penanganan masalah tki ilegal oleh pemerintah ri

25
International Law in News Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI http://www. mediaindonesia.corn/berita/asp?[d=I68Q9f$ http'./fwww. menkokesra.go. id/index2.php?option=com_conteKt&task=vie\v& id= 643&pop= t&page=0... http:/Av\v\v.szfarafnercfeka.com/befal/ne\vs/pnnt.php?id_ne\vs=5000 http://vnvw. mpr.go. id/pimpinan2/?p=38 htlp:/Avww. nakertrofis.go. id/tentang.ktmt,program http:/Av\v\v. migrantcare. net/mod.php?mod=piiblisher&Qp=prifitarticle&artid= 1 48 Permasalahan penanganan TKI ilegal merupakan niasalah yang rumit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh status hukum dari TKI yang adalah illegal alien atau penghuni ilegal di suatu negara. Illegal alien merupakan individu yang memasuki wilayah suatu negara pada waktu dan tempat yang salah, tanpa melalui pemeriksaan petugas, mcndapatkan izin masuk secara ilegal, atau melalui cara-cara lainnya yang bertujuan untuk menghidari keberlakuan IcetentUan di bidang MimgraSi. Apabila tertangkap, para TKI akan dihukum berdasarkan ketentuan hukum negara tujuan yang niana ketentuan tersebut mungkin tidak terpikirkan oleh para TKI itu sendiri. Selain itu, tidak dapat dikesampingkan pula perlakuan aparat penegak hukum di negara TKI ilega! berada, yang kemungkinan bertindak tidak sesuai dengan standar yang ada. Keadaan tersebut diakibatkan oleh keberadaan TKI ilegal yang tidak tercatat dalam dokumen resmi yang memberikan jaminan bagi para TKI berupa perlindungan yang sepatutnya dari aparat negara asal TKI dan aparat negara penerirna Berdasarkan data yang ada, jumlah TKI resmi di iuar negeri hingga April 2008 berjumlah 4,3 juta orang. Jumiah tersebut merupakan jumlah nyata yang harus diiindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI). jika dihitung secara menyeluruh, jumlah TKJ legal dan ilegal, akan melebihi angka 4,3 juta. Kepastian jumlah Volume 5 Nomor 4 Jali 2008 833

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

http://www. mediaindonesia.corn/berita/asp?[d=I68Q9f$http'./fwww. menkokesra.go. id/index2.php?option=com_conteKt&task=vie\v& id=

643&pop= t&page=0...http:/Av\v\v.szfarafnercfeka.com/befal/ne\vs/pnnt.php?id_ne\vs=5000

http://vnvw. mpr.go. id/pimpinan2/?p=38htlp:/Avww. nakertrofis.go. id/tentang.ktmt,program

http:/Av\v\v. migrantcare. net/mod.php?mod=piiblisher&Qp=prifitarticle&artid= 148

Permasalahan penangananTKI ilegal merupakan niasalahyang rumit dan kompleks. Hal inidisebabkan oleh status hukum dariTKI yang adalah illegal alien ataupenghuni ilegal di suatu negara.Illegal alien merupakan

individu yang memasukiwilayah suatu negara pada waktudan tempat yang salah, tanpamelalui pemeriksaan petugas,mcndapatkan izin masuk secarailegal, atau melalui cara-caralainnya yang bertujuan untukmenghidari keberlakuan IcetentUandi bidang MimgraSi. Apabilatertangkap, para TKI akan dihukumberdasarkan ketentuan hukumnegara tujuan yang niana ketentuantersebut mungkin tidak terpikirkanoleh para TKI itu sendiri. Selainitu, tidak dapat dikesampingkan

pula perlakuan aparat penegakhukum di negara TKI ilega! berada,yang kemungkinan bertindak tidaksesuai dengan standar yang ada.Keadaan tersebut diakibatkan olehkeberadaan TKI ilegal yang tidaktercatat dalam dokumen resmi yangmemberikan jaminan bagi para TKIberupa perlindungan yangsepatutnya dari aparat negara asalTKI dan aparat negara penerirna

Berdasarkan data yang ada,jumlah TKI resmi di iuar negerihingga April 2008 berjumlah 4,3juta orang. Jumiah tersebutmerupakan jumlah nyata yangharus diiindungi oleh PemerintahRepublik Indonesia (RI). jikadihitung secara menyeluruh, jumlahTKJ legal dan ilegal, akan melebihiangka 4,3 juta. Kepastian jumlah

Volume 5 Nomor 4 Jali 2008 833

Page 2: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Hitkam Iniernasionai

TKI di luar negeri akan berdampakpada upaya perlindungan yangdapat diberikan oleh Pemenntah RIterhadap TKI. Demi memaksimal-kan perlindungan TKI, PemenntahRI telah memiiiki beberapaMemory of Understanding (MoU)dengan berbagai negara yangtujuannya untuk mcmfasilitasikeberadaan TKI di luar negeri.MoU yang sudah dimilikiPemerintah RI antara lain denganSingapura, Malaysia, Jepang, ArabSaudi, dan Kuwait. KeberadaanMoU tersebut penting gunamembentuk pola pandang yangsama di bidang perlindungan TKIdan penanganan lanjutan dalam halpenempatan dan pemulangan TKIke daerah asalnya. Selain itu,kepastian jumlah TKI di luar negeridapat dikaitkan dengan anggarannegara. Seberapa besar anggarannegara yang dibutuhkan untukmemberikan perlindungan terhadapTKI di luar negeri dapat dihitungberdasarkan jumlah TKI yangtersebar di luar negeri. Apabilaterdapat suatu kesinambunganantara anggaran perlindungan TKIdan jurnlah TKI, diasurnsikanperlindungan yang diberikannegara kepada TKI pun dapatmenjadi maksimal.

Berkenaan dengan perlin-dungan TKI, Indonesia memiiikitiga instansi yang berwenang untukmenangani permasalahan TKI, baiklegal maupun ilegal. Ketiga instansitersebut adalah Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigrasi (Depnaker-trans), Badan Nasional Penempatandan Perlindungan TKI (BNP2TKI),dan Departemen Luar Negeri.Keberadaan Depnakertrans selakuregulator di bidang ketenagakerjaanmerupakan suatu hal yang lazim.Mayoritas negara-negara duniamemiiiki departemen tenaga kerjayang menaungi permasalahanketenagakerjaan. Selain itu, diIndonesia terdapat satu badankhusus yang secara spesifikbertugas untuk melindungi TK!.Badan tersebut adalah BNP2TKIyang dibentuk berdasarkan Pasal 94ayai 2 Undang-Undang Nomor 39Tahun 2004 tentang Penempatandan Perlindungan TKI di LuarNegeri. Pada dasamya BNP2TKIberfungsi sebagai pelaksanakebijakan di bidang penempatandan perlindungan TKI di luarnegeri secara terkoordinasi danterintegrasi. Hal tersebut diperlukanuntuk menjamin dan mempercepatterwujudnya tujuan penempatandan perlindungan TKI di luarnegeri yang memerlukan pelayanandan tanggung jawab yang terpadu.Guna melakukan fungsinya,BNP2TKI memiiiki tugas untukmelakukan penempatan atas dasarperjanjian secara tertulis antaraPemerintah RI dengan Pemerin-tahnegara Pengguna TKI atauPengguna berbadan hukum dinegara tujuan penempatan.Nantinya, BNP2TKI juga akanmemberikan pelayanan, mengkoor-

834 Indonesian Journal of International (aw

Page 3: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

dinasikan, dan melakukan peng-awasan mengenai: dokurnen,pembekalan akhir pemberangkatan(PAPX penyelesaian masalah,sumber-sumber pembiayaan, pem-berangkatan hingga pemulangan,peningkatan kualitas calon TKI,informasi, kualitas pelaksanapenempatan TKI, dan peningkatankesejahteraan TKI dankeluarganya.

