penanganan patah tulang lengan atass

8
Penanganan Patah Tulang Lengan atas 1. Letakkan lengan bawah di dada, telapak tangan menghadap keluar. 2. Pasang bidai L/Bidai spesial siku 3. Ikat diatas & dibawah tulang yg patah 4. Lengan bawah digendong 5. Jika siku oatah, tangan jangan dilipat, bidai lurus ke bawah 6. Rujuk Pedoman Pembidaian 1. Informasikan kepada penderita. 2. Eksposure 3. Nilai GSS pada distal 4. Siapkan alat-alat 5. Membidai sesuai dg posisi saat ditemukan 6. Meliputi dua sendi atau dua tulang 7. Lapisi bidai dg bahan lunak 8. Ikatan jangan terlalu keras/longgar 9. Ikatan cukup jumlahnya 10. Nilai GSS kembali PEMBIDAIAN Upaya menstabilkan + Immobilisasi bagian cedera Tujuan : - Mencegah gerakan

Upload: dimas-ajie-prasetyo

Post on 13-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxsxs

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

Penanganan Patah Tulang Lengan atas

1. Letakkan lengan bawah di dada, telapak tangan menghadap keluar.

2. Pasang bidai L/Bidai spesial siku

3. Ikat diatas & dibawah tulang yg patah

4. Lengan bawah digendong

5. Jika siku oatah, tangan jangan dilipat, bidai lurus ke bawah

6. Rujuk

Pedoman Pembidaian

1. Informasikan kepada penderita.

2. Eksposure

3. Nilai GSS pada distal

4. Siapkan alat-alat

5. Membidai sesuai dg posisi saat ditemukan

6. Meliputi dua sendi atau dua tulang

7. Lapisi bidai dg bahan lunak

8. Ikatan jangan terlalu keras/longgar

9. Ikatan cukup jumlahnya

10. Nilai GSS kembali

PEMBIDAIAN

Upaya menstabilkan + Immobilisasi bagian cedera

Tujuan :

- Mencegah gerakan

- Mengurangi cedera baru

- Memberi istirahat

Page 2: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

- Mengurangi nyeri

- Mempercepat penyembuhan

Macam-Macam Bidai :

• Bidai keras

• Bidai traksi

• Bidai Improvisasi

• Gendongan/belat & bebat

F. Komplikasi fraktur

-Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

-Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang

lebih lambat dari keadaan normal.

-Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

-Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam

satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

Komplikasi luka terbuka

Hemorrhage (Perdarahan)

Meningkaynya nadi, meningkatnya pernafasan, Menurunnya tekanan darah, lemah, pasien mengeluh kehausan.

Infeksi

luka memerah, bengkak, nyeri, jaringan sekitar mengeras, leukosit meningkat.

Dehiscene

(tepi sulit/tidak dapat menyatu)

Page 3: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

Eviceration

(menonjolnya organ-organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui incisi)

Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya

pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,

,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,

mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –

5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan

eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres

dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka

Jenis fraktur

1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

2. Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.

3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:

Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.

Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak

ekstensif.

4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.

5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

Page 4: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

10.Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).

11.Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).

12.Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.

13.Epifisial, fraktur melalui epifisis.

14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

JENIS FRAKTUR

a. Menurut jumlah garis fraktur : • Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)

• Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)

• Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

b. Menurut luas garis fraktur : • Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara

langsung)

• Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)

• Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada

perubahan bentuk tulang)

c. Menurut bentuk fragmen : • Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)

• Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)

• Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar : • Fraktur terbuka

(fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 : 

1. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi

ringan, luka

2. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.

3. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,

kontaminasi besar.

• Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

KOMPLIKASI

Page 5: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

1. Umum?Shock

?Kerusakan organ

? Kerusakan saraf

? Emboli lemak

2. Dini:?Cedera arteri

?Cedera kulit dan jaringan

? Cedera partement syndrom.

3. Lanjut?Stffnes(kakusendi)

?Degenerasi sendi

? Penyembuhan tulang terganggu :

o Mal union

o Non union

o Delayed union

o Cross union

TATA LAKSANA

1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union : ?

Eksternal ?gips,traksi

? Internal ? nail dan plate

3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

SINDROME KOMPARTEMEN Ditulis olehabukalyadi/pada 26/04/2010

A. Definisi Syndrome kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan interstitialdalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-otot individual yang dibungkus oleh epimisium.

Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak Berdasarkan letaknya komparteman terdiri dari beberapa macam, antara lain:1. Anggota gerak atas a. Lengan atas : Terdapat kompartemen anterior dan posterior  

Page 6: Penanganan Patah Tulang Lengan Atass

b. Lengan bawah : Terdapat tiga kompartemen,yaitu: flexor superficial, fleksor profundus, dan ekstensor 2. Anggota gerak bawaha. a. Tungkai atas: Terdapat tiga kompartemen, yaitu: anterior, medial, dan posterior  b. Tungkai bawah: Terdapat empat kompartemen, yaitu: kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial, posterior profundusSyndrome kompartemen yang paling sering terjadi adalah pada daerah tungkai bawah (yaitukompartemen anterior, lateral, posterior superficial, dan posterior profundus) serta lengan atas(kompartemen volar dan dorsal)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)

2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan disuse

4. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan

aktivitas

5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur

invasive

6.Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap

informasi, terbatasnya kognitif