewasaannya (HAIT ), untuk menata diri lahir dan

bathin, dengan pengetahuan pembersihan diri, dan penjagan kesucian dirinya

dalam kehidupannya. Jenjang perdatan dalam peristiwa/aspek kelahiran dan

keremajaan yang turun temurun diperlakukan oleh masyarakat suku gorontalo.

2.3.2 Acara Adat Mome`ati

14 Farha Daulima dan Salmin Djakaria, 2008. Gerakan Patriotisme di Daerah Gorontalo, Mbu’I Bungale, Propinsi Gorontalo. Hlm 22.

13

Page 14: Pemba Has An

Acara adat mome`ati adalah kewajiban setiap keluarga muslim suku

gorontaloyang mengandung unsur pendidikan moral ,mensucikan diri pendalaman

ajaran agama ,agar membudaya dalam kehidupan pribadi sang anak .

Acara adat mome`ati yang didahului dengan tahapan kegiatan,

Molungudu, momonto mopohuta`a to pingge, mome`ati dan mohatamu

merupakan konsekuensi keluarga/orang tua membina anak perempuan agar tahap

menjaga kesucian dirinya lahir dan batin.

Pelaksanaan adat mome`ati dilaksanakan oleh pelaksana-pelaksananya

sebagai berikut:

1. Hulango (bidan kampung)yang telah ditunjuk sebagai pelaksanan

acara,dan dibantu oleh pembimbing (seorang ibu yang berpengalaman dalam tata

cara adat mome`ati), dan telah memahami persyaratan : a) Beragama Islam. b)

Mengetahui urutan tata cara tahapan kegiatan. c) Mengetahui ramuan-ramuan

tradisional. d) Mengetahui lafal-lafal yang telah diturunkan oleh para leluhur

dalam pelaksanaannya dari awal kegiatan, samapai pada acara Mome`ati dan

Mohatamu. e) Diakui masyarakat sebagai bidan kampung.

2. Pemangku adat, yang diberikan tanggung jawab atas kelangsungan acara.

3. Pegawai Syara` (Imam dan Hatibi).\

4. Pekerja-pekerja yang mempersiapkan perlengkapan benda-benda budaya

yang dibutuhkan

5. Penata busana adat.

Kegiatan Melungudu (mandi uap dengan ramuan tradisional ) , a) periuk

(belanga) yang terbuat dari tanah bercerobong uap pada penutupnya. b) ramuan

14

Page 15: Pemba Has An

tradisional yang akan direbus terdiri dari tujuh macam ramuan ini sebagai

berikut:

Timbuwale (sereh) yang biasa dan yang harum, batang dan daunnya

dilumat.

Totapo Talanggilala (kulit kayu telur) yang ditumbuk kasar.

Humopoto (kencur), daun serta dagingnya ditumbuk kasar.

Tapulapunga (daun sembung), daun, batang dan akarnya ditumbuk kasar.

Linggopoto (lengkuas), daun serta daginngnya ditumbuk kasar.

Dungomeme yang harum (daun dadap),

Daging buah pala daun cengkih.

c) Kamar kecil/bagunan kecil, yang berukuran 1x2 meter, tanpa jendela,

pintunya tertutup, dan disebut Huwali/Beleya Polungudelo. d) Bada`a atau bedak

lulur tradisional yang terdiri dari ramuan :

1) Totapo Talanggilala (kulit kayu telur), yang telah dibuang kulit arinya

2) Antayi (buah kayu yang tumbuh dipinggiran pantai)

3) Pale Yilahumo, yaitu beras yang direndam dengan air.

4) Biji buah pala, kunyit dan kencur.

Keempat bahan ini, digosok pada Botu Pongi`ila (batu yang kasar), sehingga

halus untuk menjadi masker muka, dan seluruh badan.

Jamu Mato Lo Umonu, (jamu ramuan dari akar, buah yang harum),

yaitu :

1) Bohu, yaitu sejenis buah kayu, yang berkhsiat mencerahkan wajah dan

kulit.

15

Page 16: Pemba Has An

2) Masoyi, yaitu sejenis kulit kayu yang berkhasiat mengecangkan saraf-saraf

otot dan alat vital dalam tubuh bagian dalam.

3) Dumbaya, yaitu sejenis biji buah semangka yang tumbuh liar di hutan,

berkhasiat mengobati radang pada usus, membuka pori-pori kulit,

sehingga keringat lancar keringat.

4) Bungale atau Bangley, yaitu sejenis tanaman obat yang berkhasiat untuk

memperlancar peredaran darah.

5) Humopoto atau kencur, selain sebagai membersihkan kotoran pembulu

darah.

6) Botu Pomunggudu atau Tawas, berkhasiat mensterilkanlendir pada usus

dan pembulu darah.

7) Alama Bunga, yaitu sejenis kemenyan yang baunya harum jika dibakar,

sebagai pengharum badan yang berkhasiat pemulihan syaraf.

8) Bilobohu, yaitu sejenis kulit kayu yang telah diawetkan berkhasiat

membersihkan kotoran pada pencernaan, saluran kencing dan kantong

indung telur.

9) Palah dan Cengkih berkhasiat mengobati radang yang ada dalam saluran

pencernaan dan pembuluh darah.

10) Piyamputi (bawang putih) berkhasiat mengobati radang yang ada dalam

saluran pencernaan, pembuluh darah, juga mencegah kolesterol, bagi yang

mengidap darah tinggi (penurun darah).

