pengaruh audit tenure, opini audit tahun...
TRANSCRIPT
PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR
DI BEI TAHUN 2011-2014
Oleh:
MUHAMMAD NUR FAHMI
NIM: 1111082000073
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muhammad Nur Fahmi
NIM : 1111082000073
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 1 September 2015
Muhammad Nur Fahmi
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Muhammad Nur Fahmi
Tanggal Lahir : 7 Desember 1993
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl. H. Zainudin, Radio Dalam, RT: 003
RW: 014 No. 36 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Kode Post : 14120
Nomor Telepon : 083899785320
E-mail : [email protected]
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal :
1999 – 2005 : SD Negeri 07 Gandaria Utara
2005 – 2008 : MTs Darul Ma’arif
2008 – 2011 : SMA Negeri 46 Jakarta
iii
2011 – 2015 : Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Berorganisasi
OSIS MTs Darul Ma’arif
Karang Taruna Bid.Olahraga
Kordinator Biro Sarana dan Prasarana Rohis SMA 46
Bid. Syiar Forum Alumni Rohis 46
Ketua Lembaga Dakwah Kampus Komisariat FEB UIN Jakarta Periode 2013
– 2014
Sekretaris umum UKM Lembaga Dakwah Kampus Syahid UIN Jakarta 2014-
2015
Kordinator Departemen Agama BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta Periode 2014
Komisi B Pusat Komunikasi Dakwah Banten 2015
Pengalaman Kerja
Auditor di Kantor Akuntan Publik Rama Wendra
Akuntan di PT Permodalan BMT Ventura
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Moh Iqbal
Ibu : Laswiyah
Saudara : Muhammad Sattar Baihaqi
Ahmad Alwi Kindi
Anak ke dari : 1 dari 3 bersaudara
iv
ABSTRACT
THE EFFECT OF AUDIT TENURE, PRIOR YEAR AUDIT OPINION, AND
DISCLOSURE TO GOING CONCERN OPINION AUDIT OF MINING AND
AGRICULTURE COMPANIES THAT LISTED AT INDONESIAN STOCK
EXCHANGE IN 2011-2014
By
Muhammad Nur Fahmi
The purpose of this research is proving the effect of audit tenure, prior
year audit opinion, and disclosure to going concern audit opinion. This research
uses samples of mining and agriculture companies that listed at Indonesian Stock
Exchange in 2011-2014. Based on purposive sampling method, total of samples of
this research are 56 companies. The hypothesis in this research uses logistic
regression.
This research shows that prior year audit opinion has significant effect on
the going concern audit opinion. Audit tenure and disclosure do not have
significant effect on the going concern audit opinion.
Keywords: audit tenure, prior year audit opinion, disclosure, and going concern
audit opinion.
v
ABSTRAK
PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR
DI BEI TAHUN 2011-2014
Oleh
Muhammad Nur Fahmi
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh audit tenure, opini audit
tahun sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern. Penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014. Berdasarkan metode
purposive sampling, total sampel penelitian adalah sebanyak 56 perusahaan.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Audit tenure dan
disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Kata kunci: audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, disclosure, dan opini
audit going concern.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
kepada kita semua yang mana semua yang diberikan olehNya tidak bisa dihitung
maupun dibalas, dan karena nikmat-Nya pula skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW,
nabi akhir zaman, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Abahku Moh Iqbal dan Ibunda Laswiyah tercinta, terima kasih atas segala
dukungannya. Terima kasih atas pengorbanan kalian dalam membina
anakmu ini dengan segala cinta dan tuntunan ilahi. Serta adikku Abi dan
Alwi semoga menjadi anak yang berguna dan membanggakan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis beserta jajaran dekanat. Juga kepada seluruh dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM
selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
telah mengingatkan dan memberikan semangat dalam pembuatan skripsi
ini.
4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh perhatian dan dukungan. Terimakasih karena
telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan
banyak solusi.
vii
5. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengetahuan yang luas. Terimakasih karena telah
memudahkan proses skripsi dan memberikan jalan terhadap banyak
permasalahan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., selaku dosen Pembimbing
Akademik, telah membimbing selama masa perkuliahan.
7. Teman-teman Akuntansi 2011 khususnya AKUKECE, akuntansi kelas C
yang telah membersamai dalam seluruh proses perkuliahan. Khususnya
kepada teman-teman Core I 7, Rizki Fauzi, Irvan Sopian, Arif Setiawan,
Wahyu Heldera, Septiandi Dwi Nugraha, dan Noviansyah Z. yang telah
saling mendukung dalam seluruh kebersamaan.
8. Terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh pengurus Komda FEB
2013-2014, kalian merupakan saudara dakwah yang sangat baik.
9. Terima kasih kepada pengurus UKM LDK Syahid 18, 2014-2015 atas
segala kebersamaan dalam perjuangan dakwah kampus.
10. Terima kasih pula yang tidak terlupakan kepada teman-teman KESTARI
18, Ali, Annisa, Ganis, Umi, yang tidak pernah lelah saling mengingatkan
dan menebarkan semangat dalam proses pembuatan skripsi.
11. Terima kasih kepada Rohis 46 2011 yang telah mendukung dan
memanasmanasi agar terselesaikannya skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan serta keterbatasan yang
lainnya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan masukan dan kritik konstruktif dari
berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, September 2015
Muhammad Nur Fahmi
viii
DAFTAR ISI
Hal
COVER
COVER DALAM
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………….. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………….……………………………………... ii
ABSTRACT…………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xi
BAB I Pendahuluan………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………. 14
BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………... 16
A. Tinjauan Literatur…………………………………………….. 16
1. Teori Keagenan…………………………………………… 16
2. Auditing………………………………………………… 18
a. Pengertian Audit……………………………………... 18
b. Jenis-jenis Audit……………………………………… 18
1) Audit Operasional……………………………. 18
2) Audit Kepatuhan…………………………….. 19
3) Audit Laporan Keuangan…………………… 19
ix
3. Opini Audit Going Concern………………………………... 20
4. Audit Tenure………………………………………………… 26
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya…………………………... 27
6. Disclosure………………………………………………... 28
B. Penelitian Sebelumnya…………………………………………… 31
C. Kerangka Berpikir……………………………………………… 45
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis……… 46
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern. 46
2. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going Concern…………………………………. 47
3. Pengaruh Disclosure Terhadap Opini Audit Going
Concern………………………………………………………. 48
BAB III Metodologi Penelitian…………………………………………………. 50
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….. 50
B. Metode Penentuan Sampel………………………………………. 50
C. Metode Pengumpulan Data……………………………………… 51
D. Metode Analisis Data…………………………………………….. 52
E. Operasional Variabel Penelitian………………………………… 57
BAB IV Analisis dan Pembahasan……………………………………………... 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………. 60
B. Analisis dan Pembahasan………………………………………... 64
BAB V Kesimpulan dan Saran………………………………………………... 79
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 79
B. Saran……………………………………………………………… 80
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 81
LAMPIRAN………………………………………………………………………… 84
x
Daftar Tabel
No Keterangan Hal
1.1 Skandal Akuntansi……………………………………………………… 4
1.2 Data Peringkat Tambang Indonesia…………………………………….. 8
2.1 Disclosure Item………………………………………………………………… 30
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya…………………………………………… 32
3.1 Variabel Pengukuran dan Operasional…………………………………. 59
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria………………………………. 61
4.2 Sampel Penelitian………………………………………………………. 62
4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit……………..………… 63
4.4 Descriptive Statistics………………………………………………………….. 65
4.5 Iteration History………………………………………………………... 68
4.6 Iteration History 1……………………………………………………… 69
4.7 Koefisien Determinasi………………………………………………….. 70
4.8 Hosmer and Lemeshow Test………………………………………………….. 70
4.9 Correlation Matrix…………………………………………………………….. 71
4.10 Classification Table…………………………………………………………… 72
4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik………………………………….... 73
4.12 Ringkasan Hasil Penelitian……………………………………………... 78
xi
Daftar Gambar
No Keterangan Hal
1.1 Peta Lokasi penyebaran Sumber daya dan Cadangan Batubara………... 9
2.1 Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern…….. 26
2.2 Kerangka Berpikir……………………………………………………… 45
1
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Akuntan publik merupakan salah satu profesi yang memiliki lisensi yang
diberikan oleh Departemen Keuangan setelah melalui ujian Certified Public
Accountant (CPA). Salah satu jasa akuntan publik adalah assurance services yang
mana bertujuan untuk meningkatkan mutu dari laporan keuangan. Dalam hal ini
auditing merupakan salah satu daripada assurance services tersebut. Jasa auditing
berusaha untuk memeriksa dan memberikan opini terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan, terkait dengan apakah laporan yang disajikan oleh manajemen
sudah disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak, serta apakah
laporan disajikan dengan sewajar-wajarnya. Maka dari itu akuntan publik
memiliki peran penting dalam hal pengeluaran hasil audit laporan keuangan.
Akuntan publik memiliki tanggung jawab penuh atas seluruh hasil audit yang
dikeluarkannya. Akuntan publik atau auditor independen bertugas memberikan
jasanya terutama jasa audit laporan keuangan kepada para kliennya. Boynton dan
Johnson (2006:10) menyatakan bahwa klien para auditor independen tersebut
dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, dan
kantor pemerintah.
Auditor independen dalam melaksanakan tugasnya harus mengacu pada
standar yang dibuat oleh masing-masing negara tempat auditor tersebut
beroperasi. Di Indonesia standar yang digunakan untuk acuan para auditor adalah
2
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dengan adanya standar ini, maka
seluruh kegiatan auditor telah terstandarisasi.
Auditor harus mengupayakan menciptakan kondisi audit yang paling
efektif. Salah satu kondisi yang diperlukan untuk menciptakan kondisi audit yang
efektif adalah independensi auditor (Foroghi, 2012). Auditor independen dalam
melaksanakan tugasnya harus bersikap jujur dan objektif. Hal-hal tersebut harus
ada pada diri seorang auditor, sehingga keputusan laporan audit tidak terpengaruh
pihak manapun. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit agar dapat memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan (Maulina et al. 2010).
Boynton dan Johnson (2006:5) menyatakan bahwa auditing memainkan
peran penting dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan ekonomi kita. Hal ini
dikarenakan hasil audit atas laporan keuangan yang telah diaudit diibaratkan
sebagai jembatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan pemegang
kepentingan. Laporan keuangan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari suatu perusahaan, karena laporan keuangan merupakan salah satu media
utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
informasi keuangannya kepada pihak yang berkepentingan (Rossa dan Rahardjo,
2013). Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan
sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan (Singgih dan Bawono, 2010). Investor merupakan salah satu
pihak pemegang kepentingan atas suatu perusahaan, karena salah satu sumber
3
modal adalah dana dari investor. Sumber modal inilah yang bisa menjadi salah
satu faktor atas keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Salah satu referensi
yang digunakan investor untuk mengambil keputusan berkaitan dengan
investasinya adalah opini audit atas laporan keuangan perusahaan yang diberikan
oleh auditor independen (Rossa dan Rahardjo, 2013).
Opini audit sangat berperan dalam pengambilan keputusan pemegang
kepentingan, oleh sebab itu opini audit harus mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari perusahaan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaifuddin dan
Fitriyani (2014), opini yang dikeluarkan auditor atas laporan keuangan suatu
perusahaan merupakan salah satu komponen penting yang akan dipertimbangkan
para investor dalam pengambilan keputusan bisnis mereka.
