penelitian hedonisme

33
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA Andi Masmuadi Mira Aliza Rachmawati INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonis. Sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi gaya hidup hedonisnya. Subjek dalam penelitian adalah mahasiswa pada Fakultas Psikologi yang memiliki rentang usia 18-24 tahun. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode accidental sampling. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala gaya hidup hedonis berdasarkan teori dari Reynold dan Draden (Engel dkk, 1994) dan hasil modifikasi skala konsep diri dari Helmi dan Ramdhani (1992) mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh teori Berzonsky (1981). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.00 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Analisis non parametrik dari Spearmen’s menunjukkan korelasi sebesar r = -0,150 dengan p= 0.068, p>0.05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Jadi hipotesis penelitian ditolak. Kata Kunci : Konsep Diri, Gaya Hidup Hedonis

Upload: alfian-fitrio

Post on 11-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hedonis blablaa.

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian hedonisme

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA

Andi Masmuadi Mira Aliza Rachmawati

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara konsep diri

dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonis. Sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi gaya hidup hedonisnya.

Subjek dalam penelitian adalah mahasiswa pada Fakultas Psikologi yang memiliki rentang usia 18-24 tahun. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode accidental sampling. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala gaya hidup hedonis berdasarkan teori dari Reynold dan Draden (Engel dkk, 1994) dan hasil modifikasi skala konsep diri dari Helmi dan Ramdhani (1992) mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh teori Berzonsky (1981).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.00 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Analisis non parametrik dari Spearmen’s menunjukkan korelasi sebesar r = -0,150 dengan p= 0.068, p>0.05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Jadi hipotesis penelitian ditolak.

Kata Kunci : Konsep Diri, Gaya Hidup Hedonis

Page 2: Penelitian hedonisme

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA

Oleh:

ANDI MASMUADI

MIRA ALIZA RACHMAWATI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

Page 3: Penelitian hedonisme

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________

Dosen Pembimbing Utama

(Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., MSi)

Page 4: Penelitian hedonisme

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.

Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik,

yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

Bagi sebagian orang gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena dianggap

sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. Gaya hidup akan lebih jelas terlihat pada

seseorang yang selalu mengikuti perkembangan mode dan fashion terbaru. Chaney

(1996), berpendapat bahwa gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Gaya

hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan

orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak

dapat dipahami oleh yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Pada

perkembangannya, gaya hidup saat ini tidak lagi merupakan persoalan di kalangan

tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibrahim (1997), setiap orang dapat mudah

meniru gaya hidup yang disukai. Misalnya saja, gaya hidup yang ditawarkan melalui

iklan akan menjadi lebih beraneka ragam dan cenderung mengambang bebas. Pada

akhirnya akan bersifat netral yang mudah ditiru dan dipakai sesuka hati oleh setiap

orang.

Fenomena gaya hidup tampak terlihat di kalangan remaja, menurut Monks dkk

(Nashori, 1998) remaja memang menginginkan agar penampilan, gaya tingkah laku,

cara bersikap, dan lain-lainnya akan menarik perhatian orang lain, terutama

kelompok teman sebaya. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan

1

Page 5: Penelitian hedonisme

sosialnya berusaha untuk mengikuti perkembangan yang terjadi seperti cara

berpenampilan. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain atau

kelompok teman sebaya menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai

atribut yang sedang tren, misalnya saja pemilihan model pakaian dengan merek

terkenal, penggunaan telepon genggam (HP) dengan fasilitas layanan terbaru,

berbelanja di pusat perbelanjaan terkenal seperti mall dari pada berbelanja di pasar

tradisional atau sekedar jalan-jalan untuk mengisi waktu luang bersama kelompok

teman sebaya dan sebagainya.

Hasil survey terbaru AC Nielsen Indonesia, pada tahun 2003 jumlah orang

Indonesia yang membelanjakan uangnya di toko swalayan cenderung meningkat

pada tahun 2003 dibandingkan dengan tahun 2002. Di Indonesia toko swalayan,

seperti hypermarket, supermarket dan minimarket telah mengalami pertumbuhan

yang kuat dengan jumlah toko yang meningkat lebih dari 31,4 % dalam waktu dua

tahun terakhir. Sementara dalam periode yang sama jumlah toko tradisional telah

menurun 8,1 % per tahun (http://www.tempointeraktif.com/).

Gaya hidup hedonis merupakan wujud dari ekspresi dari perilaku

eksperimental yang dimiliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru.

Perilaku eksperimental tersebut masih dipandang wajar apabila tidak memunculkan

pola perilaku yang lebih dominan pada kesenangan hidup dari pada kegiatan belajar.

Kecenderungan gaya hidup hedonis tampak pada masyarakat Indonesia khususnya

remaja di Yogyakarta. Mulai maraknya stand distro di Yogyakarta tampaknya

memberikan pengaruh terhadap cara berpenampilan anak muda pada saat ini.

Sebagian besar pembeli pernak-pernik distro seperti kaos, topi, celana, gelang, sabuk

Page 6: Penelitian hedonisme

dan lainnya ternyata remaja sekolah dan mahasiswa. ”Biasanya barang di sini laku

keras saat artis yang diidolakan memakainya, sebagian besar yang kami jual berasal

dari Bandung dan sudah cukup terkenal,” ujar Tata (23), pengelola stand distro Wat

Zap. Senada juga diungkapkan oleh Elvi (18) dari Pimp distro, sebagian besar

pelanggannya merupakan anak usia sekolah dan mahasiswa. Sedangkan Dewi (17)

siswa SMU asal Yogyakarta mengaku datang ke distro karena desain-desain yang

ditampilkan umumnya lain dari yang lain. Namun ia juga mengakui jika membeli

barang-barang distro di dorong rasa gengsi karena banyak rekan-rekannya yang

membeli aksesoris maupun kaos, tas distro yan banyak muncul di Yogyakarta saat

ini. (Kedaulatan Rakyat, 8 Agustus 2006).

