pendahuluan latar belakang masalah -...
TRANSCRIPT
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga
dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan.
Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang optimum. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang
menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya
yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam
kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian yang tepat
akan menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, hidup dan nyata
sesuai harapan guru dan orang tua bahkan masyarakat.
Dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
dalam bidang keterampilan menulis karangan dari dulu hingga saat ini, kurang
mendapat perhatian baik dari guru maupun para pakar bahasa Indonesia.
Bahkan saat ini dalam Ujian Nasional , keterampilan menulis/mengarang tidak
termasuk materi yang diujikan. Hal ini amat disayangkan mengingat
pentingnya keterampilan menulis bagi pengembangan bahasa dan
keterampilan hidup para siswa. Di samping hal tersebut, penilaian untuk
tulisan/karangan dalam bahasa Indonesia pun masih belum memuaskan karena
hanya menggunakan satu cara penilaian yaitu cara analitik yang berfokus pada
tiga aspek, yaitu : isi, bahasa dan struktur karangan. Penilaian karangan tidak
berdasarkan kemampuan siswa menghasilkan wacana karangan, tetapi lebih
menguji pada kemampuan siswa dalam hal mengingat fakta-fakta,
menerapkan peraturan tata bahasa dan pengetahuan struktur karangan yang
sistematik. Hal ini telah berpengaruh terhadap proses pembelajaran
menulis/mengarang. Pada umumnya guru hanya menugaskan menyusun
karangan berdasarkan judul dan kerangka karangan disertai bentuk tulisan
(tegak bersambung, ejaan) atau jumlah paragraf. Jarang sekali guru yang
2
menugaskan mengarang dengan menyebutkan sasarannya/orientasinya
(khalayak, informasi, diri sendiri atau pencerita), dengan demikian karangan
siswa kurang komunikatif dan ide atau gagasan siswa kurang dihargai.
B. Rumusan Masalah
Fokus penelitian ini diarahkan pada penyusunan model evaluasi
karangan bahasa Indonesia yang terdiri dari 3 jenis karangan, yaitu: karangan
narasi, eksposisi, argumentasi dan bagaimanakah pengaruh model evaluasi
tersebut terhadap pembelajaran mengarang bahasa Indonesia. Secara rinci
masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah model evaluasi untuk setiap jenis karangan: narasi,
eksposisi dan argumentasi?
2. Bagaimanakah pengaruh model evaluasi tersebut terhadap pembelajaran
mengarang bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menyusun model- model penilaian
karangan dalam pembelajaran menulis untuk meningkatkan kemampuan
menulis/mengarang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sekolah
dasar kelas tinggi (kelas IV,V,VI).
Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Tersusunnya model penilaian holistik untuk karangan bahasa Indonesia,
yang terdiri dari 3 model, yaitu:
a. Model penilaian holistik untuk karangan narasi.
b. Model penilaian holistik untuk karangan eksposisi.
c. Model penilaian holistik untuk karangan argumentasi.
2. Membandingkan hasil penilaian holistik dengan penilaian tradisional
(analitik).
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru SD dapat menilai karangan bahasa Indonesia secara signifikan
dan tepat sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis karangan yang ada sehingga
guru mampu meningkatkan pengetahuan dan kinerjanya guna kemajuan
peserta didik.
2. Bagi siswa sekolah dasar, terutama kelas tinggi dapat meningkatkan
motivasi dan keterampilan menulis macam-macam karangan sesuai arahan
guru berdasarkan “Pedoman Penilaian Mengarang secara Holistik”.
3. Bagi lembaga terkait, terutama Dinas Pendidikan Kota Bandung,
diharapkan model penilaian holistik dalam pembelajaran mengarang ini,
dapat dijadikan masukan sebagai salah satu alternatif penilaian di samping
yang sudah lazim digunakan (penilaian analitik).
