pembahasan tpp blok 2 observasi

Upload: fauziah-nabila

Post on 29-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok2

TRANSCRIPT

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran.

Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien dapat menceritakan sakit atau keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah kepada dokter dan pasien sendiri.

Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien. Permasalahan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah

Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara dokter dan pasien ?1.3 Tujuan

1.3.1Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui cara komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien.1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan dokter dan pasien yang telah terjalin di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

2. Untuk mengetahui cara melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien demi tercapai pelayanan medis secara optimal.1.4 Manfaat

Melalui pelaksanaan TPP ini diharapkan memberikan manfaat :1. Menambah pengetahuan tentang komunikasi efektif antara dokter dan pasien sehingga pada saatnya menjadi seorang dokter mampu mengaplikasikannya dengan kehidupan nyata.2. Menambah pengalaman dan observasi lapangan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Komunikasi Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari manusia yang pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran. Johnson dan Jonshon (1997) mengatakan bahwa komunikasi merupakan usaha menimbulkan respon-respon melalui lambang-lambang verbal. Secara lebih luas, komunikasi diartikan sebagai bentuk tingkah laku seseorang, baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Konsep penting yang berhubungan dengan komunikasi adalah umpan balik.Apabila seorang berbicara dengan orang lain maka yang diharapkan adalah jawabannya sehingga dapat diketahui pikiran, perasaan dan kemudian melaksanakan apa yang dimaksud. Menurut Mulyana (2001) komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima, artinya informasi itu dapat dipahami oleh penerima, juga oleh orang itu sendiri.2.2 Dasar-dasar KomunikasiPada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan penerima. Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi yang tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi. Selanjutnya, definisi tersebut menjadi dasar model proses komunikasi yang berfokus pada pengirim pikiran-pikiran atau informasi (sender/source), saluran yang dipakai (channel) untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau informasi, dan penerima pikiran-pikiran atau informasi (receiver). Model tersebut juga akan mengilustrasikan adanya penghambat pikiran-pikiran atau informasi sampai ke penerima (noise), dan umpan balik (feedback) yang memfasilitasi kelancaran komunikasi itu sendiri. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)2.3 Definisi Orientasi KomunikasiOrientasi dapat diartikan sebagai peninjauan untuk menentukan kecenderungan pandangan atau sikap yang tepat dan benar (Tim Redaksi KBBI, 1991). Orientasi komunikasi secara harafiah merupakan suatu kecenderungan sikap dalam berkomunikasi antara dokter dengan pasiennya. Dalam hubungan dokter dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan secara bergantian. Suatu komunikasi yang berorientasi baik dan buruk erat kaitannya dengan komunikasi yang efektif (Ismawati, 2009). Orientasi yang baik dari komunikasi diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam sebuah interaksi dan dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif, sedangkan orientasi yang buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi tersebut. Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan baik pasien maupun dokter. Saat berkomunikasi, dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya begitupun pasien dapat percaya sepenuhnya kepada dokter. Keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien ditentukan oleh kemampuannya untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi pasien sesuai kehendaknya (Ismawati, 2009).Peningkatan keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien dapat dicapai dengan cara berlatih mengungkapkan maksud, menerima umpan balik tentang tingkah lakunya dan memodifikasi tingkah laku sampai pasien mempersepsikannya sebagaimana yang dimaksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah lakunya dalam diri pasien itu seperti yang diharapkan dokter. Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterima sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim (Supratiknya, 1995).Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi komunikasi adalah suatu kecenderungan sikap dalam menyampaikan informasi dari seseorang kepada orang lain, secara verbal maupun non verbal sehingga dapat menimbulkan pengertian bersama antara dokter dan pasien.2.4 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh pasien dan dokter. Bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)Menurut Kurtz (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Dalam membangun komunikasi efektif dokter dan pasien perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter dan pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter dan pasien yang lebih baik. Menurut Kurtz (dalam Konsil Kedokteran, 2006). Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya.Menurut Kurzt (dalam Konsil Kedokteran, 2006) menyatakan dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan : Disease centered communication style atau doctor centered communication style, komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala Illness centered communication style atau patient centered communication style, komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien dalam patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan antara dokter dan pasien, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu mendapatkan empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengarkan dan berbicara yang dapat dipelajari dan dilatih. Menurut Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut :1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitive capacity to understand patients needs).2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity to patients feelings).3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient). 2.5 Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter Pasien

2.5.1 Sikap Profesional Dokter

Menurut Silverman (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-self) dan mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain (dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. Contoh sikap dokter ketika menerima pasien yaitu :

Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.

Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.

Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).

Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).

Menilai suasana hati lawan bicara. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.

Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.

Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.

Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan keputusan.

Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.

Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

2.5.2 Sesi Pengumpulan Informasi

Di dalam komunikasi dokter dan pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran dokter. Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) dan digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

Kotak 1: Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by the doctor). Kotak 2: Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through closed question by the doctor).

Kotak 3: Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both).

Sesi penggalian informasi terdiri dari (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) :1. Menurut Silverman (1998) menggali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utama secara medis inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van Dalen (2005). Pasien harus menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner), sedangkan pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Dari hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis.2. Menurut Van Thiel (2000) penggalian riwayat penyakit dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban ya atau tidak. Inilah yang dimaksud dalam kotak kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease perspective). Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan keluhannya dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak melakukan komunikasi satu arah maupun rencana tindakan medis. 2.5.3 Sesi Penyampaian Informasi

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat menyampaikan kepada pasien dalam sesi memberikan penjelasan informasi. Tanpa informasi yang akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak beralasan. Secara ringkas ada 6 hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) yaitu:1. Materi Informasi apa yang disampaikan

a) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan).

b) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.

d) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

e) Diagnosis, jenis atau tipe.

f) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara).

g) Prognosis.

h) Dukungan (support) yang tersedia.2. Siapa yang diberi informasi

a) Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.

b) Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c) Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.

3. Berapa banyak atau sejauh mana

a) Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.b) Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.5. Di mana menyampaikannya

a) Di ruang praktik dokter.

b) Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c) Di ruang diskusi.

d) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya

a) Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.

b) Persiapan meliputi :

materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim).

ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon.

waktu yang cukup.

mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang).

c) Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.

d) Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

2.5.4 Langkah-langkah Komunikasi Efektif

Menurut Poernomo (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi efektif, yaitu SAJI (salam, ajak bicara, jelaskan, dan ingatkan)

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :1. SalamBeri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.

2. Ajak Bicara`Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

3. JelaskanBeri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

4. IngatkanPercakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.2.6 Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien2.6.1 Hak dan Kewajiban Dokter

Dalam Undang-undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dalam paragraf 6 berisi tentang Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi.

Adapun Hak Dokter dalam Pasal 50 yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.d. Menerima imbalan jasa.

Sedangkan Kewajiban Dokter dalam Pasal 51 adalah:

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau pengobatan.c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.2.6.2 Hak dan Kewajiban Pasien

Dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dlam paragraf 7 berisi tentang Hak dan Kewajiban Dokter.Adapun Hak Pasien dalam Pasal 52, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3).b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.d. Menolak tindakan medis.e. Mendapatkan isi rekam medis.

Kewajiban Pasien dalam Pasal 53, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Tempat PelaksanaanTugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter Pasien ini akan dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.3.1 Waktu Pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini akan dilaksanakan pada :Hari dan Tanggal : 22 Oktober 03 November 2012Jam

: 08.00 WIB s.d.selesai3.3 Subjek Tugas MandiriSubjek untuk tugas mandiri ini adalah dokter di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.3.4 Langkah KerjaLangkah kerja pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi :No.Langkah kerja Tanggal Pelaksanaan

1.Konsultasi pembimbing8 13 Oktober 2012

2.Pembuatan proposal dan panduan Observasi15 - 20 Oktober 2012

3.Meminta surat persetujuan dan pelaksanaan TPP kepada pembimbing15 20 Oktober 2012

4.Pelaksanaan TPP22 Oktober 2012 03 November 2012

5.Pembuatan laporan pelaksanaan TPP04 November2012

6Pleno TPP05-10 November 2012

3.5 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan, yaitu:1. Alat tulis2. Daftar panduan observasi 3. Kamera

BAB IVPENUTUPDemikian proposal Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika, Hukum, dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang ini kami buat dengan harapan agar Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika, Hukum, dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang ini dapat terlaksana dengan baik, semua berkat dukungan dari bapak/ibu. Atas perhatian dan kerjasama ibu, kami haturkan terima kasih.

