penerapan pendekatan inkuiri berbasis demontrasi untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas...
DESCRIPTION
Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XiiTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduknya. Seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, dunia pendidikan
diharapkan mampu menciptakan sumberdaya menusia yang berkualitas tinggi.
Dalam dunia pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab
semua pihak.
Untuk itu guru selaku pendidik dan pengajar, harus bisa menjadi contoh
panutan serta suri tauladan bagi peserta didik. Kualitas mutu pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan di dalam
kelas. Peran guru disini sangat besar, sebagai ujung tombak pendidikan, guru
dituntut dapat menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk
menyongsong era globalisasi yang penuh tantangan ini. Oleh sebab itu guru harus
profesional dalam menjalankan tugasnya.
Dalam pembelajaran diperlukan adanya sarana dan prasarana serta peran
serta keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pembelajaran yang dilakukan seorang
guru dikatakan berhasil apabila materi pelajaran yang disampaikan dapat
dipahami, dimengerti, diterima dan dikuasai siswa. Tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat dilihat melalui hasil evaluasi atau tes melalui
perubahan tingkah laku.
1
2
Seorang siswa dikatakan berhasil apabila telah memperoleh nilai sesuai
Standar Ketuntasan Belajar (SKBM) atau lebih. Berdasarkan ketentuan, apabila
tingkat penguasaan siswa mendapat nilai kurang dari 70 perlu diadakan perbaikan,
sehingga siswa diharapkan mendapat nilai 70 atau lebih. Apabila siswa mendapat
nilai 70 atau lebih diberikan pengayaan.
Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas
XII SMA Negeri 2 Pati, ditemukan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.Hal ini diduga karena aktivitas belajar siswa rendah.Hanya sebagian
kecil siswa yang aktif terlibat dalam pembelajaran, selebihnya hanya mencatat dan
diam di tempat duduk tanpa melakukan aktivitas belajar yang mendukung
kegiatan pembelajaran.Selain itu, hasil nilai ulangan harian terakhir hanya 20%
siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kompetensi yang
diujikan.
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal
satu tentang sistem pendidikan nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara".
Sementara itu, menurut Hamalik (2009:171) pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,
3
serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Selanjutnya, ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran
yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam
belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar dapat
mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan
aktivitas belajar fisik, seperti mengerjakan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2)
pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di
masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar
siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar,
guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari
pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang
besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri
(Slameto:2003).
Pembelajaran di kelas tersebut juga belum dapat dikatakan berhasil dan
berkualitas. Menurut Mulyasa (2004:104), dari segi proses, pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan
yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri
(Mulyasa, 2004). Sementara itu, sekolah yang bersangkutan menetapkan bahwa
untuk mata pelajaran fisika pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah
memperolah nilai mencapai KKM untuk kompetensi yang diujikan sebesar 70.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara
lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya,
4
pelatihan dan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara
profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali (Depdiknas:2004). Melalui
penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran
dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan
pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan
secara sistematis (Depdiknas:2004).
Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu
tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan aktivitas belajar
siswa.Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan prestasi belajar
siswa dapat ditingkatkan.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat diberikan untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan prestasi belajar adalah dengan menerapkan model pendekatan
inkuiri berbasis demonstrasi. Salah satu ciri model pendekatan inkuiri berbasis
demonstrasi adalah rangkaian aktivitas belajar pembelajaran, terdapat sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa, tidak mengharapkan siswa hanya sekadar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran, melalui
pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mengolah
data, dan akhirnya menyimpulkan (Sanjaya,2008:214). Model pendekatan inkuiri
berbasis demonstrasi dapat bermanfaat dalam pembelajaran laboratorium karena
berisi aktivitas belajar seperti bekerja sama, mempelajari suatu masalah, membuat
hipotesis, mengurupulkan informasi dan menganalisisnya dalam suatu kegiatan
percobaan (Bilgin, 2009:159). Salah satu keunggulan model pendekatan inkuiri
5
berbasis demonstrasi adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran
siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang mereka lakukan
(Sanjaya,2008:220).
Model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi merupakan metode
pembelajaran yang mengkondisikan siswa belajar untuk belajar, bekerjasama
dalam kelompok untuk menemukan pemecahan suatu permasalahan di dunia
nyata (Kolmos, dkk: 2007). Selain memiliki beberapa keunggulan, terdapat
kelemahan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi antara lain
membutuhkan minat siswa yang tinggi, pemahaman siswa terhadap masalah dan
membutuhkan waktu yang cukup lama (Sanjaya, 2008:221). Melihat keunggulan
model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi, model pendekatan inkuiri
berbasis demonstrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tindakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa.Dalam model
pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi juga terdapat beberapa kelemahan, tetapi
akibat dari kelemahan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi dalam
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa sangat kecil
dibandingkan dengan keunggulan model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi.
Dengan demikian, tindakan yang akan diberikan pada kelas yang akan
ditingkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajarnya adalah penerapan model
pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Demontrasi Untuk
6
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
Apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis demosntrasi dapat
meningkatkan hasil belajar fisik materi Interferensi Cahaya Untuk
siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran
2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
Untuk mengetahui apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis
demosntrasi dapat meningkatkan hasil belajar fisik materi
Interferensi Cahaya Untuk siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati
Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Pembatasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini adalah:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan
prestasi belajar siswa khususnya terhadap mata pelajaran Fisika materi
Interferensi Cahaya.
7
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada Siswa Kelas XII-IPA 6 SMA
Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA NEGERI 2 Pati
Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
a. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi fisika.
b. Melalui Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri
2 Pati Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.
c. Melalui Metode Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan memahami materi Interferensi Cahaya
bagi siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Semester I Tahun
Palajaran 2012/2013.
2. Siswa
a. Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran fisika.
b. Dapat meningkatkan kemampuan memahami materi Interferensi
Cahaya bagi siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Semester I
Tahun Pelajaran 2012/2013.
8
c. Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran fisika
untuk materi Interferensi Cahaya kelas XII IPA 6 Semester I Tahun
Pelajaran 2012/2013.
3. Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk
mengambil kebijakan di sekolah tersebut. Penulis juga berharap
bahwa penelitian tindakan kelas ini, akan dapat member manfaat bagi
lembaga instansi tempat penulis bekerja, dalam hal ini, SMA Negeri 2
Pati baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan
predikat SMA Negeri 2 Pati yang telah menjadi Sekolah RSBI, maka
pemahaman pembelajaran Fisika perlu ditingkatkan, khususnya untuk
penerapan konsep dan prisnsip Interferensi Cahaya dalam teknologi.
Hal ini tidak hanya dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran Fisika
saja, melainkan juga dalam proses pembelajaran Mata Pelajaran yang
lain dan relevansinya antara Mata Pelajaran Fisika dengan Mata
Pelajaran yang lain. Hal itu akan member efek yang signifikan bagi
kesuksesan proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar
siswa di SMA Negeri 2 Pati. Sehingga, SMA Negeri 2 Pati yang
merupakan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional akan dapat ikut
serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
4. Perpustakaan Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini, semoga dapat memberi manfaat bagi
perpustakaan SMA Negeri 2 Pati sebagai pusat sumber informasi ilmu
pengetahuan baik yang berhubungan dengan Mata Pelajaran Fisika
9
maupun Mata Pelajaran lain untuk menunjang dunia pendidikan.
Harapan lain dari penelitian tindakan kelas ini adalah dengan
dijadikannya sebagai salah satu referensi di perpustakaan SMA Negeri
2 Pati. Sehingga penelitian tindakan kelas ini dapat dibaca dan
bermanfaat bagi seluruh warga SMA Negeri 2 Pati.
F. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model pendekatan inkuiri berbasis demonstrasi adalah suatu cara mengajar
….
2. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
3. Siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati adalah siswa siswa kelas XII-
IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Aktivitas Belajar
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa
belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku
kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar,
maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak
melakukan aktivitas belajar. Sten (dalam Dimyati, 2006: 62) berpendapat bahwa
guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-
masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih
bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar
mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman
belajar. Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu
dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) bahwa: “Belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang
dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak
11
didik”. Senada dengan hal diatas, Gie (1985: 6) mengatakan bahwa:
”Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan-nya
selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan
atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan
perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau ke- mahiran yang
sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan”.
Sedangkan John (dalam Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan
pengarah. Dan Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau (dalam Sardirman,
1994: 96) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidi-kan sendiri,
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara
rohani maupun teknisis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif,
tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Dilain pihak, Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil
mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.
Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu
bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat
peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain.
Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika
12
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan se-
bagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti,
memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Se-lanjutnya
Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilai-nya dalam
pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pem-belajaran,
siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis
dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampu-an sendiri,
siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat
mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup
sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi
siswa.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam
kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain,
bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar
tidak akan berlangsung dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman
(1994: 93) bahwa: ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar”. Asas aktivitas digunakan dalam
semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun
metode mengajar di luar kelas. Penggunaannya dilak-sanakan dalam bentuk yang
berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan
orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.
13
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. Dalam hal ini,
aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada
ruang lingkup.
B. Pengajaran Fisika di SMA
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam
berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau
menentukan kelakukan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika
tidak lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman.
Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, fisika,
astronomi, dan geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan terapan dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu
terapan tidak dapat maju dengan pesat. Teori fisika tidak hanya cukup dibaca,
sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja akan tetapi harus dibaca dan dipahami
serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada.
Pembelajaran Fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam
secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical
sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-
ilmu fisika (fisikacal sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan
lingkungannya. (Kemble, 1966: 7)
14
Belajar merupakan upaya memperoleh pengetahuan dan pemahaman
melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur yang ada. Siswa
yang belajar sebenarnya di dalam otak terdapat banyak konsep, terutama konsep
awal tentang alam yang ada di sekitarnya. Melalui proses pembelajaran yang
sistematis, maka konsep awal tersebut akan menghasilkan konsep yang benar dan
tepat serta terarah.
Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk
memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa
mampu menyusun kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat
kematangan dan perkembangan intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan
adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas,
2003: 1).
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang
diungkapkan oleh Abu Hamid (Sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban
yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
2. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih
strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi
belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat
9
15
melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk
memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi
dan lingkungan. Menurut Corey (Yusufhadi Miarso, 1986 : 195) pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah-laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum
fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi
atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah
menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam
pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam
bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa.
Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih
berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa
jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara
induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
16
Dalam pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan siswa.
Seperti yang dikemukakan Latuheru (1988: 1) bahwa segala sesuatu yang
menyangkut pembelajaran merupakan proses komunikasi. Komunikasi dalam
pembelajaran merupakan komunikasi timbal balik (interaksi edukatif) yang terjadi
tidak dengan sendirinya tetapi harus diciptakan oleh guru dan siswa.
