pembentukan tempat yang ekspresif terkait dengan persepsi

17
Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi Visual dan Kinestetik Thalfah Nael Amalina dan Paramita Atmodiwirjo Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok 16424,Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Ekspresi dalam arsitektur adalah pemikiran arsitek yang tertuang dalam perwujudan sebuah tempat yang terlihat dari pembentukan elemen-elemen ruang di dalamnya. Tempat yang ekspresif ini tidak hanya berkaitan dengan pengalaman ruang manusia namun juga persepsi manusia terhadap ruang, yang sebagian besar adalah persepsi visual dan kinestetik. Prinsip-prinsip pada teori persepsi visual Gestalt dan Ekologi dengan pergerakan manusia di dalam ruang menjadi acuan dalam pembentukan tempat yang ekspresif. Pengalaman ruang manusia di dalam tempat yang ekspresif harus memiliki alur dan narasi perjalanan antar ruang yang jelas. Saat itulah manusia mengerti akan makna tempat yang ekspresif tersebut. The Creation of Expressive Place Related to Visual and Kinesthesia Perception Abstract Expression in architecture is an architect's thought that is conveyed through the making of place, which is seen through the creation of spatial elements inside it. This expressive place is not only related to human's spatial experience, but also human's perception in a space, mostly visual and kinesthesia perception. The principles in Gestalt and Ecological theories of visual perception along with human movement in a space become references in the making of expressive place. Human's spatial experience in an expressive place should have natural, flow and clear narrative along the spaces. In this way, human can capture the meaning of the expressive place. Keyword: Expressive; Kinesthesia Perception; Place; Spatial Experience; Visual Perception. Pendahuluan Ekspresi merupakan sebuah ungkapan tentang suatu hal, benda, objek, perasaan, dan lain-lain. Sifat dari ekspresi tersebut adalah terlihat, terbuka (revealing), menunjukkan suatu keadaan atau kualitas dari objek yang secara langsung disampaikan ke pihak kedua. Kita mengenali ekspresi yang ada selama ini berkaitan dengan mimik muka, kata-kata, dan objek seni yang dibuat oleh seniman.

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi Visual dan Kinestetik

Thalfah Nael Amalina dan Paramita Atmodiwirjo

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok 16424,Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Ekspresi dalam arsitektur adalah pemikiran arsitek yang tertuang dalam perwujudan sebuah tempat yang terlihat dari pembentukan elemen-elemen ruang di dalamnya. Tempat yang ekspresif ini tidak hanya berkaitan dengan pengalaman ruang manusia namun juga persepsi manusia terhadap ruang, yang sebagian besar adalah persepsi visual dan kinestetik. Prinsip-prinsip pada teori persepsi visual Gestalt dan Ekologi dengan pergerakan manusia di dalam ruang menjadi acuan dalam pembentukan tempat yang ekspresif. Pengalaman ruang manusia di dalam tempat yang ekspresif harus memiliki alur dan narasi perjalanan antar ruang yang jelas. Saat itulah manusia mengerti akan makna tempat yang ekspresif tersebut.

The Creation of Expressive Place Related to Visual and Kinesthesia Perception

Abstract

Expression in architecture is an architect's thought that is conveyed through the making of place, which is seen through the creation of spatial elements inside it. This expressive place is not only related to human's spatial experience, but also human's perception in a space, mostly visual and kinesthesia perception. The principles in Gestalt and Ecological theories of visual perception along with human movement in a space become references in the making of expressive place. Human's spatial experience in an expressive place should have natural, flow and clear narrative along the spaces. In this way, human can capture the meaning of the expressive place. Keyword: Expressive; Kinesthesia Perception; Place; Spatial Experience; Visual Perception.

Pendahuluan

Ekspresi merupakan sebuah ungkapan tentang suatu hal, benda, objek, perasaan, dan

lain-lain. Sifat dari ekspresi tersebut adalah terlihat, terbuka (revealing), menunjukkan suatu

keadaan atau kualitas dari objek yang secara langsung disampaikan ke pihak kedua. Kita

mengenali ekspresi yang ada selama ini berkaitan dengan mimik muka, kata-kata, dan objek

seni yang dibuat oleh seniman.

Page 2: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Ekspresi sebuah tempat yang dirancang oleh arsitek dapat ditunjukkan dengan berbagai

elemen arsitektur di dalamnya (Mitias, 1984). Pengertian ekspresi disini adalah bagaimana

tempat tersebut mengesankan dan memorable bagi orang-orang yang berkunjung ke sana.