11) Limututu (lemon sewanggi, limau purut), berkhasiat menghilangkan bau

badan.

16

Page 17: Pemba Has An

Hihito atau lulur tradisional, yang dipakai untuk mandi, namanya terdiri

dari :

1) Dungo Wuloto yang ditumbuk kasar.

2) Totapo Talanggilala (kayu telur) yang ditumbuk kasar.

3) Ampas dari pembuatan jamu Mato lo umonu.

Kegiatan Momonto (pemberian tanda suci). Yaitu :

a) Darah balung ayam jantan/betina

b) Alawahu Tilihi (campuran kunyit, kapur dan air).

Pada awalnya, para tua-tua memakai darah balung ayam untuk acara

Momonto, tetapi darah ayam mengakibatkan timbulnya kutil (Bangalo) pada

badan yang ditandai, maka mereka menggantikan darah ayam itu dengan

campuran kuning, kapur dan air, yang digosokkan pada botu Pongi`ilo, warnanya

menjadi merah darah.

Kegiatan Momuhuto (siraman air kembang). Yaitu :

a. Taluhu Yilonuwa (air kembang) dengan ramuan sebagai berikut :

Kulit Limutu yang diirisi halus.

Buah Limutu yang dibelah dua, sejumlah 7 biji.

Irisan 7 macam dun piring (Polohungo).

Ramuan Umonu yang ditumbuk halus yang disebut Yilonta.

Daun Onumo, sejenis daun mayana tapi hijau dan harum.

Bungaputi atau bunga melati.

b. Bulewe atau upik pinang, 2 tangkai, setangkai masih tertutup atau

hu`u hu`umo, dan setangkai sudah mekar atau Malongo`olo

17

Page 18: Pemba Has An

mayang. Bulewe yang mekar itu digantungkan diatas tempat duduk

sang puteri saat dimandikan.

c. Tujuh buah perian bamboo kuning, yan ditutupi dengan daun

puring (Polohungo). Didalamnya berisi air, dan kepingan uang

logam yang bernilai Rp. 100,-

d. Telur ayan kampung 1 butir, yang masih baru.

e. Dudangata (kukuran kelapa) yang dijadikan tempat duduk dari

sang puteri saat dimandikan.

Kegiatan Mopohuta`a to Pingge (meginjakkan kaki diatas piring). Yaitu :

a. Tujuh buah piring yang masing-masing berisi :

1 piring berisisegenggam tanah dan rumput Po`otoheto

1 piring berisi jagung (milu).

1 piring berisi beras.

1 piring berisi Tala`angala`a (uang logam dengan ragam

nilainya).

1 piring berisi daun puring (polohungo).

1 piring berisi Bakohati lo umonu (kotak kecil yang berisi

ramuan yang harum).

1 piring berisi Bulewe (tangkai mayang pinang).

b. Tujuh buah baki berisi :

1 baki berisi cikal bakal kelapa (Tumula).

1 baki berisi Hulante.

18

Page 19: Pemba Has An

1 baki berisi lampu tohetutu yang ditancapkan pada gelas yang

berisi beras. Disekitar lampu itu, terletak 5 piring mangkuk

Pale Yilulo (beras 5 warna, putih, hitam, hijau, mrah dan

kuning).

1 baki berisi tangkai Bulewe.

1 baki berisi 7 buah bakohati lo umonu.

1 baki berisi 7 potongan tebu (patodu).

Mome`ati (membuat ikrarperjanjian)

a. Pu`ade lo be`ati (tempat duduk untuk yang dibe`at).

b. Busana adat `` Wolimomo dan Pasanga``

Mohatamu (hatam Qur`an)

a. Seperangkat Polutube (tempat bara api), segelas air baskom dupa.

b. Al-Qur`an.15

2.4 Teori Fungsionalisme Struktural

Fungsinalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif dalam

sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak

dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian,

perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ke tidak

seimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain.

Perkembangan fungsionalisme di dasarkan atas model perkembangan sistem

organisme yang di dapat dalam biologi (Theodorson, 1969:67). Asumsi dasar

teori ini ialah bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus

15 Daulima, Farha. 2008. Tata Cara Mome`ati dan Mohatamu. Galeri Budaya Daerah. Gorontalo.

19

Page 20: Pemba Has An

berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa

menjalankan fungsinya dengan baik. Seturut teori ini masyarakat terdiri dari

berbagai elemen atau insitusi. Elemen-elemen ini antara lain adalah ekonomi,

politik, hukum, agama, pendidikan, keluarga, budaya, adat istiadat, dan lain-

lain.16

Fungsinalisme struktural menurut Merton ada 3 asumsi atau postulat yaitu

pertama, ke satuan fungsional masyarakat merupakan suatu keadaan di mana

seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat ke selarasan

atau eksistensi internal yang memadai, tanpa menhasilkan konflik yang

berkepanjangan yang tidak dapat di atasi atau di atur. Ke dua, postulat

fungsionalisme universal postulat ini mengaggap bahwa seluruh bentuk sosial dan

kebudayaan yang sudah baku memilki fungsi-fungsi positif. Ke tiga, postulat

indispensability bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek

material, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memilki sejumlah

tugas yang harus di jalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat di

pisahkan dalam kegiatan sistem sebagai ke seluruhan.

Menurut teori struktural fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem

memiliki struktur yang terdiri atas banyak lembaga. Masing-masing memiliki

fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi dengan kompleksitas yang berbeda-

beda ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern maupun primitif.

