pemicuan

Upload: rakunn92

Post on 09-Mar-2016

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas internsip

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN PEMICUAN DALAM RANGKA MENCAPAI KONDISI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN/OPEN DEFECATION FREE DI DESA RIMBA UKUR KECAMATAN SEKAYU

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPenyakit berbasis lingkungan khususnya yang berkaitan dengan air (related- water borne diseases) seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), diare, kecacingan dan polio, masih mendominasi prevalensi penyakit di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah belum diterapkannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); masyarakat masih berperilaku buruk dan tidak sehat seperti buang air besar sembarangan (BABS/open defecation) antara lain di kebun, sungai, dan lokasi sejenisnya. Data Susenas, 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga tidak menggunakan fasilitas BAB adalah 24,8% dan 58,9% punya sendiri, sisanya menggunakan fasilitas bersama dan atau fasilitas jamban umum. Hasil pembangunan sanitasi hingga lima tahun lalu menunjukkan bahwa penghentian perilaku buang air besar bukanlah merupakan pekerjaan mudah.Proporsi penduduk BABS tidak menunjukkan penurunan yang berarti. Sampai kemudian pada tahun 2005, melalui fasilitasi proyek Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Plan (WASPOLA), Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) mendapat kesempatan melakukan kunjungan kerja ke Bangladesh untuk mempelajari sebuah pendekatan baru yang dikenal sebagai pendekatan Community-Led Total Sanitation (CLTS). CLTS merupakan suatu upaya menghilangkan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) melalui perubahan kesadaran masyarakat atau sisi permintaan (demand). Hal ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang menekankan pada sisi penawaran (supply), yaitu menyediakan subsidi baik berupa dana maupun jamban/toilet. Asumsi utama dari CLTS bahwa perilaku BABS disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat dan bukan karena faktor akses kepada fasilitas.Pasca kunjungan Bangladesh, CLTS diujicobakan di enam lokasi di Indonesia. Kemudian, dalam waktu singkat ternyata hasilnya menggembirakan. Beberapa Desa bahkan kecamatan dapat mencapai tahapan bebas dari BABS. Artinya tidak satupun masyarakat dalam Desa/kecamatan tersebut yang masih melakukan BABS, dan kemudian dikenallah istilah Stop BABS. Seiring berjalannya waktu, ekspansi Stop BABS yang sangat cepat telah membawa dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat dan peningkatan layanan sanitasi, tetapi di sisi lain terungkap juga kekhawatiran terhadap keberlanjutan pendekatan ini, kualitas pelaksanaannya yang tidak memadai, bahkan kecenderungan terjadinya upaya sekedar mengejar target pencapaian kondisi Stop BABS atau Open Defecation Free ( ODF).Saat ini, beberapa faktor seperti faktor ekonomi, pekerjaan, dan akses ke sungai yang mudah menjadi salah satu alasan masih diterapkannya buang air besar sembarangan. Salah satunya termasuk yang terjadi di Desa Rimba Ukur Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin. Menurut data dari Puskesmas Cinta Karya, sekitar xxxxxxUntuk mencapai kondisi Stop BABS, disamping mengedepankan program pemicuan yang merupakan adaptasi dari CLTS dan salah satu pilar dari STBM yang diprogramkan Kepmenkes RI No.852/MENKES/SK/IX/2008 sebagai strategi pembangunan kesehatan nasional, tentu memerlukan fasilitator yang mampu membantu dan menjalankan program tersebut dengan baik. Fasilitator yang dimaksud juga tidak mesti dalam skala besar, namun yang memiliki pengaruh dan mampu menjadi panutan dan contoh, misalnya kader PHBS. Kader PHBS ini memiliki keterlibatan secara langsung terhadap masyarakat sehingga dapat menjadi garda terdepan dalam mengawasi dan membentuk karakter masyarakat yang sehat dalam segi perilaku. Dalam hal ini, penulis ingin memperkenalkan pemicuan Stop BABS pada masyarakat dan kader PHBS di Desa Rimba Ukur di Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin.

1.2Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:1. Belum terbentuknya fasilitator pemicuan stop babs di Desa Rimba Ukur Kecamatan Plakat Tinggi.2. Penduduk Desa Sungai Medak Kecamatan Plakat Tinggi masih ada yang buang air besar sembarangan.3. Masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Desa Sungai Medak Kecamatan Plakat Tinggi mengenai dampak dari BABS.