Kita dapat mengatakannya tempat itu memiliki makna di balik perancangannya. Pemaknaan

ruang-ruang itu sendiri dapat terasa pada kualitas ruang yang dihadirkan didalamnya. Kualitas

ruang tersebut dapat terlihat secara kasat mata oleh orang yang berada pada tempat itu. Saat

itu manusia akan mengalami persepsi visual terlebih dahulu dari elemen-elemen tersebut

kemudian berlanjut menuju persepsi indera lain.

Ekspresi dari tempat rancangan tersebut memang berpusat pada aspek visual yang ingin

dipelajari lebih dalam dengan mengacu kepada teori-teori yang ada di dalam arsitektur. Hal

ini dikarenakan persepsi visual merupakan awal mula pengalaman ruang seorang manusia

yang diawali dengan proses bagaimana manusia melihat sekelilingnya kemudian

mempersepsikannya. Tuan (1977) menambahkan bahwa persepsi kinestetik juga merupakan

salah satu persepsi yang mendukung manusia dalam mengalami pengalaman ruang.

Pada perancangan tempat ekspresif ini (expressive place) mengacu terhadap sejauh mana

ekspresi yang akan dituangkan pada tempat tersebut serta konsistensi dari ekspresi yang ada

untuk tetap menimbulkan impresi dan kualitas ruang yang seirama antara satu ruang dengan

ruang lain pada tempat yang akan arsitek rancang. Hal yang menarik untuk dibahas dalam

skripsi ini adalah menghubungkan ekspresi yang ada di dalam arsitektur dengan pengalaman

ruang dan persepsi manusia terhadap ruang terkait dengan pembentukan elemen-elemen ruang

yang ada pada suatu tempat. Kemudian ordering elemen-elemen ruang secara visual dan

kinestetik terhubung dengan prinsip-prinsip komposisi yang seperti apa dan bagaimana

sehingga dapat dikatakan ekspresif.

Pencitraan ekspresi sebuah tempat itu bergantung pada pernyataan kata-kata yang

disampaikan oleh arsitek yang merancang ataukah hal ini justru dibuktikan dengan komposisi

yang menunjukkan karakter ekspresi yang dituangkan arsitek sehingga tempat ini benar-benar

menjadi ekspresif. Inilah yang menjadi hal menarik untuk dibahas dalam skripsi ini sehingga

menimbulkan pertanyaan:

1. Bagaimana keterkaitan antara tempat yang ekspresif dengan pengalaman manusia

didalamnya?

2. Bagaimana pembentukan elemen ruang dari tempat yang ekspresif terkait dengan

persepsi visual dan kinestetik manusia?

Page 3: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Tinjauan Teoritis

Pembahasan dalam jurnal ini terbatas pada teori ekspresi yang terbentuk dalam ilmu

arsitektur dan bagaimana keterkaitannya dalam membentuk tempat yang ekspresif. Selain itu

elemen-elemen ruang pembentuk tempat yang ekspresif dikaitkan dengan teori tentang

pengalaman ruang dan persepsi ruang yang dialami manusia. Namun hanya dua persepsi

ruang yang dibahas dalam skripsi ini, yakni visual dan kinestetik. Adapun teori persepsi visual

yang digunakan sebagai referensi dalam mengolah pembahasan ini adalah teori persepsi

Gestalt dan teori persepsi Ekologi.

Metode Penelitian

Pada penulisan jurnal ini saya menggunakan berbagai literatur pendukung yang berkaitan

dengan ekspresi dan persepsi manusia terhadap ruang dengan fokus utama visual dan

kinestetik. Bermula dari latar belakang masalah yang ada hingga penemuan jawaban yang

dicari dengan melihat literatur pendukung dalam pembahasan topik yang terkait.