Misalnya lembaga sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-nilai yang ada

generasi baru. Lembaga keluarga berfungsi menjaga ke langsungan perkembangan

jumlah penduduk.

16 Theodorson, 1967:67

20

Page 21: Pemba Has An

Kemudian fungsional struktural menurut Talcott Parsons yaitu ada tiga fase

yang pertama, terdiri dari tahap-tahap perkembangannya atas teori vountaristik

dari tindakan sosial. Ke dua, yaitu pembebasan dari kekangan teori tindakan sosial

yang mengarah struktural fungsional ke dalam pengembangan suatu teori tindakan

yang lebih umum yang berisikan konsep-konsep sistem dan kebutuhan-kebutuhan

sistem yang sangat penting. Dan yang ke tiga adalah mengenai model sibernetika

dari sistem-sistem sosial (Hamilton, 1990). 17

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

17 Hamilton, 1990

21

Page 22: Pemba Has An

Dalam penelitian ini metode yang akan dilakukan melalui metode

kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berapa angka-angka, melainkan

data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan. Sehingga yang

menjadi tujuan dari penelitian ini, adalah ingin menggambarkan dan mengungkap,

serta menjelaskan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan

tuntas. Penggunaan metode kualitatif ini adalah dengan memcocokkan realita

empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

Pendekatan kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang diarahkan

pada memahmi fenomena sosial dari prespektif partisipan. Penelitian kualititatif

menggunakan strategi multi metode yakni dengan wancara, observasi dn

dokumentasi. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menyatu dengan situasi yang

diteliti.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode dekriptif

adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Serta mempelajari

masalah-maslah dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat,

situasi-situasi tertentu, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan proses –proses yang

sedang beralngsung dari suatu fenomena.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Bualemo Kecamatan Bualemo 

Kabupaten Banggai. Adapun alasan dipilihnya tempat penelitian ini karena

Kecamatan Bualemo merupakan salah satu kecamatan yang dipandang memiliki

suku yang beraneka ragam dari kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten

Banggai dan serta alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian

22

Page 23: Pemba Has An

karena di Kecamatan Bualemo banyak terjadi pembiatan khususnya suku

Gorontalo.

3.3. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen utama atau alat penelitian untuk mengumpulkan data adalah peneliti itu

sendiri atau human instrumen yang berfungsi menetapakan fokus penelitian ,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas

temuannya.

Dalam penelitian ini, yng menjadi instrumen utama yakni peneliti sendiri

yang berperan dalam pengumpulan data, yang mengacu pada: (1) pedoman

wawancara yang dibuat, (2) alat perekam dan kamera, (3) buku catatan lapangan

untuk menulis hal-hal penting yang di temui di lapangan.

3.4 Penentuan Sampel Penelitian

Dalam penelitian dengan pendekatan kulalitatif, teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive

sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya, akan melakukan penelitian tentang

pembeatan (studi kasus di desa bualemo kecamatan bualemo kabupaten banggai),

maka sampel sumber datanya adalah orang-orang yang telah mengalami

pembeatan (studi kasus di desa bualemo kecamatan bualemo kabupaten banggai).

Sampel ini lebih banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian

dalam penelitian kualitatif tidak memggunakan sampling acak, tetapi sampel yang

23

Page 24: Pemba Has An

dipilih berdasarkan kebutuhan dalam penelitian. Maka berdasarkan uruaian diatas,

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Sampel dalam kajian penelitian kualitatif jumlahnya lebih sedikit dan

biasanya bersifat purposive , dalam penelitian kualitatif rata-rata para peneliti

menggunakan sampel purposive.

3.5. Sumber Data

Pada penelitian ini, peneliti menetapkan sumber data, yaitu :

3.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung memberikan data pada

pengumpul data. Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dari informan

melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan pedoman wawacara

dan dibantu dengan alat wawancara, yakni tepe recorder.

3.5.2. Data sekunder

Yang dimaksud dengan data sekunder adalah Sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber yang membantu dalam

penelitian ini yakni meliputi buku-buku atau literatur yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah ,mendapatkan data. Tanpa

mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang akurat yang ditetapkan.

24

Page 25: Pemba Has An

Pengumpulan data dengan berbagai cara, yakni dengan observasi, wawancara,

dukumentasi.

3.6.1 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu tehnik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang berlangsung.

3.6.2 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk tehnik pengumpulan data yang

banyak digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif.

3.6.3 Dokumenter

Dokumenter merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan metode penting dalam penelitian, karena dengan

analisa data maka data yang diperoleh dapat diartikan dan dideskripsikan.

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono. 2013:244) analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya Sugiyono (2013 : 245)

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

25

Page 26: Pemba Has An

Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono.2013 : 246) aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilh hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memeberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data adalah

hal yang akan memudahkan untuk merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

3. Verifikasi/Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan yang dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang belum jelas setelah diteliti akan menjadi jelas.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

26

Page 27: Pemba Has An

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Bualemo

            Kabupaten banggai Sulawesi tengah, terdapat kecamatan yang terletak

paling timur yang di kenal dengan nama kecamatan bualemo. Bualemo ini adalah

sebuah kecamatan yang di mekarkan pada tahun 2003. Di Kecamatan Bualemo

terdapat salah satu desa yang dikenal dengan nama desa bualemo B. Seiring

dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman maka jumlah penduduk di

desa ini semakin meningkat dan dengan bertambahnya penduduk maka desa

Bualemo B semakin padat

Desa Bualemo B mempunyai tiga dusun terdiri dari dusun I, dusun II dan

dusun III. Desa ini mulai dikenal pada zaman pemerintah pak Mopangga Rahman.