Jika ditilik lebih lanjut,BNP2TKI juga memUiki kewajibanuntuk memantau keberadaan TKIilegal. Keberadaan TKI ilegai disuatu negara kerap diawali denganstatus sah tidaknya keberadaan TKItersebut di suatu negara tujuan.Asumsinya, TKI dikirim melaluijalur dan prosedur resmi. Namundemikian, para TKI kerapmelampaui masa tinggainya di luarnegeri. Manakala seorang TKImelampaui masa tinggal yang sahdi suatu negara, maka TKI tersebutrnenjadi TKI ilegal. Dalam hal ini,keberadaan TKI di suatu negaratertentu dapat dilacak melalui data-data yang dimiliki oleh BNP2TKI.Selain itu, BNP2TKI juga memilikikompetensi uniuk memberitahuPerwakilan RI di mana TKI beradaberkenaan dengan berakhirnyahubungan kerja TKI denganmajikan atau badan hukum tertentuyang mempekerjakan TKI dinegara TKI berada. Selanjutnya,tindakan terukur dan terencanadapat dilaksanakan guna melin-dungi keselamatan TKI.

Selain BNP2TKI danDepnakertrans, Departemen LuarNegeri rnemiliki DirektoratPerlindungan WNI dan BadanHukum Indonesia (BHI) denganruang lingkup kerja mengaturperlindungan bagi Warga NegaraIndonesia (WNI) dan BadanHukum Indonesia (BHI) di luarnegeri atau yang memilikikepentingan di luar negeri.Direktorat Perlindungan WNI danBHI dibentuk berdasarkanKeputusan Menteri Luar Negeritentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar NegeriKepmenlu No. 053/OT/II/2002/01.Pada dasarnya, pernbentukanDirektorat Perlindungan WNI danBHI merupakan kesadaranPemerintah RI akan peningkatanhubungan luar negeri antamegarayang terj ad i dewasa ini.Peningkatan hubungan luar negerimembawa dampak luas dalamkehidupan masyarakat Indonesia,contohnya adalah peningkatanhubungan bisnis WNI dengan pihakasing dan peningkatan jumlah TKIdi luar negeri. Pemerintah RImenyadari bahwa perlindunganterhadap WNI merupakankewajiban yang diemban olehnya,juga termasuk masalahperlindungan terhadap TKI ilegal.Dikarenakan TKI ilegal jugamerupakan WNI, makaperlindungan terhadap TKI ilegalmerupakan domain Pemerintah RIyang dalam hal ini dapatdiwakilkan oleh Direktorat

Volume 5 Nomor 4 Jufi 2008

Page 4: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jarnal Huknrti Internasional

Perlindungan WNI dan BHI.Mengingat pada saat ini terdapatbeberapa badan dan lembaga yangrnengawasi dan rnelaksanakanperlindungan TKI, dibutuhkankoordinasi terukur antarbadan ataulembaga tersebut agar hasil yang

tercapai maksimal. Apabilakoordinasi tidak berjalan denganbaik, dipastikan perlindunganterhadap TKI pun menjadi parsia!dan cenderung tidak efektif.(WHIyam Saroinsong)

Kerja Sama Indonesia-Malaysia dalamMelindungi Hak-Hak Buruh dan Sipil Tenaga

Kerja Indonesia

http://w\y\v.indonesia.so.id/id/index.php?ootion=com content&task=vie= 1674& ltemid=69l

http://ne\vs.bbc.coMk/2/hr/asia-pacijic/373224i.stmhttp://\v\^v.lempointeraktif.conJ/hs/ekbis/2QQ6/Ql/n/brk.20060U2-

72l67Mhtmlhltp:/Avww.lempointeraluif.cotn/h^nasionaf/2007/05/27/brk.20070527-

!Q0709Mhtrnlhttp://\vww.batitbarig.depkominfo.goAd/?mod=CLDEPTKMP'_BRTOI&view=l&i

d=BRTQ8QlllI526QI&mn=BRTQlQQ\CLDEPTKMF_BRTQl

Menurut Menteri TenagaKerja dan Transmigrasi Indonesia,Errnan Suparno, hingga tahun 2006terdapat 1,75 juta Tenaga KerjaIndonesia (TKI) yang bekerja diMalaysia. Jumlah ini belumtermasuk TKI ilegal yang dapatberjumlah dua kali lipat. TKImerupakan tenaga kerja asingterbanyak di Malaysia, yangmewakili 60 persen dari jumlahtotal tenaga kerja asing di negaratersebut. Mereka bekerja antara lainsebagai pengasuh bayi,penatalaksana rumah tangga, sopir,dan buruh perkebunan. Denganjumlah sebanyak ini, TKI rentan

terhadap berbagai permasalahansosial, ekonomi, dan hukum diMalaysia.

Sepanjang sejarahhubungan bilateral Indonesia-Malaysia, kedua negara telahmenyaksikan berbagaipermasalahan yang melanggar hak-hak asasi TKI. Penganiayaan TKIoleh majikan, pemerkosaan,penyekapan, pembunuhan,penyitaan dokumen-dokumenadminisitratif dan keimigrasianoleh majikan, hingga tidakdibayarnya upah TKI, merupakanpermasalahan-permasalahan yangberulang kali terjadi. Salah satu

836 Indonesian Journal of International law

Page 5: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

kasus yang tidak hanyamengejutkan kedua negara, namunjuga mengundang perhatian dunlaterjadi pada Mei 2004. NirmalaBonat, TKI asal Nusa TenggaraTimur, diketahui telah mengalamipenganiayaan berat selama kuranglebih 5 (lima) bulan olehmajikannya di Malaysia. Nirmalamenderita luka-luka fisik beratseperti memar parah dan luka-lukabakardi sekujur tubuhnya MenurutNirmala, ia mulai dianiaya hanyakarena memecahkan sebuahcangkir. Sepanjang masapenganiayaannya, ia disekap didalam rumah majikannya denganpintu dan jendeia yang tertutuprapat agar para tetangga tidakmengetahui mengenaipenganiayaan tersebut. Selamabekerja, Nirmala juga tidak pemahmendapatkan kamar, ia selalu tidurdi lantai di samping jendeia rumah.Kasus Nirmala hanyalah sebuahcontoh kecit dari berbagaipelanggaran hak-hak asasi TKIyang terjadi di MalaysiaDalam rangka mengatasi berbagaipermasalahan tersebut, pemerintahkedua negara telah sepakat untukmengadakan serangkaianperundingan guna membahasbentuk-bentuk perlindungan yangdapat diberikan kepada TKI diMalaysia, serta memberikanjaminan terpenuhinya hak-hakburuh dan sipil. Perundingan inimulai dirintis pada 2004, yangdilanjutkan dengan perundinganpada 13 Desember 2005 di

Malaysia. Hal ini ditindaklanjutidengan perundingan antaraPresiden Indonesia dengan PerdanaMenteri Malaysia di Bukittinggi,pada 12 Januari 2006. Melaluiperundingan tersebut, kedua negaramenyepakati bahwa kerja samaperlindungan TKI akan dituangkandalam bentuk nota kesepahaman/Memorandtan of Understanding(MoU), yang pada akhirnyaditandatangani seusai acarakonferensi pers hasil KTT D-8,pada 13 Mei 2006, di Nusa Dua,Bali. MoU ditandatangani olehMenteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Indonesia, ErmanSuparno, dan Menteri DalamNegeri Malaysia, Radzi SheikhAhmad. Penandatanganan tersebutdisaksikan oleh Presiden SusiloBambang Yudhoyono dan PerdanaMenteri Malaysia Abdullah AhmadBadawi.