Hasil Penelitian

a. Ekspresi pada Reichstag Dome

Ekspresi secara literal di dalam Reichstag Dome adalah sifat transparansi yang ada

digunakan di dalam materialnya (keseluruhan terbuat dari kaca bening yang transparan)

Ekspresi secara metafor di dalam Reichstag Dome 'it has no secret' menjadi ungkapan

yang diekspresikan Foster dalam karyanya ini (Barnstone, 2005).

sketsa Norman Foster dalam merancang kubah Reichstag Sumber: (a)www.constructalia.com 20/05/2013 (b)www.building.co.uk 17/05/2013 (c) www.tectonicablog.com 20/05/2013

Page 4: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Tabel 1. Keterkaitan Persepsi Visual dan Kinestetik dengan Elemen-elemen Ruang Pada Reichstag Dome

PERSEPSI PRINSIP GAMBAR VISUAL

KONSISTENSI DAN DOMINASI

(sumber gambar: www.behance.vo.llnwd.net 20/05/2013 telah diolah kembali)

Cincin struktur singular yang berulang-ulang berkaitan dengan struktur kubah agar kokoh

(sumber gambar: www.rackcdn.com 17/05/2013 telah diolah kembali)

Kulit kaca penyusunan yang berulang, dan ukuran tiap kaca dari atas ke bawah yang berbeda ukuran

(Sumber gambar: www.qw3ub.files.wordpress.com 20/05/2013 telah diolah

kembali) Penysusunan kulit kaca yang menjorok ke luar, sebagai alur sirkulasi udara agar masuk ke dalam ruangan

(Sumber gambar: www.qw3ub.files.wordpress.com dan www.constructalia.com

20/05/2013 telah diolah kembali) Penyusunan cone yang sama seperti kulit kaca

Page 5: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

(Sumber gambar: www.users.compaqnet.be (gambar besar)

www.pqw3ub.files.wordpress.com (gambar kecil) 17/05/2013 telah diolah kembali) cone yang berfungsi sebagai pantulan cahaya matahari agar masuk ke dalam ruang parlemen yang berada dibawah ruang kubah.

(Sumber gambar: www.constructalia.com 17/05/2013 telah diolah kembali)

Kaca pembatas ruang Kubah dengan ruang parlemen memiliki penyusunan geometri yang berulang

VISUAL

KESATUAN

(Sumber gambar: www.behance.vo.llnwd.net 17/05/2013 telah diolah kembali)

Pergerakan elemen yang terpisah membuat pergerakan tidak sama, tetapi kita bersatu pergerakannya menjadi sama

VISUAL

PENGENALAN OBJEK

(Sumber gambar: www.constructalia.com 17/05/2013telah diolah kembali)

Bentuk singular yang membuat orang bergerak mengelilinginya

Page 6: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

VISUAL

UKURAN MANUSIA DI DALAMNYA

(Sumber gambar:www.galinsky.com 17/05/2013 telah diolah kembali)

Manusia terlihat sangat kecil ketika berada di dalam Reichstag KINESTETIK

(Sumber gambar : www.paradoxberlin.com 21/06/2013 telah diolah kembali)

(Sumber gambar: Barnstone, 2005)

Alur pergerakan manusia dari luar menuju ke dalam ruang kubah, serta pergerakan yang ada didalamnya terlihat mengikuti bentuk kubah yang singular.

(Sumber gambar: www.constructalia.com 20/05/2013 telah diolah kembali)

Optical array yang terjadi ketika bergerak mendekati Reichstag Dome, semakin dekat maka terlihat detil penyusunan kulit kaca.

Page 7: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

(Sumber gambar: (1) www.farm1.staticflickr.com

(2) www.travelsofadam.com 20/05/2013 telah diolah kembali) Pergerakan mengelilingi Reichstag Dome dengan menggunakan ramp yang memutar dan menuju ke posisi paling atas kubah. Adanya kualitas tinggi-rendah ketika manusia berada di posisi-posisi tertentu pada ramp.

b. Ekspresi pada Holocaust History Museum

Ekspresi pada tempat ini adalah ekspresi perjalanan suram dan menegangkan yang

tercipta dari pembentukan elemen-elemen ruang di dalamnya serta ekspresi metafor yang

terkait dengan peristiwa Holocaust yang terjadi ketika Nazi berjaya.

Sketsa konsep Moshef Safdie

Sumber: Murphy (2009)

Page 8: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Tabel 2. Keterkaitan Persepsi Visual dan Kinestetik dengan Elemen-elemen Ruang Pada Museum Sejarah Holocaust

PERSEPSI PRINSIP GAMBAR VISUAL

KONSISTENSI DAN DOMINASI

(Sumber gambar: www.arcspace.com 18/05/2013 telah diolah kembali)

Terowongan yang didominasi oleh geometri segitiga, dengan mengalami penyempitan ukuran di tengah-tengah terowongan.