Pada zaman pemerintah Mopangga Rahman, pemakai bahasa pengantar yaitu

bahasa daerah Gorontalo semakin banyak. Berdasarkan hal tersebut penduduk

Bualemo merupakan salah satu kesatuan yang erat. Penduduk Bualemo

merupakan masyarakat memakai bahasa Gorontalo dan bahasa Indonesia sebagai

pengantar sampai sekarang. Penduduk Bualemo menggunakan bahasa Gorontalo

karena hampir sebagian besar bersuku Gorontalo yang berasal dari Tilamuta.

Penduduk desa bualemo b ini adalah penduduk dengan suku gorontalo

asli. Seiring dengan berjalannya waktu penduduk di desa ini semakin bertambah

dengan adanya suku-suku lain. Adapun jumlah penduduk sekarang ini berjumlah

total 1.319 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki berjumlah 650 jiwa sedangkan

penduduk perempuan berjumlah 669 jiwa.

4.1.2 Keadaan Geografis

27

Page 28: Pemba Has An

4.1.2.1 Kondisi Geografis

Bualemo merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di kecamatan

Bualemo kabuapaten Banggai. Secara admistratif Kecamatan Bualemo memiliki

batas wilaya sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan teluk tomini

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa pangkalasean.

- Sebelah selatan barbatasan dengan sampaka

- Sebelah barat berbatasan dengan desa salodik.

Kecamatan memiliki luas wilayah lebih kurang 862,00 km dan jarak

antara ibu kota kabupaten 115 km .di kiahat dari segi letak geografis Kecamatan

Bualemo terdiri dari tanah dataran rendah yang subuh yang paling menonjol di

tanami kelapa dan tanaman musiman lainnya.

4.1.3 Keadaan Demografis

4.1.3.1 Keadaan Penduduk

Wilayah Desa Bualemo terdiri dari 3 Dusun yaitu : Dusun I, Dusun II dan

Dusun III yang di pimpin oleh masing-masing kepala dusun. Pemerinta desa

mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintah umum dan

pemerintahan daerah di wilayahnya .Dan beberapa fungsi dari pemerintah Desa

Bualemo yaitu melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa

pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan ,melakukan usaha

dalam rangka peningkatan partisipasi atas swadaya masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan ,melakukan kegiatan dalam rangka Pembina

28

Page 29: Pemba Has An

ketentraman dan ketertiban masyarakat , dan melakukan fungsi-fungsi lain yang

dilimpahkan ke Desa Hal ini dapat dilihat bagan berikut ini.

Tabel 1Keadaan Penduduk Desa Bualemo berdasarkan Dusun

No Dusun KKJumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan1 Dusun I 165 KK 245 Orang 265 Orang2 Dusun II 131 KK 215 Orang 210 Orang3 Dusun III 106 KK 190 Orang 194 Orang

Jumlah 402 KK 650 Orang 669 OrangJumlah Total   1.319 Orang

Sumber Data : Profil Desa tahun 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui keadaan penduduk desa Bualemo

berdasarkan jumlah penduduk menurut jumlah kepala keluarga (KK), dan jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah penduduk laki-laki dan jumlah

penduduk perempuan. Selain itu data pada table di atas selain untuk mengetahui

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui juga jumlah dusun

yang ada di desa bualemo yaitu Dusun I. Dusun II dan Dusun III dengan jumlah

KK terbanyak terdapat di Dusun I dan yang memilki jumlah penduduk terendah

terdapat di Dusun III.

4.1.3.2 Keadaan Pendidikan

Keadaan pendidikan di Bualemo di Kabupaten Banggai hingga saat ini

menujukan kemajuan meskipun tidak sama halnya dengan desa-desa lain, yakni

trobosan pendidikan yang sudah merata. Setelah di lakukan pendataan keadaan

pendidikan oleh pemerintah setempat, masyarakat bualemo dari sekolah dasar,

SMA/Sederajat dan sampai perguruan tinggi, telah terlaksana.

Tabel 2Keadaan Pendidikan Desa Bualemo

29

Page 30: Pemba Has An

TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUANUsia 3-6 tahun yang belum masuk TK - Orang  - OrangUsia 3-6 tahun yang Sedang TK/Play group 16 Orang  36 OrangUsia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah - Orang  - OrangUsia 7-18 tahun yang sedang sekolah 122 Orang  115 OrangUsia 18-56 tahun tidak pernah sekolah - Orang   - OrangUsia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat - Orang   - OrangTamat SD/Sederajat - Orang   - Orang Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP - Orang  - Orang Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTA - Orang  - Orang Tamat SMP /Sederajat 92 Orang  106 OrangTamat SMA/Sederajat 76 Orang  86 OrangTamat D-1/Sederajat - Orang  - Orang Tamat D-2/Sederajat - Orang  3 Orang Tamat D-3/Sederajat - Orang   3 Orang Tamat S-1/Sederajat 36 Orang   27 Orang Tamat S-2/Sederajat 1 Orang   2 Orang Tamat S-3 /Sederajat - Orang  - Orang 

Jumlah  343 Orang  378 OrangJumlah Total 721 Orang  

Sumber Data :profil Desa Bualemo Kecamatan Bualemo Tahun 2014

Dari data pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwah masyarakat di

Desa Bualemo saat ini sudah mengenal pendidikan .Hal ini dapat diketahui bahwa

anak-anak pada usia dini telah di perkenalkan dengan pendidikan mulai sekolah

TK.Sehingga masyarakat desa bualemo tidak akan tertinggal oleh pendidikan

yang semakin moderen .

