pemba has an
DESCRIPTION
adfTRANSCRIPT
![Page 1: Pemba Has An](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082821/563db787550346aa9a8be117/html5/thumbnails/1.jpg)
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan peritonitis ec. Perforasi gaster berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan
data bahwa pasien berusia 51 tahun. Usia pasien pada kasus ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan rentang usia penderita perforasi gaster berkisar antara 50 – 60 tahun. Faktor umur
sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit perforasi gaster. Hal ini disebabkan oleh penuaan
yang dialami oleh setiap orang menyebabkan perubahan kualitatif mukus lambung yang biasanya
didahului dengan riwayat gastritis kronis, maag, dll, sehingga dapat mempermudah terjadinya
degradasi mukus lambung dan terjadinya perforasi, selain itu juga faktor penurunan daya tahan
jaringan juga dapat terlibat dalam terjadinya perforasi ini. Pasien paling sedikit terdapat pada
kelompok umur ≤ 30 tahun dan 41 – 50 tahun.14 Pada kasus ini diketahui jenis kelamin pasien
adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan kepustakaan Current Surgical Diagnosis and Treatment
yang menyatakan jenis kelamin sangat mempengaruhi penyakit ini dikarenakan gaya hidup yang
berbeda antara laki – laki dan perempuan.15 Dalam penelitian yang dilakukan di Department of
Surgery Patiala India (2013) dan Department of The Emergency County Hospital Craiova (2008)
menyatakan bahwa perforasi gaster lebih banyak diderita oleh laki – laki dibandingkan
perempuan,yaitu sebesar 6.5 : 1 dan 6,3 : 1. Menurut Department of The Emergency County
Hospital Craiova (2008), laki-laki lebih banyak menderita perforasi daripada wanita disebabkan
oleh tingginya frekuensi dari faktor-faktor resiko yang terdapat dalam penelitian ini, seperti
tingginya konsumsi alkohol, merokok, dan konsumsi NSAID. Didapatkan sebanyak 59.37% pasien
atau sebanyak 89.43% laki-laki yang memiliki riwayat pernah dan masih mengkonsumsi hal-hal
diatas. Didapatkan juga bahwa faktor penyakit terdahulu seperti dyspepsia dan maag lebih banyak
diderita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 16,17
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri seluruh perut yang dialami + 4 hari
SMRS. Sebelumnya pasien mengeluh nyeri ulu hati sejak 1 minggu SMRS kemudian nyeri tiba-
tiba menghebat dan menyebabar ke seluruh perut. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyetakan bahwa perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritonium yang mulai
di epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi lambung
dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi ini
tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di
daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim
pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal
![Page 2: Pemba Has An](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082821/563db787550346aa9a8be117/html5/thumbnails/2.jpg)
perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di
bahu menunjukkan rangsangan peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang,
ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.2,11 Dari
anamnesis pula diketahui pasein telah memiliki riwayat gastritis sejak 15 tahun yang lalu Hasil
pemeriksaan Patologi Anatomi menunjukkan ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
perforasi secara histopatologi terkait keluhan psien dengan riwayat penyakit gastritis, diantaranya:
radang kronis non spesifik, radang kronis granulomatous spesifik, ulkus peptikum kronis, H. pylori,
dan radang akut supuratif kronis. Radang kronis non spesifik memiliki peran utama dalam proses
terjadinya perforasi yang memiliki nilai sebesar 78,60% atau lebih dari setengah sampel yaitu
sebanyak 48 sedangkan H. pylori terdapat hanya di 10 sampel penelitian ini. Dalam banyak
kepustakaan kami didalam Current Surgical Diagnosis and Treatment (2010), Schwartz Manual
Surgery (2006) , dan dalam banyak journal dinyatakan bahwa seharusnya sebagian besar bahkan
dapat mencapai 90% pemeriksaan Patologi Anatomi didapati adanya H. pylori dalam kejadian
perforasi gaster non trauma15,18, perbedaan hal ini mungkin disebabkan oleh pemeriksaan jaringan
yang tidak adekuat. Namun, Schwartz (2006) juga menyatakan bahwa keberadaan H.pylori bukan
merupakan hal yang krusial dan harus ada pada saat sekarang ini karena bisa jadi dalam riwayat
pemeriksaan sebelumnya mungkin penderita sudah pernah ditatalaksana menyangkut eradikasi dari
H.pyori.18
Pada pemeriksaan fisik detitemukan nyeri tekan (+) di selururh lapangan perut , cembung,
bising usus (+) , tegang, dan defans muscular (+).
![Page 3: Pemba Has An](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082821/563db787550346aa9a8be117/html5/thumbnails/3.jpg)