penerapan konsep estetika bait suci pada strategi

12
SENTHONG, Vol. 2, No.1, Januari 2019 ______________________________________________________________________65 PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI PERANCANGAN WISMA RETRET KRISTIANI SEBAGAI DESTINASI WISATA RELIGI DI KARANGANYAR Lisa Ariyani Darmawan, Made Suastika, Sri Yuliani Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Perancangan wisma retret Kristiani sebagai destinasi wisata religi, dengan pendekatan estetika Bait Suci di Karanganyar, didasari oleh peningkatan jumlah umat Kristen di Solo dan sekitarnya, yang berbanding lurus dengan kebutuhan akan fasilitas retret. Tujuan penelitian adalah untuk menguraikan penerapan konsep estetika Bait Suci pada strategi perancangan wisma retret Kristiani, sebagai destinasi wisata religi di Karanganyar. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif kualitatif, melalui analisis konten literatur teori yang terkait, melalui survey observasi pada obyek dan lokasi. Pengamatan obyek dan lokasi, yaitu menggambarkan fenomena peningkatan jumlah umat Kristiani di Solo raya yang berbanding lurus dengan kebutuhan wisma retret, kemudian diolah menggunakan pendekatan estetika Bait Suci, dan disimpulkan menjadi suatu pedoman perancangan. Hasil penelitian konsep estetika Bait Suci pada strategi perancangan wisma retret Kristiani, sebagai destinasi wisata religi di Karanganyar, diterapkan pada program penzoningan dan tata letak masa, konfigurasi bentuk bangunan, serta pengolahan suasana ruang interior dan eksterior. Kata kunci: estetika bait suci, wisata religi, retret kristiani, karanganyar PENDAHULUAN Strategi perancangan wisma retret Kristiani sebagai destinasi wisata religi, dengan pendekatan estetika Bait Suci di Karanganyar, merupakan sebuah konsep perencanaan dan perancangan sebuah bangunan berciri Kristen, yang berfungsi sebagai sarana tempat melatih diri secara rohani, dengan cara mengundurkan diri atau menjauh dari dunia ramai untuk mencari ketenangan batin. Bangunan wisma retret Kristiani juga difungsikan sebagai tempat untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata dalam hal agama atau kepercayaan dalam jangka waktu sementara. Obyek wisma retret Kristiani akan didesain menggunakan konsep pendekatan estetika Bait Suci. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola yang mempersatukan bagian-bagian yang mengandung keselarasan dari unsur- unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan (Effendy, 1993), sedangkan Bait Suci adalah suatu tempat ibadah pusat yang terletak di Utara Kota Yerusalem pada tahun 535 sebelum masehi, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi seluruh umat itu (Kristen), dan menjadi lambang dari kesatuan mereka dalam ibadah kepada Allah mereka (Douglas, 2011). Konsep pendekatan estetika Bait Suci berarti mengambil prinsip-prinsip estetika pada Bait Suci (tempat ibadah pusat umat Kristen pada masa lampau), yang sesuai dengan prinsip-prinsip estetika arsitektur, lalu dijadikan dasar dalam merancang obyek. Penerapan estetika Bait Suci bertujuan untuk membawa kesan sakral dari Bait Suci yang merupakan pusat ibadah umat Kristen pada masa lampau, ke wisma retret Kristiani pada masa kini yang lebih modern, sehingga dapat merasakan prinsip-prinsip keindahan Bait Suci kembali.

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

______________________________________________________________________65

PENERAPANKONSEPESTETIKABAITSUCIPADASTRATEGIPERANCANGAN

WISMARETRETKRISTIANISEBAGAIDESTINASIWISATARELIGIDIKARANGANYAR

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYulianiProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta

[email protected]

