pendahuluan latar belakang masalah -...

23
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimum. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian yang tepat akan menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, hidup dan nyata sesuai harapan guru dan orang tua bahkan masyarakat. Dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keterampilan menulis karangan dari dulu hingga saat ini, kurang mendapat perhatian baik dari guru maupun para pakar bahasa Indonesia. Bahkan saat ini dalam Ujian Nasional , keterampilan menulis/mengarang tidak termasuk materi yang diujikan. Hal ini amat disayangkan mengingat pentingnya keterampilan menulis bagi pengembangan bahasa dan keterampilan hidup para siswa. Di samping hal tersebut, penilaian untuk tulisan/karangan dalam bahasa Indonesia pun masih belum memuaskan karena hanya menggunakan satu cara penilaian yaitu cara analitik yang berfokus pada tiga aspek, yaitu : isi, bahasa dan struktur karangan. Penilaian karangan tidak berdasarkan kemampuan siswa menghasilkan wacana karangan, tetapi lebih menguji pada kemampuan siswa dalam hal mengingat fakta-fakta, menerapkan peraturan tata bahasa dan pengetahuan struktur karangan yang sistematik. Hal ini telah berpengaruh terhadap proses pembelajaran menulis/mengarang. Pada umumnya guru hanya menugaskan menyusun karangan berdasarkan judul dan kerangka karangan disertai bentuk tulisan (tegak bersambung, ejaan) atau jumlah paragraf. Jarang sekali guru yang

Upload: nguyenanh

Post on 27-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga

dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan.

Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang optimum. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang

menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya

yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam

kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian yang tepat

akan menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, hidup dan nyata

sesuai harapan guru dan orang tua bahkan masyarakat.

Dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya

dalam bidang keterampilan menulis karangan dari dulu hingga saat ini, kurang

mendapat perhatian baik dari guru maupun para pakar bahasa Indonesia.

Bahkan saat ini dalam Ujian Nasional , keterampilan menulis/mengarang tidak

termasuk materi yang diujikan. Hal ini amat disayangkan mengingat

pentingnya keterampilan menulis bagi pengembangan bahasa dan

keterampilan hidup para siswa. Di samping hal tersebut, penilaian untuk

tulisan/karangan dalam bahasa Indonesia pun masih belum memuaskan karena

hanya menggunakan satu cara penilaian yaitu cara analitik yang berfokus pada

tiga aspek, yaitu : isi, bahasa dan struktur karangan. Penilaian karangan tidak

berdasarkan kemampuan siswa menghasilkan wacana karangan, tetapi lebih

menguji pada kemampuan siswa dalam hal mengingat fakta-fakta,

menerapkan peraturan tata bahasa dan pengetahuan struktur karangan yang

sistematik. Hal ini telah berpengaruh terhadap proses pembelajaran

menulis/mengarang. Pada umumnya guru hanya menugaskan menyusun

karangan berdasarkan judul dan kerangka karangan disertai bentuk tulisan

(tegak bersambung, ejaan) atau jumlah paragraf. Jarang sekali guru yang

2

menugaskan mengarang dengan menyebutkan sasarannya/orientasinya

(khalayak, informasi, diri sendiri atau pencerita), dengan demikian karangan

siswa kurang komunikatif dan ide atau gagasan siswa kurang dihargai.

B. Rumusan Masalah

Fokus penelitian ini diarahkan pada penyusunan model evaluasi

karangan bahasa Indonesia yang terdiri dari 3 jenis karangan, yaitu: karangan

narasi, eksposisi, argumentasi dan bagaimanakah pengaruh model evaluasi

tersebut terhadap pembelajaran mengarang bahasa Indonesia. Secara rinci

masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah model evaluasi untuk setiap jenis karangan: narasi,

eksposisi dan argumentasi?

2. Bagaimanakah pengaruh model evaluasi tersebut terhadap pembelajaran

mengarang bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menyusun model- model penilaian

karangan dalam pembelajaran menulis untuk meningkatkan kemampuan

menulis/mengarang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sekolah

dasar kelas tinggi (kelas IV,V,VI).

Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Tersusunnya model penilaian holistik untuk karangan bahasa Indonesia,

yang terdiri dari 3 model, yaitu:

a. Model penilaian holistik untuk karangan narasi.

b. Model penilaian holistik untuk karangan eksposisi.

c. Model penilaian holistik untuk karangan argumentasi.

2. Membandingkan hasil penilaian holistik dengan penilaian tradisional

(analitik).

3

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru SD dapat menilai karangan bahasa Indonesia secara signifikan

dan tepat sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis karangan yang ada sehingga

guru mampu meningkatkan pengetahuan dan kinerjanya guna kemajuan

peserta didik.

2. Bagi siswa sekolah dasar, terutama kelas tinggi dapat meningkatkan

motivasi dan keterampilan menulis macam-macam karangan sesuai arahan

guru berdasarkan “Pedoman Penilaian Mengarang secara Holistik”.

3. Bagi lembaga terkait, terutama Dinas Pendidikan Kota Bandung,

diharapkan model penilaian holistik dalam pembelajaran mengarang ini,

dapat dijadikan masukan sebagai salah satu alternatif penilaian di samping

yang sudah lazim digunakan (penilaian analitik).

4. Bagi UPI diharapkan model penilaian holistik dapat disosialisasikan bagi

guru-guru sekolah dasar baik tertulis (dalam bentuk buku) maupun lisan (

dalam bentuk penataran atau pelatihan), sebab diyakini model ini dapat

efektif dan efisien bagi siswa dan guru.

5. Bagi Depdiknas, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu acuan dalam sistem penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia,

khususnya dalam aspek menulis lanjut/mengarang, karena belakangan ini

keterampilan mengarang tidak diujikan dalam UAN.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Proses menulis atau istilah lainnya mengarang merupakan proses

yang rumit dalam operasi mental manusia.. Menurut Hayes dan Flower (1980)

proses menghasilkan wacana khususnya karangan merupakan proses

perancangan yang melibatkan pelahiran ide, penyusunan, dan penyesuaian

berdasarkan kerangka yang dibentuk. Odell (1981) merumuskan bahwa

menulis merupakan keterampilan penemuan yaitu proses penulis menemukan

ide dan akan disampaikannya dalam tulisan. Ide yang ditetapkan akan

dipindahkan ke dalam bentuk bahasa melalui seleksi yang tepat, memerlukan

kemampuan menyusun struktur dan unsur bahasa yang tepat serta bahan

informasi yang sesuai dengan sasaran pembaca. Hayes dan Flower (1980)

menyimpulkan bahwa proses ini adalah proses penerjemahan yaitu

pemindahan ide ke dalam bentuk bahasa yang diikuti proses penyuntingan.

Untuk memahami tulisan seseorang (dalam hal ini karangan siswa) diperlukan

pemahaman tentang konteks/lingkungan dan situasi selain pengetahuan

tatabahasa.

Mengenai cara penilaian karangan yang lazim digunakan dalam

pengajaran bahasa Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan

tinggi dalam dekade terakhir ini adalah penilaian cara analitik yang berfokus

pada tiga aspek penilaian yaitu: bentuk, isi dan bahasa. Jadi penilaian

karangan tidak berdasarkan kemampuan anak didik menghasilkan wacana

karangan tetapi menguji kemampuan mengingat isi (bahan karangan) dan

mengetahui struktur dan aturan tata bahasa. Keterampilan menulis karangan

tidak dinilai sebagai perilaku berbahasa yang lain dalam bentuk wacana

penulisan.

Wacana adalah perilaku berbahasa dalam konteks, baik lisan

maupun tulisan yang dihasilkan melalui kemampuan menggunakan unsur-

unsur kohesi dan koherensi. Keutuhan suatu wacana/karangan berdasarkan

5

adanya kesatuan hubungan antara: tujuan, khalayak sasaran, dan

pengorganisasiannya (penyusunannya).

Dengan demikian penilaian karangan dapat dilakukan secara

holistik, berdasarkan asumsi bahwa keseluruhan itu lebih penting daripada

bagian-bagian yang membangun sebuah wacana. Dalam penelitian ini

penilaian karangan dan cara menulis karangan akan mempergunakan model

keterampilan menulis/mengarang White (1985) dan Panduan Penilaian

Holistik White (1985). Di Amerika Serikat penilaian holistik sesungguhnya

telah lama dipergunakan, yaitu sekitar tahun 70-an di National Assessment of

Educational Progress, Denver dan di Educational Testing Service, Princeton.

