pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui...
TRANSCRIPT
i
PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR
MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH
PELAJAR ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Maulidya Yolanda
NIM. 23010150034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR
MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH
PELAJAR ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Maulidya Yolanda
NIM. 23010150034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
Hiduplah Sebagaimana Semaumu, Tetapi Ingat, Bahwa Engkau
Akan Mati, dan Cintailah Siapa yang Engkau Sukai, Namun
Ingat, Engkau Akan Berpisah Dengannya. Dan Berbuatlah
Seperti yang Engkau Kehendaki, Namun Ingat, Engkau Pasti
akan Menerima Balasannya Nanti.
(Imam Ghazali)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan
untuk :
1. Kedua orangtuaku tercinta, Mulyadi dan Siti Musawaroh yang telah
memberikan kasih sayang, ketulusan dan pengorbanan dalam mendidik dan
membesarkanku dengan tiada putus iringan doa dan restunya.
2. Adik-adiku tersayang Nadin Jazila dan Mahira Hasna Nabila.
3. Seluruh keluarga besar Nenekku Surti yang telah memberikan dukungan moril
maupun meteril.
4. Orang spesial dan sahabat-sahabat terbaikku, Miftah Ilham, Nabila Nurul
Fauziyah, Erika Khusnul Nurdiyanti.
5. Keluarga Besar Pelajar Islam Indoensia Jawa Tengah, kanda yunda, teman-
teman Pengurus Wilayah dan Pengurus Derah yang telah membantu dalam
melancarkan proses penyelesaian skripsi ini. Dengan mereka saya belajar arti
pejuangan dan pengorbanan sesungguhnya.
6. Kepada Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
sabar dalam membimbing dan mendorong semangat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga Besar Gerakan Juma’at Berbagi Salatiga dan Rumah Tahfidz Nuryani
Sugito yang selalu memberikan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi
ini.
ix
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Himpuanan Mahasiswa Islam Cabang
Salatiga Komisariat Walisongo, LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga, Remaja
Karang Taruna Tri mulya Desa Nogosari, Coffe Backspace Salatiga, PPL
SMKN 1 Tengaran 2018, KKN Posko 15 Panimbo Kedungjati 2019,
Mahasiswa/i PAI IAIN Salatiga Angkatan 2015 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu dan kenangan bersama kalian menjadi pengalaman indah
yang tidak akan terlupakan.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem
Kaderisasi Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Jawa Tengah”.
Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Agung
Muhammmad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. .selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI)
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd, selaku dosen pembimbing akademik, yang
telah membimbing dan mengarahkan dengan sabar dan ikhlas.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
xi
7. Kedua orang tuaku, adikku Nadin Jazila dan Mahira Hasna Nabila, serta
keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil kepada penulis.
8. Teman-teman Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII),
Keluarga Besar (KB) PII, serta sahabat-sahabat PII se-Jawa Tengah yang
telah membantu, memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat Gerakan Jum’at Berbagi (GJB) Salatiga yang telah
memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi kepada
penulis.
11. Semua pihak yang telah ikhlas dalam memberikan bantuan baik sacara
moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terimaksih penulis sampaikan, Penulis hanya bisa berdoa
kepada Allah SWT, semoga segala amal kebaikan yang tercurahkan kepada penulis
diridhoi Allah SWT dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan. Besar harapan penulis atas semua
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumya.
Amin…
Salatiga, 24 Juli 2019
Penulis
xii
ABSTRAK
Yolanda, Maulidya. 2019. “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui
Sistem Kaderisasi Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah”. Skripsi.
Program studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing; Drs.
Bahroni, M.Pd.
Kata Kuncci : Pendidikan Karakter, Kepemimpinan, Kaderisasi
Tujuan penelitian dalam skripsi ada tiga yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan
proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII
Jawa Tengah. 2) Untuk mendeskripsikan faktor pendukung proses pendidikan
karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah. 3)
Untuk mendeskripsikan faktor penghambat proses pendidikan karakter
kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang berdasarkan studi
lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer
yaitu data atau informasi yang ada di lapangan dan sekunder yaitu data atau
informasi pelengkap atau penguat hasil penemuan di lapangan. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data dilakukan dengan tiga komponen utama yaitu reduksi data,
penyajian data dan pemeriksaan data. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW
PII Jawa Tengah yang disebut dengan Ta’dib secara Nasional, dilakukan dengan
sistem training, kursus, dan ta’lim. . Inti pokok kaderisasi terdapat di tiga tingkatan
training yaitu BATRA, INTRA, dan ADVANCE, sedangkan kursus dan ta’lim
sebagai pendukung dan pelengkap. Kegiatan-kegiatan dalam sistem kaderisasi
tersebutlah yang mendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar di
PII. Kedua, faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah yaitu, PII merupakan organisasi
independent, dan menerima semua kalangan pelajar Muslim, PII di dukung oleh
pemerintah dan masyarakat secara umum, metode pembelajaran yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi peserta. Ketiga, faktor penghambat proses pendidikan
karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah
yaitu masih kurangnya loyalitas kader dalam berproses di PII, minimnya kuantitas
dan kulitas instruktur di PW, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
ABSTRAK .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ........................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ........................................................................... 12
xiv
1. Pendidikan Karakter Kepemimpinan .................................... 12
2. Organisasi Kepelajaran ........................................................ 18
3. Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar dalam
Organisasi Kepelajaran ........................................................ 20
B. Kajian Pustaka ............................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 25
C. Sumber Data ............................................................................... 26
D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 26
E. Analisis Data .............................................................................. 28
F. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 30
G. Tahap-tahap Penelitian................................................................ 31
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) .......................... 33
1. Sejarah berdirnya PII ........................................................... 33
2. Tujuan Berdirinya PII .......................................................... 37
3. Fungsi dan Peran PII ............................................................ 41
4. Sejarah Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) .................. 45
B. Gambaran Kaderisasi PW PII Jateng .......................................... 52
1. Visi dan Misi PW PII Jateng Periode 2019-2021 ................... 52
2. Struktur Organisasi PW PII Jateng Periode 2019-2021 .......... 54
xv
3. Pola Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng Periode 2019-
2021 ..................................................................................... 55
C. Paparan dan Analisis Data ....................................................... 59
1. Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui
Sistem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah .............................. 59
2. Faktor Pendukung Proses Pendidikan Karakter
Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII
Jawa Tengah ........................................................................ 66
3. Faktor Penghambat Proses Pendidikan Karakter
Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII
Jawa Tengah ........................................................................ 70
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................ 74
B. Saran .......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Badan Induk PW PII Jateng Periode 2019-2021
2. Tabel 2 : Badan Otonom PII Wati PW PII Jateng Periode 2019-2021
3. Tabel 3 : Badan Otonom Brigade PW PII Jateng Periode 2019-2021
4. Tabel 4 : Program Umum Bidang Kaderisasi Periode 2019-2021
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar Nilai SKK
2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
3. Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian
4. Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
5. Lampiran 5 Trankip Wawancara dengan Narasumber
6. Lampiran 6 Silabus Training
7. Lampiran 7 Foto-foto Hasil Penelitian
8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakter merupakan suatu hal yang penting dalam aspek kehidupan
membangun suatu bangsa. Karakter menjadi salah saru syarat penting dalam
menjaga, mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa yang
berakhlak mulia, beradab dan bermartabat. Keberhasilan suatu bangsa dalam
memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber
daya alam, akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Sehingga bangsa yang besar dan maju dapat dilihat dari kualitas
atau karakter bangsa (manusia) itu sendiri.
Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini cenderung
mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar
dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti
kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius, sedikit demi sedikit mulai
tergerus oleh budaya asing yang cenderung materialis, hedonis, dan
individualis, sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting
jika bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh.
Pendidikan merupakan usaha strategis dalam mencapai pembangunan
karakter. Karena hakikatnya pendidikan adalah penyebaran dan penanaman
nilai-nilai kehidupan dan moralitas. Pendidikan merupakan sebuah proses
pengembangan sumberdaya manusia agar memperoleh kemampuan sosial dan
perkembangan individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara
2
individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya (Idris, 1987: 7).
Lebih dari itu pendidikan merupakan proses ”memanusiakan manusia” di mana
manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan
lingkungan budayanya (Driyarkara, 1980: 8).
Keluarnya undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
(sisdiknas), yakni UU no. 20 tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan
tujuan pendidikan nasional kita. Pada pasal 3 UU ini ditegaskan, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mnadiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Zuchdi, dkk, 2013 : 15).
Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini di mana terjadinya degradasi
moral baik dari kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa , masyarakat umum,
masyarakat terpelajar hingga petinggi Negara (wakil rakyat) yang sudah
menjadi makanan sehari-hari pemberitaan di media masa di mana sering kita
lihat dan mendengar berita-berita di televisi yang memberitakan kasus korupsi
yang merambat disetiap lini instansi pemerintahan, swasta, dan sebagainya.
Seperti yang dilansir oleh Detik News (19/12/2018) kata Wakil Ketua KPK
Saut Situmorang “secara total, pada tahun 2018, KPK melakukan 157 kegiatan
penyelidikan, 178 penyidikan, dan 128 kegiatan penuntutan, baik kasus baru
maupun sisa peneganan perkara pada tahun sebelumnya. Sementara, data
3
penanganan perkara berdasarkan tingkat jabatan, mengungkapkan ada 91
perkara yang melibatkan anggota DPR/DPRD dan 50 perkara melibatkan
swasta serta 28 perkara melibatkan kepala daerah (29 kepala daerah aktif dan
2 mantan kepala daerah). Selain itu, terdapat 20 perkara lainnya yang
melibatkan pejabat eselon I hingga IV," papar Saut. Selain itu yang sedang
maraknya dewasa ini adalah penyebaran hoax (berita bohong) yang menjadi
virus dan bertebaran dimana-mana seiring maraknya penggunaan media sosial
di Indonesia, yang dengan mudahnya diakses dan disebarkan oleh berbagai
kalangan.
Pada kalangan pelajar saat ini, banyaknya kasus kekerasan antar pelajar
salah satunya seperti yang dilansir oleh media (Kompas : 2019) mengenai
kasus pengeroyokan terhadap siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat, pada
Rabu (10/4/2019) dimana ketika tersangka masih berusia 17 tahun. Selain itu
hilangnya rasa hormat siswa terhadap guru dan orang tua, sex bebas, minum
minuman keras, tawuran dan lain-lainnya hampir disetiap saat terjadi
diberbagai tempat yang disertai anarkhis dan bahkan menimbulkan korban
jiwa. Merebaknya peredaran video dan tingkahlaku pornografi yang kian
menghawatirkan, menjauhkan pergaulan dikalangan remaja dari norma-norma
agama dan sosial yang berlaku.
Faktor penyebab kerusakan moral adalah kurang maksimalnya transfer
of value (pendidikan karakter) di sekolah. Menurt para ahli pengembangan
pendidikan karakter dibagi menjadi empat pilar, yakni kegiatan belajar
mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya
4
satuan pendidikan formal dan non formal kegiatan kurikuler atau
ektrakurikuler serta kegiatan di rumah dan masyarakat .
Oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter terutama kepada
generasi muda, dalam hal ini pelajar yang merupakan agent of change dan
agent of control social sebagai penerus bangsa, dalam mempimpin dan
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena pelajar hari ini adalah
pemimpin dimasa yang akan datang (Student Today Leader Tomorrow), di
mana masa depan bangsa berada ditangan-tangan pemuda saat ini. maka
pentingnya penanaman pendidikan karakter pelajar dalam hal ini karakter
kepemimpinan.
Membicarakan mengenai kepemimpinan, dalam Islam kepemimpinan
sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Manusia diamanahi Allah Swt. untuk
menjadi khalifah di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya
sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta, sekaligus sebagai hamba Allah
yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya
di jalan-Nya. Sabda Rasulullah “setiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap
pemimpin diminta pertanggung jawabannya” (Sutikno, 2014 : 85). Hal
demikian difirmankan Allah Swt dalam sebuah ayat:
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"...(QS.
Al-Baqarah [2] : 3)
5
Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan organisasi pelajar
tertua di Indonesia yang lahir pada tanggal 4 Mei 1997 yaitu dua tahun setelah
Indonesia merdeka memiliki tujuan yaitu “kesempurnaan pendidikan dan
kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan
ummat manusia” lihat (Konstitusi PII, Falsafah Gerakan) PII yang
berkonsentrasi dalam hal pendidikan dan kebudayaan berupaya dalam aktivitas
organisasinya mencetak pelajar-pelajar yang memiliki karakter kepemimpinan
Islam melalui sistem pengkaderannya. Kepemimpinan dalam hal ini bukan
berarti kepemimpinan untuk memimpin anggota atau bawahannya, namun
yang utama dapat memimpin diri sendiri dalam mengedalikan dirinya baik
dalam lingkungan keluarga, maupun masyarakat.
PII merupakan organisasi kader, yang terus melakukan sistem
pengkaderan secara rutin dan berkala. Menurut Hanan (2006 : 13) kaderisasi
merupakan kebulatan proses yang mengarah pada terciptanya kader-kader atau
anggota inti organisasi yang berlangsung mulai dari rekrutmen anggota,
pembinaan hingga pelaksanaan berbagai tugas, atau dalam bentuk seluruh
kegiatan PII yang dikenal dengan sebutan organisasi kader, sekaligus sebagai
organisasi massa. Proses kaderisasi tersebut berperan penting dalam
membangun pemikiran, sikap dan tindakan organisasi yang tidak terlepas dari
motivasi berdirinya PII, dengan bermotivasi ke-Islam-an dan kebangsaan.
Adanya motivasi tersebut maka tercipta tujuan yang dicita-citakan dalam
pendirian PII.
6
Dalam Falsafah Gerakan PII dijelaskan “Sosok ideal kader PII merupakan
profil kader yang merupakan konstruksi ideal sifat dan kinerja yang harus
dimiliki oleh seseorang kader sehingga dianggap mampu menunaikan tugas
dan amanah transformasi misi PII sesuai dengan cita-cita profetik pandangan
dunia Islam.” Adapaun sifat kader PII meiputi : pertama, Muslim, yaitu
memiliki sikap ketundukan hanya kepada Allah saja dalam arti konsepsi dan
cara pandang, sikap dan aktualisasi berada dalam garis bimbingan dan ridho
Allah Swt. Kedua, Cendikia (cerdas), yaitu upaya meneladani sifat fathanah
nabi, sehingga memiliki wawasan dan antisipasi yang luas serta kerangka
metodologi yang kuat sehingga dapat menangkap dan memahami keberanian,
mengkonseptualisasi dan mengaktualisasikannya secara komprehensif. Ketiga,
Pemimpin, yaitu memiliki sikap dan kemampuan sebagai seorang pemimpin
yang berani dan bertanggung jawab, yang mampu mengambil keputusan secara
tepat dan menggelola potensi lingkungannnya menjadi sesuatu yang bernilai
dalam aktualisasi ke-khalifahan-nya.
Guna mewujudkan cita-cita dari tujuan PII, maka dilakukan usaha dalam
proses kaderisasi dengan cara mendidik, mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan, serta mencetak kader-kader pemimpin dengan memiliki
pandangan islami. Dalam hierarki sistem kaderisasi PII, dikatakan kader PII
ketika telah mengikuti jenjang training dasar yaitu LBT (Leadership Basic
Trainig), tingkat selanjutnya yaitu LIT (Leadership Intermediate Training),
dan tingkat akhir yaitu LAT (Leadership Advanced Training). Khususnya di
Jawa Tengah, Pegurus Wilayah (PW) PII menyelenggarakan kegitan LBT dan
7
LIT diselenggarakan secara bersamaan yang terdiri dari pelajar-pelajar dari
tingkat SMP hingga SMA, baik sekolah umum, swasta, maupun pondok
pesantrean yang berasal dari berbagai kota atau kabupaten se-Jawa Tengah.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan
menganalisis mengenai “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar
melalui Sistem Kaderisasi Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia
Jawa Tengah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpin pelajar melalui sistem
kaderisasi PW PII Jawa Tengah?
2. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah?
3. Apa faktor penghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah.
2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung proses pendidikan karakter
kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah.
8
3. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat proses pendidikan karakter
kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dalam mengembangkan wacana keilmuan pendidikan Islam khususnya
mengenai pendidikan karakter kepemimpinan serta menambah bahan
pustaka bagi Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Praktik
1) Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan dan sumber referensi
bagi peneliti, segenap aktivitas pengurus PII, pelajar, mahasiswa, dan
masyarakat umumnya dalam hal menanamkan pendidikan karakter
kepemimpinan pelajar.
2) Sebagai bahan acuan dokumentasi bagi pendidikan Islam, dan
menjadi masukan untuk lembaga agar mempunyai pandangan yang
luas terhadap ilmu pengetahuan.
E. Penegasan Istilah
1. Pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
Menurut Aunillah Nurla Isla (2011: 18), pendidikan karakter adalah
sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik
yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad
serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
9
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun
bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.
Selain itu dari pendapat Ratna Megawangi dalam Dharma (2012: 5),
pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan kemudian mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap lingkungannya.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.(Sutikno, 2014 : 16).
Rivai dalam Tanjung (2017 :50) menjelaskan kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan
berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan
pengaruh yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat
struktur, serta memfasilitasi dan aktivitas hubungan di dalam kelompok.
Pelajar secara luas diartikan orang yang terlibat dalam proses
pendidikan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang hayat. Sedangkan
secara sempit diartikan siswa yang belajar di sekolah dari tingakat sekolah
menengah sampai atas. PII mendefinisikan “pelajar” dalam arti yang luas
dan longgar, mengacu kepada pengertian bahwa belajar itu sepanjang
hayat.
10
Pendidikan karakter kepemimpinan pelajar yang di maksud adalah
proses penanaman nilai-nilai dan sifat kepemimpinan yang terdiri dari
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan
dan tindakan yang melekat menjadi sebuah karakter pada pelajar.
2. Sistem Kaderisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas. Jogianto (2005 : 2 ) memaknai sistem sebagai kumpulan dari
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan satu kesatuan yang
nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang nyata ada dan terjadi.
Kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting
dalam organissasi (Al-Barry dan Yacub, 2003 : 349). Sedangkan
pengkaderan (kaderisasi) adalah proses mempersiapkan seseorang untuk
menjadi penerus dimasa depan, yang akan memikul tanggung jawab
penting di lingkungan organisasi (Latifah, 2011 : 21).
Sistem kaderisasi diartikan sebagai unsur-unsur atau komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan secara bertahap yang
memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal,
kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga kader dapat membantu
orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan
mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang
diidealkan, nilai-nilai yang diyakini serta misi perjuangan yang diemban.
11
F. Sistematika Penulisan
Dalam tulisan ilmiah unsur yang paling penting adalah bagaimana tulisan
ini disusun dengan sistematis dan mempunyai hubungan antara masalah yang
di atas dengan di bawahnya. Sistematika isi penelitian yang telah
dideskripsikan dalam skripsi ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori, terdiri dari landasan teori yaitu tiga sub
pembahasan meliputi;Pendidikan Karakter Kepemimpinan, organisasi
kepelajaran dan pendidikan karakter kepemimpinan dalam organisasi
kepelajaran. dan kajian pustaka.
Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini membahas; Pendekatan dan Jenis
Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,
Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data.
BAB IV Paparan dan Analisis Data, meliputi; Sejarah, Tujuan dan Fungsi
PII, Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem
kaderisasi PW PII Jawa Tengah, Faktor pendukung dan penghambat proses
pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII
Jawa Tengah.
BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan Saran yang menjadi akhir
dalam penelitian skripsi ini.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter Kepemimpinan
a) Pengertian Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada anak,
sehingga anak mampu mengeluarkan potensi yang berada dalam
dirinya untuk keberlangsungan hidupnya dikemudian hari
(Helmawati, 2017: 12). Sedangkan kata karakter dalam Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain.