Namun, di balik itu semua ada beberapa kasus skandal audit yang mana
hasil laporan audit tidak mencerminkan keadaan suatu perusahaan yang
sebenarnya dan tentu saja melibatkan auditor di dalamnya, sehingga auditor
menjadi pihak yang harus bertanggung jawab atas kasus tersebut, seperti kasus
Enron, Worldcom, Xerox, dan lain-lain (Dewayanto, 2011). Tucker et al., (2003)
dalam Ardiani et al. (2012) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang
mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar
tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Alhasil
kesalahan pemberian opini yang dikeluarkan auditor tersebut membuat salah satu
Kantor Akuntan Publik (big-5) yaitu Arthur Andersen terlibat dan berhenti
beroperasi. Selanjutnya akan disajikan beberapa kasus skandal akuntansi
(Tuanakotta, 2011:166):
4
Tabel 1.1
Skandal Akuntansi
No Perusahaan Tahun Perusahaan yang
Mengaudit
Negara
1 Cendant 1998 Ernst & Young Amerika Serikat
2 MicroStrategy 2000 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
3 Computer Associates 2000 KPMG Amerika Serikat
4 Xerox 2000 KPMG Amerika Serikat
5 One.Tel 2001 Ernst & Young Australia
6 Enron 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat
7 Adelphia 2001 Deloitte & Touche Amerika Serikat
8 AOL 2001 Ernst & Young Amerika Serikat
9 Bristol-Myers Squibb 2001 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
10 CMS Energy 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat
11 Duke Energy 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat
12 Dynegy 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat
13 El Paso Corporation 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat
14 Global Crossing 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat
15 Halliburton 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat
16 ImClone System 2002 KPMG Amerika Serikat
17 Kmart 2002 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
18 Merrill Lynch 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat
19 Peregrine System 2002 KPMG Amerika Serikat
20 Reliant Energy 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat
21 Tyco International 2002 PricewaterhouseCoopers Bermuda
22 WorldCom 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat
23 Royal Ahold 2003 Deloitte & Touche Belanda
24 Parmalat 2003 Grant Thornton SpA Italia
25 HealthSouth Corporation 2003 Ernst & Young Amerika Serikat
26 AIG 2004 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
27 Bernard L. Madoff
Investment Securities
LLC
2008 Friehling & Horowitz Amerika Serikat
28 Anglo Irish Bank 2008 Ernst & Young Irlandia
29 Satyam Computer
Services
2009 PricewaterhouseCoopers India
30 Lehman Brothers 2010 Ernst & Young Amerika Serikat
Sumber: Tuanakotta (2011:166)
5
Kasus Enron ini menjadi salah satu kasus skandal terbesar yang dapat
menjadi simbol kerusakan citra auditor. Dikutip dari Sagara dan Fitri (2013:119),
Enron merupakan perusahaan energi di Houston, Texas, Amerika Serikat yang
didirikan pada tahun 1930. Pada bulan September 2001, pemerintah Amerika
Serikat mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron.
Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar US$600 juta dan
nilai aset Enron menyusut US$1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama
diakui bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba
bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok
dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaannya harus gulung tikar, 2
Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen. Yang lebih mengejutkan dunia
akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh Duncan
(Auditor Arthur Andersen). Panik karena diminta kesaksiannya di Dewan
Perwakilan Rakyat Amerika (Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya
untuk menghancurkan ratusan kertas kerja dan e-mail yang berhubungan dengan
Enron. Kertas kerja merupakan dokumen penting dalam dunia profesi akuntan
yang berhubungan dengan laporan keuangan klien. Secara umum, setiap kertas
kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik
selama 6 tahun. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada
publik dan Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk Enron,
tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka
takut kehilangan Enron sebagai klien. Arthur Andersen adalah auditor Enron
selama beberapa tahun. Enron merupakan salah satu klien terbesarnya Andersen.
6
Enron membayar Andersen sebesar US$46,8 juta untuk audit, konsultasi bisnis,
dan kerja pajak untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 1999;
US$58 juta pada tahun 2000; dan lebih dari US$50 juta pada tahun 2001. Lebih
dari setengah jumlah itu adalah untuk biaya-biaya yang dibebankan untuk
layanan-layanan non-audit. Pada tahun 2000, misalnya, Enron membayar
Andersen sebesar US$25 juta untuk layanan audit dan US$27 juta untuk
konsultasi dan layanan-layanan lainnya, seperti layanan audit internal. Andersen
telah melaksanakan tugas audit internal Enron sejak tahun 1993. Selain kasus
enron masih ada banyak lagi kasus kebangkrutan yang melibatkan auditor di
dalamnya, seperti kasus runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat (AS)
tanggal 15 September 2008.
Banyak hal yang melatarbelakangi atas bangkrutnya perusahaan-
perusahaan besar tersebut. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya dapat berasal
dari faktor keuangan, faktor non keuangan, faktor pasar, bahkan dapat juga dari
faktor pribadi dari orang-orang yang mengelola perusahaan itu sendiri. Maka
dibutuhkannya suatu opini auditor atas keberlangsungan suatu perusahaan.
Januarti (2009) dalam Dewayanto (2011) mengemukakan bahwa atas dasar
banyaknya kasus tersebut, maka AICPA (1988) mensyaratkan bahwa auditor
harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) sampai setahun
kemudian setelah pelaporan. Opini tersebut sangat dibutuhkan oleh para
pemegang kepentingan terkait sikapnya terhadap suatu perusahaan. Opini audit
going concern membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi atau tidak
7
ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern (Ulya,
2012). Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa going concern adalah
suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke
depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial.
Sebagai contoh, Hidayat (2012) menyatakan bahwa perusahaan tambang
PT Bumi Resources diproyeksikan akan mengalami kebangkrutan finansial
setelah mencatat kerugian dan kemampuan bayar utang rendah meski manajemen
opitimis terhadap operasional. Riset yang dikeluarkan Panin Sekuritas Rabu
(29/8) mengindikasikan perusahaan batu bara ini akan bangkrut karena performa
keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar utangnya. Selain faktor
keuangan yang menjadi kendala, faktor non keuangan juga menjadi masalah di
perusahaan ini. PT Bumi Resources memiliki masalah dalam hal perizinan. Dalam
laporan auditor PT Bumi Resources tahun 2013, dinyatakan bahwa entitas anak
dari PT Bumi Resources yaitu PT Dairi Prima Mineral (Dairi), PT Citra Palu
Minerals (CPM) dan PT Gorontalo Minerals (GM), menandatangani Kontrak
Karya (KK) dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengeksplorasi emas
dan mineral lainnya di seluruh wilayah konsensi yang berada dalam wilayah hutan
lindung. Undang-undang kehutanan No. 41, yang mulai berlaku sejak tahun 1999,
melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah hutan lindung, termasuk
wilayah KK yang diberikan sebelum deklarasi. Pada tanggal 31 Desember 2013,
Dairi, CPM, dan GM masing-masing telah memperoleh izin pinjam pakai
kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan dan eksplorasinya. Izin
pinjam pakai kawasan hutan lindung memiliki batas waktu dan perlu
8
diperpanjang. Selain itu, CPM dan GM berada dalam tahap studi kelayakan. Pada
tanggal 31 Desember 2013, CPM dalam proses untuk memperoleh perpanjangan
tahap studi kelayakan dan izin pinjam pakai untuk jangka waktu berikutnya,
sedangkan GM telah mengajukan surat permohonan memasuki tahap konstruksi.
Seperti halnya PT Bumi Resources yang masih terkendala perizinan dari
pemerintah, banyak kasus perusahaan tambang yang tidak memiliki izin dari
pemerintah seperti PT Vale Indonesia yang melakukan penambangan illegal di
kawasan hutan lindung (HL) Zeba-zeba, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah,
dengan membuka jalan (main road) sepanjang 28 kilometer (IS, 2013).
Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah tropis dan dilewati garis
katulistiwa mempunyai keuntungan tersendiri. Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam di Indonesia sangat
melimpah seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan.
Dalam hal cadangan barang tambang, Indonesia merupakan negara yang cukup
disegani karenanya. Indonesia memiliki cadangan barang tambang seperti emas,
perak, timah, tembaga, nikel, batubara, dan lain-lain. Selanjutnya akan disajikan
peringkat tambang di Indonesia atas dunia dan berbagai jenis tambang dan juga
jumlah produksi tambang Indonesia:
Tabel 1.2
Data Peringkat Tambang Indonesia
No Jenis Tambang Keterangan
1 Batu bara Peringkat ke-6 dunia dalam produksi Memiliki
0,5 dari cadangan dunia.
2 Minyak Peringkat ke-25 berpotensi. Sebesar 4,3 miliar
barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial
Bersambung pada halaman berikutnya
9
Tabel 1.2 (Lanjutan)
No Jenis Tambang Keterangan
3 Gas alam Peringkat ke-13 cadangan dunia. Produksinya
peringkat ke-8 terbesar. Peringkat ke-2
pengekspor LNG
4 Emas Peringkat ke-7 potensi emas terbesar dunia.
Peringkat ke-6 produksi sebesar 6,7% dan
memiliki cadangan sebesar 2,3%.
5 Timah Peringkat ke-6 cadangan dunia sebesar 8,1%.
Peringkat ke-2 produksi sebesar 26%.
6 Tembaga Peringkat ke-7 cadangan sekitar 4,1%. Peringkat
ke-2 produksinya sebesar 10,4%.
7 Nikel Peringkat ke-8 cadangan dunia sekitar 2,9%.
Peringkat ke-4 produksi dunia sebesar 8,6%.
Sumber: http://www.hpli.org/tambang.php
Selanjutnya akan disajikan peta lokasi penyebaran salah satu barang
tambang yaitu batubara di Indonesia beserta jumlah cadangannya per juta ton:
Gambar 1.1
Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Sumber: Badan Geologi Kementerian ESDM
10
Dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia maka terbukalah
kesempatan untuk mengelola sumber daya tersebut. Oleh sebab itu banyak
perusahaan yang berkecimpung di bidang itu. Bukan hanya perusahaan dalam
negeri, perusahaan luar negeri seperti Chevron, Freeport, Petro China, dan lain-
lain turut ambil bagian dalam mengelola sumber daya Indonesia.
Seperti halnya dalam bidang pertambangan, investasi pada bidang
pertanian pun mulai berdatangan dari berbagai sumber, seperti yang dicatat oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM mencatat minat investasi
di sektor pertanian terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sampai 134,8%,
berdasarkan pengajuan izin prinsip yang diterima (Junida, 2015).
Dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap hasil sumber daya alam,
merupakan tantangan bagi semua perusahaan untuk tetap mempertahankan
kondisinya. Hal ini juga merupakan tugas bagi para auditor independen untuk
memberikan informasi bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Yang mana
peran hasil audit keuangan adalah sebagai referensi bagi para pemegang
kepentingan, maka auditor harus sangat teliti dalam menyatakan atau tidak
menyatakan opini going concern kepada suatu perusahaan.
Auditor bukan hanya menilai dari faktor keuangannya saja, namun faktor
lain juga harus diperhatikan. Faktor-faktor non keuangan juga berpengaruh
terhadap opini audit going concern yang didapat oleh perusahaan seperti audit
tenure, opini audit sebelumnya maupun tingkat disclosure.
