penentuan status gizi lansia.docx

8
Penentuan Status Gizi Lansia Keadaan status gizi mempengaruhi penampilan, pertumbuha, perkembangan, kondisi kesehatan dan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Dalam memnentukan status gizi pada lansia sebaiknnya dengan menggunakan lebih dari satu parameter, agar hasil yang didapatkan lebih mendekati atau lebih akurat. 1.Survei asupan makanan Survei konsumsi dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kebiasaan makan, jenis makanan, dan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Survei konsumsi dilakukan untuk mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada terjadinya masalah. Untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dialakukan untuk mengetahui pola makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah asupan makanan per hari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode 24-h food recall, food record untuk metode jangka pendek sementara food frequency questionnaire, sedangkan metode kulitatif dilakukan dengan menanyakan frekuensi makan dan riwayat makanan. 1 Dalam pengkajian asupan makanan, ada empat tingkat kegiatan, yaitu: a. Pengukuran asupan makanan b. Pengukuran asupan zat gizi c. Pehitungan absorbsi zat gizi d. Membandingkan antara asupan zat gizi dan kebutuhannya

Upload: rahma-hardianti

Post on 18-Dec-2015

280 views

Category:

Documents


47 download

TRANSCRIPT

Penentuan Status Gizi Lansia

Keadaan status gizi mempengaruhi penampilan, pertumbuha, perkembangan, kondisi kesehatan dan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Dalam memnentukan status gizi pada lansia sebaiknnya dengan menggunakan lebih dari satu parameter, agar hasil yang didapatkan lebih mendekati atau lebih akurat.1. Survei asupan makananSurvei konsumsi dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kebiasaan makan, jenis makanan, dan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Survei konsumsi dilakukan untuk mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada terjadinya masalah. Untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dialakukan untuk mengetahui pola makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah asupan makanan per hari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode 24-h food recall, food record untuk metode jangka pendek sementara food frequency questionnaire, sedangkan metode kulitatif dilakukan dengan menanyakan frekuensi makan dan riwayat makanan. 1Dalam pengkajian asupan makanan, ada empat tingkat kegiatan, yaitu:a. Pengukuran asupan makananb. Pengukuran asupan zat gizic. Pehitungan absorbsi zat gizid. Membandingkan antara asupan zat gizi dan kebutuhannya Dalam survei makanan terhadap lansia diperlukan konfirmasi, karena hal ini sesungguhnya kurang tepat dilakukan karena tidak satu pun pengkajian menghasilkan estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada lansia karena terjadi defisit memori atau gangguan kognitif lainnya. Sehingga, diperlukan wawancara lebih lanjuta untuk mengkonfirmasi kebenaran dari data yang didapatkan kepada orang atau keluarga terdekat yang merawat lansia tersebut.2

2. Penilaian Antropometria. Tinggi BadanTinggi badan menurun dengan kecepatan 0,003 cm per tahun sampai usia 45 tahun, dan 0,28 cm per tahun setelah itu. Pemendekan ini diduga akibat penipisan lempeng tulang belakang, di samping pengurangan masa tulang. Susutan ini ditaksir sebanyak 12 % (lelaki) dan 25 % (wanita), yang kemudian tampak sebagai osteoporosis dan kifosis.1 Menghitung tinggi lutut Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan seseorang dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan penderita gangguan tulang belakang (seperti osteoporosis atau kifosis) atau seseorang yang tidak dapat berdiri.3 Menghitung tinggi lutut menggunakan rumus Chumlea:TB pria = 64,19 (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dalam cm)TB wanita = 84,88 (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)Cara menghitung tinggi lutut1 Untuk orang sehat (dapat duduk)1. Orang yang diukur duduk di kursi2. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan muka menghadap ke depan).3. Lutut kedua kaki (yang diukur) membentuk sudut siku (90)4. Telapak kaki kiri (yang diukur) juga membentuk sudut siku (90)5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama7. Catat angka hasil pengukur Untuk orang sakit (tidak dapat duduk)1. Pasien tidur telentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur rata/horizontal)2. Tempat alat penyangga di antara lipatan pada paha dan betis kaki kiri membentuk sudut siku (90)3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi4. Telap kaki kiri pasien membentuk susut siku (90)5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian timit dan lutut6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama7. Catat angka hasil pengukur