Pendidikan merupakan satu hal penting dalam mencerdaskan

kehudupan bangsa .Dengan adanya pendidikan ,maka akan timbul dalam diri

seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi dari kita untuk lebih baik

dalam segala aspek kehidupan .

Dari data pada tabel diatas menunjukan bahwah mayoritas penduduk

desa bualemo hanya mampu menyelesaikan sekolah ke jenjang pendidikan dasar

30

Page 31: Pemba Has An

(SD)dan masih banyak juga penduduk yang buta huruf . Rendahnya kulitas

tingkat pendidikan d desa Bualemo tidak telepas dari terbatasnya sarana dan

prasarana pendidikan yang ada ,di samping itu juga tentu masalah ekonomi dan

pandangan hidup masyarakat .

4.1.3.3 Keadaan Pekerjaan

Sumber kehidupan petani di desa Bualemo adalah bercocok tanam di

ladang. Selain pencaharian tersebut masyarakat bualemo juga melakukan

beberapa sumber penghidupan di antaranya sebagai nelayan dan beternak. Dalam

pelaksanaan kegiatan bercocok tanam misalanya masayakat bualemo

memperhatikan perbintanggan. Sistem ekonomi di lakukan dengan cara kerja

sama (huyula). Keadaan perekonomian di Bualemo sampai saat ini masih di

dominasi oleh kelapa, hal ini di karenakan oleh struktur tanah yang cocok untuk

tanaman tersebut. Dalam pertanian ada juga tanaman-tanaman sampingan yang

menopang pendapatan masyakat misalnya coklat, padi, dan lain-lain.

Tabel 3Keadaan Penduduk Desa Bualemo Berdasarkan Pekerjaan

JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUANPetani 121 Orang -OrangPegawai Negeri Sipil 58 Orang 48 OrangPengrajin Industri Rumah Tangga 3 Orang 4 OrangPedagang Keliling 1 Orang -OrangPeternak 372 Orang 1 OrangNelayan 87 Orang -OrangMontir 4 Orang -OrangBidan Swasta 1 Orang -OrangPerawat Swasta 1 Orang -OrangTNI 1 Orang -OrangPOLRI 2 Orang -OrangPensiun PNS/TNI/POLRI 11 Orang 3 OrangPengusaha Kecil dan menengah 27 Orang -OrangKaryawan Perusahaan Swasta 3 Orang 1 Orang

31

Page 32: Pemba Has An

Dukun Kampung terlatih - Orang 1 OrangJumlah Total Penduduk 750 Orang

Sumber Data : profil Desa Bualemo Kecamatan Bualemo Tahun 2014

Berdasarkan pada tabel 3 diatas dapat di ketahui jumlah penduduk Desa

Bualemo berdasarkan jenis pekerjaannya pada tahun 20214 yaitu pada sector

prtanian ,perikanan,jasa/perdagangan dan industry. Jumlah penduduk Desa

Bualemo yang bekerja di sektor pertanian memiliki jumlah terbanyak dan yang

bekerja sebagai sektaor perikanan terdapat tingkatan kedua sedangkan yang

bekerja di pedagang terdapat pada urutan ketiga.

4.1.3.4 Keadaan Penduduk Menurut Agama

Di Desa Bualemo kecamatan Bualemo kabupaten Banggai.

memiliki dua agama yaitu agama Islam dan agama Kristen. Di Desa

Bualemo juga memiliki tempat ibadah (mesjid), namun tempat ibadah

untuk yang beragama Kristen belum tersedia. Sehingga mereka penganut

agama Kristen masih melaksanakan ibadah di desa lain yang tidak jauh

dari desa Bualemo yaitu desa Transmalik.

Tabel 4Keadaan Penduduk Menurut Agama

AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUANIslam 646 Orang 663 OrangKristen 4 Orang 6 OrangJumlah 650 Orang 669 OrangJumlah Total 1.319 Orang

Sumber Data : profil Desa Bualemo Kecamatan Bualemo Tahun 2014

Dari data tabel 5 di atas dapat di ketahui bahwa di Desa Bualemo

memiliki dua agama yaitu agama Islam dan agama Kristen. Di Desa

32

Page 33: Pemba Has An

Bualemo juga memiliki tempat ibadah (mesjid), namun tempat ibadah

untuk yang beragama Kristen belum tersedia. Sehingga mereka penganut

agama Kristen masih melaksanakan ibadah di desa lain yang tidak jauh

dari desa Bualemo yaitu desa Transmalik.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Untuk mengetahui perbedaan pelaksaan upacara pembeatan etnik

Gorontalo di Bualemo kabupaten banggai dapat dilihat dari beberapa indikator

sebagai berikut.

4.2.1 Kebiasaan Turun Temurun

4.2.1.1 Acara

Kebiasan merupakan suatu tradisi yang teraplikasikan secara terus

menerus dengan berbagai symbol dan aturan kepada seluruh masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Bualemo Kecamatan Bualemo,

sehubungan dengan pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo, bahwa kebiasaan

masyarakat etnik Gorontalo ketika melakukan pembeatan di Bualemo yaitu putra

putrinya diadakan pembeatan pada saat mereka sudah menginjak masa remaja.