Abstrak

PerancanganwismaretretKristianisebagaidestinasiwisatareligi,denganpendekatanestetikaBaitSucidiKaranganyar,didasariolehpeningkatanjumlahumatKristendiSolodansekitarnya,yangberbandinglurusdengankebutuhanakanfasilitasretret.Tujuanpenelitianadalahuntukmenguraikanpenerapankonsepestetika Bait Suci pada strategi perancangan wisma retret Kristiani, sebagai destinasi wisata religi diKaranganyar.Metodepenelitianyangdigunakanialahmetodepenelitiandeskriptifkualitatif,melaluianalisiskonten literatur teori yang terkait,melalui survey observasi pada obyek dan lokasi. Pengamatan obyek danlokasi,yaitumenggambarkanfenomenapeningkatanjumlahumatKristianidiSolorayayangberbandinglurusdengan kebutuhan wisma retret, kemudian diolah menggunakan pendekatan estetika Bait Suci, dandisimpulkanmenjadi suatu pedoman perancangan. Hasil penelitian konsep estetika Bait Suci pada strategiperancanganwismaretretKristiani,sebagaidestinasiwisatareligidiKaranganyar,diterapkanpadaprogrampenzoningandantataletakmasa,konfigurasibentukbangunan,sertapengolahansuasanaruanginteriordaneksterior.

Katakunci:estetikabaitsuci,wisatareligi,retretkristiani,karanganyar

PENDAHULUAN

Strategi perancangan wisma retret Kristiani sebagai destinasi wisata religi, denganpendekatan estetika Bait Suci di Karanganyar, merupakan sebuah konsep perencanaan danperancangan sebuah bangunan berciri Kristen, yang berfungsi sebagai sarana tempatmelatih dirisecara rohani, dengan cara mengundurkan diri atau menjauh dari dunia ramai untuk mencariketenanganbatin.BangunanwismaretretKristianijugadifungsikansebagaitempatuntukrekreasi,pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata dalam hal agama atau kepercayaandalam jangkawaktu sementara.Obyekwisma retret Kristiani akan didesainmenggunakan konseppendekatanestetikaBaitSuci.Estetikadapatdidefinisikansebagaisusunanbagiandarisesuatuyangmengandung pola yangmempersatukan bagian-bagian yangmengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan (Effendy, 1993), sedangkan Bait Suci adalah suatutempat ibadahpusatyangterletakdiUtaraKotaYerusalempadatahun535sebelummasehi,yangberfungsi sebagai tempat berkumpul bagi seluruh umat itu (Kristen), dan menjadi lambang darikesatuanmerekadalamibadahkepadaAllahmereka(Douglas,2011). KonseppendekatanestetikaBait Suci berarti mengambil prinsip-prinsip estetika pada Bait Suci (tempat ibadah pusat umatKristen pada masa lampau), yang sesuai dengan prinsip-prinsip estetika arsitektur, lalu dijadikandasardalammerancangobyek.PenerapanestetikaBaitSucibertujuanuntukmembawakesansakraldari Bait Suci yang merupakan pusat ibadah umat Kristen pada masa lampau, ke wisma retretKristiani padamasa kini yang lebihmodern, sehingga dapat merasakan prinsip-prinsip keindahanBaitSucikembali.

Page 2: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

66

Melihat fenomena pertumbuhan penduduk di Solo raya yang semakin lama semakin

meningkat, terutamapendudukyangberagamaKristen,BadanPusatStatistik (BPS)mencatathasilsensus pertambahan jumlah penganut agama Kristen menurut kota/kabupaten di Provinsi JawaTengah sebagai berikut: (a) Solo sebanyak9.872 jiwa, (b)Boyolali sebanyak2.787 jiwa, (c) Sragensebanyak645 jiwa, (d)Klaten sebanyak20.013 jiwa,dan (e) Sukoharjo sebanyak10.626 jiwa.Daritotal jumlah secara keseluruhan dari tahun 2010 ke tahun 2015, umat Kristen di Solo rayamengalami peningkatan sebanyak 43.943 jiwa. Jumlah kenaikan tersebut sudah cukup signifikandalamjangkawaktu5tahunsaja,dengankatalain,umatKristenbertambahsebanyakkuranglebih8.788 jiwa/tahun.PertambahanumatKristendiSolorayaberpengaruhpadafasilitasKristianiyangtersedia,sehinggamemerlukanpenambahanatauperluasanagardapatmenampungseluruhumatKristendiSoloraya.SalahsatufasilitasbagiumatKristenyangmemerlukanpenambahanataupunperluasan yakni tempat untuk retret. Kegiatan retret merupakan agenda tahunan yang diadakanoleh organisasi gereja, sekolah, universitas,maupun perusahaan. Tidak ada jadwal yangmengikatkapanharusdiadakanretret,namunmenyesuaikankebutuhanmasing-masingorganisasi.Beberapaorganisasibahkanmengadakanretretbeberapakalidalamsetahun,dengantemadantujuanyangberbeda-beda.