Unsur-unsur dalam proses komunikasi dapat di gambarkan dalam bagan
sebagai berikut :
Bagan Proses Komunikasi Model Claude Shannon (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003: 33).
Unsur-unsur dalam proses komunikasi meliputi : sumber pesan, pesan,
transmisi/saluran, dan penerima pesan. Proses komunikasi yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah
komponen–komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan
adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya
bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media, salurannya
media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. (Sadiman
dkk, 2003: 11)
17
Message (pesan) secara tradisional berupa tanda/ pola yang digunakan
untuk komunikasi antara pengirim dan penerima. Desain pesan lebih banyak
berhubungan dengan level mikro melalui unit-unit kecil seperti visual, urutan
penyajian, halaman dan layar. Karakteristik lain desain pesan ialah bahwa disain
haruslah bersifat spesifik baik dalam medianya maupun dalam tugas belajarnya.
Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan tergantung pada apakah
medianya bersifat statis, dinamis, atau paduan keduanya (misalnya foto, film, atau
grafis komputer), apakah tugasnya melibatkan pembentukan konsep atau sikap,
keterampilan atau pengembangan strategi belajar, dan upaya mengingat.
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses
komunikasi yang disebut dengan barriers, atau noises. Hambatan tersebut antara
lain (1) hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan,
inteligensi, pengetahuan, (2) hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh, (3) hambatan kultural seperti misalnya
perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai
kepanutan; (4) hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh
situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman dkk, 2003: 13). Selain hal tersebut
hambatan-hambatan komunikasi yang mengakibatkan gangguan proses
komunikasi yaitu gangguan berasal dari saluran (misal pesan yang disajikan
dalam bentuk saluran visual, tetapi disampaikan dengan ceramah), dan gangguan
dari penerima pesan (disebabkan oleh daya tangkap penerima yang rendah,
tiadanya motivasi, rasa lelah dan mengantuk) (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,
2003: 33).
18
Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru
maupun siswa, baik sewaktu meng-encode pesan maupun men-decode-nya, proses
komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efisien dan
efektif. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat
menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya
belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan
jarak geografis, jarak waktu, dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan
media pembelajaran (Sadiman dkk, 2003: 13).
Latuheru (1988: 2), mengemukakan bahwa dalam komunikasi interaksi
edukatif terasa bahwa media pembelajaran sangat penting apabila dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan secara kualitas dan kuantitas. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai proses
komunikasi memerlukan media pembelajaran untuk menyampaikan pesan dan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Penggunaan media pembelajaran baik berupa modul tercetak, modul
interaktif, ataupun e-learning dimaksudkan untuk membantu terjadinya proses
belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Salah satu media tersebut adalah
program komputer dalam bentuk software pembelajaran berbantuan komputer
untuk fisika. Program tersebut dibuat bukan untuk mengganti peran guru fisika
atau mengganti kegiatan eksperimen fisika tetapi sebagai alat bantu guru dalam
mengajar. Program tersebut dapat membantu memperjelas pemahaman siswa
mengenai gejala alam dan peristiwa-peristiwa fisika yang masih abstrak sehingga
tidak terjadi miskonsepsi.
B.1 Kurikulum Fisika di SMA
19
B.2 Tujuan Pengajaran Fisika di SMA
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan
tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku
( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur
kata, motorik, dan gaya hidup.
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan
data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
20
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B.3 Pengajaran Fisika di SMA Negeri 2 Pati
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, proses pembelajaran
yang dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan,
tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan
pada tahap ini adalah :
Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam
PTK.
Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil
pemebelajaran siswa.
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan
akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama
pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif
21
learning dengan model sesuai dengan skenario pembelajaran).Kegiatan
penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test
secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan
hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data
yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan
hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau
belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu
dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah
selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Silus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya
saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I
sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
Berikut ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika
SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013:
Kelas XII, Semester 1
22
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menerapkan konsep dan prinsip
gejala gelombang dalam
menyelesaikan masalah
1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang secara umum1.2
Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang bunyi dan cahaya
1.3 Menerapkan konsep dan prinsip
gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi
2. Menerapkan konsep kelistrikan dan
kemagnetan dalam berbagai
penyelesaian masalah dan produk
teknologi
2.1 Memformulasikan gaya listrik, kuat
medan listrik, fluks, potensial listrik, energi
potensial listrik serta penerapannya pada
keping sejajar2.2 Menerapkan induksi
magnetik dan gaya magnetik pada beberapa
produk teknologi
2.3 Memformulasikan konsep induksi
Faraday dan arus bolak-balik serta
penerapannya
Kelas XII, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menganalisis berbagai besaran fisis
pada gejala kuantum dan batas-batas
berlakunya relativitas Einstein dalam
paradigma fisika modern
3.1 Menganalisis secara kualitatif gejala
kuantum yang mencakup hakikat dan sifat-
sifat radiasi benda hitam serta
penerapannya3.2 Mendeskripsikan
23
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
perkembangan teori atom
3.3 Memformulasikan teori relativitas
khusus untuk waktu, panjang, dan massa,
serta kesetaraan massa dengan energi yang
diterapkan dalam teknologi
4. Menunjukkan penerapan konsep
fisika inti dan radioaktivitas dalam
teknologi dan kehidupan sehari-hari
4.1 Mengidentifikasi karakteristik inti
atom dan radioaktivitas 4.2
Mendeskripsikan pemanfaatan radoaktif
dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor (Slametto, 2003:16).
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30).
24
Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut
Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun
hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat
tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley pada tahun 1998 membagi 3 macam hasil belajar yaitu,
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita.
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua
25
proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut (Sudjana, 2006: 22).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
C.1 Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa
mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari
pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut
26
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
27
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)
dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
C.2 Sitem Penilaian di SMA Negeri 2 Pati
Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah acuan kriteria.
Sebagai criteria digunakan asumsi bahwa hampir semua orang belajar apapun
akan mampu. Hanya kecepatan dan waktu yang berbeda. Asumsi tersebut
mengindikasikan perlunya program perbaikan atau remedial.
Prinsip mastery learning : Agar sistem penilaian memenuhi prinsip kesahihan dan
keandalan, maka hendaknya memperhatikan :
1. Menyeluruh
2. Berkelanjutan
3. Berorientasi pada indicator ketercapaian
4. Sesuai dengan pengalaman belajar
Aspek yang diujikan :
1. Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman belajar siswa
28
2. Hasil belajar, ketercapaian setiap kompetensi dasar, baik kognitif, afektif
maupun psikomotor.
Penilaian hasil belajar (PP No. 19 tahun 2005), Standar penilaian ada 3 yaitu:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah
Bentuk penilaian hasil belajar oleh pendidik :
1. Ulangan harian
2. Ulangan tengah semester
3. Ulangan akhir semester
4. Ulangan kenaikan kelas
Tujuan dan fungsi penilaian itu sendiri adalah untuk menilai seberapa
banyak indikator kompetensi dasar suatu mata pelajaran tercapai, menilai
kebutuhan individual, menentukan kebutuhan pembelajaran, membantu dan
mendorong siswa, membantu dan menolong guru mengajar lebih baik,
menentukan strategi pembelajaran, akuntabilitas lembaga, dan meningkatkan
kualitas pendidikan.
D. Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil
manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera
penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya.Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan
29
otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna
(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu
strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan.Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir
menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk
membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Sumantri (1998:164) menarik kesimpulan sebagai berikut metode inkuiri
atau metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempadan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses
mental dalam rangka penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan
sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Ahli lain seperti Nurhadi (2004:122) berpendapat bahwa “dalam
pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagaian
besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka”.
Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses
30
sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”. Ahli lain seperti
Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan”.
Menyimak pendapat para ahli tersebut mengenai metode inkuiri,
meskipun dengan rumusan yang berbeda-beda namun dari segi makna tidak saling
bertentangan karena sama-sama memberikan tekanan bahwa metode inkuiri itu
adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu masalah secara kritis, logis, dan analis sehingga
siswa dapat menemukan jawaban atau pemecahan dari masalah tersebut.
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan sejak tahun 1960.Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk
menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa dikehendaki
untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran.Pembelajaran inkuiri
adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana kemajuan dinilai dengan
bagaimana siswa mengembangkan keterampilan demonstrasital dan analitik dari
pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan
konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si
belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan
harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang
31
optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.Dengan istilah ini,
dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak
mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi
mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang
digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat
ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.
Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari
belajar.Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.
Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi,
atau pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan
mengumpulkan informasi dan data dengan melibatkan panca indera seperti
melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium. Sistem pendidikan
tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses
alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurangmengajukan
pertanyaan.Dalam pengajaran tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya
banyak pertanyaan, melainkan mendengar dan mengulang jawaban yang
diharapkan.
Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya.
Menurut Sund (1975), inkuiri adalah proses mental, dan dalam proses itu individu
mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh konsep: inti sel, kecepatan,
panas, energi, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain;
32
contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh
terhadap organisme; contoh proses-proses mental: mengamati, menggolong-
golongkan, membuat dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik
kesimpulan, dan sebagainya.
D.1 Pengertian Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi
Demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana peserta didik
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan
demonstrasi ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau
proses sesuatu. Peran pendidik dalam demonstrasi ini sangat penting, khususnya
berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan
kesalahan dalam memaknai kegiatan demonstrasi dalam proses pembelajaran.
Laboratorium sains merupakan pusat pembelajaran sains karena
laboratorium sains dapat memberikan banyak tujuan.Demonstrasi laboratorium
mengikutsertakan peserta didik dalam investigasi di mana mereka dapat
mengidentifikasi masalah, merancang prosedur, dan memberikan gambaran
tentang kesimpulan.Aktivitas-aktivitas seperti ini memberikan kepada peserta
didik sikap seperti yang dilakukan oleh ilmuwan dalam bekerja.Demonstrasi
laboratorium dapat membantu peserta didik memahami lebih baik konsep-konsep
dan prinsip-prinsip.Secara umum, demonstrasi laboratorium dapat
mengembangkan hasil-hasil seperti sikap terhadap sains, sikap ilmiah, inkuiri
33
ilmiah, pengembangan konsep, dan keterampilan teknis (Collette & Chiappetta,
1993: 198).
Demonstrasi laboratorium mengikutsertakan peserta didik dalam
menemukan dan belajar bagaimana mengalami secara langsung.Tipe aktivitas ini
merupakan suatu bagian yang integral dari belajar sains yang
baik.Demonstrasilaboratorium melibatkan peserta didik dalam inkuiri ilmiah yang
menempatkan mereka pada posisi mengajukan pertanyaan, mengajukan
pemecahaannya, membuat prediksi, mengobservasi, mengorganisasi data,
menjelaskan pola, dan lain-lain.Demonstrasi laboratorium ini mengijinkan peserta
didik untuk merencanakan dan untuk berpartisipasi dalam menginvestigasi atau
ambil bagian dalam kegiatan yang membantu mereka meningkatkan keterampilan
laboratorium secara teknis.