Pendidikan hakikatnya adalah pembentukan karakter pada
manusia. Tafsir (2008) dalam Helmawati (2017: 13) menguraikan
bahwa orang Yunani kuno menentukan tiga syarat untuk disebut
manusia. Tiga syarat tersebut yaitu memiliki kemampuan
mengendalikan diri, cinta tanah air, dan berpengetahuan. Semua
syarat itu adalah karakter yang harus dimiliki manusia.
Thomas Lickona dalam Samani dan Hariyanto (2014: 44),
Thomas berpendapat pendidikan karakter adalah upaya yang
sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan
bertindak dengan landaan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana
13
didefinisikan sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk
memperbaiki karakter siswa.
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang
menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta
adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujudnya insan kamil.
Dalam Islam, untuk mewujudkan insan kamil salah satunya
adalah menjalankan tugas (amanah) dan fungsi manusia sebagai
khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Menurut Usman (2013),
Menjalankan proses pendidikan karakter kepemimpinan salah satunya
adalah dengan memberikan keteladanan. Keteladanan adalah ucapan,
tulisan, bahasa tubuh, sikap, dan tindakan positif yang dapat dicontoh
oleh orang lain. Dalam Islam, sosok yang menjadi teladan terbaik
sepanjang masa yaitu terdapat pada pribadi Rasulullah Saw yang
menjadi uswatun hasanah bagi umat manusia yang terangkum dalam
4 karakter yaitu : Shiddiq, Amanah. Fathonah dan Tablig ynag
disingkat SHAF.
Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Rivai dalam
Tanjung (2017 :50) adalah proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
14
Menurut Kadarusman (2012) dalam Yudiaatmaja (2013 :29-30)
kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1) Self Leadership; (2)
Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self
Leadership adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal
menjalani hidup. Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain.
Sedangkan Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader
(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung
jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya,
kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi
dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk
membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya
hingga menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational
leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh
organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu memahami
nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi
pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan
dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi
untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa
berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seorang pemimpin
dengan segala kemampuannya dapat menetapkan kebijakan,
15
mengarahkan bawahannya, membimbing, mempengaruhi,
memotivasi, menggerakkan baik secara individu maupun secara
kelompok terhadap pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diambil pengertian
bahwa pendidikan karakter kepemimpinan adalah proses penanaman
nilai-nilai karakter dalam memimpin baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain atau kelompok sehingga terciptanya
nilai-nilai kebaikan baik hubungannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, dan sesama makhluk.
b) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional termuat dalam (UU No.
20 Tahun 2003, Pasal 3). yaitu pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (Helmawati (2017: 17). Tujuan pendidikan nasional itu sendiri
pada hakikatnya ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung
jawab (Helmawati (2017: 19).
Menurut Zubaedi (2013: 138), prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter adalah:
16
a. Berkelanjutan: mengandung makna bahwa proses pengembangan
nilai- nilai karakter merupakan proses yang tiada henti dimulai
dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan bahkan sampai terjun ke masyarakat.
b. Melalui semua mata pelajaran: pengembangan diri dan budaya
sekolah, serta muatan lokal.
c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan.
Satu hal yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah
kognitif, efektif, dan psikomotorik.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didiksecara aktif dan
menyenangkan.
Menurut Dharma (2012: 9) tujuan pendidikan karakter adalah
sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana
nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
17
Tujuan pendidikan karakter yang lain sesuai dengan arahan
Kemendiknas mengenai pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik
sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa;
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya
bangsa yang religius;
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta 20 dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity) (Kemendiknas, 2010: 7).
Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 9), tujuan pendidikan
karakter adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetisi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan
karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri
18
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-hari.
Jadi, Jika dianalisis inti dari tujuan pendidikan nasional adalah
pembentukan karakater (akhlak). Sosok karakter yang dapat dijadikan
contoh sepanjang masa adalah karakter Rasulullah Saw. Rasulullah
merupakan teladan dan contoh akhlak mulia yang semuanya
merupakan sifat-sifat yang diajarkan oleh Allah Swt. terutama
karakter kepemimpinan Rasulullah yang sepatutnya dijadikan contoh
oleh kita sebagai manusia yang diamanahi sebagai khalifah di muka
bumi. Adapun sifat-sifat yang dapat diterapkan sebagai karakter
manusia sebenarnya merupakan sebagian kecil karakter atau sifat-sifat
yang dimiliki Allah dalam asma’ul husna.
2. Organisasi Kepelajaran
Organisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
susunan atau kesatuan dari berbagai bagian (orang dan sebagainya)
sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Organisasi adalah sebuah
wadah tempat berkumpulnya orang-orang sebagai anggota organisasi
tersebut yang memiliki kepentingan dadn tujuan ynag sama, dengan
tugas pokok, fungsi, peran, dan tnaggung jawab yang jelas, yang
mematuhi segala aturan dan mengikuti tata cara dan prosedur yang
berlaku, dan menerrima, memahami, dan melaksanakan nilai-nilai/
19
norma-norma/tradisi bersama secara konsisten, untuk pemecah
permasalahan dan pencapaian tujuan organisasi (yasin, 2012 : 7).
Organisasi kepelajaran adalah sekumpulan pelajar yang berada
dalam satu wadah organisasi yang memiliki peran, tugas, dan
tanggung jawab dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi pelajar terbagi menjadi dua yaitu organisasi yang berada
di dalam lingkup sekolah (intra sekolah) dan organisasi yang berada
di luar sekolah (ekstra sekolah). Organisasi yang intra sekolah
merupakan organisasi yang berada dalam wewenang pihak sekolah,
sedangkan organisasi ekstra sekolah merupakan organisasi yang
berlatar belakang kepelajaran yang berdirinya di luar wewenang pihak
sekolah (independen). Organisasi pelajar intra sekolah contohnya
yaitu OSIS (Organisasi Intra Sekolah), sedangkan organisasi pelajar
ekstra sekolah yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), IPM
(Ikatan Pelajar Muhammadiyah), dan PII yang akan peneliti kaji
dalam penelitian ini.
3. Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar dalam Organisasi
Kepelajaran
Banyak pihak yang berusaha dan mengupayakan untuk
membentuk karakter terutama kepemimpinan terhadap pelajar. Tidak
hanya di sekolah di mana guru yang menjadi peran penting dalam
menanamkan pendidikan karakter pelajar, di luar sekolah pun perlu
didukung oleh berbagai pihak dalam menguatkan karakter pelajar agar
20
memiliki nilai sikap, tingkah laku, dan kepribadian yang baik. Oleh
karena itu banyak komunitas pelajar maupun organisasi yang
terbentuk dengan upaya mewadahi aktivitas pelajar dalam
mengembangkan potensi dirinya terutama bakat kepemimpinanya.
Karena hakikatnya manusia diciptakan membawa tabiat sebagai
seorang pemimpin dimuka bumi ini. Pemimpin dalam hal ini tidak
hanya pemimpin secara universal namun juga secara nafsi atau diri
sendiri.
Selain itu, tugas sebagai khalifah (pemimpin) sendiri adalah
amanah yang Allah turunkan sebagai misi yang harus dilaksanakan
oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam sebuah
ayat :
إنا عرضنا الأمانة على السماوات والأرض والجبال فأبين أن
يحملنها وأشفقن منها وحملها الإنسان إنه كان ظلوما جهولا
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia…..”.(QS. Al-Ahzab [33] : 72).
Dalam sebuah hadits dijelaskan pula mengenai hakikat manusia
sebagi pemimpin, di mana dalam sabda Rasulullah Saw : “setiap kamu
adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas
kepemimpinannya” (HR. al-Bukhari)
21
Tugas kepemimpinan yang diamanahkan oleh Allah Swt kepada
manusia akan berjalan dengan baik jika dilandaskan dengan karakter
yang berpedoman dengan sumber yang kuat dan sangat kokoh yaitu
Al-Quran dan Hadits yang merupakan pedoman hidup sepanjang
masa.
Sebagaimana halnya sekolah memperoleh lebih banyak
keberhasilan dengan pendidikan karakter ketika para siswa memegang
peran kepemimpinan, inisiatif komunitas (organisasi) juga lebih
efektif ketika orang-orang muda menjadi kontributor dari pada
sekedar menjadi resipien atau penerima (Lickona, 2016 : 335). Oleh
karena itu, pendidikan karakter kepemimpinan dalam organisasi
pelajar merupakan cara dan upaya secara berkelanjutan membentuk
karakter pelajar dengan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan
organisasi yaitu tidak lain mejadikan karakter kader dalam organisasi
tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Contoh Organisasi-organisasi pelajar intra mupun ekstra sekolah
yang memiliki usaha dalam membentuk karakter kepemimpinan
seperti yang telah disebutkan dalam point sebelumnya yaitu,
organisasi OSIS dengan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan pendidikan karakter kepemimpinan yaitu kegiatan LDK
(Latihan Dasar Kepemimpinan) yang diikuti oleh pengurus-pengurus
OSIS. Selanjutnya organisasi ekstra sekolah yaitu IPNU dengan
kegiatan yang mendukung pendidikan karakter kepemimpinan seperti
22
yang telah diteliti oleh Muta’ali (2017) adalah MAKESTA (masa
kesetiaan anggota), LAKMUD (latihan kader muda), dan LDK
(Latihan Dasar Kepemimpinan). Proses pendidikan karakter pada
kegiatan-kegiatan tersebut sebagai upaya pembentuk dan internalisasi
karakter kepemimpinan kepada pelajar dengan pembeerian materi
yang sesuai dalam proses kegiatan tersebut.
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran kepustakaan terhadap hasil-hasil penelitian
khususnya skripsi yang berkaitan dengan pendidikan karakter kepemimpinan
dan kaderisasi PII, berikut adalah beberapa penelitian terdahulu:
1. Rouf Muta’ali (IAIN Purwokerto tahun 2017)
Judul penelitian “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Remaja dalam
Organisasi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) Pimpinan Cabang Padamara Kab.
Purbalingga”. Penelitian ini menjelaskan proses pendidikan karakter
kepemimpinan remaja dalam organisasi IPNU-IPPNU pimpinan anak
cabang Padamara Kab. Purbalingga. Adapun yang membedakan penelitian
ini dengan dengan penelitian penulis yaitu dari dari sisi subjek penelitian.
Yang menjadi subjek yaitu pengurus Organisasi IPNU-IPPNU Pimpinan
Cabang Padamara Kab. Purbalingga. Sedangkan penelitian yang penulis
lakukan yaitu kepada pengurus dan alumni PW PII Jawa Tengah sebagai
objek penelitian yang terlibat dalam proses pengkaderan.
2. Fitri Nur Hidayat (IAIN Purwokerto tahun 2018)
23
Judul penelitian”Pendidikan Karakter Kepempimpinan melalui
Kegiatan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Sampang Kabupaten Cilacap
Taun Ajaran 2017/2018”. Penelitian ini menjelaskan proses dan hasil
pendidikaan karakter kepemimpinan yang digunakan dalam kegiatan
kepramukaan di SMP Negeri 1 Sampang. Adapun yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu dari sisi objek penelitian.
Yang menjadi objek dalam penelitian yaitu kegiatan kepramukaan di SMP
Negeri 1 Sampang. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu
sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah sebagai objek penelitian.
3. Ahmad Kasogi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017)
Judul penelitian “Modernisasi Sistem Pengkaderan Pelajar Islam
Indonesia”. Penelitian ini menjelaskan tentang modernisasi sistem
pengakaderan Pelajar Islam Indonesia sebagai organisasi berbasis massa
pelajar islam melalui jejaring PII. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah teori penelitian. Penelitian ini menggunakan teori
perubahan sosial modern, birokrasi dan manajement. Sedangkan penelitian
penulis menggunakan teori-teori pendidikan sebagai acuan penelitian.
4. Abdullah (UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2017)
Judul penelitian “Implementasi Pendidikan Karakter pada OSIS SMP
NEGERI 1 Karangbinangun Lamongan. Penelitian ini menjelaskan
tentang implementasi pendidikan karakter pada OSIS SMPN 1
Karangbinangun Lamongan meliputi pelakasanaan pendidikan karakter,
nilai-nilai karakter yang diberikan kepada siswa anggota OSIS, dan
24
evaluasi pendidikan karakter. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian penulis yaitu dari subjek penelitiannnya. Penelitian ini
mengambil subjek penelitian yaitu pengurus OSIS (organisasi intra
sekolah), sedangkan penelitian penulis mengambil pengurus organisasi PII
(organisasi ektra sekolah) sebagai subjek penelitian. Selain itu penelitian
ini mengembil objek penelitian yaitu implementasi pendidikan karakter
secara umum, sedangkan penelitian penulis mengambil objek penelitian
yaitu pendidikan karakter kepemimpinan.
5. Shandi Irawan (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011)
Judul Penelitian “Pengembangan Bakat Kepemimpinan Siswa
Melalui Kegiatan OSIS di SMAN 4 Depok”. Penelitian ini menjelaskan
tentang proses kegiatan OSIS di SMAN 4 Depok dalam mengembangkan
bakat kepemimpinan siswa. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah
pengurus OSIS SMAN 4 Depok, sedangkan subjek penelitian penulis
adalah PW PII Jawa Tengah.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti
berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena
dalam suatu keadaan alamiah (Moelong, 2008: 26). Peneliti terjun ke lapangan
penelitian yaitu PW PII Jawa Tengah untuk mengamati aktifitas yang
berhubungan dengan karakter kepemimpinan pelajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moelong (2008:
6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. Lokasi dan waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan. Lokasi penelitian
berada di Sekretariat PW PII Jawa Tengah, jl. Dorang 86, Semarang.
Peneliti juga melakukan penelitian langsung di lokasi Training yang
berlokasi di SMP Ihsaniyah Tegal. Jl. Sumbodro no. 14 Tegal, Slerok,
Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
26
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 19 Mei 2019 sampai
selesai.
C. Sumber Data
Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik, atau perilaku yang dilakuan oleh
subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 22). Sumber data langsung
yang peneliti dapatkan melaui wawancara kepada pengurus maupun
anggota (kader) serta alumni (Keluarga Besar PII Jateng) Pelajar Islam
Indonesia Wilayah Jawa Tengah terkait proses pendidikan karakter
kepemimpinan melaui kaderisasi PW PII Jawa Tengah .
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (label, catatan, notulen rapat, sms, dan lain-lain), foto-foto,
film, rekaman video , dan benda-benda yang dapat memperkaya data
primer (Arikunto, 2010: 22). Peneliti menggunakan data sekunder ini
untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui wawancara.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:
27
1. Observasi
Supranto (2003: 85) mengemukakan bahwa observasi atau disebut
juga pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan segala indera dan dilakukan tanpa
mengajukan pertanyaan. Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud
metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui
pengamatan panca indra yang kemudian diadakan pencatatan-pencatatan.
Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di
lapangan, terutama data tentang:
2. Wawancara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wawancara dimaknai
sebagai tanya jawab peneliti dengan narasumber (2007:1270). Menurut
Supranto (2003:85) wawancara adalah tanya jawab antara petugas dengan
responden yang berupa percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka
dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa
mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber yaitu diantaranya adalah
Pengurus, anggota (kader) serta alumni (keluarga besar) PII Jawa Tengah.
Peneliti menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait pendidikan
28
karakter kepemimpinan pelajar dalam kaderisasi PII, serta faktor
pendukung dan penghambatnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai ha-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Peneliti
mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitiaan
berupa foto terkait proses kaderisasi PW PII Jawa Tengah, pedoman
kaderisasi, dan pada saat proses wawancara terhadap narasumber.
E. Analisis Data
Menurut Moleong (2009: 280) analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam penelitian kualitatif data
dianalisis secara berkelanjutan, terus menerus selama proses penelitian
berjalan. Analisis data Dalam Penelitian berlangsung bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu
reduksi data, Display (penyajian) data, dan verifikasi (Bungin, 2011 : 1444).
1. Reduksi Data
Proses ini seorang peneliti perlu melakukan telaah awal terhadap
data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan pengujian data
dalam kaitannya dengan aspek fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti
coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau ringkasan,
29
memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang sesuai dengan
fokus atau aspek fokus. Dari proses inilah peneliti dapat memastikan mana
data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Identifikasi satuan unit. Pada mulanya
diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan
dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus masalah
penelitian. Sesudah satuan diperoleh langkah berikutnya memberikan kode
disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan berasal dari sumber
yang jelas. (Moleong, 2010: 228).
2. Display Data
Upaya menyajikan atau memaparkan data sebagai sebuah langkah
kerja analisis, display data dapat di maknai sebagai upaya
menampilkan, memaparkan dan meyajikan secara jelas data-data yang
dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.
3. Verifikasi data
Tahap ini peneliti melakukan konfirmasi dalam rangka
mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah
dibuat sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim,
2015: 110).
30
Analisis data di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Proses Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan Data
Moleong (2009:324) menjelaskan bahwa pemeriksaan keabsahan data
didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan
teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan
datanya dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan/keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui
diskusi, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota
(Moleong, 2009: 328-338)
Kriteria kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan
teknik auditing. Yaitu untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data.
Demikian halnya dalam penelitian ini, dari berbagai teknik yang ada, peneliti
cenderung menggunakan teknik keajegan/ketekuan pengamatan,karena lebih
Pengumpulan
data
Penyajian
Data
Simpulan:
verifikasi
Reduksi
data
31
sesuai dengan kondisi dan dirasa lebih efektif untuk membuktikan kepastian
data.
Yaitu dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri, mencari
tema atau penjelasan pembanding atau penyaing, membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara dari
beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya,
diskusi dengan teman-teman sejawat.
G. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, Lexy J. Moleong (2009:127-148) menyebutkan ada
beberapa tahapan penelitian, yaitu:
1. Tahap pra lapangan
a. Memilih lapangan, yaitu PW PII Jawa Tengah.
b. Mengurus perijinan, secara informal (Sekretariat PW PII Jawa
Tengah).
c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan
PW PII Jawa Tengah.
2. Tahap pekerjaan lapangan
a. Mengadakan observasi langsung terhadap PW PII Jawa Tengah dalam
aktifitas pengakaderannya, pelaksanaan Pendidikan Karakter
Kepemimpinan Pelajar, dengan melibatkan beberapa informan untuk
memperoleh data.
b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses
kaderisasi dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan.
32
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang diperoleh.
33
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Pelajar Islam Indonesia (PII)
1. Sejarah Berdirinya PII
Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan organisasi pelajar tertua yang
lahir setelah kemerdekaan Indonesia, bergerak di bidang social-pendidikan
dan dakwah. PII didirikan di Yogyakarta tanggal 4 Mei 1947 (Hanan, 2006
: 5). Latar belakang lahirnya organisasi PII adalah pengaruh social politik
yang ditimbulkan oleh kekuasaan pemerintah kolonial Belanda dan Jepang
serta faktor internal umat Islam di Indonesia. Penjajahan Belanda yang
bercokol demikian lama hingga lebih dari tiga ratus lima puluh tahun di
Indonesia memiliki kebijakan khusus yang berkenaan dengan Islam.
Belanda menyadari sepenuhnya bahwa mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam dan berarti pengaruh Islam merupakan variabel yang tidak
dapat diabaikan. Suminto menyimpulkan bahwa Belanda melakukan tiga
jenis kebijakan politik terhadap Islam. Pertama, kebijakan netral terhadap
agama. Kedua, politik asosiasi kebudayaan. Ketiga, memberikan
perhatiansecara khusus dan serius pada perkembangan paham tarekat dan
pan-Islamisme. Diantara kebijakan-kebijakan kolonial tersebut
mempunyaibidang fokus masing-masing, dan yang terasa sampai pada
tataran pelajarialah kebijakan politik asosiasi. Inti politik ini menghendaki
agar dibidang kemasyarakatan Bumiputra menyesuaikan diri dengan
34
kebudayaan Belanda. Jalan yang ditempuh adalah melalui asosiasi dan
pemanfaatan adat serta asosiasi pendidikan.