Gambaran mengenai gaya hidup hedonis menurut Susianto (Harjanti 2001)

memiliki ciri-ciri antara lain: mengerahkan aktivitas untuk mencapai kenikmatan

hidup, sebagian besar perhatiannya ditujukan keluar rumah, merasa mudah berteman

walaupun memilih-milih, menjadi pusat perhatian, saat luang hanya untuk bermain

dan kebanyakan anggota kelompok adalah orang yang berada. Baudrillard (Ibrahim,

1997) mengatakan bahwa status sebagai logika konsumen, ternyata merupakan hal

yang lebih masuk akal dari pada alasan fungsional. Pendapat tersebut mengartikan

bahwa usaha untuk memiliki suatu barang atau jasa bukan berdasarkan pada

kebutuhan fungsional melainkan lebih dari pada kebutuhan keinginan.

Perilaku gaya hidup yang tampak di kalangan remaja saat ini di samping

adanya perubahan dari kehidupan masyarakat yang modern, diyakini pula adanya

perubahan pada proses perkembangan di dalam diri remaja. Gunarsa (2003)

menyebutkan bahwa dalam proses perkembangannya individu dalam masa remaja

Page 7: Penelitian hedonisme

mengalami suatu perkembangan yang semakin diarahkan keluar dirinya, keluar

lingkungan keluarga dan akhirnya ke dalam masyarakat dan tempat yang akan

ditempati di dalam masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya keinginan untuk

mandiri dan mencari konsep diri. Remaja sebagai bagian dari anggota masyarakat,

dalam perkembangannya selalu berinteraksi dengan dunia luar. Beragam informasi

yang masuk, akan menjadi pilihan bagi remaja dalam mensikapi berubahan nilai-

nilai budaya yang sesuai dengan konsep dirinya. Remaja akan menilai dan

mempertimbangkan informasi yang masuk dari luar apakah sesuai dengan

kepribadiannya atau tidak, termasuk bagaimana remaja dalam mensikapi persoalan

gaya hidup yang terdapat di dalam masyarakat modern saat ini. Menurut Dariyo

(2004) individu yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki kemampuan

dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial dengan baik. Dapat dikatakan

bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu informasi yang masuk tergantung

daripada konsep diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. Remaja yang berorientasi

pada gaya hidup hedonis, diduga belum memiliki konsep diri dengan baik. Individu

yang memiliki konsep diri dengan baik memiliki kemampuan baik dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, menurut pendapat

peneliti perlu diadakannya penelitian mengenai konsep diri dengan kecenderungan

gaya hidup hedonis pada remaja. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan

mencoba menguji hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan

kecenderungan gaya hidup hedonis. Semakin tinggi konsep diri maka

kecenderungan gaya hidup hedonis semakin rendah dan sebaliknya.

Page 8: Penelitian hedonisme

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaya Hidup Hedonis

1. Pengertian Gaya Hidup

Chaney (1996) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia

modern, gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang

dengan orang lain. Gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

mungkin tidak dapat dipahami oleh orang yang tidak hidup dalam masyarakat

modern. Ancok (2004), berpendapat bahwa gaya hidup merupakan pengaruh dari

adanya modernisasi. Perilaku gaya hidup tersebut mengarah pada suka berbelanja

(shopoholics), pola konsumsi, kebiasaan merayakan hari-hari penting seperti hari

ulang tahun, perkawinan, syukuran, dan sebagainya di restoran. Bagi orang-orang

modern, gaya hidup semacam ini dapat dilakukan demi gengsi di mata orang lain.

Engel dkk, (1994) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola di mana orang

hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup di sini merupakan fungsi

motivasi dalam mencerminkan nilai konsumen. Dengan kata lain masalah gaya

hidup erat kaitannya dengan pola konsumtif.

2. Pengertian Gaya Hidup Hedonis

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan.

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan

kenikmatan hidup adalah tujuan utama (Moeliono, 1988). Sedangkan menurut

Sujanto (Sumartono, 2002) menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis yang

berorientasi pada kesenangan umumnya banyak ditemukan di kalangan remaja. Hal

Page 9: Penelitian hedonisme

ini karena remaja mulai mencari identitas diri melalui penggunaan simbol status

seperti mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang, lain yang mudah terlihat.

3. Tipe-tipe Gaya Hidup

a. Kelompok gaya hidup hura-hura

b. Kelompok gaya hidup hedonis

c. Kelompok gaya hidup rumahan

d. Kelompok gaya hidup sportif

e. Kelompok gaya hidup kebanyakan

f. Kelompok gaya hidup untuk orang lain

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Adlin (Ibrahim, 1997) berpendapat salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan gaya hidup yaitu adanya penilaian terhadap suatu produk ditentukan

oleh pola pikir dan nilai-nilai yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat,

dimana hal ini dapat menular dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui

media komunikasi. Selain itu inovasi desain juga turut menjadi faktor yang

mempengaruh perkembangan gaya hidup, adanya suatu penawaran produk terbaru

secara tidak langsung akan menggantikan produk sebelumnya, yang kemudian

menjadi sasaran utama bagi para konsumen seperti handphone, komputer dan

sebagainya.