Tujuan penilaian holistik adalah pemberian nilai kepada setiap jawaban

berdasarkan kesan atau kualitas keseluruhan jawaban berdasarkan pedoman

yang berisi kriteria penilaian. Nilai yang diberikan berdasarkan kualitas

sampel karangan, selanjutnya diberikan gred (A,B,C,D dst). Pemeriksa

membaca setiap jawaban dengan seksama, dan mengkategorikan menjadi 3

kelompok: tinggi, sederhana dan rendah (Ebel 1991; Hasim,2000).

Banyak ahli yang berpendapat, bahwa penilaian holistik lebih

mudah dan layak daripada pendekatan analitik dan hasil penilaiannya dapat

dipercaya (Llyod-Jones,1997; Ebel, 1991). Walau demikian, Ebel 1991)

menyarankan untuk menggabungkan kedua penilaian yang ada, yaitu:

penilaian analitik dan holistik. Agar lebih jelas mengenai konsep penilaian

holistik, di bawah ini akan diuraikan Pedoman Penilaian Holistik berdasarkan

Edward M.White dalam bukunya,”Teaching and Assessing Writing” (White,

1985:135). Di samping itu akan dicantumkan juga kriteria penilaian karangan

secara analitik yang dewasa ini dipergunakan di sekolah-sekolah, dari sekolah

dasar hingga perguruan tinggi.

6

PEDOMAN PENILAIAN HOLISTIK WHITE

NILAI URAIAN PENCAPAIAN

6 Karangan dalam kategori ini dapat dikatakan sempurna, sesuai

tugas yang dikehendaki. Karangan jelas, memperlihatkan

kelancaran dan urutan pemikiran, juga memperkenalkan tafsiran

asli tentang judul penulisan. Karangan memperlihatkan hampir

tidak ada kesalahan langsung dalam aspek mekanik, penggunaan

dan struktur kalimat. Terdapat bukti kematangan penguasaan

bahasa.

5 Karangan dalam kategori ini kemungkinan hanya menyentuh

secara sepintas lalu saja salah satu dari yang ditugaskan atau

hanya menyatakannya secara umum. Tetapi penulis menunjukkan

pemahaman yang jelas tentang judul penulisan. Alasan dalam

karangan ini mungkin tidak sebaik seperti nilai 6, tetapi karangan

ini tidak hanya menyatakan ide secara umum. Walaupun terdapat

kesalahan kecil dalam hal paragraf, terdapat bukti penulis dapat

mengatur susunan informasi kepada satu kesatuan dan unit yang

koheren. Sebagian besar karangan terhindar dari kesalahan yang

serius dalam mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Secara

umum karangan ditulis dengan baik dan jelas.

4 Karangan dalam kategori ini merupakan hasil yang kurang

sempurna atau kurang sistematik dibandingkan dengan nilai 6 atau

5, walau demikian karangan ini telah memenuhi unsur utama

sesuai yang ditugaskan. Alasan yang diberikan kurang jelas atau

tepat seperti nilai 6 atau 5, tetapi logis. Terdapat satu atau dua

bagian isi tidak dikembangkan sepenuhnya, tetapi terdapat bukti

kemampuan penulis mengembangkan ide penting. Karangan

disusun dan menggunakan paragraf dengan baik supaya pembaca

dapat mengikuti wacana tersebut, walaupun kadangkala tidak

koheren dan kurang terpadu. Tulisan tersebut mengandung

kesalahan mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Walaupun

7

kesalahan tidak banyak, tetapi kemampuan bahasa penulis

dipersoalkan karena mengganggu fokus pembaca terhadap isi

kandungan. Secara umum bahasa yang digunakan tepat.