MoU tersebut secara garisbesar meliputi 4 (empat) aspek,yaitu: penempatan TKI informal diMalaysia, penyalahgunaan visakunjungan sosial oleh TKI untukbekerja di Malaysia, pendidikanbagi anak-anak TKI, pelatihanmengenai kebudayaan, dansebagainya. Beberapa ketentuanlainnya yang diatur oleh MoU iniadalah:1. baik majikan maupun TKI

wajib memuat kontrak kerjayang mencantumkan secarajelas hak-hak dan kewajibanpara pihak, termasuk jumlahgaji yang akan diterima TKI

Volume 5 No/nor 4 Jnli 2008 837

Page 6: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jttrnal Hafaim Internasional

dan pelarangan niajikan sertapengerah TKi untuk melakukanpemotongan gaji;

2. pengerah TKI wajibmcnyampaikan kopi kontrakkcrja dan data majikan kepadapcrwakilan Indonesia diMalaysia;

3. adanya mekanismepenyelesaian sengketa antaramajikan dan TKI, dimsnaotoritas tenaga kerja Malaysiaberhak melakukan intervensi.Majikan yang bennaksudmembawa TKI ke luarMalaysia hams mendapatkanpersetujuan perwakilanIndonesia di Malaysia;

4. pembentukan Joint WorkingGroup yang akan bertemusecara regular untuk membahasmasaiah-masalah yang akantirnbul dari irnplementasi MoUini;

5. majikan bertanggung jawabatas pembayaran-pembayaransecurity deposit, biayatransportasi dan repatriasi9biaya pengurusan izin-izin,work pass, perneriksaankesehatan, pajak tahunan, danforeign workers card TKI.Majikan juga wajibmemasukkan TKI ke dalamprogram jarninan sosial untuktenaga kerja asing (foreignworkers compensationscheme};

6. struktur biaya calon TKI hanisjelas dan transparan, baik untuk

mengurus dokumen, biayatransportasi, asuransi, biayaselama di pcnampungan, dansebagainya.Penandatanganan MoU iniditanggapi secara berfacda-bedaoleh bcragam pihak- DirekturEksekutif Persatuan MajikanMalaysia (MEF), ShanisuddinBardan, mengemukakan bahwaMoU tersebut dinilai beratsebelah karena hanya memihakTKI dan tidak memperhatikanhak-hak majikan Malaysia.Setein itu, MoU juga dinilaiinemberikan ketentuan-ketentuan yang birokratis dantidak praktis bagi majikan.Misalnya majikan diwajibkanrnernbuat dan mengirimkanbiodata pribadi beserta suratizin terkait kepada KedutaanBesar Republik Indonesia diMalaysia sebeiummendapatkan TKI. MenurutShamsuddin, dokumen tersebutsebenarnya sudah berada ditans^n agen penyalur, sehinggacukup mereka saja yangmengurus hal-hal administratif,dan majikan tidak perluterlibat. Disamping itu,Shamsuddin juga menilaiketentuan yang mewajibkanmajikan untuk rnenanggungbiaya pengiriman TKI dariIndonesia ke Malaysia sebagaiha! yang rnemberatkanmajikan, karena selama ini TKI

838 Indonesian Journal of International law

Page 7: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

biasa menanggung biayaperjalanannya masing-masing.

Sementara itu darisudut pandang TKi, MoU inijut^ dinilai mengecewakan.Miftah, Ketua Serikat BuruhMigran Indonesia mengamatiimplementasi MoU dalamjangka waktu setahun setelahpenandatanganannya. Padaakhir Mei 2007, iamengungkapkan pendapatnyasebagai berikut:1. sikap Pemerintah Indonesia

dinilai mengecewakankarena masih mengizmkanMalaysia memperbolehkanmaj i kan untuk menahanpaspor TKI;

2. Indonesia harus memintaMalaysia untuk menindakoknum-oknum polisiRELA yang tidakmanusiawi dan menjarahhak milik TKI saatrnelaksanakan tugasnya.Polisi RELA adalahmasyarakat sipil yangdilatih PemerintahMalaysia denganpengetahuan dasarmengenai peraturan tenagakerja asing dan dnzinkanmelakukan razia terhadaptenaga kerja asing ilegal;

3. Indonesia hams mendesakPemerintah Malaysia agarfasilitas sekolah bagi36.000 anak-anak TKI diSabah segeradirealisasikan;

4. Indonesia harus mendesakMalaysia agarmerealisasikan dengansepenuhnya kenaikan upahTKI dari 380 RinggitMalaysia (RM) per bulanmenjadi 500 RM;

5. kebijakan Malaysia untukmenerbitkan kartu identitasbagi TK.I dinilai akan sia-sia, karena kartu ini seringkali tidak diakui olehotoritas setempat;

6. Pemerintah Indonesia danMalaysia harus mengkaj iulang kebijakan deportasiTKI ilegal.Perkembangan terakhir

kerjasama Indonesia-Malaysiadalam rangka perlindungan hak-hak buruh dan sipil TKI adalahdiselenggarakannya PertemuanKonsultasi Tahunan antara keduanegara pada 11 Januari 2008 diKuala Lumpur, Malaysia. Dalampertemuan tersebut, pemerintahkedua negara sepakat untukmeningkatkan kerja sama bilateraldi berbagai bidang, termasuk yangmenyangkut perlindungan 'hak-hakburuh dan sipil TKI. Peningkatankerja sama tersebut akan dllakukandengan membentuk suatu tim yangmencakup tokoh terkemuka(Eminent Person Group\gterdiri atas pakar, kelompokgenerasi muda, tokoh masyarakat,ulama, budayawan, tokoh wanita,dan cendekiawan, guna mengatasimasalah-masalah yang ada melalui

Volume 5 fv'omor 4 Juti 2008 839

Page 8: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Hukum Internasional

mekanisme perundingan yang akandilaksanakan di masa mendatang.

(Hadyu Ikrami)

Perkernbangan Hukum Perburuhan di Uni Eropa

htt://ne\vs. bbc. co.htfp:/Avww. fedee.com/eitlablcnv. html

http://ec.ei(roi3a.ev/emi}lcr\'ment social/labour law/index en.him

Sistem hukum di BenuaEropa, yang dikenal dengan sistemeropa kontinental, sangatlahdipengaruhi oleh hukum yangberasal dari Francis, yangdidasarkan pada hukum Romawi,dan Jerman, yang didasarkan padahukuni kebiasaan Jerman. Olehkarenanya, hukum di banyaknegara dalam wilayah daratanEropa memiliki national codemasing-rnasing. Dengan adanyanational code di setiap negaratersebut, maka lebih besarkecenderungan bagi para penegakhukum untuk mendasarkan hukunipada national code yang berlakudibandingkan mendasarkannyapada yurisprudensi dan ketrasaanseperti yang berlaku dalam sistemcommon law atau anglo saxon yangdianut oleh Britania Raya danAmerika Serikat.

Dalam sejarahnya,kodifikasi hukum di wilayahdaratan Eropa pertama kali lahir diFrancis pada abad 19, yang dikenaldengan Napoleonic Law, dan diJerman pada 1900 yang dikenaldengan German Civil Code (BGB).

Hal ini keniudian membawapengaruh terhadap pembentukanketentuan hukum perburuhannegara-negara di Benua Eropa.Sejarah dunia Eropa terus berjalanhingga terbentuk Uni Eropa.Traktat yang mendasaripembentukan Uni Eropa pertamakali didasarkan pada pertimbanganhubungan ekononii di antaranegara-negara anggota. Dalamtraktat tersebut, juga terkandungnilai-nilai sosial yang padadasamya ditujukan untukrnelindungi kebebasan darimobilitas tenaga kerja antamegarademi kepentingan perkembangankemakmuran di bidang bisnis.

Dengan perkembanganyang terjadi saat ini ketika UniEropa sudah terbentuk dengan 27negara anggotanya, maka telahlahir ketentuan hukum perburuhankhusus yang kemudiandiberlakukan bagi setiap negara-negara anggota Uni Eropa.Ketentuan yang mengatur khusus dibidang hukum perburuhan tersebutdiadopsi ke dalam legislasi negara-negara anggota Uni Eropa, yang

840 Indonesian Journal of International law

Page 9: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

diharapkan dapat meningkatkanhidup dan kerja para tenaga kerjaUni Eropa. Salah satu ketentuannyamengharuskan negara-negaraanggota Uni Eropa untukmemperiakukan tenaga kerja yangbukan berasal dari negaranyadengan perlakuan yang samaseperti yang diberikan kepadatenaga kerja yang berasal darinegaranya (EU Treaty Art I andRegulation 1612/68). Qlehkarenanya, suatu negara dapatmengeluarkan seorang tenaga kerjadari dalam wilayah negaranyaapabila terbukti melanggarketertiban umum yang berlaku didalam negara tersebut. Selain itu,ketentuan yang dibedakukan dalamhukum perburuhan di Uni Eropaditujukan juga untuk melindungikepentingan serta hak-hak darisetiap tenaga kerja yang berasaldari negara-negara anggota UniEropa dalam menghadapi pasartunggal Uni Eropa.