5. Aspek – Aspek Gaya Hidup Hedonis

Susanto (2000) menjelaskan atribut-atribut gaya hidup hedonis ditunjukkan

dengan lebih senang mengisi waktu luang di tempat yang santai seperti kafe.

Bersenang-senang di kafe tidak selalu identik dengan minum-minuman beralkohol,

Page 10: Penelitian hedonisme

tetapi lebih pada mengisi waktu luang atau bersantai dengan gaya karena dapat

sekaligus menunjukkan simbol status.

Reynold dan Draden (Engel dkk, 1994) berpendapat bahwa pencerminan gaya

hidup disimbolkan sebagai AIO (Activities, Interest, and Opinion). Dalam Penelitian

ini yang dimaksud dengan aktivitas, minat dan opini pada kecenderungan gaya hidup

hedonis.

B. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri dipandang sebagai suatu aspek penting dalam kepribadian

manusia, yang mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku manusia. Konsep diri

dianggap sebagai kunci yang berperan mengatur serta mengarahkan perilaku

manusia (Shiffer dalam Shapiro, 1990).

Burns (Shapiro, 1990) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan individu

terhadap dirinya secara menyeluruh, yang meliputi tentang dirinya sendiri, maupun

gambaran dari orang lain tentang hal-hal yang dapat dicapainya.

Hal ini senada diungkapkan oleh Shavelson (Fuhrmann, 1990) bahwa konsep

diri merupakan konsep dasar seseorang mengenai diri, pikiran dan pendapat tentang

diri sendiri, perbandingan diri sendiri dengan orang lain serta dengan hal-hal yang

ideal yang ditetapkan sendiri untuk dicapainya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Pada masa remaja terdapat beberapa kondisi atau faktor-faktor yang turut

berpengaruh dalam proses perkembangan konsep diri individu. Menurut Hurlock

(1996), faktor-faktor tersebut adalah :

Page 11: Penelitian hedonisme

a. Usia kematangan

b. Kepatutan seks

c. Nama dan julukan

d. Hubungan keluarga

e. Teman-teman sebaya

f. Kreativitas

g. Realistis

3. Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri bukanlah suatu yang dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk dan

dipelajari melalui pengalaman individu serta melalui interaksi sosialnya (Shapiro,

1990). Konsep diri ini akan berkembang terus sepanjang hidup manusia.

Perkembangan konsep diri tersebut tidaklah ajeg sepanjang umur melainkan

mengalami perubahan, baik sifat maupun kualitasnya sejalan dengan pertambahan

usianya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Brooks (Rakhmat, 1985) juga

berpendapat bahwa konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa individu sejak lahir,

melainkan merupakan sesuatu yang dipelajari sebagai akibat dari interaksi individu

dengan lingkungannya. Konsep diri terdiri dari sekumpulan pikiran dan perasaan

yang mendasari perasaan penghargaan individu mengenai eksistensi diri, konsep

tentang siapakah dirinya dan yang dicita-citakannya, yang terbentuk melalui

pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.

Sejalan dengan pendapat di atas, perkembangan konsep diri juga dipengaruhi

oleh pengalaman masa kanak-kanak. Ditentukan oleh orang yang dekat dengan

individu, yang akan mempengaruhi dan mengarahkan tindakan serta pikirannya.

Page 12: Penelitian hedonisme

Baru kemudian saat menginjak masa remaja individu akan mencoba menghimpun

penilaian berdasarkan informasi yang diperolehnya dari kelompok teman sebayanya,

kemudian menyesuaikannya dengan persepsi orang lain terhadap dirinya dalam

kelompok sebaya.

C. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Gaya Hidup Hedonis

Kehidupan individu dapat berlangsung karena adanya hubungan timbal balik

dengan lingkungan sosialnya. Oleh karenanya, individu dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu yang memiliki konsep diri yang

positif akan dapat lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri pada

lingkungannya. Dengan kata lain konsep diri merupakan hal yang sangat

mempengaruhi penyesuaian diri dan merupakan faktor penting dalam perkembangan

diri seseorang. Brooks (Rakhmat, 1985) menyatakan bahwa konsep diri bukanlah

sesuatu yang dibawa individu sejak lahir, melainkan merupakan sesuatu yang

dipelajari sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungannya. Sejauhmana

individu menerima kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka

konsep diri individu dapat bersifat positif ataupun negatif. Konsep diri yang positif

berpengaruh pada kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan,

selain itu juga berpengaruh pada menerima diri sebagaimana adanya. Sebaliknya

konsep diri yang negatif akan cenderung menghambat dalam penyesuaian diri pada

lingkungan sosialnya dan menyebabkan adanya perasaan penolakan terhadap diri

sendiri. Pada penyesuaian ini remaja akan mencari identitas dirinya tentang siapakah

dirinya dan bagaimana peranannya dalam masyarakat. Remaja juga merasa bebas

untuk bergaul, mencari informasi dan pengetahuan yang seluas-luasnya. Seiring

Page 13: Penelitian hedonisme

dengan adanya banyak perubahan, konsep diri yang ada pada remaja juga akan

mengalami perubahan. Hal itu akan menentukan perilaku yang akan dilakukan.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah berhubungan dengan

penyesuaian sosial. Remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, oleh karena itu pengaruh teman-teman

sebaya pada sikap, pembicaraan, minat penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga (Harlock, 1980). Misalnya, sebagian besar remaja

mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang populer, maka

kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi sangat besar. Hubungan

seorang remaja dengan lingkungan sosialnya, dapat dilihat dari adanya minat yang

dimiliki oleh remaja itu sendiri. Menurut Harlock (1980), ada beberapa minat yang

dimiliki seorang remaja dalam hubungannya dengan lingkungan sosial seperti:

minat rekreasi; dapat berupa dalam bentuk berpergian untuk bersenang-senang dan

bersantai, minat sosial; ditujukan untuk kepopuleran didalam kelompoknya seperti

remaja yang memiliki status sosial ekonomi lebih rendah memiliki sedikit

kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta, minat pribadi; dapat berupa

penampilan diri, cara berpakaian dan sebagainya, dan minat simbol status; yang

merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya lebih

tinggi atau mempunyai status lebih tinggi dalam kelompok. Pada perkembangan

moral, remaja membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus

dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu

anak-anak (Hurlock, 1980). Perinsip moral ini yang berlaku dan berfungsi sebagai

pedoman bagi perilakunya di masyarakat.

Page 14: Penelitian hedonisme

Menurut Siregar (Ibrahim, 1997) gaya hidup dapat dipelajari melalui

lingkungan sosial, oleh karena itu gaya hidup masing-masing individu memiliki sifat

yang khas dan unik. Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan

dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk

merefleksikan status sosialnya sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan

bagaimana membentuk image di mata orang lain atau bagaimana seseorang ingin

dipersepsikan oleh orang lain melalui simbol status yang dimiliki, seperti

penggunaan barang-barang bermerek. Tujuan pemakaian simbol-simbol status ini

adalah memproyeksikan citra diri seseorang agar dipersepsi sebagai bagian dari

kelas sosial tertentu. Pemakaian simbol status yang dimiliki diyakini mengandung

unsur prestise bagi seseorang. Jadi kepemilikan simbol status diharapkan dapat

menunjukkan citra diri dihadapan orang lain.

Siregar (Ibrahim, 1997) menjelaskan bahwa untuk memahami gaya hidup pada

remaja tidak hanya ditentukan pada faktor usia, kelompok sosial, namun lebih pada

latar sosial budaya dimana remaja tersebut berada. Misalnya remaja yang tinggal di

kota-kota besar, lebih cenderung memiliki gaya hidup yang menonjol dan lebih jelas

dari pada remaja yang tinggal di desa. Manakala gaya hidup merupakan sesuatu

yang dianggap penting dan menjadi prestige yang mengutamakan faktor kesenangan

akan mengarah pada kecenderungan yang bersifat hedonis. Gaya hidup hedonis yang

berorientasi pada kesenangan umumnya banyak di temukan dikalangan remaja.

Menurut Sujanto (Sumartono, 2002) hal ini karena remaja mulai mencari identitas

diri melalui penggunaan simbol status seperti mobil, pakaian, dan pemilikan barang-

barang lain yang mudah terlihat. Gaya hidup hedonis yang berorientasi pada

Page 15: Penelitian hedonisme

kesenangan tidak terlepas pada pola perilaku konsumtif, remaja yang menganggap

bahwa penampilan dan gaya hidup mewah merupakan simbol status yang lebih

tinggi dalam kelompoknya. Hal ini menimbulkan adanya sikap untuk bersaing dalam

penampilan diri seperti memakai pakaian bermerek dan modis, gaya rambut, dan

barang-barang mewah lainnya. Kecenderungan perilaku ini akan mengarah pada

hanya mementingkan faktor keinginan (want) dari pada kebutuhan (need) yang

mengutamakan pada kesenangan pada materi.

Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa adanya proses pembentukan konsep

diri pada remaja akan mengalami perubahan yang bersifat dinamis. Konsep diri yang

terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa masing-masing individu memiliki konsep diri yang

berbeda. Adanya perbedaan pada perkembangan konsep diri yang dimiliki akan turut

serta mempengaruhi perilaku setiap individu pada penilaian terhadap pola perilaku

kecenderungan gaya hidup hedonis. Hal-hal yang dilakukan dalam rangka bergaya

hidup hedonis dapat berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image di

mata orang lain. Dengan melihat kondisi gaya hidup hedonis pada saat ini, dapat

dipandang sebagai masalah yang perlu menjadi perhatian dari berbagai pihak.

Seperti yang telah diuraikan dimuka, dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup

hedonis adalah dapat mengembangkan pola perilaku yang tidak produktif. Hal ini

dapat diketahui dari cara-cara individu dalam mempergunakan waktu pada kegiatan

yang kurang bermanfaat dan orientasi minatnya terhadap segala sesuatu yang lebih

mementingkan penampilan atau gengsi dalam pergaulannya.

Page 16: Penelitian hedonisme

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini yaitu ada korelasi negatif

antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis pada remaja akhir. Semakin tinggi

konsep diri maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonis, dan

sebaliknya

Page 17: Penelitian hedonisme

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel tergantung : Gaya hidup hedonis

Variabel bebas : Konsep diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Gaya hidup hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola kecenderungan perilaku yang dapat di lihat

dari aktivitas, minat dan pendapat seseorang yang berorientasi pada kesenangan

sebagai faktor utama, serta lebih mementingkan keinginan (want) dari pada

kebutuhan (need).

2. Konsep diri

Konsep diri adalah sejauhmana individu menyadari segala kelebihan maupun

kelemahan yang ada pada dirinya. Konsep diri dapat bersifat positif ataupun negatif.