Seperti yang dikemukakan oleh ketua adat yang berada di desa Bualemu

Kecamatan Bualemo.

“Kalau torang masyarakat Bualemo ini kebiasaan turun-temurun memang

masih ada dp acara pembeatan. Kebiasaan ini memang so ada sejak masyarakat

etnik Gorontalo tinggal di Bualemo. Cuma depe beda upacara pembeatan so

tidak lengkap lagi. Seperti mandi lemon, injak piring. Soalnya bagitu kalau

dorang anak-anak disini so nifas pertama dorang so di kase mandi lo dukun

33

Page 34: Pemba Has An

beranak (hulango). Baru disaat itu juga langsung dorang somo beken dp acara

pembeatan, tapi depe acara pembeatan cuman sederhana kurang dorang mo

suruh ambe aer sembahyang baru so di kase pake baju adat saja. Ada juga

masyarakat Bualemo so te melakukan kebiasaan ini karena dorang pe alasan

masalah biaya.”

Artinya:

“Kami masyarakat Bualemo kebiasaan turun-temurun memang masih ada

acara pembeatannya. Kebiasaan ini memang sudah ada sejak masyarakat etnik

Gorontalo berada di Bualemo, hanya saja upacara pembeatan sudah tidak

lengkap lagi. seperti mandi lemon, menginjakkan piring diatas piring. Alasannya

pada saat anak-anak mereka disini sudah nifas pertama mereka akan dimandikan

oleh dukun beranak. Dan pada saat itu juga mereka langsung diadakan acara

pembeatan. Tapi acara pembeatan hanya sederhana, mereka hanya diperintah

untuk mengambil air wudhukemudian dipakaikan baju adat saja. Adapun

masyarakat Bualemo sudah tidak melaksanakan kebiasaan ini alasannya masalah

biaya.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Bualemo kebiasaan ini sudah dilakukan oleh masyarakat Bualemo sejak

masyarakat etnik Gorontalo berada di Bualemo. Kebiasaan atau tradisi ini sudah

berlangsung secara terus menerus sampai sekarang. Namun, sebagian masyarakat

masih ada yang tidak melakukan pembeatan, dikarenakan kurangnya biaya.

4.2.2 Adat Istiadat

34

Page 35: Pemba Has An

Adat istiadat yang hidup dalam masyarakat ada hubungannya dengan

tradisi rakyat yang merupakan pokok dari pada hukum adat. Berbicara tentang

adat istiadat. Adapun beberapa adat istiadat yang dikemukakan oleh ketua adat

berikut ini.

“Adat istiadat pembeatan yang di Bualemo diadakan acara pesta baru di

pesta itu harus ada tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat. Depe proses

pertama mo ambel air sembahyang, kedua baru langsung di kase pake adat,

ketiga dibina langsung sama pak Imam tentang nasehat-nasehat agama rukun

iman dan rukun islam.

Kalau diluar etnik Gorontalo di Bualemo dorang tidak melakukan

pembeatan cuma bagitu dorang p anak-anak nifas pertama dorang cuma mandi

bersih saja. Torang samua menyesuaikan saja dengan torang pe adat masing-

masing. Jadi sangat menonjol perbedaanya sementara Gorontalo melakukan

pembeatan kalau suku lain tidak melakukan pembeatan.

Artinya:

“Adat istiadat pembeatan yang berada di Bualemo diadakan acara pesta,

kemudian acara tersebut dihadiri oleh tokoh Agama, tokoh Adat dan tokoh. Dan

prosesnya ada beberapa tahap. Tahap pertama, mengambil air wudhu. Kedua,

mamakai baju adat. Ketiga, dibina oleh pak Imam tentang nasehat-nasehat

agama mengenai rukun iman dan rukun islam.

Kemudian diluar etnik Gorontalo yang berada di Bualemo mereka tidak

melakukan pembeatan, begitu anak-anak mereka nifas pertama mereka hanya

mandi bersih saja dan kami semua hanya menyesuaikan saja dengan adat kami

35

Page 36: Pemba Has An

masing-masing. Jadi sangat terlihat perbedaannya dengan suku lain etnik

Gorontalo melakukan pembeatan sementara suku lain tidak melakkan kebiasaan

itu.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi atau adat

istiadat berupa pembeatan di Bualemo dilakukan dengan mengadakan acara yakni

pesta yang melibatkan beberapa tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat

yang ada di desa Bualemo. Proses pembeatan etnik gorontalo di bualemo yaitu

melibatkan ketua adat. Dalam hal ini, anak yang akan di beat pertama-tama

melakukan mandi bersih, yang airnya sudah di campur berbagai macam bunga

yang wangi, tujuh bambu yg berisi uang logam, dan bunga. Setelah melakukan

mandi bersih anak yang akan di beat diharuskan berwudhu untuk proses

selanjutnya.

Setelah melakukan mandi bersih dan berwudu, anak yang akan di beat di

persiapkan untuk menggunakan pakaian adat yang telah disediakan oleh tokoh

adat, dan selanjutnya anak yang akan di beat di tuntun ke tempat yang telah

dipersiapkan untuk pembeatan. Dalam proses ini, imam atau tokoh agama yang

telah bertugas untuk melakukan pembeatan pada anak sudah bersiap diri di tempat

pembeatan untuk membimbing atau membina anak yang akan di beat.