Berkaitan denganpergerakan masuk-keluamyatenaga kerja asing, setiap negaraanggota Uni Eropa memilikikebijakannya masing-masing yangtelah disesuaikan dengan ketentuanhukum perburuhan yang telahdiberlakukan oleh Uni Eropa. Saatini, beberapa negara anggota telahmenghilangkan ketentuan-ketentuan yang sangat membatasipergerakan masuk-keluamyatenaga-tenaga kerja asing yangberasal dari beberapa negaraanggota Uni Eropa lainnya.Beberapa negara anggota tersebutadalah Denmark, Finlandia,Irlandia, Spanyol, Italia, Portugal,Swedia, dan Britania Raya. Disamping beberapa negara tersebut,terdapat beberapa negara Iain yangmasih memberikan izin rnobiUtastenaga kerja asing dengan batas-batas tertentu, seperti Francis,Belanda, Belgia, Jerman, Austria,dan Luksemburg. (Anita Komala)

Piagain ASEAN Mengenyacnpingkan PerlindunganTerhadap Buruh Migran

http^/www.terapointeraltfif.com/hg/luamegeri/2007/n/21/brk^00112059,id.html

httD://ipsnews.net/ne\vs.asp?idnews=40147

tersebut tidak diatur, narnunIndonesia terus memperjuangkanagar permasalahan buruh ini dapatdiatur dalam piagam tersebut

ASEAN, yangtelah ditandatangani pada 20November 2007, mengatur masalahburuh secara urnum dalam ChapterI Article L pada awalnya hal

Volume 5 Nomor 4 Jitli 2008 841

Page 10: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jumal Huktim Internasional

Pada muianya istilah yangdigunakan dalam Chapter 1tersebut adalah skill labour (buruhterlatih), namun akhimya diubahmenjadi labour (buruh) agar semuaburuh menjadi bagian dalamPiagam ini. Menurut DirekturJenderal Kerja Sama PerhirnpunanBangsa-bangsa Asia Tenggara(ASEAN) Departemen LuarNegeri, Dian Triansyah Djani,Piagarn ASEAN ini seperti UUD1945 sehingga diperlukanpengaturan lebih lanjut di tiap-tiapnegara anggota gunamerealisasikan isi piagarn tersebut

Namun, walaupunpengaturan yang dilakukan olehPiagam ASEAN dirnaksudkanuntuk semua buruh tetap saja parapembantu rumah tangga tidakdilindungi oleh piagarn tersebut,karena pembantu rurnah tanggabukan pekerja atau buruk.Pembantu rumah tangga tidakdianggap sebagai pekerja atauburuh dikarenakan para pembanturumah tangga tersebut tunduk dibawah pengaturan pribadi daripernilik rumah.

Pada praktiknya banyakmigran yang diperkerjakan sebagaipembantu rumah tangga dandiperlakukan dengan tidak baik,dan untuk menjaga agar pembantururnah tangga tersebut tidakmeJarikan din, pemilik rurnahmernegang paspor para buruhmigran tersebut Praktik yangdilakukan tersebut adalah suatu

bentuk perbudakan menurut ILO(International LabourOrganisation) dan praktik tersebutbanyak dilakukan di Malaysia.

Selain itu, Piagam ASEANhanya ditujukan bagi buruh legal,sehingga para buruh rnigran yangtidak bekerja secara legal tidakdilindungi oleh piagam ini. Padahalbegjtu banyak buruh rnigran yangbekerja secara tidak legal, karenauntuk dapat bekerja secara legal diluar negeri diperlukan dana yangbegitu seperti contohnya bekerja diThailand membutuhkan biaya 4000bahts sedangkan para pekerjatersebut dibayar dengan upah yangbegitu kecil sehingga tidak sanggupuntuk membayar biaya yangdiperlukan untuk menjadi buruhlegal.

Pengaturan periindunganburuh yang hanya diatur secaraminim oleh ASEAN dandiharapkan diatur secara khususoleh negara-negara anggota tidakdapat metnberikan keadiian danmelindungi hak pekerja sepertihalnya yang telah terjadi seiama inidi mana para pekerja Indonesiayang bekerja di Malaysia yangdiperlakukan dengan tidak baikatau dilecehkan akan diselesaikandengan secara diplomatik ke duanegara, dan biasanya keadiian bagipara pekerja kita yang telah disakititidak akan dilindungi secara baik.

Oleh karena itu, kita sangatmembutuhkan kekuatanperiindungan dari regional untuk

842 Indonesian Journal of International law

Page 11: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

meiindungi hak-hak dan pekerja.Oleh karena itu, ASEAN-lah yangseharusnya mengatur lebih lanjutmengenai hal ini, karena bilamelihat pengalaman-pengalamanyang ada terhadap kasus-kasus TKIyang ada di Malaysia, makasebagian besar hak-hak dankeadilan bagi pekerja-pekerjatersebut tidak terlindungi secarabaik. ASEAN seharusnyamernbuka topik mengenai ha! inidan lebih peka lagi terhadapmasalah ini. Apalagi ASEANmenyatakan dirinya sebagat

komunitas yang menjaga danmeiindungi.

Selain itu, Indonesia yangmemperoleh pendapatan devisaterbesar dari sektor buruh harusnyamemperjuangkan hal tersebut,karena mereka adalah warganegarakita yang bekerja di luar negeriyang memberikan kontribusi yangbesar bagi negaranya. Oleh karenaitu, adalah suatu keharusan bagipemerintah Indonesia untukmeiindungi warganya secara nyata.(Desy Kristine)

Permasalahan Perlindungan TKI oleh Pemerintah RI

http://wwv.hukumonline.com/detaiiasp?id=l9tt4&d=Beritah(tp:/Av\vw.bnp2tki.go.id/statistif(/tkiJan _agus_20Q7.htm

http://nakertrans.go.id/pitsdatin.html, 15,201,pnakerht(p://mv\v.tempointerafaif.com/hg/nasional/2098/02/0t/brk,2008020l-

U6727.id.html

Hingga saat ini, terdapat4,3 juta tenaga kerja Indonesia TKIyang bekerja di luar negeri. Angkatersebut memiliki kecenderunganpeningkatan tiap tahunnya. Hal inirnengi ngat bel um tersediany alapangan kerja yang memadai didalam negeri. Terkait dengan haltersebut, aspek periindunganmenjadi hal terpenting, mengingatbanyaknya TKI yang kerap disiksaoleh majikannya. Berkenaandengan hal ini, Pemerintah telahmembentuk Undang-UndangNomor 39 Tahun 2004 tentangPenempatan dan Perlindungan TKI.

Perlindungan TKI sendiridipisahkan dalam tiga bagian,yaitu: pra penempatan,penempatan, dan pascapenempatan.Pra penempatan berhubungandengan segala macam prosessebelum seorang TKIdiberangkatkan ke negara tujuan,termasuk dalam hal ini pembuatansurat-surat (dokumen), pelatihan-pelatihan tertentu yang nantinyaakan membantu TKI untuk dapatmenyesuaikan diri dengan duniakerja, serta pelatihan bahasa. Padadasamya, dalam masa prapenempatan, TKI akan dilatih

Volume 5 Nomor 4 Juli 2008 843

Page 12: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Hukitm (ntemasional

scsuai dengan kriteria pekerjaannyadi negara penerima. Pada saatpenempatannya, keberadaan TKIakan diawasi oleh pemerintah(Departcmen Tenaga KerjaTransmigrasi) dan Badan NasionalPenempatan dan Perlindungan TKI(BNP2TKI). Kedua Lembagatersebut serta Departemen LuarNegeri memiliki kewajiban untukmemberikan perlindungansemaksimal mungkin terhadap TKIdi luar negeri. Sebelumterbentuknya Undang-UndangNomor 39 Tahun 2004, terdapatsuatu Kepuiusan Bersama paraMenteri yang ditandatangani olehMenteri Luar Negeri, MenteriKehakiman dan HAM, MenteriPerhubungan, Menteri TenagaKerja dan Transmigrasi, MenteriAgama, dan Menteri NegaraPemberdayaan Perempuanberkenaan dengan perlindunganTKI. Surat yang mengatur tentangTim Advokasi, Pembelaan danPerlindungan TKI di luar negeritersebut ditetapkan di Jakarta, pada2003. Intinya, Tim Advokasidibentuk untuk memberikanbantuan konseling, pembelaan, danperlindungan kepada TKI.Pembeiaan dan perlindungan atasTKI merupakan masalah pentingkarena TKI kerap berada pada sisiyang iemah sehingga tidakmemiliki kemampuan untukmembela dirinya sendiri.Sementara itu, setelah masa kerja(kontrak) TKI habis dan yang

bersangkutan pulang kembali keIndonesia maka akan munculperlindungan bagianpascapenempatan.