Demonstrasi laboratorium pada mata pelajaran sains dapat digunakan
untuk mencapai banyak hasil belajar yang berbeda-beda.Demonstrasi
laboratorium akan memberi peluang kepada para peserta didik untuk bekerja
dengan alat dan bahan-bahan tertentu, bekerja sama dengan teman, memiliki
semangat yang kuat untuk mengungkapkan atau menemukan sesuatu yang tak
diketahui, dan menikmati kepuasan atas hasil-hasil yang dapat dicapai (Subiyanto,
1988: 80).
Menurut Trowbridge dan Bybee (2000: 299-300), tujuan demonstrasi
laboratorium dalam pembelajaran sains adalah (1) mengembangkan keterampilan
dalam memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan dan menginterpretasi data, dan membuat kesimpulan, (2)
mengembangkan keterampilan dalam memanipulasi alat-alat, (3) membangun
34
kebiasaan mencatat data yang sistematis, (4) mengembangkan sikap ilmiah, (5)
mempelajari metode ilmiah dalam memecahkan masalah, (6) mengembangkan
sikap percaya diri dan tanggungjawab, (7) menyelidiki fakta-fakta alam yang
belum terungkap, dan (8) membangkitkan minat terhadap materi-materi yang
berkaitan dengan sains.
Mohan (2007: 170) mengemukakan bahwa demonstrasi laboratorium
merupakan salah satu pembelajaran yang unik dan merupakan bagian integral dari
pembelajaran sains.Pembelajaran dengan demonstrasi membantu peserta didik
memahami gagasan yang kompleks dan abstrak dan memberi peluang kepada
peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan di laboratorium.Demonstrasi
laboratorium melibatkan peserta didik untuk melakukan aktivitas secara langsung
yang membantu mereka dalam investigasi ilmiah serta untuk melakukan verifikasi
terhadap konsep, prinsip, dan hukum dalam bidang sains.
Dari kategori di atas maka pembelajaran sains menggunakan pendekatan
inkuiri berbasis demonstrasi berpotensi: (1) mengembangkan pemahaman tentang
berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; dan (3)
meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan sains.
35
D.2 Prosedur Pengajaran dengan Model Pendekatan Inkuiri Berbasis
Demonstrasi
Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya
mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan siswa.Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama
untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung dari guru.
Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran daripada bejana
bagipengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran inkuiri adalah
bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses
mencari pengetahuan mereka sendiri.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah pendekatan
pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah.Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting.Keberhasilan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat tergantung
pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah
36
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki
itu.Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting
dalam pendekatan inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki
yang menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung
konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya.Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.Potensi berpikir itu dimulai
dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi yang dapat mendorong
untuk berpikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan
37
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab
itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi
yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Bahwa yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.Di samping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan
tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan.Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan
secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh
38
siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini
bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan
aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak
terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator.Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan
sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.Bimbingan dan
pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa
dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan
sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing
dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem
solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman
39
secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat
memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam
kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
E. Model Pendekatan Inkuiri Berbasis Demonstrasi Sebagai Teknik
pengajaran Fisika
Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah
menggunakan pendekatan konstruktivistik, di mana setiap siswa sebagai subyek
belajar, dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan
interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena,
ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan demikian, dalam proses belajar
siswa telah membawa pengertian dan pengetahuan awal yang harus ditambah,
dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang
diperoleh dalam proses belajar.
Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas dan interaksi, karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak
dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana
makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan
didesiminasikan dan diterapkan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
ini siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diamati,
dipelajari, dan dicermati, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman
konsep mata pelajaran (khususnya fisika) dalam kegiatan pembelajaran. Secara
logika apabila siswa meningkat partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka
40
secara otomatis akan meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan
pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 2, peserta didik diharapkan
untuk dapat memperoleh kompetensi tentang bahan fisika yang dipelajari. Untuk
tujuan tersebut penggunaan materi harus memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Materi harus sesuai dengan aspek yang sedang dibicarakan.
2. Sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik.
3. Materi harus dapat menarik minat peserta didik.
4. Mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
Pada pengajaran di SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013, pengajaran
fisika pada siswa kelas XII-IPA 6materi yang digunakan beracuan pada buku
karangan: ….
Dalam pembelajaran fisika, menuntut siswa untuk banyak melakukan
latihan-latihan pengerjaan materi. Hal ini dimaksudkan untuk melatih
keterampilan siswa dalam …..
Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang
menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran
inkuiri:
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu,
41
kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik
beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang
harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu
yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu
setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
2. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan
interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru
terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu
sendiri.
3. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan
peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru
42
untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.Berbagai
jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu
bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk
melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya
untuk menguji.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan
memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam
posisi kering dan hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan
rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur
estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi.Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan
logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
43
memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Dari semua uraian diatas jelas bahwa pembelajaran fisika di SMA Negeri
2 dengan menggunakan pendekatan inkuiri berbasis demonstrasidilakukan
bertahap melalui beberapa siklus dengan penanganan yang sungguh-sungguh serta
sadar mempersiapkan materi yang lebih interaktif dengan tujuan memperoleh
hasil terbaik dari pembelajaran.
F. Hipotesis Penelitian
Dari semua uraian diatas dan berdasarkan rumusan masalah yang ada,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar mata pelajaran fisika pada
siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 antara
sebelum dan sesudah menggunakan model pendekatan inkuiri berbasis
demonstrasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada hakekatnya dalam penelitian terdapat dua macam pendekatan yaitu
penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif dan penelitian deskriptif kualitatif.
44
Penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif merupakan pendekatan yang
berusaha menggambarkan kenyataan sosial dengan melihat adanya variabel yang
saling berkaitan. Data yang diperoleh yang berkaitan dengan angka-angka, baik
yang diperoleh dari pengukuran atau mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif
(Ali, 1984:151). Sementara itu, penelitian deskriptif kuantitatif menurut Bagdon
dan Tailon (dalam Aminudin, 1984:14) adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan Kilk dan Miller (dalam
Aminudin, 1984:14) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah “suatu tradisi
dalam ilmu-ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
langsung di lingkungan hidup mereka yang nyata. Hasan (dalam Aminudin,
1984:16) mengatakan :
“Penelitian kualitatif selalu bersifat discriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk diskriptif fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi lapangan. Data penelitian mencakup catatan wawancara, catatan lapangan, foto-foto rekaman video, dokumen pribadi dan rekaman-rekaman yang lain”.
Berdasarkan konsep dasar pendekatan tersebut, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian yang hendak digambarkan
melalui pendekatan ini adalah apakah melalui pendekatan inkuiri berbasis
demosntrasi dapat meningkatkan hasil belajar fisik materi Interferensi Cahaya
untuk siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013?.
B. Data dan Sumber Data
45
Menurut Arikunto (1996:114) yang bisa menjadi sumber data adalah
orang, tempat dan simbol. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
orang yaitu siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 serta
sumber data yang berupa tempat atau lokasi yang memberi informasi tentang
tempat terjadinya proses pembelajaran fisika siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder yaitu angket terhadap
responden dimana peneliti memperoleh data langsung dari sumbernya, sehingga
data yang diinformasikan yang diperoleh benar-benar asli sifatnya. Sumber-
sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 233 siswa.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII-IPA 6
SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013. Dipilihnya siswa kelas XII-IPA 6
SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 33 siswa dalam
penelitian ini berdasarkan pada teknik random sampling yang penulis gunakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kesulitan
siswa kelas XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam
pembelajaran fisika dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Penggunaan
angket bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas yang dilakukan siswa
guna menjawab masalah penelitian dan untuk merubah data kualitatif dari hasil
angket kedalam data kuantitatif penulis menetapkan standar jawaban nilai angket
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Nilai Angket
46
Nilai Jawaban
5 Sangat setuju
4 Setuju
3 Netral
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sedangkan untuk penilaian aktivitas, digunakan standar batasan kriteria
aktivitas siswa di bawah ini.
Tabel 3.2. Kriteria aktivitas siswa
No Jumlah Skor Prosentase Kriteria
1 148 – 170 87 – 100 Sangat Aktif
2 131 – 147 77 - 86 Aktif
3 114 – 130 67 - 76 Cukup Aktif
4 97 - 113 57 - 66 Kurang Aktif
5 ˂ 96 ˂ 56 Pasif
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan atau intelegensi kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok (Arikunto,1998:139). Tes yang digunakan adalah
tes objektif, karena jawaban tes objektif bersifat pasti. Adapun jenis tes objektif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tes pilihan ganda (multiple
choice). Tes tersebut penulis gunakan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas
XII-IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
Untuk mentransformasikan nilai penguasaan kosakata yang diperoleh
subjek yang diteliti digunakan pegangan berikut:
47
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Huruf
Bentuk Kuantitatif (angka) Bentuk Kualitatif
Rentangan 0 – 100
96 – 100
86 – 95
76 – 85
66 – 75
56 – 65
0 – 56
Istimewa
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Tes objektif ini berupa lembar pertanyaan yang berisi 25 butir soal
pilihan ganda dengan waktu 45 menit. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah
materi diberikan.
D. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan langkah-langkah
yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Data awal
Data awal diambil dari data test awal yang dilakukan penulis
terhadap siswa dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Data
dari hasil ulangan ini didokumentasi ke dalam daftar nilai yang
merupakan data untuk melihat hasil belajar siswa sebagai pembanding
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah treatment
diberikan.
2. Siklus 1
48
Pada siklus 1 ini data diambil dari lembar angket aktivitas kelas
yang pelaksanaannya berkolaborasi dengan teman sejawat serta
dilengkapi dengan catatan harian guru. Sedangkan untuk mengetahui
hasil belajar peneliti menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau
esay) dengan menggunakan metode kuantitatif.
3. Siklus 2
Pada siklus 2 ini, data awal diambil dari data hasil tindakan
siklus 1 yang dievaluasi kelemahannya dan kekurangannya yang
dijadikan bahan untuk tindakan penelitian yang kedua. Untuk mencari
data aktivitas menggunakan lembar angket yang pelaksanaannya
dilengkapi dengan catatan harian guru. Untuk hasil belajar siswa, peneliti
menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau esay).
4. Siklus 3
Pada siklus 3 ini, data awal diambil dari data hasil tindakan
siklus 2 yang dievaluasi kelemahannya dan kekurangannya yang
dijadikan bahan untuk tindakan penelitian yang ketiga. Pencarian data
aktivitas menggunakan lembar angket yang pelaksanaannya dilengkapi
dengan catatan harian guru. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, peneliti
menggunakan data hasil test (test obyektif dan atau esay).