b. Berat BadanBerat badan sebaiknya ditimbang setiap minggu bagi lansia yang dirawat di rumah sakit, atau diasuh di panti wreda: dan cukup 2-3 bulan sekali bagi meraka yang masih sanggup, melakukan kegiatan fisik. Berat badan ideal lansia sulit ditentukan karena acuan berat mereka yang seusia sulit diperoleh. Oleh karena itu, perubahan berat badan dijadikan indikator yang peka dalam penentuan risiko gizi. Penyusutan berat badan 10% atau lebih, terutama jika berlangsung kurang dari tiga bulan, menandakan malnutrisi telah terjadi.1Menggunakan rumus Brocca1Cara ini digunakan untuk menggukur berat badan ideal dengan menggunakan rumus: BB ideal = (TB-100) 10%(TB-100)Batas ambang yang diperbolehkan adalah +10%. Bila >10% sudah kegemukan dan bila +20% terjadi obesitas.1c. IMTBerbagai cara pengukuran antropomentri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang palig sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Brocca. Cara lain yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi lansia, yaitu dengan mengukur tinggi lutut (knee high).1 Cara pengukuran antropometri lansia antara lain:Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)IMT =

Kategori Ambang Batas Indeks Massa TubuhMenurut Depkes Ri Tahun 2003Kategori Laki-laki Perempuan

Kurus < 17 kg/m2 < 18 kg/m2

Normal 17 23 kg/m2 18 - 25 kg/m2

Kegemukan 23 27 kg/m2 25 - 27 kg/m2

Obesitas > 27 kg/m2 > 27 kg/m2

Sumber: KMS untuk Lansia

d. Tebal lipatan KulitPengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu cara menentukan presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui kadar lemak dalam tubuh. Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada jaringan subkutan, massa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrsi, berat badan normal atau obesitas. 4

e. Lingkar lengan atasLingkar lengan atas merupakan pengkajian umum yang digunakan untuk menilai status nutrisi. Pengukuran LLA dilakukan dengan menggunakan sentimeter kain (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan. Menurut Depkes RI (1994), nilai normal lingkar lengan atas pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.4Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut :1) LLA < 21 = buruk2) LLA 21 sampai 22 = sedang3) LLA > 22 = baik/normal

3. Pemeriksaan BiokimiawiPemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis penyakit serta untuk menentukan intervensi gizi, pemeriksaan laboratorium antara lain:a. Darah : Hb, kolestrol total, HDL, LDL, albumin, transferin, gula darah, urrum, creatinin,asam urat, dan trigliserida serta kadar vitamin dan mineralb. Urine : Glukosa/kadar gula, dan lemakc. Feses : Fungsi pencernaan, serat dan lemakDalam pengkajian gizi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia bersama dengan hasil pemeriksaan antropometrik akan membantu memberi gambaran tentang status gizi dan respon imunologi seseorang.1

4. Pemeriksaan KlinisPemeriksaan klinis secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Riwayat medis yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit individu. Sedangkan pemeriksaan fisik yaitu melihat dan mengamati gejala dan tanda gangguan gizi. Data seperti berat dan tinggi badan, tanda- tanda vital, kondisi lidah, bibir, gusi, turgor kulit, kelembaban kulit, warna kulit, kondisi rambut dan penampilan secara keseluruhan dapat menunjukkan tanda-tanda klinis seseorang tentang status gizinya.2Tanda-tanda klinis malnutrisi atau ketidakseimabangan gizi tidak spesifik karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, pemeriksaan biokimia, dan survei asupan makanan sehingga keseimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik. Cara ini relatif murah dan tidak memerlukan peralatan canggih namun hasilnya sangat subjektif dan memerlukan tenaga terlatih. Oleh karena itu, pemeriksaan ini jarang dilakukan untuk menilai status gizi pada lansia keculai dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih.2

Daftar pustaka1. Andriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta; Kencana.2. Oktariyani. 2012. Gambaran Status Gizi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulya 01 Dan 03 Jakarta Timur. Universitas Indonesia.3. Murbawani E.A, Puruhita N, Yudomurti. Tinggi Badan yang Diukur dan Berdasarkan Tinggi Lutut Menggunakan Rumus Chumlea pada Lansia. M Med Indonesia. Volume 46, Nomor 1, Tahun 2012. 4. Nurachamah,E. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Sagung Seto: Jakarta.