Menurut Institute forMigrant Workers (IWORK),tercatat 45 buruh migran Indonesiameninggal dunia di berbagai negarasepanjang bulan Januari-April2003. Hal ini mengindikasikanlemahnya perlindungan terhadapburuh. Dalam siaran persnya,IWORK menyatakan, "Setiaptahunnya jumlah buruh migranIndonesia terus bertambah tersebardi berbagai negara, ini berbandinglurus dengan meningkatnya jumlahdevisa negara yang dihasilkan olehmereka. Tapi sungguh berbandingterbalik dengan perlindungan yangdiberikan pemerintah kepada paraburuh tersebut" Lebih lanjut,dikatakan bahwa kehadiranBNP2TKI, yang sebelumnyadiharapkan akan memperbaikisistem penempatan danperlindungan TKI, justru berfungsisebaliknya. BNP2TKI danDepnaker secara terang-terangantelah ' melakukan liberaltsasiperdagangan tenaga kerja tanpamemberikan sistem proteksi yangakuntabel terlebih dahulu. Dalamhal ini, sistem perlindungan yangdianut oleh Undang-UndangNomor 39 Tahun 2004 tentangPenempatan dan Perlindungan TKIterbukti sangat Iemah mengaturberbagai macam hal berkaitandengan penempatan dan

844 Indonesian Journal of International law

Page 13: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in Ne\vs

perlindungan TKJL Berkenaandengan penempatan TKI, Pasal 10Undang-Undang Penempatan danPerlindungan TKI, memberikankewenangan kepada perusahaanpenempatan TKI swasta (PPTKIS)untuk menempatkan TKI di luarnegeri. Hal tersebut menimbulkanpertanyaan tersendiri, mengingatkompentensi PPTKIS yang tidakmemadai dalam menempatkan TKIke !uar negeri dan pengawasanyang lemah oleh pemerintahterhadap PPTKIS. Kombinasipermasalahan tersebutmenimbulkan permasalahan laindalam upaya perlindungan terhadapTKI di luar negeri. Hal lain yangperiu diperhatikan adalahketidakmampuan aparatur negaradalam meminimalisir pelanggaran-pelanggaran lainnya di seputarpenempatan TKI, contohnya adalahmasalah kesepakatan kerja yangtidak memiliki kejeiasan,pengupahan yang rneragikan buruh,kasus kekerasan, dan pelanggaranhak-hak buruh.

Berkenaan denganpengup;;_han, jika dirunutperkembangannya, kondisi yangada sekarang bisa dtkatakan lebfliburuk dan sebelumnya. Pada 2002,Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi era Jacob Nuwa Weasempat menerbitkan SuratKeputusan Nomor I04A Tahun2002 yang menegaskan bahwaPPTKIS hanya berhak menarikkomisi sebesar satu bulan gaji.Sayangnya, kebijakan itu tidak

berlaku lagi seiring dengandikeluarkannya Undang-Undang 39Tahun 2004 tentang Penempatandan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia di Luar Negeri. Undang-Undang 39 Tahun 2004 seakan-akan menjadi dasar pemberian'lisensi penuh' kepada PPTKISuntuk mengurusi segala hal terkaitpengiriman TKI ke luar negeri.Pernotongan gaji TKI punditetapkan oleh PPTKIS, sehinggabesaran potongan gaji pun menjadibervariasi di setiap negara,Menurut Direktur EksekutifMigrant Care, Anis Hidayah, haltersebut tidak sesuai denganketentuan 1LO. "Harusnya, sesuaidengan Konvensi ILO, komisi ituhanya ditetapkan 10% dari tigabulan gaji."

Dalam hal ini, sudahsewajarnya jika BNP2TKI menjalinkerja sama dengan PPTKIS danorganisasinya. Hal ini demikianadanya karena programpenempatan TKI memilikikompleksitasnya tersendiri. Olehkarenanya sulit bagi Pemerintahuntuk menanganinya sendiri tanpabantuan dari pihak lainnya.Menurut Ketua Badan OtonomIkhlas . (BO Ikhlas), RusdiBasalamah, program perlindunganTKI terkesan dikelola secaraterpisah dan terkotak-kotak. BOIkhlas sendiri rnerupakanperkumpulan PPTKI yangmenempatkan TKI ke SaudiArabia. Lebih lanjut, Rusdimenyatakan bahwa PPTKIS

Volume 5 Nomor 4 Juli 2008 845

Page 14: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jumal fiufatm Internasionat

sebagai pelaku utama kerapdijadikan sebagai obyekpengawasan. Pola hubungan yangdemikian hams diubah. PPTKISselayaknya dijadikan mitra untukraelaksanakan program pemerintahberupa pencarian pekerjaan,peningkatan kesejahteraan danpengentasan pengangguran. Rusdijuga mengakui adanya sejurnlahekses dalam penernpatan TKI.Namun demikian, sungguhbijaksana apabila pemerintahmemilah dan melihat permasaiahantersebut secara proporsional. Jikadilihat secara proporsionai, sedikitkasus-kasus yang disebabkan olehPPTKIS. Manakala suatu kasusdisebabkan oleh PPTKIS makasudah ada mekanisniepenyelesaiannya.

Salah satu permasaJahanlainnya yang perlu raendapatperhatian adalah perbedaan sistemhukum. Fakta yang adamenunjukkan bahwa kondisi danperaturan negara tujuan berbeda

dengan Indonesia. Ha! inimenyebabkan standar penangananyang berbeda puia. Sebagai contoh,terdapat ne^ra-negara tujuanpenempatan yang tidak mengenalsistem asuransi untuk perlindunganTKI. Bagi negara-negara tujuantertentu yang mengenal sistemasuransi mewajibkan adanyaasuransi, sementara negara-negarayang tidak inengenai sisterntersebut tidak mewajibkan programasuransi. Hal ini perlu ditanganisecara berbeda mengingatketentuan hukum Indonesiamengatur perlindungan TKI denganstandar tertentu. Tentunyastandardisasi yang dimiliki olehIndonesia tidak sama dengannegara-negara tujuan penempatan.Akan hal ini dibutuhkan peranansemua pihak yang terlibat dalampenempatan TKI agar dapatnienemukan solusi secara maksimalbagi perlindungan TKI. (WillyataSaroinsong)

Vulnerafoiiitas Pekerja Wanita di Dunia Kerja

vulnerable-iobs-200803G7iI92i.html

vitlnerabie-iobs/~\wm^

in-labour-market-ito WQl4729.html

LO/^MedLaj3ndjntblic information/Press realeases/lans—en/WCMS Q91i02/'mdex.htm

846 Indonesian Journal of International law

Page 15: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

http://hafiitftjham.info/inJex. php?opiion=com content&task=view&id=9I&llemi

densan-lufuh-negara/http:/Avww. korantempo. conj/korantempo/200 7/09/06/Nasional/krn, 200 70906, 5. id

. html

Dunia kerja dan wanitaterus berkembang selaras dengantuntutan zaman. Namun, sangatlahdisayangkan karena perkembangantersebut tidak didukung denganperkembangan hal-hal lain yangdapat melindungi para wanita untukbekerja dengan layak. Olehkarenanya, ketidakadiian masihsering teijadi, seperti hainyamendapatkan bayaran yang rendah,mendapatkan produktivitas yangrendah, mendapatkan pekerjaanyang rawan tanpa perlindungansosial serta hak-hak dasar ataupunhak-hak untuk menyatakanpendapat. Padahai di sisi lain, duniakerja dan tempat kerja merupakansuatu pusat dari sol usi global yangada untuk menunjukan persamaangender dan peningkatankesejahteraan wanita di dalammasyarakat. Walaupunperkembangan atau pertambahanangka pekerja wanita di dunia kerjasaat ini sangat besar. Namundemikian, hal ini tidakmenyebabkan perubahan yangsignifikan terhadap gap yang ada diantara pekerja pria dan pekerjawanita. Di samping itu, rawannyapekerjaan bagi pekerja wanita

masih lebih banyak dibandingkanpekerjaan bagi pekerja pria dibeberapa wiiayah di dunia yangtergolong sangat miskin.