Dalam menganalisis data, penulis mendasarkan analisa penulis
berdasarkan hasil angket yang didapat dari siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati.
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara induktif yaitu dari data
yang bersifat khusus dikumpulkan secara umum. Untuk memperoleh jawaban dari
permasalahan yang ada dilakukan dengan cara membagikan angket serta
49
memberikan tes penguasaan materi pada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati
Tahun Pelajaran 2012/2013 (format angket dan tes terlampir).
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan rumus korelasi antara
aktivitas siswa dengan penguasaan materi digunakan rumus sebagai berikut:
rxy =
∑ XY
√(∑ X2 ) (∑Y 2 )
Adapun rumus hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho = KMK.SBMP = KMK.STMP
Ha = KMK. SBMP = KMK. STMP
Keterangan :
Ho: Hasil belajar dan aktivitas siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun
Pelajaran 2012/2013 dengan penerapan pendekatan inkuiri berbasis
demontrasi tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Ha: Hasil belajar dan aktivitas siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun
Pelajaran 2012/2013 dengan penerapan pendekatan inkuiri berbasis
demontrasi memiliki hubungan yang signifikan.
E. Deskripsi Per Siklus
Dalam mengatasi masalah rendahnya aktivitas siswa dan rendahnya hasil
belajar siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk
mata pelajaran fisika peneliti menggunakan tiga kali tindakan yaitu siklus 1, siklus
2 dan siklus 3.
Tahap-tahap siklus :
SIKLUS 1
1. Perencanaan
50
Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran
menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen angket
aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa diberikan
masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing kelompok
melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari permasalahan
yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap kelompok juga
mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang diskusi.
Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test
akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan
materi. Test akhir siklus 1 terdiri dari 10 soal esay.
2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa
diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru
serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam
RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi
siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus
terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa
didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga
memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan
akhir siklus 1.
3. Observasi
51
Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap
dan didiskusikan dengan teman sejawat.
4. Refleksi
Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada
siklus 1 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi
selesai. Berdasarkan hasil observasi dan test pada siklus 1 jika belum
memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian
dilanjutkan ke siklus 2. Hasil yang diperoleh pada siklus 1 digunakan
sebagai dasar perbaikan pada siklus 2. Hal-hal yang sudah baik dan
mendukung pembelajaran pada siklus 1 harus dipertahankan dan
ditingkatkan pada siklus 2.
SIKLUS 2
1. Perencanaan
Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran
(RPP) menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen
angket aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa
diberikan masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing
kelompok melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari
permasalahan yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap
kelompok juga mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang
diskusi.
52
Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test
akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan
materi. Test akhir siklus 2 terdiri dari 5 soal esay.
2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa
diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru
serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam
RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi
siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus
terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa
didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga
memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan
akhir siklus 2.
3. Observasi
Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap
dan didiskusikan dengan teman sejawat.
4. Refleksi
Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada
siklus 2 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi
selesai. Berdasarkan hasil observasi dan test pada siklus 2 jika belum
memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian
53
dilanjutkan ke siklus 3. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 digunakan
sebagai dasar perbaikan pada siklus 3. Hal-hal yang sudah baik dan
mendukung pembelajaran pada siklus 2 harus dipertahankan dan
ditingkatkan pada siklus 3
SIKLUS 3
1. Perencanaan
Peneliti memilih materi pelajaran, membuat rencana pembelajaran
menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran, membuat instrumen angket
aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Siswa diberikan
masalah yang akan didiskusikan. Siswa dibagi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok terdiri 4 - 5 orang, masing-masing kelompok
melakukan experiment dan saling bertukar pendapat dari permasalahan
yang terdapat pada lembar diskusi siswa (LDS). Tiap kelompok juga
mempersiapkan buku-buku atau referensi penunjang diskusi.
Siklus 1 disajikan selama 2 x 45 menit, 1 x 45 menit untuk test
akhir siklus 1 dan 1 x 45 menit berikutnya untuk diskusi serta pengayaan
materi. Test akhir siklus 3 terdiri dari 10 soal esay.
2. Implementasi/Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi. Siswa
diminta berkelompok dan berdiskusi sesuai tugas yang diberikan guru
serta mencatat hasil diskusinya. Pelaksanaan secara rinci tertulis di dalam
RPP, dalam proses belajar mengajar siswa menggunakan lembar diskusi
siswa. Apapun yang terjadi dalam proses pembelajaran semuanya harus
54
terdokumenkan dalam catatan guru. Pada akhir pembelajaran siswa
didampingi guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, guru juga
memberikan penegasan tentang materi esensial dan mengadakan ulangan
akhir siklus 3.
3. Observasi
Dilakukan oleh observer atau peneliti untuk mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang ada melalui lembar observasi, setelah selesai direkap
dan didiskusikan dengan teman sejawat.
4. Refleksi
Merupakan analisis hasil observasi dan hasil test. Refleksi pada
siklus 3 dilakukan setelah tahap implementasi/tindakan dan observasi
selesai. Refleksi ini juga digunakan untuk mengetahui bahwa dengan
penerapan pembelajaran inkuiri berbasis demontrasi dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Sedangkan untuk hasil belajar siswa, test dilaksanakan setelah
selesai materi pelajaran pada siklus 3 dan test terdiri dari 25 soal
obyektif, hasil test dianalisis kemudian dibandingkan dengan data awal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
55
A. Deskripsi Kondisi Awal
1. Diskripsi Aktivitas Siswa
Kelas yang peneliti ambil untuk penelitian ini mempunyai
masalah yang segera perlu diatasi, masalah ini muncul karena kebiasaan
siswa yang kurang baik. Kelas ini sering gaduh kalau saat terjadi proses
belajar mengajar kurang ada perhatian terhadap pelajaran fisika. Sebagian
siswa kelas ini beranggapan bahwa pelajaran fisika tidak penting, lebih-
lebih sebagian anak tidak akan memilih ke jurusan IPA, sehingga
pelajaran fisika menjadi pelajaran yang tidak dibutuhkan.
Untuk menarik perhatian siswa peneliti telah melakukan proses
belajar mengajar menggunakan beberapa metode diantaranya metode
diskusi informasi, metode eksperimen, metode tanya jawab, tapi ternyata
metode-metode ini belum dapat menarik perhatian siswa sehingga aktivitas
siswa masih rendah .
Oleh sebab itu peneliti harus dapat meningkatkan aktivitas siswa
dan ketertarikan siswa pada pelajaran fisika. Peneliti mencoba untuk
menggunakan metode Inquiry.
Dibawah ini peneliti tampilkan data aktivitas siswa kelas XII IPA
6 sebelum menggunakan metode inquiry dalam proses pembelajaran
sebagai data kondisi awal.
Tabel 4.1. Data Aktivitas siswa kelas XII IPA 6 Pada Kondisi Awal
No Kondisi Awal Analisis
1. Kesiapan siswa Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya
56
sebelum pelajaran dimulai
siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.
2 Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar
Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, masih banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .
3. Interaksi antar siswa Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain
4. Interaksi dengan guru
Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru.
5. Interaksi antar kelompok
Kerjasama antar kelompok belum aktif, hanya beberapa anak yang mengerjakan tugas
6. Menghargai pendapat
Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.
1. Kemauan untuk menyelesaikan tugas
Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .
8. Kelengkapan catatan Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat dengan lengkap dan rapi.
2. Diskripsi Hasil Belajar Siswa
Proses belajar mengajar fisika tidak selamanya berjalan efektif,
banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi
fisika. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil belajar yang masih rendah
dibandingkan dengan kelas yang peneliti ampu, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM. Sebagian siswa kelas ini beranggapan
pelajaran Fisika tidak penting lebih-lebih tidak akan memilih ke jurusan
IPA, sehingga pelajaran fisika menjadi pelajaran yang tidak dibutuhkan.
Dibawah ini peneliti tampilkan hasil belajar siswa yang
menggunakan bentuk soal tes esay dan ada dua macam soal sehingga
dalam satu bangku soalnya berbeda dan ternyata kelas XII IPA 6
57
memperoleh nilai kognitif yang paling rendah dibanding kelas yang lain.
Lebih jelasnya perhatikan tabel hasil tes dari kelas XII IPA 6 berikut ini.
Tabel 4.2. Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati Tahun Pelajaran 2012/2013
No Interval Nilai Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
6
7
88 – 96
79 – 87
70 – 78
61 – 69
52 – 60
43 – 51
34 – 42
3
7
11
5
2
2
3
9,1%
21,2%
33,3%
15,1%
6,1%
6,1%
9,1%
Jumlah 33 100%
Nilai rata-rata (mean) 70,18
Dari data tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hasil tes kognitif
yang merupakan data kondisi awal, siswa mendapatkan nilai di bawah
KKM (7,7) adalah 23 orang, dari 33 siswa, sedangkan jumlah siswa
yang tuntas 10 orang dari 33 siswa. Nilai rata-rata kelas 70,18 pada
prasiklus nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 96.
Jika dibuat suatu diagram batang jumlah siswa dengan nilai
ulangan harian yang diperoleh siswa kelas XII IPA 6 dapat dilihat
dalam diagram dibawah ini .
58
34-42 43-51 52-60 61-69 70-78 79-87 88-960
2
4
6
8
10
12
Jumlah Siswa
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
Pada diagram batang ini dapat dilihat nilai kurang dari KKM
yaitu 77 berjumlah 23 siswa dengan perolehan nilai terbanyak siswa
berada pada rentang nilai 70-78 dengan 11 siswa, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai tertinggi 88-96 berjumlah 3 siswa.
B.Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Apersepsi
Untuk mengetahui aktivitas siswa, peneliti telah menyiapkan
lembar angket yang akan disebarkan kepada siswa. Dalam lembar
observasi peneliti mengajukan 40 pertanyaan yang terbagi kedalam 5
aspek analisa aktivitas siswa.
59
Untuk mengamati hasil belajar siswa, peneliti menyiapkan soal
ulangan lengkap dengan kisi-kisi dan kunci jawaban serta skor
penilaian. Bentuk soal yang peneliti siapkan adalah pilihan ganda dan
soal esay.
b. Perencanaan Kegiatan inti
Untuk aktivitas siswa, peneliti menyebarkan angket yang diisi
oleh siswa, untuk mempermudah mengetahui aktivitas siswa, siswa
diwajibkan menuliskan identitas yang berupa nama dan nomor absen.
Setelah selesai hasil angket dikumpulkan dan dianalisa oleh peneliti.