SaatinisudahterdapatbeberapawismaretretdiKaranganyar,yaitu:WismaInri,El-Bethel,BukitHermon,RiverHill,SantaMaria.Namunwisma-wismaretret tersebut tidakdapatmewadahiseluruh kegiatan retret seperti beribadah, pemahaman Alkitab berkelompok, sharing pribadi,permberian materi oleh pembicara, outbond, baptis, beristirahat, makan, mandi, dan lain-lain.Wisma-wisma retret tersebut hanyamenyediakan penginapan, dapur, ruangmakan, aula sebagairuang serbaguna, dan pelataran yang digunakan sebagai area outbond. Oleh karena hal-hal yangtelah disebutkan,maka dibutuhkan sebuah tempat retret yang dapatmewadahi berbagaimacamkebutuhanretretumatKristen.

Lokasi terpilih terletak di lereng Gunung Lawu, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan,Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi Karanganyar dipilih karenamemenuhi kriteria yangdibutuhkan oleh suatu tempat retret, yakni kondisi lingkungan yang tenang karena jauh darikeramaian, udara yang masih bersih dan sejuk, serta memiliki view yang indah, sehinggamenciptakansuasanayangmendukunguntukmencapai rasaspiritualitasdenganmudahbagiparapengunjung.KecamatanKarangpandan jugamemiliki keunggulan lain, yaitubanyak tempatwisatayangsampaisekarangtotalberjumlah19buah,yangterbagiatas8wisataalam,2wisatatradisi,1wisata ziarah,3wisatakuliner,1wisatabelanja,1wisata ritual, 1wisata situspeninggalan,dan2taman wisata. Fasilitas lain yang juga sudah tersedia di Kecamatan Tawangmangu yaitu lembagakeuangan(BRI,BPRTawangamanguJaya,PD.BPRBKK,31unitkoperasi),pasarTawangmangu,subterminal bus antar kota, terminal angkudes, puskesmas, sarana olahraga (lapangan sepak bola,gedung bulu tangkis), serta 32 hotel/losmen, dan 75 rumah makan. (Badan Pemerintah Daerah(BAPPEDA)KabupatenKaranganyar(“KecamatanTawangmangu,”2010))

2.METODEPENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam strategi perancanganWisma Retret Kristiani diKaranganyar ialah penelitian deskriptif kualitatif, yang menggambarkan fenomena peningkatanjumlahumatKristianidiSolorayayangberbandinglurusdengankebutuhanwismaretret,kemudiandiolah menggunakan pendekatan estetetika Bait Suci, dan disimpulkan menjadi suatu pedomanperancangan.MetodeperencanaanyangdigunakandalammenyusunkonsepWismaRetretKristianidiKaranganyardibagikedalambeberapatahapan,yaitu:(1)Kontruksigagasan,yaknimenentukanide perancangan dari proses analisis fenomena peningkatan jumlah umat Kristiani di Solo raya,sehingga jumlahkebutuhanakanwismaretret jugameningkat,sedangkanwismaretretyangtelahadadiKaranganyartidakdapatmewadahikegiatanretretpengunjungdiSoloraya.(2)Pengumpulan

Page 3: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

67

data terkait obyek perencanaan. Pengumpulan data dilakukanmelalui eksplorasi literaturmelaluibuku-buku ataupun dokumen-dokumenmengenai teori prinsip-prinsip estetika, dan Bait Suci. (3)Analisis data berupa hubungan antara karakteristik fasilitas bangunan dengan pengguna,karakteristiksite denganalur sirkulasi.Hubungan tersebut saling terkaitdan salingmempengaruhiuntukmemperolehperancanganyangsesuaidenganstandarwismaretret,sehinggaharusdilakukanproses analisis dari data-data yang telah dimiliki secara keseluruhan. (4) Hasil dari proses analisisdata dirumuskan ke dalam sebuah konsep perencanaan. Perumusan konsep perencanaan berisikonseppenerapanmetodependekatan, yangmemungkinkanuntukdipakaididalamperencanaanestetikaBaitSuci,padawisatareligiwismaretretKristianidiKaranganyar.

Metode desain yang diterapkan dalam obyek rancangan Wisma Retret Kristiani diKaranganyar,diambildariprinsip-prinsipdesainyangdikemukakanolehH.K Ishar (1992 :110-121)sebagaiberikut:(1) Keseimbangan (balance) berfungsimenampilkan nilai-nilai keserasian dan keselarasan. Prinsip

inijugaseringdisebutprinsipharmoni.Ada3prinsipkeseimbangan,yaknikeseimbanganformal(simetris),informal(asimetris),danradial(memusat).