Menurut Adaby Darban dalam Hanan (2006 : 50), inti kebijakan
pemerintah kolonial Belanda adalah melakukan usaha-usaha untuk
menghalangi perkembangan dan kebangkitan agama Islam dengan cara
yang halus. Kebijakan ini ditempuh dengan melakukan beberapa hal yaitu,
pertama, kristening Politik, yaitu suatu usaha untuk melemahkan kekuatan
Bumiputra dengan jalan memasukkan pengaruh agama lain di tanah
jajahan. Kedua, politik asosisasi, yaitu politik untuk menghubungkan
dunia Barat dan Timur.
Politik asosiasi sendiri dilaksanakan dengan mengambil sebagian dari
Bumiputra untuk dididik dengan kehidupan dan gaya budaya Barat.
Melalui politik ini, Belanda berusaha menjauhkan kaum muslimin dengan
ajaran Islam melalui pendidikan Barat. Akibatnya, banyak perbedaan sikap
dan pandangan antara pelajar Islam yang berpendidikan Barat dengan
pelajar yang tidak mengalami pendidikan Barat. Dunia pelajar di Indonesia
demikian juga menjadi dualisme pendidikan, yang penuh dengan didikan
Barat dan yang lain penuh dengan didikan agama (Thamrin dan Ma’roov,
1998 : 24). Kelompok yang mendapat pendidikan dari kolonial dengan
pengaruh budaya Barat selanjutnya akan dijadikan sebagai pegawai
pemerintahan atau orang-orang yang memegang kekuasaan guna
membantu pemerintah kolonial. Tokoh utama politik asosiasi ini adalah
Christian Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang faham
35
agama Islam. Melalui pendidikan, para pelajar diupayakan untuk mulai
jauh dari ajaran agama mereka dan dijauhkan dari nilai-nilai patriotisme
dan lebih mencintai segala hal yang berbau dan berpola Barat.
Demikianlah cara Belanda menundukkan kaum Bumiputra yang mayoritas
umat Islam Indonesia( Hanan, 2006 : 51).
Pengaruh dari kebijakan-kebijakan kolonial yang berdapak pada
pendidikan di Indonesia hingga awal kemerdekaan, yaitu terjadinya jurang
pemisah antara pendidikan umum dan pendidikan Islam (pondok
pesantren). Inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong lahirnya
organisasi PII yaitu adanya dualisme sistem pendidikan di kalangan umat
Islam di Indonesia yang merupakan warisan dari kolonialisme Belanda,
yaitu adanya orientasi yang berbeda antara sekolah umum dan pondok
pesanten, sekolah umum berorientasi ke dunia sementara pondok
pesantren berorientasi ke akhirat. Akibatnya, pelajar Islam menjadi
terpecah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan.
Pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan
tradisional, mereka menjulukinya dengan sebutan “santri kolot” atau santri
teklekan sementara Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum
merupakan sistem pendidikan orang kafir, karena produk kolonial
Belanda, dan menjuluki mereka dengan sebutan “pelajar kafir” (Arsip PB
PII 1982 : 3).
Yoesdi Ghozali merupakan salah satu pendiri PII ketika itu, pada
tanggal 25 Februari 1947 sedang ber’itikaf di Masjid Besar Kauman,
36
Yogyakarta. Dalam fikirannya terlintas gagasan untuk membentuk suatu
organisasi bagi para pelajar Islam yang saat itu belum terkoordinasi.
Gagasan tersebut kemudian disampaikannya dalam pertemuan di gedung
SMP Negeri 2 Sekodiningratan bersama teman-temanya yaitu Anton
Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan Norsyaf. Mereka
yang hadir seluruhnya sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam
yang kemdian diberi nama Pelajar Islam Indonesia (PII). Meskipun
organisasi ini bernama pelajar, namun yang berhimpun di dalamnya tidak
hanya pelajar dalam arti formal. Di PII juga akan ditemui mahasiswa
(sarjana dan pascasarjana), juga pemuda-pemuda yang sudah bekerja. Hal
ini tidaklah mengherankan mengingat PII mendefinisikan “pelajar” dalam
arti yang luas dan longgar, mengacu kepada pengertian bahwa belajar itu
sepanjang hayat (Hanan, 2006 : 5-6).
Selanjutnya, dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi
Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres.
Walaupun ada proses perdebatan karena perbedaan pandangan dalam
Kongres tersebut, akhirnya lebih banyak peserta yang menyetujui ide ini.
Oleh karena itu kongree kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap
pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk.
Kemudian utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah diminta
untuk ikut mendukung dan memperlancar berdirinya organisasi khusus
pelajar Islam itu (Hanan, 2006 : 57).
37
Guna menindaklanjuti keputusan Kongres tersebut, maka pada hari
Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar petemuan di kantor GPII, jalan
Margomulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut hadir Anton
Timur Djaelani dan Amir Syahri mewakili GPII sayap pelajar yang siap
untuk dilebur dalam organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Disana
hadir Yoesdi Ghozali, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi
pelajar Islam lokal yang telah ada. Mereka adalah Yahya Ubeid dari
Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari
Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PARKISEM) Surakarta,
serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam
Indonesia (PPII) Yogyakarta. Dalam pertemuan yang dipimpin oleh
Yoesdi Ghozali itulah diputuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam
Indonesia (PII), tepatnya pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei 1947
(Hanan, 2006 : 57-58).
2. Tujuan Berdirinya PII
Motivasi pertama yang melandasi pendirian PII adalah motivasi
yang berasal atau bertitik tolak dari ajaran agama. Ayat al-Qur’an yang
menjadi rujukan motivasi ini adalah surat Ali Imran (3) ayat 104
ة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون ولتكن منكم أم
عن المنكر وأولئك هم المفلحون
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”(Q.S Ali Imran /3 : 104)
38
Makna ayat di atas memberi isyarat agar ada di antara sekelompok
orang (organisasi) Islam yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Motivasi ini sangat mempengaruhi kepribadian kader-kader
PII pada umumnya. Segenap warga PII berkeyakinan bahwa eksistensi
organisasi bukanlah sekedar memenuhi social need, melainkan merupakan
perangkat fardhu kifayah (kewajiban secara kelompok) dalam rangka
mengembangkan dakwah Islam (Hanan, 2006 : 7-8).
Dilatarbelakangi keadaan bangsa sebelum kemerdekaan, pendiriaan
PII dimotivasi oleh dua hal. Pertama, motivasi ke-Islaman. Kedua,
motivasi kebangsaan. Kebijakan politik Belanda dan Jepang terhadap
umat Islam dan bangsa Indonesia sangat berpengaruh terhadap generasi
muda, utamanya para pelajar. Akibat Politik-asosiasi, banyak pelajar yang
mendapat pendidikan kurikulum dari Belanda, tidak sedikit pelajar yang
meniru pola hidup maupun budaya Barat seperti terlihat pada cara
berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku sehari-hari. Umumnya
pandangan dan rasa keagamaan pun menipis seiring dengan perubahan
cara berfikir dan cara menyikapi agama. Bagi mereka, hidup haruslah
diorientasikan pada dunia, bukan pada Tuhan (agama) yang hanya
berorientasi pada akhirat (Hanan, 2006 : 54-55).
Kondisi di atas mulai menimbulkan dikotomi dalam dunia
pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara pelajar hasil
pendidikan umum (Barat) dengan pelajar hasil didikan pesantren. Keadaan
seperti ini tentu saja akan mengancam pekembangan bangsa dan umat
39
Islam kedepan. Oleh karena itu, dicarilah jalan untuk mempertemukan dan
menyatukan kedua kutub pelajar tersebut agar terjalin keharmonisan
antara keduanya sesama mulim. Hal inilah yang menjadi salah satu latar
belakang pendirian organisasi PII (Hanan, 2006 : 55).
Sementara motivasi kebangsaan muncul dari keprihatinan para
pendiri PII terhadap nasib bangsa Indonesia yang baru saja terlepas dari
penjajahan yang sangat lama. Dalam jangka pendek maupun panjang,
menurut mereka, bangsa ini perlu sebuah wadah yang dapat menjadi
penjaga keutuhannya sekaligus penyedia kader-kader pengganti para
pimpinannya (Hanan, 2006 : 57).
PII sebagai organisasi berbasis Pelajar yang konsern terhadap
pendidikan dan dakwah, serta kebudayaan, menggariskan tujuan
organisasinya, yaitu : “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang
sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”
(Falsafah Gerakan PII).
Awal mulanya, tujuan PII adalah “kesempurnaan pendidikan dan
pengajaran bagi seluruh anggotanya”. Dalam Kongres I PII, pada tanggal
14 hingga 16 Jui 1947 di Solo, tujuan tersebut diperluas menjadi
“Kesempurnaan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan Islam bagi
Republik Indonesia”. Pada akhirnya, tujuan tersebut semakin universal
dengan perubahan lagi pada kongres VII tahun 1958 di Palembang,
menjadi “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan
Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”. Rumusan tujuan
40
PII hasil kongres VII tersebut yang digunakan sampai saat ini,
sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) PII Bab IV pasal 4
(PB PII Dokumen Sejarah PII, 2010 : 2).
Pilihan PII pada pendidikan dan kebudayaan ini menjadi pilihan
yang tepat dan strategis, karena tidak mungkin terwujud masyarakat Islam
tanpa melalui proses pendidikan dan kebudayaan yang didasari oleh nilai-
nilai Islam itu sendiri. Lebih jauhnya, tidak akan mungkin terwujud suatu
cita-cita profetik kemasyarakatan Islam yaitu khairu ummah (umat
terbaik) atau baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur tanpa didahului
upaya untuk melakukan transformasi masyarakat dengan nilai-nilai Islam.
Dan upaya ini meniscayakan suatu proses pendidikan dan kebudayaan.
Pelajar Islam Indonesia mempunyai cita-cita dalam hal kebudayaan
yang sesuai dengan Islam. Selaku pelajar Islam yang penuh rasa tanggung
jawab terhadap AllahSWT dan terhadap masyarakat, maka Pelajar Islam
Indonesia wajib menaruh perhatian sepenuh-penuhnya terhadap soal-soal
itu. Tidak pada tempatnya pelajar yang berpengetahuan tinggi dan
berperasaan agama yang luhur dengan tiada sadar dan serampangan
menghadapi soal-soal kebubudayaan. Kurang pantas kiranya jika kita suka
meniru bentuk-bentuk kebudayaan dengan tiada menghiraukan pribadi
kita, bahkan bertentangan dengan tuntunan Islam. Sebaliknya juga tidak
pada tempatnya, jika kita dengan tiada pertimbangan yang telitidan lugas
memberi cap ”haram” terhadap suatu bentuk kebudayaan dengan begitu
41
saja. Padahal, kita belum mampu memberikan suatu yang lebih baik
daripada itu dalam lapangan kebudayaan kepada masyarakat ramai.
3. Fungsi dan Peran Pelajar Islam Indonesia (PII)
Awal mula orientasi berdirinya PII bersifat jangka panjang yaitu di
bidang pendidikan dan kebudayaan. Namun, segera setelah berdirinya
organisasi ini menghadapi kenyataan lain. Bersama komponen umat Islam
dan bangsa Indonesia lainnya PII harus ikut terjun kedalam refolusi fisik
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dua tahun setelah
Indonesia merdeka, kembali harus menghadapi penjajahan Belanda.
Selang beberapa hari setelah Kongres I PII digelar, terjadi agresi militer
Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Akibatnya, PB PII tidak dapat
melanjutkan konsolidasi kepengurusannya. Ketua umum PB PII Noorsyaf
serta pengurus-pengurus PII yang lain pulang ke kampung halaman
masing-masing untuk bergerilya. Anggota-anggota PII pun banyak yang
bergabung ke Tentara Republik Indonesia (TNI), Hizbullah, Sabilillah,
Tentara Pelajar, Mujahidin, Angkatan perang sabil dan sebagainya. Semua
itu dimaksud untuk membantu perjuangan mengusir tentara Belanda
(Hanan, 2006 : 60-61).
Pengakuan atas peran PII antara lain tercermin dalam amanat
almarhum Jendral Sudirman (Panglima Besar Angkatan Perang RI) pada
resepsi Hari Bangkit (HARBA) I PII, tanggal 4 Mei 1948:
…saya ucapkan banyak-banyak terimaksih kepada anak-anakku
PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang telah
diberikan oleh PII kepada negara…
42
Teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anakku Pelajar Islam Indonesia.
Negara kita adalah negara baru, didalamnya penuh onak dan duri,
kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi, Negara membutuhkan
pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia.
Menurut Hanan (2006 : 6-7) pada masa Orde Lama, PII menunjukan
diri sebagai organisasi yang kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
Salah satu puncaknya adalah penolakan PII terhadap konsep Nasakom
(Nasional, Agama, Komunis) yang dicetuskan oleh Soekarno. Pada masa
kelahiran Orde Baru, PII mempunyai andil besar dengan memelopori
berdirinya Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) yang
bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya behasil menumbangkan
Orde Lama.
Kepeloporan PII dalam kebangkitan KAPPI, suatu pilihan dan
jawaban yang tepat, dua peristiwa kudeta PKI di Madiun, 19 September
1948, menjadikan gugurnya Komandan Brigade PII Madiun,
Soerjosoegito, dan adanya peristiwa Kanigoro, Mental Training PII
menjadi korban sasaran aksi sepihak PKI, 13 Januari 1965, Rabu Kliwon,
9 Ramadhan 1384. Dengan adanya kedua peristiwa ini, dapat dipastikan
PII mengambil inisiatif melakukan perlawanan aktif terhadap PKI sudah
kudeta G 30 S PKI (Suryanegara 2017: 443-444).
Ketua umum KAPPI ketika itu adalah Muhammad Husnie Thamrin.
Peran PII ini diakui pula oleh Presiden Soeharto dalam sambutannya pada
43
peringatan Isra’ Mi’raj yang diselenggarakan PB PII di Jakarta, tanggal 13
September 1966:
…saya mengenal PII sebagai satu organisasi pelajar yang saat-
saat tenangnya dibutuhkan oleh bangsa dan revolusi, selalu
tergolong yang pertama-tama tampil kedepan dengan semangat
juang dan berkorban yang tinggi disertai rasa tanggungjawab
yang besar. Indonesia pada waktu sekarang tidaklah hanya
membutuhkan warga negara yang cerdas otaknya dan kuat
badannya, tetapi yang lebih daripada itu ialah kita membutuhkan
warga negara yang mempunyai i’tikad baik, mau bekerja sungguh-
sungguh, jujur, dan tinggi mentalnya. Kami yakin, dengan agama
Islam sebagai dasar dan titik tolak pemikiran, maka PII tentu akan
merupakan potensi yang ampuh dalam mengamankan Pancasila
dalam usahanya menyelamatkan revolusi dan menegakkan
keadilan dan kebenaran…
Ungkapan Presiden Soeharto di atas, disamping mengakui dan
mengharapkan peran PII, juga menunjukkan adanya kesesuaian misi PII
(dengan asas Islam-nya) dengan Orde Baru (dengan asas Pancasila-nya)
(Hanan, 2006 : 7).
PII sebagai organisasi mempunyai fungsi dan kemanfaatan bagi
kader-kadernya dalam beraktifitas dan beraktualisasi di dalamnya. Fungsi
dan kemanfaatan tersebut dikenal dengan Catur Bakti PII yang meliputi:
PII sebagai tempat berlatih, wahana penghantar sukses studi, wadah
pembentukan pribadi muslim, dan alat perjuangan (Falsafah gerakan PII).
a. PII sebagai Tempat Berlatih
PII merupakan tempat dimana para kadernya mengembangkan
potensi diri sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Potensi
kepemimpinan, kesenian dan kebudayaan kader-kader Pelajar Islam
Indonesia (PII) diwadahi dan dikembangkan melalui berbagai
44
program. Di Pelajar Islam Indonesia (PII), kader dan anggota dilatih
untuk mengembangkan daya nalar, tanggungjawab dan kepedulian
terhadap permasalahan-permasalahan sosial
b. PII sebagai Wahana Penghantar Sukses Studi
Sebagai organisasi pelajar, kader dan anggota PII berstatus
pelajar formal yang masih studi pada sekolah-sekolah lanjutan,
menengah maupun perguruan tinggi serta pelajar-pelajar yang belajar
secara informal. Persinggungan PII dengan lembaga-lembaga
pendidikan formal (sekolah) mengharuskan PII tidak boleh abai
terhadap kesuksesan studi seseorang.
c. PII sebagai Wadah Pembentukan Pribadi Muslim
Sebagai organisasi yang berasaskan Islam yang meyakini bahwa
nilai-nilai Islam adalah satu-satunya nilai yang benar dan wajib untuk
diimplementasikan dalam segenap aspek hidup, PII harus mampu
menjadi wadah pembinaan dan pembentukan kepribadian muslim
pada setiap kader dan anggotanya.
d. PII sebagai Alat Perjuangan.
PII sebagai gerakan pendidikan, kebudayaan dan dakwah Islam
memiliki visi dan misi untuk diperjuangkan. Rumusan tujuan PII
berupa “kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai
dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”
mensyaratkan adanya upaya yang sungguh-sungguh tiada henti agar
tujuan tersebut sedikit demi sedikit dapat dicapai.
45
4. Sejarah Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia (PII)
Pedoman kaderisasi PII yaitu Ta’dib mengalami proses penyesuaian dan
penyempurnaan secara bertahap. Sejarah PII telah mengungkap betapa
perjalanan wacana (diskursus) tentang pendidikan (khususnya berkenaan
dengan pendidikan Islam) telah mendapat perhatian yang sangat serius yang
ditunjukkan dengan dinamika konsepsi pendidikan PII yang diterapkan dalam
aksi kaderisasinya. Sistem kaderisasi PII terus mengalami penyempurnaan
sejalan dengan perkembangan wacana pendidikan Islam itu sendiri yang
disesuaikan dengan perspektif kekinian dan mendepan namun dengan tanpa
melepaskan dari akar kesejarahannya terutama cita-cita dan tujuan PII itu
sendiri (PB PII Sejarah kaderisasi PII, 2013: 1).
Ta’dib menjadi pedoman kaderisasi PII secara Nasional digunakan oleh
berbagai wilayah dalam penyelenggaraan kaderisasi termasuk Wilayah PII
Jawa Tengah. Adapun tahapan-tahapan yang telah dilakukan dalam proses
penyempurnaan Ta’dib yaitu :
a. Tahap Perintisan (1952-1958)
Kaderisasi PII pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 Juni
1952 dengan nama Latihan Kader. Pelaksanaannya belum dirancang
secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku.
Instruktur (pemateri) dicari sesaat sebelum jadwal kegiatan dilakukan.
Prawoto Mangkusasmito dan Mohammad Roem sebagai pimpinan puncak
Masyumi waktu itu berkesempatan menyampaikan pemateri. Kehadiran
dua tokoh ini membawa konsekuensi tersendiri dalam perkembangan dan
46
warna peran PII di kemudian hari. Secara periodik pasca penyelenggaran
Latihan Kader dilakukan penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan
dan perkembangan tantangan yang dihadapi PII dan masyarakat secara
umum (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII)
b. Tahap Identifikasi dan Perumusan (1958-1963)
Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan Seminar Latihan
Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan
sistem dan metode dilakukan oleh sebuah Tim Perumus yang terdiri dari
Mukti Ali (mantan Menteri Agama), Hariri Hadi (Pengurus Perguruan
Islam Al-Azhar/mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Yacob (mantan
pejabat Deperin). Penyusunan sistem dan metode ini banyak dipengaruhi
oleh pengalaman mengikuti Youth Leaders Training dan Student Work
Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode Dynamic Group sebagai
metode utama. Rumusan dari Tim Perumus itu kemudian diseminarkan
dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan Kepemimpinan.
Selanjutnya rumusan ini disyahkan pada Konbes V tanggal 28 Desember
1958 - 2 Januari 1959 di Madiun .
Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar yang menghasilkan
Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus dihasilkan pula Sistem
dan Metode Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) sebagai konsep
pembinaan dan latihan kepemudaan. Dalam kedua sistem tersebut terdapat
penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting
adalah terjadinya pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental
47
change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi
pembentukan sikap mental (mental attitude) yang Islami (Ta’dib, Sejarah
Kaderisasi PII).
c. Masa Kristalisasi (1963-1979)
Masa ini merupakan usaha menyempurnakan sistem dan metode
pelaksanaan kaderisasi sebelumnya dengan sistem dan metode di atas
berlangsung. Maka secara berurutan diselenggarakan seminar
Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) di Cipasir, Cicalengka, April 1963
menghasilkan Sistem dan Metode PKP yang disempurnakan, seminar
Mental Trainig di Rancaekek, Bandung, Juni 1963 menghasilkan sistem
dan Metode Mental Training yang disempurnakan, dan Seminar
Leadership Training di Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan Sistem
dan Metode Leadership Training yang disempurnakan serta Pedoman
Kader yang berisi; Dasar Pembentukan Kader, Pengertian, Fungsi dan
Status, Kepribadian, Hak dan Kewajiban, serta Tingkat dan Atribut Kader
(Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).
Kebutuhan akan penyempurnaan konsep kaderisasi terus dilakukan
dan mendesak. Hal ini disebabkan oleh perkembangan serta perubahan
tantangan yang dihadapi PII berlangsung demikian cepat. Untuk maksud
tersebut PB PII menyelenggarakan Musyawarah Kader dan Coaching
Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967.
Disamping untuk penyempurnaan sistem dan metode, MUKACI juga
48
berfungsi untuk mengantisipasi problem aktual yang dihadapi PII pada
saat itu.
d. Masa Konsolidasi (1979-1985)
Pada masa ini diselenggarakan Pekan Orientasi Instruktur Nasional
(POIN) di Cibubur, Jakarta, April 1979. Pengurus Besar PII membentuk
Tim Perumus yang terdiri dari Mohammad Jauhari, Hazim Abdullah
Umar, Taufiq Dahlan dan Masyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan
rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan. Tim Perumus berhasil
menyempurnakan dan sekaligus melakukan kajian-kajian teoritik tentang
Sistem dan Metode Training PII (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).
Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis besar
keputusan berupa:
1) Fungsi Training, mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kaderisasi informal
berupa program-program PII lainnya.
2) Karakteristik Kader dan Orientasi Training, dalam proses kaderisasi
kader akan mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan serta kesiapan.
Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab
tantangan dan memecahkan problem PII dan ummat Islam sehingga
bisa menjaga misi dan eksistensi PII. Adapaun dalam 8 orientasi
(kecenderungan) dan selanjutnya akan menjadi orientasi training PII,
Kedelapan orientasi tersebut adalah :
1) Problem Ideologi
49
2) Problem Kepemimpinan
3) Problem Pendidikan
4) Problem Sosial
5) Problem Keadministrasian (organisasi)
6) Problem Ke-PII-an
7) Problem Sikap dan Tingkah Laku
8) Problem Cara Berfikir
3) Penyempurnaan tujuan dan penjenjangan training, dengan
memfokuskan training pada masalah Kepemimpinan yang ditopang
dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample
masyarakat desa) dan masalah pendidikan agama Islam (dengan
sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih). Adapun Tujuan
masing-masing jenis training adalah:
1) Leadership Basic Training
Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem
organisasi PII tingkat lokal maupun regional dan mampu
memahami problem PII dan ummat Islam tingkat nasional.
2) Leadership Advanced Training
Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem
organisasi PII dan ummat Islam tingkat regional maupun
nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat
Islam dalam dunia internasional.
3) Mental Training (Mentra)
50
Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran
Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi ummat Islam
Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt. dan
perkembangan syiar Islam
4) Perkampungan Kerja Pelajar (PKP)
Terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan
mempelopori masyarakat untuk menjawab tantangan dan
problem kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera
yang diridhoi Allah Swt. (qaryah thayyibah wa rabbun ghafur).
4) Pengembangan Metode dan Teknik Training, dalam rangka
penajaman dan pendalaman pemahaman terhadap hasil POIN 1979
dan upaya tindak lanjutnya kamudian diselenggarakan Coaching
Intruktur Nasional (CIN) di Jakarta 1982 yang telah menghasilkan:
1) Keseragaman pemahaman dan pendalaman metode Group
Dynamic.
2) Perumusan silabus training.
3) Perlunya penyempurnaan silabus training.
e. Masa Resistensi (1985-1991)
51
Masa ini, PB PII merumuskan konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu
Matahari Plus Rembulan pada akhir tahun 1985. Lewat paket ini dikenal
bentuk pembinaan melalui:
1. Training Konvensional yang terdiri dari : LBT, Mentra, PKP dan
LAT
2. Training Alternatif yang terdiri dari Bimbingan Keilmuan dan
Kepelajaran I (BKK I) / Forum Pacu Study (Forpadi), BKK II, BKK
III, Studi Islam Awal Mula (SIAM) I, SIAM II, SIAM III, Latihan
Hubungan Manusia (LHM) I, LHM II)
3. Training Khusus yang terdiri dari Training Tingkat Dasar (TTD) dan
Training Tingkat Lanjut (TTL) PII Wati serta Latihan Brigade
Tingkat Dasar (LBTD) dan Latihan Brigade Tingkat Lanjut (LBTL).
Selain itu, dilkasanakan pula sosialisasai program pembinaan kader
pasca training berupa Gerakan Usrah dan Gerakan Amal Shaleh (GAS).
Gerakan Usrah mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai diniyah. Sedangkan GAS dititik beratkan
pada upaya pembudayaan sikap hidup muslim sehari-hari (Ta’dib, Sejarah
Kaderisasi PII).
f. Masa Rekonstruksi (1991-1996)
Pada masa ini, dilkukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan
kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN ‘79 dan MIN ‘85 belum
menyertakan “pola pembinaan” pasca training. Oleh karena itu,
pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada masing-
52
masing pengurus baik pengurus wilayah, daerah mapun komisariat.
Masing-masing eselon kepengurusan tersebut tidak memungkinkan
menyusun program dan paket kegiatan continue dan baku. Sehingga
kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan sporadis tergantung dari
tingkat aktivitas masing-masing eselon kepengurusan.
Guna mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training
sekaligus menjadi faktor utama dalam mempertahankan eksistensi PII
yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB PII
segera membuat pola Ta’lim. Sementara itu untuk membuat konsep
pelatihan PB PII melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya
kemudian dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya, masing-masing
Lokakarya Ta’lim dan Semiloka Pelatihan. Kesepakatan yang diperoleh
dari Lokakarya tersebut adalah menindaklanjuti beberapa hal yang
menyangkut upaya penataan sistem dan pola kaderisasi PII yaitu dengan
melakukan kajian lanjutan tentang Profil Pelatihan PII, Silabus dan
kurikulum, rekonstruksi pelatihan PII dan merumuskan pokok-pokok
pikiran terhadap konsep Ta’dib (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).
B. Gambaran Umum PW PII Jateng
1. Visi dan Misi PW PII Jateng periode 2019-2021
a. Visi
PW PII Jateng memiliki visi sebagai berikut:
“PII Jawa Tengah yang Kuat, Sinergis, dan Harmonis dalam berbagai
aspek dan bidang.”
53
b. Misi
PW PII Jateng memiliki misi sebagai berikut:
1) Menciptakan kader-kader PII yang berkepribadian sesuai prinsip-
prinsip Islam dan berkarakter sesuai citra diri kader PII, yaitu
Muslim, Cendikia dan Pemimpin;
2) Optimalisasi implementasi sistem kaderisasi yang berorientasi
nilai yang lebih aplikatif untuk memaksimalkan peran kader PII
pada Bangsa dan Negara sehingga bisa mewujudkan cita-cita PII;
3) Penguatan basis sosial PII di masyarakat, sekolah, pesantren,
maupun remaja masjid;
4) Membangun basis pelajar melalui komunitas dan perkumpulan-
perkumpulan pelajar.
5) Penguatan jaringan eksternal sebagai optimalisasi peran PII
dalam pembinaan masyarakat pelajar dan melakukan advokasi
pelajar;
6) Optimalisasi penataan administrasi dan keuangan yang rapi,
sistematis, dan akuntable;
7) Membangun persahabatan antar personal untuk meningkatkan
ghiroh dalam bergerak dan berkontribusi dengan tetap menjaga
profesionalisme, progresifitas, dan konsistensi serta bersifat
kekeluargaan.
54
2. Struktur Organisasi PW PII Jateng 2019-2021
Struktur Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah Periode 2019-2021
Tabel 1
Badan Induk PW PII Jateng Periode 2019-2021
No. Nama Jabatan
1. Rizka Noor M. U., S.T. Ketua Umum
2. M. Abdul Hafizh Ketua I Bidang Kaderisasi
3. Khomsah Arifati Ketua II Bidang PPO
4. Thufail Langlang Tambosay Ketua III Bidang KU
5. Rizki Aulia Fajrin Sekretaris Umum
6. Nurul Laila Mayasari Sekretaris I
7. Rahmawati Gita Hayati Bendahara Umum
8. Dina Bella Ayu Noviana Bendahara I
9. Maulidya Yolanda Dep. Training & Kursus
10. Hafizh Alfuniam Dep. Ta’lim
11. Ahmad Mudhofar Dep. Pembinaan
12. Wildan Yusuf Albab Dep. Pembinaan
13. Bagus Rahma Aulia C. Dep. Pengembangan
14. Khoirun Nisa Dep. Media & Kastrat
15. Azizah Dep. Eksternal
Table 2
Badan Otonom PII Wati PW PII Jateng Periode 2019-2021
No. Nama Jabatan
1. Riska Ristiana Ketua Umum
2. Faiza Nur Arofah Sekretaris
55
3. Dina Bella Ayu N. Bendahara
4. Lisa Ayu Rohmatunnisa Ketua Div. KPKP
5. Minhatul Maulaya Ketua Div. KPPKT
6. Khomsah Arifati Ketua Div. PPK
7. Ferriana Diean Haq Div. PPK
8. Rifki Alfia Nuriska Ketua Div. KISKE
Tabel 3
Badan Otonom Brigade PW PII Jateng Periode 2019-2021
No. Nama Jabatan
1. Setio Budi Harsono Ketua Umum
2. Muhsin Alrasyid Zulfahmi Admilog
3. Reza Wahyu Setiawati Ketua Div. Diklat
4. Deddy Wahid Saputro Ketua Div. Teritorial
5. Muhammad Akhsanul K. Div. Teritorial
6. Nuhi risydan Al Anshori Ketua Div. PJKIS
7. Najih Akhyat Div. PJKIS
3. Pola Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng
a. Pokok-pokok Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng Periode
2019-2021 :
1. Percepatan pelaksanaan siklus kaderisasi secara menyeluruh,
sistematis dan seimbang
2. Meningkatkan frekwensi pelaksanaan LBT, LIT, Advan,dan PID
agar tidak terjadinya krisis kader dan krisis instruktur
56
3. Meningkatkan frekwensi pelaksanaan kursus baik di tataran PD
maupun PW untuk membentuk kader yang siap, mengerti akan
PII secara mendalam, militan, dan kreatif.
4. Pelaksanaan ta’lim secara sistematis tertib dan juga berkelanjutan
agar terbentuknya kader-kader PII yang sesuai dengan profil PII
sendiri yaitu (muslim, cendikia, pemimpin).
5. Menghidupkan pengajian serta tafsir Al-Quran dan Al-Hadist
Nabi Muhammad Sallallahu’alihiwasallam sebagai program
fundamental dan berkesimambungan PII Jawa Tengah.
6. Meningkatkan kepatuhan dari masing-masing institusi PII seperti
PK, PD, dan PW dalam menjalankan kaderisasi. Karena sering
kali terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalm pelaksanaan
kaderisasi.
7. Meningkatkan frekwensi pengiriman peserta Advant dan PID
keluar provinsi/keluar wilayah lain jika memang diperlukan,
untuk menjaga hubungan silaturrahmi dan juga meningkatkan
isntruktur agar tidak terjadinya krisis instruktur karena
sebagaimana kita ketahui instruktur sebagai garda terdepan dan
juga garda terakhir dalam pelaksanaan dan masa depan kaderisasi
PII.
8. Meningkatkan frekwensi kuantitas Pemandu untuk menjaga
stabilitas siklus kaderisasi
9. Melakukan evaluasi terhadap Kinerja Dewan Ta’dib Wilayah
57
10. Mendorong dan memonitor implementasi ta’dib dari tingkat
wilayah dan daerah secara periodik
11. Membuat dan memperbaharui database kaderisasi wilayah
dengan membuat pola komunikasi yang efektif dari tingkat PW-
PD secara periodik
12. Penguatan nilai-nilai keislaman dan kultur islami dalam tiga jalur
ta’dib dan aktifitas keorganisasian dengan Muadib sebagai profil
yang menjadi uswah.
13. Penguatan infrastruktur kaderisasi dengan pengkayaan referensi,
instrumen ta’dib dan percepatan peningkatan kualifikasi
instruktur.
14. Pengoptimalan peran pemandu sebagai salah satu bagan penting
dalam siklus kaderisasi.
b. Program Umum Bidang Kaderisasi
Tabel 4
Program Umum Bidang Kaderisasi Periode 2019-2021
No
. Kondisi
Objektif Target Program
1. Kebutuhan akan
implementasi
ta’dib secara
maksimal
Terlaksananya
Implementasi
Kaderisasi PII
yang sesuai
dengan Ta’dib
Sarasehan Instruktur
Regional
Sarasehan Pemandu
Regional
Sarasehan Mualim
Regional
Sarasehan Mu’adib
58
Memfungsikan
kembali Dewan
Ta’dib Regional
2. Kebutuhan
terhadap
peningkatan
kualitas dan
peran kader di
tingkat daerah
Terciptanya
peningkatan
kualitas dan
peran kader
daerah bagi
kaderiasi PII
secara maksimal
Training
Kursus
Ta’lim
Buku saku kader
Sarasehan Pemandu
dan Mu’alim Daerah
3. Kebutuhan akan
pengembangan
program
perekrutan kader
yang lebih
kreatif, efektif
dan efisien
Terciptanya
organisasi
fleksibel dan
mampu
menjawab
masalah-
masalah yang
terus
berkembang
Membentuk
komunitaas keilmuan
Kelompok-kelompok
kajian keilmuan
4. Kebutuhan akan
informasi dan
data akurat
terkait kuantitas
dan kualitas
kader PII di
Jawa Tengah
Tersedianya
data akurat dan
komprehensif
mengenai
kondisi kader.
1. Pendataan Kader
pasca kursus dan
training
2. Penelusuran data
kader ke daerah
3. Monitoring kader
daerah Pasca
Training dan kursus.
4. Monitoring aktivitas
kaderisasi di daerah
5.
Kebutuhan
kesesuaian
pengkaderan
antar badan
induk dan badan
otonom
Terciptanya
komunikasi
yang intens dan
sejalan terkait
kadersiasi
Rapat bidang lintas
badan
Penyesuain jurnal
aktivitas
6. Kebutuhan
peningkatan
keislaman,
budaya
membaca dan
Terciptanya
kader PII Jateng
yang
mempunyai
akhlak yang
Ta’lim rutin
Bedah Buku
Kajian keilmuan
Tugas dan Lomba
menulis
59
menulis kader-
kader PII di
Jawa Tengah
baik wilayah
maupun daerah
Islami dan
mampu menjadi
teladan bagi
masyarakat
pelajar.
Workshop
kepenulisan
C. Paparan dan Analisis Data
1. Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem
Kaderisasi PW PII Jawa Tengah
Pelaksanaan proses pendidikan karakter kepemimpinan Pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah sudah dikatakan komplek
dan menyeluruh dengan Ta’dib sebagai pedoman penyelenggaraan
kaderisasi. Proses pra hingga pasca training memiliki capaian-capaian
(indikator) khusus dalam proses pendidikan dalam membentuk karakter
kader yang sesuai harapan dan cita-cita PII. Dengan tujuan membentuk
pribadi Muslim, Cendikia, Pemimpin (MCP) lihat (Falsafah Gerakan PII).
PII dengan usaha nyatanya menjalankan proses Kaderisasi secara
terstruktur dan berkala. Sosok ideal kader tersebut merupakan profil kader
yang merupakan konstruksi ideal sifat dan kinerja yang harus dimiliki oleh
seseorang setelah menempuh seluruh proses kaderisasi secara lengkap dan
paripurna.
Sifat kader Pelajar Islam Indonesia (PII) meliputi :
c. Muslim, dalam arti memiliki sikap ketundukan hanya kepada Allah
saja dalam arti konsepsi dan cara pandang, sikap dan aktualisasi
berada dalam garis bimbingan dan ridla Allah.
60
d. Cendekia, dalam arti upaya meneladani sifat fathonah Nabi SAW,
sehingga memiliki wawasan dan antisipasi yang luas serta kerangka
metodologi yang kuat sehingga dapat menangkap dan memahami
kebenran, mengkonseptualisikan dan mengaktualisasikannya
secara komprehensif. Cendekia juga berarti kader PII akan mampu
memahami Islam dan berbagai hal dengan dinamis.
a. Kepemimpinan, berarti memiliki sikap dan kemampuan sebagai
seorang pemimpin yang berani dan bertanggung jawab, yang mampu
mengambil keputusan secara tepat dan mengelola potensi lingkungan-
nya menjadi suatu bernilai dalam aktualisasi kekhalifahannya.
Adapun kinerja kader Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan
wujud kemampuan dan kesiapan untuk :
a. Merumuskan dan menyampaikan gagasan dan pemikiran secara
sistematis, baik lisan maupun tulisan
b. Berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dalam
memecahkan persoalan,
c. Bekerja sama dengan segala lapisan dengan tetap menjaga sikap
independen,
d. Mengaktualisasikan diri untuk mencapai prestasi terbaik dan siap
dengan segala resiko,
e. Menerima amanah dan mempertanggungjawabkannya tepat pada
waktunya,
61
f. Memelihara ibadah, amaliah dan akhlakul karimah dalam situasi
apapun,
g. Berfikir dan bervisi jauh ke depan,
h. Menjadi pelopor dan bekerja mandiri.
Sifat dan kinerja kader PII tersebut di atas merupakan usaha dalam
internalisasi karakter kepemimpinan melalui kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pendidikan karakter keemimpinan tersebut yaitu
melalui jenjang training yang ada dalam sistem Ta’dib dan dilakukan
secara bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait proses pendidikan
karakter kepemimpinan pelajar dalam kaderisasi PW PII Jateng melalui
wawancara dengan berbagai sumber, di antaranya, Pengurus Wilayah PII
Jateng Periode 2019-2021 (sekretaris umum, kepala bidang kaderisasi
(Kabider) ketua koordinator wilayah PII wati), serta alumni PW PII Jateng.
Azmi selaku mantan Kepala Bidang Kaderisasi (Kabider) PW PII
Jateng Periode 2017-2019 mengatakan:
“Kalo di PII kan ada dua ya dalam sistem kaderisasi PII, yaitu
proses struktural dan training, keduanya tidak lepas dan saling
mempengaruhi. Struktural dari tingkat eselon paling bawah yaitu tunas,
sebagai ujung tobak perekrutan di PII yang dipimpin oleh komisariat,
struktural ditunjang dengan sebuah training yang bertahap dan
berkelanjutan guna proses ideologisasi. Struktural tanpa training,
teman-teman tidak bisa punya profil khusus, tidak punya gagasan
secara mendalam, karkater, dan skill, dsb. Sistem ta’dib (kaderisasi
PII) ada tiga yaitu, ta’lim, kursus, dan training. Masing-masing training
dari Basic Training (BATRA), Intermediate Training (INTRA) dan
Advanced Training memiliki grand design nya sendiri. Bagaimana
BATRA itu dilatih untuk leadership-nya yaitu dengan internalisasi,
62
kemudian INTRA yaitu tahapan sosialisasi dimana kader INTRA lebih
sering terjun ke masyarakat, kemudian di Advanced Training lebih
kepada konseptual sebuah isu atau permasalahan di masyarakat. Jika
hanya tahapan pertama BATRA, itu artinya hanya tahapan dasar saja,
belum secara kaffah (sempurna secara menyeluruh). Kemudian ada
kursus, yang menjadi penunjang dalam menggali dan membentuk
softskill. Jadi, antara struktural dan training perlu saling menunjang satu
sama lain. Pendidikan di PII sudah kompleks , kader digembeleng di
struktural, dan penanaman keilmuan di-training”.