Untuk pengamatan hasil belajar siswa, dalam proses belajar
mengajar siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4 siswa. Kelompok-kelompok ini mempersiapkan bahan
yang digunakan dalam praktikum nanti, dan juga mempersiapkan
materi yang dapat diambilkan dari buku-buku sumber yang relevan
dan bisa juga ditambahkan dari internet.
c. Perencanaan Penutup
Untuk aktivitas siswa, angket yang sudah diisi oleh siswa
dikumpulkan untuk kemudian dianalisa oleh peneliti.
Untuk pengamatan hasil belajar, siswa bisa menanyakan hal-hal
yang belum jelas pada guru, konsultasi dengan guru mengenai
praktikum yang dilakukan.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Pelaksanaan Apersepsi
60
Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai terlebih dulu
guru memberikan informasi mengenai pelaksanaan praktikum. Mulai
dari pemakaian baju praktikum, bahan yang harus disiapkan, lembar
kegiatan praktikum, dan buku-buku reverensi. Dalam pelaksanaanya
nanti siswa dibentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
4-5 anak sehingga ada 8 kelompok.
b. Pelaksanaan Kegiatan inti.
Pertemuan ke-I (2jam)
Pada kegiatan yang pertama siswa melakukan praktikum yang
dilakukan di laboratorium mengenai kisi difraksi, siswa masih sangat
canggung dan bingung, peneliti menggunakan metode Inquiry
terbimbing, siswa diberikan lembar kegiatan siswa beberapa hari
sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan dan saat pra-
eksperimen diberikan penjelasan.
Pada kegiatan setelah praktikum dianggap selesai siswa melakukan
diskusi yang dilaksanakan didalam laboratorium, dengan bahan
diskusi sudah disiapkan oleh guru, siswa mengerjakan dan
mendiskusikan secara berkelompok dan mempresentasikan
berdasarkan undian dan menjawab pertanyaan yang ada, tiap
kelompok diberi waktu hanya 5 menit, dengan pembagian tugas
diantara anggota kelompoknya.
Pertemuan ke-2 (2 jam),
Pada kegiatan ke-2 ini diadakan ulangan di kelas dan waktunya 60
menit dengan bentuk soal esay sebanyak 10 soal.
61
Untuk lebih jelasnya dibawah ini peneliti sajikan gambar-
gambar siswa saat melaksanakan praktikum di laboratorium dan saat
diskusi di kelas pada siklus 1
Foto 1. Saat praktikum Foto 2. Saat praktikum
Foto 3. Saat praktikum Foto 4. Saat praktikum
62
Foto 5( siswa saat diskusi dikelas ) Foto 6 ( siswa saat presentasi dikelas ) Gambar 3.
( Aktivitas siswa saat praktikum di laboratorium dan saat diskusi di kelas pada siklus 1)
c. Pelaksanaan Kegiatan Penutup
Untuk hasil aktivitas siswa peneliti merekap dan menganalisa
hasil dari data angket yang telah diisi oleh siswa sebagai hasil siklus 1
dan menyimpannya.
Setiap kelompok setelah selesai melakukan kegiatan praktikum
mengumpulkan laporan praktikum secara kelompok dan 2 hari
berikutnya mengumpulkan laporan individual. Siswa juga membuat
catatan di buku tentang semua hasil diskusi yang telah dilakukan.
3. Hasil Pengamatan
a. Hasil Aktivitas Siswa
Dengan menggunakan lembar angket aktivitas siswa yang sudah
disiapkan, maka aktivitas siswa berdasarkan nama dan nomor absen
yang tercantum dalam lembar angket dapat diketahui sehingga
beberapa kebiasaan yang kurang baik yang terjadi pada siswa saat
63
kondisi awal sering dilakukan sudah banyak berkurang, walaupun
masih ada beberapa siswa yang masih melakukan aktivitas diluar
kegiatan pembelajaran tetapi karena peneliti selalu mengingatkan
maka banyak terjadi perubahan sikap.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.3. tentang Kriteria
Penilaian Minat Siswa. Dari tabel tersebut dapat digunakan untuk
indikator mencari data pada aktivitas siswa saat proses pembelajaran.
Dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan kriteria itu
maka hasil skor aktivitas dapat diamati tabel 4.4.
Tabel 7 . Kriteria Penilaian Minat Siswa
No.
Indikator yang diamati
Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
1. Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai
Menggunakan baju praktikum,
menggunakan nomor identitas,
berkelompok dengan tertib,
membawa bahan lengkap,
Buku sumber lengkap
Menggunakan baju praktikum,
menggunakan nomor identitas,
berkelompok dengan tertib,
membawa bahan lengkap,
Buku sumber tidak lengkap
Menggunakan baju praktikum,
menggunakan nomor identitas,
berkelompok dengan tertib,
membawa bahan lengkap
Buku sumber tidak ada
Menggunakan baju praktikum,
menggunakan nomor identitas,
berkelompok dengan tidak tertib
membawa bahan tidak lengkap
Buku sumber tidak ada
Menggunakan baju praktikum,
Tidak menggunakan nomor identitas,
berkelompok dengan tidak tertib,
membawa bahan tidak lengkap
Tidak ada buku sumber
64
2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar
Memperhatikan penjelasan guru
Serius menerima pelajaran dengan melakukan eksperimen dengan benar
Memperhatikan penjelasan guru
Serius menerima pelajaran dengan melakukan eksperimen sekemampuannya
Tidak terlalu fokus memperhatikan pelajaran . dan tidak serius dalam melakukan eksperimen
Berbicara sendiri, melakukan eksperimen tidak serius.
Mengerjakan pelajaran lain , tidak melakukan eksperimen.
3. Interaksi antar peserta
Berpendapat
mau menyimak
menerima pendapat teman
Mendengarkan
kadang bertanya pada teman
Berdiskusi mengenai materi
Masa bodoh/kurang perhatian
Berbicara sendirimengganggu yang lain.
4. Interaksi dengan guru
Mendengarkan memperhatikan mengajukan pertanyaan
Mendengarkan memperhatikan
Mendengarkan
Kurang perhatian
Melakukan kegiatan lain tidak mengganggu
5. Interaksi dengan kelompoknya
Aktif melakukan kerja kelompok
Aktif mencarikan jawaban di buku sumber
Aktif berdiskusi
Diam mendengarkan diskusi yang terjadi
Membantu mencarikan bahan praktikum
Mencari jawaban dibuku sumber
Merekap hasil diskusi untuk membuat laporan kelompok
Mencatat di buku catatan
Tidak mencatat
Diam saja
6. Menghargai pendapat
Mendengarkan
Menanggapi Bertanya
Mendengarkan
Menanggapi
Mendengarkan
Bertanya Membuat
Mendengarkan
Membuat ringkasan
Mendengarkan
Tidak membuat
65
Memberi pendapat
Membuat ringkasan
Bertanya Membuat
ringkasan
ringkasan catatan
7. Kemauan untuk menyelesaikan tugas
Mengumpulkan tugas paling awal
Mengerjakan dengan rapi
Mengerjakan dengan lengkap
Mengumpulkan tugas Cukup rapilengkap
mengumpulkan tugas
tidak rapi lengkap
mengumpulkan tugastidak rapikurang lengkap
Mengumpulkan tugas terlambattidak rapi tidak lengkap
8. Kelengkapan catatan
lengkap rapi
lengkapcukup rapi
cukup lengkap
cukup rapi
cukup lengkap
tidak rapi
tidak lengkaptidak rapi
Tabel 8. Rekapan Data Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
Aspek PengamatanJumlah skor pada
kegiatan Jumlah
total skorJumlah
total Prosentase1 2 3
1.
Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai 113 118 119 450 94%
2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar
142 140 141 423 88%
3.Interaksi antar siswa
124 148 130 402 84%
4. Interaksi siswa dengan guru 118 123 127 368 77%
5. Interaksi dengan kelompoknya 139 139 138 416 87%
6. Menghargai pendapat siswa lain 76 76 79 231 48%
7. Kemauan untuk menyelesaikan tugas
137 138 134 409 85%
8. Kelengkapan catatan 78 92 100 270 56%
66
Dari data diatas dapat diketahui perkembangan akivitas kelas XII IPA
6 mulai dari aspek 1 sampai 8.
Aspek ke-1 yaitu Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai
mendapatkan skor 450 dari 480 skor berarti 94%, ini menunjukkan bahwa
siswa sangat aktif dalam beberapa aspek yaitu tertib untuk mentaati aturan
seperti memakai baju praktikum, datang tidak terlambat ke laboratorium,
memakai nomor identitas, menyiapkan buku sumber, menyiapkan bahan
yang digunakan.
Aspek ke-2 yaitu perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar
mendapatkan skor 423 berarti 88%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat
aktif dalam beberapa aspek yaitu memperhatikan penjelasan guru ,
memperhatikan pendapat teman, dan serius menerima pelajaran.
Aspek ke-3 yaitu interaksi antar peserta, mendapatkan skor 402 berarti
84%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau
berpendapat dan menerima pendapat teman lain.
Aspek ke-4 yaitu interaksi dengan guru, mendapatkan skor 368 berarti
77%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau
mendengarkan dan memperhatikan .
Aspek ke-5 yaitu interaksi dengan kelompoknya, mendapatkan skor
416 berarti 87%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam
beberapa aspek yaitu aktif melakukan kerja kelompok, aktif mencari
jawaban dari buku sumber dan berdiskusi.
67
Aspek ke-6 yaitu menghargai pendapat, mendapatkan skor 231 berarti
48%, ini menunjukkan bahwa siswa pasif, hanya beberapa aspek yang
dilakukan yaitu mendengarkan dan membuat ringkasan.
Aspek ke-7 yaitu kemauan untuk menyelesaikan tugas, mendapatkan
skor 409 berarti 85%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam
beberapa aspek yaitu mengumpulkan tugas tepat waktu dan mengerjakannya
dengan rapi dan lengkap.
Aspek ke-8 yaitu kelengkapan catatan, mendapatkan skor 270
berarti 56%, ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif, kebanyakan
catatannya cukup lengkap tapi tidak rapi. Untuk lebih jelasnya perhatikan
diagram ini.
Gambar 4
Diagram Batang Prosentase Aktivitas Pada Siklus 1
b. Hasil Belajar Siswa
Proses pengambilan hasil belajar diperoleh dengan melakukan
tes obyektif dan soal esay. Soal obyektif 20 soal dan tes esay 5
soal .Tes ini dilakukan dengan waktu 1 jam pelajaran (45 menit) dan
dilakukan setelah penyajian materi selesai.
aspek 1
aspek 2
aspek 3
aspek 4
aspek 5
aspek 6
aspek 7
aspek 8
0102030405060708090
100
prosentase aktivitas
68
Dibawah ini peneliti tampilkan tabel data nilai hasil belajar
siswa pada siklus 1 .