3 Karangan yang termasuk kategori ini, memperlihatkan kesukaran

serius penulis dalam menyelesaikan tugas; atau memperlihatkan

kelemahan yang jelas dalam pemikiran analisis; atau ide-ide

penting tidak dijelaskan dan dikembangkan; atau terdapat

kesalahan dalam struktur kalimat, penggunaan dan mekanik

sehingga mengganggu keterbacaan karangan. Mungkin terdapat

kelemahan yang kentara dalam paragraf dan penyusunannya tetapi

kesan keseluruhan tidak kacau-balau. Penguasaan dan kontrol

bahasa penulis tidak rapi.

2 Karangan dalam kategori ini gagal memenuhi tuntutan penugasan;

tugas mungkin diabaikan, salah tafsir, lemah pengendalian atau

tidak dapat menjelaskan maksud Si Penulis. Ada kombinasi

kekurangan yang berikut: kesalahan yang serius dalam penalaran,

kurang atau tidak ada pengembangan ide dan pengembangan

antara bagian tidak jelas. Banyak kesalahan yang serius dalam

penggunaan struktur kalimat dan mekanik yang menunjukkan

kelemahan dalam penulisan.

1 Termasuk karangan kategori khusus yang memiliki kesalahan:

kekeliruan konsep, penyusunan yang tidak menentu yang

menggambarkan tidak adanya kemampuan menyelesaikan tugas

dan tidak adanya bakat menulis.

0 Karangan ini jelas keluar dari judul/ menyeleweng dari tema,

apapun mutunya.

8

Berikutnya akan dibahas teknik penyekoran analitik yang hingga

saat ini masih dipergunakan di Indonesia dari sekolah dasar hingga perguruan

tinggi. Teknik penyekoran analitik merupakan teknik penyekoran karangan

yang dilakukan dengan cara penyekoran dikenakan pada komponen-

komponen pembentuk karangan dengan melakukan penghitungan secara rinci

kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Komponen-komponen

pembentuk karangan yang dimaksud meliputi: judul, gagasan, organisasi

gagasan (kesatuan, kepaduan kelogisan), penggunaan struktur, pemilihan

diksi, tanda baca dan ejaan. Kelebihan teknik penyekoran ini terletak pada

kemungkinan untuk dapat menilai semua komponen yang mendukung

kemampuan secara rinci. Kelemahannya terletak pada kesulitan untuk

mengkuantifisikan hasil penyekoran setiap komponen (Rofiuddin, 1996)

Contoh penyekoran analitik:

Contoh I: Pedoman Penyekoran Analitik (Rofiuddin,1996)

Aspek yang Dinilai Skala Penilaian

A B C D E

1. Judul 2. Gagasan 3. Organisasi gagasan

- Kesatuan - Kepanduan - Kelogisan

4. Penggunaan struktur 5. Pemilihan diksi 6. Tanda Baca dan ejaan

9

Contoh 2 : Penskoran Mengarang (Depdikbud,1995/1996)

No KRITERIA PENSKORAN JAWABAN SKOR RENTANG SKOR

1 2 3 4 5 6

Kesesuaian isi dengan tema a. Sangat tepat b. Tepat c. Kurang tepat

Komposisi penyajian isi dan kesesuaian jenis karangan

a. Bagian karangan (pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan) lengkap dan sesuai dengan jenis karangan

b. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tepat

c. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat

d. Bagian karangan tidak lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat

Struktur kalimat dan pilihan kata (diksi)

a. Struktur kata banyak yang benar, pilihan kata banyak yang tepat

b. Struktur kata banyak benar, pilihan kata sedikit yang tepat

c. Struktur kata sedikit yang benar, pilihan kata banyak yang tepat

d. Struktur kata sedikit yang benar, pelihan kata sedikit yang tepat

Ejaan

a. Penggunaan ejaan banyak yang benar b. Penggunaan ejaan sedikit yang benar c. Pengunaan ejaan sangat sedikit yang benar

Koherasi antarkalimat

a. Koherensi antarkalimat sangat padu b. Koherensi antarkalimat padu c. Koherensi antarkalimat kurang padu

Kerapian bentuk karangan

5 4 1 5 4 3 1 5 4 3 1 5 3 1 5 4 1

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

10

a. Bentuk karangan rapi, tulisan terbaca b. Bentuk karangan kurang rapi, tulisan terbaca c. Bentuk karangan rapi, tulisan sedikit terbaca d. Bentuk tulisan rapi, tulisan kurang terbaca