(2) Urut-urutan(sequence) adalahsuatuperalihanatauperubahanpengalamandalampengamatanterhadapkomposisi.Urut-urutanyangbaikyakniperalihanatauperpindahanmengalirdenganbaik,tanpakejutanyangtakterduga,tanpaperubahanyangmendadak.

(3) Skala (scale) berartimerujuk kepadaperbandinganukuran. Skala yangdigunakan ada2, yakniskalamonumentaldanskalamanusia.

(4) Pengulangan (rythme)merupakanperistiwamunculnya suatubentuk secaraberkali-kali dalamsuatumassa.

(5) Penekanan (point of interest) berguna sebagai pusat perhatian. Point of interest biasanyadiperolehdengan caramembuatperbedaanukuran,warna, tekstur, bentuk, posisi, atauarah.Prinsippenekananadalahmenampilkanpusatperhatiandariseluruhkesatuankarya.

(6) Kesatuan (unity) adalah prinsip utama yang harus diterapkan dalam berkarya, untuk itu perludipikirkankeutuhandankesatuanantarasemuaunsurdalamdesainarsitektur,sepertikesatuanruangdanpenggunaanwarna,kesatuanbentukbangunandenganlingkungan,kesatuanbentukdanfungsisesuaiidedasar,danlain-lain.

BeberapaprinsipestetikadiataskemudiandigunakansebagaialatuntukmenganalisisBaitSuci, sehingga ditemukan konsep estetika pada Bait Suci. Berikut ilustrasi dari bangunanBait Suci(lihatgambar1).

Gambar1.IlustrasiBaitSuci

Page 4: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

68

KriteriaBaitSuciyaitumemilikidenahpersegipanjang,denganfasadkeseluruhanberbentuk

geometripersegidanpersegipanjang.DenahruangBaitSuciterbagimenjadi3bagianutamadan2bagian tambahan seperti berikut: 3 bagian utama tersebut terdiri dari (1) balai untuk ruangpenerimaan tamu, (2) ruang besar/ruang kudus untuk mezbah persembahan dan hanya bolehdimasukiolehimamdiupacarakeagamaan,(3)ruangbelakang/ruangmahakudusyangtidakbolehdimasukiolehsiapapunsebagai lambangkehadiranTuhan,serta2bagiantambahanterdiridari(4)pelataran/halamandalamyangterdapatmezbahbakarandanbejanapembasuhanuntukumatyangakanberibadah,serta(5)kamartambahanyangdigunakanuntukpenyimpananbarangdantempatmenginap para imam yang bertugasmemimpin ibadah.Untuk lebih jelas dapat dilihat denah danpotonganpadagambar2,3,dan4.(Douglas,2011)

Gambar2.DenahBaitSuci

Gambar4.PotonganA-A’BaitSuci

Gambar3.PotonganB-B’BaitSuci

Page 5: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

69

Berikut data beberapa prinsip-prinsip estetika yang ditemukan pada Bait Suci, yang

kemudiandigunakansebagaiacuanmendesainobyekrancangan.

Tabel1.Prinsip-prinsipestetika,temuanpadaBaitSuci,danpenerapannya

PRINSIP-PRINSIPESTETIKA

TEMUANKONSEPESTETIKAPADABAITSUCI

PENERAPANPADAOBYEKRANCANGAN

Keseimbangan(Balance)

Terdapat unsur keseimbangan simetris padabangunan Bait Suci, ditunjukkan denganbentuk dan ukuran yang sama antara bagiankiri dan kanan, serta sumbu simetri terletakpasditengah-tengahbangunan.

Penerapan unsur keseimbangansimetris pada tiap denahbangunan, dan keseimbanganasimetrispadapenataanmasa.

Urut-urutan(Sequence)

Urut-urutan pada Bait Suci dimulai daripelataran pada bagian luar, dan bagianterpenting ruang maha kudus pada bagianterdalam.

Urut-urutan diterapkan dari zonapublikmengarahdanberpusatkezonapalingprivat.

Skala(Scale)

Skala yang dipakai pada Bait Suci ialah skalamonumental, sehingga manusia terlihat kecildan dapat merasakan keagungan Tuhan saatberadadidalamBaitSuci.