4. Bagi UPI diharapkan model penilaian holistik dapat disosialisasikan bagi
guru-guru sekolah dasar baik tertulis (dalam bentuk buku) maupun lisan (
dalam bentuk penataran atau pelatihan), sebab diyakini model ini dapat
efektif dan efisien bagi siswa dan guru.
5. Bagi Depdiknas, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu acuan dalam sistem penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya dalam aspek menulis lanjut/mengarang, karena belakangan ini
keterampilan mengarang tidak diujikan dalam UAN.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Proses menulis atau istilah lainnya mengarang merupakan proses
yang rumit dalam operasi mental manusia.. Menurut Hayes dan Flower (1980)
proses menghasilkan wacana khususnya karangan merupakan proses
perancangan yang melibatkan pelahiran ide, penyusunan, dan penyesuaian
berdasarkan kerangka yang dibentuk. Odell (1981) merumuskan bahwa
menulis merupakan keterampilan penemuan yaitu proses penulis menemukan
ide dan akan disampaikannya dalam tulisan. Ide yang ditetapkan akan
dipindahkan ke dalam bentuk bahasa melalui seleksi yang tepat, memerlukan
kemampuan menyusun struktur dan unsur bahasa yang tepat serta bahan
informasi yang sesuai dengan sasaran pembaca. Hayes dan Flower (1980)
menyimpulkan bahwa proses ini adalah proses penerjemahan yaitu
pemindahan ide ke dalam bentuk bahasa yang diikuti proses penyuntingan.
Untuk memahami tulisan seseorang (dalam hal ini karangan siswa) diperlukan
pemahaman tentang konteks/lingkungan dan situasi selain pengetahuan
tatabahasa.
Mengenai cara penilaian karangan yang lazim digunakan dalam
pengajaran bahasa Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi dalam dekade terakhir ini adalah penilaian cara analitik yang berfokus
pada tiga aspek penilaian yaitu: bentuk, isi dan bahasa. Jadi penilaian
karangan tidak berdasarkan kemampuan anak didik menghasilkan wacana
karangan tetapi menguji kemampuan mengingat isi (bahan karangan) dan
mengetahui struktur dan aturan tata bahasa. Keterampilan menulis karangan
tidak dinilai sebagai perilaku berbahasa yang lain dalam bentuk wacana
penulisan.
Wacana adalah perilaku berbahasa dalam konteks, baik lisan
maupun tulisan yang dihasilkan melalui kemampuan menggunakan unsur-
unsur kohesi dan koherensi. Keutuhan suatu wacana/karangan berdasarkan
5
adanya kesatuan hubungan antara: tujuan, khalayak sasaran, dan
pengorganisasiannya (penyusunannya).
Dengan demikian penilaian karangan dapat dilakukan secara
holistik, berdasarkan asumsi bahwa keseluruhan itu lebih penting daripada
bagian-bagian yang membangun sebuah wacana. Dalam penelitian ini
penilaian karangan dan cara menulis karangan akan mempergunakan model
keterampilan menulis/mengarang White (1985) dan Panduan Penilaian
Holistik White (1985). Di Amerika Serikat penilaian holistik sesungguhnya
telah lama dipergunakan, yaitu sekitar tahun 70-an di National Assessment of
Educational Progress, Denver dan di Educational Testing Service, Princeton.
Tujuan penilaian holistik adalah pemberian nilai kepada setiap jawaban
berdasarkan kesan atau kualitas keseluruhan jawaban berdasarkan pedoman
yang berisi kriteria penilaian. Nilai yang diberikan berdasarkan kualitas
sampel karangan, selanjutnya diberikan gred (A,B,C,D dst). Pemeriksa
membaca setiap jawaban dengan seksama, dan mengkategorikan menjadi 3
kelompok: tinggi, sederhana dan rendah (Ebel 1991; Hasim,2000).