Tabel 9. Nilai Ulangan Harian Siklus 1 Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 PatiTahun Pelajaran 2011 / 2012
No. Kriteria Kelompok Penilaian
Siklus 1Jumlah Siswa %
1.2.34.5.
Baik sekali (85 -100)Baik (75 - 84 )Sedang (66 - 74)Kurang (56 – 65 )Sangat kurang ( < 55)
--3326
--
0,940,9481,2
Jumlah 32 100Nilai Rata-Rata 47,28
Pada data diatas tampak tidak ada siswa yang memperoleh nilai
sesuai KKM yaitu 75, nilai sangat kurang banyak diperoleh siswa
berkisar antara 1 sampai 55 sebanyak 26 siswa yang berarti sebanyak
81,2% sedangkan nilai kurang didapat oleh 3 siswa, dan nilai sedang
juga didapat oleh 3 siswa. Sedangkan nilai rata–rata kelas yang
diperoleh adalah 47,28.
Jika hasil belajar diatas dibuat suatu diagram bentuk balok
Baik Se
kali (
85-100)
Baik (7
5-84)
Sedan
g (66-74)
Kurang (
56-65)
Sanga
t Kuran
g (1-55)
0102030
Penilaian
Jumlah Siswa
69
Gambar. 5Diagram Batang Jumlah Siswa Dengan Hasil Ulangan Pada Siklus 1
4. Refleksi
a. Aktivitas Siswa
Dengan mengamati hasil observasi yang dilakukan oleh teman
sejawat selama siklus 1 banyak sekali terjadi perubahan aktivitas pada
siswa. Siswa tampak lebih bergairah dan antusias untuk melakukan
kegiatan praktikum yang ternyata menyenangkan karena siswa dapat
membuktikan secara langsung dan mencari data dari praktikum yang
dilakukan. Interaksi sangat kelihatan baik itu dengan kelompoknya
sendiri, atau dengan kelompok lain ataupun dengan guru. Apalagi
pada kegiatan pertama kali dimana anak belum terbiasa melakukan
proses belajar mengajar dengan metode Inquiry.
Walaupun begitu masih ada beberapa kekurangan yang perlu
dibenahi dari siklus 1 yaitu menghargai pendapat siswa lain,
memberikan pendapat, mengajukan pertanyaan dan membuat catatan
yang lengkap dan rapi.
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan beberapa perkembangan
aktivitas siswa yang terjadi pada siswa kelas XII IPA 6 selama siklus
1 dibandingkan dengan kondisi awal.
Tabel 10. Hasil aktivitas siswa pada siklus 1 dibandingkan kondisi awal
70
No Kondisi Awal Siklus 1 Refleksi1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .
Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain
Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru
Kerjasama antar kelompok belum aktif, beberapa anak yang mengerjakan tugas
Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.
Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .
Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat
Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber
Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan melakukan kegiatan.
Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.
Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan dalam menentukan tindakan.
Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif
Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran
Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang membuat, dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.
Catatan sudah cukup lengkap tapi belum
Dengan metode Inquiry siswa merasa senang dan mempersiapkan dengan baik .
Siswa lebih perhatian terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
Siswa aktif bertanya , dan perlu dikembangkan pada pertanyaan yang menuju materi.
Kreativitas siswa meningkat dengan banyaknya pertanyaan saat proses pembelajaran.
Kerja kelompok semakin aktif
Semakin banyak siswa yang aktif dalam kerja kelompok
Dalam membuat laporan kelompok harus merupakan hasil diskusi.Diingatkan mengumpulkan laporan individual.
Catatan terus dipantau sehingga siswa akan melengkapi dan lebih rapi.
71
dengan lengkap dan rapi. rapi
b. Hasil belajar Siswa
Untuk hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata
mengalami penurunan, pada prasiklus nilai rata-rata 63,84 sedangkan
nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu 47,28, tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM. Ini dikarenakan metode yang
digunakan adalah metode Inquiry yang baru pertama kali digunakan
dalam pelajaran fisika. Metode Inquiry yang peneliti gunakan
termasuk metode yang sangat menuntut siswa untuk kreatif dan aktif,
oleh sebab itu kelas XII IPA 6 ini agak kesulitan karena memang
aktivitas siswa untuk pelajaran fisika kurang aktif. Oleh sebab itu
peneliti harus dapat menentukan perubahan–perubahan yang harus
dilakukan sebagai tindakan refleksi untuk meningkatkan aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa.
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data hasil belajar pada
siklus 1 dengan data hasil belajar kondisi awal pada kelas XII IPA 6.
Tabel 11. Hasil belajar siklus 1 dibandingkan dengan kondisi awal
No Kondisi Awal Siklus 1 Refleksi1.
2.
3.
Nilai paling rendah 40
Nilai tertinggi 97
Rata-rata 63,84
Nilai paling rendah 18
Nilai tertinggi 69
Rata-rata 47,28
Nilai terendah mengalami kenaikan 55 % Nilai tertinggi mengalami penurunan 29 % .Nilai rata-rata mengalami penurunan 26 % .
72
Lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data hasil belajar pra-siklus
dan siklus 1, di sini akan tampak perbedaan nilai ulangan yang
diperoleh siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya.
Tabel 12: Data Hasil Belajar Siswa pada Pra-siklus dan Siklus I No Nilai Siswa
Pra-siklus Siklus 1KeteranganJumlah
siswaJumlah siswa
1.2.34.5.6.7.8.9.10.
1 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 6061 – 7071 – 8081 – 9091 - 100
0002669342
01191164000
Pra-siklus Nilai terendah 40Nilai tertinggi 97Nilai batas KKM 8 siswaSiklus 1Nilai terendah 18Nilai tertinggi 69Tidak ada siswa yang memperoleh nilai batas KKM Jumlah keseluruhan 32 32
Nilai Rata-Rata 63,84 47, 28
Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus 1 ,
mengalami penurunan. Nilai rata-rata kelas yang pada prasiklus 63,84
mengalami penurunan menjadi 47,28, yang berarti turun sebesar
26%. Dan tidak ada siswa yang mendapat nilai batas KKM.
C.Deskripsi Hasil Siklus 2
1. Perencanaan Tindakan Siklus 2
73
a. Perencanaan Apersepsi
Dalam pengamatan aktivitas kelas peneliti telah menyiapkan
lembar observasi dengan 8 aspek yang diamati. Dalam pelaksanaanya
dibantu oleh teman sejawat sebagai observer, dan cara kerjanya
observer tinggal memberi skor pada lembar observasi yang telah
disediakan.
Untuk mengambil data hasil belajar siswa, peneliti telah
menyiapkan soal ulangan lengkap dengan kisi-kisi dan skor penilaian.
Bentuk soal obyektif dengan jumlah soal 20 dan esay dengan jumlah
soal 5 dengan waktu 45 menit.
b. Perencanaan Kegiatan Inti
Untuk pengamatan aktivitas siswa, teman sejawat mengamati
dan mengisikan pada lembar observasi dengan cara mencontreng skor
yang tepat untuk sikap siswa tersebut, dan untuk mempermudah
mengetahui aktivitas siswa, siswa diwajibkan memakai kartu identitas
yang berupa nomor absen yang telah dibuat sebelumnya oleh
kelompok masing-masing yang digunakan didada biar kelihatan oleh
pengamat. Setelah selesai setiap kali pengamatan teman sejawat
menyerahkan dan mendiskusikan hasilnya dengan peneliti dan
menandatanganinya.
Untuk pengamatan hasil belajar siswa, siswa dibentuk
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Kelompok ini
mempersiapkan bahan yang digunakan dalam praktikum nanti, dan
74
juga mempersiapkan materi dapat diambilkan dari buku-buku sumber
yang relevan dan bisa juga ditambahkan dari internet.
c. Perencanaan Kegiatan Penutup
Untuk pengamatan aktivitas, setelah selesai pengamatan
aktivitas pada tiap kelompok, teman sejawat menyerahkan hasil
rekapan aktivitas tersebut dan mendiskusikan hasil pengamatannya
dengan peneliti dan menandatanganinya.
Untuk pengamatan hasil belajar, siswa bisa konsultasi dengan
guru mengenai bahan yang harus disiapkan saat praktikum
dilaksanakan, dan menanyakan hal-hal yang belum jelas.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
a. Pelaksanaan Apersepsi
Sebelum kegiatan proses belajar mengajar dimulai terlebih dulu
guru memberikan informasi mengenai pelaksanaan praktikum. Mulai
dari pemakaian baju praktikum, nomor identitas, bahan yang harus
disiapkan, lembar kegiatan praktikum, buku-buku reverensi. Dalam
pelaksanaanya nanti siswa dibentuk kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 anak, berarti ada 8 kelompok.
b. Pelaksanaan Kegiatan inti.
Pertemuan ke-I ( 2jam ),
Pada kegiatan yang pertama siswa melakukan praktikum yang
dilakukan di laboratorium untuk mengamati Pteridophyta (tumbuhan
biji), sebelum praktikum guru memberikan gambar–gambar dengan
menggunakan power point, sehingga siswa sudah semakin jelas apa
75
yang harus dilakukan dalam melakukan praktikum nanti, sehingga
siswa kelihatan lebih tertib dan aktif dalam melakukan praktikum .
Pertemuan ke-2 (1 jam),
Pada kegiatan ini siswa melakukan diskusi yang dilaksanakan dikelas,
dengan bahan diskusi sudah disiapkan oleh guru, siswa mengerjakan
dan mendiskusikan secara berkelompok dan mempresentasikan
berdasarkan undian dan menjawab pertanyaan yang ada, kelompok
yang tidak mendapatkan untuk presentasi maka bertugas untuk
mengajukan pertanyaan
Pertemuan ke-3 (2 jam),
Pada kegiatan yang ke-3 ini siswa melakukan praktikum untuk
mengamati Spermatophyta (tumbuhan biji), siswa semakin aktif dan
mulai merasakan kenyamanan metode Inquiry dan siswa tampak
senang dan sangat antusias, banyak pertanyaan dan semakin terjadi
respon positif baik antar kelompok ataupun dengan guru.
Pertemuan ke-4 (1 jam),
Pada kegiatan ke-4 adalah ulangan yang diadakan di kelas dan
waktunya 45 menit dengan bentuk soal 20 obyektif dan 5 esay .
Untuk lebih jelasnya dibawah ini peneliti sajikan gambar-
gambar aktivitas siswa saat melaksanakan praktikum di laboratorium
dan saat diskusi di kelas serta saat pelaksanaan evaluasi pada siklus 2 .
76
Foto 1. Guru menggunakan power point Foto2. Guru menunjukkan bagian-
Untuk memperjelas materi bagian bunga.