Sifat konsep diri inilah yang akan berperan penting dalam menentukan dan

mengarahkan perilaku individu di lingkungan sosialnya.

C. Subyek Penelitian

Karakteristik subjek yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah remaja

yang berstatus mahasiswa dan mahasiswi pada fakultas psikologi, yang memiliki

batasan usia antara 17-24 tahun. Dalam penelitian ini subjek yang datanya diambil

sebanyak 100 orang dari keseluruhan mahasiswa psikologi yang aktif sebanyak 1155

Page 18: Penelitian hedonisme

orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental

sampling.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu

skala gaya hidup hedonis dan skala konsep diri.

1. Skala gaya hidup hedonis

Skala gaya hidup hedonis yang digunakan berdasarkan aspek-aspek yang

dikemukkan oleh Reynold dan Draden (Engel dkk, 1994) berpendapat bahwa

pencerminan gaya hidup disimbolkan sebagai AIO (Activities, Interest, dan

Opinion) yaitu aktivitas, minat dan opini yang berorientasi pada kesenangan sebagai

faktor utama.

Tabel 1 Blue Print Skala Gaya Hidup Hedonis Sebelum Uji Coba

Nomor Aitem Aspek - Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Aktifitas 3, 16, 17, 18, 23, 25, 32, 33, 35, 41, 44

21, 36, 38 14

Minat 2, 5, 9, 14, 22, 24, 29, 34, 40, 43, 45, 46, 47, 50

15, 20, 37, 39, 48, 49 20

Opini 1, 4, 10, 11, 12, 19, 30, 42 6, 7, 8, 13, 26, 27, 28, 31 16

Jumlah 33 17 50 2. Angket konsep diri

Angket konsep diri yang digunakan berdasarkan aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Berzonsky (Helmi dan Ramdhani, 1992), adapun aspek-aspek

tersebut antara lain: 1) Psikologis; 2) Sosial; 3) Fisik; 4) Moral.

Page 19: Penelitian hedonisme

Tabel 2. Blue Print Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba

Nomor Aitem Aspek - Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Psikologis 23, 32, 42, 45 10, 16, 27, 31, 38, 40 10 Sosial 2, 3,13, 17, 25, 36, 46, 47, 9, 28, 33, 44 12 Fisik 6, 12, 14, 20, 35, 39, 1, 7, 18, 22, 26, 34, 41, 43, 14

Moral 4, 8, 15, 21, 29, 5, 11, 19, 24, 30, 37 11

Jumlah 23 24 47

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Validitas alat ukur mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki

validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan

hasil ukur sesuai dengan maksud dilakukannya penelitian tersebut (Azwar, 2003).

Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur berhubungan dengan sejauhmana hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya. Suatu hasil dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2003).

F. Metode Analisis Data

Metode analisis statisik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah non

parametrik dari Spearman’s dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistic

Program Social Science) versi 12.0 for windows.

Page 20: Penelitian hedonisme

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Responden penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil data

penelitian adalah mahasiswa yang memiliki rentang usia antara 17-24 tahun.

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

dengan jumlah subyek sebanyak 100 orang.

Pada tahun ajaran 2006/2007 Mahasiswa Fakultas Psikologi Univeristas Islam

Indonesia Yogyakarta memiliki jumlah mahasiswa aktif sebanyak 1155 orang.

Kegiatan belajar mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dimulai

pada pukul 07:00-16:00 wib dari hari senin sampai jum’at. Fakultas Psikologi

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mempunyai kondisi fisik yang baik.

Fasilitas-fasilitas fisik yang dimiliki selain ruang kelas dan ruang dosen juga

memiliki fasilitas yang pendukung lainnya antara lain: perpustakaan, laboratorium

yang terdiri dari laboratorium eksperimen, faal, psikodiagnostik dan laboratorium

komputer; musola, kantin, ruang foto copy, lapangan olah raga, taman dan tempat

parkir kendaraan yang cukup luas.

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Administrasi

Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian adalah

mengurus surat perijinan pada instansi tempat dilakukannya penelitian di Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Surat permohonan

Page 21: Penelitian hedonisme

ijin penelitian dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia Nomor: 201/Dek/70/Akd/III/2007.

1) Skala gaya hidup hedonis

Skala gaya hidup hedonis terdiri dari 50 aitem yang terdiri dari 33 aitem

favorabel dan 17 aitem unfavorable. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi

12.00 dari 30 subjek yang mengisi gaya hidup hedonis yang sahih sebanyak 29 aitem

dan yang gugur sebanyak 21 aitem. Aitem yang gugur adalah nomor 1, 2, 4, 7, 8, 13,

15, 16, 19, 20, 21, 25, 27, 29, 33, 36, 38, 39, 44, 48, 49 dianggap gugur karena

koefisien korelasi totalnya tidak mencapai angka di atas r = 0,300 dengan demikian

skala gaya hidup hedonis terdiri dari 33 aitem dengan koefisien korelasi aitem total

bergerak antara 0,353 sampai dengan 0,777. Dengan di peroleh koefisien alpha

sebesar 0,932 Sebaran aitem gaya hidup hedonis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Distribusi Butir Skala Gaya Hidup Hedonis Setelah Uji Coba

Nomor Aitem Aspek - Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Aktifitas 3(1), 17(9), 18(10), 23(12), 32(18), 35(20), 41(23)

7

Minat 5(2), 9(4), 14(8), 22(11), 24(13), 34(19), 40(22), 43(25), 45(26), 46(27),

47(28), 50(29)