Seorang kader PII berproses di PII tidak hanya sekedar aktif di
struktural (kepengurusan) namun perlu dibina dengan menguti pendidikan
secara bertahap guna menambah cakrawala pengetahuan. Atau pun
sebaliknya, seorang kader pun tidak cukup mengikuti jenjang pengakderan
hingga akhir namun tidak pernah aktif dan terjun langsung dalam strktural
(kepegurusan) sebagai bentuk nyata pendidikan karakter kepemimpinan
yaitu terjun langsung ke masyarakat. Keduanya perlu seimbang guna
mengoptimalkan proses pendidikan di PII sehingga secara benar-benar
membentuk karakter kader secara kaffah.
Lukman selaku alumni PW PII Jateng (Keluarga Besar/KB PII),
mengungkapkan:
Dalam sebuah training, konsep pendidikan menggunakan konsep
andragogi yaitu pendidikan orang dewasa, di mana seorang instruktur
merupakan vasilitartor dan motivator para peserta bukan hanya sekedar
men-transfer ilmu kepada peserta. Adian Husaini mengatakan dalam
bukunya bahwa seorang yang berumur 15 tahun sudah dikatakan
dewasa dalam pemikiran. Bahkan pemuda berumur 18 tahun pada
zaman Sahabat sudah memiliki jabatan di pemerintahan. Insruktur tidak
berhak untuk memerintah, namun menggali potensi yang ada di peserta.
Ibarat gelas yang berisi air, mau digunakan untuk apa air tersebut, diberi
warna apa air tersebut.”
63
Dalam Proses training PII, peserta tidak hanya menerima secara utuh
ilmu pengetahuan dari seorang Instruktur, namun peserta diarahkan untuk
berfikir dan mencari tahu sendiri dan mendiskusikan dengan peserta lain
sehingga dapat mengambil kesimpulan bersama. Asas pembinaan
(pembelajaran) dijelaskan dalam (Falsafah Gerakan PII) bahwa
pembalajaran di PII mengadobsi cara belajar orang dewasa, yaitu bahwa
prinsipnya setiap subjek kader memiliki potensi dan kompetensi masing-
masing. Pembinaan dilakukan dengan menciptkakan lingkungan yang
kondusif bagi terbentuknya mental dan karakter orang dewasa. Oleh
karena itu, pemberian tanggungjawab secara bertingkat –baik di tingkat
program maupun struktural, membangun pola interaksi yang kritis, serta
memberikan kesadaran pada setiap diri kader bahwa mereka adalah subjek
perubahan; menjadi siklus belajar yang terus-menerus akan berlangsung di
PII.
Kemudian Riska selaku Ketua Badan Otonom (BO) PII wati
menjelaskan:
Pendidikan karakter di PII melalui sistem training kepemimpinan
mulai dari tingkatan training dasar yaitu BATRA, kemudian INTRA,
dan ADVAN. Dalam proses training tersebut, peserta dilatih berfikir
kritis dalam menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan
pelajar pada khususnya, dan lingkungan masyarakat pada umumnya.
Training di PII memiliki jenjang antara satu sama lain saling berkaitan.
Pada jenjang BATRA, output dari training ini adalah peserta berani dan
mampu mengungkapkan gagasan atau ide di depan umum. Harapannya
dengan keberanian dalam mengugkapkan pendapat atau ide , peserta
akan bisa bertukar pikiran untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Keberanian berpendapat itu penting karena tidak semua orang bisa
melakukannya. Keberanian untuk berbicara di depan umum itu penting,
64
karena manusia adalah makhluk social dan memiliki tugas sebagai
pemimpin. Di BATRA, materi pokok yang diberikan berupa
penananman nilai-nilai ke-Islaman, kepelajaran, dan ke-Indonesiaan.
Nilai-nilai tersebut nantinya bisa menjadi bekal untuk peserta
mengembangkan dirinya selepas mengikuti training.
Training selanjutnya yaitu INTRA (Intermediate Training), yang
berfokus pada penyelesaian masalah yang ada di masyarakat. Kegiatan
ini diarahkan agar peserta yaitu pelajar SMP dan SMA memiliki
kepakaan sosial. Disini peserta diterjunkan langsung ke masyarakat
untuk mengamati lingkungan dan menyelesaikan permasalahan yang
ada atau dengan kata lain peserta bisa berkontribusi untuk masyarakat.
Training terakhir yaitu ADVANCE. Di sini peserta dilatih untuk
berfikir mengenai masalah Nasional dan Internasional namun bertindak
secara regional. Artinya peserta bisa memetakan masalah-masalah
Dunia namun bisa berkontribusi nyata di sekitar lingkungannya.
Training ini merupakan training paripurna PII. Materi-materi yang
disajikan adalah materi-materi yang sifatnya membekali peserta untuk
bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Di training ini peserta sudah
mampu membuat konsep-konsep dengan analisis yang dilakukan
terhadap sebuah permasalahan untuk dicari jalan keluarnya.
Proses kaderisasi PII paling dasar yaitu, Tunas, yang masuk di
dalamnya anak-anak usia balita hingga SD. Termasuk kategori tunas ini
menjadi binaan oleh PII terutam oleh PII wati dengan bentuk pendidikan
di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) atau kelompok bermain serta
bimbingan belajar. Hingga proses mereka mencapai pendidikan Menegah
Pertama sudah bisa mengikuti training tingkat pertama yang merupakan
gerbang masuk PII atau dikatakan telah sah menjadi Kader PII yaitu Basic
Training (BATRA) yang dilaksanakan oleh pelajar se-Jawa Tengah yaitu
terdiri dari berbagai perwakilan daerah di Jateng, kemudian tingat
selanjutnya yaitu intermediate Training (INTRA) dan terakhir Advance
Training. Dalam ta’dib dijelaskan Training adalah bentuk pembinaan
65
kader PII yang berorientasi pada pembinaan kepribadian dan mental
kepemimpinan. Training merupakan jalur utama dan menjadi pusat proses
Ta’dib. Tujuan Training adalah:
1. Menggugah dan menumbuhkan kesadaran diri dan internalisasi nilai-
nilai Islam.
2. Menumbuhkan dan membentuk ghirah dan komitmen perjuangan
Islam (ruhul jihad).
3. Menumbuhkan dan membentuk sikap mental aktualisasi jiwa
kepemimpinan.
Selain training yang masing-masing dilaksanakan dalam waktu satu
minggu, ada pula kursus dan ta’lim yang merupakan kegiatan pendukung
untuk mengasah skill kader dan pendalaman ke-Islaman (ta’lim) yang
dilaksanakan pra maupun pasca training. Dalam proses training PII, setiap
lokal terdiri dari satu instruktur dan satu observer yang keduanya saling
mendukung dalam proses training kepada peserta. Instruktur merupakan
fasilitator peserta dalam menggali pengetahuan, sedangkan Observer
merupakan pengamat dan penilai perkembangan peserta dari awal proses
training hingga akhir, yang setiap harinya melakukan evalusia bersama
dan memberi masukan kepada instruktur dalam memebrikan sikap atau
perlakukan yang tepat kepada setiap peserta yang memiliki perbedaan
pengetahuan, sikap, maupun karakter.
Setiap jenjang training di PII memiliki capaian-capaian yang
diharapakan dari setiap peserta (kader). Dalam pedoman Ta’dib terdapat
66
silabus-silabus setiap training serta indikator-indikator capian tertentu
dalam setiap training bahkan setiap materi yang diberikan, yang pada
intinya seorang kader kedepannya ketika terjun langusng di masyarakat
dapat memberikan kontribusi nyata dengan karakter kepemimpinan yang
telah didapatkan di PII. Contoh silabus Trainig dapat dilihat pada tabel 1.1.
2. Faktor Pendukung Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah
Setiap aktivitas keorganisasian atau kegiatan pasti memiliki faktor-
faktor pendukung maupun penghambat. Harapannya setelah mengetahui
faktor-faktor tersebut menjadi sebuah bahan evaluasi kedepannya. Dalam
sistem kaderisasi berupa jenjang pentrainingan di PII memiliki faktor-
faktor pendukung dintaranya seperti jelaskan oleh Lukman selaku mantan
ketua umum PW PII Jateng periode 1992-1994, beliau menjelaskan:
Training PII termasuk training terpanjang yang memakan waktu
satu minggu setiap masing-masing training (BATRA, INTRA,
ADVANCED), sehingga lebih optimal dalam pembentukan karakter
dan pencapaian indikator keberhasilan setiap training. Beberapa faktor
pendukung training PII adalah audiensi kepada lembaga pemerintahan
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, dan lembaga-
lembaga yang lain terkait proses training maupun kursus, baik tingkat
daerah maupun wilayah se-Jateng, sehingga kegiatan training didukung
secara resmi oleh pemerintah daerah maupun wilayah. Dalam audiensi
tersebut pastinya akan diberi masukan oleh dinas terkait sehingga
kegiatan-kegiatan PII sejalan dengan program pemerintah. Seorang
Instruktur PII yang kompeten, dia tidak hanya memahami dasar-dasar
pendidikan saja, namun juga memahami perkembangan pendidikan
nasional, sehingga dapat mensinkronkan kebutuhan pelajar secara
akademik maupun sosio kultur.
Training PII yang dilaksanakan oleh PW PII Jateng yang
dinamakan Latihan Kepemimpinan Pelajar (LKP) di hadiri oleh
67
perwakilan pelajar berbagai kota dan kabupaten se-Jateng. Sebelum
melaksanakan kegiatan training tersebut, PW PII Jateng melakukan
audiensi ke pemerintah pusat dan daerah serta dinas-dinas terkait seperti
Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, serta Dinas Pariwisata
guna membahas permasalahan pelajar Jawa Tengah dan kegiatan LKP
serta meminta dukungan dan arahan guna mensukseskan kegiatan
tersebut.
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Riska selaku kepala Badan
Otonom (BO) PII Wati :
Proses training terdiri dari unsur-unsur yang saling mendukung
satu sama lain yaitu : tim instruktur, peserta, panitia, dan KB PII.
Semuanya menjadi bagian yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Selain itu faktor internal yaitu komitmen tim instruktur,
panitia dalam penyelenggaraan training yang mempunyai tanggung
jawab yang tinggi untuk mesukseskan kegiatan hingga akhir. Faktor
ekternal berupa dukungan dari lembaga-lembaga pemerintahan terkait
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olaraga, dll.
PII yang merupakan Organisasi pelajar Islam pertama di Indonesia
telah diakui pemerintah mengenai eksistensi dan perannya terhadap
negara. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan PII pun selau didukung oleh
pemerintah pusat, wilayah, maupun daerah. Kaitan interdependensi
dengan asas sebelumnya –independensi, dapat dijelaskan bahwa dalam
menjalankan fungsi independensinya, PII harus terbuka dengan pihak luar;
apakah itu terhadap pemerintah, organisasi lain yang sejenis ataupun
masyarakat. Dalam konteks kader, kader PII harus terbuka terhadap
68
perubahan tanpa mengorbankan independensi diri dan kelembagaannya
(Falsafah Gerakan).
Hal ini sejalan pula dengan yang di katakan oleh Azmi selaku mantan
Kabider periode 2017-2019, ia mengatakan:
Faktor pendukung kaderisasi PII diantaranya: stake holder, yaitu
dukungan dari Dinas Pendidikan, KB PII, hubungan yang baik terhadap
komunitas kepelajar lain seperti IPNU, IPM, dll. Selain itu
independensi PII, yang merupakan organisasi tidak terikat dengan
partai, aliran, atau golongan tertentu, sehingga gerak juangnya lebih
luas. Selain itu pelajar yang mau gabung di PII tidak dibatasi oleh faham
atau aliran Islam tertentu, semua pelajar yang yang termasuk pelajar
Islam dan Indonesia maka semua boleh masuk. Faktor pedukung lain
yaitu metode penyampaian dalam training menggunakan metode
belajar andragogik, dimana instruktur sebagai fasiliator peserta agar
mengembangkan pemikiran kritisnya, tidak hanya memberikan doktrin
kepada peserta.
Fleksibel adalah sifat lain dari bangun organisasi PII lihat (Falsafah
Gerakan) terdapat tiga alasan mengapa fleksibilitas perlu menjadi salah
satu asas penting, terkait dengan kondisi riil organisasi PII itu sendiri.
Pertama, PII merupakan organisasi yang mewadahi sekian banyak
keragaman (pluralitas). Sumberdaya manusia PII berasal dari berbagai
backround kebudayaan, ideologi politik, minat dan kompetensi yang
berbeda; jangkauan wilayah jaringan yang yang mencakup seluruh
wilayah Indonesia yang berbeda ragam budaya lokal. Kedua, luasnya
bidang dan subjek garap. PII sebagai organisasi yang berkiblat di gerakan
dakwah, pendidikan dan budaya, memiliki cakupan bidang garap yang
sangat luas. Demikian pula dengan subjek garapan, pelajar, dimana pelajar
merupakan entitas yang juga memiliki karakter yang beragam dan
69
dinamis. Ketiga, filosofi organisasi yang menggunakan manajemen
nirlaba. Manajemen nirlaba – sebagai pilihan bentuk manajemen dalam
pengelolaan organisasi, merupakan manajemen yang lebih berorientasi
pada proses daripada hasil.
Faktor Lain yaitu dalam metode pembelejaran di PII menggunakan
Pendekatan andragogi (pendidikan orang dewasa). Dalam pedoman
kaderisasi PII (Ta’dib), dijelaskan bahwa manusia bukanlah botol kosong,
dan manusia akan menjadi dewasa. Dalam pendekatan andragogi ini
proses pendewasaan merupakan kerangka metodologis proses
pembelajaran bagi raw input yang berada pada usia anak-anak dan remaja.
Dapat disimpulkan faktor pendukung dalam proses Pendidikan
Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi yaitu:
Pertama, PII merupak organisasi Independen, sehingga tidak terikat oleh
ormas, partai politik atau golongan tertentu. Sehingga arah gerak PII
lebih fleksibel. PII menerima semua kalangan Pelajar Muslim dan
merupakan warga negara Indonesia, apapun latar belakang faham
keagaannya. Kedua, PII didukung oleh Pemerintah, dimana setiap akan
melaksanakan kegiatan Training, PII melakukan audiensi dan
wawancara kepada pemerintah daerah maupun wilayah guna meminta
pandangan, masukan, dan izin dalam mlaksanakan kegiatan. PII yang
memiliki Alumni disebut dengan Keluarga Besar (KB), salah satunya
70
pendukung dari segi materi tau finansial PII dalam menyelenggarakan
setiap kegiatan. KB PII tidak sedikit berada di kursi Pemerintahan
menjadi salah satu faktor pendukung dalam mengenalkan eksistensi PII.
Ketiga, metode yang digunakan dalam training bervariasi susai kondisi
peserta, ditutut untuk kreatif dan inovatif.
3. Faktor Penghambat Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Pelajar melalui Sitem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah
Pendidikan Karakater Kepemimpian Pelajar di PII melalui sistem
kaderisasi memiliki beberapa faktor penghambat di dalamnya. Baik faktor
internal maupun eksternal. Pertama faktor internal, seperti yang dikatakan
oleh Rizka selaku ketua umum PW PII Jateng:
“faktor penghambatnya pertama, kuantitas intruktur yang masih
kurang memadai. kedua,sarana prasarana yang kadang kurang
memadai. Karena memang PII sendirin sumber dana itu pun sering
pas-pasan. Selain itu, loyalitas kader.
Salah satu faktor dilaksanakannya training PII yaitu LKP se-Jateng
yang terdiri dari berbagai daerah kota atau kabupaten adalah karena
keterbatasan Instruktur yang ketika dilakukan bersamaan dibeberapa
daerah seperti wilayah (provinsi) lain, maka akan tidak maksimal dalam
penyelenggaraannya . Oleh karena masih minimnya kuantitas instruktur di
PW PII Jateng menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan kegiatan
training tersebut yang perlu diinisiasi dengan melaksanakan kegiatan se-
Jateng.
71
Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Riska selaku kepala
BO PII Wati:
faktor penghambat dalam proses kaderisasi khususnya dalam
kegiatan training di antaranya : pertama, sarana dan prasarana yang
kurang memadai, kualitas dan kuantitas instruktur yang masih belum
maksimal, peserta yang memiliki komitmen rendah, kurang maksimal
dalam menjaga hubungan baik antara PII dengan lembaga
pemerintahan yang terkait, dan kurang maksimal dalam
mempublikasikan kegiatan.
Faktor Internal lain yaitu dari segi kepesertaan seperti yang
dikatakan oleh Hafidz selaku Ketua Bidang Kaderisasi, dia
mengatakan:
“Saya lebih mengarah kepada peserta dalam proses training,
dimana ketika peserta yang memiliki pribadi atau karakter introvert
mereka lebih sulit terbuka dan membaur, namun ini menjadi PR untuk
intruktur dalam mencari alternatif pemberian sikap khusus. Selain itu
kegiatan training PII yang diikuti oleh berbagai umur dan tingkatan
sekolah dari SMP hingga SMA di satukan dalam satu lokal, sehingga
instruktur perlu kreatif dan cerdas dalam menyeimbagi kemampuan
masing-masing peserta.
Selin itu, terdapat faktor eksternal yang menjadi penghambat dalam
proses pendidikan karakter di PII, seperti yang dikatakan oleh mantan
Kepala Bidang Kaderisasi periode 2017-2019:
“Terlalu cepat periodesasi di PII, apalagi sekarang sedang
gencar-gencarkan full day school. Sehingga pelajar lebih sulit untuk
aktif berorganisasi di luar sekolah. Pelajar saat ini lebih pragmatis, lebih
suka yang instan, tidak suka ribet, dan mereka lebih memilih untuk aktif
di komunitas-komunitas yang lebih sesuai dengan hobi mereka masing-
masing. Hal ini meyebabkan secara kuantitas perekrutan kader pun
perlu lebih maksimal lagi dalam pendekatan ke pelajar.
Dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor penghambat dalam proses
Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi
72
yaitu: pertama, PII merupakan organisasi eksternal sekolah, di mana perlu
usaha maksimal untuk menarik pelajar mengikuti kegiatan-kegiatan di PII
karena akhir-akhir ini pelajar sudah disibukkan dengan tugas-tugas di
sekolah, dan program full day school di mana siswa telah full belajar di
sekolah dan waktu libur sabtu minggu kebanyakan mereka flebih memilih
untuk istirahat dan berlibur. Kedua, kuantitas dan kualitas instruktur
khususnya di Jawa Tengah yang masih dikatakan kurang saat ini, sehingga
instruktur pelu mengembangkan terus pengetahuan dan khasanah
keilmuan. Ketiga, sarana dan prasarana yang kurang memadai, karena
pemasukan secara materi yang didapatkan PII tidaklah besar seperti
organisasi pelajar yang lain yang memiliki organisasi induk di atasnya. PII
hanya mengandalkan dari KB dan usah dana yang dilakukan oleh
pengurus.
Adanya kelemahan serta faktor penghambat kaderisasi PW PII Jateng,
maka perlu adanya solusi dalam memperbaiki sistem yang kurang untuk
kemudian dievaluasi dan bergerak untuk lebih baik lagi melaksanakan
kinerja kaderisasi kedepannya.
Lukman selaku mantan ketua umum PW PII Jateng memberikan saran
kepada Penguru Wilayah, beliau mengatakan:
“Dalam sistem kaderisasi, di mana pun ada tiga elemen yang
mesti diperhatikan dan terus dikembangkan. Pertama, lembaga
pendidik (instruktur). Didalamnya adalah kualitas lembaga dan
kompetensi pendidik (instruktur). Kedua, sumber media
pembelajaran, di dalamnya kurikulum, materi, media, dan
perlengkapan pembelajaran. Dan ketiga, pengelolaan subjek belajar.
Dalam organisasi kader berarti mengelola proses pra training, sela
training, dan pascs training. Ketiganya adalah sebuah sistem yang
73
harus diperhatikan secara seimbang dan bekesinambungan. Karena
kaderisasi adalah sebuah ekosistem kehidupan. Kekuatan PII dan
juga organisasi mana pun juga bertumpu pada proses kaderisasinya.