Skala monumental diterapkanpada bangunan gereja yangmenjadibangunanpalingsakral.

Irama/RitmedanPengulangan(Rythme)

Irama dan pengulangan pada Bait Suciterbentuk dari pengulangan bentuk pola-polabukaan, penataan letak, dan jaraknya. Sertapada bentuk bangunan yang tersusun atasbentukpersegisaja.

Penerapan bentuk - bentukgeometri pada bentuk dan fasadbangunan.

PenekanandanAksentuasi(Pointofinterest)

PadaBaitSuciterlihatjelaspenekananterletakpadabagiandepanbangunan,denganukuranyanglebihtinggidibandinglainnya,sertasertaukuranpintumasukyangcukupbesar.

Penerapan aksentuasi pada poinpenting diwisma retret ini, yaknipada bangunan gereja sebagaitempatpusatuntukberibadah.

Kesatuan(Unity)

Dalam hal ini, Bait Suci memiliki satu temapada bangunan, yakni bercorak arsitekturYunani, yang menjadikan keterpaduan yangserasi.

Penerapan kesatuan tema padawisma retret ini berupa kesatuantemaarsitekturmodern.

Daritabeldiatas,kesimpulanmetodedesainestetikapadaBaitSuciyangditerapkandalam

rancanganWismaRetretKristianidiKaranganyarialah:(1)Keseimbangan(balance),(2)Urut-urutan(sequence), (3) Skala (scale), (4) Irama/ritme dan pengulangan (rythme), (5) Penekanan danaksentuasi (point of interest), dan (6) Kesatuan (unity) yang akan dijabarkan dalam bab hasil danpembahasan.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Berdasarkan kajian pustaka serta proses eksplorasi estetika pada Bait Suci, makadihasilkanlah beberapa jawaban penerapan desain estetika Bait Suci pada wisma retret Kristiani.HasildanpembahasandaripenerapandesainestetikaBaitSucipadawismaretretKristianiinidibagimenjadi 6 kriteria utama, yakni keseimbangan (balance), urut-urutan (sequence), skala (scale),

Page 6: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

70

pengulangan (rythme),penekanan (point in interest),dankesatuan (unity)yangdijabarkansebagaiberikut:(H.KIshar(1992:110-121))(1) Keseimbangan(balance).KeseimbanganyangditerapkanpadaobyekwismaretretKristianiyaitu

keseimbangan formal dan informal. Keseimbangan formal diimplementasikan dalam garisimajinerdari Selatan keUtara (darientrance kebangunangereja) yang seakan-akanmembagisitemenjadiduabagiansimetris.Sedangkankeseimbangan informaldiimplementasikandalampenataanmasabangunanyangtidaksamapersisantarabagiankiridengankanan,namuntetapmemberikankesanyangharmonis.Penyusunansecaraasimetrisdapatmemberikankesanyangdinamisdantenang.Untukketeranganlebihjelaslihatgambar3.

Gambar3.Garisimajinerdanpenataanmassabangunanpadasite

(2) Urut-urutan (sequence). Dasar pertimbangan zona pada strategi Perancangan wisma retretKristianimengacupadapembagianzonaBaitSuci.PadaBaitSuci,ada3urutanzonautamayaknibalai/pelataran, ruang besar/ruang kudus, ruang belakang/tempat maha kudus, dan 2 zonatambahanyaknizonahalamandankamartambahanuntukmenyimpankeperluanibadah.Olehkarena itu,urutanyangdiimplementasikanpadasite jugadibagikedalam3zonautamadan2zona tambahan,bermuladarimainentrance yaknidari zonapublik, lalu zonasemiprivat,danyangpalingsakralyaknizonaprivat,sertazonatambahanyaknizonaservisdanhalaman.Terkaitdenganpembahasanpembagianzona,lihatgambar4.

Garisimajiner

Sisikiri

Sisikanan

Gereja

Entrance

Page 7: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

71

Gambar4.Zoningpadasite

(3) Skala(scale).Skalamonumentalsalahsatunyadiimplementasikanpadabangunanpalingpenting

untuk mendukung kegiatan retret, yakni gereja, supaya memberikan kesan sakral danmenimbulkan rasa kecil saatmenghadap ke Tuhan yangmahabesaruntukberibadah.Berikutilustrasiperbandinganskalagerejadenganskalamanusiapadagambar5.

