pembuatan sponge iron dari pellet bijih besi dalam rotary kiln di lampung selatan
TRANSCRIPT
Nama : Juan Carlos Sihotang
NPM : 1206237914
PEMBUATAN SPONGE IRON DARI PELLET BIJIH BESI DALAM ROTARY
KILN DI LAMPUNG SELATAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (Unit Kerja)
UPT.BalaiPengolahan Mineral Lampung – LIPI
JL.Ir.Sutami KM.15 TanjungBintang Lampung Selatan
1. Pendahuluan
Bahan baku awal dalam pembuatan besi dan baja adalah biji besi (iron ore). Biji besi yang didapatkan
dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe2O3), magnetite
(Fe3O4), limonite (Fe2O3), atau siderite (Fe2CO3). Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan
besi baja, besi yang dikandung dalam bijih besi harus dipisahkan dari oksigen dan pengotor yang
mengikatnya. Proses penghilangan oksigen dan pengotor bijih besi disebut proses reduksi bijih besi.
Proses reduksi bijih besi secara umum terbagi atas dua metode yaitu reduksi langsung (direct
reduction) dan reduksi tidak langsung (indirect reduction).
Proses reduksi bijih besi secara tidak langsung dilakukan dalam blast furnace dengan reduktor berupa
kokas, batu bara atau char dengan temperatur di atas titik lebur besi dengan produk berupa lelehan
logam Fe yang selanjutnya diumpankan kedalam BOF (Basic Oxygen Furnace) dan sebagian kecil
akan dicetak menjadi pig iron. Proses reduksi ini kurang efektif karena belum mampu mengolah bijih
besi dengan kandungan besi (Fe) di bawah 60 %, di samping itu membutuhkan konstruksi alat yang
cukup rumit dan keterbatasan arang kayu sebagai reduktor serta efesiensi bahan bakar/reduktor yang
masih rendah ± 1,1 ton arang kayu/ton pig iron.
Sedangkan proses reduksi langsung merupakan proses pemisahan Fe dari oksigen dengan reduktor
berupa padatan seperti batu bara atau gas alam (CH4). Proses reduksi langsung dilakukan di bawah
titik lebur dalam tungku reduksi sehingga produk yang dihasilkan dalam bentuk padatan (besi spons).
Proses reduksi ini lebih efisien karena sudah mampu mengolah langsung bijih besi dengan kandungan
besi (Fe) di bawah 60%.
Salah satu proses reduksi langsung yaitu dengan menggunakan rotary kiln. Rotary kiln merupakan
tungku putar yang digunakan untuk kalsinasi, di mana suhu operasinya berkis arantara 700OC –
1000OC. Rotary kiln dipilih karena dapat digunakan untuk proses kontinyu. Karakteristik bahan baku
merupakan hal yang sangat sensitif dalam pembuatan sponge iron. Karakteristik kimia dan fisik
merupakan faktor yang penting pada rotary kiln.
Bahan baku bijih besi pada pabrik rotary kiln cukup fleksibel, bisa berupa iron ore pellet, lump ore,
atau pasir besi. Kandungan Fe minimum 53% dan kandungan gangue maksimum 5%. Batu kapur
digunakan sebagai bahan aditif pada proses reduksi bijih besi di rotary kiln yang berfungsi sebagai
penyerap belerang dari campuran bahan baku selama proses reduksi. Bahan ini dicampur terlebih
dahulu sebelum dimasukkan kedalam rotary kiln.
Reduktor yang digunakan pada proses rotary kiln adalah batu bara, mulai dari jenis antrasit sampai
lignite. Tiap jenis batu bara memerlukan adaptasi operasi rotary kiln terutama dalam hal rasio antara
bijih besi dan jumlah reduktor yang dibutuhkan. Untuk penggunaa batu bara dengan kandungan kalori
rendah, diperlukan tambahanbahan bakar seperti gas alam atau bahan bakar cair, untuk menjaga profil
temperatur yang dibutuhkan dalam proses. Berdasarkan data tersebut maka banyak batubara Indonesia
memenuhi persyaratan sebagai bahan pereduksi.
Reaksi yang terjadi di rotary kiln:
Boudard reaction:
C + CO2 2 CO (regenerasi)...........................................(1)
Proses reduksi:
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2 (reduksi ).............................(2)
2. Pembuatan Sponge Iron Dari Pellet Bijih Besi Dalam Rotary Kiln Di Lampung Selatan
Ketersediaan sumberdaya mineral yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai negara yang
berpotensi signifikan dalam pengembangan dan pengolahan material. Indonesia memiliki bahan baku
yang berlimpah berupa bijih besi dan material pendukung lainnya. Tetapi keterbatasan penerapan
teknologi menyebabkan ketergantungan Indonesia pada impor sponge iron dan besi kasar (pig iron)
sebagai bahan baku industri logam masih tinggi. Proses reduksi pellet bijih besi dalam tungku diam
dan tungku putar (rotary kiln) telah dilakukan dengan cukup memuaskan. Pada penelitian yang
didanai Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI-Ristek Tahun 2011 telah dihasilkan sponge
iron dengan metalisasi mencapai 96% pada tungku diam dan 80% pada tungku putar (Rotary kiln).
Upaya untuk meningkatkan derajat metalisasi pellet bijih besi hingga min. 90% dalam proses reduksi
di rotary kiln dengan proses kontinyu akan dilanjutkan pada kegiatan PKPP Tahun 2012. Pada
unit rotary kiln variabel operasi penting yang harus diperhatikan dan diamati untuk memperoleh
kualitas sponge iron yang dikehendaki meliputi komposisi umpan pellet bijih besi, ukuran umpan,
laju alir umpan, profil temperatur operasi, kecepatan putar rotary kiln, sudut kemiringan kiln, waktu
tinggal, bahan bakar laju alir dan temperatur udara untuk burner dan komposisi produksponge iron.
Provinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi cadangan bijih
besi lokal yang menguntungkan dan memenuhi syarat untuk diolah. Dalam kegiatan ini, akan
dilakukan pengembangan dan pengolahan bijih besi menjadi sponge iron. Pellet bijih besi direduksi
dalam unit Rotary kiln dengan kapasitas 200 kg/jam yang akan dioperasikan secara kontinyu. Data-
data hasil penelitian pada Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI-Ristek Tahun 2011 akan
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan dan peningkatan produksi sponge iron. Proses
reduksi pellet bijih besi dilaksanakan pada temperatur 950 – 1100 oC dalam rotary
kiln menggunakan pulverized burner hasil rekayasa UPT. Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI
(UPT BPML LIPI) yang telah dipatenkan dan ditetapkan sebagai salah satu hasil Inovator pada Tahun
2010 berbahan bakar batu bara lokal dan sumber energi lainnya berbasis biomassa. Target
kualitas sponge iron komersial yang diharapkan memiliki kadar Fe metal ≥ 78% dan derajat
metalisasi ≥ 90%.
Unit Rotary kiln yang akan digunakan untuk mereduksi bijih besi memiliki dengan spesifikasi panjang
10 m dan diameter dalam 54 cm. Keberhasilan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan banyak
manfaat dan keuntungan bagi pembangunan Indonesia diantaranya menggali dan mengolah potensi
lokal berupa bijih besi dan batubara, meningkatkan penggunaan bahan bakar lokal (batu bara lokal
dan sumber energi lainnya berbasis biomassa), meningkatkan partisipasi pihak industri dalam
berinvestasi, dan pada gilirannya berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Referensi
http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2013/PIRS%202012%20-%20file-MT-TeX_16.pdf
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/259