Karena itu proses ini harus terus berjalan walaupun dalam situasi
paling buruk. Jadi, training harus tetap ada tanpa alasan apapun.
Sementara keberhasilan training tak lepas dari persipan, proses, dan
pasca training. Karena dibutuhkan manjemen sistem agar seluruh
kader yang telah melakukan proses kaderisasi bisa
mengaktualisasikan dalam segala peran dan fungsinya. Inilah ciri
organisasi mdern. Di mana orang ikut organisasi karena ingin
mengekspresikan tujuan hidupnya, juga eksistensi sosialnya.
Membicarakan kualitas dan kuantitas kaderisasi bisa sangat panjang.
Karena proses kadeisasi adalah proses pendidikan kehidupan. “
Dengan adanya evaluasi secara efektif dan efisien serta
menyeluruh dalam sistem kaderisasi, maka akan ditemukan solusi-
solusi yang tepat pula untuk perkembangan sistem kaderisasi PW PII
Jateng kedepannya, tentunya yang sesuai dengan perkembangan zaman
serta peran dan fungsi kaderisasi PII akan tetap teraktualisasi dengan
baik.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dan penulis
mendeskripsikan analisis data secara menyeluruh dari bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pendidikan karakter kepemimpin pelajar melalui sistem kaderisasi
PW PII Jawa Tengah menggunakan pedoman kaderisasi disebut Ta’dib,
yang memuat sistem kaderisasi secara menyeluruh yaitu training, kursus,
dan ta’lim. Inti pokok kaderisasi terdapat di tiga tingkatan training yaitu
BATRA, INTRA, dan ADVANCE, sedangkan kursus dan ta’lim sebagai
pendukung dan pelengkap. Kegiatan-kegiatan dalam sistem kaderisasi
tersebutlah yang mendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan
pelajar di PII.
2. Faktor pendukung dalam proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jateng yaitu: 1) PII merupakan
organisasi independen, sehingga tidak terikat oleh ormas, partai politik
atau golongan tertentu. Sehingga arah gerak PII lebih fleksibel. PII
menerima semua kalangan pelajar muslim dan merupakan warga negara
Indonesia, apapun latar belakang faham keagaannya. 2) PII didukung oleh
Pemerintah, dimana setiap akan melaksanakan kegiatan Training, PII
melakukan audiensi dan wawancara kepada pemerintah daerah maupun
wilayah guna meminta pandangan, masukan, dan izin dalam
75
melaksanakan kegiatan. PII yang memiliki alumni disebut dengan
Keluarga Besar (KB), salah satunya pendukung dari segi materi tau
finansial PII dalam menyelenggarakan setiap kegiatan. KB PII tidak
sedikit berada di kursi Pemerintahan menjadi salah satu faktor pendukung
dalam mengenalkan eksistensi PII. 3) metode yang digunakan dalam
training bervariasi susai kondisi peserta, ditutut untuk kreatif dan inovatif.
3. Faktor penghambat dalam proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan
Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jateng yaitu: 1) loyalitas kader
dalam berproses di PII belum maksimal, karena sudah terbagi dengan
aktifitas-aktifitas lain diluar PII 2) masih minimnya kuantitas dan kualitas
instruktur di PW PII Jateng, sehingga setiap PW PII Jateng perlu
mnyelesaikan jenjang training hingga tingkat paripurna, dan terus
mengasah pengetahuan dan khasanah keilmuan, serta. 3) sarana dan
prasarana yang kurang memadai, karena pemasukan secara materi yang
didapatkan PII tidaklah besar seperti organisasi pelajar yang lian yang
memiliki organisasi induk di atasnya. PII hanya mengandalkan dari KB
dan usah dana yang dilakukan oleh pengurus.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian dia atas, maka saran
ditujuakan kepada:
1. Bagi PW PII Jateng Bidang Kaderisasi
Berusaha membangun kerja sama yang baik, sehingga dapat
menciptakan kreatifitas dan kinerja kaderisasi yang baik dan optimal,
76
terutama kegiatan-kegiatan yang membangun minat keder untuk dapat
berpartisipasi aktif secara loyalitas.
2. Bagi PW PII Jateng
Selalu membangun harmonisasi hubungan antar pengurus maupun
anggota, bekerja sama dalam menciptakan iklim kader yang selalu
memiliki semangat juang dalam mengemban amanah dan mencapai cita-
cita, menjalin koordinasi yang baik dengan berbagai pihak atau lembaga
pemerintahan dengan memberikan ide-ide kreatif sehingga menarik untuk
para pelajar aktif mengikuti pendidikan di PII.
77
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Al Barry, M.D.Y., dan L. Lya Sofyan Yacub. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah.
Surabaya: Target Press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan, Jakarta: Kanisius
Hanan, Djayadi. 2006. Gerakan Pelajar Islam Indonesia Di Bawah Bayang-
Bayang Negara. Studi Kasus: Pelajar Islam Indonesia Tahun 1980-1997.
Yogyakarta: Uii Press
Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Idris, Zahra. 1987. Dasar-Dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya.
Jogiyanto, H. M., 2005, Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kusuma, Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Posdakarya.
Lickona, Thomas. 2004. Character Matter (persoalan karakter); Bagaimana
Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan
Kebajikan Penting Lainnya.Terjemahan oleh Wamaungo Juma Abdu dan
Zien Jean Antunes Rudolf. 2016. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Moleong, J Lexy. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, 2009. Rekontruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran,
Jakarta: Rajawali Pres.
Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
78
Putra, Nusa. Santi Lisnawati. 2013.Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Samani, Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.
Supranto. 2003. Metode Riset, Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutikno, Sobry. 2014. Pemimpin dan kepemimpinan. Lombok: Holistica.
Tirtarahardja, umar, Sulo S.L. La. 2008. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Yasin, Mahmudin. 2012. Membangun Organisasi Berbudaya. Bandung : Mizan
Media Utama.
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Zuchdi, Darmiati, dkk. 2013. Pendidikan Karakter; Konsep Dasar dan
Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Jurnal
Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. Kepemimpinan : Konsep, Teori dan Karakternya.
Media Komunikasi FIS. 12(2) : 29-30.
Skripsi
Ahmad Kasogi, 2017. Modernisasi Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia.
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Arsip PII
Falsafah Gerakan PII
Khitah Perjuangan PII
PB PII. Sistem Ta’dib.
Internet
Https://Bebas.Kompas.Id/Baca/Video/2019/04/11/Tiga-Tersangka-Kasus-
Kekerasan-Pelajar-Pontianak/ diakses pada tanggal 12 April 2019
79
https://news.detik.com/berita/d-4350420/kpk-tangani-178-kasus-korupsi-di-2018-
terbanyak-libatkan-legislatif diakses pada tanggal 12 April 2019
https://www.republika.co.id/tag/pelajar-islam-indonesia diakses pada tanggal 12
April 2019
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Maulidya Yolanda Jurusan : Pendidikan Agama Islam
NIM : 23010-15-0034 Dosen P.A : Jaka Siswanta, M.Pd.
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1
Seminar Nasional: Pemuda,
Peradaban Islam, dan
Kemandirian
2 September
2015 Peserta 8
2
Seminar Nasional: Pembangunan
Karakter Bangsa Upaya
Mewujudkan Generasi Muda
yang Berbudaya untuk Indonesia
Bermartabat
9 April 2016 Peserta 8
3 Seminar Nasional: Esensi
Dakwah Kontemporer
21 Mei 2016
Panitia
8
4 Seminar Internasional: Petani
untuk Negeri
24 September
2016 Peserta 8
5
Nasional Achievement Motivation
Training: Solusi Cerdas, Sukses
Akademis dan Oeganisasi
1 Oktober
2016 Panitia 8
6 Seminar Nasional: Ya Allah, I’m
Falling in Love
26 November
2016 Panitia 8
7
Pelantikan Pengurus Cabang dan
Kohati HMI Cabang Salatiga
Periode 2017/2018 dan
SEMINAR NASIONAL:
Peneguhan Kembali Ikhtiar
Perjuangan HMI dalam Rangka
29 Agustus
2017 Peserta 8
81
Mengawal Kemaslahatan Umat
dan Bangsa
8
Nasional Achivement Motivation
Training: Cerdas Akademik
Militan dalam Organisasi
30 September
2017 Panitia 8
9
Seminar Nasional: Reaktualisasi
Cantik Dhohir dan Batin dalam
Kacamata Islam
18 November
2017 Panitia 8
10
Seminar Nasional: Reaktualisasi
Kesetaraan Gender di Era
Millenial
13 Oktober
2018 Moderator 8
11 UPTPB Bahasa Arab (SIBA)
22 Februari -10
Juni 2016 Peserta 6
12 UPTPB Bahasa Inggris (SIBI) 22 Februari -10
Juni 2016 Peserta 6
13
SURAT KEPUTUSAN Seminar
Nasional : Esensi Dakwah
Kontemporer
18 Mei 2016 Panitia 6
14 Talkshow: Percantik hati,
Perindah Diri di Bulan Suci 13 Juni 2016 Panitia 6
15 Tabligh Akbar : Surat Cinta dari
Surga 13 Juni 2016 Panitia 6
16
Piagam Penghargaan:
Pembimbing Pesantren Ramadhan
SMPN 9 Salatiga tahun Pelajaran
2015/2016
14 Juni 2016 Pemateri 6
17 IBTIDA’ LDK Fathir Ar-Rasyid
IAIN Salatiga
29-30 Oktober
2016 Panitia 6
18 Surat Keputusan: Pengangkatan
Pengurus Lembaga Dakwah
27 Februari
2017 Pengurus 6
82
Kampus (LDK) Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga Masa Bakti
2017/2018
19
Workshop Manajemen Dakwah
LDK FA IAIN Salatiga :
Fastabiqul Khairat
28 April 2017 Panitia 6
20
Piagam Penghargaan : Pemateri
Pesantren Kilat Ramadhan SMKN
1 Tengaran
29-30 Mei
2017 Pemateri 6
21 Seminar Kemuslimahan: Wanita
yang Dirindukan Surga 3 Juni 2017 Panitia 6
22
Piagam : Pemateri Penigkatan
Karakter Iman dan Taqwa SMPN
8 Salatiga
10-13 Juni
2017 Pemateri 6
23
Pengembangan Keagamaan dan
Penumbuhan Budi Pekerti dalam
Pembelajaran SMPN 10 Salatiga
tahun Pelajaran 2016/2017
14-15 Juni
2017 Pemateri 6
24
IBTIDA’ LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga : Kontekstualitas
Ukhuwah Islamiyah dalam
Bingkai Dakwah
4-5 November
2017 Panitia 6
25
TEKAD 2 LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga: Membentuk Kader
Dakwah Cerdas, Berkarakter dan
Siap Berkontribusi di Mayarakat
1-2 Desember
2017 Panitia 6
26
Peneriamaan Anggota Baru
Gerakan Jum’at Berbagi (GJB)
FTIK IAIN Salatiga : Generasi
23-24
Desember
2017
Panitia 6
83
Muda Pembangun Semangat
Bersedekah
27
Pengembangan Keagamaan dan
Penumbuhan Budi Pekerti dalam
Pembelajaran SMPN 10 Salatiga
tahun Pelajaran 2016/2017
4-6 Juni 2018 Pemateri 6
28 Ibtida’ LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga
26 Oktober
2015 Peserta 4
29
Training Kader (TEKAD) 1 LDK
Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga:
Peneguhan Karakter Dakwah
Mewujudkan Generasi Rabbani
1-2 April 2016 Peserta 4
30
Training Of Hypnoteaching
Method: Melejitkan Potensi Diri
menjadi Guru PAI Kreatif dan
Profesional
2-3 Juni 2018 Peserta 4
31
OPAK IAIN Salatiga: Penguatan
Nilai-nilai Islam Indonesia
Menuju Negara yang Aman dan
Damai
14 Agustus
2015 Peserta 3
32
OPAK Tarbiyah: Integrasi
Pendidikan Karakter Mahasiswa
Melalui Kampus Edukatif
Humanis dan Religius
16 Agustus
2015 Peserta 3
33 UPT PERPUSTAKAAN IAIN
Salatiga: Library User Education
21 Agustus
2015 Peserta 3
31
DISKUSI AKTIF: Peran
Perempuan dalam Dunia
Pendidikan
10 September
2015 Peserta 3
84
85
86
87
88
89
TRANSKIP WAWANCARA
PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR
MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH PELAJAR
ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH
Narasumber : Lukman Hanafi, S. Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Jepara
Jabatan : Mantan Ketua Umum PW PII Jateng periode
Tempat : Sekretariat KB PII Jateng
Hari/tanggal : 19 Mei 2019
Waktu : 18.30-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawaban : karakter kepemimpinan pelajar bukan yang dimaksud
kepemimpinan secara luas. Namun yang utama terlebih dahulu memimpin diri
sendiri, membangun karakter diri sendiri.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: Dalam sebuah training, konsep pendidikan menggunakan konsep
andragogi yaitu pendidikan orang dewasa, dimana seorang instruktur
merupakan vasilitaror dan motivator para peserta bukan hanya sekedar men-
transfer ilmu kepada peserta. Adian Husaini mengatakan dalam bukunya
bahwa seorang yang berumur 15 tahun sudah dikatakan dewasa dalam
pemikiran. Bahkan pemuda berumur 18 tahun pada zaman Sahabat sudah
memiliki jabatan di pemerintahan. Insruktur tidak berhak untuk memerintah,
namun menggali potensi yang ada di peserta. Ibarat gelas yang berisi air, mau
di gunakan untuk apa air tersebut, diberi warna apa air tersebut.
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
90
Jawab: Training PII termasuk training terpanjang yang memakan waktu satu
minggu setiap masing-masing training (BATRA, INTRA, ADVANCED),
sehingga lebih optimal dalam pembentukan karakter dan pencapaian indikator
keberhasilan setiap training. Beberapa faktor pendukung training PII adalah
audiensi kepada lembaga pemerintahan seperti Dinas Pendidikan, Dinas
Pemuda dan Olahraga, dan lembaga-lembaga yang lain terkait proses training
maupun kursus, baik tingkat daerah maupun wilayah se-Jateng, sehingga
kegiatan training di dukung secara resmi oleh pemerintah daerah maupun
wilayah. Dalam audiensi tersebut pastinya akan diberi masukan oleh dinas
terkait sehingga kegiatan-kegiatan PII sejalan dengan program pemerintah.
Seorang instruktur PII yang kompeten, dia tidak hanya memahami dasar-dasar
pendidikan saja, namun juga memahami perkembangan pendidikan Nasional,
sehingga dapat mensinkronkan kebutuhan pelajar secara akademik maupun
sosio kultur.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: salah satu faktor penghambat sistem kaderisasi di PII adalah, saat ini
Pelajar sudah disibukkan dengan aktivitas full day di sekolah, bahkan mereka
aktif di ektra-ekstra kurikuler, tak sedikti aktifis PII yang mereka selain aktif
di PII mereka juga aktif di organisasi sekolah seperti OSIS, Pramuka, dll.
Sehingga mereka terkadang sulit mengatur waktu untuk bisa optimal di PII.
Apalagi ketika ada orang tua yang melarang untuk terlalu sibuk aktivitas di
luar sekolah, ini salah satu faktor internal kader PII terutama untuk maksimal
dalam pengelolaan kaderisasi, bukan hanya pelajar di tingkat SMP atau SMA,
di tingkat Wilayah terutama yang notaben nya mahasiswa mereka perlu benar-
benar pintar memanagement waktu di kampus, di pekerjaan misalnya, dan
aktifitas-aktifitas lain, sehingga tetap terjaga loyalitas di PII.
5. Apa saran anda untuk kemajuan pengembangan sistem kaderisasi PW PII Jawa
Tengah?
Jawab: “dalam sistem kaderisasi, di mana pun ada tiga elemen yang mesti
diperhatikan dan terus dikembangkan. Pertama, lembaga pendidik
91
(instruktur). Didalamnya adalah kualitas lembaga dan kompetensi pendidik
(instruktur). Kedua, sumber media pembelajaran, di dalamnya kurikulum,
materi, media, dan perlengkapan pembelajaran. Dan ketiga, pengelolaan
subjek belajar. Dalam organisasi kader berarti mengelola proses pra training,
sela training, dan pascs training. Kedtiganya adalah sebuah sistem yang harus
diperhatikan secara seimbang dan bekesinambungan. Karena kaderisasi
adalah sebuah ekosistem kehidupan. Keuatan PII dan juga organisasi mana
pun juga bertumpu pada proses kaderisasinya. Karena itu proses ini harus
terus berjalan walaupun dalam situasi paling buruk. Jadi, training harus tetap
ada tanpa alasan apapun. Sementara keberhasilan training tak lepas dari
persipan, proses, dan pasca training. Karena dibutuhkan manjemen sistem
agar seluruh kader yang telah melakukan proses kaderisasi bisa
mengaktualisasikan dalam segala peran dan fungsinya. Inilah ciri organisasi
mdern. Di mana orang ikut organisasi karena ingin mengekspresikan tujuan
hidupnya, juga eksistensi sosialnya. Membicarakan kualitas dan kuantitas
kaderisasi bisa sangat panjang. Karena proses kadeisasi adalah proses
pendidikan kehidupan.
92
Narasumber : Azmi Al-amin
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Tegal
Jabatan : Mantan Ketua Bidang Kaderisasai PW PII Jateng periode
2017-2019
Tempat : SMP Ihsaniyah Tegal
Hari/tanggal : 4 Juli 2019
Waktu : 19.45-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpin itu ada dua sebenarnya, konsepsi
Islam dan secara umum. Kalau Islam kan ada empat karakter yaitu, jujur,
fathonah, tablik, kemudian amanah. Ini sebenarnya adalah karakter yang ada
dalam Rasulullah sendiri. Dalam kader PII kan ada profil idel yaitu muslim
cendikia, pemimpin. Kedua, karakter secara umum, yaitu karakter yang
kemudian saat ini sedang di gencar-gencarnya oleh beberapa komunitas atau
pendidikan secara Nasional yaitu pendidikan karakter kepemimpian yang
memang punya integritas, kejujuran, terus kemudian keteladanan. Ada 3 poin
ini saya fikir yang menjaadi tolak ukur komunitas dan pendidikan yang
sebenarnya landasannya adalah ini, yang landasannya adalah tokok-tokoh
founding father seperti Bung Karno yang di mana ide-idenya, apalagi
kemudian kondisi saat ini yang memang nilai-nilai itu sangat minim dimiliki
pemimpin-pemimpin saat ini. Karena mamang sudah ada degradasi
penurunan karakter kepemimpinan sehingga dengan apa namanya, karakter
kepemimpinan pemimpin itu kembali muncul ke ide-ide awal.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab : Kalo di PII kan ada dua ya dalam sistem kaderisasi, yaitu proses
struktural dan training, keduanya tidak lepas dan saling mempengaruhi.
Struktural dari tingkat eselon paling bawah yaitu tunas, sebagai ujung tobak
perekrutan di PII yang di pimpin oleh komisariat, struktural ditunjang dengan
sebuah training yang bertahap dan berkelanjutan guna proses ideologisasi.
93
Struktural tanpa training, teman-teman tidak bisa punya profil khusus, tidak
punya gagasan secara mendalam, karkater, dan skill, dsb. Sistem ta’dib
(kaderisasi PII) ada tiga yaitu, ta’lim, kursus, dan training. Masing-masing
training dari Basic Training (BATRA), Intermediate Training (INTRA) dan
Advanced Training memiliki grand design nya sendiri. Bagaimana BATRA itu
dilatih untuk leadership-nya yaitu dengan internalisasi, kemudian INTRA yaitu
tahapan sosialisasi dimana kader INTRA lebih sering terjun ke masyarakat,
kemudian di Advanced Training lebih kepada konseptual sebuah isu atau
permasalahan di masyarakat. Jika hanya tahapan pertama BATRA, itu artinya
hanya tahapan dasar saja, belum secara kaffah (sempurna secara
menyeluruh). Kemudian ada kursus, yang menjadi penunjang dalam menggali
dan membentuk softskill. Jadi antara struktural dan training perlu saling
menunjang satu sama lain. Pendidikan di PII sudah kompleks , kader di
gembeleng di struktural, dan penanaman keilmuan di training”.