37(21) 13

Opini 10(5), 11(6), 12(7), 30(16), 42(24)

6(3), 26(14), 28(15), 31(17)

9

Jumlah 24 5 29 Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba. b. Skala konsep diri

Skala konsep diri terdiri dari 47 aitem yang terdiri dari 23 aitem favorabel dan

24 aitem unfavorable. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi 12.00 dari 30

subjek yang mengisi skala konsep diri yang sahih sebanyak 35 aitem dan yang gugur

Page 22: Penelitian hedonisme

sebanyak 12 aitem. Aitem yang gugur adalah nomor 1, 2, 4, 5, 7, 11, 16, 22, 23, 29,

39, 47 dianggap gugur karena koefisien korelasi totalnya tidak mencapai angka di

atas r = 0,300. Dengan demikian skala konsep diri terdiri dari 35 aitem dengan

koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,313 sampai dengan 0,662 dan

diperoleh koefisien alpha sebesar 0,919 Sebaran aitem konsep diri dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4 Distribusi Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba.

Nomor Aitem Aspek - Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Aitem

Psikologis 32(22), 42(31), 45(34) 10(5), 27(18), 40(29), 38(28), 31(21)

8

Sosial 13(7), 17(10), 25(16), 36(26), 46(35)

9(4), 28(19), 33(23), 44(33)

9

Fisik 3 (1), 6(2), 12(6), 14(8), 20(13), 35(25)

18(11), 26(17), 34(24), 41(30), 43(32)

11

Moral 8(3), 15(9), 21(14), 24(15)

19(12), 24(15), 37(27) 7

Jumlah 18 17 35

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan di Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia pada tanggal 15-16 Maret 2007.

Responden yang digunakan adalah mahasiswa pada Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Deskripsi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 23: Penelitian hedonisme

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin No Faktor Kategori n 1 Subjek 100

2 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

2. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 6 Deskripsi data penelitian

Empirik Hipotetik Variabel Min Max M SD Min Max M SD

Gaya hidup hedonis Konsep diri

33 108 60,91 12,59717 69 121 99,44 10,14871

29 116 72,5 14,5 33 132 82,5 16,5

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rerata empirik gaya hidup

hedonis sebesar 60,91 di bawah rerata hipotetik sebesar 72,5 dengan standar deviasi

(SD) sebesar 12,59717. Sedangkan untuk mean empirik konsep diri sebesar 99,44 di

atas rerata hipotetik sebesar 16,5 dengan standar deviasi (SD) sebesar 10,14871.

Adapun kriteria kategori dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 7 Kriteria Kategori

Kategori Nilai Sangat Rendah X < M – 1,8 SD

Rendah M – 1,8 SD < X < M – 0,6 SD Sedang M – 0,6 SD < X < M + 0,6 SD Tinggi M + 0,6 SD < X < M + 1,8 SD

Sangat Tinggi X > M + 1,8 SD Catatan : M = rerata hipotetik ; SD = satuan standar deviasi 1. Gaya hidup hedonis

Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala gaya hidup hedonis, maka subjek

penelitian bisa dikelompokkan menjadi lima, seperti pada tabel di bawah ini:

Page 24: Penelitian hedonisme

Tabel 8 Kategorisasi Skor Variabel Gaya Hidup Hedonis

Skor Kategorisasi Jumlah % X < 46,4 Sangat Rendah 13 13 %

46,4 < X < 63,8 Rendah 46 46 % 63,8 < X < 81,2 Sedang 36 36 % 81,2 < X < 98,6 Tinggi 4 4 %

X > 98,6 Sangat Tinggi 1 1 % 100 100 %

Hasil masing-masing variabel gaya hidup hedonis memiliki rentang 98.6 > X

untuk ketegori sangat tinggi, 81,2 < X = 98,6 untuk kategori tinggi, 63,8 < X = 81,2

untuk kategori sedang, 46,4 < X = 63,8 untuk kategori rendah, X = 46,4 untuk

kategori sangat rendah. Berdasarkan deskripsi data penelitian diketahui bahwa rerata

empirik keseluruhan subjek adalah 60,91 sehingga dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan gaya hidup hedonis dalam penelitian ini berada dalam kategori

rendah.

2. Konsep Diri

Berdasarkan sebaran empirik dari skor konsep diri, maka subjek penelitian

bisa dikelompokkan menjadi lima, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 9 Kategorisasi Skor Konsep Diri

Skor Kategorisasi Jumlah % X < 52,8 Sangat Rendah 0 0 %

52,8 < X < 72,6 Rendah 1 1 % 72,6 < X < 92,4 Sedang 23 23 % 92,4 < X < 112,2 Tinggi 66 66 %

X > 112,2 Sangat Tinggi 10 10 % 100 100 %

Hasil masing-masing variabel konsep diri memiliki rentang 112,2 > X untuk

ketegori sangat tinggi, 92,4 < X = 112,2 untuk kategori tinggi, 72,6 < X = 92,4 untuk

Page 25: Penelitian hedonisme

kategori sedang, 52,8 < X = 72,6 untuk kategori rendah, X = 52,8 untuk kategori

sangat rendah. Berdasarkan deskripsi data penelitian diketahui bahwa rerata empirik

keseluruhan subjek adalah 99,44 sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri

dalam penelitian ini berada dalam kategori tinggi.

3. Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Tabel 10 Hasil uji normalitas

Variabel Skor KS-Z p Kategori Gaya hidup hedonis

Konsep diri

0.631

0.736

0.821

0.651

Normal

Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gaya hidup hedonis mempunyai

skor KS-Z = 0.631 dan p = 0.821 (p=0.05) sehingga data normal. Konsep diri

mempunyai skor KS-Z = 0.736 dan p = 0.651 (p=0.05) sehingga data normal.

b. Uji Linieritas

Tabel 11 Hasil Uji Linieritas

Variabel F p Kategori Gaya hidup hedonis

Konsep diri

1,415 0.239 Tidak linier

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa antara gaya hidup

hedonis dan konsep diri mempunyai nilai F = 1,415 dan p = 0,239 (p> 0.05)

sehingga data tidak linier.

Page 26: Penelitian hedonisme

4. Uji Hipotesis

Hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis dapat diketahui

dengan cara melakukan uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya

diketahui syarat linieritas tidak terpenuhi, sehingga analisis data menggunakan

teknik analisis korelasi non parametrik dari Spearman’s melalui program komputer

SPSS versi 12.00 for windows. Hasil diperoleh angka koefisien korelasi sebesar -

0,150 dengan p = 0,068 (p>0,05).

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis korelasi non parametrik dari Spearman’s diketahui

bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis. Dengan

demikian dugaan bahwa terdapat korelasi di antara keduanya adalah dugaan yang

salah maka hipotesis ditolak, dengan nilai r = - 0,150 dan p = 0,068 (p>0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Brooks (Rakhmat, 1985) bahwa

konsep diri bukanlah sesuatu yang di bawa individu sejak lahir, melainkan

merupakan sesuatu yang dipelajari sebagai akibat dari interaksi individu dengan

lingkungannya. Konsep diri terdiri dari sekumpulan pikiran dan perasaan yang

mendasari perasaan penghargaan individu mengenai eksistensi diri, konsep tentang

siapakah dirinya dan yang dicita-citakannya, yang terbentuk melalui pengalaman

dan interaksinya dengan orang lain. Oleh karena itu, konsep diri yang dimiliki setiap

individu akan berbeda dan terus mengalami perubahan yang terbentuk dari

lingkungannya. Hal ini yang mendasari setiap individu dalam berperilaku.

Senada diungkapkan oleh Saam dan Ancok (Lukman, 2000) konsep diri berkembang

karena ada proses interaksi dirinya dengan individu atau kelompok lain. Secara

Page 27: Penelitian hedonisme

dinamis, konsep diri terbentuk dan berkembang karena adanya pengalaman interaksi

antara dirinya dengan orang lain. Dasar pengalaman dan interaksi ini kemudian

individu menilai dirinya dan menggunakan penilaian tersebut menjadi tolak ukur

dalam berfikir dan berperilaku. Hal ini dikarenakan bahwa perkembangan konsep

diri tidaklah ajeg sepanjang umur, melainkan mengalami perubahan. Semakin

bertambahnya usia, konsep dirinya akan semakin berkembang, isinya semakin

kompleks, semakin abstrak dan luas. Perkembangan konsep diri juga dipengaruhi

oleh beberapa hal diantaranya karena interaksinya dengan lingkungan, serta

pengasuhan yang di dapat anak dari orang tuanya. Menurut Tahlib (1996) upaya

perubahan konsep diri bisa dilakukan dengan merubah lingkungan sosialnya. Hal ini

mengingat konsep diri tidak hanya terbentuk dari pengalaman internal individu,

namun juga dipengaruhi oleh pengalaman eksternal individu.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Suryo (1999) mengenai perbedaan

tingkat konformitas ditinjau dari gaya hidup pada remaja pada mahasiswa Fakultas

Psikologi UGM menunjukan bahwa perilaku konformitas yang dilakukan oleh

remaja akan membentuk pola perilaku gaya hidup yang berbeda-beda seperti gaya

hidup sprotif, gaya hidup rumahan, gaya hidup sosial dan gaya hidup kebanyakan.

Adanya perbedaan pada perkembangan konsep diri yang dimiliki akan turut serta

mempengaruhi perilaku setiap individu pada penilaian diri terhadap gambaran

keseluruhan dari sikap, perasaan, persepsi dan evaluasi seseorang tentang dirinya

sendiri yang berkaitan dengan pada perilaku gaya hidup tertentu. Misalnya saja gaya

hidup hedonis, gaya hidup metrosexsual, gaya hidup hemat, gaya hidup sehat dan

sebagainya. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputri (2005),

Page 28: Penelitian hedonisme

mengenai hubungan antara intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja

dengan gaya hidup hedonis pada remaja, menunjukan bahwa semakin tinggi

intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja maka gaya hidup hedonis pada

remaja semakin tinggi. Ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan pengaruh

pengalaman eksternal pada diri individu dalam membentuk gaya hidup hedonis.

Sebagaimana diungkapkan oleh Ibrahim (1997) setiap orang dapat mudah meniru

gaya hidup yang disukai. Misalnya saja, gaya hidup yang ditawarkan melalui iklan

akan menjadi lebih beraneka ragam dan cenderung mengambang bebas dan pada

akhirnya akan bersifat netral yang mudah ditiru dan dipakai sesuka hati oleh setiap

orang. Adlin (Ibrahim, 1997) berpendapat bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan gaya hidup yaitu adanya penilaian terhadap suatu

produk yang ditentukan oleh pola pikir dan nilai-nilai yang berkembang dan berlaku

dalam masyarakat, dimana hal ini dapat menular dari masyarakat satu ke masyarakat

lainnya melalui media komunikasi. Selain itu inovasi desain juga turut menjadi

faktor yang mempengaruhi perkembangan gaya hidup, adanya suatu penawaran

produk terbaru secara tidak langsung akan menggantikan produk sebelumnya, yang

kemudian menjadi sasaran utama bagi para konsumen seperti handphone, komputer

dan sebagainya. Penelitian ini memiliki kelemahan dalam hal penentuan kriteria

subjek. Peneliti kurang memberikan definisi yang spesifik tentang subjek penelitian

sehingga mempengaruhi pengambilan subjek yang mungkin tidak tepat, misalnya

pada saat penyebaran skala penelitian.