Banyak ahli yang berpendapat, bahwa penilaian holistik lebih
mudah dan layak daripada pendekatan analitik dan hasil penilaiannya dapat
dipercaya (Llyod-Jones,1997; Ebel, 1991). Walau demikian, Ebel 1991)
menyarankan untuk menggabungkan kedua penilaian yang ada, yaitu:
penilaian analitik dan holistik. Agar lebih jelas mengenai konsep penilaian
holistik, di bawah ini akan diuraikan Pedoman Penilaian Holistik berdasarkan
Edward M.White dalam bukunya,”Teaching and Assessing Writing” (White,
1985:135). Di samping itu akan dicantumkan juga kriteria penilaian karangan
secara analitik yang dewasa ini dipergunakan di sekolah-sekolah, dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi.
6
PEDOMAN PENILAIAN HOLISTIK WHITE
NILAI URAIAN PENCAPAIAN
6 Karangan dalam kategori ini dapat dikatakan sempurna, sesuai
tugas yang dikehendaki. Karangan jelas, memperlihatkan
kelancaran dan urutan pemikiran, juga memperkenalkan tafsiran
asli tentang judul penulisan. Karangan memperlihatkan hampir
tidak ada kesalahan langsung dalam aspek mekanik, penggunaan
dan struktur kalimat. Terdapat bukti kematangan penguasaan
bahasa.
5 Karangan dalam kategori ini kemungkinan hanya menyentuh
secara sepintas lalu saja salah satu dari yang ditugaskan atau
hanya menyatakannya secara umum. Tetapi penulis menunjukkan
pemahaman yang jelas tentang judul penulisan. Alasan dalam
karangan ini mungkin tidak sebaik seperti nilai 6, tetapi karangan
ini tidak hanya menyatakan ide secara umum. Walaupun terdapat
kesalahan kecil dalam hal paragraf, terdapat bukti penulis dapat
mengatur susunan informasi kepada satu kesatuan dan unit yang
koheren. Sebagian besar karangan terhindar dari kesalahan yang
serius dalam mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Secara
umum karangan ditulis dengan baik dan jelas.
4 Karangan dalam kategori ini merupakan hasil yang kurang
sempurna atau kurang sistematik dibandingkan dengan nilai 6 atau
5, walau demikian karangan ini telah memenuhi unsur utama
sesuai yang ditugaskan. Alasan yang diberikan kurang jelas atau
tepat seperti nilai 6 atau 5, tetapi logis. Terdapat satu atau dua
bagian isi tidak dikembangkan sepenuhnya, tetapi terdapat bukti
kemampuan penulis mengembangkan ide penting. Karangan
disusun dan menggunakan paragraf dengan baik supaya pembaca
dapat mengikuti wacana tersebut, walaupun kadangkala tidak
koheren dan kurang terpadu. Tulisan tersebut mengandung
kesalahan mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Walaupun
7
kesalahan tidak banyak, tetapi kemampuan bahasa penulis
dipersoalkan karena mengganggu fokus pembaca terhadap isi
kandungan. Secara umum bahasa yang digunakan tepat.
3 Karangan yang termasuk kategori ini, memperlihatkan kesukaran
serius penulis dalam menyelesaikan tugas; atau memperlihatkan
kelemahan yang jelas dalam pemikiran analisis; atau ide-ide
penting tidak dijelaskan dan dikembangkan; atau terdapat
kesalahan dalam struktur kalimat, penggunaan dan mekanik
sehingga mengganggu keterbacaan karangan. Mungkin terdapat
kelemahan yang kentara dalam paragraf dan penyusunannya tetapi
kesan keseluruhan tidak kacau-balau. Penguasaan dan kontrol
bahasa penulis tidak rapi.
2 Karangan dalam kategori ini gagal memenuhi tuntutan penugasan;
tugas mungkin diabaikan, salah tafsir, lemah pengendalian atau
tidak dapat menjelaskan maksud Si Penulis. Ada kombinasi
kekurangan yang berikut: kesalahan yang serius dalam penalaran,
kurang atau tidak ada pengembangan ide dan pengembangan
antara bagian tidak jelas. Banyak kesalahan yang serius dalam
penggunaan struktur kalimat dan mekanik yang menunjukkan
kelemahan dalam penulisan.