Gambar5.Perbandinganskalamanusiadenganbangunangereja

Skalamanusia

Skalagereja

Page 8: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

72

Selain itu, pada gerbang entrance, patung airmancur, dan aling-aling juga diimplementasikanskalamonumental.Untukskalabangunanyanglainsepertibangunanpenerima,wisma,cottage,danrestomenggunakanskalamanusia.Berikut ilustrasiperbandinganskalapatungairmancurdanaling-alingdenganskalamanusiapadagambar6.

Gambar6.Perbandinganskalamanusiadenganaling-alingdanpatungairmancur

(4) Pengulangan (rythme). Ritme/irama diterapkan pada bentuk-bentuk bangunan (eksterior dan

interior) yang memiliki bentuk dasar persegi dan bukaan seperti pintu, jendela, dan ventilasiyangmemiliki bentuk pengulanganpersegi denganbermacamukuran. Pada bangunanwisma,terlihatpengimplementasianpengulanganbentukgeometripersegipadabentukbangunandanjendela.Untukketeranganlebihjelaslihatgambar7.

Gambar7.Pengulanganbentukpersegipadabangunanwisma

Padabangunanperpustakaandanmuseum,pengimplementasianpengulanganbentukgeometripersegi terlihat pada jendela kaca dan pintumasuk. . Untuk keterangan lebih jelas lihat padagambar8.

Gambar8.Pengulanganbentukpersegipadabangunanperpustakaandanmuseum

Aling-aling

Patungairmancur

Bentukjendela Bentukjendela Bentukbangunan

Bentukjendela

Bentukpintu

Skalamanusia

Page 9: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

73

Pada bangunan gereja, pengimplementasian pengulangan bentuk geometri persegi terlihat dibeberapa bagian, seperti pada salib di depan bangunan yang diberi frame persegi panjangberulang, lalupadabukaan jendeladanpintu,sertapadaventilasiyangberbentukpersegidantersusun secara acak. Pada interior, desain mimbar gereja juga berbentuk persegi. Untukketeranganlebihjelaslihatgambar9.

Gambar9.Pengulanganbentukpersegipadaeksteriordaninteriorgereja

Pada bangunan resto, pengimplementasian pengulangan bentuk geometri persegi terjadi dihampir seluruhbagian, seperti bentukbangunan,pintudan jendela,danbukaan-bukaanpadadinding..Untukketeranganlebihjelaslihatgambar10.

Gambar10.Pengulanganbentukpersegipadabangunanresto

Padabangunanwisma,tampakjelaspengimplementasianpengulanganbentukgeometripersegipadajendelakamar.Untukketeranganlebihjelaslihatgambar11.

Gambar11.Pengulanganbentukgeometripersegipadabangunanwisma

jendela

ventilasi

SalibdenganPengulanganframepersegi

Pengulanganpadakacajendeladanpintu

Pengulanganpadabukaan

Page 10: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

74

(5) Penekanan (point of interest). Pada area wisma retret Kristiani, penekanan pada bangunangerejadibuatdenganmenampilkanperbedaanukuranyanglebihmenonjoldaribangunanyanglain.Penekanandiimplementasikanpadalambangsalibdidepanbangunangereja,karenagerejamerupakan tempat yang paling pusat dan sakral pada wisma retret Kristiani, sehinggapengunjungyangdatanglangsungdapatmelihatdarigerbangentrance.Penekananberupasalibbesar yang harus dilewati ketika akan menuju gereja untuk beribadah melambangkanpenundukandiridibawahkuasaTuhan.Terkaitdenganpointofinterestberupasalibbesarpadabangunangereja,lihatgambar12.

Gambar12.Pointofinterestberupasalibbesarpadabangunangereja

(6) Kesatuan (unity). Kesatuan (unity) yang diimplementasikan pada obyek wisma retret Kristiani

yaitu kesatuan tema bangunan, yang menggunakan tema arsitekturmodern. Tema arsitekturmoderndapatdilihatpadacontohgambar13,yaknibangunancottagedantokosouveniryangmenggunakan bentuk-bentuk geometri sederhana, tidak kompleks dan tidak mengandungornamen.

Gambar13.Penerapanbentukgeometrisederhanapadabangunancottagedantokosouvenir

Penerapan tema arsitekturmodern juga dapat dilihat juga pada bangunan perpustakaan danmuseum yang menganut nilai nihilism, yaitu penekanan perancangan pada space (ruang),sehingga desain eksteriormenjadi polos, simple, dengan bidang kaca yang lebar seperti padagambar14.