SKOR MAKSIMUM

5 4 3 1

30

Contoh 3: Pedoman Penskoran Bahasa Indonesia di SD (Depdiknas, 2004)

No Unsur yang dinilai Kriteria Skor

1 Kesesuaian isi karangan dengan gambar

- Isi sepenuhnya sesuai dengan gambar - 80% isi sesuai dengan gambar - 60% isi sesuai dengan gambar - 40% isi sesuai dengan gambar - 20% isi sesuai dengan gambar - Seluruh isinya tidak sesuai dengan gambar

5 4 3 2 1 0

2 Pilihan kata (diksi) - Seluruh pilihan kata tepat - 80% pilihan kata tepat - 60% pilihan kata tepat - 40% pilihan kata tepat - 20% pilihan kata tepat - Pilihan kata seluruhnya tidak tepat

5 4 3 2 1 0

3 Keterpaduan kalimat dalam paragraf

- Seluruh kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 80% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 60% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 40% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 20% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - Seluruh kalimat dalam paragraf tidak runtut dan padu

5 4 3 2 1 0

4 Keterpaduan antar paragraf

- Seluruh paragraf runtut dan padu - 75% paragraf runtut dan padu - 50% paragraf runtut dan padu - 25% paragraf runtut dan padu - Seluruh paragraf tidak runtut dan padu

4 3 2 1 0

5 Ejaan - Penggunaan ejaan dalam semua paragraf tepat - 80% pengguna ejaan tepat - 60% pengguna ejaan tepat - 40% pengguna ejaan tepat - 20% pengguna ejaan tepat - Seluruh pengguna ejaan tidak tepat

5 4 3 2 1 0

6 Tanda baca - Penggunaan tanda baca pada seluruh kalimat tepat - 3 paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - 1-2 paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - Seluruh paragraf tidak menggunakan tanda baca

secara tepat

3 2 1 0

7 Kerapian penulisan - Karangan ditulis dengan huruf tegak bersambung secara rapi

- 3 paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung

3 2

11

secara rapi - 1-2 paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung

secara rapi - Seluruh paragraf tidak ditulis dengan huruf tegak

bersambung secara rapi

1 0

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

Jenis tulisan/karangan siswa SD yang diteliti terdiri dari 3 jenis

karangan (narasi, eksposisi, argumentasi ). Hal ini sesuai dengan materi

menulis dalam Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 (KBK). Materi menulis

ini sejalan dengan pendapat Inman dan Gardner (1979) Parere (1984), Keraf

(1994) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis dalam pengembangannya

terdiri dari: mengisahkan, mendeskripsikan, menjelaskan sesuatu dan

berargumentasi.

Hasil penelitian Sriasih (2005) menunjukkan bahwa ada perbedaan

struktur wacana tulis antara kelas yang lebih rendah (kelas IV) dan kelas yang

lebih tinggi (kelasVI), khususnya dalam karangan argumentasi. Siswa kelas VI

SD memiliki pola struktur yang lebih kompleks dalam hal: claim (pernyataan),

ground (alasan), warrant (pembenaran), backing (pendukung), kualifikasi dan

possible (bantahan). Hasil yang lebih menyeluruh tentang penilaian karangan

bahasa Indonesia pada siswa kelas VI telah dilakukan oleh Pusat Bahasa pada

siswa SD kelas VI se-DKI Jakarta (Pusat Bahasa,2003). Penilaian difokuskan

pada 3 hal: kemampuan menempatkan gagasan pokok, kemampuan kohesi dan

kemampuan pemakaian referensi. Dari hasil analisisnya diperoleh data

ketidaktepatan dalam penulisan paragraf. Ketidaktepatan tersebut meliputi:

pemakaian lebih dari satu gagasan utama, pemakaian ungkapan penghubung

antarkalimat, pemakaian satu kalimat panjang, kurangnya kepaduan dan

kesatuan suatu paragraf.