Pada Hari Wanita Sedunia,8 Maret 2008, ILO (InternationalLabour Organisation)mengeluarkan laporan berjudulGlobal Employment Trends forWomen yang berisikan datapertambahan dan peningkatanangka pekerja wanita di dunia kerjadi seluruh dunia. Dari penelitiantersebut, dapat diketahui bahwasaat ini banyak wanita yang rnulaiberpindah dari pekerjaan yangrawan dengan pendapatan rendahke pekerjaan yang tidak rawandengan pendapatan yang lebih baik.Dengan cara demikian, merekatelah melakukan usaha yang tepatuntuk memulai kemerdekaan dalamhal ekonorni dan rnenentukan nasibmereka sendiri. Hasil penelitianlainnya menyatakan bahwa akseske bursa kerja, pekerjaan layak,serta 1 ingkungan kerj a yangproduktif merupakan hal yangpenting untuk menciptakanpersamaan gender antara pria danwanita. Secara menyeluruh dapatdisimpulkan bahwa usaha pertama

Volume 5 Notnor 4 Juti 2008 847

Page 16: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Httkam Internasional

yang dapat dilakukan untukmeningkatkan kesenipatan bagipara pekerja wanita di dunia kerjaadalah dengan memberikan gaj iyang layak dan sesuai. Selain itu,sal ah satu cara lainnya adalahdengan memperluas akses bagipekerja wanita ke pekerjaan yanglebih luas cakupannya, seperti dibidang industri dan perkantoran.Hal ini akan sangat penting untukmeningkatkan kesempatan bagimereka di dalam bursa kerja,

Dalam laporan tersebut,Asia Timur dinyatakan sebagaiwi layah dengan rasio populasipekerja wanita yang tertinggi danrasio pengangguran wanita dan priaserta gender gap antara pria danwanita yang rendah. Selain itu,Asia Selatan juga merupakan salahsatu wilayah dengan rasiopertumbuhan angka kerja yangtinggi. Di Filipina jumlah pekerjawanita masih lebih rendahdtbandingkan dengan jumlahpekerja pria dan masih lebihbanyak pekerja wanita yangmendapatkan pendapatan lebihrendah dibandingkan oleh pekerjapria. Walaupun demikian, wanitaFilipina tetap berjuang untukmendapatkan pekerjaan denganproduktivitas yang rendah.Sedangkan, gender gap di antarapria dan wanita masih saja terusterjadi hingga sepuluh tahunterakhir. Dalarn periode waktutersebut pun rasio populasi pekerja

pria masih lebih tinggi dari pekerjawanita.

Pekerja wanita yang masihbekerja pada pekerjaan yang rawanmasih banyak terdapat dan semakinbertarnbah banyak di Pakistan. Halini menjadi perhatian yang sangatpenting bagi ILO. Hal inimenunjukkan bahwa kebijakanbagi bursa kerja sudah seharusanyamenjadi bagian dari kebijakan darimakroekonomi untuk menjaminbahwa pertumbuhan ekonomibersifat inklusif dan perkembanganmembutuhakn usaha yang baik.Sedangkan, di beberapa wilayah diBenua Afrika masih terdapatgender gap yang berkeianjutan didalam dunia kerja. Di samping itu,jumlah pekerja baik pria maupunwanita masih terus meningkat,namun lebih tinggi jumlah pekerjawanita. Salah satu alasanpenyebabnya banyak wanita masihlebih memilih bekerja di rumah danberperan sebagai ibu rumah tangga.Banyak wanita Afrika yang bekerjadi bidang pertanian. Penciptaanlapangan pekerjaan yang layak>*ang kurang tepat dan kcmiskinanyang masih saja tersebar di banyakwilayah di Afrika menyebabkanbeban-berat bagi para wanita diAfrika.

Pada peringatan HariWanita Sedunia 2008, ILOmengangkat tema Investing inWomen and Girls. Dengan tematersebut diharapkan bahwa denganberinvestasi atas wanita, maka

848 Indonesian Journal of International law

Page 17: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

dampak pada produktivitas danperekonomian yang stabil dan tetapdapat ditingkatkan. Masyarakattidak dapat mengabaikan bahwawanita sangat berperan dalammengurangi kemiskinan. Denganmensosialisasikan pekerjaan-pekerjaan yang layak bagi wanitadiharapkan dapat rnembangun,mernajukan, serta mernperkuatmasyarakat dan perkeinbanganekonomi sosial yang ada.Kemampuan masyarakat untukmenerima peran baru ekonomiwanita dan kondisi yang dapat

menciptakan pekerjaan-pekerjaanyang layak guna mengakomodasipara pekerja wanita merupakansyarat kunci untuk meningkatkanhasil bursa pekerja bagi pekerjawanita. Akses terhadap bursa kerjadan pekerjaan yang layakmerupakan hal yang penting bagipencapaian persamaan gender.Namun, di satu sisi pekerja wanitahams berani untuk menghadapi danmengatasi halangan-halangandiskriminas! ketika mencaripekerjaan. (Anita Komala)

Bahama Ratifikasi Konvensi ILO di Bidang PekerjaMaritim

http-7/www^aharnas.gov.bs/baharnasweb2/hgrne.nsf/c5dl826da66595d206256fD30Q5e99f2/fcac9d9403dQ3aQb852573ed0069743c!OpenDocumenthttpjf/wvyw.lawandtax-news.com/asp/story.asp?storvname=30045

http://www.bfeb-bahamas.com/news detail.lasso?id=35295httgy/w^yw.mfabahamas.org/Bahamas%2QRatifies%20Intemational%20Martime

%2QLabour%2QCQnvention%2020Q6.htmhttp://www.ilo.org/gIobal/About_the_IiX)/Media_and_public_information/Press_

releases/lang-en/WCMS 065210/index.htm

International LabourOrganisation (ILO) telahmenyusun Konvensi dibidangpekerja rnaritim yang dinamakanMaritime Labour Convention 2006.Konvensi ini rnengatur mengenaistandar minimum bagi pekerja yangbekerja di atas kapal gunamenjamin dan rnelindungi pekerjakapai dengan suatu harmonisasihukum dan pemenuhan standarperlindungan tertentu oleh negara-

negara peratifikasi. Konvensi inidisebut juga sebagai pilar ketiga"Third Pilar" dalam pengaturanperkapalan internasional denganConvention of the InternationalMaritime Organizations (IMO) onEnvironmental Protection and ShipSafety and Security sebagai pilarpertamanya.

Ketentuan yang diatur olehKonvensi tersebut meliputi kondisikehidupan pekerja di atas kapal,

Volume 5 Nomor4Juti 2008 849

Page 18: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jumal Hitkm Intemasional

jam kcrja dan istirahat, akomodasi,fasilitas rekreasi, pemenuhanpclayanan makanan, periindungankesebatan, perawatan dokter,kesejahieraan dan jaminan sosial.Selain itu, Konvensi itu jugamengatur befaerapa carapengawasan dari pemenuhan danpelaksanaan standar-standar yangtelah ditentukan, seperti dengancara pemerifcsaan keadaan parapekerja kapal yang dilaksanakan diatas kapa! (Onboard) atau di tepipantai (Onshore) yang dilakukandengan izin pemiiik kapai danpengawasan oleh kapten kapal,selain itu pengawasan dapat jugadilakukan dengan cara pengawasandan kontrol dari otoritas sesuaidengan bendera kapal, sertainspeksi atau pemeriksaan darinegara tempat kapal tersebutberlabuh.

Konvensi ini jugamenentukan bahwa kapal denganberat iebih dari SOOGT dan terikatdalam pelayaran intemasionaldihamskan untuk tmtuk menibawa"Maritime labour Certificate" dan"Declaration of Maritime LabourCompliance", "Maritime labourCertificate" dikeluarkan olehnegara bendera kapal atauorganisasi yang telah ditunjukuntuk melakukan inspeksi terhadapkapal dan berlaku selama 5 tahun.Sertifikat ini dlberikan bagi kapalyang telah meroenuhi peraturannasional bendera kapal danperaturan-peraturan pelaksana

Konvensi teisebut "MaritimeLabour Certificate'' akandilampirican di dalam "MaritimeLabour Convention" yang didalamnya berisi peraturan-peraturan nasional bendera kapalyang sesuai dengan Konvensi.Sertifikat juga ditujukan untukmenjamin pemiiik kapal atauoperator untuk tetap nielaksanakanatau menjaga standar-standar dalamKonvensi agar tetap dUaksanakandi atas kapal. Sesuai denganKonvensi ini, kapten kapalfaertanggung jawab untukmelaksanakan apa yang ditetapkanoleh pemiiik kapa? dan menjagaberkas-berkas yang berfaubungandengan pelaksanaan tugas daripemiiik kapal sebagai bukti apayang dilakukan pemiiik kapalmemenuhi ketentuan dalamKonvensi.