1.3. Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan UmumUntuk membentuk tim fasilitator yang dapat membantu dan mengawasi mengubah perilaku dan pandangan masyarakat mengenai buang air besar sembarangan di Desa Rimba Ukur yang merupakan bagian wilayah kerja Puskesmas Cinta Karya

1.3.2Tujuan khusus1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada fasilitator dalam menekankan bahaya dan dampak perilaku buang air besar sembarangan pada masyarakat.2. Untuk meningkatkan kemampuan fasilitator dalam menekankan kepada masyarakat akan pentingnya perilaku hidup sehat.3. Untuk mengurangi angka kejadian penyakit menular terkait air (waterborne disease).4. Untuk mencapai keadaan masyarakat yang bebas buang air besar sembarangan.

1.4.Manfaat 1.4.1Manfaat Bagi Instansi (Puskesmas)Dapat menambah sumber daya manusia yang dapat dibantukan untuk melaksanakan program tercapainya kondisi Stop BABS di wilayah kerja puskesmas tersebut.1.4.2Manfaat Bagi MayarakatBagi masyarakat diharapkan dapat menjadi penambah wawasan dan pandangan masyarakat mengenai bahaya BABS dan menerapkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Praktek Buang Air BesarPraktek menurut Bartsmet (1994) di pengaruhi oleh kehendak sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut.Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek tersebut. Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi pengetahuan, persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan tindakan yang nyata atau practice. Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah perilaku-perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan. Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan, yaitua.PersepsiMengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yangakan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.b. Respon terpimpinDapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.

c. MekanismeApabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga.d. AdaptasiAdaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Adaptasi praktek (tindakan) memiliki beberapa indikator, antara lain:1.Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakitTindakan ini mencakup antara lain:1)Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak.2)Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter.2.Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya.3.Tindakan (praktek) Kesehatan Lingkungan.Perilaku ini mencakup buang air besar di jamban, membuang sampah pada tempatnya. Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

2.2Mekanisme Buang Air BesarSemua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ pencernaan. Selama proses pencernaan makanan di hancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja, urin atau gas karbondioksida. Akhir dari proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja disebut buang air besar (Notoatmodjo, 2003).Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur, akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabkan oleh refleks gastrokolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang sudah sampai lambung akan merangsang peristaltik di dalam usus, merambat ke kolon sisa makanan yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai bergerak isi kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra abdominal bertambah dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan otot abdominal, spinter anus mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi dipengaruhi oleh faktor kebiasaan (Notoatmodjo, 2003).

2.3Praktek Buang Air Besar Dan PermasalahannyaSejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan kotoran manusia selalu menjadi perhatian kesehatan lingkungan. Dengan pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan tinja semakin meningkat. tinja merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini mungkin diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai, pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia sendiri (Notoatmodjo, 2003).Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang di tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurangkurangya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003).

2.4Community-Led Total Sanitation2.4.1PengertianMenurut Kamal Kar (2003), Community Led Total Aanitation (CLTS) adalah suatu pendekatan dengan memfasilitasi melalui proses membangkitkan (inspiring) dan memberdayakan (empowering) masyarakat lokal untuk menganalisis profil sanitasi mereka sendiri, meliputi luas buang air besar sembarangan, sebaran kontaminasi fekal-oral yang mempengaruhi dan mengganggu di masyarakat serta menginisiasi aksi lokal kolektif untuk bebas dari buang air besar di sembarang tempat.Pendekatan CLTS pertama dicetuskan oleh Kamal Kar pada tahun 1999, yang bekerja pada Village Education Resource Centre (VERC) dan didukung oleh Water Aid pada suatu komunitas kecil di Distrik Rajshahi, Bngladesh. Sejak itu, pendekatan ini dilanjutkan penyebarannya di seluruh Bangladesh dan diperkenalkan pada sejumlah negara Asia dan Afrika. Ketertarikan berbagai institusi terus berkembang, terutama karena CLTS sangat potensial untuk berkontribusi dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGS) baik yang langsung terhadap air dan sanitasi (Goal 7) maupun tidak langsung melalui efek knock-on dari improved sanitation dalam menghadapi penyakit utama, khususnya diare (Goal 6), peningkatan kesehatan ibu (Goal 5) dan penurunan kematian anak pada poin 4 (Kar, 2005).2.4.1Prinsip dan Elemen Pemicuan CLTSMenurut Kamal Kar (2005), CLTS pada dasarnya adalah menstimulasi rasa malu dan jijik kolektif di antara anggota masyarakat atas kenyataan yang mereka hadapi mengenai buang air besar di sembarang tempat secara masal dan dampak negatifnya bagi seluruh komunitas. CLTS mengutamakan prinsip tanpa subsidi, karena subsidi hanya menimbulkan sikap pengharapan dan ketergantungan dari pihak luar. Selain itu, CLTS tidak menawarkan model jamban, mendorong inisiatif dan kapasitas dari komunitas. Adapun tujuan penggunaan pendekatan CLTS adalah membakar dan menorong suatu keinginan motivasi diri untuk berubah perilaku.Elemen-elemen pemicuan yang digunakan dalam CLTS di Indonesia yang potensial meliputi rasa jijik, rasa malu, takut sakit, rasa berdosa, privasi dan kemiskinan.2.4.2Alat-alat Pra dalam CLTSProses fasilitas CLTS menggunakan alat-alat pra adalah sebagai berikut (diterjemahkan dari Muhammad Abdus Sabur, 2007):Tabel 2.1. Alat-alat PRA Dalam CLTSAlat-alatTujuan