Banyak penelitian yang meneliti terkait dengan hal-hal yang
mempengaruhi opini audit going concern baik faktor keuangan maupun non
11
keuangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Dewayanto (2011),
Ardiani et al. (2012), Foroghi (2012), Zulfikar dan Syafruddin (2013), Rossa dan
Rahradjo (2013), Verdiana dan Utama (2013), dan Bedard et al. (2015).
Ada perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor-
faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Oleh sebab itu penelitian
ini bermaksud meneliti kembali terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
opini audit going concern. Alasan, proses, dan faktor bagaimana auditor
menyatakan opini audit going concern masih menarik mengingat perusahaan yang
akan diteliti adalah perusahaan tambang dan agriculture yang memiliki ciri khas
tersendiri. Kenyataannya Indonesia dikenal oleh dunia salah satunya karena
sumber daya alamnya. Oleh sebab itu opini audit going concern pada perusahaan
yang ada harus diprediksi.
Penelitian ini meneliti terkait bagaimana pengaruh audit tenure akan
mempengaruhi opini audit going concern. Audit tenure merupakan lama waktu
hubungan antara auditor dengan auditee. Perikatan audit yang lama akan
menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk
memberikan opini audit going concern akan sulit (Ulya, 2012). Semakin lama
hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
untuk mendapatkan opini going concern (Junaidi dan Hartono, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Rossa dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa audit tenure
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan
Hartono (2010), yang nenyatakan bahwa tenure berpengaruh pada opini going
12
concern didukung. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ulya (2012) yang menyatakan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Selanjutnya penelitian ini juga meneliti pengaruh opini audit tahun
sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun
sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun
sebelumnya. Menurut Zulfikar dan Syafruddin (2013), opini audit going concern
yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor
pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going
concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan
tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat
direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya (2012) yang
menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh positif
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Penelitian ini meneliti terkait pengaruh disclosure suatu laporan
perusahaan akan mempengaruhi opini audit going concern. Disclosure dapat
didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin
mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure merupakan suatu hal yang cukup
menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi opini audit going
concern, sebab dengan ketika auditor memberikan opini wajar tanpa
13
pengecualian, informasi buruk mengenai perusahaan seringkali tidak diungkapkan
oleh pemimpin perusahaan (Lennox, 2000 dalam Verdiana dan Utama (2013).
Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin
banyak pula informasi yang ada (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaidi dan Hartono (2010), disclosure
laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor,
misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan
metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan
perusahaan, kerajasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian
opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010)
menyatakan bahwa disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap
dikeluarkannya opini going concern oleh auditor. Namun berbeda dengan hasil
penelitian Astuti dan Darsono (2012) yang menyatakan bahwa disclosure tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah,
penelitian ini mengambil data terbaru yaitu data perusahaan dari tahun 2011
sampai 2014. Sektor perusahaan yang diambilpun berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya yaitu hanya pada sektor tambang dan agriculture.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimotivasi untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern.
Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar variabel
independen yang disajikan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal-hal
14
tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh audit tenure, opini audit tahun
sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern perusahaan
tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak diteliti dapat dirumuskan dan dipaparkan
dalam beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai berikut:
1. Apakah audit tenure perusahaan mempengaruhi opini audit going
concern?
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi opini audit going
concern?
3. Apakah disclosure mempengaruhi opini audit going concern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan bukti empirisi mengenai:
a) Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern
b) Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern
c) Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern
15
2. Manfaat Penelitian
a) Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini berguna sebagai referensi
dan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga berguna
sebagai pembanding bagi penelitian-penelitian lainnya.
2) Masyarakat, penelitian ini bisa menjadi informasi yang berguna bagi
masyarakat agar lebih mengetahui terkait dengan opini audit going
concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3) Peneliti selanjutnya, sebagai rujukan dalam membuat penelitian
dengan topik opini audit going concern.
4) Penulis, sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah rujukan
terkait dengan opini audit going concern dan perusahaan tambang.
b) Kontribusi Praktis
1) Auditor dan KAP, sebagai rujukan informasi mengenai langkah-
langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan opini
audit going concern.
2) Pemegang kepentingan, sebagai rujukan dalam mengambil setiap
keputusan. Agar dapat mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak
diinginkan.
3) Pemerintah, mengantisipasi keadaan perusahaan-perusahaan yang
dapat membuat perekonomian tidak stabil jika bermasalah.
16
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan teori yang mengungkapkan adanya dua
kepentingan berbeda yang berasal dari dua pihak. Dua pihak yang memiliki
kepentingan berbeda tersebut adalah prinsipal dan agen. Di dalam teori ini
prinsipal adalah para pemegang saham atau orang-orang yang menjadi pemilik
suatu perusahaan dan agen adalah orang-orang yang menjalankan pengelolaan
perusahaan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) dalam Zulfikar dan Syafruddin
(2013) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu
atau lebih prinsipal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk
menjalankan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, merupakan suatu keharusan
dimana agen harus bekerja sesuai dengan wewenang prinsipal. Pada dasarnya para
prinsipal sebagai pemilik perusahaan ingin agar perusahaan yang mereka miliki
menguntungkan bagi mereka dan bertambah nilainya. Oleh sebab itu mereka
mempekerjakan agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan agar
tercapainya tujuan mereka. Agar terdapat timbal balik antara prinsipal dan agen,
maka agen mendapatkan imbalan dari prinsipal berupa gaji, upah, bonus, dan lain-
lain. Agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan memiliki kepentingan
tersendiri yaitu memaksimalkan imbalan dari prinsipal baik berupa gaji, bonus,
insentif, dan lain-lain.
17
Adanya dua kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang kadang
menyebabkan masalah bagi perusahaan, masalah ini biasa disebut dengan masalah
keagenan. Masalah keagenan timbul karena adanya konflik kepentingan antara
prinsipal dan agen (Zulfikar dan Syafruddin, 2013).
Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agen
(manajemen) bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan perusahaan
yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agen untuk melakukan
operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agen
dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang
ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini
dapat memicu terjadinya konflik keagenan (Zulfikar dan Syafruddin, 2013).
Untuk mengetahui keadaan perusahaan yang dimiliki oleh prinsipal, maka
agen diwajibkan untuk memberikan laporan kepada prinsipal. Salah satu laporan
yang agen berikan kepada prinsipal adalah laporan keuangan. Laporan yang
diterima oleh prinsipal digunakan untuk mengambil keputusan dan menentukan
sikap bagi perusahaan di masa mendatang. Oleh sebab itu laporan keuangan harus
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kondisi perusahaan. Jika laporan
tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dalam artian agen
memanipulasi atau salah dalam memberikan laporan, maka hal ini akan
mempengaruhi prinsipal dalam mengambil keputusan. Jika laporannya salah
kemungkinan besar keputusan yang diambil kurang tepat. Oleh sebab itu
diperlukannya pihak ketiga yang independen atau terbebas dari pengaruh pihak
manapun sebagai jembatan antara prinsipal dan agen.
18
Pihak ketiga tersebut ialah auditor independen. Pihak ketiga ini berfungsi
untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah bertindak sesuai dengan
keinginan prinsipal (Dewayanto, 2011). Tugas dari auditor adalah memberikan
jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Selain itu, auditor
juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan (Praptitorini
dan Januarti, 2007) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013)).
2. Auditing
a. Pengertian Audit
Auditing menurut Arens (2014:24) adalah:
“ Auditing is the accumulation and evaluating of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and estabilished criteria.”
Artinya auditing ialah pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti
terkait dengan informasi-informasi untuk menjelaskan dan melaporkan
derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
b. Jenis-jenis Audit
Arens (2014:33) menjelaskan tiga jenis audit sebagai berikut:
1) Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas berbagai
bagian dari prosedur operasi perusahaan dan metodenya. Pada
19
tahap penyelesaian audit operasional, biasanya manajemen
mengaharapkan rekomendasi untuk perbaikan operasi.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah auditee
telah mengikuti prosedur, aturan, atau regulasi yang diatur oleh
pembuat kebijakan di atasnya.
3) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah
laporan keuangan telah di laporkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku umum.
c. Opini Audit
SA seksi 508 paragraf 10 (SPAP, 2011:508.6) menjelaskan
berbagai tipe pendapat auditor yaitu:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa
pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang
dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku seperti yang
diuraikan dalam paragraf 08.
2) Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk
baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
20
menambahkan suatu paragraf penejelasan (atau bahasa
penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
4) Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
3. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh
auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan besar tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang
layak dan, jika berlaku, untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan
dalam laporan keuangan serta untuk mencantumkan paragraf penjelasan dalam
laporannya yang mencerminkan kesimpulannya (SPAP, 2011). Laporan ini
21
digunakan guna mengetahui keadaan-keadaan yang akan terjadi pada perusahaan
agar dapat segera diantisipasi.
Riahi dan Belkoui (2006:271) menyatakan going concern adalah:
“Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil
kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan
operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan
aktivitasnya yang berkelanjutan”
Opini going concern menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka pendek (Syaifuddin dan Fitrianasari, 2014). Praptitorini
dan Januarti (2007) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa
tanggung jawab utama manajemen untuk menentukan kelayakan dari persiapan
laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor
untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh
perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan
keuangan.
Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa laporan audit dengan
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam
penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari
sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.
Menurut Arens (2014:76) hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakmampuan
suatu perusahaan dalam melanjutkan usahanya terdiri dari empat faktor yaitu:
22
a. Kerugian operasi yang berulang-ulang dan signifikan atau kekurangan
modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya yang telah
jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, bencana alam yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau kekurangan karyawan yang luar
biasa.
d. Permasalahan kelegalan, perundang-undangan, atau mengenai hal-hal
yang telah terjadi yang mungkin membahayakan kemampuan entitas
untuk beroperasi.
Hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat
dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih (Dewayanto,
2011). Menurut SA seksi 341, evaluasi terhadap kelangsungan usaha perusahaan
ini meliputi (SPAP, 2011:341.2):
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau
peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin
diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi
dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang
mengurangi kesangsian auditor.
23
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, ia harus:
1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut, dan
2) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
Selanjutnya adalah keadaan yang mengarah pada kesangsian atas
kelangsungan hidup perusahaan (SPAP, 2011:341.3) :
a. Tren negatif-sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
rasio keuangan penting yang jelek.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai
contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa,
restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode
pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset.
24
c. Masalah intern-sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
d. Masalah luar yang telah terjadi-sebagai contoh: pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain
yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk
beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting;
kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana
besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak
diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang
tidak memadai.
Boynton dan Johnson, (2006:64) menyatakan bahwa laporan standar
memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar tanpa pengecualian ini
diterbitkan pula apabila tidak ada kesangsian atas keberlangsungan hidup suatu
perusahaan. Louwers, (2005:416) menyatakan pula bahwa salah satu daftar situasi
yang mengakibatkan penerbitan laporan penjelas adalah adanya “going concern“
yaitu paragraf yang menggambarkan peringatan terkait dengan permasalahan atas
kemampuan entitas melanjutkan usahanya.