(Sumber gambar: www.archdaily.com 18/05/2013 telah diolah kembali)

Bentuk skylight yang juga segitiga-menyebabkan pencahayaan yang masuk sedikit di dalam ruangan. kesan gelap dan suram menjadi terasa selama berada di dalamnya.

(Sumber gambar: Murphy ,2009 telah diolah kembali)

Bentuk persegi panjang pada bukaan di tiap ruang display sejarah

(Sumber gambar: Murphy ,2009 telah diolah kembali)

Bentuk singular yang mendominasi di satu ruang yang disebut Hall of Name

Page 9: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

VISUAL

KESATUAN

(Sumber gambar: ilustrasi pribadi)

Adanya kontinuitas pada bentuk segitiga yang mendominasi Holocaust History Museum

VISUAL

PENGENALAN OBJEK

(Sumber gambar: : www. archdaily.com 18/05/2013 telah diolah kembali)

Intervensi display sejarah yang ditempatkan pada tiap path yang dilalui pengunjung.

VISUAL

UKURAN MANUSIA DI DALAMNYA

(Sumber gambar: www.archdaily.com 18/05/2013 telah diolah kembali)

Manusia terlihat kecil didalam terowongan, namun di dalam ruang-ruang display sejarah, ukuannya sesuai dengan tubuh manusia.

(Sumber gambar: Murphy, 2009 telah diolah kembali)

Alur pergerakan manusia di dalam Holocaust History Museum, kesemuanya menuju ujung terowongan

Page 10: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

KINESTETIK

(Sumber gambar: www.archdaily.com 18/05/2013 telah diolah kembali)

Kualitas yang dirasakan manusia ketika berada di atas bidang yang mana lebih terang, sedangkan di bawah lebih gelap.

c. Kesimpulan dari Ekspresi yang Ada Pada Dua Karya Arsitektur

Pada kedua karya arsitektur diatas terdapat hal-hal yang menjadi acuan dalam merancang

tempat ekspresif terkait dengan persepsi visual dan kinestetik:

1. Ekspresi yang dituangkan dengan pembentukan form keseluruhan pada tempat.

2. Ekspresi yang dituangkan dengan pemakaian material bangunan.

3. Ekspresi yang dituangkan dengan kualitas ruang yang hendak dimasukkan ke dalam

tempat tersebut.

4. Ekspresi yang dituangkan dengan narasi perjalanan yang arsitek ciptakan agar manusia

mengikutinya dalam mengalami pengalaman ruang.

Intinya adalah tempat yang ekspresif ini akan memiliki impresi yang kuat dari

pembentukan elemen-elemen ruang dengan konsistensi ekspresi yang ada dalam ruang-

ruangnya.

Diskusi

a. Ekspresi dalam Arsitektur

Mitias (1984) meyakini ada dua pengekspresian terkait dengan karya arsitektur, yakni

literal dan metafor. Ekspresi secara literal ditunjukkan oleh arsitek pada elemen-elemen ruang

Page 11: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

di dalam tempat yang ia rancang. Sedangkan ekspresi secara metafor merupakan keterkaitan

antara elemen-elemen ruang pada bangunan dengan representasi suatu kejadian (event) yang

ada pada suatu komunitas. Setelah itu kita dapat mencari meaning yang ada pada tempat

tersebut dari ekspresi yang ada di dalamnya (Mitias 1984).

Pemaknaan (meaning) pada bangunan itu berkaitan dengan properti estetik. Properti

estetik yang dalam hal ini adalah elemen-elemen ruang pada sebuah bangunan terkait dengan

komposisi pembentukannya, ritme spasial, dan keseimbangan (Scruton, 1979). Porter (2004)

menyatakan bahwa ekspresi dianggap sebagai bahasa perancangan dalam arsitektur yang

memiliki keterkaitan dengan pembentukan tempat dari elemen-elemen ruang yang

membentuknya. Scruton (1979) berpendapat bahwa ekspresi itu dapat juga merupakan sebuah

representasi pemikiran yang terkandung dalam sebuah bangunan. Pemikiran itu terlihat dari

elemen-elemen ruang pembentuknya dan menciptakan suatu karakteristik yang khas pada

bangunan tersebut. Karakteristik dari ekspresi yang terlihat dari elemen-elemen ruang inilah

yang menjadikan bangunan yang dibentuknya menjadi bersifat ekspresif.

b. Pembentukan Ekspresi Pada Tempat

Apabila di dalam sebuah tempat terdapat pola-pola aksi (patterns of action) yang terkait

dengan gerak tubuh manusia didalamnya, maka tempat yang ekspresif ini akan memberikan

pola-pola aksi yang menjadi narasi perjalanan manusia di dalamnya dalam memahami

ekspresi yang tersampaikan di tempat tersebut. Ini artinya ekspresif tidaknya suatu tempat

bergantung pada penilaian manusia ketika dia merasakan ruang-ruang yang ada pada tempat

tersebut.