Adat istiadat etnik Gorontalo yakni pembeatan ini, diadakan oleh setiap

keluarga, jika anak-anaknya sudah remaja dan akil baliqh (haid untuk

perempuan), dan bagi laki-laki telah di khitan. Pelaksanaan pembeatan ini, hanya

dilakukan oleh masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo. Sedangkan

36

Page 37: Pemba Has An

untuk masyarakat etnik lain tidak melakukan acara pembeatan seperti yang telah

dilakukan oleh masyarakat etnik Gorontalo.

4.2.3 Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan masyarakat etnik Gorontalo telah disesuaikan dengan

agama islam sesuai agama yang dianut oleh masyakat Gorontalo. Ketika

melakukan pembeatan. Sistem kepercayaan masyarakat Gorontalo di Bualemo

yang di ungkapkan oleh ketua adat dapat kita lihat pada wancarara berikut.

“Kepercayaan orangtua kalau dorang pe anak-anak belum nifas berarti

masih tanggung jawabnya orangtua, nanti kalau darang so nifas kewajiban

orangtua harus melaksanakan pembeatan. Kalau samua itu so terlaksana berarti

orantua sudah melepas tanggung jawab. Memang proses pembeatan hanya ada

pa torang masyarakat etnik Gorontalo yang tinggal di Bualemo karena torang

masih melakukan kebiasaan ini secara turun-temurun. Kalau dorang yang di luar

etnik Gorontalo so tidak melakukan kebiasaan ini dorang pe anak-anak Cuma

dorang kase mandi bersih biasa saja baru so tidak di beat.”

Artinya:

“Kepercayaan orangtua jika anak-anak mereka belum nifas maka masih

tanggung jawab orangtua, setelah mereka nifas kewajiban orangtua harus

melaksanakan pembeatan. Jika semua itu terlaksana maka orangtua sudah bisa

melepas tanggung jawabnya. Pada dasarnya proses pembeatan hanya ada pada

masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo karena kami masih

37

Page 38: Pemba Has An

melakkan kebiasaan ini secara turun-temurun. Mereka yang di luar etnik

Gorontalo sudah tidak melakukan kebiasaan ini, anak-anak mereka hanya di

mandi bersihkan saja kemudian sudah tidak dilaksanakn pembeatan.

Dari hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan

masyarakat Gorontalo di Bualemo mendekati kewajiban orang tua yang

mempunyai anak gadis dengan laki-laki. Mereka percaya bahwa anak-anak masih

dalam tanggung jawab orang tua, dan percaya bahwa anak-anaknya sudah masuk

ajaran agama islam. Proses pembeatan seperti ini hanya terdapat pada masyarakat

etnik Gorontalo saja. Sedangkan Etnik lainnya tidak melakukan kepercayaan ini,

karena mereka memiliki kepercayaan lain atau cara tersendiri dalam melakukan

bimbingan pada anak-anak mereka yang sudah akil baliq.

4.2.4 Tingkah Laku

Tingkah laku seseorang berhubungan dengan adat istiadat yang

mencerminkan jiwa suatu masyarakat etnik Gorontalo di Bualemo. Tingkah laku

merupakan suatu kepribadian dari masyarakat Gorontalo yang ada di Bualemo.

Seperti yang diungkapkan oleh ketua adat melalui wawancara sebagai berikut.

“Torang masyarakat Bualemo sangat bahagia dan bersyukur kepada

Allah SWT karena torang pe anak-anak so masuk masa remaja dengan bagitu

dorang bisa melakukan hal-hal yang baik karena dorang so diajar pada saat

upacara pembeatan. Torang punya sikap ini memang so jadi kebiasaan dalam

hidup sehari-hari soalnya sampai dengan sekarang torang pe hubungan dengan

masyarakat etnik lain tidak ada masalah. Biar torang beda kepercayaan tapi

torang saling menghargai.

38

Page 39: Pemba Has An

Artinya:

“Kami masyarakat Bualemo sangat bahagia dan bersyukur kepada Allah

SWT karena anak-anak kami telah memasuki masa remaja dengan begitu mereka

sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk karena mereka

sudah diajarkan melalui upacara pembeatan. Tingkah laku kami memang sudah

menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari hal ini dibuktikan sampai saat

ini hubungan kami dengan masyarakat etnik lain masih baik-baik saja tanpa ada

masalah. Walaupun berbeda kepercayaan namun kami saling menghargai.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa saat melakukan

proses pembeatan, tingkah laku masyarakat Bualemo yaitu bahagia, bersyukur

pada Allah SWT, dan menata hidup karena sudah remaja atau akil baliq. Tingkah

laku ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari oleh masyarakat etnik Gorontalo di

Bualemo. Karena telah terbukti bahwa hubungan masyarakat etnik Gorontalo dan

etnik lain yang ada di Bualemo selalu akur dan saling menghargai segala adat

istiadat di Bualemo.

4.2.5 Norma-Norma

Dalam setiap upacara pasti memiliki norma-norma yang sudah ditetapkan.

Adapun norma-norma yang terkandung pada proses pembeatan etnik Gorontalo di

Bualemo akan diungkapkan oleh ketua adat di Bualemo lewat wawancara berikut.

“Dalam proses pembeatan memang so ada depe norma-norma, norma-

norma disini ada norma kesopanan, norma agama, dan norma adat-istiadat.

Kalau norma-norma itu di langgar torang percaya torang mo dapat dosa dan

torang akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Memang norma-norma ini so

39

Page 40: Pemba Has An

jadi torang pe landasan hidup. Masyarakat etnik lain juga biar beda dengan

torang tapi dorang tetap ada depe norma-norma masing-masing.