Pada 11 Febniari 2008,Bahama meratiSkasi Konvensi iLOdi bidang pekerja Maritiin. Bahamamenjadi negara belahan baiatpertaraa yang meratiSkasi konvensiini. Hal ini menunjukkan keinginanBahama untuk maju dan tenismeningkatkan standar dari industrimaritim di negaranya. Selain itu,ratifikasi mi menunjukkan bahwaBahama berkomifcnen untuk ierusberusaha mewujudkan pelayaranyang anian dan praktik peibunihanyangsehat

Sekitar 1.700 kapal telahdidaftarkan sebagai bagian dariBahama. Hal in! menjadikan

850 Indonesian Javrr&l of International taw

Page 19: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

Bahama sebagai negara ketigaterbesar yang memiliki kapal-kapalyang tersebar di seluruh dunia.Negara kedua terbesar adalahLiberia, negara yang juga telahmeratifikasi konvensi ini. Negaraterbesar adalah Panama, yangsampai saat ini masih belummeratifikasi konvensi ini dansangat diharapkan kesediaannyauntuk meratifikasi konvensi inidalam waktu dekat

Dengan Bahamameratifikasi konvensi ini makasyarat agar konvensi ini berlakularnbat laun terpenuhi, karenadengan Bahama meratifikasikonvensi ini maka sekitar 20% daritonase dunia telah menjadi pesertakonvensi ini. Dengan demikiansemakin dekat terpenuhinya salahsatu syarat keberlakuan konvensitersebut, yakni terdapatnya minimal30 negara yang meratifikasi dantelah mewakili 33% dari tonasedunia.

Apabi la konvensi iniberlaku, maka konvensi ini akanberlaku secara global, tanpamensyaratkan seluruh negara untukmeratifikasinya. Dengan Bahamameratifikasi konvensi ini,diharapkan negara-negara yangberada di sekitar Laut Karibia yangmemiliki kepentingan di bidangmaritim mengikuti jejak Bahamadan meratifikasi konvensi ini.Kemudian dengan melihatkeinginan negara-negara Afirikadan negara-negara Karibia makadapat diprediksikan bahwaMaritime Labour Convention akanberlaku pada 2010.

Selain itu, dengan Bahamameratifikasi konvensi ini, makapada saat konvensi ini memilikikekuatan hukum untuk mulaiberlaku, maka Bahama secaraotomatis menjadi anggota darianggota "Tripartite Committee"yang akan di bentuk di bawahkonvensi ini. (Desy Kristine)

Kebijakan ILO terhadap Permasalahan Perburuhandi Myanmar

http://\vww.amnestv. ors/en/tibrary/asset/ASA 1 6/009/1 999/eu/dom-ASA16QQ91999en.vdf

http:/Anvw._eimnestv. ors/en/librarv/asset/ASA 1 6/014/1 999/ert/dom-ASA16Q!41999en.pdf

http://mvanmaniewsAvordpress.com/2QQ6/Il/I6ftenasa-keria-paksa-di-bitrma-didiskitsikan-ilof

htt://\v\vw.i!Q,org/iiolex/c3i'tex/convde.pl?CQ29

&Crt=

Volume 5 Nomor 4 Jitl't 2008 851

Page 20: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Hukum Infernasional

htrp://\vwn'.reuiers.com/article/a5iaCrisis/ictUSL148639I2hup:// news, bbc. co. uk/2/hi/asia-pacific/4224 72Q.stm

http:/tvfw\v. Ho. orgAt'cittspj/sroups/pitblic/ — ed 'relconf/documents/meelingdocumenthvcfns QS5J28.pdf

fiftp://ww\v. ilo. orshvcms&5/sroui3s/pubnc/—ed norm/—relconf/docunients/meetinsdocitment/wcms Q91579.pdf

Myanmar telah menjadiperhatian dunia selarna setidaknya12 tahun terakhir akibat kefaijakan-kebijakannya yang dinilai banyakpihak telah melanggar hak-hakasasi buruh dalam hukumintemasional. Selama pertengahanpertama 1996, miiiler Myanmarrnemulai relokasi paksa 200.000-300.000 anggota etnis minoriiasKarenni di negara bagian Kayah,timur Myanmar. Merekadipindahkan dari desa merekamasing-masing ke lokasi-lokasitertentu di mana tidak terdapatcukup makanan, air, obat-obatan.dan fasilitas kebersihan untuk dapatmenunjang kebutuhan harianrnereka. Mereka yang berhasilmelarikan diri ke Thailand padaakhir 1998 dan awal 1999menyebutkan dalam wawancaradengan Amnesty Internationalbahwa militer Myanmar telahmemerintahkan mereka untukmelakukan kerja paksa. Selain itu,militer Myanmar juga telahmelakukan penahanan, penyiksaan,dan pembunuhan yang sernena-mena terhadap warga sipil yangdipaksa menjadi buruh tersebut.

Kebijakan kerja paksa initidak hanya dikenakan Myanmarterhadap etnis Karenni, namun jugaetnis-etnis minoritas yang berasaldari timur Myanmar lainnya, yaitudari wilayah Shan, Karen, danbagian selatan Kachin. Kerja paksayang mereka lakukan mencakup:pembukaan hutan, pembangunanjalan, pembangunan barak-barakmiliter, dan pengangkutan amunisiberat serta kantung-kantung suplailainnya untuk militer Myanmar.Semua ini diperintahkan Myanmaruntuk membantu merekamemenangkan perang melawanpemberontakan yang dilakukanoleh anggota etnis-etnis minoritasyang dimaksud. Dalammelaksanakan kerja paksa, seorangkepala kelua;ga biasanyadiperintahkan untuk menyediakanminimal salah seorang anggotakeluarganya, dan jika tidak mau,mereka wajib mencari tenagapengganti atau membayar dendasebesar 10.000 Kyat (8 USD).Mereka juga tidak pemah dibayardan hams membawa bekal sertamencari tempat berteduh sendiri.Dikarenakan jumlah orang dewasayang ada dalam sebuah keluarga

852 Indonesian Journal of International law

Page 21: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in News

terbatas, anak-anak dan rernajamuda pada akhimya seting kalidilibatkan dalam kerja paksa.Anak-anak juga dilaporkan telahdirekrut sebagai tentara oleh mtliterMyanmar.

Isu kerja paksa diMyanmar telah mendapatkanperhatian yang serius danOrganisasi Buruh Internasional(ILO), terutama karena Myanmarterikat oleh ILO Convention No. 29Concerning Forced or CompulsoryLabour yang diratifikasinya pada 4Maret 1955. Dalam menanggapikebijakan-kebijakan perburuhantersebut, Myanmar mengklaimbahwa kebijakan-kebijakan yangtelah diambilnya bukan merupakanbentuk kerja paksa karenadikecualikan oleh Pasal 2 ayat (2)Konvensi yang berbunyi:

"... eke term "forced orcompulsory labour" shall notinclude:... (b) Any work or service•which forms part of thenormal civic obligations of thecitizens of- a fully self-governing country... "

Myanmar berpendapat bahwabentuk-bentuk pekerjaan yangdiperintahkannya merupakanbagian dari kewajiban setiap warganegara {civic obligations} untukmembela negaranya dalam perangmelawan para pernberontak. Olehkarena itu, bentuk-bentuk pekerjaantersebut tidak dapat dianggap

sebagai kerja paksa. Walaupundemikian, ILO dalam berbagaikesempatan telah memerintahkaninvestigasi serta memintaketerangan dan kerja samapemerintah Myanmar dalammenanggapi isu kerja paksatersebut

Dalam sesi ke-291 padaNovember 2004 di Jenewa, ILOmemutuskan untuk mengirimkanhigh-level mission ke Myanmaruntuk rnenyelidiki tuduhanterjadinya kerja paksa. Pada 14November 2007, ILO juga secaraspesifik meminta Myanmar untukmembuat pemyataan bahwa segalabentuk kerja paksa hamsdihapuskan. ILO juga pernahmengancam akan memintaAdvisory Opinion dariInternational Court of Justice, diDen Haag, untuk melarangMyanmar meneruskan kebijakankerja paksanya. Namun baru padaawal 2007, Myanmar setuju untukmulai bekerja sama dengan ILO.Pada 26 Februari 2007, Myanmarmenandatangani SupplementaryUnderstanding dengan ILO untukmenciptakan mekanisme di manaindividu-individu yang mengklaimtelah menjadi korban kerja paksadapat menuntut ganti rugi. Dalamsesi ILO ke-298 pada Maret 2007,Myanmar juga setuju untukmengizinkan deiegast ILOmemasuki wilayahnya untukmenyelidiki kemungkinanterjadinya kerja paksa.