Foto 3. Siswa melakukan pengamatan mikroskopis Foto 4 . Guru menunjukkan bagian - bagian tumbuhan secara mikroskopis
77
Foto 5. Siswa melakukan presentasi Foto 6. Siswa melakukan test
Gambar 6.( Aktivitas siswa praktikum di laboratorium, diskusi dan evaluasi pada siklus 2)
c. Pelaksanaan Kegiatan Penutup
Untuk hasil aktivitas siswa dengan merekap dan mendiskusikan
hasil dari data observasi yang telah dilakukan oleh observer dan
merangkumnya selama siklus 2 dan menandatanganinya.
Untuk hasil belajar siswa, setiap kelompok setelah selesai
melakukan kegiatan praktikum mengumpulkan laporan praktikum
secara kelompok, dan 2 hari berikutnya mengumpulkan laporan
individual. Siswa juga membuat catatan di buku, semua hasil diskusi
yang telah dilakukan .
Test ini dilakukan setelah kegiatan siklus 2 selesai, dan test berupa
soal obyektif dengan jumlah soal 20 butir dan soal esay 5 buah dengan
waktu 45 menit.
3. Hasil Pengamatan Siklus 2
a. Hasil Aktivitas Siswa
Dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang sudah
disiapkan dan dengan dibantu oleh teman sejawat, maka aktivitas
siswa semakin terpantau dengan teliti apalagi siswa menggunakan
78
nomor identitas yang semakin memper mudah untuk pengamatan dan
observer semakin aktif berkeliling untuk memastikan kegiatan yang
dilakukan siswa. Maka beberapa kebiasaan yang kurang baik yang
terjadi sudah banyak berkurang, walaupun masih ada beberapa siswa
yang masih melakukan aktivitas diluar kegiatan pembelajaran. Tetapi
karena peneliti selalu mengingatkan maka banyak terjadi perubahan
sikap.
Dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan kriteria
diatas maka mendapatkan hasil dengan skor yang telah peneliti rekap
dalam tabel 13, dan dari tabel tersebut terjadi perubahan sikap pada
siswa yang ternyata dari seluruh aspek pengamatan mengalami
kenaikan.
Perhatiaknan tabel hasil rekapan aktivitas siswa kelas XII IPA 6
selama siklus 2.
Tabel 13. Rekapan Data Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus 2
Aspek PengamatanJumlah skor pada
kegiatan Jumlah
total skorProsentase total skor
1 2 3
1.Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai 141 160 160 461 96%
2. Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar 150 146 146 442 92%
3. Interaksi antar siswa 140 138 142 420 88%4. Interaksi siswa dengan guru 134 130 133 397 83%
5. Interaksi dengan kelompoknya 146 143 140 429 89%6. Menghargai pendapat siswa lain 94 90 92 276 58%7. Kemauan untuk menyelesaikan
tugas138 140 139 417 87%
8. Kelengkapan catatan 96 100 130 326 68%
79
Dari data diatas dapat diketahui perkembangan akivitas siswa kelas
XII IPA 6 mulai dari aspek ke-1 sampai ke-8.
Aspek ke-1 yaitu Kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai
mendapatkan skor 461 dari 480 skor berarti 96%, ini menunjukkan bahwa
siswa sangat aktif dalam beberapa aspek yaitu tertib untuk mentaati aturan
seperti memakai baju praktikum, datang tidak terlambat ke laboratorium,
memakai nomor identitas, menyiapkan buku sumber, menyiapkan bahan
yang digunakan.
Aspek ke-2 yaitu perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar
mendapatkan skor 442 berarti 92%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat
aktif dalam beberapa aspek yaitu memperhatikan penjelasan guru,
memperhatikan pendapat teman, dan serius menerima pelajaran.
Aspek ke-3 yaitu interaksi antar peserta, mendapatkan skor 420 berarti
88%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau
berpendapat dan menerima pendapat teman lain.
Aspek ke-4 yaitu interaksi dengan guru, mendapatkan skor 397 berarti
83%, ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam beberapa aspek yaitu mau
mendengarkan dan memperhatikan .
Aspek yang ke-5 yaitu interaksi dengan kelompoknya, mendapatkan
skor 424 berarti 89%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam
beberapa aspek yaitu aktif melakukan kerja kelompok, aktif mencari
jawaban dari buku sumber dan berdiskusi.
80
Aspek yang ke-6 yaitu menghargai pendapat, mendapatkan skor 276
berarti 58%, ini menunjukkan bahwa siswa pasif, hanya beberapa aspek
yang dilakukan yaitu mendengarkan dan membuat ringkasan .
Aspek yang ke-7 yaitu kemauan untuk menyelesaikan tugas,
mendapatkan skor 417 berarti 87%, ini menunjukkan bahwa siswa sangat
aktif dalam beberapa aspek yaitu mengumpulkan tugas tepat waktu dan
mengerjakannya dengan rapi dan lengkap.
Aspek yang ke-8 yaitu kelengkapan catatan, mendapatkan skor 326
berarti 68%, ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif, kebanyakan
catatannya cukup lengkap tapi tidak rapi.
Gambar 7
Diagram Batang Prosentase Aktivitas Pada Siklus 2
b. Hasil Belajar Siswa
Proses pengambilan hasil belajar diperoleh dengan melakukan
tes obyektif dan soal esay. Soal obyektif 20 soal dan tes esay 5
soal .Tes ini dilakukan dengan waktu 1 jam pelajaran (45 menit) dan
dilakukan setelah penyajian materi selesai.
Dibawah ini peneliti tampilkan tabel data nilai hasil belajar
siswa pada siklus 2.
as-pek
1
as-pek
2
as-pek
3
as-pek
4
as-pek
5
as-pek
6
as-pek
7
as-pek
8
0102030405060708090
100
aktivitas
81
Tabel 14. Nilai Ulangan Harian Siklus 2 Kelas XII IPA 6 SMA Negeri 2 Pati
Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No. Kriteria Kelompok Penilaian
Siklus 2Jumlah Siswa %
1.2.34.5.
Baik sekali (85 -100)Baik (75 - 84 )Sedang (66 - 74)Kurang (56 – 65 )Sangat kurang ( < 55)
255137
6,2515,6215,6240,6321,88
Jumlah 32 100Nilai Rata-Rata 63,50
Pada data diatas tampak siswa yang memperoleh nilai sebatas
KKM yaitu 75 keatas adalah 7 anak ini berarti siswa yang nilainya
baik sampai baik sekali 22%, nilai dibawah KKM sebanyak 25 siswa
yang berarti sebanyak 78%. Sedangkan nilai rata–rata kelas yang
diperoleh adalah 63,5%. Jika hasil belajar diatas dibuat suatu diagram
bentuk balok.
Gambar. 8Diagram Batang Jumlah Siswa Dengan Hasil Ulangan Pada Siklus 2
< 55 56 - 65 66 - 74 75 - 84 85 - 100
0
2
4
6
8
10
12
14
Jumlah siswa
82
4. Refleksi
a. Aktivitas Siswa
Dengan mengamati hasil observasi yang dilakukan oleh teman
sejawat selama siklus 2 banyak sekali terjadi perubahan aktivitas pada
siswa. Siswa tampak lebih bergairah dan antosias untuk melakukan
kegiatan praktikum yang ternyata menyenangkan karena siswa dapat
membuktikan secara langsung dan mencari data dari paraktikum yang
dilakukan. Interaksi sangat kelihatan baik itu dengan kelompoknya
sendiri, atau dengan kelompok lain ataupun dengan guru, pada siklus
2 ini siswa sudah mulai memahami metode Inquiry yang ternyata
menyenangkan dan siswa kelihatan sangat aktif.
Aktivitas siswa yang terjadi pada siklus 2 sangat baik dan
mengalami perubahan yang ukup banyak dari siklus 1, siswa semakin
serius dengan proses belajar mengajar yaitu semakin bersungguh-
sungguh dalam mempersiapkan bahan yang digunakan untuk
prkatikum, siswa juga semakin tertib baik dalam persiapan maupun
pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan metode
Inquiry. Siswa semakin paham apa yang harus dilakukan pada metode
Inquiry. Dan perubahan–perubahan ini dapat dilihat dari hasil data
observasi yang diperoleh pada siklus 2, dan dapat dibandingkan
dengan hasil data observasi yang diperoleh pada siklus 1 yang
mengalami peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik, atau
lebih aktif.
83
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan beberapa perkembangan
aktivitas siswa yang terjadi pada siswa kelas XII IPA 6 selama siklus
2 dibandingkan dengan siklus 1.
Tabel 15. Hasil aktivitas siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus 1.
No Siklus 1 Siklus 2 Refleksi1
2.
3.
4.
5.
6.
7
Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber
Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan serius menerima pelajaran.
Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.
Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan dalam menentukan tindakan.
Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif
Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran
Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang
Siswa sangat aktif menyikapi kegiatan praktikum
Siswa sangat serius memperhatikan pejelasan guru dan mengajukan pertanyaan jika kurang jelas.
Siswa semakin banyak menanyakan hal-hal yang tidak jelas tentang cara kerja dan materi pelajaran .
Siswa mulai paham apa yang harus dilakukan dalam kelompoknya, aktivitas siswa tampak semakin baik.
Kerja kelompok semakin aktif dengan pembagian tugas.
Siswa semakin aktif dan mempersiapkan proses pembelajaran dengan serius
Pembuatan laporan kelompok merupakan
Dengan metode Inquiry siswa merasa senang dan sudah mulai memahaminya .
Guru menambahkan penjelasannya dengan gambar –gambar dengan power point.
Guru memberikan pertanyaan tentang cara kerja dan hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran
Dalam pembelajaran guru memperbanyak informasi dan terus berkeliling pada kelompok kerja siswa.. Kerja kelompok semakin aktif
Aktifitas terus meningkat
Dalam membuat
84
.
8.
membuat,
dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.
Catatan sudah cukup lengkap tapi belum rapi
hasil diskusi.
Laporan individual dikumpulkan tepat waktu.
Catatan semakin lengkap dan rapi.
laporan kelompok harus hasil diskusi ,
dan disalin sebagai laporan individual.
Guru menyadarkan bahwa catatan itu penting, dan dipantau.
b.Hasil belajar Siswa
Untuk hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata
mengalami kenaikan, pada siklus 1 nilai rata-rata 47,5 sedangkan nilai
rata-rata pada siklus 2 yaitu 63,5, siswa yang mendapatkan nilai diatas
KKM ada 7 siswa. Ini dikarenakan siswa sudah mulai paham dengan
metode Inquiry yang digunakan pada proses pembelajaran. Oleh sebab
itu kelas XII IPA VI mulai mengalami kenaikan hasil belajar
walaupun belum begitu baik, tapi sudah mulai mengalami perubahan
dalam hasil perolehan hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data hasil belajar pada
siklus 2 dengan data hasil belajar siklus 1 pada kelas XII IPA 6.