1 Termasuk karangan kategori khusus yang memiliki kesalahan:
kekeliruan konsep, penyusunan yang tidak menentu yang
menggambarkan tidak adanya kemampuan menyelesaikan tugas
dan tidak adanya bakat menulis.
0 Karangan ini jelas keluar dari judul/ menyeleweng dari tema,
apapun mutunya.
8
Berikutnya akan dibahas teknik penyekoran analitik yang hingga
saat ini masih dipergunakan di Indonesia dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Teknik penyekoran analitik merupakan teknik penyekoran karangan
yang dilakukan dengan cara penyekoran dikenakan pada komponen-
komponen pembentuk karangan dengan melakukan penghitungan secara rinci
kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Komponen-komponen
pembentuk karangan yang dimaksud meliputi: judul, gagasan, organisasi
gagasan (kesatuan, kepaduan kelogisan), penggunaan struktur, pemilihan
diksi, tanda baca dan ejaan. Kelebihan teknik penyekoran ini terletak pada
kemungkinan untuk dapat menilai semua komponen yang mendukung
kemampuan secara rinci. Kelemahannya terletak pada kesulitan untuk
mengkuantifisikan hasil penyekoran setiap komponen (Rofiuddin, 1996)
Contoh penyekoran analitik:
Contoh I: Pedoman Penyekoran Analitik (Rofiuddin,1996)
Aspek yang Dinilai Skala Penilaian
A B C D E
1. Judul 2. Gagasan 3. Organisasi gagasan
- Kesatuan - Kepanduan - Kelogisan
4. Penggunaan struktur 5. Pemilihan diksi 6. Tanda Baca dan ejaan
9
Contoh 2 : Penskoran Mengarang (Depdikbud,1995/1996)
No KRITERIA PENSKORAN JAWABAN SKOR RENTANG SKOR
1 2 3 4 5 6
Kesesuaian isi dengan tema a. Sangat tepat b. Tepat c. Kurang tepat
Komposisi penyajian isi dan kesesuaian jenis karangan
a. Bagian karangan (pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan) lengkap dan sesuai dengan jenis karangan
b. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tepat
c. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat
d. Bagian karangan tidak lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat
Struktur kalimat dan pilihan kata (diksi)
a. Struktur kata banyak yang benar, pilihan kata banyak yang tepat
b. Struktur kata banyak benar, pilihan kata sedikit yang tepat
c. Struktur kata sedikit yang benar, pilihan kata banyak yang tepat
d. Struktur kata sedikit yang benar, pelihan kata sedikit yang tepat
Ejaan
a. Penggunaan ejaan banyak yang benar b. Penggunaan ejaan sedikit yang benar c. Pengunaan ejaan sangat sedikit yang benar
Koherasi antarkalimat
a. Koherensi antarkalimat sangat padu b. Koherensi antarkalimat padu c. Koherensi antarkalimat kurang padu
Kerapian bentuk karangan
5 4 1 5 4 3 1 5 4 3 1 5 3 1 5 4 1
1-5
1-5
1-5
1-5
1-5
1-5
10
a. Bentuk karangan rapi, tulisan terbaca b. Bentuk karangan kurang rapi, tulisan terbaca c. Bentuk karangan rapi, tulisan sedikit terbaca d. Bentuk tulisan rapi, tulisan kurang terbaca
SKOR MAKSIMUM
5 4 3 1
30
Contoh 3: Pedoman Penskoran Bahasa Indonesia di SD (Depdiknas, 2004)
No Unsur yang dinilai Kriteria Skor
1 Kesesuaian isi karangan dengan gambar
- Isi sepenuhnya sesuai dengan gambar - 80% isi sesuai dengan gambar - 60% isi sesuai dengan gambar - 40% isi sesuai dengan gambar - 20% isi sesuai dengan gambar - Seluruh isinya tidak sesuai dengan gambar
5 4 3 2 1 0
2 Pilihan kata (diksi) - Seluruh pilihan kata tepat - 80% pilihan kata tepat - 60% pilihan kata tepat - 40% pilihan kata tepat - 20% pilihan kata tepat - Pilihan kata seluruhnya tidak tepat