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Faktor pendukung kaderisasi PII diantaranya: stake holder, yaitu
dukungan dari Dinas Pendidikan, KB PII, hubungan yang baik terhadap
komunitas kepelajar lain seperti IPNU, IPM, dll. Selain itu independensi PII,
yang merupakan organisasi tidak terikat dengan partai, aliran, atau golongan
tertentu, sehingga gerak juangnya lebih luas. Selain itu pelajar yang mau
gabung di PII tidak dibatasi oleh faham atau aliran Islam tertentu, semua
pelajar yang yang termasuk pelajar Islam dan Indonesia maka semua boleh
masuk. Faktor pedukung lain yaitu metode penyampaian dalam training
menggunakan metode belajar pedagogik, dimana innstruktur sebagai
fasiliator peserta agar mengembangkan pemikiran kritisnya, tidak hanya
memberikan doktrin kepada peserta.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
94
Jawab: “terlalu cepat periodesasi di PII, apalagi sekarang sedang gencar-
gencarkan full day school. Sehingga pelajar lebih sulit untuk aktif
berorganisasi di luar sekolah. Pelajar saai ini lebih pragmatis, lebih suka yang
instan, tidak suka ribet, dan mereka leibih memilih untuk aktif di komunitas-
komunitas yang lebih sesuai dengan hobi mereka masing-masing. Hal ini
meyebabkan secara kuantitas perekrutan kader pun perlu lebih maksimal lagi
dalam pendekatan ke pelajar.
95
Narasumber : Rizka Noor Miftakhul Ulum, S.T
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Kudus
Jabatan : Ketua Umum PW PII Jateng
Tempat : Sekretariat PW PII Jateng
Hari/tanggal : 9 Juli 2019
Waktu : 09.30-Selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: Pendidikan karakter kepemimpian pelajar ya, bagaimana seorang
pelajar memiliki sikap atau karakter yang dapat memimpin, dalam hal ini yang
pertama memimpin diri sendiri telebih dahulu, karena sebenarnya punya jiwa
atau karakter kepemimpinan, namun bagaimana kita manusia menggali
potensi-potensi itu sehingga terciptalah karakter atau jiwa kepemimpinan itu
dengan direalisasikan dalam kehidupan nyata. Dalam islam sendiri kan
Rasulullah yang yang menjadi teladan dalam kita membangun karakter
kepemimpian itu, yaitu siddiq, amanah, fathonah, dan tablik perlu ditanamkan.
Kalau secara pendidikan umum yang saat ini sering menjadi perbincangan di
kalangan ilmu pendidikan itu kan pendidikan karakter yang terdapat 18
karakter itu, nah menurut saya seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan juga
seharusnya meiliki 18 karakter tersebut.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: proses pendidikan karakter kepemimpinan di PII sendiri didapatkan
melalui berbagai jalur, terutama di proses training kepemimpinan, baik
BATRA, INTRA maupun ADVANCE. Mereka akan mendapatkan meteri
tentang kepemimpinan secara langsung dan juga menggali potensi
kepemimpian mereka dengan aktivitas mereka training. contohnya di training
Batra, mereka di pancing untuk bisa aktif berbicara di depan, dan dapat
menyelesaikan sebuah masalah. Makanya dalam training PII, Instruktur
merupakan fasilitator peserta, peserta yang dituntut aktif di lokal. Untuk
mengetahui secara baik perkembangan peserta dalam training satu minggu itu,
96
maka perlu adanya observer, sehingga nantinya observer dapat memberikan
laporan perkembangan dan evaluasi peserta kepada instruktur untuk kemudian
ada perlakuan yang sesuai pada masing-masing peserta.
Jawab:
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor pendukung proses kaderisasi PII salah satunya, dukungan dari
pemerintah baik daerah maupun wilayah. Selain itu dukungan dari masyarakat
sekita tempat proses berlangsungnya kegiatan training. Sehingga tidak
dikatakan illegal, karena memang dalam perizinan dan sosialisasi kegiatan
pun perlu maksimal. Selain itu, proses pendidikan di PII itu benar-benar
melatih mental berjuang dan kepemimpinan, dengan budaya menjada adab
sesama kader terutama kepada yang lebih di ataskan.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor penghambatnya pertama, kuantitas intruktur yang masih kurang
memadai. kedua,sarana prasarana yang kadang kurang memadai. Karena
memang PII sendirin sumber dana itu pun sering pas-pasan. Selain itu,
loyalitas kader.
Narasumber : Muhammad Abdul Hafidz
97
Jenis kelamin :laki-laki
Asal : Semarang
Jabatan : Ketua Bidang Kaderisasi PW PII Jateng periode 2019-2021
Tempat : Sekretariat KB PII Jateng
Hari/tanggal : 19 Mei 2019
Waktu : 20.00-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpinan ya bagaimana seorang itu
membangun dirinya untuk membangun dirinya untuk mempunyai berapa
point-point seorang pemimpin gitu. Misalnya dia harus rela berkorban,
menjadi pionir dll. Karakter kepemimpinan sendiri bisa di dapat dari berbagai
banyak jalan. Tinggal bagaimana ia mendapatkannya, misalnya bagaimana
percontohan orang tuanya,contoh kaka kelasnya atau yang lebih dewasa dll.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: kalo proses pendidikan karakter di PII yang pertama, kita menanamkan
pada diri mereka bahwa Allah SWT telah memberikan tugas dan fungsi serta
tujuan, ya tujuan manusia diciptakan adalah juga sebagai pemimpin. Di sisi
lain mereka diciptakan untuk beribadah adalah untuk memimpin, baik itu
memimpin diri sendiri, memimpin golongan mereka, maupun keluarga. Nah
selnjutnya adalah bagaimana kita menggali potensi-potensi kepemimpinan
mereka, bagaimana kita menggali karakter mereka dengan mengetahui tipe
kepribadian mereka. Dari hal tersebut dapat kita lihat dari keaktifan mereka
ketika di training.
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Ada banyak faktor, pertama dari keluarga. Karena tidak sedikit dari
mereka yang sudah dilatih untuk bertanggung jawab dikeluarganya artinya
sudah punya modal pendidikan di keluarga untuk kemudian di gali dan
dikembangkan karakternya oleh PII melalui training sehingga lebih optimal
98
dalam proses penerimaan materi untuk kemudian di implementasikan dengan
ciri khas karakater masing-masing.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Saya lebih mengarah kepada peserta dalam proses training, dimana
ketika peserta yang memiliki pribadi atau karakter introvert mereka lebih sulit
terbuka dan membaur, namun ini menjadi PR untuk intruktur dalam mencari
alternatif pemberian sikap khusus. Selain itu kegiatan training PII yang diikuti
oleh berbagai umur dan tingkatan sekolah dari SMP hingga SMA di satukan
dalam satu lokal, sehingga instruktur perlu kreatif dan cerdas dalam
menyeimbagi kemampuan masing-masing peserta.
99
Narasumber : Riska Ristiana
Jenis kelamin : Perempuan
Asal : Pati
Jabatan : Ketua Badan Otonom PII Wati periode 2019-2021
Tempat : SMP Ihsaniyah Tegal
Hari/tanggal : 5 Juli 2019
Waktu : 08.30- selesai
6. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpinan adalah sebuah proses di mana
penanaman karakter mengenai seorang pemimpin itu ditanamkan. Pemimpin
di sini mencakup memimpin untuk dirinya sendiri dan orang lain. Dengan
adanya pendidikan karakter pemimpin, seseorang bias memimpin orang lain,
minimal dirinya sendir sebagaimana tugas manusia di bumi yaitu sebagai
pemimpin seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah: 30.
7. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: Pendidikan karakter di PII melalui sistem training kepemimpinan mulai
dari tingkatan training dasar yaitu BATRA, kemudian INTRA, dan ADVAN.
Dalam proses training tersebut, peserta dilatih berfikir kritis dalam
menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan pelajar pada
khususnya, dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Training di PII
memiliki jenjang antara satu sama lain saling berkaitan. Pada jenjang BATRA,
output dari training ini adalah peserta berani dan mampu mengungkapkan
gagasan atau ide di depan umum. Harapannya dengan keberanian dalam
mengugkapkan pendapat atau ide , peserta akan bisa bertukar pikiran untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan. Keberanian berpendapat itu penting
karena tidak semua orang bisa melakukannya. Keberanian untuk berbicara di
depan umum itu penting, karena manusia adalah makhluk social dan memiliki
tugas sebagai pemimpin. Di BATRA, materi pokok yang diberikan berupa
penananman nilai-nilai keislaman, kepelajaran, dan ke Indonesiaan. Nilai-
nilai tersebut nantinya bisa menjadi bekal untuk peserta mengembangkan
100
dirinya selepas mengikuti training. Training selanjutnya yaitu INTRA
(Intermediate Training), yang berfokus pada penyelesaian masalah yang ada
di masyarakat. Kegiatan ini diarahkan agar peserta yaitu pelajar SMP dan
SMA memiliki kepakaan sosial. Disini peserta diterjunkan langsung ke
masyarakat untuk mengamati lingkungan dan menyelesaikan permasalahan
yang ada atau dengan kata lain peserta bisa berkontribusi untuk masyarakat.
Training terakhir yaitu ADVANCE. Disini peserta dilatih untuk berfikir
mengenai masalah Nasional dan Internasional namun bertindak secara
regional. Artinya peserta bisa memetakan masalah-masalah Dunia namun
bisa berkontribusi nyata di sekitar lingkungannya. Training ini merupakan
training paripurna PII. Materi-materi yang disajikan adalah materi-materi
yang sifatnya membekali peserta untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Di training ini peserta sudah mampu membuat konsep-konsep dengan analisis
yang dilakukan terhadap sebuah permasalahan untuk dicari jalan keluarnya.
8. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Proses training terdiri dari unsur-unsur yang saling mendukung satu
sama lain yaitu : tim instruktur, peserta, panitia, dan KB PII. Semuanya
menjadi bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Selain itu
faktor internal yaitu komitmen tim instruktur, panitia dalam penyelenggaraan
training yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk mesukseskan
kegiatan hingga akhir. Faktor ekternal berupa dukungan dari lembaga-
lembaga pemerintahan terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan
Olaraga, dll.
9. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor penghambat dalam proses kaderisasi khususnya dalam kegiatan
training di antaranya : pertama, sarana dan prasarana yang kurang memadai,
kualitas dan kuantitas instruktur yang masih belum maksimal, peserta yang
memiliki komitmen rendah, kurang maksimal dalam menjaga hubungan baik
101
antara PII dengan lembaga pemerintahan yang terkait, dan kurang maksimal
dalam mempublikasikan kegiatan.
10. Apa saran anda untuk kemajuan pengembangan sistem kaderisasi PW PII Jawa
Tengah?
Jawab: sarannya yaitu agar ada perubahan atau penyesuaian kurikulum
melihat dengan zaman yang sudah semakin berkembang dan semakin canggih.
Materi atau metode lebih tepat sasaran dan kreatif dalam membina generaasi
milenial seperti sekarang ini. Namun, perubahan itu tak sepenuhnya berubah
karena semua kurikulum harus sesuai dengan tujuan PII itu sendiri.
100
SILABUS BASIC TRAINING
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
NO MATERI POKOK BAHASAN TARGET INDIKATOR WAKTU METODE
1. Ekspektasi - Penggalian motivasi
- Identifikasi tingkah
laku kelompok
- Kesepakatan
kelompok (lokal)
- Memahami perlunya kesamaan
motivasi dan tujuan dalam
mengikuti training
- Menyadari bahwa kekuatan
kelompok merupakan syarat
tercapainya tujuan training
- Menyadari bahwa potensi pribadi
peserta adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari kekuatan
kelompok
- Menyadari peran-peran positif
peserta demi kekuatan kelompok
- Dapat mengungkapkan
motivasi dan tujuan
mengikuti basic training
- Bersikap terbuka, berani,
tidak malu-malu, kritis,
responsif, dan independen
- Peserta mulai saling
mengenal
- Peserta dapat
mengungkapkan secara garis
besar materi pertrainingan
yang ingin ditrainingkan
- Menyepakati peraturan yang
harus ditaati bersama selama
training.
180 menit GD
2. Aqidah - Hakikat
Aqidah/Tauhid
- Implikasi Tauhid
terhadap pandangan
hidup muslim (
- Menghayati bahwa hanya Allah
yang patut dipertuhankan, sebagai
sumber dan tujuan hidup
- Menghayati implikasi tauhid
dalam tujuan, tugas, fungsi hidup
muslim
- Dapat menyebutkan tuhan-
tuhan yang dipertuhankan
oleh manusia selain Allah
- Dapat menjelaskan tujuan,
tugas, dan fungsi hidup
muslim
120 menit GD
Informatif
101
tujuan, tugas, fungsi
hidup muslim)
- Mempunyai sikap dan
pandangan hidup yang kuat
dan utuh yang ditunjukan
dengan sikap istiqomah
terhadap islam
3. Dinul
Islam
- Pengertian dinul
islam
- Pokok-pokok ajaran
islam
- Sumber pokok ajaran
islam
- Memahami hakikat ajaran islam
dan totalitas pokok-pokok ajaran
islam sebagi sistem
- Menyakini islam sebagai
pandangan hidup yang lengkap
dan universal
- Memahami ajaran islam sebagai
sistem nilai dan peningkatan
kualitas hidup
- Dapat menjelaskan
pengertian islam dengan
benar
- Dapat menjelaskan dengan
lengkap sitematika ajaran
islam
- Dapat menjelaskan sumber
pokok ajaran isalm
- Dapat menunjukan
kesempurnaan ajaran islam
sebagai pedoman hidup yang
bersumber dari Allah.
150 menit GD
Disko
4. Ibadah
Filosofis
(kulsub
sesama
peserta)
- Pengertian ibadah
dalam islam
- Kandungan filosofis
dalam ibadah
- Makna dan fungsi
ibadah dalam
membentuk
- Menyadari bahwa nilai hidup dan
segala aktivitasnya mempunyai
nilai ibadah, berdasarkan niat,
tujuan, dan cara menjalankannya
- Memahami konsepsi ibadah yang
tidak bertentangan dengan fitrah
manusia
- Dapat menjelaskan
pengertian ibadah secara
filosofis
- Dapat menjelaskan cara-cara
untuk mencapai kekhususkan
dalam beribadah dan cara-
90 menit ID
GD
102
watak/karakter yang
baik, kepribadian
yang teguh
- Syarat utama ibadah:
ikhlas
- Makna ikhlas dan
ikhsan
- Hambatan-hambatan
(intern dan ekstern)
dalam ibadah
- Terdorong selalu berusaha
menggali hikmah ibadah
cara untuk mengatasi
hambatannya.
5. Akhlak - Pengertian akhlak
- Alasan manusia
berakhlak
- Sumber-sumber
akhlak dan cakupan
objek akhlak
- Akhlak karimah dan
akhlak mazmumah
- Menyadari bahwa maksud islam
diturunkan adalah
menyempurnakan akhlak manusia
- Memahami sumber-sumber
akhlak yang dibenarkan islam dan
cakupan objek ajaran akhlak
- Memahami pentingnya akhlak
karimah dan mengaktualisasikan
bagi kader.
- Dapat menunjukan mana
akhlak yang baik dan yang
buruk
- Mau meluruskan dan
meningkatkan pelaksanaan
akhlak karimah
180 menit GD
Studi
kasus
6. Sirah
Nabawiya
h
- Periode sebelum
kenabian
- Peristiwa hijrah
Rasulullah
- Periode kenabian
Rasulullah
- Piagam madinah
- Memahami prikehidupan dan
perjuangan Rasulullah dalam
perspektif historis
- Termotivasi untuk meneladani
kepribadian Rasulullah baik
dalam kehidupan pribadi,
keluarga, dan masyarakat
- Dapat menjelaskan fase-fase
kehidupan Rasulullah (masa
sebelum kenabian,
pengangkatan menjadi nabi,
peristiwa hijrah, dan lahirnya
piagam madinah)
180 menit GD
Informatif
103
- Dapat menyebutkan sifat-
saifat rasul dan menerapkan
nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi, keluarga,
dan masayarakat
7. SPUII
(Sejarah
Perjuangan
Umat
Islam
Indonesia)
- Proses masuknya
islam ke Indonesia
- Sebab-sebab yang
mempercepat
tersebarnya islam
- Masa kesultanan
Malikul Saleh
(periode awal) di
Aceh
- Masa Maulana Malik
Ibrahim di Jawa dan
masa kerajaan-
kerajaan (kesultanan)
- Masa wali songo
- Peran umat islam
dalam perjuangan
kemerdekaan (1905-
1945)
- Munculnya
organisasi-organisasi
islam masa
- Memahami sejarah masuknya
islam ke Indonesia, cara-cara
penyebaran/perluasan dakwah,
faktor-fakto yang mempercepat
dan menghambat
- Memahami peranan organisasi
islam dibidang sosial dan politik
dalam rangka memperjungankan
tegaknya nilai-nilai islam di
Indonesia serta kamajuan bangsa
Indonesia
- Menyadari bahwa sebagai kader
harus dapat melaksanakan
dakwah dan perjungan islam
secara sistematis
- Dapat menjelaskan proses
masuknya islam di Indonesia
- Dapat menjelaskan kekuatan
dan kelemahan dakwah dan
perjuangan islam di
Indonesia
- Dapat mengajukan alternatif
bagi perbaikan dakwah dan
perjuangan islam untuk
kemajuan islam dan bangsa
Indonesia
150 menit Informatif
Dialog
104
penjajahan jepang
hingga kemerdekaan
(perlawanan terhadap
jepang, penyiapan
kemerdekaan;
BPUPKI dan PPKI)
8. Backgroun
d
berdirinya
PII
- Kondisi politik,
pendidikan bangsa
Indonesia pada masa
menjelang
kebangkitan PII
- Kondisi masyarakat
Islam pada masa
menjelang
kebangkitan PII
- Tantangan dari IPI (
organisasi pelajar non
Islam
- Proses berdirinya PII;
tujuan dan Tokoh-
tokohnya
- Menghayati proses dan semangat
bangkitnya organisasi PII
- Mempunyai kemauan dan
termotivasi untuk mewujudkan
tujuan PII dengan menjadi
anggota atau pengurus PII.