Page 29: Penelitian hedonisme

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi

antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis adalah sebesar r = -0.150 dan p =

0.068 (p>0.05). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri

dengan gaya hidup hedonis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Bagi subjek penelitian

Lingkungan merupakan faktor pengalaman yang sangat berperan penting dalam

pembentukan konsep diri bagi remaja, oleh karena itu diharapkan agar remaja dapat

lebih bersikap hati-hati dalam memilih dan berinteraksi dengan lingkungan sosial

sehingga konsep diri yang terbentuk akan lebih bersifat positif. Dengan konsep diri

yang positif diharapkan remaja dapat memanifestasikannya ke dalam bentuk gaya

hidup yang lebih baik seperti gaya hidup sehat, dan tidak terjerumus pada gaya

hidup hedonis yang cenderung negatif.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan persoalan yang sama.

Disarankan untuk melengkapi dengan data wawancara dan observasi dengan

pendekatan kualitatif, yang diharapkan lebih menggali faktor-faktor apa saja yang

Page 30: Penelitian hedonisme

melatarbelakangi seseorang berkecenderungan gaya hidup hedonis. Selain itu, perlu

kiranya memperhatikan konsep tentang gaya hidup hedonis secara spesifik sehingga

dapat memberikan batasan usia yang jelas bagi subjek yang akan digunakan dalam

penelitian.

Page 31: Penelitian hedonisme

DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. 2004. Psikologi Terapan: Mengupas Dinamika Kehidupan Umat Islam.

(Cetakan Pertama). Yogyakarta: Darussalam Offset. Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Cetakan

Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berzonsky, D. M. (1981). Adolescent Development. Macmillan Publishing Co. New

York. Chaney, D. 1996, Life Styles (terjemahan). Sebuah Pengantar Komprehensif.

Yogyakarta: Jalasutra. Dadang, S. 1995. Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi Perkembangan. Bandung:

Penerbit Mandar Maju. Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia. Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosda

Karya. Engel, J.F., Black, R.D., Miniard, P.W.,1994. Prilaku Konsumen. Edisi enam. Jilid I.

Terjemahan Alih Bahasa Oleh Fx. Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence, Adolescence. London: Scoot, Foresman/Little,

Brown Higher Education. Gunarsa, SD dan Gunarsa,Y.S. 2003. Psikologi Remaja (Cetakan kelima belas).

Jakarta: BPK Gunung Mulia. Harjanti, M. 2001. Hubungan Antara Motif Berafiliasi Dengan Kecenderungan Gaya

Hidup Hedonis Pada Remaja. Yogyakarta. Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Helmi, A. dan Ramdhani. (1992). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan

Kemampuan Bergaul Pada Remaja. (Laporan Penelitian). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Page 32: Penelitian hedonisme

___________, 1996. Perkembangan Anak. Jilid 2. Terjemahan Meitasari Tjandrasa.

Jakarta: Erlangga. Ibrahim, S.I., 1997. Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop Dalam Masyarakat

Komoditas Indonesia. Bandung: Mizan. Kotler, P. 1991. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Moeliono, M.A, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Monks, F.J. Knoers, A.M.P. dan Haditono, S.R. 2003. Psikologi Perkembangan

Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mowen, J.C & Minor, M. 2002. Perilaku konsumen. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga. Muhyidin, M. 2004. Remaja Puber: di Tengah Arus Hedonis. Bandung: Mujahid

Press. Nashori, F. 1998. Hubungan Antara Orientasi Nilai Hidup dan Sikap Konsumtif

Remaja. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia.

_________, 2000. Hubungan Antara Kematangan Beragama, Konsep Diri, dan Jenis

Kelamin dengan Kompetensi Interpersonal. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Priamsari, Dewi. (1999). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Minat Membeli

Pakaian Bermerk Pada Remaja Golongan Atas. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Ridho, P. 2004. Swalayan Meningkat 31,4 Persen Dalam Dua Tahun.

http://www.tempointeraktif.com/ Rumini, S. dan Sundari, S. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit

PT.Rineka Cipta. Shapiro. E. L. 1990. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. Sumartono, 2002. Terperangkap Dalam Iklan”Meneropong Imbas Pesan Iklan

Televisi”. Bandung : Penerbit Alfabeta. Suryabrata, S. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Page 33: Penelitian hedonisme

Suryo, A. F. 1999. Perbedaan Tingkat Konformitas Ditinjau Dari Gaya Hidup Pada Remaja. Journal Psikologika Nomor 17 Tahun III.

Susanto, A.B. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Kompas. Swastha, B & Handoko, H.T. 1987. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku

Konsumen. Yogyakarta : Liberty. Thalib, SB. (1996) Kematangan Karir Ditinjau Dari Konsep Diri Dan Prestasi

Belajar Siswa Kelas III SMU Negeri di Kabupaten Bulukumba. Tesis. (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.