25
Berikut adalah contoh laporan auditor yang memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (SPAP, 2011:341.15):
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
[Paragraf pengantar: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
[Paragraf ligkup: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
[Paragraf pendapat: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa
Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Seperti
yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah
mengalami kerugian yang berulangkali dari kegiatan usahanya, sehingga
pada tanggal 31 Desember 20X8 telah mengakibatkan saldo ekuitas
negatif dan jumlah liabilitas lancar Perusahaan telah melebihi jumlah
asetnya sebesar RpXX. Kondisi ini menimbulkan keraguan substansial
atas kemampuan Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi tersebut juga
telah diungkapkan dalam Catatan X atas laporan keuangan. Laporan
keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari kondisi
tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin
kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Berikutnya akan digambarkan langkah-langkah pertimbangan auditor
dalam memberikan opini audit going concern:
26
Gambar 2.1
Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern
Sumber: Seksi 341 Paragraf 19 (SPAP, 2011:341.10)
4. Audit Tenure
Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan
auditee. Lama waktu ini dihitung dengan bilangan tahun. Zulfikar dan Syafruddin
SA Seksi 508
(PSA No. 29)
27
(2013) mengatakan Auditor Client Tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP
melakukan perikatan audit pada perusahaan yang sama. Semakin lama auditor
mengaudit perusahaan yang sama, maka pemahaman auditor akan perusahaan
tersebut akan terus bertambah menjadi lebih baik. Sehingga bila terdapat masalah
keberlangsungan usaha pada perusahaan auditee dan auditor dapat tetap menjaga
independensinya, maka auditor akan cepat mendeteksi masalah keberlangsungan
usaha tersebut (Ulya, 2012). Namun dilain hal, hubungan yang lama antara
auditor dengan auditee dikhawatirkan dapat mempengaruhi indepedensi auditor.
Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat
indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Pada peraturan
menteri keuangan nomor 17/PMK.01/2008 menyebutkan “Pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut-turut”.
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima
perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat
mempengaruhi pemberian opini going concern oleh auditor (Rossa dan Rahardjo,
2013). Menurut Zulfikar dan Syafruddin (2013), opini audit going concern yang
telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan
28
yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada
tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda
perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk
memperbaiki kondisi perusahaan.
Mutchler (1984) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013), melakukan
wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung
untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam
Zulfikar dan Syafruddin (2013), menguji pengaruh ketersediaan informasi publik
terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah
diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis
yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model
yang lain.
6. Disclosure
Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh
perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi (Verdiana dan
Utama, 2013). Pengungkapan informasi oleh perusahaan diperlukan oleh investor
dalam mengambil keputusan. Untuk meyakinkan bahwa investor memperoleh
kembalian yang dikehendaki dengan risiko tertentu, investor memerlukan
informasi sebagai landasan keputusannya (Nuswandari, 2009). Dalam
memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah
29
menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan
keputusan pemakai (Nuswandari, 2009).
Pengungkapan yang ditunjukkan oleh laporan tahunan harus
mencerminkan elemen-elemen informasi yang luas dan dapat digunakan oleh
pengguna dalam membuat proyeksi, memberikan pinjaman, maupun menilai
perusahaan. Elemen-elemen tersebut adalah (model pelaporan oleh komite
Jenkins dalam Nuswandari (2009)):
a. Data keuangan dan non keuangan:
1) Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait
2) Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan
oleh manajemen untuk mengelola bisnis.
b. Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan
1) Alasan terjadinya pengubahan dalam data yang terkait dengan
keuangan, operasi, dan kinerja, serta identifikasi dan dampak tren
yang penting pada masa lalu.
c. Informasi mengenai keadaan masa mendatang
1) Kesempatan dan risiko, termasuk hasilnya dari tren yang penting.
2) Rencana manjemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang
penting.
3) Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dan kesempatan,
risiko, dan rencana manajemen yang diungkapkan sebelumnya.
30
d. Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham
1) Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang
terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan dengan pihak-
pihak terkait.
e. Latar belakang perusahaan
1) Tujuan dan strategi secara luas
2) Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan
3) Dampak struktur industry pada perusahaan.
Item-item yang digunakan untuk menghitung skor disclosure dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Fitriani dan Sudarsono (2007) yang
menyebutkan bahwa terdapat 33 item disclosure (Verdiana dan Utama, 2013):
Tabel 2.1
Disclosure Item
No Keterangan
1 Ikhtisar data keuangan penting
2 Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan
3 Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan.
4 Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi
5 Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan.
6 Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan perusahaan
7 Nama & alamat perusahaan
8 Riwayat Singkat Perusahaan
9 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
10 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
11 Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12 Visi & misi perusahaan
13 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi
Bersambung pada halaman berikutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Keterangan
15 Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal:
aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan.
16 Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya
17 Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut
18 Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham
perusahaan tersebut dicatatkan
19 Nama & alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal.
20 Penghargaan & sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional
21 Nama & alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang/ kantor
perwakilan
22 Tinjauan operasi per segmen usaha
23 Analisis kinerja keuagan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya.
24 Prospek usaha dari perusahaan
25 Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi
pemasaran dan pangsa pasar
26 Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27 Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
28 Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29 Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30 Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris
31 Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32 Ringkasan statistik keuangan untuk 3 sampai 5 tahun
33 Informasi tentang penelitian dan pengembangan
Fitriani dan Sudarsono (2007)
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu terkait dengan topik opini audit
going concern akan disajikan dalam tabel 2.1
32
Tabel 2.2
Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai
Audit Tenure (X1); Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2); Disclosure (X3); Opini Audit Going Concern (Y)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
1
The Relationship between
Auditor Tenure and Audit
Quality Implied by Going
Concern Opininions
(W. Robert Knechel and
Ann Vanstraelen, 2007)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan swasta di Belgia
1992-1996 yang bekerjasama
dengan Belgian National
Bank
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Audit Quality
√ √ Audit Tenure berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern
pada perusahaan yang tidak bangkrut
(nonbankrupt).
Bersambung pada halaman berikutnya
33
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
2
Analisis Rasio Keuangan
dan Rasio non Keuangan
yang Mempengaruhi
Auditor dalam
Memberikan Opini Audit
Going Concern pada
Auditee (Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ 2000-
2005)
(Indira Januarti dan Ella
Fitrianasari, 2008)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Manufaktur
terdaftar BEJ 2000-2005
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Rasio Likuiditas
Rasio Profitabilitas
Rasio Aktivitas
Rasio Leverage
Rasio Pertumbuhan
Penjualan
Rasio Nilai Pasar
Ukuran Perusahaan
Reputasi KAP
Audit Lag
√ √ √
Penerimaan opini audit going concern
terjadi paling banyak tahun 2000 dan
2001 karena masih terpengaruh krisis
ekonomi tahun 1997. Rasio likuiditas,
opini audit sebelumnya, dan audit lag
yang berpengarh signifikan terhadap
pemeberian opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
34
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
3
Analisis Respon Auditor terhadap Asumsi Going Concern Akibat Krisis Moneter dan Financial Distres Model (Study Kasus pada Perusahaan di BEI yang Mengalami Kerugian) (Abby Seno Higar dan
Achmad Djazuli, 2010)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan terdaftar BEJ
2008-2009
- Analisis:
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Z-Score
Uji Kruskal Wallis
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Krisis Moneter
√
Pada tahun 2008 dengan
menggunakan uji Kruskal Wallis
respon yang diberikan auditor kepada
semua kelompok itu berbeda
Significant. Adapun pada tahun 2009
dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis maka disimpulkan bahwa
respon yang diberikan auditor kepada
semua kelompok itu berbeda
Significant. Pada tahun 2008 dan
2009 menunjukan bahwa respon yang
diberikan auditor kepada semua
kelompok itu berbeda Significant
Bersambung pada halaman berikutnya
35
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
4
Faktor non Keuangan pada
Opini Going Concern (Junaidi dan Jogiyanto
Hartono, 2010)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
89 Perusahaan listing BEI
2003-2008
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran Peruahaan
Reputation
√
√
Ada 3 variabel non keuangan yang
diuji adalah signifikan (tenure,
reputation, dan disclosure) dan1
variabel non keuangan tidak
signifikan (size).
Bersambung pada halaman berikutnya
36
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
5
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Totok Dewayanto, 2011)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2006-2009
- Analisis:
Analisis Deskriptif
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Ukuran Peruahaan
Reputasi Auditor
Opinion Shopping
√ √ √
Kondisi keuangan, opini audit,
berpengaruh signifikan dengan
penerimaan opini audit going
concern. sedangkan ukuran, auditor
client tenure, . opinion shopping,
reputasi auditor perusahaan tidak
berpengarug terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
37
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
6
Pengaruh Kondisi
Keuangan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Kualitas
Audit terhadap Pemberian
Opini Audit Going
Concern pada
Perusahaan Wholesale and
Retail Trade di BEI
(Hans Juniarto Kuswardi,
2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan wholesale dan
retail trade di BEI 2007-
2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan
Pertumbuhan Perusahaan
Kualitas Audit
√
1. Kondisi keuangan perusahaan
berupa rasio solvabilitas perusahaan
memiliki arah positif dan berpengaruh
signifikan
terhadap pemberian opini audit going
concern, sedangkan kondisi keuangan
perusahaan berupa rasio profitabilitas
dan rasio likuiditas tidak berpengaruh.
2. Pertumbuhan perusahaan memiliki
arah negatif namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini
audit
going concern.
3. Kualitas audit memiliki arah positif
namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini audit going
concern karena semua Kantor
Akuntan Publik baik yang berskala
besar ataupun kecil akan selalu
bersikap obyektif dalam memberikan
pendapat.
Bersambung pada halaman berikutnya
38
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
7
Pengaruh Faktor
Keuangan dan Non
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(Irtani Retno Astuti dan
Darsono, 2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan publik terdaftar
di BEI 2006-2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Financial Distress
Debt Default
Reputasi Auditor
Audit Lag
Opinion Shopping
√ √
Financial distress, opinion shopping,
dan disclosure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit
going. Sedangkan debt default,
reputasi auditor, dan audit lag
berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
39
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
8
Pengaruh Audit Tenure,
Disclosure, Ukuran Kap,
Debt Default, Opinion
Shopping, dan Kondisi
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
pada Perusahaan Real
Estate dan Property
Di Bursa Efek Indonesia
(Nurul Ardiani, Emrinaldi
Nur DP dan Nur Azlina,
2012)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Real Estate dan
Property listing di BEI 2009-
2011
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP
Debt Default
Kondisi Keuangan
Opinion Shopping
√ √
Disclosure, ukuran KAP dan debt
default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Sedangkan audit tenure,
opinion shopping dan kondisi
keuangan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
40
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
9
Pengaruh Faktor Non
Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(Muslim Zulfikar dan
Muchamad Syafruddin,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
Ukuran Perusahaan
√ √ √ √
Variabel reputasi auditor, auditor
tenur, mandatory disclosure , dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaru secara signifikan terhadap
opini audit going concern. Variabel
ukuran perusahaan yang dilihat dari
total aset terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
41
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
10
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan (Maydica Rossa Arsianto
dan Shiddiq Nur Rahardjo,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
Ukuran Perusahaan
√ √ √
Audit tenure, ukuran perusahaan dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
42
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
11
Pengaruh Reputasi
Auditor, Disclosure, Audit
Client Tenure pada
Kemungkinan
Pengungkapan Opini
Audit Going Concern
(Verdiana dan Utama,
2013)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan real estate dan
property di BEI 2009-2012
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
√ √ √
Reputasi auditor tidak berpengaruh
signifikan pada pengungkapan opini
audit going concern. Disclosure
berpengaruh signifikan pada
pengungkapan opini audit going
concern. Audit client tenure tidak
mampu memoderasi hubungan antara
reputasi auditor dengan kemungkinan
pengungkapan opini audit going
concern. Audit client tenure mampu
memoderasi hubungan antara
disclosure dengan kemungkinan
pengungkapan opini audit going
concern namun memiliki hubungan
memperlemah.
Bersambung pada halaman berikutnya
43
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
12
Pendapat Going Concern:
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi pada
Perusahaan yang
Mengalami Financial
Distress
(Raisa Nanda Barlian,
Yona Perwitasari, Agung
Nur Probohudono, 2014)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di
BEI 2010-2013
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kualitas Audit
Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
Debt to equity ratio
Penundaan RUPS
√
Kualitas audit, pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan, debt
to equity ratio, dan penundaan rapat
umum pemegang saham berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan
pendapat audit
Bersambung pada halaman berikutnya
44
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Judul dan Peneliti
(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
13
Opini Going Concern,
Tingkat Ketergantungan
Auditor pada Klien dan
Pergantian Auditor
(Ahmad Syaifuddin dan
Fitriyani, 2014)
- Jenis Penelitian: Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan kesulitan
keuangan di BEI 2007-2012
- Analisis:
Regresi Probit
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP
Return Saham
Ukuran Perusahaan
Audit Lag
Fee Audit
Prediksi Kebangkrutan
(Kondisi Keuangan)
Opinion Shopping
√ √ √
- Tingkat ketergantungan auditor pada
klien klien tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern.
- Opinion Shopping tidak
berpengaruh terhadap pergantian
auditor
- Kondisi keuangan, return saham,
audit lag, dan opini going concern
tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini going
concern
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
45
C. Kerangka Berpikir
Selanjutnya akan ditampilkan kerangka pemikiran penelitian ini akan
ditunjukkan pada gambar 2.2:
2.2
Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan
Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern
Standar Profesional Akuntan Publik 2011
Perushaan Tambang dan Agriculture yang listing di BEI Tahun
2011- 2014
Audit Tenure (X1)
Knechel and Vanstraelen (2007)
Rossa dan Rahardjo (2013)
Opini Audit Sebelumnya (X2)
Kartika (2012)
Zulfikar dan Syafruddin (2013)
Disclosure (X3)
Ardiani et al. (2012)
Verdiana dan Utama (2013)
Opini Audit Going
Concern
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
46
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern
Menurut Carey dan Simnett (2006) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013)
dalam penelitiannya mengenai auditor tenure dan kualitas audit terhadap
perusahaan-perusahaan di Australia, menemukan bukti bahwa lama
hubungan auditor dengan klien dapat mempengaruhi kualitas audit. Pesan
pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ini berawal dari kegagalan KAP
Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001, yang gagal
mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, skandal ini
melahirkan The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 (Suparlan dan
Andayani, 2010). Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor
kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan
opini audit going concern akan sulit (Ulya, 2012).
Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat
indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Knechel dan
Vanstraelen (2007) menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan yang tidak bangkrut.
Penelitian Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa audit tenure
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan
47
Rahardjo (2013) yang juga menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh
negatif signifikan terhadap pemeberian opini audit going concern.
H1: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
2. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern
Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern akan berdampak
pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal
pinjaman, ketidak percayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan. oleh
karena itu perusahaan yang pada tahun sebelumnya telah menerima opini audit
going concern, berpotensi secara signifikan menerima kembali opini going
concern pada tahun sekarang (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Menurut Rossa
dan Rahardjo (2013), opini tahun sebelumnya dapat menjadi pertimbangan
yang penting bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going
concern pada tahun beriktnya. Auditee yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor
untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan
(Dewayanto, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2010) menunjukkan bahwa
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh postif terhadap pemberian opini
audit tahun sebelumya. Dewayanto (2010) juga menyatakan bahwa Auditor
dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini
48
audit going concern yang diterima perusahaan sebelumnya, mengingat untuk
memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil
penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zulfikar dan Syafruddin (2013) yang menyatakan bahwa opini audit tahun
sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit
going concern.
H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern.
3. Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern
Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa semakin luasnya
informasi yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi
keuangan yang buruk, maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan
bukti dalam menilai kelangsungan usaha perusahaan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ardiani et al. (2012) yang menyatakan bahwa adanya
disclosure dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih bila
disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya
menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi antara
disclosure dengan opini audit going concern.
Hal ini diperkuat dengan berbagai penelitian yang meneliti terkait dengan
disclosure. Penelitian yang telah dilakukan oleh Verdiana dan Utama (2013),
Zulfikar dan Syafruddin (2013), dan Junaidi dan Hartono (2010)
49
menyimpulkan bahwa disclosure berpengaruh postif signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern.
H3: disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern
50
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas yaitu penelitian yang
hendak meneliti pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
variabel independen yang hendak diteliti adalah audit tenure, opini audit tahun
sebelumnya dan disclosure dengan variabel dependennya yaitu opini audit going
concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang
terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014 dan tidak mengalami delisting
selama periode penelitian.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang
terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014. Pengambilan data dari tahun
2011 sampai 2014 dikarenakan agar data yang dilihat lebih segar dan dapat
menjadi perwajahan dari hasil penelitian. Populasi perusahaan tambang dan
agriculture yang dipilih sebab Indonesia merupakan negara dengan kekayaan
alam yang melimpah dan juga Indonesia dilihat dunia karena sumber daya alam
tambangnya. Perusahaan tambang dan agriculture juga sangat dipengaruhi oleh
keadaan harga tambang internasional dan kebijakan pemerintah sehingga
mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dan
dikhususkan menggunakan dengan metode judgement sampling karena sampel
51
dipilih berdasarkan kriteria khusus yang disesuaikan dengan tujuan. Kriteria
pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun
2011 hingga 2014 yang tidak mengalami delisting.
2. Perusahaan tambang dan agriculture yang menerbitkan laporan auditor
independen bersamaan dengan laporan keuangan yang telah diaudit antara
tahun 2011 hingga 2014.
3. Mengalami laba bersih setelah pajak bernilai negatif paling tidak 2 periode
laporan keuangan saat pengamatan. Laba bersih negatif menggambarkan
trend kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Keadaan ini
menimbulkan kesangsian auditor terkait dengan kemampuan perusahaan
dalam menjaga kelangsungan usahanya.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari perusahaan
tambang dan agriculture. Perusahaan tambang yang tercatat di BEI adalah dalam
bidang coal mining, crude petroleum, & natural gas prod, metal & mineral
mining, land/stone quarrying sedangkan perusahaan pertanian terdiri dari crops,
plantation, animal husbandary, fishery, forestry.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini
diambil dari data laporan keuangan perusahaan perusahaan tambang dan
agriculture. Data diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang
diperoleh dari www.idx.go.id.
52
D. Metode Analisis Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan dokumentasi
dan dengan mencari data-data sesuai dengan yang diperlukan. Data-data yang
didapat akan dikuantitatifkan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk analisis.
Alat pengelolaan data untuk menganalisis penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan Statistical Package for Social
Science (SPSS) Ver. 22.
1. Tahapan Regresi Logistik
Penjelasan terkait dengan tahapan regresi logistik adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2013):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013:21). Mean di gunakan untuk memperkirakan besar rata-rata
populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk
menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan
untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
53
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood
Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan
(dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat
kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk
ekonomi dan keuangan, besarnya α adalah 5%. Kaidah pengambilan
keputusan adalah:
a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif
didukung.
b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif
tidak didukung.
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap
data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
54
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak
hipotesis nol agar supaya model fit dengan data. Statistik yang
digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari
model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan
alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan
likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013:97). Besarnya nilai koefisien determinasi pada
model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square.
3) Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris
cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model
55
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang
dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.
4) Uji Multikolinieritas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2013:105). Ada tidaknya gejala korelasi di antara variabel
bebasnya dapat dilihat dari pengujian Correlation Matrix. Nilai
koefisien korelasi harus berada dibawah 0,9 maka dapat dikatakan
tidak ada gejala multikolinearitas yang serius antara variabel
bebasnya
56
5) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan kemungkinan suatu
perusahaan menerima opini audit going concern.
6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh
audit tenure, opini audit tahun sebelumnya dan disclosure terhadap
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tambang
dan agriculture.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
GC= β0+β1(Tenure)+β2(OTS)+β3(Disc)+ε
dimana:
GC : Opini Audit Going Concern (1 untuk perusahaan
yang menerima opini going concern, dan 0 untuk perusahaan yang
tidak menerima opini going concern)
β0 : Konstanta
Tenure : Lama hubungan auditor dengan klien
OTS : Opini audit yang diterima tahun sebelumnya
(Kategori 1 bila opini going concern (GCAO), 0
bila bukan (NGCAO)
Disc : Tingkat disclosure
57
β1- β3 : Koefisien regresi
ε : Koefisien error
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki satu variabel dependen dan tiga variabel
independen. Variabel dependen itu adalah opini audit going concern, sedangkan
variabel independen adalah audit tenure, opini audit tahun sebelumnya dan
disclosure .
Selanjutnya akan diuraikan definisi variabel serta dan operasional cara
pengukurannya. Adapun variabel-variabel yang akan dijelaskan adalah sebagai
berikut:
1. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan variabel dependen yang mana
variabel ini akan dipengaruhi oleh variabel independen lainnya. Opini audit
going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk
mengevaluasi apakah terdapat keraguan besar tentang kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang
layak dan, jika berlaku, untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan
dalam laporan keuangan serta untuk mencantumkan paragraf penjelasan
dalam laporannya yang mencerminkan kesimpulannya (SPAP, 2011).
Variabel opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel
dummy. Perusahaan yang mendapat opini audit going concern diberi kode 1,
sedangkan perusahaan yang mendapat opini non going concern diberi kode 0
(Rossa dan Rahardjo, 2013).
58
2. Audit Tenure
Audit tenure merupakan lama waktu hubungan auditor dengan klien.
Variabel audit tenure diukur dengan menggunakan skala interval sesuai
dengan lama hubungan KAP dengan auditee. Tahun perikatan dimulai
dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya
(Rossa dan Rahardjo, 2013)
3. Opini Audit Tahun sebelumnya
Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin
besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going
concern pada tahun berjalan (Dewayanto,2011). Variabel opini audit tahun
sebelumnya diukur dengan menggunakan variable dummy. Opini audit going
concern akan diberikan kode 1 sedangkan untuk opini audit non going
concern akan diberikan kode 0 (Rossa dan Rahardjo, 2013).
4. Disclosure
Penentuan indeks dilakukan dengan menggunakan skor disclosure yang
diungkapkan oleh perusahaan. Jika perusahaan mengungkapkan item
informasi dalam laporan tahunannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika
item tersebut tidak diungkapkan, maka 0 akan diberikan. Kemudian
dimasukkan dalam rumus sebagai berikut:
59
Selanjutnya akan ditampilkan tabel pengukuran dan operasional tiap variabel:
Tabel 3.1
Variabel Pengukuran dan Operasional
No Variabel Jenis
Variabel
Indikator Skala
1 Opini Audit
going concern
Dependen Perusahaan
yang mendapat
opini audit
going concern
diberi kode 1,
sedangkan
perusahaan
yang mendapat
opini non going
concern diberi
kode 0
Nominal
2 Audit Tenure
(Rossa dan
Rahardjo,
2013)
Independen Memakai skala
interval sesuai
dengan lama
hubungan KAP
dengan
perusahaan
Interval
3 Opini tahun
sebelumnya
(Zulfikar dan
Syafruddin,
2013)
Independen Apabila pada
tahun
sebelumnya
terdapat opini
GC diberi kode
1, sedangkan
opini NGC
diberi kode 0
Nominal
4 Disclosure
(Verdiana dan
Utama, 2013)
Independen Jika perusahaan
mengungkapkan
item informasi
dalam laporan
tahunannya skor
1 akan
diberikan dan
jika item
tersebut tidak
diungkapkan,
maka 0 akan
diberikan
Rasio
60
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang dan
agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014 dan tidak
megalami delisting selama periode penelitian.
Industri tambang dan agriculture dipilih karena Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan sumber daya alam
yang melimpah. Perusahaan tambang sangat rentan terhadap permasalahan
kelangsungan hidup (going concern), misalnya kebijakan dari pemerintah
terkait perizinan maupun harga komoditas tambang dunia yang sedang
turun khususnya batubara dan emas. Kemudian perusahaan agriculture
dipilih karena saat ini Indonesia tengah mendapatkan investasi yang terus
mengalami peningkatan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
mencatat minat investasi di sektor pertanian terus mengalami peningkatan.
Kenaikannya sampai 134,8%, berdasarkan pengajuan izin prinsip yang
diterima (Junida, 2015). Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan disclosure
terhadap opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan selama empat tahun, yang dimulai dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Penggunaan periode tersebut agar
61
data yang dipakai lebih segar dan dapat menjadi perwajahan keadaan yang
sebenarnya.
Table 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah didapat:
Table 4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di
BEI tahun 2011 - 2014 dan tidak megalami delisting 52
Perusahaan tidak menerbitkan laporan auditor beserta laporan
keuangan secara lengkap (7)
Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negatif
sekurang-kurangnya dua tahun (31)
Jumlah perusahaan sampel 14
Tahun pengamatan 4
Jumlah sampel total selama periode penelitian 56
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Jumlah perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI
dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian berjumlah 52
perusahaan. Kemudian, dari 52 perusahaan tersebut terdapat 7 perusahaan
yang tidak menerbitkan laporan keuangan beserta laporan keuangan secara
lengkap. Selanjutnya ada 31 perusahaan yang tidak mengalami laba bersih
negatif sekurang-kurangnya 2 tahun selama periode penelitian. Sehingga
perusahaan yang dijadikan sampel pengamatan adalah sebanyak 14
perusahaan. Periode penelitian adalah selama lima tahun, perusahaan
sampel sebanyak 14 perusahaan kemudian dikalikan 4 tahun pengamatan
sehingga sampel penelitian menjadi sebanyak 56 perusahaan.
62
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Penelitian ini memilih sampel secara purposive sampling dengan
menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih dengan tujuan
agar tersedianya data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Melalui
purposive sampling diharapkan sampel dapat mewakili populasi.
Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam table 4.2:
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No Jenis Usaha Jumlah
2011 2012 2013 2014
1 Plantation 1 1 1 1
2 Fishery 2 2 2 2
3 Forestry 1 1 1 1
4 Coal Mining 8 8 8 8
5 Metal and Mineral Mining 2 2 2 2
Jumlah 14 14 14 14
Akumulasi 56
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Sampel dikategorikan menjadi dua kelompok berdasarkan jenis
opini audit yang diterima, yaitu kelompok perusahaan yang mendapat
opini audit going concern dan kelompok perusahaan yang tidak
mendapatkan opini going concern. Distribusi perusahaan tersebut
disajikan dalam table 4.4 berikut:
63
Table 4.3
Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit
Opini
Total 2011 2012 2013 2014
GC 4 5 6 7 22
29% 36% 43% 50% 39%
NGC 10 9 8 7 34
71% 64% 57% 50% 61%
Total 14 14 14 14 56
100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pada tahun 2011 perusahaan
yang mendapatkan opini audit going concern sebanyak 4 perusahaan atau
29% dari perusahaan total. Sedangkan perusahaan yang tidak
mendapatkan opini audit going concern sebanyak 10 perusahaan atau 71%
dari total perusahaan sampel. Pada tahun 2012 perusahaan yang mendapat
opini audit going concern dan tidak mendapat opini audit going concern
masing-masing sebanyak 5 perusahaan atau 36% dan 9 perusahaan atau
64% dari total perusahaan sampel. Pada tahun 2013 perusahaan yang
mendapat opini audit going concern dan tidak mendapat opini audit going
concern masing-masing sebanyak 6 perusahaan atau 43% dan 8
perusahaan atau 57% dari total perusahaan sampel. Pada tahun 2014
perusahaan yang mendapat opini audit going concern dan tidak mendapat
opini audit going concern masing-masing sebanyak 7 perusahaan atau
50% dan 7 perusahaan atau 50% dari total perusahaan sampel. Total
keseluruhan penelitian selama 4 tahun menunjukkan perusahaan yang
mendapat opini audit going concern sebanyak 22 perusahaan atau 39%
64
dan perusahaan yang tidak mendapat opini audit going concern sebanyak
34 perusahaan atau 61% dari total 56 perusahaan yang dijadikan sampel.
Dari penjelasan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa tahun
dimana perusahaan paling banyak mendapat opini audit going concern
adalah pada tahun 2014. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah
penurunan harga batubara seperti yang diungkapkan oleh Presiden
Komisaris PT Atlas Resources Tbk yang menyatakan bahwa dalam
beberapa tahun terakhir industri batubara menunjukkan kecenderungan
yang menurun. Pada tahun 2014, berdasarkan data Kementerian ESDM,
rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) adalah US$72,62 per ton, turun
12,43% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$82,92 per ton
(Oentoro, 2015). Begitupun dengan laju perekonomian dan krisis yang
terjadi Eropa dan Tiongkok sebagaimana pernyataan dari Direktur Utama
PT ATPK Resources Tbk yang menyatakan Perekonomian global di tahun
2014 cenderung tumbuh dengan laju yang lebih lamban dibandingkan di
tahun 2013, mengingat krisis ekonomi yang berkepanjangan di Eropa dan
semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok (Bernardus,
2015).
B. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik agar diperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel independen
terhadap variable dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
65
audit tenure, opini audit tahun sebelumnya dan disclosure, sedangkan variabel
dependen yaitu opini audit going concern.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh 56 data sampel
penelitian yang diperoleh dari 14 perusahaan dikali dengan 4 tahun
periode penelitian.
Selanjutnya akan disajikan tabel 4.4 descriptive statistics guna
melihat nilai maksimal, minimal, rata-rata dan standar deviasi tiap
variabel:
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Opini Audit 56 .0 1.0 .393 .4928
Tenure 56 1.0 4.0 1.750 .8790
OTS 56 0 1 .36 .483
Disc 56 .4545 .9697 .798701 .1304252
Valid N
(listwise) 56
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Berdasarkan tabel 4.4, hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif dijelaskan sebagai berikut:
a) Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif terhadap penerimaan
opini audit going concern menunjukkan nilai minimum 0 dan
maksimum 1, dengan rata-rata sebesar 0,39 dan standar deviasi
66
0,4928. Nilai rata-rata sebesar 0,39 menunjukkan bahwa sampel
penelitian terdiri dari perusahaan yang lebih banyak tidak
mendapatkan opini audit going concern. Dari 56 perusahaan,
terdapat 39% perusahaan yang mendapat opini audit going
concern dan 61% perusahaan yang tidak mendapat opini audit
going concern.
b) Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
audit tenure (Tenure) menunjukkan nilai minimum sebesar 1 dan
maksimum sebesar 4 dengan rata-rata sebesar 1,75. Nilai rata-rata
1,75 menunjukkan bahwa hubungan perikatan antara auditor
dengan klien rata-rata adalah pada periode 1,75 tahun.
c) Hasil analisis dengan statistik deskriptif tehadap opini audit tahun
sebelumnya menunjukkan nilai minimum 0, maksimum 1, rata-
rata 0,36 dan standar deviasinya 0,48.
d) Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap disclosure
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,45, maksimum 0,97, rata-
rata 0,799 dan standar deviasi sebesar 0,13. Nilai maksimum
sebesar 0,799 menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang
secara sempurna menyajikan pengungkapan sesuai dengan
disclosure item.
Variabel audit tenure yang menggunakan skala interval dan
disclosure yang menggunakan skala rasio memiliki rata-rata lebih
besar dari nilai standar deviasinya. Dengan demikian, ini
67
menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik,
karena nilai rata-rata yang lebih besar dari satndar deviasinya
menunjukkan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil.
Sedangkan untuk variabel opini audit going concern dan opini audit
tahun sebelumnya menggunakan skala nominal yang memiliki nilai
rata-rata dan standar deviasi tidak cocok untuk digunakan sebagai alat
analisis kualitas data. Angka ini hanya berfungsi sebagai label
kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa
(Ghozali, 2013:4).
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat dummy (menerima
opini audit going concern atau tidak menerima opini audit going
concern) oleh sebab itu, maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji regresi logistik. Regresi logistik adalah
regresi yang digunkaan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variable bebasnya.
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian kesesuaian keseluruhan model (overall model fit)
dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood
pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada
akhir (Block Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 :Model yang dihoptesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
68
Berdasarkan hipotesis ini, maka Ho harus dterima dan Ha
harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan
data input.
Tabel 4.5 adalah Iteration History 0 yang merupakan -2
Log Likelihood awal. Tabel ini akan dibandingkan dengan tabel 4.7
yaitu tabel Iteration History 1:
Tabel 4.5
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 75.042 -.429
2 75.041 -.435
3 75.041 -.435
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 75.041
c. Estimation terminated at iteration number
3 because parameter estimates changed by
less than .001.
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 22, pada tabel 4.6
menunjukkan nilai -2 Log Likehood awal adalah sebesar 75,042
dan pada tabel 4.7 menunjukkan nilai -2 Log Likehood sebesar
33,847. Hal ini berarti terjadinya penurunan nilai antara -2 Log
Likehood awal dan akhir mengalami penurunan. Penurunan nilai -2
Log Likehood ini dapat diartikan bahwa dengan penambahan
69
variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit.
Penurunan tersebut juga mnunjukkan model regresi yang baik atau
model fit dengan data. Selanjutnya disajikan tabel 4.6:
Tabel 4.6
Iteration History 1
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Tenure OTS Disc
Step 1 1 38.136 -3.384 -.026 3.027 2.405
2 34.636 -6.278 -.078 3.965 5.526
3 33.922 -8.772 -.153 4.405 8.479
4 33.849 -9.890 -.193 4.601 9.818
5 33.847 -10.049 -.198 4.631 10.008
6 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011
7 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 75.041
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi
logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Berdasarkan
tabel 4.8, nilai Nagelkerke R. Square sebesar 70,6%, yang berarti
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
sebesar 70,6% dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model peneltian seperti opinion shopping, ukuran perusahaan,
kondisi keuangan, reputasi auditor dan debt default. Selanjutnya
70
disajikan tabel 4.7 koefisien determinasi guna melihat seberapa
besar variabel independen menjelaskan variabel dependen:
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 33.847a .521 .706
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
c. Uji Kelayakan Model Regresi
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai
kelayakan model regresi logistik biner. Tabel 4.8 menunjukkan
hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Test. Berdasarkan tabel
di atas, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,407, nilai tersebut
lebih besar nilainya di atas 0,05 yang berarti hipotesis 0 (H0)
diterima. Berdasarkan data tersebut, model mampu memprediksi
nilai observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya. Selanjutnya ditunjukkan tabel 4.8 Hosmer and
Lemeshow’s Goodness-of-fit test statistics yang menunjukkan bisa
tidaknya model memprediksi nilai observasi:
Tabel 4.8
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 7.210 7 .407
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
71
d. Hasil Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen (Ghozali, 2013:105). Pengujian ini
didapat dari hasil outpus SPSS 22 di dalam matriks korelasi pada
tabel 4.10 di bawah ini. Pada tabel 4.10 menunjukkan tidak ada
nilai koefisien korelasi yang nilainya lebih besar dari 0,9, maka
tidak ada gejala multikolinearitas yang serius antara variabel
bebasnya. Selanjutnya disajikan tabel matriks korelasi:
Tabel 4.9
Correlation Matrix
Constant Tenure OTS Disc
Step 1 Constant 1.000 .165 -.604 -.976
Tenure .165 1.000 .053 -.352
OTS -.604 .053 1.000 .518
Disc -.976 -.352 .518 1.000
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
e. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks ini menejelaskan kemungkinan suatu perusahaan
menerima opini audit going concern. Selanjutnya akan disajikan
tabel 4.10 matriks klasifikasi:
72
Tabel 4.10
Classification Tablea
Observed
Predicted
Opini Audit
Percentage
Correct
Non Going
Concern
Going
Concern
Opini
Audit
Non Going
Concern 32 2 94.1
Going Concern 4 18 81.8
Overall Percentage 89.3
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa prediksi dari model regresi
tersebut memprediksi perusahaan yang akan mendapatkan opini
audit going concern kemungkinan adalah sebesar 81,8% dari total
perusahaan yang mendapat opini audit going concern, dengan kata
lain ada 18 perusahaan yang diprediksi akan mendapatkan opini
audit going concern dari total 22 perusahaan. Kemudian untuk
perusahaan yang tidak mendapatkan opini audit going concern
(non going concern) memiliki kekuatan prediksi sebesar 94,1%.
Artinya, dari total 34 perusahaan yang tidak mendapatkan opini
audit going concern, model regresi ini dapat memprediksi 32
perusahaan yang tidak mendapatkan opini audit going concern,
atau sebesar 94,1%.
f. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk ditunjukkan pada tabel
4.11 di bawah ini:
73
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Keterangan
Tenure -.198 .550 .130 1 .718 .820 Tidak Signifikan
OTS 4.631 1.162 15.877 1 .000 102.622 Signifikan
Disc 10.011 6.185 2.620 1 .106 22265.618 Tidak Signifikan
Constant -10.052 5.126 3.846 1 .050 .000
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Hasil pengujian atas koefisien regresi menghasilkan model
sebagai berikut:
Going Concern = -10,052 - 0,198 Tenure + 4,631 OTS +
10,011 Disc
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik, maka hasil
pengujian akan disajikan dalam tiga bagian dikarenakan variabel
independennya berjumlah 3 variabel. Bagian pertama membahas
pengaruh audit tenure (Tenure) terhadap opini audit going concern
(H1). Bagian kedua membahas terkait pengaruh opini tahun
sebelumnya (OTS) terhadap opini audit going concern (H2). Bagian
ketiga membahas pengaruh disclosure (Disc) terhadap pengaruh
opini audit going concern (H3). Adapun penjelasan masing-masing
bagian adalah sebagai berikut:
74
1) Pengaruh Audit Tenure (Tenure) terhadap Opini Audit Going
Concern
Variabel Tenure menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar -0,198 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,820.
Nilai signifikasi lebih besar dari α= 5%. Nilai signifikansi
lebih besar dari α= 5%, maka H1 tidak berhasil didukung
(ditolak). Penelitian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa
audit tenure berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Knechel dan Vanstralen (2007), Dao et al. (2008), Junaidi
dan Hartono (2010), dan Rossa dan Rahardjo (2013) yang
menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dewayanto (2011), Ardiani et al. (2012), dan Ulya
(2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekalipun
dengan masa perikatan tugas audit yang lama tidak
mempengaruhi independensi auditor. Lamanya perikatan
tidak mempengaruhi suatu auditor dalam memberikan opini
audit going concern kepada perusahaan yang memang benar-
benar harus menerima opini audit tersebut (Dewayanto,
75
2011). Sebagaimana yang disebutkan oleh Ulya (2012)
auditor dapat tetap menjaga independensinya dan tidak takut
kehilangan kontrak serta fee dari auditee bila mengeluarkan
opini audit going concern. Kemudian di dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 pasal 3 menyatakan bahwa paling lama
masa penugasan audit adalah paling lama 6 tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik selama 3
tahun berturut-turut. Oleh sebab itu bisa jadi lama waktu
KAP bertugas pada suatu auditee ditentukan oleh peraturan
tersebut.
2) Pengaruh Opini Tahun sebelumnya (OTS) terhadap Opini
Audit Going Concern
Variabel OTS menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 4,631 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi lebih besar dari α= 5%, dengan demikian maka
hipotesis H2 berhasil didukung. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012), Zulfikar dan
Syafruddin (2013), dan Syaifuddin dan Fitriyani (2014) yang
menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian opini
audit going concern oleh auditor dipengaruhi oleh opini
76
tahun sebelumnya, dengan kata lain bisa jadi auditor
mempertimbangkan opini tahun sebelumnya dalam
memberikan opini pada tahun sekarang. Auditee yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya,
sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan
(Dewayanto, 2011). Perusahaan yang mendapatkan opini
audit going concern akan berdampak pada kemunduran harga
saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman,
ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan dan
karyawan. Oleh karena itu perusahaan yang pada tahun
sebelumnya telah menerima opini audit going concern,
berpotensi secara signifikan menerima kembali opini going
concern pada tahun sekarang (Zulfikar dan Syafruddin,
2013).
3) Pengaruh Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern
Variabel Disc menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 10,011 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,106.
Nilai signifikansi variabel ini lebih besar dari pada α= 5%,
dengan kata lain H3 tidak berhasil didukung (ditolak).
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa disclosure
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini
77
audit going concern. Penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Haron et.al (2009),
Rossa dan Rahardjo (2013), dan Verdiana dan Utama (2013)
yang menyatakan bahwa disclosure berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Astuti dan Darsono (2012), dan Santosa dan Wiyono
(2012) yang menyatakan bahwa disclosure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit audit going concern oleh
auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya item yang
diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan tidak
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hal ini
disebabkan karena item pengungkapan yang harus
disampaikan oleh perusahaan telah diatur dalam keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 yang
berisi tentang: (1) Kewajiban penyampaian laporan tahunan
bagi emiten atau perusahaan publik. (2) Bentuk dan isi
laporan tahunan. Setiap perusahaan go public memiliki
kewajiban menyampaikan laporan sesuai dengan kriteria
yang berlaku. Pengungkapan informasi yang dilakukan baik
perusahaan yang mendapatkan opini going concern maupun
78
opini non going concern tidak jauh berbeda (Santosa dan
Wiyono, 2012).
Ringkasan hasil penelitian akan disajikan dalam tabel
4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12
Ringkasan Hasil Penelitian
Variabel Dependen Variabel
Indpenden Hasil
Opini Audit Going
Concern
Tenure (-) X
OTS (+) √
Disc (+) X
Sumber: data sekunder yang diolah (2015)
Keterangan:
√ = Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen atau hipotesis diterima
X = Variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen atau hipotesis tidak diterima
(ditolak)
79
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti terkait pengaruh audit tenure, opini audit tahun
sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistic dengan bantuan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 22. Sampel perusahaan yang
digunakan adalah sebanyak 56 pengamatan perusahaan tambang dan agriculture
yang terdaftar di BEI selama periode 2011 sampai dengan 2004.
Hasil pengujian dari penelitian ini diringkas seperti yang di bawah ini:
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa audit
tenure secara statistik tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern selama 4 tahun pengamatan (2011-2014). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Dewayanto (2011), Ardiani et al.
(2012), dan Ulya (2012). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Knechel dan Venstralen (2007),
Junaidi dan Hartono (2010), dan Rossa dan Rahardjo (2013).
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa opini
audit tahun sebelumnya secara statistik berpengaruh terhadap opini
audit going concern selama 4 tahun pengamatan (2011-2014). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika
(2012), Zulfikar dan Syafruddin (2013), dan Syaifuddin dan Fitriyani
(2014).
80
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa disclosure
secara statistik tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern
selama 4 tahun pengamatan (2011-2014). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Darsono (2012).
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Rossa dan Rahardjo
(2013), dan Verdiana dan Utama (2013).
B. Saran
Penelitian selanjutnya mengenai opini audit going concern diharapkan
mampu mengahasilkan hasil penelitian yang lebih baik dan berkualitas, dengan
mempertimbangkan saran di bawah ini:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu menggambarkan
kecenderungan penerimaan opini audit going concern pada seluruh
sektor perusahaan yang terdaftar di BEI dengan meneliti seluruh
perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai populasi.
2. Menambahkan variabel lain agar dapat terlihat faktor lain yang
mempengaruhi opini audit going concern baik keuangan maupun
non keuangan seperti opinion shopping, ukuran perusahaan, kondisi
keuangan, reputasi auditor dan debt default.
3. Menambahkan periode pengamatan agar terlihat kecenderungan
penerimaan opini audit going concern dalam jangka waktu yang
lebih lama.
81
Daftar Pustaka
Alvin, A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance
Services: An Integrated Approach”, Fifteenth Edition, Pearson, 2014.
Anonim. ”IMES: Periksa Kasus Tambang Ilegal PT Vale Indonesia”, artikel
diakses tanggal 11 Mei 2015 dari http://www.gatra.com/hukum-1/38977-
imes-periksa-kasus-tambang-ilegal-pt-vale indonesia.html.
Anonim. “10 skandal akuntansi besar di Dunia”, artikel diakses tanggal 14
April 2015 dari http://bizcovering.com/history/10-major-accounting-
scandals/
Anonim. “Potensi Tambang Indonesia”, artikel diakses tanggal 29 Maret 2015
dari http://www.hpli.org/tambang.php
Anonim. “Produksi Barang Tambang Mineral 1996-2012”, data diakses tanggal
29 Maret 2015 dari http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1094
Ardiani, Nurul, Emrinaldi Nur DP dan Nur Azlina. “ Pengaruh Audit Tenure,
Disclosure, Ukuran Kap, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi
Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Ekonomi, Volume 20, Nomor 4 Desember, 2012.
Arsianto, Maydica Rossa dan Shiddiq Nur Rahardjo. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Diponegoro
Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 3, Halaman 1, 2013.
Astuti, Irtani Retno dan Darsono. “Pengaruh Faktor Keuangan dan Non
Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Diponegoro
Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-10,
2012.
Bedard, Jean C, Johnstone, Karla M. “Audit Partner Tenure and Audit Planning
and Pricing”, American Accounting Association, 2015.
Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. “Modern Auditing: Assurance
Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th
edition, John Willey,
2006.
Dao, Mai, Suchismita Mishra, dan K. Raghunandan. “Auditor Tenure and
Shareholder Ratification of the Auditor”, Accounting Horizons, Vol. 22, No.
3, pp. 297–314, 2008.
Dewayanto, Totok. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”, Fokus Ekonomi, Vol. 6 No. 1, hal 81 – 104, Juni
2011.