Palembang, Oktober 2012

Menyetujui,

Nurindah Fitria, M.Psi. PsiDAFTAR PUSTAKA

Ismawati,wahyu.2009. http://etd.eprints.ums.ac.id/7436/2/F100030128.pdf, diunduh tanggal 10 Oktober 2012Johnson, D. W. & Johnson. F. P. 1997. Joining Together : Group Theory and Skill. Boston : Prentice Hall Interbational Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.Komunikasi Efektif Dokter Pasien .Jakarta:KKI

Kurtz, S., Silverman, J., Drapper, J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical PressMulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung:Rosda.Mulyohadi, M. A., Ieda, P.S.S, & Huzna, Z. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. http://inamc.or.id/download/Manual Komunikasi Efektif.pdf, di unduh tanggal 10 oktober 2012Supratiknya, A. 1995.Komunikasi Antar Pribadi. Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:KanisiusTim Redaksi KBBI. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. LAMPIRANPANDUAN OBSERVASI KOMUNIKASI DOKTER PASIENNama Dokter : YFNama Pasien : RRP & M

NOObjek PenilaianPenilaian

Sangat KurangKurangBaikSangat Baik

1Dokter menyilahkan masuk dan mengucapkan salam kepada pasien

2Dokter memanggil/menyapa pasien dengan namanya

3Dokter menciptakan suasana yang nyaman (bersikap ramah)

4Dokter memperkenalkan diri

5Dokter menjelaskan tugas/perannya

6Dokter menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang kepada pasien

7Dokter menggunakan kontak mata kepada pasien

8Dokter menggunakan pengucapan yang jelas kepada pasien

9Dokter menunjukan empati kepada pasien

10Dokter menanyakan keluhan pasien

11Dokter mendengarkan keluhan pasien

12Dokter tidak memotong pembicaraan pasien

13Dokter menjelaskan mengenai penyakit yang diderita oleh pasien

14Dokter melakukan informed consent

15Dokter menjelaskan ulang pesan-pesan penting kepada pasien

16Dokter melakukan negosiasi segala sesuatu berdasarkan kepentingan pasien

17Dokter mengucapkan terima kasih dan berdiri ketika pasien hendak pulang

Analisis :

Dokter YF memperkenalkan diri dengan ramah, dokter YF menanyakan nama pasien dan dokter pun menanyakan keluhan-keluhan pasien dengan lembut. Serta dokter YF mau mendengarkan keluhan tersebut dengan rasa empati terlihat dari kontak mata dan raut muka yang diberikan dokter tersebut terhadap pasien dan keluarga pasien. Dokter pun memberikan informed consent dengan jelas terhadap pasien dan kelurga pasien, beliau pun tidak lupa mengulangi pesan-pesan penting dengan nada penekanan disertai dengan nada yang lembut. Hal tersebut membuat si pasien merasa diperhatikan dan dilayani dengan baik. Tetapi terdapapat sedikit kekurangan dokter YF , beliau tidak menyilahkan dan menyapa pasien, beliau memanggil pasien dengan sebutan bapak atau ibu, bukan dengan nama si pasien.Refleksi :

Dalam proses obsesvasi ini saya merasa sedikit takut pada awalnya, tetapi dikarenakan sikap dokter yang ramah dan lembut semua itu membuat rasa takut saya pun hilang. Dari proses observasi tersebut saya dapat mengetahui nilai-nilai komunikasi dokter-pasien yang telah diterapkan oleh dokter yang berjaga di IGD. Ada beberapa aspek yang belum diterapkan dokter tersebut dan mengetahui bagaimana cara nya menerapkan aspek-aspek dari komunikasi dokter-pasien secara langsung sebagaimana yang selama ini saya dapatkan melalui teoritis.Catatan:

3. dokter bersikap sangat ramah dan hangat dengan pasien , berbicara dengan lembut sehingga pasien merasa nyaman dan tidak sungkan-sungkan untuk menyatakan keluhan-keluhannya.

1&2. Karena kami mendapatkan di IGD jadi dokter kurang menerapkan point ini, dikarena kan di IGD memerlukan penanganan dengan cepat.

5. dokter tidak sempat menjelaskan tugasnya di karena kan kondisi yang ada di lapangan (melakukan tindakkan dengan cepat)

Tempat IGD

FK UMP 2012Page 17