pengaruh bblr

5
PENGARUH BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH) TERHADAP STATUS STUNTING ANAK UMUR 2-3 TAHUN DI KOTA DEPOK 1. Latar Belakang Stunting (tubuh yang pendek) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang prevalensinya tinggi, yaitu . 35,7% (2010) dan 36,7% (2007). Stunting menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Berdasarkan hasil penelitian Mendez dan Adair (1999), perubahan status stunting berhubungan dengan umur. Stunting yang terjadi pada usia 7-12 bulan, hanya 9,5% yang berubah menjadi normal pada saat berusia 2 tahun. Menurut Martorell (1994) sebagian besar stunting terjadi pada usia 2-3 tahun. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa- masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12 bulan adalah berat badan lahir rendah (Espo, M et al.,2002). Sebagian besar bayi dengan BBLR mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak. Di negara-negara Asia, seperti Bangladesh, RRC, India, Pakistan, Filipina,

Upload: rebecca-sihombing

Post on 26-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENGARUH BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH) TERHADAP STATUS STUNTING ANAK UMUR 2-3 TAHUN DI KOTA DEPOK

1. Latar BelakangStunting (tubuh yang pendek) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang prevalensinya tinggi, yaitu . 35,7% (2010) dan 36,7% (2007). Stunting menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001).Berdasarkan hasil penelitian Mendez dan Adair (1999), perubahan status stunting berhubungan dengan umur. Stunting yang terjadi pada usia 7-12 bulan, hanya 9,5% yang berubah menjadi normal pada saat berusia 2 tahun. Menurut Martorell (1994) sebagian besar stunting terjadi pada usia 2-3 tahun. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12 bulan adalah berat badan lahir rendah (Espo, M et al.,2002). Sebagian besar bayi dengan BBLR mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak. Di negara-negara Asia, seperti Bangladesh, RRC, India, Pakistan, Filipina, dan Sri Lanka, kejadian BBLR dapat memprediksi keadaan gizi anak pada masa prasekolah. Sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi kependekan di atas angka prevalensi nasional. Bila dibandingkan dengan batas non public health problem menurut WHO untuk masalah kependekan sebesar 20 persen, maka semua provinsi masih dalam kondisi bermasalah terhadap status stunting anak. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melihat bagaimana pengaruh BBLR terhadap status stunting pada anak umur 2-3 tahun di Kota Depok. 2. Rumusan MasalahApakah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak umur 2-3 tahun di Kota Depok ?

3. Metode PenelitianJenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang merupakan follow up survey dengan rancangan kohort retrospektif dengan populasi tetap (close cohort). Penelitian dilakukan di Kota Depok pada bulan Juli-Oktober 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita umur 2-3 tahun yang pada waktu lahir telah diukur Berat Badan Lahirnya yang tersebar di seluruh Kota Depok pada tahun 2010 dan 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan bekerjasama dengan seluruh instansi kesehatan (rumah sakit, puskesmas, praktek dokter, praktek bidan) yang menerima layanan persalinan di Kota Depok. Kriteria eksklusi adalah tidak tinggal di wilayah penelitian dan terdiagnosis menderita penyakit kronis (penyakit jantung, thalassemia, dan lain-lain) atau mengalami kelainan kromosom/kongenital berat, seperti Sindrom Down dan Sindrom Turner.4. Perhitungan Besar SampelPada pengumpulan subjek, jumlah kelahiran diseluruh fasilitas kesehatan kota Depok tahun 2010 dan 2011 adalah 650 jiwa. Dari 650 jiwa itu ditemukan 120 jiwa dengan Berat Lahir Rendah (