5 4 3 2 1 0
3 Keterpaduan kalimat dalam paragraf
- Seluruh kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 80% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 60% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 40% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 20% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - Seluruh kalimat dalam paragraf tidak runtut dan padu
5 4 3 2 1 0
4 Keterpaduan antar paragraf
- Seluruh paragraf runtut dan padu - 75% paragraf runtut dan padu - 50% paragraf runtut dan padu - 25% paragraf runtut dan padu - Seluruh paragraf tidak runtut dan padu
4 3 2 1 0
5 Ejaan - Penggunaan ejaan dalam semua paragraf tepat - 80% pengguna ejaan tepat - 60% pengguna ejaan tepat - 40% pengguna ejaan tepat - 20% pengguna ejaan tepat - Seluruh pengguna ejaan tidak tepat
5 4 3 2 1 0
6 Tanda baca - Penggunaan tanda baca pada seluruh kalimat tepat - 3 paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - 1-2 paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - Seluruh paragraf tidak menggunakan tanda baca
secara tepat
3 2 1 0
7 Kerapian penulisan - Karangan ditulis dengan huruf tegak bersambung secara rapi
- 3 paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung
3 2
11
secara rapi - 1-2 paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung
secara rapi - Seluruh paragraf tidak ditulis dengan huruf tegak
bersambung secara rapi
1 0
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Jenis tulisan/karangan siswa SD yang diteliti terdiri dari 3 jenis
karangan (narasi, eksposisi, argumentasi ). Hal ini sesuai dengan materi
menulis dalam Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 (KBK). Materi menulis
ini sejalan dengan pendapat Inman dan Gardner (1979) Parere (1984), Keraf
(1994) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis dalam pengembangannya
terdiri dari: mengisahkan, mendeskripsikan, menjelaskan sesuatu dan
berargumentasi.
Hasil penelitian Sriasih (2005) menunjukkan bahwa ada perbedaan
struktur wacana tulis antara kelas yang lebih rendah (kelas IV) dan kelas yang
lebih tinggi (kelasVI), khususnya dalam karangan argumentasi. Siswa kelas VI
SD memiliki pola struktur yang lebih kompleks dalam hal: claim (pernyataan),
ground (alasan), warrant (pembenaran), backing (pendukung), kualifikasi dan
possible (bantahan). Hasil yang lebih menyeluruh tentang penilaian karangan
bahasa Indonesia pada siswa kelas VI telah dilakukan oleh Pusat Bahasa pada
siswa SD kelas VI se-DKI Jakarta (Pusat Bahasa,2003). Penilaian difokuskan
pada 3 hal: kemampuan menempatkan gagasan pokok, kemampuan kohesi dan
kemampuan pemakaian referensi. Dari hasil analisisnya diperoleh data
ketidaktepatan dalam penulisan paragraf. Ketidaktepatan tersebut meliputi:
pemakaian lebih dari satu gagasan utama, pemakaian ungkapan penghubung
antarkalimat, pemakaian satu kalimat panjang, kurangnya kepaduan dan
kesatuan suatu paragraf.
Mengenai penilaian holistik dalam karangan bahasa Inggris telah
banyak digunakan mengikuti prosedur White. Mitchel dan Anderson (1986)
melaporkan bahwa terdapat reliabilitas yang tinggi antarpemeriksa yang
terdiri dari 3 orang. Demikian pula laporan peneliti lain, seperti Kubisyen
(1990) dan Varbles (1990). Realibilitas tinggi dicapai dengan melatih
12
pemeriksa memahami kriteria penilaian dan berlatih menggred sampel
karangan secara teratur.