Penelusuran (transect walk)Mengobservasi keadaan terkini danmembangun suasana dengan masyarakat

Pemetaan Sosial (Social Mapping) Menyusun jumlah keluarga, penduduk, jamban dan titik air. Menganalisis penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan faktor lainnya

Kalkulasi dan analisis akibat tinja(Feces Calculation and Cause/Effect Analysis)Mengidentifikasi akibat pola penggunaanjamban terkini

Kunjungan Lokasi BAB(Defecation Site Visits)Mengobservasi situasi terkini denganmemperhatikan pembuangan tinja yangdisebabkan oleh BAB di sembarang tempat

Analisis Kecenderungan Musiman(Seasonality Trend Analysis)Menganalisis kecukupan air dan sumbernya sepanjang tahun

Peringkatan Kesejahteraan(Wellbeing Ranking)Menyusun status ekonomi rumah tangga

Diagram Venn (Venn Diagrams)Mengidentifikasi tokoh kunci yangmemiliki pengaruh dalam komunitas

2.4.3Tahapan Proses Pemicuan CLTSMenurut Handbook on Community Led Total Sanitation (Kar, 2008), CLTS mengembangkan 3 tahapan proses yang sekuens dengan kerangka waktunya, yakni sebagai berikut.Tabel 2.2. Kerangka Waktu Indikatif untuk Tahapan Berbeda dari CLTSTahapKerangka Waktu IndikatifPersyaratan Sumber DayaKeterangan

Pra Pemicuan PersiapanAntara hari sampai 1 minggu ke desa yang ada intervensi dari institusi, beberapa kunjungan saja 1 atau 2 petugas lapangan mengunjungi desa/komunitas, 1-2 kali kunjungan pendahuluan untuk memastikan waktu kunjungan, tempat pertemuan, menjelaskan tujuan, dll Menemui pemimpin lokal, kepala desa, mengunjungi semua dusun, Cari ide ukuran desa, penduduk, area paling kotor dan kumuh, serta mengetahui tentang sejarah subsidi. Melihat desa yang menyenangkan atau menantang untuk pemicuan CLTS. Hindari hari pemicuan yang bersamaan dengan hari pasar desa, pernikahan, berkabung, dll.

PemicuanDalam waktusehari (biasanyaantara 3 sampai 5jam)Satu kelompoksekitar 3-4fasilitator, bisa lebih Fasilitasi dengan membuka pikiran dan jangan keluar dari pemahaman awal pola pikir dari pengertian dan dampak pemicuan positif Tinggalkan dengan gembira walaupun pemicuan tidak menghasilkan aksi kolektif dengan berbagai alasan

Pasca PemicuanStatus tidak ada buang air besar sembarang tempat dicapai dalam waktu antara 3 minggu hingga 3 bulan. Enam bulan atau setahunterlalu lama.Dasarnya adalah kita tidak akan makan kotoran kita satu denganlainnya.Setiaporang berupaya maksimal untuk keluar dari situasi ituTergantung padasituasi lokal, dalam hal ini kader PHBS mengunjungi komunitas CLTS terpicu community 1-2 kali dalam minggu pertama, kemudian dengan interval lebihjarang, cukup untuk mengajak dan mendukung, tapi tidak terlalu sering. Diingat ini adalah pendekatanberbasis masyarakat bukan berbasis institusi Mendukung dan menganjurkan dan tidak mendominasi.Jika mungkin rancang kunjungan bagi Natural Leader/ anggota masyarakat ke desa CLTS yang telah berhasil atau pasar sanitasi lokal, dll. Undang natural leader dari desa yang telah tidak buang air besar sembarang tempat sebagai narasumber untuk menggambarkan jamban biaya murah