Page 11: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

75

Gambar14.Penerapannilainihilismpadabangunanperpustakaandanmuseumsertabangunanwisma

StrategiperancangandanprosespenerapanpendekatanestetikaBaitSucipadawisatareligiwisma retret Kristiani,menghasilkan sebuah desain kawasan destinasi wisata yang sesuai dengannilai-nilai Kristiani, yang terkandung dalam Bait Suci. Untuk memasuki kawasan wisma retretKristiani, pertama-tama pengunjung akan melewati gerbang masuk dan pos satpam (dari arahTimur),lalulangsungmenujuketempatparkir(motordanmobildisebelahSelatan,busdisebelahUtara).DiareainiterdapatpatungYesusyangberskalamonumentalsebagaipenandabahwawismaretretKristianimerupakansebuahdestinasiwisatareligi.Kemudianparapengunjungdapatlangsungmenuju ke area penerimaan (keterangan lebih jelas lihat gambar 15). Sebelum memasuki arearetret, terdapat beberapa tingkat anak tangga besar di tengah site yang terdapat aling-aling/penghalangsebagaitandamemasukizonayanglebihsakral(keteranganlebihjelaslihatgambar15).Totalterdapattigabuahaling-alingyangterletakdizonahalamanmenujuzonapublik,zonapublikmenujuzonasemiprivat,dandarizonasemiprivatmenujuzonaprivat.

Gambar15.HasilpenerapanmetodependekatanestetikaBaitSucipadawismaretretKristianisebagaidestinasiwisatareligidiKaranganyar

Bidangkacayanglebar

Areapenerimaan

Aling-aling

Parkirbus

Airmancurdenganpatung

Yesus

Bidangkacayanglebardantanpaornamen

Page 12: PENERAPAN KONSEP ESTETIKA BAIT SUCI PADA STRATEGI

LisaAriyaniDarmawan,MadeSuastika,SriYuliani/JurnalSENTHONG2019

76

4.KESIMPULAN

Penerapan prinsip-prinsip estetika Bait Suci pada wisma retret Kristiani di Karanganyarmelalui beberapa pengolahan strategi perancangan berikut: (a) Keseimbangan (balance), denganpenerapanpembagiansiteolehgaris imajiner,yangmemanjangdarientrancekebangunangereja,sehingga berakibat pada peletakan massa bangunan yang balance antara bagian kiri dan kanannamun secara asimetris/tidak sama persis. (b) Urut-urutan (sequence) dengan penerapan padaurutanzonadarientrance,yaknizonapublic,semiprivat,danprivat,dengantambahanzonaservis.(c) Skala (scale) dengan penerapan skala monumental pada gereja, aling-aling, dan gerbangentrance,sertaskalamanusiapadabangunanlainnya.(d)Pengulangan(rythme)denganpenerapanpadabentukbangunanbaikeksteriormaupun interiordanpadabukaanbangunan. (e)Penekanan(pointofinterest)denganpenerapanpadabangunangerejayangdiberisalibbesardidepannya.(f)Kesatuan(unity)denganpenerapanpadatemabangunandenganmenggunakanarsitekturmodern.Hasil temuan di atas dapat diterapkan untuk acuan mendesain obyek wisma retret Kristiani ditempat lain, yang mempunyai kesamaan kriteria lokasi dan alam yang berkontur seperti diKaranganyar. Pengembangan strategi dapat juga dilakukan untuk merancang sebuah wisma yangmengakomodasikegiatankerohanianyanglainsebagaidestinasiwisatareligi.

REFERENSI

BadanPusatStatistik(BPS).(2010&2015).

Douglas, J. D. (Ed.). 2011.Ensiklopedi AlkitabMasa Kini (Jilid I). Jakarta: Yayasan Komunikasi BinaKasih.

Effendy.OnongUchjana.1993.Ilmu,Teori,danFilsafatKomunikasi.Bandung:PT.CitraAdityaBakti.

Ishar,H.K.1992.PedomanUmumMerancangBangunan.Jakarta:GramediaPustakaUtama.

Kecamatan Tawangmangu. (2010). Diambil 12 September 2016, darihttp://www.karanganyarkab.go.id/20101227/kecamatan-tawangmangu/