Narasi perjalanan ini hanya dapat dipelajari manusia dengan mengalami pengalaman

ruang. Tuan (1977) berpendapat bahwa ruang hanya dapat dipahami dengan mengalami suatu

pengalaman ruang untuk mengenali bagaimana karakteristik dari tempat tersebut yang

sebelumnya asing menjadi familiar. Pengalaman ruang manusia ini tidak terlepas dari persepsi

manusia terhadap ruang dimana ia berada.

c. Persepsi Ruang Pada Tempat yang Ekspresif

Tuan (1977) berpendapat bahwa pengetahuan akan ruang (awareness of space) didapat

manusia dengan bergerak ke berbagai titik pada suatu tempat yang hendak ia persepsikan.

Adanya pergerakan yang sengaja dilakukan dan persepsi ruang (baik visual dan sentuh) yang

dialami oleh individu di dalam sebuah tempat, memberikan perasaan familiar terhadap objek-

objek asing di tiap ruang (Tuan, 1977). Oleh karenanya, persepsi visual, sentuh dan kinestetik

ini memberikan kontribusi yang besar terhadap penilaian manusia terhadap ruang yang

Page 12: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

memiliki kualitas tertentu sehingga timbul impresi yang kuat pada tempat itu. Pembahasan

dalam jurnal ini hanya akan terfokus pada persepsi visual dan kinestetik. Adapun persepsi

taktil memiliki keterbatasan yang terletak pada jarak objek yang dipersepsikan.

d. Persepsi Visual

Awal mula pengalaman manusia diawali dengan persepsi visual yang memiliki respon cepat

terhadap stimulus (Malnar and Vodvarka, 2004). Penilaian kualitas suatu objek bermula dari

apa yang mata lihat. Adapun persepsi visual yang terkait dengan arsitektur adalah persepsi

teori Gestalt dan persepsi teori Ekologi. Persepsi teori Gestalt mengusung konsep Pragnanz

yang memiliki 6 prinsip utama, yakni: similarity, proximity, common fate, continuity, closure,

dan figure-ground (Rooks and Wilson, 2000).

Tabel 3. Enam Prinsip Pada Teori Persepsi Gestalt

kesamaan grup melalui berbagai karakteristik seperti shape, warna, ukuran, tekstur,

sehingga mereka dapat dikatakan satu kesatuan.

Jarak yang memisahkan antar bentuk yang cenderung dekat membentuk satu grup.

Merupakan perpaduan dari prinsip kedekatan (proximity) dan kesamaan (similarity) yang

mana keseluruhan grup disusun berdasarkan jarak kedeketan dan kesamaannya secara

bersamaan

Melihat adanya kontinuitas dari suatu bentuk sehingga dia tidak terputus ditengah-

tengah, namun justru keseluruhan yang ada pada bentuk dapat terlihat dari konsistensi

keberlanjutan bentuk tersebut

kecendrungan untuk mematahkan konsistensi bentuk yang ada sehingga akan ada efek

dimana ada suatu bentuk yang hilang

hubungan figure-ground inilah yang dapat mempersepsikan mana dalam dan luar

(inside-outside), termasuk dan tidak termasuk (include-exclude).

(Sumber Gambar: www.psychology.about.com 07/05/2013 telah diolah kembali)

Pada teori persepsi Ekologi, kualitas objek yang dipersepsikan memiliki 3 aspek yang

menjadi acuan dalam penilaian objek tersebut: (Gibson, 1986)

Page 13: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Tabel 4. Tiga Hal yang Berkaitan Erat dengan Persepsi Ekologi Perantara (medium) daya penggerak (locomotion) dari satu tempat ke tempat lain dengan leluasa.

Perantara ini memiliki 3 karakteristik yakni cair, padat dan gas. Persepsi

visual pada sebuah ruang di suatu tempat yang manusia alami terkait dengan

karakteristik padat dan gas.

Kandungan / substansi

(substance)

Substansi dalam lingkungan dapat dibedakan dari komposisi kimianya.