Tabel 16. Hasil belajar siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1.
No Siklus 1 Siklus 2 Refleksi1.
2.
3.
Nilai paling rendah 18
Nilai tertinggi 69
Rata-rata 47,28
Nilai paling rendah 40
Nilai tertinggi 86
Rata-rata 63,5
Nilai terendah mengalami penurunan 55 % Nilai tertinggi mengalami kenaikan 20 % .Nilai rata-rata mengalami kenaikan 26 %
85
Lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data hasil belajar siklus 1
dan siklus 2, di sini akan tampak perbedaan nilai ulangan yang
diperoleh siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya.
Tabel 17. Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan siklus 2
No Nilai Siswa Siklus 1 Siklus 2 Keterangan
Jumlah siswa
Jumlah siswa
1.2.34.5.6.7.8.9.10.
1 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 6061 – 7071 – 8081 – 9091 - 100
01191164000
0001597820
Siklus 1 Nilai terendah 18Nilai tertinggi 69Nilai batas KKM tidak ada
Siklus 2Nilai terendah 40Nilai tertinggi 86Nilai batas KKM ada 7 siswa
Jumlah keseluruhan 32 32Nilai Rata-Rata 47,28 63,50
Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus 2,
mengalami kenaikan. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan
26% begitu pula untuk jumlah siswa yang memperoleh nilai batas
KKM mengalami peningkatan pada siklus 1 yang tadinya tidak ada
pada siklus 2 ada 7 anak.
D.Pembahasan
a. Aktivitas Siswa
Untuk aktivitas siswa kelas XII IPA 6 yang tadinya rendah atau
tidak aktif pada proses pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry
86
tampak mengalami perubahan yang sangat pesat. Siswa merasa sangat
senang dan menikmati kegiatan yang dilakukan .
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan tabel data perkembangan
aktivitas siswa mulai dari kondisi awal (pra siklus) sampai siklus ke 2.
Tabel 18. Hasil data aktivitas siswa mulai prasiklus sampai siklus 2
NO Kondisi awal(pra siklus)
Siklus 1 Siklus 2 Refleksi
1.
2.
3.
4.
Setiap masuk pelajaraan fisika biasanya siswa belum siap, terdapat buku lain atau mengerjakan tugas lain selain fisika, atau cerita.
Perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar sangat kurang, banyak siswa berbicara sendiri saat proses pembelajaran .
Masih banyak siswa yang berbicara sendiri, mengenai materi lain
Dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang mengajukan
Siswa siap berada di laboratorium dengan segala bahan yang diperlukan dan dengan membawa buku sumber
Siswa sangat aktif memperhatikan penjelasan guru, dan melakukan kegiatan.
Siswa aktif mengajukan pertanyaan walaupun pertanyaan belum mengarah materi tapi masih berkisar pada pelaksanaan praktikum.
Dalam pelaksanaan praktikum maupun diskusi masih banyak perdebatan
Siswa sangat aktif menyikapi kegiatan praktikum
Siswa sangat serius memperhatikan pejelasan guru dan mengajukan pertanyaan jika kurang jelas.
Siswa semakin banyak menanyakan hal-hal yang tidak jelas tentang cara kerja dan materi pelajaran .
Siswa mulai paham apa yang harus dilakukan dalam kelompoknya,
Dari sikap yang masa bodoh dan tidak aktif menjadi aktif dan disiplin.
Siswa yang tadinya tidak serius menjadi serius untuk memperhatikan penjelasaan guru.
Semakin banyak siswa yang bertanya dan memberikan pendapat saat proses pembelajaran.
Aktivitas siswa terus meningkat, walaupun masih harus ada pengawasan.
87
5.
6
7.
8.
pertanyaan dan serius memperhatikan penjelasan guru
Kerjasama antar kelompok belum aktif, beberapa anak yang mengerjakan tugas
Banyak siswa yang belum perhatian terhadap pertanyaan dan tanggapan yang ada.
Dalam menyelesaikan tugas banyak siswa yang mengerjakan dengan seadanya dan mengumpulkannya tidak tepat waktu .
Setelah di kumpulkan buku catatannya ternyata 50 % siswa tidak mencatat dengan lengkap dan rapi.
dalam menentukan tindakan.
Kerja kelompok saat diskusi mulai aktif
Siswa semakin serius mempersiapkan proses pembelajaran
Dalam mengerjakan laporan kelompok hanya anak tertentu saja yang membuat, dalam pengumpulan laporan individual tidak tepat waktu.
Catatan sudah cukup lengkap tapi belum rapi
aktivitas siswa tampak semakin baik.
Kerja kelompok semakin aktif dengan pembagian tugas.
Siswa semakin aktif dan mempersiapkan proses pembelajaran dengan serius
Pembuatan laporan kelompok merupakan hasil diskusi.
Catatan semakin lengkap dan rapi.
Kerja kelompok semakin aktif
Aktifitas terus meningkat
Dalam membuat laporan kelompok harus hasil diskusi , dan disalin sebagai laporan individual.
Guru menyadarkan bahwa catatan itu penting, dan dipantau.
Berdasarkan skor data aktivitas siswa yang telah direkap oleh
observer dan peneliti, maka aktivitas siswa selama siklus 1 sampai siklus
2 mengalami peningkatan walau sedikit dan untuk lebih jelasnya dapat
diamati grafik peningkatan aktivitas siswa.
88
Tabel 19.Grafik . Peningkatan aktivitas siswa pada siklus 1 dan siklus 2
b. Hasil Belajar Siswa
Proses memperoleh hasil belajar siswa mengerjakan dengan tertib
dan tanggung jawab, hasil yang diperoleh belum memuaskan, kalau
dilihat perkembangan hasil belajar yang diperoleh siswa, pada nilai awal
sebelum menggunakan metode Inquiry kelas XII IPA 6 siswa
memperoleh nilai rata-rata 63,84 dan siswa yang tuntas berdasarkan
KKM ada 8 anak, dan setelah menggunakan metode Inquiry yang
merupakan metode baru dalam proses pembelajaran siswa mengalami
penurunan hasil belajarnya, nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 47,28 dan
tidak ada siswa yang memperoleh nilai tuntas sesuai KKM. Dan pada
siklus 2 dari hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan
walau belum memuaskan yaitu nilai rata-rata menjadi 63,50 dan siswa
yang memperoleh nilai tuntas sesuai KKM ada 7 siswa.
Walau hasil belum memuaskan tetapi sudah banyak terjadi
perubahan pada siswa XII IPA 6, dan perubahan ini hanya dapat
dibandingkan antara siklus 1 dan siklus 2 karena sama–sama
as as as as as as as as0
20
40
60
80
100
120
aktivitas siklus 2aktivitas siklus 1
89
menggunakan metode Inquiry, sedangkan data awal yang peneliti ambil
hanya sebagai pelengkap data kondisi kelas XII IPA 6.
Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan data perkembangan hasil
belajar siswa kelas XII IPA 6 mulai dari hasil ulangan prasiklus sampai
siklus 2.
Tabel 20. Data Hasil Belajar mulai dari Kondisi awal sampai siklus 2
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Refleksi
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 97
Rata-rata 63, 84
Nilai terendah 18
Nilai tertinggi 69
Rata-rata 47,28
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 86
Rata-rata 63,50
Diskripsi komperatif . Nilai terendah pada akhir siklus mengalami penurunan. Nilai tertinggi pada akhir siklus mengalami kenaikan 20 %.
Nilai rata-rata mengalami kenaikan dari 47, 28 menjadi 63,5 atau mengalami kenaikan sebesar 26 % .Jumlah siswa yang memenuhi KKM juga meningkat dari tidak ada dan siklus 2 ada 7 siswa.
E. Hasil Tindakan
a. Aktivitas Siswa
Pada kondisi awal diperoleh data aktivitas siswa masih sangat
rendah setelah menggunakan metode Inquiry aktivitas siswa sangat
berubah, siswa sangat aktif untuk mengikuti proses pembelajaran karena
90
siswa ingin mencoba metode yang baru yang baru kali ini diterapkan
untuk pembelajaran fisika. Dalam proses pembelajaran yang dialami
banyak sekali perubahan sikap, tingkah laku dan aktivitas yang dialami
siswa.
Dalam metode Inquiry ini peneliti menggunakan metode Inquiry
yang terbimbing, hanya prosentase pembimbingan yang peneliti bedakan
pada siklus 1 dan siklus 2. Dan ternyata dalam proses belajar mengajar
tampak aktivitas siswa semakin membaik, yang tadinya tidak ada
pertanyaan menjadi semakin banyak pertanyaan bahkan mengembangkan
pertanyaan yang ada, yang tadinya tadinya masa bodoh menjadi aktif
bekerja sama dengan kelompoknya.
Dan akhirnya kreativitas dan aktivitas siswa bertambah baik dan
memuaskan, dibuktikan dengan data jumlah skor aktivitas yang diperoleh
siswa secara umum diatas 75% yang berarti sangat baik. Dengan
menggunakan metode Inquiry ternyata siswa semakin tertarik dan senang
pada materi fisika khususnya pada materi Plantae, sehingga perhatian dan
aktivitas siswa untuk belajar lebih meningkat.
b. Hasil Belajar Siswa
Untuk hasil belajar siswa kelas XII IPA 6, kalau diamati dari data
yang ada mengalami peningkatan. Kalau kita lihat data siklus 1 dan
siklus 2 maka akan dapat dilihat terjadi kenaikan mulai dari nilai
terendah pada siklus 2 menjadi 40 yang tadinya nilai terendah 18,
sedangkan nilai tertinggi juga mengalami kenaikan yang tadinya 69
menjadi 86 ini berarti mengalami kenaikan sebesar 20% dan pada nilai
91
rata-rata juga mengalami kenaikan yang tadinya 47,28 menjadi 63,50. Ini
berarti mengalami peningkatan sebesar 26%. Begitu pula untuk jumlah
siswa yang memenuhi KKM semakin meningkat mulai dari tidak ada
siswa yang tuntas sesuai KKM sampai ada 7 siswa yang tuntas.
Peningkatan ini dapat terjadi karena siswa mulai tahu apa yang
harus dikerjakan pada metode Inquiry ini dan guru juga semakin
memperbanyak prosentase pembimbingannya, seperti misalnya dengan
menambahkan informasi materi dengan menggunakan power point selain
siswa menggunakan buku-buku yang relefan, guru juga terus aktif
mengunjungi kelompok–kelompok yang dianggap ada kesulitan, dan
peneliti yakin kalau metode Inquiry ini sudah sering dilakukan oleh siswa
maka proses belajar mengajar akan lebih baik.
92
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS DEMONSTRASI
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA
MATERI INTERFERENSI CAHAYA BAGI SISWA KELAS XII-IPA 6
SMA NEGERI 2 PATI SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013
OLEH: