penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki …
TRANSCRIPT
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG
MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM
OLEH
HAPPY HOSANA TARIP
802013091
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ii
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG
MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM
Happy Hosana Tarip
Rudangta Arianti Sembiring
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua
terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran
matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Responden pada
penelitian kuantitatif ini sebanyak 38 orang berdasarkan teknik purposive
sampling serta melalui wawancara dengan wali kelas I-VI SD Kanisius Cungkup
Salatiga berupa hasil dari mata pelajaran matematika yang rendah. Alat ukur yang
digunakan adalah Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) oleh Dr. Blaine M.
Porter (1954). Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik Product Moment .
Hasil penelitian menunjukkan penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki
prestasi matematika di bawah KKM dengan memiliki tingkatan yang sedang
sejumlah 19 orang (50%), sementara orang tua yang memiliki penerimaan rendah
sebanyak 9 orang (23,68%) dan sebanyak 10 orang (26,32%) pada kategori tinggi.
Kata kunci : penerimaan orang tua, prestasi matematika.
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine the description of parents acceptance
of children who have mathematical achievement under minimum completeness
criteria. This research uses quantitative research. Respondents in this quantitative
research as much as 38 people based on purposive sampling technique and
through interviews with homeroom teacher from I to VI SD Kanisius Cungkup
Salatiga in the form of results from low mathematics subjects. The measuring
instrument utilized Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) by Dr. Blaine M.
Porter (1954). Data analysis technique using by Pearson Product Moment
technique. The result of the study showed that parents acceptance of children who
have mathematics achievement under KKM with moderate level of 19 people
(50%), while parents who have low acceptance of 9 people (23.68%) and 10
people (26 , 32%) in the high category.
Keywords : parental acceptance, achievement of mathematics
1
PENDAHULUAN
Pendidikan yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, agar siswa/i secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Santrock (2007)
untuk periode pada usia sekolah dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah
sekolah dasar pada usia 6 tahun sampai usia sekitar 8 tahun dalam usia ini
dikategorikan sebagai kelas I sampai dengan kelas III, fase kedua yaitu masa kelas
tinggi sekolah dasar pada usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12 tahun pada fase ini
dikategorikan sebagai kelas IV sampai dengan kelas VI.
Menurut Djamarah (1994) prestasi merupakan suatu hal yang telah
diciptakan dari hasil pekerjaan kita, serta suatu hasil yang menyenangkan hati dari
jalan keuletan kerja kita sendiri. Sedangkan menurut Suryabrata (2006)
berpendapat bahwa prestasi adalah perumusan terakhir dari sebuah nilai diberikan
oleh guru sebagai kemajuan atau prestasi belajar dari siswa/i selama masa tertentu.
Pengertian belajar menurut Slameto (2010) adalah suatu proses usaha yang mana
seseorang memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Selaras dengan pendapat Syah (2008) bahwa belajar merupakan suatu tahapan dari
perubahan keseluruhan tingkah laku seseorang yang relatif menetap hal tersebut
merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi seseorang. Menurut Slameto
(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua,
2
yaitu: (1) faktor internal berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan dan (2) faktor eksternal berupa keluarga dan sekolah.
Penentuan keberhasilan proses belajar anak dapat dilihat dari hasil
kegiatan-kegiatan anak yaitu bagaimana sikap anak menanggapi tugas yang
diberikan oleh guru baik berupa tugas mandiri maupun tugas kelompok. Salah satu
standar keberhasilan anak dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya.
Prestasi belajar adalah pencapaian yang telah ditempuh seseorang dalam usahanya
belajar sesuai dengan apa yang dituliskan dalam hasil rapor (Poerwanto, 1986).
Sedangkan menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu pencapaian
maksimal yang telah dicapai seseorang dalam kecakapan nyata setelah
mengadakan usaha-usaha salah satu perbaikan ke arah yang lebih baik dengan
menggunakan alat pengukur tes evaluasi belajar. Dari pendapat yang telah
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa/i
yang dapat dicapai berupa penguasan terkait pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat
dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan
siswa/i untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang
disebut belajar.
Dewasa ini seseorang yang menguasai bidang eksakta tergolong
merupakan orang-orang yang hebat dan berprestasi. Orang-orang tersebut berbeda
dan terbatas, oleh sebab itu karena pada perkembangannya banyak orang tua yang
ingin anaknya mampu menguasai bidang eksakta. Bidang-bidang eksakta
didalamnya termasuk matematika, matematika merupakan awal atau dasar dari
segala ilmu pengetahuan oleh sebab itu matematika menjadi penting untuk
3
diajarkan pada usia kanak-kanak. Pada umumnya matematika dipandang sebagai
suatu kedudukan yang bergengsi dan cukup menjadi jaminan sebagai masa depan
yang cerah bagi anak (Nanang, 2016).
Matematika merupakan himpunan dari suatu nilai kebenaran, seperti suatu
pernyataan yang dilengkapi oleh bukti (Marsigit, 2003). Sedangkan pengertian
matematika menurut Hudoyo (2003) adalah suatu pembelajaran yang berkaitan,
berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak.
Dimana untuk memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungan diperlukan
pemahaman tentang konsep yang ada di dalam matematika. Menurut Kline
(dalam Abdurrahman, 2003) matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan
cara bernalar induktif. Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu nilai
kebenaran yang berkaitan dengan struktur-struktur dengan menggunakan pola
berpikir secara deduktif.
Pada umumnya anak memiliki prestasi yang dikaitkan dengan daya
tangkap mereka dari materi yang disampaikan guru dalam kelas, anak yang
memang tergolong cerdas akan dengan mudah menangkap pelajaran yang
diberikan guru di sekolah. Namun ada pula anak yang merasa sulit dalam
menangkap atau menerima pelajaran. Walaupun demikian setiap orang tua
mengharapkan agar anak-anaknya dapat berhasil di sekolahnya. Keberhasilan
pendidikan anak pada umumnya melalui prestasi belajar siswa/i di sekolah, namun
keberhasilan tersebut dapat diraih dengan bantuan dari orang tua saat anak di
rumah, misalkan dalam bentuk pemberian perhatian, pengarahan, motivasi, dan
bimbingan belajar kepada anak. Orang tua merupakan orang yang bertanggung
4
jawab penuh dalam pendidikan anak-anak, sehingga kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
Kebanyakan orang tua ingin sekali agar anak-anaknya mencapai prestasi tinggi di
sekolah. Iskandar (2011) mengatakan bahwa anak yang unggul lahir dari upaya
orang tua yang menjadikan dia sebagai manusia yang unggul. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua menginginkan anaknya dapat tumbuh sebagai
orang yang sukses dan berguna bagi sesamanya. Untuk dapat menghasilkan anak
yang mereka inginkan, maka orang tua akan melakukan berbagai cara yang
menurut mereka paling benar untuk anak-anak. Di satu sisi tidak semua cara-cara
orang tua dalam mengajar anak tepat. Pengertian, penerimaan, pemahaman serta
bantuan dari orang tua menjadi sangat berarti bagi anak guna mengarahkan
kehidupan dan pencapaian prestasi belajar anak. Menurut Rusyan (dalam Azizah,
2009) mengatakan bahwa perhatian orang tua dalam belajar anaknya merupakan
faktor penting dalam membina mereka agar dapat sukses dalam belajar.
Kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan anak menjadi malas, acuh tak
acuh, dan kurang dalam minat belajar.
Hurlock (1978) berpendapat bahwa konsep penerimaan orang tua ditandai
oleh perhatian besar dan kasih sayang anak. Kurang lebih sama dengan pendapat
dari Rohner (2012) penerimaan orang tua mengarah kepada ikatan rasa sayang
antara orang tua dan anak-anak mereka, dan dengan perilaku fisik, verbal, dan
simbolik orang tua digunakan untuk mengekspresikan perasaan ini. Salah satu
ujung kontinum ditandai dengan penerimaan orang tua, yang mengacu pada
kehangatan, kasih sayang, perawatan, kenyamanan, perhatian, pemeliharaan,
dukungan, atau cinta secara sederhana bahwa anak dapat mengalami dari orang
5
tua mereka dan pengasuh lainnya. Menurut Johnson dan Medinnus (1967)
penerimaan didefinisikan sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga
penerimaan orang tua terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang
kuat, cinta kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.
Coopersmith (1967) mengatakan bahwa penerimaan orang tua terungkap melalui
perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak, ungkapan kasih sayang
dan hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak. Porter (1954)
mengidentifikasi penerimaan orangtua sebagai salah satu unsur penting yang
mendasari seluruh struktur hubungan antara orangtua dengan anak, dalam hal ini
Porter memiliki empat aspek yaitu: a) Respect for child's feelings and right to
express them (menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan
perasaan mereka), b) Appreciation of the child's unique make-up (apresiasi pada
anak terhadap keunikannya), c) Recognition of the child's need for autonomy and
independence (mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian),
d) Unconditional love (mencintai anak tanpa syarat).
Pada saat anak merasa malu atau kecewa karena hasil belajar atau nilai
rapot yang menurun maka orang tua menghargai perasaan anak dan membiarkan
bagaimana mereka mengekspresikan perasaannya, sebagai orang tua pun sebisa
mungkin menghargai keunikan yang ada pada anaknya karena anak mungkin
berbeda dari setiap anak lainnya serta menerima keterbatasan yang ada pada anak.
Sama halnya saat anak dihadapi oleh beberapa pilihan dan harus membuat suatu
keputusan maka orang tua mengakui bahwa anak akan pada waktunya
membutuhkan kemandirian baik dalam mengambil suatu keputusan, maupun
dalam hal berteman tetapi selaku orang tua tidak lepas memberikan cinta dan
6
dukungan tanpa ada batas dan syarat untuk anaknya bagaimana pun hasil prestasi
yang diperoleh maupun karakter dari anak. Penerimaan merupakan pemicu bagi
prestasi anak dan pada umumnya anak lebih cenderung dekat dengan orang tua
daripada lingkungan luarnya sehingga dengan adanya hubungan yang dekat antara
anak dan orang tua mampu membuat anak merasa bebas dalam mengekspresikan
semua yang anak rasakan serta anak menganggap bahwa orang tua merupakan
seorang yang memiliki rasa peduli dan empati (Porter, 1954).
Jadi sesusai dengan aspek yang sudah dilampirkan di atas ingin
mengatakan bahwa sebenarnya anak pada usia sekolah sangat mudah menyerap
pengetahuan dari lingkungan sekitar mereka dan rentan dalam melakukan
kesalahan akibat pembentukan mental yang belum sempurna, sehingga orang tua
sebagai media utama penyalur pengetahuan sebelum anak mereka dilepas ke
dalam lingkungan sosial masyarakat. Semua itu dibentengi oleh dukungan moral,
etika, sopan santun, tata krama, kedisiplinan sebagai daya dorong bagi anak
mereka agar bisa berprestasi dalam proses belajar di sekolah dan meminimalisir
sikap ketimpangan dalam kehidupan sosial mereka. Namun, dalam proses prestasi
belajar anak yang rendah tidak semua orang tua dapat menerima seutuhnya.
Dalam hal ini orang tua menjadi memberikan batasan pada anak untuk bermain,
uang jajan dikurangi dari pada sebelumnya, dan sering menjadi pemarah setelah
mengetahui prestasi belajar anak mereka rendah, hal ini merupakan wujud dari
rasa kekecewaan orang tua. Salah satu wujud dukungan orang tua dimulai dari
memperbaiki nilai mata pelajaran yang rendah yaitu mata pelajaran matematika.
Menurut Nugrahawati (2012) kemampuan matematika digunakan untuk
melakukan perhitungan-perhitungan tentang logika dan keberhasilan dalam
7
melaksanakan tugasnya. Sehingga siswa/i yang memiliki prestasi akademik yang
baik di bidang matematika akan memiliki penguasaan yang baik pula dalam mata
pelajaran lainnya. Oleh sebab itu orang tua mempunyai intensitas untuk
mendukung anak-anak mereka dalam bidang matematika tersebut. Pada akhirnya
matematika mampu mempengaruhi bidang-bidang yang lain, dalam hal ini
matematika dapat membuat anak berpikir secara logis, terukur, tepat dan kritis,
dengan terlatihnya keahlian anak tersebut maka anak dapat mengikuti pelajaran
yang lain dengan mudah.
Sebagai orang tua, terdapat empat peran dalam prestasi belajar anak
(Arifin, 1992), yaitu: a. Seorang pengasuh dan pendidik. Salah satu peran penting
orang tua adalah sebagai pendidik serta bertanggung jawab dalam menemukan
bakat dan minat anak, b. Seorang motivator. Orang tua memberikan dukungan
untuk anak akan pentingnya belajar agar dapt meningkatkan prestasi belajar,
dukungan bisa dengan memberikan suasana belajar yang nyaman, mendampingi,
membimbing saat belajar dengan kasih sayang, c. Seorang pembimbing. Orang
tua memberikan bantuan kepada anak yang merasa kesulitan dalam belajar, d.
Seorang fasilitator. Menyediakan fasilitas atau sarana belajar, hal ini juga
merupakan salah satu penunjang prestasi belajar anak.
Lingkungan sekolah sebagai sarana dalam mengevaluasi diri terkait
dengan perkembangan anak dimana orang tua dapat lebih mudah mengerti
terhadap kondisi dan situasi berkaitan langsung dengan prestasi belajar anak-anak
mereka. Para pendidik atau guru-guru di sekolah dapat secara langsung
menyampaikan permasalahan yang dialami oleh anak mereka dalam mengikuti
proses belajar di dalam maupun di lingkungan sekolah. Melalui informasi yang
8
didapat oleh para orang dari sekolah membuat mereka semakin lebih sadar akan
kekurangan dan kelebihan serta mau menerima anak-anak mereka dengan tulus
hati, karena penerimaan merupakan suatu hal yang penting bagi anak.
Dari hasil wawancara dengan satu Guru SD Kanisius Cungkup Salatiga
(wawancara dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2017), diketahui bahwa ada
beberapa anak harus diajar dari nol, anak dengan mudah kehilangan fokusnya
dalam belajar, pengetahuan prasyarat anak yang kurang sehingga kurang bisa
menunjang pembelajaran anak, lupa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
serta terdapat juga salah satu orang tua ketika pulang sekolah marah-marah karena
menunggu anaknya yang lambat dalam menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, penelitian oleh Saraswati (2017) mengenai pengaruh perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar siswa/i kelas IV di SDIT Alam Harapan
Ummat Purbalingga yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar siswa/i kelas IV di SDIT Alam Harapan
Ummat Purbalingga. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Casdari (2008)
tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar
siswa, berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perhatian dari
orang tua terhadap minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil
belajar anak. Sehingga menurut pernyataan di atas menunjukkan bahwa
penerimaan orang tua berperan penting dalam prestasi belajar anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menduga bahwa besarnya
penerimaan orang tua baik berupa perhatian, bimbingan, kasih sayang tanpa
syarat, dan sebagainya bisa berperan penting dalam prestasi belajar anak mereka.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua
9
terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran
matematika.
10
METODE PENELITIAN
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua. Penelitian ini
dilaksanakan di kota Salatiga dan populasi dalam penelitian ini adalah orang tua
SD Kanisius Cungkup Salatiga yaitu sebanyak 168 orang tua kemudian dilakukan
seleksi dari hasil wawancara sehingga didapatkan 38 orang tua dengan anak yang
berprestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran matematika. Dalam
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu. Adapun
karakteristik yang dijadikan sampel penelitian adalah: (1) orang tua yang
menyekolahkan anak mereka di SD Kanisius Cungkup Salatiga, (2) orang tua
yang berusia 25 sampai 45 tahun, dan (3) orang tua yang memiliki anak
berprestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran matematika dengan nilai
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dilihat dari hasil rapot semester
ganjil.
Instrumen Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu instrumen penelitian
berupa skala psikologi. Untuk mengukur penerimaan orang tua, peneliti
menggunakan Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) yang terdiri dari 40 item,
berdasarkan aspek Porter (1954) yang menjelaskan bahwa PPAS terdiri atas
empat aspek yaitu: a) Respect for child's feelings and right to express them
(menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan perasaan mereka), b)
Appreciation of the child's unique make-up (apresiasi pada anak terhadap
keunikannya), c) Recognition of the child's need for autonomy and independence
11
(mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian), d)
Unconditional love (mencintai anak tanpa syarat).
Prosedur
Dalam proses pengambilan data, peneliti menyerahkan 168 angket dimana
peneliti sudah membagikan per-tiap kelas sesuai dengan jumlah total siswa/i di
SD Kanisius Cungkup Salatiga yaitu kelas I dengan total siswa/i 30, kelas II
dengan total siswa/i 26, kelas III dengan total siswa/i 23, kelas IV dengan total
siswa/i 30, kelas V dengan total siswa/i 34, kelas VI dengan total siswa/i 25.
Peneliti memberikan angket tersebut kepada Kepala Sekolah yang kemudian akan
dibagikan pada tiap wali kelas masing-masing dimana pengisian kuisioner
dilakukan oleh orang tua siswa/i baik itu ayah atau ibu, peneliti melakukannya
pada tanggal 7 Maret 2018 dan pengembalian angket pada tanggal 19 Maret dan
27 Maret 2018. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara kepada para wali
kelas pada tanggal 21 Maret 2018, 22 Maret 2018, dan 26 Maret 2018 untuk dapat
mengetahui siswa/i yang memiliki prestasi belajar matematika di bawah KKM
berapa jumlahnya serta dalam mata pelajaran apa yang memiliki hasil nilai
rendah, dari hasil wawancara yang didapatkan maka ada 38 siswa/i yang memiliki
prestasi belajar matematika di bawah KKM dengan mata pelajaran yang rendah
adalah matematika. Data yang telah terkumpul kemudian diolah lalu dianalisa
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.
12
Teknik Analisis Data
Dalam perhitungan penelitian ini menggunakan bantuan dari program
statistik SPPS versi 16.00 dan 22.00 for windows dan untuk menguji validitas item
pada penelitian ini menggunakan Product Moment dari Pearson (Hasan, 1999).
Sedangkan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach
Alpha. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-
Smirnov.
13
HASIL ANALISIS DATA
Analisis Deskriptif
Untuk keperluan analisis deskriptif terkait penerimaan orangtua terhadap
anak yang memiliki prestasi matematika di bawah KKM, maka total jawaban
partisipan dikategorikan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi (SD) sebagai
berikut:
Tabel 1
Norma Statistika Deskriptif
Tinggi (X) > Mean + 0,75SD
Sedang Mean - 0,75SD ≤ X ≤ Mean + 0,75SD
Rendah (X) > Mean - 0,75SD
Menurut Riwidikdo (2012) aturan normatif yang menggunakan mean dan
standar deviasi tersebut hanya berlaku jika terdapat tiga kategori dalam
pembagian total skor jawaban responden. Di bawah ini adalah penjabaran analisa
deskriptif untuk variabel yang digunakan di dalam penelitian:
1. Penerimaan Orang Tua
Dari hasil penelitian di atas diperoleh penilaian data Penerimaan Orang
Tua dengan mean = 128,94 dan standar deviasi = 14,80 maka didapatkan
kategorisasi sebagai berikut:
14
Tabel 2
Kategorisasi Porter Parental Acceptance Scale
Interval Kategori N Presentase Mean SD
X > 140,05 Tinggi 10 26,32%
128,95
14,80 117,85≤ X ≤ 140,05 Sedang 19 50%
X < 117,85 Rendah 9 23,68%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua memiliki
penerimaan dalam kategori sedang sejumlah 19 orang (50%). Sementara orang tua
yang memiliki penerimaan rendah sebanyak 9 orang (23,68%) dan sebanyak 10
orang (26,32%) pada kategori tinggi.
2. Skor Total Per-item Porter Parental Acceptance Scale
Berdasarkan hasil perhitungan skor total per-item dari empat aspek milik
Porter, hasil tersebut dimasukkan ke dalam interval kategorisasi dengan mean =
119,26 dan standar deviasi = 29,77 maka didapatkan kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 3
Kategorisasi Skor Total Per-Item Porter Parental Acceptance Scale
Interval Kategori N Presentase Mean SD
X > 141,59 Tinggi 6 26,09%
119,26
29,77 96,93 ≤ X ≤ 141,59 Sedang 12 52,17%
X < 96,93 Rendah 5 21,74%
15
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas partisipan
berada pada kategori sedang untuk aspek respect for child's feelings and right to
express them, appreciation of the child's unique make-up, recognition of the
child's need for autonomy and independence dan unconditional love pada variabel
Porter Parental Acceptance dengan rincian yakni sebanyak 12 orang (52,17%),
sementara kategori rendah terdiri dari aspek respect for child's feelings and right
to express them, recognition of the child's need for autonomy and independence
dan unconditional love sebanyak 5 orang (21,74%) dan sebanyak 6 orang
(26,09%) pada kategori tinggi dalam aspek respect for child's feelings and right to
express them, appreciation of the child's unique make-up, dan recognition of the
child's need for autonomy and independence.
Analisis Data
Berikut ini adalah hasil pehitungan dari skala yang digunakan oleh peneliti
yaitu Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) serta nilai dari prestasi belajar
yang rendah dalam mata pelajaran matematika. Dengan melakukan uji coba alat
ukur terlebih dahulu maka didapatkan hasilnya seperti berikut:
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada skala PPAS menghasilkan reliabilitas yaitu sebesar
0,795. Pengujian reliabilitas menyisakan 23 item yang awalnya yang berjumlah 40
item dengan menggunakan batasan dari Guilford (1956) rxy ≥ 0,20 untuk
penggugurkan item. Seluruh item-item yang daya diskriminasinya rendah harus
direvisi bahkan harus ditulis item-item pengganti yang baru sama sekali, dan
kemudian dilakukan field-test kembali (Azwar, 2012).
16
Tabel 4
Reliabilitas Skala PPAS
Variabel Alpha Cronbach Item
Penerimaan Orang Tua 0,795 23 buah
Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini berkisar mulai dari 0,0 sampai
dengan 1,0, bila koefisien semakin mendekati angka 1,0 menunjukan bahwa
pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). Sehingga pada skala Porter
Parental Acceptance Scale (PPAS) nilai alpha cronbach adalah 0,795.
Uji Normalitas
Selanjutnya dilakukan uji asumsi, dalam penelitian ini menggunakan uji
normalitas. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dilakukan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan
melihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Penerimaan Orang Tua
Variabel K-S-Z Sig
Penerimaan Orang Tua
Prestasi Matematika
0,520
0,863
0,949
0,446
Berdasarkan uji normalitas di atas, variabel di atas memiliki signifikansi
p>0,05. Dimana variabel penerimaan orang tua memiliki K-S-Z sebesar 0,520
dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,949 (p>0,05). Sedangkan untuk
prestasi rendah yang saya ambil yaitu dalam pelajaran matematika memiliki K-S-
Z sebesar 0,863 dengan probabilitas atau signifikansi sebesar 0,446. Dengan hasil
17
demikian maka berdistribusi normal apabila p>0,05 yang didapatkan dari hasil
analisa menggunakan SPSS 16.00.
18
PEMBAHASAN
Dalam proses penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki prestasi
belajar yang rendah berupaya agar mencari jalan keluar agar anak mereka dapat
menaikkan kapasitas mereka dalam tahap pendidikan mereka selama masih duduk
di bangku sekolah. Kasus penerimaan orang tua terhadap anak-anak SD Kanisius
Cungkup pada umumnya membutuhkan kompromi dan toleransi yang tinggi
sebagai orang tua kandung. Kadang muncul sikap yang menyimpang pada anak
yang mengakibatkan orang tua agar membantu anaknya untuk menemukan cara
lain untuk mengekspresikan sesuatu hal dengan cara mengevaluasi perilaku dari
sisi anaknya melalui pola pertumbuhan, kepentingan serta sesuai dengan nilai-
nilai luhur yang diperlukan dalam pergaulan anak tersebut (Porter, 1954).
Anak-anak sekolah dasar cenderung menunjukan perasaan mereka dengan
berteriak dan menari pada suasana dan momen yang tidak tepat di saat orang lain
ingin menikmati suasana yang hening dan damai. Oleh sebab itu orang tua mereka
dalam merespon situasi tersebut maka biasanya didahului dengan komunikasi dan
menanyakan alasan apa yang membuat mereka menjadi riang seperti itu sehingga
melalui cara tersebut maka muncul pengertian orang tua agar tidak langsung
memarahi anaknya hal tersebut (Porter, 1954). Hal tersebut menjadi bagian
penerimaan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka yang bersekolah di SD
Kanisius Cungkup.
Orang tua dari anak-anak sekolah SD Kanisius Cungkup juga terkadang
memiliki konflik dalam komunikasi dimana keputusan seorang anak yang ditolak
oleh orang tuanya sendiri sehingga terjadi perdebatan (Porter, 1954). Namun
19
orang tua dari anak-anak tersebut kadang harus mengitrospeksi diri bahwa tidak
selama keputusan yang ia berikan kepada anaknya merupakan solusi terbaik tetapi
anak juga perlu memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Ketika anak sedang menjalani proses studi mereka di bangku SD, mereka
sering dihadapkan kepada berbagai macam pilihan karena tidak selamanya orang
tua dapat mendampingi anaknya dalam menghadapi suatu permasalahan misalkan
saat anak menghadapi ujian matematika orang tua tidak bisa memberikan
masukan atau bantuan sehingga anak harus dengan pilihannya sendiri dalam
menentukan jawabannya. Pada saat itu orang tua mendorong anak untuk
mengambil keputusannya sendiri karena orang tua yakin bahwa anaknya bisa
membuat pilihan dengan bijaksana (Porter, 1954).
Salah satu cara yang dipakai orang tua dalam melatih kedewasaan dan
kemandirian anak yaitu dengan memberikan ruang kepada anak dalam mengambil
keputusan yang tepat, dimana pada akhirnya tidak merugikan anak dan pihak
lainnya. Lalu peran orang tua lebih cenderung untuk mendorong dan mengajarkan
anak mereka untuk dapat memikul tangung jawab mereka sendiri. Selain itu orang
tua dapat membantu anak mereka yang berprestasi rendah agar menemukan cara
dalam merealisasikan keinginan yang baik di masa sekarang dan di masa depan
(Porter, 1954).
Anak-anak pada usia sekolah sering mengeluarkan perasaan emosional
mereka dalam suatu hal yang mengakibatkan orang-orang yang ada di sekitarnya
merasa terganggu, sehingga orang tua dalam fungsinya menggunakan semua
petunjuk yang ada untuk melihat minat dan perasaan anak agar dapat mengetahui
karakter asli pada anak itu sendiri. Melalui komunikasi yang dilakukan orang tua
20
terhadap anaknya sehingga dapat membantu memberikan informasi terkait dengan
karakter asli anaknya (Porter, 1954).
Dalam proses penerimaan, ada beberapa orang tua yang memiliki
tingkatan yang rendah dalam hal ini yaitu saat anak marah dan mengatakan suatu
kata-kata kebencian kepada orang tua membuat orang tua ingin menghukum
anaknya karena berperilaku tidak sopan terhadap orang tua, ada waktunya saat
anak berperilaku sesuai harapan tertinggi dari orang tua tetapi tingkatan perasaan
mereka tidak mengalami perubahan, mereka hanya menganggap hal tersebut
biasa. Waktu anak mereka patuh terhadap semua perintah dan larangan dari orang
tua maka orang tua menganggap sikap patuh yang dilakukan anak merupakan hal
yang biasa, ada saatnya anak menjadi dekat dan anak mengekspresikan suatu
bentuk kasih sayang kepada orang tua hal tersebut seharusnya memberikan
perasaan senang bagi orang tua ketika anak bisa dekat dan mengungkapkan
ekspresi kasih sayangnya tetapi beberapa orang tua memiliki perasaan yang biasa
ketika anak melakukan hal tersebut (Porter, 1954).
Dalam aspek pertama yaitu respect for child's feelings and right to express
them (menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan perasaan
mereka) dalam tabel 3 terdapat kategori tinggi dan rendah, untuk kategori tinggi
ada dua poin dengan berjumlah 166 dan 152 sedangkan kategori rendahnya ada
dua poin dengan berjumlah 93 dan 72. Aspek kedua appreciation of the child's
unique make-up (apresiasi pada anak terhadap keunikannya) untuk kategori tinggi
ada dua poin dengan jumlah 156 dan 150 sedangkan untuk kategori rendahnya
tidak ada. Aspek ketiga yaitu recognition of the child's need for autonomy and
independence (mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian)
21
untuk kategori tinggi ada dua poin dengan jumlah 152 dan 145 sedangkan
kategori rendahnya ada satu poin dengan jumlah 80. Dan aspek keempat
unconditional love (mencintai anak tanpa syarat) dalam aspek ini hanya ada
kategori rendah yaitu dua poin dengan berjumlah 66 dan 64.
Uji reliabilitas dan seleksi item pada skala penerimaan orang tua dilakukan
oleh peneliti sebanyak satu kali putaran dengan menggunakan batas kriteria 0,20.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji coba atau try out data terpakai,
dimana dari hasil uji coba langsung digunakan penulis untuk dianalisis hanya dari
butir-butir yang sah dan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2000). Kekurangan pada
try out data terpakai di penelitian ini yakni terdapat beberapa item yang tidak
dapat diwakili dari indikator di empat aspek milik Porter, keterbatasan peneliti
baik dalam pengambilan data maupun dalam pengukuran variabel-variabel
lainnya.
Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif skala didapatkan mean sebesar
128,94 dan standar deviasi sebesar 14,80 menunjukkan bahwa sebagian besar
orang tua memiliki penerimaan dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 50% (19
orang). Sementara orang tua yang memiliki penerimaan rendah sebanyak 23,68%
(9 orang) dan sebanyak 26,32% (10 orang) pada kategori tinggi. Serta berdasarkan
hasil dari analisis deskriptif skor per-item skala diperoleh mean = 119,26 dan
standar deviasi = 29,77, menunjukkan bahwa mayoritas partisipan berada pada
kategori sedang untuk aspek respect for child's feelings and right to express them,
appreciation of the child's unique make-up, recognition of the child's need for
autonomy and independence dan unconditional love pada variabel Porter
Parental Acceptance, dengan rincian yakni sebanyak 12 orang (52,17%),
22
sementara kategori rendah di dominasi pada aspek unconditional love sebanyak 5
orang (21,74%) dan sebanyak 6 orang (26,09%) pada kategori tinggi dalam aspek
respect for child's feelings and right to express them, appreciation of the child's
unique make-up, recognition of the child's need for autonomy and independence.
Sekolah juga memiliki peranan penting dalam membantu orang tua untuk
menerima kekurangan anak mereka dalam prestasi belajar. Sekolah dapat
membuka wawasan orang tua melalui hasil akhir belajar anak yang dikeluarkan
setiap akhir semester, dari hal tersebut orang tua dengan fungsinya dapat mencari
cara agar meningkatkan kualitas dari hasil belajar anak-anak mereka. Oleh sebab
itu orang tua serta para guru perlu bekerja sama dalam meningkatkan prestasi
yang sudah ditargetkan.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran penerimaan orang tua
terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah, dapat disimpulkan
bahwa penerimaan orang tua tehadap anak yang memiliki prestasi belajar yang
rendah di SD Kanisius rata-rata berada pada tingkat sedang dan yang
dimaksudkan dalam hal ini bahwa rata-rata orang tua kurang lebih menerima hasil
akhir studi anak-anak mereka, tetapi mereka tidak sepenuhnya menerima, namun
ada kala pada titik tertentu mereka mau dengan tulus membimbing, memberikan
perhatian, memberi dukungan dan memberi kasih sayang dalam proses belajar
anak-anak mereka. Hasil penelitian menunjukkan penerimaan orang tua terhadap
anak yang memiliki prestasi matematika di bawah KKM tergolong sedang yaitu
50%, 26,32% tergolong dalam kategori tinggi dan sebanyak 23,68% tergolong
rendah. Hasil total per-item skala menunjukkan bahwa mayoritas partisipan
berada pada kategori sedang dengan jumlah 52,17%. Dalam alat ukur PPAS
terdapat beberapa item yang tidak dapat diwakili dari indikator di empat aspek
milik Porter.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi orang tua yang memiliki tingkat penerimaannya tinggi, sedang dan
rendah diharapkan agar tetap dapat meluangkan waktu untuk anaknya untuk dapat
memberikan bimbingan, arahan, fasilitas belajar serta memberikan dukungan
dalam proses belajar anak di rumah.
24
2. Bagi sekolah kiranya dapat memberikan wawasan pentingnya penerimaan
orang tua terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah, dalam poin
yang rendah terdapat dua yang terendah yaitu terkait melakukan hal-hal bersama
anak sekecil apapun serta orang tua dengan bebas mengungkapkan rasa cintanya
kepada anak, maka diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pengarahan,
membuat acara sehari bersama orang tua atau bermain, atau seminar dan belajar
bersama orang tua dalam lingkungan sekolah sembari diselingi games, misalkan
games dengan mengungkapkan rasa sayang atau bermain tebak-tebakan kesukaan
anak.
3. Bagi orang tua yang memiliki hasil perhitungan angket dengan poin
tertinggi yaitu untuk tidak mengevaluasi perilaku dan prestasi anak dan
membandingkan anak dengan anak yang lain serta mendengarkan dengan pikiran
yang terbuka dari sisi anaknya dan mengakui bahwa terkadang orang tua salah.
4. Sekiranya pihak sekolah tetap mendukung orang tua dengan memberikan
reward atau apresiasi sehingga orang tua untuk tetap mempertahankan poin yang
tinggi, selain itu diharapkan dapat membuat orang tua yang memiliki hasil
penerimaan yang rendah dan sedang menjadi termotivasi untuk lebih ekstra dalam
mendukung, membimbing, memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak
mereka.
5. Bagi peneliti yang akan mengunakan angket PPAS, sebaiknya bahasa yang
digunakan lebih mudah dipahami dan dibuat semenarik mungkin agar responden
tidak jenuh membaca dan mengerjakannya, selain itu alangkah baiknya jika
menetapkan indikator sebagai pedoman pengukuran atau melakukan uji coba (try
out) saat ingin menggunakan PPAS.
25
6. Peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian yang sejenis,
disarankan untuk mengacu pada jumlah sampel yang lebih besar dan mengkaji
ulang terkait faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi penerimaan orang tua
serta diharapkan dapat melakukan pendekatan mendalam kepada orang tua
sehingga memperoleh data yang lebih mendalam.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin. (1992). Pokok-pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Azizah, S. N. (2009). Hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi
belajar pendidikan agama islam siswa kelas VII SMPN 2 Temon Kulon
Progo. Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.
Azwar, S. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Casdari, M. (2008). Pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan
prestasi belajar siswa. Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Pancasakti
Tegal, Tegal.
Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W. H.
Freeman.
Djamarah, S. B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Rineka
Cipta.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education (3rd
ed). New York: McGraw-Hill.
Hadi, S. (2000). Panduan Manual Program Statistik (SPS-2000). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Hasan, I. (1999). Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:
Bumi Aksara.
Hudoyo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran Matematika.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Johnson, R. C., & Medinnus, G. R. (1967). Child Psychology Behaviour and
Development. Six Edition. United States of America: John Wiley and
Sons, Inc.
Junaidi, I. (2011). Mencetak Anak Unggul. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Marsigit. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Matematika
SMP. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nanang, A. (2016). Berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar dalam
pembelajaran berbasis masalah. Mimbar Sekolah Dasar, diunduh pada 11
Mei 2018, dari
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/download/4283/pdf.
27
Nugrahawati, A. R. (2012). Hubungan prestasi akademik mata pelajaran
matematika dan mata pelajaran bahasa inggris terhadap penguasan tik
(teknologi informasi dan komunikasi) siswa di SMA N 1 Cangkringan.
Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Poerwanto, N. (1986). Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Porter, B. M. (1954). Measurement of parental acceptance of children. Journal of
home economis, 46 (3) 176-182.
Ritonga, R. (1997). Statistika Untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian. Jakarta:
Lembaga.
Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuh Madika.
Rohner, R. P. (1986).The Warmth Dimension: Foundation of Parental
Acceptance-Rejection Theory. California: Sage Publications, Inc.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: PT.
Erlangga.
Saraswati, M. (2017). Pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar
siswa kelas IV di SDIT Alam Harapan Ummat Purbalingga. Skripsi (tidak
dipublikasi). Institut Agama Islam Negeri, Purbalingga.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syah, M. (2008). Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Komisi
informasi, diunduh pada 26 Februari 2018, dari
https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101.
Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Garindo.