Manusia ketika mengalami persepsi visual terkait dengan substansi pada

suatu objek, kemudian ia akan menilainya berdasarkan surface-nya.

Permukaan (surface) bagian terluar dari objek yang dapat dilihat manusia dan memiliki komposisi

yang membentuk objek (layout), warna dan tekstur.

Ketiga aspek ini memiliki kaitan dengan penilaian objek yang dipersepsikan manusia

melalui karakteristik yang dimilikinya. Sifat objek secara fisik akan terlihat dan kemudian

manusia memberikan perlakuan (reaksi) terhadapnya. Hal inilah yang menjadi alasan

mengapa manusia dapat mengalami perasaan familiar terhadap lingkungan di sekitarnya.

Pembentukan ekspresi dalam sebuah tempat merujuk pada prinsip gabungan yang ada

pada teori persepsi Gestalt dan Ekologi adalah sebagai berikut (Jules, 1984, p. 83)

Tabel 5. Prinsip Gabungan dari Teori Persepsi Gestalt dan Ekologi Terkait dengan

Pembentukan Elemen Ruang dalam Arsitektur Persepsi Teori Gestalt Persepsi Teori Ekologi

Konsistensi dan Dominasi pemerataan pada bentuk-

bentuk yang digunakan

sebagai geometri elemen-

elemen ruang secara dominan.

bagaimana interpretasi bentuk (form) itu

terhadap lingkungan dan aspek-aspek yang

berkaitan dengan kegunaan (use) dari

bentuk itu. Kesatuan (unity) prinsip-prinsip 'pragnanz' dan

'isomorphism'

perbedaan dalam hubungan antar objek

(things) dalam tempat memiliki kerelatifan

yang bergantung pada kebutuhan

pengamat dan keinginannya (intention) di

dalamnya.

Pengenalan Objek (Object

Recognition)

penyusunan bentuk secara

visual yang paling banyak

dibahas adalah hubungan

figure-ground

manusia sudah terlebih dahulu memiliki

perasaan familiar terhadap suatu objek.

Kaitan dengan Ukuran

Manusia di dalamnya (Man

is The Measure)

adanya pemusatan pada

konsep ego yang berkaitan

dengan posisi tengah dalam

komposisi ruang didalamnya

sehingga manusia ikut

mengikutinya.

semua bentuk itu dikomposisikan

ukurannya sesuai dengan kegunaannya

sehingga manusia tidak perlu lagi

melakukan penyesuaian diri dengan objek

itu.

Page 14: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

e. Persepsi Kinestetik

Persepsi Kinestetik merupakan persepsi manusia terhadap ruang yang dirasakan dari

pergerakan otot-otot pada tubuh manusia, seperti pergerakan yang memfokuskan otot mata,

otot tangan, otot kaki. Pada persepsi ini kita dapat mengetahui jarak posisi manusia dari objek

seberapa jauh, bagaimana komposisi material terlihat, dan seberapa jauh sudah mengitari

suatu tempat (Malnar and Vodvarka, 2004). Gibson (1986) merumuskan, "we must perceive

in order to move, but we must also move in order to perceive" (p. 223). Artinya, pembelajaran

mengenai pengalaman ruang yang dialami manusia dapat memperoleh informasi yang

lengkap dengan mempersepsikan ruang lebih dahulu kemudian kita dapat melanjutkan

pergerakan selanjutnya dan begitupun sebaliknya.

Sebagaimana Hall (1966) beranggapan bahwa persepsi manusia terhadap ruang itu

dinamis tergantung pada aksi yang mereka lakukan didalamnya. Kemudian dia menambahkan

bahwa manusia hanya dapat mengalami persepsi kinestetik dari surface yang ada dan

melingkupi keseluruhan bentuk bangunan dan menjelaskan bagaimana pengalaman ruang

yang terkait di dalamnya.