BAB IIIMETODE MINI PROJECT

1. 2. 3. 3.1 Sasaran KegiatanKegiatan diikuti oleh seluruh kader PHBS dengan satu anggota keluarga perwakilan dari rumah tangga dari berbagai dusun di desa Rimba Ukur secara acak, dan elemen dan tokoh masyarakat seperti kepala desa.

3.2 Bentuk Kegiatan1. Kuisioner2. Penyuluhan Kumakan dan Minum Kotoranku Sendiri.3. Demonstrasi Pemicuan Stop BABS.4. Pengisian komitmen Stop BABS.5. Monitoring dan evaluasi.

3.2.1 Pelaksanaan KegiatanNo.TanggalKegiatanPelaksana

1Desember 2015Pengajuan JudulKepala PuskesmasDokter Internsip

2Desember 2015Penentuan JudulKepala PuskesmasDokter Internsip

3Desember 2015Menentukan MasalahKepala PuskesmasDokter Internsip

4Desember 2015Menetukan Sasaran Mini ProjectKepala PuskesmasDokter Internsip

5Januari 2016Rapat Perencanaan Kegiatan Kepala puskesmasDr. Ramadhan K.Pemegang Program TB

6

Januari 2016

Pembentukan Panitia KegiatanKepala puskesmasDr. Ramadhan K.Pemegang Program TB

7Februari 2016Pembagian surat undangan kegiatan mini projectKasubag TUPemegang Program

8Februari 2016

Kepala puskesmasKasubag TUDr. InternsipPemegang program

9Februari 2016 Kepala puskesmasDr internsipPemegang program TB

BAB IVHASIL MINI PROJECT

4.1Profil Komunitas UmumProfil komunitas umum di wilayah Puskesmas Cinta Karya adalah masyarakat perdesaan dan sebagian lagi mendekati perilaku masyarakat perkotaan.

4.2Data GeografiPuskesmas Cinta Karya terletak di Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 522 Km2 yang mencakup 8 desa, yaitu Air Putih Ulu, Sialang Agung, Cinta Karya, Air Putih Ilir, Rimba Ukur, Sungai Batang, Sungai Medak, dan Talang Piase. Batas wilayah kerja Puskesmas Cinta Karya adalah sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kerja Puskesmas Ulak Paceh, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Tebing Bulang, sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sidorahayu, sedangkan sebelah timr berbatasan dengan Tebing Bulang / Sekayu.

4.3 Data Demografi4.3.1Jumlah Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Cinta KaryaJumlah Penduduk:13980 OrangJumlah Bayi:214 BayiJumlah Balita:616 BalitaJumlah Ibu Hamil:320 BumilJumlah Pasangan Usia Subur:2372 PUSJumlah Wanita Usia Subur: 3541 WUS

4.3.2 Mata Pencaharian Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cinta KaryaPetani :70%Pengrajin:1 %Pedagang / Jasa :15%Pegawai Negeri:23%Lain lain:11,7%

4.4Sumber Daya Kesehatan yang Ada1.CPNS / PNSDokter Umum :2 OrangTenaga Perawat:18 OrangTenaga Bidan:15 OrangTenagan Sanitarian:1 OrangTenaga Gizi:1 OrangTenaga Farmasi: 1 OrangTenaga Non Medis:7 Orang2.PPT / HonorerTenaga Bidan:15 OrangSarjana Psikologi:1 OrangS1 Kesmas:4 Orang3.Tenaga Kerja Sukarela (TKS)Tenaga Sekolah Perawat Kesehatan:6 OrangTenaga D III keperawatan: 9 OrangTenaga D III kebidanan: 15 OrangTenaga D IV kebidanan: 3 OrangTenaga Sanitarian : 1 OrangTenaga Farmasi : 1 OrangTenaga Non Medis : 4 Orang

4.5Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada1.Pelayanan Medis / Paramedis, meliputi:Klinik UmumKlinik GigiKlinik KIA/KB2.Pelayanan Penunjang, meliputi:Unit PendaftaranUnit Obat / ApotikUnit Laboratorium