82
Fitriani, Lingga, dan Dharma Sudarsono. “Disclosure Index Laporan Tahunan
2004 Emiten di BEJ”, Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitek dan Sipil) Vol. 2, ISSN:1858-2559, 2007.
Foroghi, Daroush. “Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy”,
Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Bussines, Vol 3, No. 9,
January 2012.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21”,
Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2013.
Haroon, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari, dan Ishak Ismail. “Factors
influencing auditor’s going concern opinion”, Asian academy of
Management Journal, Vol. 14 No.1 : 1-19. 2009
Hidayat, Nurul. “BUMI DIPROYEKSI BANGKRUT: Manajemen Masih
Optimistis”, arikel diakses tanggal 11 Mei 2015 dari
http://market.bisnis.com/read/20120829/192/93015/bumi-diproyeksi-
bangkrut-manajemen-masih-optimistis
Institut Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”,
Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Junaidi dan Jogiyanto Hartono. “Faktor Non Keuangan pada Opini Going
Concern”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Junida, Ade Irma. “Investasi di Pertanian Kian Gembur” artikel diakses tanggal
23 Juli 2015 dari http://industri.kontan.co.id/news/investasi-di-pertanian-kian-
gembur
Kuswardi, Hans Juniarto. “Pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Kualitas Audit terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern pada Perusahaan Wholesale And Retail Trade di Bei”, JURNAL
ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – Vol. 1, No. 2, Maret 2012.
Louwers, Timothy J, dkk, “Auditing & Assurance Services“,McGraw-Hill
Companies, New York, 2005.
Maulina, Mutia, Ratna Anggraini dan Choirul Anwar. “Pengaruh Tekanan Waktu
dan Tindakan Supervisi Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur
Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Nuswandari, Cahyani. “Pengungkapan Pelaporan Keuangan dalam Perspektif
Signalling Theory”. Kajian Akuntansi Hal: 48-57, Vol. 1 No.1, 2009.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. “Accounting Theory”, Buku Satu, edisi 5, Salemba
Empat, Jakarta, 2006.
83
Sagara, Yusar, Fitri Yani Jalil. “Auditing: Dilengkapi dengan Kasus dan
Pembahasan Kasus”, UIN Jakarta Press, Ciputat, 2013.
Santoso, Eko Budi dan Ivan Yudhistira Wiyono. “Pengaruh Reputasi Auditor,
Prediksi Kebangkrutan, Disclosure dan Leverage terhadap Penerimaan
Opini Audit Going Concern”, Forum Bisinis & Keuangan I, hal 185-195,
2012.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. “Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Suparlan dan Andayani. “Analisi Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik
Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto, 2010.
Syaifuddin, Ahmad dan Fitriyani. “Opini Going Concern, Tingkat
Ketergantungan Auditor pada Klien dan Pergantian Auditor”, Simposium
Nasional Akuntansi XVII Lombok, 2014.
Tuanakotta, Theodorus M. “Bepikir Kritis dalam Auditing”, Salemba Empat,
Jakarta, 2011.
Ulya, Alfaizatul. “Opini Audit Going Concern: Analisis berdasarkan Faktor
Keuangan dan Faktor Non Keuangan”, Accounting Analys Journal 1 (1),
2012.
Verdiana, Komang Anggita dan I Made Karya Utama. “Pengaruh Reputasi
Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure pada Kemungkinan Pengungkapan
Opini Audit Going Concern”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
5.3:530-543, 2013
Zulfikar, Muslim dan Muchamad Syafruddin. “Pengaruh Faktor Non Keuangan
terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Diponegoro Journal Of
Accounting, Volume 2, Nomor 3, Halaman 1-13, 2013.
84
Lampiran 1 Data Sampel dan Hasil Operasional Variabel
Daftar Perusahaan Sampel 2011-2014
No Nama Emiten Kode
1 Atlas Resources ARII
2 ATPK Resources ATPK
3 Bumi Teknokultura Unggul BTEK
4 Bayan Resources BYAN
5 Central Proteinaprima CPRO
6 Darma Henwa DEWA
7 Delta Duni Makmur DOID
8 Garda Tujuh Buana GTBO
9 Inti Agri Resources IIKP
10 Perdana Karya Perkasa PKPK
11 J Resources Asia Pasifik PSAB
12 Golden Eagle Energy SMMT
13 SMR Utama SMRU
14 Bakrie Sumatera Plantations UNSP
Hasil Operasional Variabel
No Perusahaan Kode
Opini
Audit Tenure OTS Disc
1 Atlas Resources ARII2011 0 1 0 0.757576
ARII2012 1 2 0 0.909091
ARII2013 1 1 1 0.909091
ARII2014 1 2 1 0.878788
2 ATPK Resources ATPK2011 0 1 1 0.787879
ATPK2012 0 1 0 0.909091
ATPK2013 0 2 0 0.909091
ATPK2014 0 3 0 0.909091
3 Bumi Teknokultura Unggul BTEK2011 1 1 1 0.727273
BTEK2012 1 1 1 0.666667
BTEK2013 1 1 1 0.757576
BTEK2014 1 2 1 0.818182
4 Bayan Resources BYAN2011 0 1 0 0.818182
BYAN2012 0 2 0 0.878788
BYAN2013 0 3 0 0.939394
85
BYAN2014 1 4 0 0.939394
5 Central Proteinaprima CPRO2011 1 1 1 0.69697
CPRO2012 1 2 1 0.757576
CPRO2013 1 1 1 0.666667
CPRO2014 1 2 1 0.818182
6 Darma Henwa DEWA2011 0 1 0 0.909091
DEWA2012 0 2 0 0.878788
DEWA2013 1 1 0 0.909091
DEWA2014 1 2 1 0.909091
7 Delta Duni Makmur DOID2011 0 1 0 0.757576
DOID2012 0 2 0 0.727273
DOID2013 0 3 0 0.787879
DOID2014 0 1 0 0.818182
8 Garda Tujuh Buana GTBO2011 0 1 0 0.606061
GTBO2012 0 1 0 0.818182
GTBO2013 0 2 0 0.848485
GTBO2014 0 3 0 0.878788
9 Inti Agri Resources IIKP2011 0 1 0 0.878788
IIKP2012 1 1 0 0.878788
IIKP2013 1 2 1 0.909091
IIKP2014 1 3 1 0.909091
10 Perdana Karya Perkasa PKPK2011 0 1 0 0.454545
PKPK2012 0 2 0 0.484848
PKPK2013 0 1 0 0.606061
PKPK2014 0 2 0 0.666667
11 J Resources Asia Pasifik PSAB2011 0 1 0 0.545455
PSAB2012 0 2 0 0.606061
PSAB2013 0 3 0 0.636364
PSAB2014 0 4 0 0.606061
12 Golden Eagle Energy SMMT2011 1 1 1 0.666667
SMMT2012 0 2 1 0.848485
SMMT2013 0 3 0 0.909091
SMMT2014 0 4 0 0.909091
13 SMR Utama SMRU2011 0 1 0 0.848485
SMRU2012 0 2 0 0.636364
SMRU2013 0 1 0 0.818182
SMRU2014 0 2 0 0.727273
14 Bakrie Sumatera Plantations UNSP2011 1 1 1 0.969697
86
UNSP2012 1 2 1 0.969697
UNSP2013 1 1 1 0.969697
UNSP2014 1 1 1 0.969697
87
Lampiran 2 Hasil Output SPSS
Descriptives
Notes
Output Created 02-AUG-2015 12:02:47
Comments
Input Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated
as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES
VARIABLES=OpiniAudit Tenure OTS
Disc
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN
MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Opini Audit 56 .0 1.0 .393 .4928
Tenure 56 1.0 4.0 1.750 .8790
OTS 56 0 1 .36 .483
Disc 56 .4545 .9697 .798701 .1304252
Valid N (listwise) 56
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES OpiniAudit
/METHOD=ENTER Tenure OTS Disc
/CLASSPLOT
/CASEWISE OUTLIER(2)
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
88
Logistic Regression
Notes
Output Created 02-AUG-2015 12:03:03
Comments
Input Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
OpiniAudit
/METHOD=ENTER Tenure OTS Disc
/CLASSPLOT
/CASEWISE OUTLIER(2)
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.06
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 56 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 56 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 56 100.0
89
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Going Concern 0
Going Concern 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 75.042 -.429
2 75.041 -.435
3 75.041 -.435
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 75.041
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Opini Audit
Percentage
Correct
Non Going
Concern Going Concern
Step 0 Opini Audit Non Going Concern 34 0 100.0
Going Concern 22 0 .0
Overall Percentage 60.7
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
90
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.435 .274 2.531 1 .112 .647
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Tenure 1.208 1 .272
OTS 33.547 1 .000
Disc 4.797 1 .029
Overall Statistics 34.886 3 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant Tenure OTS Disc
Step 1 1 38.136 -3.384 -.026 3.027 2.405
2 34.636 -6.278 -.078 3.965 5.526
3 33.922 -8.772 -.153 4.405 8.479
4 33.849 -9.890 -.193 4.601 9.818
5 33.847 -10.049 -.198 4.631 10.008
6 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011
7 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 75.041
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by
less than .001.
91
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 41.194 3 .000
Block 41.194 3 .000
Model 41.194 3 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 33.847a .521 .706
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.210 7 .407
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Opini Audit = Non Going Concern Opini Audit = Going Concern
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 6 5.950 0 .050 6
2 6 5.850 0 .150 6
3 7 6.358 0 .642 7
4 6 5.122 0 .878 6
5 4 5.666 3 1.334 7
6 3 3.829 4 3.171 7
7 1 .897 6 6.103 7
8 1 .259 5 5.741 6
9 0 .069 4 3.931 4
92
Classification Tablea
Observed
Predicted
Opini Audit
Percentage
Correct
Non Going
Concern Going Concern
Step 1 Opini Audit Non Going Concern 32 2 94.1
Going Concern 4 18 81.8
Overall Percentage 89.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Tenure -.198 .550 .130 1 .718 .820
OTS 4.631 1.162 15.877 1 .000 102.622
Disc 10.011 6.185 2.620 1 .106 22265.618
Constant -10.052 5.126 3.846 1 .050 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Tenure, OTS, Disc.
Correlation Matrix
Constant Tenure OTS Disc
Step 1 Constant 1.000 .165 -.604 -.976
Tenure .165 1.000 .053 -.352
OTS -.604 .053 1.000 .518
Disc -.976 -.352 .518 1.000
93
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
8 +
+
I
I
I
I
F I
I
R 6 +
+
E I
I
Q I N
I
U I N
I
E 4 +NN N
+
N INN N
I
C INN N G
G G I
Y INN N G
G G I
2 +NN N N N N NNG G N
G G GGGG +
INN N N N N NNG G N
G G GGGG I
INNN NNN NNNN NNNGN N N
G G GG G NG N GGGG I
INNN NNN NNNN NNNGN N N
G G GG G NG N GGGG I
Predicted
---------+---------+---------+---------+---------+---------+--------
-+---------+---------+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5
.6 .7 .8 .9 1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGG
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
Predicted Probability is of Membership for Going Concern
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non Going Concern
G - Going Concern
Each Symbol Represents .5 Cases.
94
Lampiran 3 Contoh Opini Audit Going Concern
PT Central Proteina Prima Tbk Laporan Audit Tahun Buku 2014
PT Atlas Resources Tbk Laporan Audit Tahun Buku 2014