Artinya:

“Dalam proses pembeatan memang sudah ada norma-norma, norma-

norma tersebut ada norma kesopanan, norma agama, dan norma adat-istiadat.

Jika norma-norma itu tidak dilaksanakan kami percaya kami akan mendapatkan

dosa dan akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Memang norma-norma ini

sudah menjadi landasan hidup kami. Masyarakat etnik lain meskipun mempunyai

perbedaan dengan kehidupan kami tapi mereka memilki norma-norma yang

masing-masing.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkam bahwa norma –norma

yang terkandung dalam proses pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo terdapat

beberapa norma yaitu norma agama, norma kesopanan, norma adat. Masyarakat

Bualemo masih melakukan norma tersebut. Apabila norma-norma tersebut

dilanggar akan mendapat bencana atau hukuman dari allah, akibatnya akan di

kucilkan oleh masyarakat banyak.

4.2.6 Sikap dan Kepercayaan

Sikap dan kepercayaan dalam setiap etnik memang berbeda namun itu

tidak menjadi masalah untuk kita saling bersosialisasi antar etnik, seperti yang

diungkapkan oleh ketua adat etnik Gorontalo di Bualemo dalam wawancara

berikut.

40

Page 41: Pemba Has An

“Torang pe sikap masyarakat Bualemo pada umumnya so di tanamkan

sikap saling menghargai antar sesama, bagitu juga dengan masyarakat etnik lain

sikap saling menghargai sangat menonjol pa dorang pe diri masing-masing biar

torang itu beda etnik tapi torang tidak saling baku jatuh atau mo bahina

kepercayaan masing-masing.

Artinya:

“Sikap kami selaku masyarakat Bualemo pada umumnya sudah

diterapkan sikap saling menghargai antar sesama, begitu juga dengan

masyarakat etnik lain sikap untuk saling menghargai sangat terlihat dalam diri

mereka masing-masing walaupun memiliki perbedaan tapi kami tidak saling

menjatuhkan atau menghina kepercayaan masing-masing.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya

sikap masyarakat etnik Gorontalo di Bualemo sikap untuk saling menghargai

antar sesama memang sudah menjadi kebiasaan mereka, meskipun kepercayaan

mereka berbeda dengan etnik lain namun tetap saling menghargai tanpa harus

saling menjatuhkan satu sama lain. Begitupun dengan etnik lain, mereka tidak

menghina atau menjathkan apa yang sudah menjadi kepercayaan etnik Gorontalo

yang ada di Bualemo.

4.2.7 Waktu upacara

Waktu upacara dalam proses upacara pembeatan memang sangat penting

dalam menentukan bik buruknya acara tersebut, dan wakru upacara harus pada

41

Page 42: Pemba Has An

hari, tanggal dann bulan yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh ketua adat

etnik Gorontalo di Bualemo dalam wawancara berikut.

“Biasanya torang pe waktu upacara beat itu di beken pada siang hari,

memang kalau acara beat itu tidak sembarangan mo di bikin depe hari. Disitu

torang harus musyawarah dengan orang-orang tua karna dorang yang lebe tau

hari-hari apa yang gaga mo ba beken akan.

Artinya:

“Biasanya waktu upacara pembeatan disini dilaksanakan pada siang hari,

benar adanya jika melaksanakan acara pembeatan tidak sembarangan untuk

menentukan hari pelaksanaanya. Kami harus musyawarah dengan orang-orang

tua karena mereka yang lebih tau hari apa yang baik untuk melaksanakan

upacara pembeatan.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa waktu upacara

pembeatan masyarakat etnik Gorontalo di Bualemo dilaksanakan pada waktu

siang hari. Pelaksanaan upacara pembeatan harus dilaksanakan pada waktu-waktu

yang khusus yang memang hanya bagus untuk dilakukan upacara pembeatan di

rencanakan. Orang tua yang mempunyai anak gadis, mereka percaya bahwa anak-

anak masih dalam tanggung jawab orang tua, dan percaya bahwa anak-anaknya

sudah masuk ajaran agama islam. Proses pembeatan seperti ini hanya terdapat

pada masyarakat etnik Gorontalo saja.

42

Page 43: Pemba Has An

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana gambaran

tentang pelaksanan upacara pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo kabupaten

Banggai.

43

Page 44: Pemba Has An

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diatas, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Perbedaan pelaksanan upacara pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo

kabupaten Banggai dilihat dari beberapa indikator. Bahwa pada dasarnya

masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo masih melakukan

kebiasaan turun-temurun yaitu upacara pembeatan. Namun acara yang

dilaksanakan sudah tidak terlalu lengkap.

2. Masyarakat etnik Gorontalo dan masyarakat etnik diluar Gorontalo saling

menghargai antar sesama, begitu juga dengan masyarakat etnik lain sikap

untuk saling menghargai sangat terlihat dalam diri mereka masing-masing

walaupun memiliki perbedaan tapi kami tidak saling menjatuhkan atau

menghina kepercayaan masing-masing.akur

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penetian dan keterbatasan peneletian yang telah

diuraikan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo diharapkan

agar tetap mempertahankan yang sudah menjadi kebiasaan yaitu tetap

melaksanakan upacara pembeatan.

2. Kepada masyarakat etnik Gorontalo dan diluar etnik Gorontalo sikap

untuk saling menghargai antar sesama manusia meskipun berbeda

kepercayaan diharapkan agar tetap selalu terjaga dengan baik.

44

Page 45: Pemba Has An

45