Mengenai penilaian holistik dalam karangan bahasa Inggris telah

banyak digunakan mengikuti prosedur White. Mitchel dan Anderson (1986)

melaporkan bahwa terdapat reliabilitas yang tinggi antarpemeriksa yang

terdiri dari 3 orang. Demikian pula laporan peneliti lain, seperti Kubisyen

(1990) dan Varbles (1990). Realibilitas tinggi dicapai dengan melatih

12

pemeriksa memahami kriteria penilaian dan berlatih menggred sampel

karangan secara teratur.

Penilaian holistik dalam bahasa Malaysia telah dilakukan oleh

Hashim (1999) dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan berhasil

membuktikan validitas dan realibilitas penilaian holistik yang memiliki

korelasi yang tinggi dengan skema tradisional dan skema wacana yang

berlandaskan pendekatan analitik. Model penilaian Hashim ini disebut Model

Penilaian Holistik Berfokus yang terdiri dari 3 versi, yaitu:

1. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Informasi

2. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Pencerita

3. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Khalayak

Ketiga model penilaian tersebut merupakan penerapan teori bahasa

dan penilaian bahasa dalam kemampuan menulis karangan bahasa Melayu

sekolah menengah. Penelitiannya dilakukan melalui penyusunan beberapa

instrumen untuk mengetahui kemampuan menulis karangan dan

mengassesmen pencapaian pelajar dalam karangan untuk kegunaan guru

dalam penilaian bahasa di dalam kontrol sekolah. Eksplorasi kemampuan

menulis bagi siswa sekolah menengah tersebut berdasarkan ide komunikatif

Hymes (1972) dan model wacana Llyod-Jones (1977), sementara assesmen

kemampuan menulis menggunakan pendekatan holistik. Penggunaan 3 model

skema penilaian komunikatif berfokus tersebut telah menunjukkan validitas

dan realibilitas tinggi. Assessmen yang disusunnya bukan saja tepat dan

efisien tetapi telah merupakan suatu pembaharuan dalam pendidikan bahasa

Melayu (Hashim, 2003; 2005).

Di bawah ini akan disajikan secara lengkap 3 versi skema penilaian

holistik berfokus yang saat ini banyak digunakan dalam penilaian mengarang

bahasa Melayu di sekolah-sekolah Malaysia.

13

PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI

1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan

Berorientasi Informasi agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:

a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa

2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3 kategori:

a. kategori tinggi b. kategori sederhana c. kategori rendah

Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.

3. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:

Gred/ tahap Nilai Deskriptor

A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan

B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan

C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan

D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi

E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas

F 0- 29 Tidak menguasai dasar bahasa

4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.

14

SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI

I. SOSIOLINGUISTIK Siswa memahami tujuan penulisan dan mengetahui pembacanya

(a) Tujuan Menjelasakan informasi-informasi khusus tentang judul berdasarkan situasi dalam karangan; dan mengutarakan ide dan pengalaman pribadi untuk meyakinkan pembaca.

(b) Khalayak Mewujudkan hubungan dan berkolaborasi ide dengan pembaca melalui pengusaan gaya penulisan dan format ceramah.

II. WACANA Siswa menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyususnan, pemikiran dan penekanan wacana paparan

(a) Penyusunan Membentuk kohesi tatabahasa (kata hubung, ellipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana) secara seimbang; dan menyusun isi secra logik berdasarkan hubungan syarat-hasil, sebab-tujuan, dan sebab akibat.

(b) Pemikiran Menunjukkan pemikiran karangan penerangan yang menekankan fakta dan perinciannya; dan membentuk kohesi meliputi jenis tatabahasa dan leksikal.

(c)Penekanan Fokus terhadap judul melalui penyusunan ide secara logis dengan dukungan isu-isu yang berkaitan.

III. TATABAHASA Siswa menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan bahasa

(a) Pengetahuan Menunjukkan penguasaan aspek mekanis, khususnya tanda baca dan ejaan; aspek morfologi memperlihatkan penggunaan dan pemilihan kata yang tepat dari kosa kata yang luas; dan aspek sintaksis menunjukkan penguasaan struktur kalimat yang mengukuhkan kohesi.

15

FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI

No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah

Grade/ Peringkat

Nilai (%)

Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

16

PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA

1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi

Pencerita, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:

a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa

2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3 kategori:

d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah

Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.

3. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:

Gred/ tahap Nilai Deskriptor

A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan

B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan

C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan

D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi

E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas

F 0- 29 Tidak menguasai dasar bahasa

17

4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan

tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.

SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN PENCERITA

I. SOSIOLINGUISTIK

Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca). (a) Tujuan Melahirkan ide dan perasaaan dalam penulisan kreatif, menyusun isi

serta menggunakan kata-kata pembuka dan penutup wacana berdasarkan tujuan penulisan.

(b) Konteks Membina hubungan dan menyatukan pengalaman dengan pembaca tentang peristiwa yang menyangkut watak yang diceritakan, dan mengemukakan ide berdasarkan tema, pengalaman pribadi/imajinasi.

(c) Khalayak Menunjukkan kesadaran terhadap pembaca dengan berusaha untuk mengaitkan idenya dengan pengalaman khalayak, dan menggunakan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) untuk mengekalkan fokus pembaca.

II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan pemikiran dan penyajian wacana pelahiran

(a) Pemikiran Mengemukakan ide yang berdasarkan hubungan syarat-hasil dan sebab-akibat.

(b) Penyajian Menggunakan kemampuan menyusun kohesi dan koherensi secara seimbang, berfokuskan ide utama (plot yang jelas) dan menggunakan gaya penulisan kreatif yang tepat.

III. TATABAHASA Calon mempunyai pengetahuan dan memahami seluk-beluk bahasa

(a) Pengetahuan Menggunakan struktur bahasa (morfologi dan sintaksis) dan mekanis (tanda baca dan ejaan) dengan baik; dan menunjukkan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim,antonim,hiponim,kolokasi,ulangan, pembuka dan penutup wacana) yang baik.

18

FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA

No Nama Kemampuan

T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Grade/

Peringkat Nilai (%)

Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

19

PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK

1. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi Khalayak, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek:

a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa

2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi 3

kategori: d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah

Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no.1 di atas.

4. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut:

Gred/ tahap Nilai Deskriptor

A 70 – 100 Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan

B 60 - 69 Berkomunikasi pada tahap memuaskan

C 50 - 59 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan

D 40- 49 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi

E 30- 39 Menguasai dasar bahasa yang terbatas

20

4. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.

SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN KHALAYAK

I. SOSIOLINGUISTIK

Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca).

(a) Tujuan Membujuk dan mencoba meyakinkan pembaca dengan alasan-alasan yang mendukung tajuk/judul.

(b) Situasi Menggunakan alasan-alasan berdasarkan pengalaman pribadi untk memperkuat dasar judul.

(c) Khalayak Berkomunikasi dengan khalayak melalui gaya penulisan yang sesuai; dan menyampaikan ide berdasarkan format arahan dengan susunan ide yang rapi dalam paragraf.

II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyajian, pengolahan dan kesatuan

(a) Penyajian Menyajikan ide secara teratur dan dan berfokus melalui kohesi leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menyusun koheren melalui hubungan sebab-tujuan, syarat-hasil, sebab-akibat, dan latar kesimpulan.

(b)Pengolahan Mengolah ide berdasarkan logika, hubungan perbandingan, kata pembuka dan penutup wacana, di samping mengemukakan bukti-bukti khusus dan uraian yang jelas

(c) Kesatuan Menyusun kohesi berdasarkan sarana rujukan dan kata hubung.

III. TATABAHASA

Penulis menunjukkan kemampuan menggunakan pengetahuan tatabahasa

21

(a)Penggunaan Menunjukkan penguasaan aspek sintaksis dan menggunakannya dengan berkesan untuk menyusun kohesi aspek nahu tata bahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menggunakan tanda baca dengan tepat, disamping menguasai ejaan dan aspek morfologi.

FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK

No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah

Grade/ Peringkat

Nilai (%)

Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

22

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bahasa

Pembelajaran

Menulis/Mengarang

Jenis Karangan: eksposisi,narasi,argumentasi

Pendekatan Komunikatif

Penilaian Holistik Penilaian Analitik

Proses Pembelajaran

Perencanaan Pelaksanaan Hasil

Validasi & Finalisasi Model

Model Penilaian MengarangHolistik di SD

Tugas

23