Tujuan dari persepi kinestetik menurut Malnar dan Vodvarka (2004) adalah membuat

manusia sadar bagaimana kualitas ruang yang tercipta dari tempat ia sedang berada. Impresi

yang tersampaikan dari sebuah kualitas ruang akan terasa oleh manusia yang bergerak aktif di

dalamnya sehingga nanti akan terkait bagaimana manusia bereaksi dan melakukan aksi

(action) apa terhadapnya.

f. Tempat yang Ekspresif Berdasarkan Persepsi Visual dan Kinestetik

Pembentukan tempat yang ekspresif harus menunjukkan karakter ekspresi secara

konsisten pada elemen-elemen arsitektur yang membentuknya, sehingga konektivitas antar

ruang tetap terjaga. Komposisi elemen-elemen secara visual harus suatu ekspresi yang

menyeluruh pada tiap ruang-ruangnya. Prinsip-prinsip pada konsep Pragnanz pada teori

persepsi Gestalt dapat menjadi acuan dalam penyusunan elemen-elemen ruang dalam

membentuk tempat yang ekspresif. Prinsip-prinsip teori persepsi Gestalt yang dipakai dalam

ilmu arsitektur, seperti prinsip kesamaan (similarity), kedekatan jarak (proximity), common

fate, dan figure-ground. Prinsip tersebut kemudian dikombinasikan dengan tiga aspek pada

teori persepsi Ekologi yang menjadi acuan dalam menilai kualitas suatu objek. Persepsi

manusia yang tersampaikan melalui mata secara langsung terstimulasi dari apa yang

dirasakannya terhadap lingkungannya melalui proses learning dan akulturasi. Pembentukan

Page 15: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

ekspresi pada sebuah tempat yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang ada pada teori

persepsi Gestalt dan Ekologi ke dalam elemen-elemen ruang pembentuknya didasarkan pada

empat hal, yakni konsistensi dan dominasi, kesatuan, pengenalan objek, dan terakhir ukuran

manusia didalamnya.

Pembentukan tempat yang ekspresif terkait dengan persepsi kinestetik adalah ketika

manusia berada di dalam tempat itu ia mengitari (wander) tempat tersebut, mencari tahu

meaning dari tempat tersebut untuk dapat mengetahui ekspresi dari arsitek yang terpancarkan

melalui elemen-elemen ruang yang terbentuk dalam tempat tersebut. Kekuatan makna pada

tempat yang ekspresif dapat dirasakan ketika manusia merasakannya dengan mengalami

persepsi visual dan kinestetik yang terpicu dari pembentukan elemen ruang yang mengacu

pada prinsip-prinsip yang ada pada teori persepsi Gestalt dan Ekologi sehingga mengesankan

apa yang individu rasakan pada tempat tersebut.

Kesimpulan

Ekspresi merupakan pemikiran yang dituangkan arsitek dalam mewujudkan suatu tempat

yang memiliki kualitas estetik yang baik dengan adanya karakter yang terlihat dalam

pembentukan elemen-elemen ruangnya. Ekspresi yang ada memiliki konektivitas antar ruang

yang memiliki kesatuan utuh dan hanya dapat dirasakan oleh manusia dengan mengalami

pengalaman ruang dan persepsi ruang, dalam hal ini visual dan kinestetik.

Persepsi visual terkait dengan penilaian awal manusia terhadap penyusunan elemen-

elemen ruang dalam sebuah tempat. Penilaian akan ekspresi yang terlihat pada elemen-elemen

ruang pembentuk tempat yang ekspresif tersebut berkaitan dengan teori persepsi Gestalt dan

Ekologi.

Pada prinsip-prinsip Pragnanz yang diusung oleh Gestaltist menjadikan ekspresi pada

suatu tempat itu memiliki kecendrungan geometri yang similar dan kontinyu. Impresi visual

yang kuat itulah hanya dapat dirasakan dari konsistensi elemen-elemen ruang yang disusun

berdasarkan prinsip similaritas dan kontinuitas yang ada pada Gestalt. Teori persepsi visual

Ekologi melengkapi relevansi yang terkait dengan penyusunan elemen-elemen ruang tersebut

dengan adanya pembagian karakter dari lingkungan fisik manusia, yakni perantara,

permukaan dan kandungan. Hal-hal itu membantu arsitek menentukan kualitas ruang yang

ingin disampaikan melalui penyusunan elemen-elemen ruang secara visual menggunakan

material seperti apa dan bagaimana agar mendukung ekspresi yang akan tertuang dalam

tempat itu.

Page 16: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Selain itu, adanya optical array yang menentukan penerjemahan kualitas penyusunan

elemen-elemen ruang yang membentuk tempat yang ekspresif terkait dengan posisi dimana

manusia melihat suatu objek. Perbedaan posisi manusia ini juga terkait dengan persepsi

kinestetik.