Volume 5 Momor 4 Mi 2008 853

Page 22: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jurnal Hukwn Internasional

Perkembangan terakhirmasalah perburuhan di Myanmartelah dituangkan dalamKesimpulan Governing Body ILONo. GB. 301 /6, yang diadopsidalam sesi ke-301 pada Maret2008. Kesimpulan tersebut rneliputi7 (tujuh) hal pokok, yaitu:1. Governing Body telah

mempertimbangkan scrnuainformasi yang diterimanya, 5.termasuk pemyataan dariPerwakilan Tetap UniMyanmar,

2. Governing Body nienyambutbaik perpanjangan periodepercobaan dari aplikasi 6.Supplementary Understandinguntuk masa waktu 12 bulanterhitung sejak 26 Februari2008;

3. Governing Body sekali lagimemanggil otoritas Myanmardengan setegas-tegasnya untukmembuat pemyataan publik,yang didiseniinasikan dalambahasa-bahasa lokal denganjelas, untuk mengkonfirmasikembali pelarangan segala 7.bentuk kerja paksa dankomitmen Myanmar untukmelaksanakan kebijakantersebut, termasuk melaluiaplikasi SupplementaryUnderstanding,

4. Governing Body mengakuiupaya Myanmar dalamrneningkatkan kesadaran dankegiatan pendidikan. Namun, iasangat menyesalkan kurangnya

kesadaran atas kebijakan-kebijakan pemerintah yangterkait dan kewajiban dalamKonvensi No. 29, yangdibuktikan dari adanya laporanyang terus-menerus mengenaipelecehan terhadap orang-orang yang mendukungaplikasi SupplementaryUnderstandingsGoverning Body kembalimenggarisbawahi kesimpulanKomite Kebebasan Berserikatdalam Kasus No. 2591 tentangkebebasan berserikat dan hak-hak semua serikat buruh;Governing Body sekali lagimemanggi! PemerintahMyanmar untukmemperhatikan kesirnpulan-kesimpulan dan keputusan-keputusannya terdahulu,termasuk kesimpulan dankeputusan InternationalLabour Conference, denganharapan bahwa permasalahanini dapat diselesaikan denganbaik;Governing Body memanggilPemerintah Myanmar untukmemperkuat kerja samanyadengan ILO untuk memastikanaplikasi efektif dariSupplementary Understandingdan implementasi kewaj ibanMyanmar dalam Konvensi No.29 yang melarang kerja paksadan perekrutan anak-anak kedalam militer. (Hadyu Ikrami)

854 Indonesian Journal of International law

Page 23: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

International Law in

Ratifikasi Luksemfourg terhadap 20 InstrumenHukum Perburuhan ILO Secara Sekaligus

http://www. Ho. ors/slobal/A boitt the ILO/Media and public information/l-News/lans-en/WCMS 091734/tndex.htm

Pada 8 April 2008, Luksemburgmeratifikasi 20 instrumenhukum Organisasi BuruhIntemasional (ILO), yang terdiridan 18 konvensi dan 2 (dua)protokol. Lima belas dariinstrumen-instrumen hukum initerkait dengan keselamatan kerjadan perlindungan kesehatanburuh. Ratifikasi secarasekaligus instrumen hukumdalam jumlah besar seperti inimempakan hal yang relatifjarang terjadi dalam sejarah ILO.Dengan ratifikasi 20 instrumenini, jumlah total instrumenhukum ILO yang telahdiratiflkasi Luksemburg adalah100 buah. Hal ini sekaligusmenjadikan Luksemburg sebagaisalah satu dari sebagian besarnegara Uni Eropa yangmeratifikasi instrumen-instrumen ILO di bidangkeselamatan dan kesehatankerja. Ratifikasi ini jugamenandai perayaan World Dayfor Safety and Health at Workyang jatuh pada 28 April.

Menurut ILO, lebih dari6.000 buruh meninggal setiaptahun di seluruh dunia sebagai

akibat dari penyakit-penyakityang berkaitan dengankecelakaan di tempat kerja.Setiap tahun, sekitar 270 jutaorang juga terkena dampakkecelakaan kerja yang tidakfatal, yang berakibat padasetidaknya 3 (tiga) hari absensikerja. Di negara-negara UniEropa, jumlah kompensasi,biaya perawatan kesehatan, danbiaya perawatan karena cacatyang dikeluarkan oleh setiapnegara sebagai akibat darikecelakaan kerja sangat besar.Jumlah tersebut mewakili 3,8%Gross Domestic Product 'diseluruh Uni Eropa saja.Karenanya, masyarakat duniadapat membantu mengubah halini dengan berkontribusi pada"budaya global untukpencegahan".

Ke-18 konvensi yangtelah diratiflkasi Luksemburgtersebut adalah sebagai berikut:1. Convention No. H5

concerning the Protection ofWorkers against IonisingRadiations (I960);

Volume 5 Nomor 4Juli 2008 855

Page 24: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

Jttmal Huhtm faternasional

2. Convention No. 119concerning the Guarding ofMachinery (1963);

3. Convention No. J20concerning Hygiene inCommerce and Offices(1964);

4. Convention No. 127concerning the MaximumPermissible Weight to BeCarried by One Worker(1967);

5. Convention No. 129concerning LabourInspection in Agriculture(1969);

6. Convention No. 136concerning Protectionagainst Hazards ofPoisoning Arising fromBenzene (1970);

7. Convention No. 139concerning Prevention andControl of OccupationalHazards caused byCarcinogenic Substancesand Agents (1974);

8. Convention No. 148concerning the Protection ofWorkers againstOccupational Hazards in theWorking Environment Dueto Air Pollution, Noise, andVibration (1977);

9. Convention No. 149concerning Employment andConditions of Work and Lifeof Nursing Personnel(1977);

10. Convention No. 161concerning OccupationalHealth Services (1985);

11. Convention No. 162concerning Safety in the Useof'Asbestos (1986);

12. Convention No, 167concerning safety andHealth in Construction(1938);

13. Convention No. 170concerning Safety in the Useof Chemicals at Work(1990);

14. Convention No. 171concerning Night Work(1990);

15. Convention No. 174concerning the Prevention ofMajor Industrial Accidents(1993);

16. Convention No. 176concerning Safety andHealth in Mines (1995);

17. Convention No. 1&3concerning the Revision ofthe Maternity ProtectionConvention (Revised), 1952(2000);

18. Convention No. s84concerning Safety andHealth in Agriculture(2001).

Sedangkan 2 (dua)protokol yang diratifikasiLuksemburg adalah Protocolrelated to Convention No. 81concerning Labour Inspection inIndustry and Commerce danProtocol related to ConventionNo. 155 concerning

856 Indonesian Journal of International Law

Page 25: Penanganan Masalah TKI Ilegal oleh Pemerintah RI

international Law in News

Occupational Safely and Healthin the Working Environment.

Menurut CleopatraDoumbia-Henry, DirekturInternational Labour StandardsDepartment ILO, ratifikasiinstrumen-instrurnen inimerefleksikan kepentinganPemerintah Luksemburg untukmengadopsi standar-standarperburuhan intemasional demimenjamin pekerjaan yang lebihbaik dalam ketentuanperundang-undangan nasionalmereka. Bidang-bidang yangtercakup dalam standar inimeiiputi keselamatan dankesehatan kerja, yangmerupakan perpanjangan daribidang inspeksi perburuhan danperlindungan terhadap buruhibu. Luksemburg sekali lagitelah menunjukkankomitmennya untukmempromosikan nilai-nilai yangdijunjung ILO. (HadyuIkrami)

Volume 5 ffomor 4 Jitli 2008 857