- Dapat menjelaskan kondisi
sosial politik dan pendidikan
pendidikan bangsa Indonesia
pada masa-masa awal
bangkitnya PII
- Dapat menjelaskan adanya
konflik kepentingan dan
ideologi di lingkungan
organisasi pelajar antara IPI
dengan PII dan organisasi
pelajar islam lainnya
- Selesai mengikuti acara
pertrainingan, peserta aktif
mengikuti kegiatan PII
90 menit ID
9. Self
Introductio
n
(pengantar
dan
umum)
- Identitas dan data
pribadi
- Personal interst (hobi,
cita-cita, pandangan
hidup, yang disukai,
- Memiliki keterbukaan dalam
mengkomunikasikan pendirian
dengan orang lain
- Memahami bahwa setiap orang
mempunyai latar belakang hidup
- Mau mengungkapkan
masalah pribadinya
- Meu menerima/ menampung
pendapat orang lain
- Mau mengubah pendapat/
pendirian yang salah
120 menit
105
yang dibenci, masalah
khusus, kesan dll)
yang berbeda yang
mempengaruhi kepribadiannya
- Memiliki kedisiplinan dalam
mengikuti training
- Memiliki sikap yang serius dan
antusias dalam mengikuti trainig
- Selalu hadir dalam setiap
acara
- Datang tepat pada waktunya
- Keluar masuk lokal meminta
izin
- Memperhatikan dengan
seksama jalannya setiap
acara
- Tidak melakukan hal-hal
yang tidak ada hubungannya
dengan acara yang sedang
berlangsung
10. SP-PII Tahap-tahap
perkembangan PII
- PII pada masa
revolusi fisik
- PII dan PKI
Madiun
- PII dan pemilu
1955
- PII dan Orla
- PII dan Orba
- Memahami pokoko-pokok
perkembangan PII selama hampir
lima puluh tahun dengan berbagai
tantangan, hambatan, dan ujian
yang berat tokoh-tokohnya dalam
rangka tegaknya misi dan
eksistensi PII
- Menyadari PII sebagai mata
rantai perjuangan umat islam
- Dapat menjelaskan periode
perjuangana PII pada:
- PII pada masa revolusi
fisik
- PII dan PKI Madiun
- PII dan pemilu 1955
- PII dan Orla
- PII dan Orba
- Dapat menemukan letak
persoalan yang melemahkan/
menghambat perkembangan
PII
150 menit ID
106
11. Khitthoh
Perjuangan
PII
- Pengertian dan fungsi
khittah perjuangan PII
- Sejarah lahirnya
Khittah perjuangan
PII
- Isi khittah perjuangan
PII
- Memahami fungsi Khittah
perjuangan dalam hubungannya
dengan misi dan program-
program PII
- Dapat menunjukan posisi
khittah perjuangan dalam
kerangka konstitusi PII
- Dapat menunjukan kebijakan
atau perilaku berorganisasi
yang keluar dari Khittah
perjuangan
120 menit ID
Studi
kasus
12. AD/ART
PII
- Pengertian dan fungsi
AD/ART PII
- Hubungan
muqaddimah dan isi
AD/ART
- Hubungan antara
Dasar, Tujuan dan
usaha
- Sikap kader terhadap
AD/ART PII
- Menyakini bahwa PII bukan
untuk main-main tapi untuk
melatih dan mengembangkan diri
untuk beraktualisasi di masa
depan
- Menyadari akan pentingnya
menaati kaidah-kaidah organisasi
- Dapat menerangkan
pentingnya arti AD/ART
badi suatu organisasi
- Dapat menjelaskan
kandungan dan hubungan
diantara isi AD/ART
- Mengembangan sikap taat,
patuh, dan berani
menegakkan ketentuan-
ketentuan organisasi yang
ada dalam AD/ART
120 menit ID
13. Perbandin
gan
Agama
- Perbandingan sistem
ajaran agama samawi
dan ardhi
- Peserta dapat mengembangkan
sikap dan nilai-nilai istiqomah
dan sumuliyah (kamilah) dalam
berislam serta mampu
mengembangkan toleransi dalam
kehidupan sosial masyarakat
- Peserta tahu ajaran masing-
masing agama dan tahu
perbedaanya dengan islam
- Peserta dapat menjelaskan
klasifikasi agama
berdasarkan kriteria tertentu
107
- Peserta menyadari perlunya
menjaga kemurnian
pelaksanaan ajaran islam
14. TFR
(Topic,
Feeling ,
and
Respond)
- Dasar-dasar analisis
tingkah laku
- Peserta memahami aspirasi
(pikiran dan perasaan) keadaan
dirinya dan orang lain, terutama
dilingkungan organisasi agar tahu
kebutuhan-kebutuhan dan
problem yang sedangberlangsung
- Peserta mengalami proses
yang melatarbelakangi
tingkah laku
- Peserta dapat menanggapi
persoalan dengan cepat dan
tepat
15. Perbandin
gan
Ideologi
- Pengertian ideologi
- Unsur-unsur ideologi
- Islam dan ideologi-
ideologi besar dunia
- Peserta memahami hakikat
ideologi sebagai sumber
penggerak suatu masyarakat
- Memahami sistematika ideologi-
ideologi besar dunia
- Menyakini bahwa islam sebagai
ideologi akan memberikan
pemecahan paripurna bagi
masalah-masalah kehidupan di
dunia
- Dapat menjelaskan
pengertian ideologi
- Dapat menjelaskan
sistematika ideologi-ideologi
besar dunia (pandangan
hidup, sistem nilai,
pendukung/ pengikut,
perjuangan, pengalaman).
- Dapat memberikan
argumentasi secara logis
bahwa islam adalah sistem
ideologi yang cocok bagi
kehidupan manusia.
240 menit GD
ID
108
- Mempunyai kepekaan
terhadap ideologi dan
gerakan-gerakannya di dalam
masyarakat
16. PO
(Pengantar
Organisasi
)
+
PI
(Personal
Introductio
n)
- Pengertian organisasi
- Unsur-unsur
organisasi
- Bentuk-tentuk dan
sifat-sifat organisasi
- Independensi dan
catur bakti PII
- Security
- Catur bakti PII
- Pengantar aktivitas
PII secara personal
- Memahami bentuk dan sifat
organisasi
- Memahami independensi
organisasi PII
- Memahami PII sebagai media
berlatih, sukses studi, berjuang
dan kader umat
- Memahami pentingnya security
bagi kelangsungan dan stabilitas
organisasi
- Sadar akan pentingnya sukses
studi bagi kader PII dalam rangka
perjuangan umat islam jangka
panjang sebagai manifestasi tugas
kekhalifahan
- Memahami manfaat organisasi:
PII sebagai media berlatih.
Sukses studi, alat perjuangan, dan
pembentuk kader umat
- Dapat menunjukan ciri-ciri
organisasi independen
- Dapat menyebutkan manfaat
aktif di PII
- Dapat menjelaskan
pentingnya security bagi
kelangsungan dan keamanan
PII
- Dapat menjelaskan
pentingnya berorganisasi
untuk meningkatkan kualitas
pribadi
- Dapat menerangkan
pengertian dan fungsi catur
bakti PII
- Dapat mengatur waktu,
kegiatan berorganisasi dan
studi secara teratur dan
seimbang
120 menit GD
109
17. Pengatar
Leadership
- Pengertian dan
syaarat pemimpin
- Beberapa klasifikasi
kepemimpinan
- Karakter pokok
kepemimpinan
Rasulullah
- Memahami pengertian dan syarat
sebagai pemimpin
- Memahami identifikasi proses
dan sifat-sifat pemimpin
- Memahami konsep pemimpin
yang ideal menurut al qur’an dan
sunah nabi saw.
- Dapat menjelaskan
pengertian, peran, dan fungsi
pemimpin
- Dapat menjelaskan tiga gaya
kepemimpinan dan
aplikasinya dalam kehidupan
- Dapat menjelaskan konsep
dasar kepemimpinan
situasional dan efektivitasnya
- Dapat menjelaskan karakter
dasar kepemimpinan
Rasulullah
- Dapat mengembangkan sikap
dan perilaku kepemimpinan
yang dicontohkan Rasullah
180 menit GD
Game
18. Komunika
si efektif
- Asas komunikasi
antar manusia
- Komunikasi satu dan
dua arah
- Pembicara dan
pendengar yang baik
- Peserta memahami bahwa
komunikasi dua arah secara
komunikatif dan seimbang akan
memperlancar penyampaian
pesan
- Peserta memahami bahwa
komunikasi yang efektif
diperlukan persiapan yang baik
dan pengembangan ketrampilan
dasar komunikasi
- Peserta dapat menjelaskan
pentingnya komunikasi dua
arah lebih efektif dibanding
komunikasi satu arah
- Peserta dapat menjelaskan
prinsip-prinsip dasar
komunikasi interpersonal
- Peserta dapat dapat
menjelaskan prinsip-prinsip
dasar komunikasi publik
90 menit ID
Praktek
110
19. Manajeme
n
- Pengertian
manajemen
- Fungsi-fungsi
manajemen
- Unsur-unsur
manajemen
- Memahami prinsip, fungsi, dan
unsur manajemen
- Menyadari pentingnya
penguasaan manajemen baik
secara teoritis maupun praktis
- Dapat menjelaskan
pengertian manajemen dan
fungsi-fungsinya dalam
menyelenggarakan suatu
kegiatan
- Dapat menjelaskan unsur-
unsur manajemen suatu
program sebagai suatu
jaringan sistem
210 menit GD
Praktek
20. Case moral
(Generasi
muda)
- Problem solving
generasi muda
- Peserta dapat memahami berbagai
permasalahan yang dihadapinya
dan dapat memberikan solusi
dengan tepat
- Peserta dapat menganalisis
suatu kasus aktual yang
berkembang disekitarnya
- Peserta dapat memberikan
beberapa pendekatan
penyelesaian masalah yang
diangkat sebagai kasus
21. Lagu-lagu
PII
- Lagu-lagu PII - Menyadari pentingnya dan
merasakan manfaat lagu dalam
mempengaruhi semangat serta
tanggung jawab sebagai kader
- Dapat melagukan mars PII
dan lagu-lagu wajib PII
lainnya.
60 menit praktek
22. Pengantar
Audiensi
- Peseta mampu melakukan survei
lapangan secara metodis dan
- Peserta memahami persoalan
dakwah secara kongkrit
111
dan
Audiensi
praktis berdasarkan acuan
persoalan
- Peserta mampu mempraktek
pengalaman belajar dengan
bentuk audensi
23. Penyusuna
n Laporan
Audiensi
- Peserta dapat mengembangkan
keterampilan menulis dengan
baik dan sistematis
- Peserta mengalami langsung
pembuatan laporan audensi
- Peserta mampu mengolah
data menjadi laporan dan
sadar akan perlunya kerja
sama yang harmonis
24. Diskusi
Hasil
Audiensi
- Peserta mampu mengembangkan
pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, sikap, dan nilai
yang telah diperoleh melalui
pengalaman belajar
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan dalam memimpin
audensi
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan manajemen dalam
kegiatan audensi
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan-kelemahan
memelihara security selama
audensi
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan-kelemahan
analisis penulisan audensi
- Peserta dapat menunjukan
akibat-akibat yang kurang
baik dan kurang adanya kerja
112
sama, ketelitian, dan
komunikasi selama acara
audensi berlangsung
25. Missi dan
Eksistensi
PII
- Trikomitmen PII
- Tafsir tujuan
organisasi PII
- Memahami problematika
organisasi PII yang sedang terjadi
di tingkat komisariat dan daerah
- Termotivasi untuk
menggairahkan dan
meningkatkan aktivitas PII di
tempatnya masing-masing
- Termotivasi untuk meningkatkan
kualitas diri di dalam wadah
kaderasi PII
- Dapat mengidentifikasi
persoalan kepelajaran umum
di tempat masing-masing
- Dapat mengidentifikasi
persolan PII di tingkat
komisariat dan daerah
- Dapat mengimplikasikan
konsep trikomitmen, tujuan,
catur bakti dalam melihat
persoalan PII
150 menit Brainstor
ming
26. Islam dan
IPTEK
- Pengertian dan fungsi
ilmu pengetahuan
- Kedudukan ilmu
pengetahuan dalam
islam
- Landasan dan
orientasi mempelajari
dan mengembangkan
ilmu dalam islam bagi
pengembangan
kualitas kehidupan
- Memahami kedudukan dan
pentingnya ilmu pengetahuan
dalam islam
- Menyadari pentingnya
penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi seorang kader
dengan meningkatkan prestasi
studi dan minat baca untuk
kemanjuan islam
- Dapat menjelaskan
pengertian dan fungsi ilmu
pengetahuan
- Dapat menjelaskan
kedudukan ilmu pengetahuan
dalam islam (dalil naqli dan
aqli)
- Dapat menjelaskan prestasi
islam dalam bidang ilmu dan
pengetahuan beserta tokoh-
tokohnya
150 menit GD
113
- Prestasi sejarah islam
dalam bidang iptek
- Pentingnya
penguasaan ilmu
pengetahuan bagi
kader PII
- Meningkatnya minat baca
dan belajar, motivasi
berprestasi dalam studi serta
penguasaan spesialisasi ilmu.
27. Problem
Solving
Studi kasus-kasus yang
terjadi dalam kelas
(medan training).
- Meluruskan, menetralisasi,
membenahi problem perilaku
pribadi yang terjadi selama
interaksi training
- Memahami problem kepribadian
yang berkaitan dengan kemauan
dan kemampuan meningkatkan
kualitas diri dan upaya
mengatasinya
- Menumbuhkan kesadaran diri
tentang sifat atau perilaku yang
kurang baik menurut kaca mata
agama, dan selalu berusaha
memperbaikinya
- Solidaritas
- Keterbukaan
- Intropeksi diri
- Saling memaafkan
120 menit GD
Interview
Refleksi
114
28. Jihad Dasar-dasar jihad
fisabilillah
- Memahami hakikat jihad dan
implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari
- Dapat menjelaskan
pengertian jihad secara
leksikal maupun hakekatnya
- Dapat menjelaskan jenis-
jenis jihad
- Dapat menerangkan
pentingnya jihad dalam
menegakkan islam
- Terbentuknya sikap militansi
dan istiqomah terhadap islam
serta mampu
mewujudkannya dalam
semangat jihad sehari-hari
120 menit ID
29. Evaluasi
Lokal dan
Instruktur
(Perkenala
n dan
tugas tulis
evaluasi)
- Perkenalan instruktur
dan tugas tulis
eveluasi
- Memiliki keterbukaan, kritis dan
independen
- Memahami manfaat berorganisasi
di PII
- Termotivasi untuk mewujudkan
catur bakti PII
- Meluruskan motivasi dan tujuan
menjadi anggota, oengurus, dan
kader PII
- Peserta dapat
mengungkapkan
permasalahanyang terjadi
selama trainig:
- Peserta dengan peserta
- Peserta dengan
instruktur
- Peserta dengan panitia
- Peserta dengan
lingkungan training
- Tumbuhnya sikap terbuka,
jujur, berani, kritis, dan
independen dalam
menyampaikan dan
menerima evaluasi
180 menit
115
30. Perkenalan
dan
Evaluasi
Panitia
- Perkenalan dan
evaluasi panitia
- Memberikan masukan-
masukan/evaluasi bagi perbaikan
kerja panitia berikutnya
- Peserta memiliki sikap terbuka,
kritis, independen dan berani
- Mau memberikan evaluasi
bagi kerja panitia
- Menjalin silaturahim dengan
kader-kader PII lainnya
90 menit
31. Muhasaba
h
- Muhasabah tentang
keberadaan manusia
sebagai khalifah fil
ardi
- Muhasabah tentang
tugas sebagai
pendakwah
- Muhasabah tentang
akhlak keseharian
- Muhasabah tentang
akhlak pergaulan
- Muhasabah tentang
akhlak kepada orang
tua
- Muhasabah tentang
akhlak kepada guru
- Esensi taubatan
nasuhah
- Sadar akan pentingnya sukses
studi dan penguasaan ilmu
pengetahuan bagi kader PII dalam
rangka perjuangan umat jangka
panjang
- Termotivasi untuk meneladani
sifat-sifat Rasul dalam memimpin
umat
- Termotivasi untuk
menggairahkan dan
meningkatkan aktivitas PII di
tempatnya masing-masing
- Yakin bahwa islam adalah satu-
satunya yang benar sebagai way
of life yang akan memberikan
kerahmatan di alam ini
- Sadar akan tantangan ideologi
lain bagi eksistensi islam dalam
masyarakat
- Dapat menginternalisasikan
nilai-nilai yang diperoleh
selama training serta
merefleksikan pengalaman
belajar yang telah
diperolehnya dalam
mengidentifikasi diri sendiri
dan peran yang akan
dimainkan dikemudian hari
90 menit Refleksi
116
- Menyadari bahwa perjuangan
penegakkan kalimah allah penuh
dengan tantangan
32. Kuliah
subuh dan
praktek
baca Al
Qur’an
- Prakter baca Al
Qur’an
- Ayat-ayat terpilih
- Termotivasi untuk bisa membaca
Al qur’an secara baik dan benar
- Termotivasi untuk memperlajari
dan mengenali kandungan ayat-
ayat al qur’an dihubungkan
dengan kehidupan khususnya
menuntut ilmu
- Dapat membaca al qur’an
dengan benar
- Menghafal ayat-ayat pilihan
- Mencatat dan menandai ayat-
ayat yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan
90 menit Praktek
Diskusi
33. Kesehatan
fisik,
mental,
dan
lingkungan
- Peserta menyadari perlunya
keseimbangan dalam menjaga
kesehatan fisik, mental, dan
lingkungan
- Peserta dapat menjelaskan
elemen dasar yang
menunjang kesehatan fisik,
mental dan lingkungan
34. Kulsub
ibadah
praktis
- Berwudhu/thaharah
- Shalat sendiri,
berjamaah
- Sholat lail
- Memahami tata cara ibadah
khusus sesuai syarat dan
rukunnya
- Memahami adanya perbedaan
dalam tata cara sebagai masalah
khilafiah
- Dapat mengerjakan ibadah
khusus sesuai syarat dan
rukunnya
- Dapat dan mau mengerjakan
amalan sunah
90 menit Praktek
Diskusi
35. Gizi dan
kebugaran
- Ketahan tubuh dan
faktor-faktor
pendukungnya
- Memahami pentingnya menjaga
kesehatan dan ketahanan tubuh
- Kemampuan menjaga
kesehatan tubuh tetap dalam
stamina prima
90 menit Praktek
117
- Kegiatan fisik,
emosional, dan
makanan yang
menunjang ketahanan
tubuh
- Kemampuan hidup secara
seimbang yang
mempertimbangkan akan
kebutuhan fisik, emosional,
spiritual, intelektual, dan
sosial
- Dapat memilih jenis-jenis
makanan yang sehat dan
bergizi
36. Zakat,
Infaq, dan
Sadaqah
(ZIS)
- Pengertian ZIS
- Dasar disyariatkan
ZIS
- ZIS sebagai dasar
pengembangan
ekonomi islam
- Kesadaran dan
aplikasi ZIS bagi
kader
- Memahi ZIS sebagai basis
ekonomi islam
- Menyadari pentingnya sosialisasi
dan aplikasi ZIS
- Dapat menjelaskan
pengertian ZIS
- Dapat menjelaskan dasar-
dasar disyariatkanya ZIS
- Dapat memberikan
argumentasi peranan ZIS
dalam sistem perekonomian
islam
- Dapat memberikan gambaran
kondisi pelaksanaan ZIS di
masyarakat dan inovasi-
inovasinya
90 menit Praktek
118
37. Pembentuk
an
members
group
- Pembentukan
members group
- Memahami pentingnya tindak
lanjut training, baik dalam bentuk
kelompok, kerja ekstern, aktif di
daerah masing-masing, atau
membentuk komisariat baru
- Hasrat untuk mengikuti program-
program kaderisasi berikutnya
- Adanya satu macam motivasi
dan harapan peserta untuk
senantiasa berlatih dan
mengembangkan diri
semaksimal mungkin dalam
kerangka perjuangan umat
60 menit GD
119
DOKUMENTASI FOTO
Gedung Sekretariat PW PII Jawa Tengah Proses Training BATRA di Tegal
Wawancara dengan KB PII Wawancara dengan Kabider PW PII
(Mantan Ketua Umum periode 1992-1994) periode 2019-2021
Wawancara dengan Ketua BO PW PII Wawancara dengan Sekretaris Umum
120
Wati (periode 2019-2021) PW PII (periode 2019-2021)
Wawancara dengan Ketua Umum PW Wawancara dengan Mantan Kabider
PII (periode 2019-2021) PW PII (periode 2017-2019)
121
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Maulidya Yolanda
Tempat/Tanggal Lahir : Nanga Pinoh, 22 Juli 1997
Alamat : Desa Paal, RT 004/ RW 09, Kecamatan
Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat
No.Hp : 089614796426
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah : O
E-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita 2002-2003
2. SDN 9 Nanga Pinoh 2003-2009
3. SMPN 1 Nanga Pinoh 2009-2012
4. SMAN 1 Nanga Pinoh 2012-2015
5. IAIN Salatiga 2015-2019
Pengalaman organisasi :
1. Bendahara Bidang Nisa’ LDK Fathir Ar-
Rasyid IAIN Salatiga tahun 2016-2017
122
2. Sekretais bidang keagamaan Karang
Taruna Trimulya Desa Nogosari
Kelurahan Bugel, Sidorejo, Salatiga tahun
2016/2017
3. Seretaris Bidang PPPA HMI Cabang
Salatiga Komisariat Walisongo tahun
2017/2018
4. Bendahara Umum Gerakan Jum’at
Berbagi FTIK IAIN Salatiga tahun
2018/2019
5. Departemen Kursus dan Training
Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah tahun
2019-2021