Penilaian holistik dalam bahasa Malaysia telah dilakukan oleh
Hashim (1999) dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan berhasil
membuktikan validitas dan realibilitas penilaian holistik yang memiliki
korelasi yang tinggi dengan skema tradisional dan skema wacana yang
berlandaskan pendekatan analitik. Model penilaian Hashim ini disebut Model
Penilaian Holistik Berfokus yang terdiri dari 3 versi, yaitu:
1. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Informasi
2. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Pencerita
3. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Khalayak
Ketiga model penilaian tersebut merupakan penerapan teori bahasa
dan penilaian bahasa dalam kemampuan menulis karangan bahasa Melayu
sekolah menengah. Penelitiannya dilakukan melalui penyusunan beberapa
instrumen untuk mengetahui kemampuan menulis karangan dan
mengassesmen pencapaian pelajar dalam karangan untuk kegunaan guru
dalam penilaian bahasa di dalam kontrol sekolah. Eksplorasi kemampuan
menulis bagi siswa sekolah menengah tersebut berdasarkan ide komunikatif
Hymes (1972) dan model wacana Llyod-Jones (1977), sementara assesmen
kemampuan menulis menggunakan pendekatan holistik. Penggunaan 3 model
skema penilaian komunikatif berfokus tersebut telah menunjukkan validitas
dan realibilitas tinggi. Assessmen yang disusunnya bukan saja tepat dan
efisien tetapi telah merupakan suatu pembaharuan dalam pendidikan bahasa
Melayu (Hashim, 2003; 2005).
Di bawah ini akan disajikan secara lengkap 3 versi skema penilaian
holistik berfokus yang saat ini banyak digunakan dalam penilaian mengarang
bahasa Melayu di sekolah-sekolah Malaysia.
13
PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI
1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan
Berorientasi Informasi agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:
a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa
2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3 kategori:
a. kategori tinggi b. kategori sederhana c. kategori rendah
Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.
3. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:
Gred/ tahap Nilai Deskriptor
A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan
B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan
C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan
D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi
E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas
F 0- 29 Tidak menguasai dasar bahasa
4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.
14
SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI
I. SOSIOLINGUISTIK Siswa memahami tujuan penulisan dan mengetahui pembacanya
(a) Tujuan Menjelasakan informasi-informasi khusus tentang judul berdasarkan situasi dalam karangan; dan mengutarakan ide dan pengalaman pribadi untuk meyakinkan pembaca.
(b) Khalayak Mewujudkan hubungan dan berkolaborasi ide dengan pembaca melalui pengusaan gaya penulisan dan format ceramah.
II. WACANA Siswa menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyususnan, pemikiran dan penekanan wacana paparan
(a) Penyusunan Membentuk kohesi tatabahasa (kata hubung, ellipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana) secara seimbang; dan menyusun isi secra logik berdasarkan hubungan syarat-hasil, sebab-tujuan, dan sebab akibat.
(b) Pemikiran Menunjukkan pemikiran karangan penerangan yang menekankan fakta dan perinciannya; dan membentuk kohesi meliputi jenis tatabahasa dan leksikal.
(c)Penekanan Fokus terhadap judul melalui penyusunan ide secara logis dengan dukungan isu-isu yang berkaitan.
III. TATABAHASA Siswa menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan bahasa
(a) Pengetahuan Menunjukkan penguasaan aspek mekanis, khususnya tanda baca dan ejaan; aspek morfologi memperlihatkan penggunaan dan pemilihan kata yang tepat dari kosa kata yang luas; dan aspek sintaksis menunjukkan penguasaan struktur kalimat yang mengukuhkan kohesi.
15
FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI
No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah
Grade/ Peringkat
Nilai (%)
Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
16
PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA
1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi
Pencerita, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:
a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa
2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3 kategori:
d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah
Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.
3. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:
Gred/ tahap Nilai Deskriptor
A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan
B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan
C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan
D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi
E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas
F 0- 29 Tidak menguasai dasar bahasa
17
4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan
tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.
SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN PENCERITA
I. SOSIOLINGUISTIK
Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca). (a) Tujuan Melahirkan ide dan perasaaan dalam penulisan kreatif, menyusun isi
serta menggunakan kata-kata pembuka dan penutup wacana berdasarkan tujuan penulisan.
(b) Konteks Membina hubungan dan menyatukan pengalaman dengan pembaca tentang peristiwa yang menyangkut watak yang diceritakan, dan mengemukakan ide berdasarkan tema, pengalaman pribadi/imajinasi.
(c) Khalayak Menunjukkan kesadaran terhadap pembaca dengan berusaha untuk mengaitkan idenya dengan pengalaman khalayak, dan menggunakan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) untuk mengekalkan fokus pembaca.
II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan pemikiran dan penyajian wacana pelahiran
(a) Pemikiran Mengemukakan ide yang berdasarkan hubungan syarat-hasil dan sebab-akibat.
(b) Penyajian Menggunakan kemampuan menyusun kohesi dan koherensi secara seimbang, berfokuskan ide utama (plot yang jelas) dan menggunakan gaya penulisan kreatif yang tepat.
III. TATABAHASA Calon mempunyai pengetahuan dan memahami seluk-beluk bahasa
(a) Pengetahuan Menggunakan struktur bahasa (morfologi dan sintaksis) dan mekanis (tanda baca dan ejaan) dengan baik; dan menunjukkan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim,antonim,hiponim,kolokasi,ulangan, pembuka dan penutup wacana) yang baik.
18
FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA
No Nama Kemampuan
T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Grade/
Peringkat Nilai (%)
Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
19
PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK
1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi Khalayak, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:
a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa
2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3
kategori: d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah
Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.
4. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:
Gred/ tahap Nilai Deskriptor
A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan
B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan
C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan
D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi
E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas
20
4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.
SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN KHALAYAK
I. SOSIOLINGUISTIK
Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca).
(a) Tujuan Membujuk dan mencoba meyakinkan pembaca dengan alasan-alasan yang mendukung tajuk/judul.
(b) Situasi Menggunakan alasan-alasan berdasarkan pengalaman pribadi untk memperkuat dasar judul.
(c) Khalayak Berkomunikasi dengan khalayak melalui gaya penulisan yang sesuai; dan menyampaikan ide berdasarkan format arahan dengan susunan ide yang rapi dalam paragraf.
II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyajian, pengolahan dan kesatuan
(a) Penyajian Menyajikan ide secara teratur dan dan berfokus melalui kohesi leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menyusun koheren melalui hubungan sebab-tujuan, syarat-hasil, sebab-akibat, dan latar kesimpulan.
(b)Pengolahan Mengolah ide berdasarkan logika, hubungan perbandingan, kata pembuka dan penutup wacana, di samping mengemukakan bukti-bukti khusus dan uraian yang jelas
(c) Kesatuan Menyusun kohesi berdasarkan sarana rujukan dan kata hubung.
III. TATABAHASA
Penulis menunjukkan kemampuan menggunakan pengetahuan tatabahasa
21
(a)Penggunaan Menunjukkan penguasaan aspek sintaksis dan menggunakannya dengan berkesan untuk menyusun kohesi aspek nahu tata bahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menggunakan tanda baca dengan tepat, disamping menguasai ejaan dan aspek morfologi.
FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK
No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah
Grade/ Peringkat
Nilai (%)
Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
22
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bahasa
Pembelajaran
Menulis/Mengarang
Jenis Karangan: eksposisi,narasi,argumentasi
Pendekatan Komunikatif
Penilaian Holistik Penilaian Analitik
Proses Pembelajaran
Perencanaan Pelaksanaan Hasil
Validasi & Finalisasi Model
Model Penilaian MengarangHolistik di SD
Tugas