Persepsi visual sangat terkait dengan persepsi kinestetik karena adanya perubahan posisi

akan menimbulkan impresi yang berbeda-beda dalam melihat objek yang dilihat. Hal ini

disebabkan adanya pengetahuan jarak dan waktu tempuh (manusia untuk bergerak) yang

manusia dapatkan ketika dia mengalami kedua persepsi itu secara bersamaan. Setiap objek

dalam ruang sangat terkait dengan pola aksi yang manusia lakukan di dalamnya. Ini berlaku

terhadap penyusunan elemen-elemen ruang di dalam tempat yang ekspresif. Setiap ruang

dalam tempat memiliki penyusunan elemen-elemen yang mengaitkannya dengan gerak

manusia di dalamnya. Adapun keterkaitan antara tempat yang ekspresif dengan pergerakan

manusia didalamnya memiliki suatu kekhususan yang sesuai dengan ekspresi yang tertuang

didalamnya. Seperti pada Reichstag Dome, pengunjung dapat melihat keseluruhan

pemandangan kota Berlin dari dalam ruang (ekspresi transparansi) dengan berjalan di atas

ramp yang mengelilingi kubah. Lalu, pengunjung yang datang ke museum sejarah Holocaust

diajak untuk menjelajahi setiap ruang yang memiliki narasi sejarah terkait ekspresi memori

yang suram di masa lalu yang dihadirkan melalui path yang diarahkan menuju display cerita

Holocaust dan terowongan yang panjang dan gelap. Adanya elemen-elemen ruang gerak

seperti ramp dan path ini menjadikan manusia di dalamnya mengikuti alur yang sengaja

diarahkan arsitek menuju ruang-ruang tertentu di dalam tempat itu karena dengan begitu

pengunjung aktif bergerak mencari meaning yang ada dalam ekspresi yang tertuang dalam

tempat itu. Gerak manusia di dalam tempat yang ekspresif dimaksudkan memiliki alur yang

flow dan tanpa dipaksakan.

Ekspresi yang tertuang di dalam tempat itu dengan begitu menjadikan manusia dapat

mengalami pengalaman ruang yang flow. Meaning yang ada pada tempat itu terjalin dari

konsistensi ekspresi pada pembentukan ruang dengan yang tetuang di dalamnya. Pengalaman

ruang itu tidak terlepas dari pembelajaran (learning) manusia di dalamnya untuk mengenali

lebih jauh meaning yang terkandung dalam ekspresi pada tempat tersebut. Perbedaan tempat

yang ekspresif dengan tempat yang biasa dikunjungi manusia sehari-hari adalah impresi yang

kuat pada tempat yang ekspresif tersebut. Impresi kuat tersebut menjadikan tempat tersebut

memorable dan memiliki meaning yang terkait dengan latar belakang mengapa tempat itu

memiliki ekspresi yang sengaja dituangkan oleh arsitek yang merancangnya.

Page 17: Pembentukan Tempat yang Ekspresif Terkait dengan Persepsi

Kepustakaan Buku:

Barnstone, Deborah A. (2005). The Transparent State: Architecture and politics in postwar Germany. New

York: Routledge.

Gibson, James J. (1986). The Ecological Approach of Visual Perception. New York: Taylor and Francis Group.

Hall, Edward T. (1966). Hidden Dimension. USA: Doubleday & Company, Inc.

Jules, Frederick A. (1984). A Comparison of the Application to Architecture of the Ecological and Gestalt

Approaches to Visual Perception.

Malnar, Joy M. and Vodvarka, Frank. (2004). Sensory Design. Minneapolis: University of Minnesota Press.

Mitias, Michael H. (ed) (1984). Philosophy and architecture. Amsterdam: Editions Rodopi B.V.

Murphy, Diana. (Ed) (2009). Moshe Safdie Two. Victoria:Images Publishing Group.

Porter, Tom (2004). ARCHISPEAK: An illustrated guide to architectural terms. London: Spon Press.

Rasmussen, Steen E. (1959). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.

Rookes, Paul and Willson, Jane. (2000). Perception: Theory, Development and Organisation. London:

Routledge

Scruton, Roger. (1979). The Aesthetics of Architecture. London: Methuen & Co Ltd.

Tuan, Yi F. (1977). Space ad Place. London: University of Minnesota Press.

Diskusi online:

Holocaust Museum History: Moshe Safdie. (1 Agustus 2005). Diakses 19 Mei 2013 dari: Arcspace:

http://www.arcspace.com/features/moshe-safdie-/holocaust-history-museum/