pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investasi terhadap indonesia

Download Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investasi terhadap indonesia

If you can't read please download the document

Upload: iffa-tabahati

Post on 12-Jun-2015

2.441 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

1. PENGARUH BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI JEPANG PADA PASAR SAHAM DUNIA DAN INVESTASI TERHADAP INDONESIA Kliping ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Analisis Investasi dan Pasar Modal Dosen Pengampu : Drs. Ibnu Qizam, SE, MSi., Akt Disusun Oleh : IFFA NAZULA TABAHATI KUI-A / 08390074 PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011 2. PENDAHULUAN Bencana gempa dan tsunami di Jepang baru-baru ini sangat memprihatinkan dan sudah pasti menimbulkan dampak luas baik di dalam maupun di luar negeri. Perdana Menteri Jepang mengakui bahwa ini bencana terbesar setelah Perang Dunia Kedua. Gempa dahsyat dan tsunami yang mengguncang Jepang kemarin dipastikan bakal berdampak besar pada perekonomian Negeri Matahari Terbit tersebut. Tentu saja untuk melakukan recovery akibat tsunami dan gempa akan banyak memerlukan dana miliran dollar. Seperti kita ketahui Jepang adalah merupakan negara yang mempunyai kekuatan ekonomi nomer 3 didunia .tentu saja akan memberikan pengaruh terhadap keseimbangan ekonomi global , apalagi saat ini ekonomi dunia belum juga stabil pasac krisis keuangan di Amerika Serikat , serta terus berkepanjangannya krisis politik di Timur tengah yang meyebabkan tingginya harga minyak dunia , tentu saja imbas dari tsunami yang terjadi Di Jepang akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia , dimana jumlah investasi Jepang dan bantuan bantuan dana hibah yang telah direncanakan kepada Indonesia serta komitmen investasi jepang terhadap Indonesia cukup besar . selain itu jepang adalah merupakan salah satu negara tujuan ekspor bagi Indonesia untuk sector tekstil, furniture , hasil perkebunan, aquaculture dan Migas Gempa juga terjadi ketika ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut menunjukkan sinyal bangkit lagi setelah terpuruk pada triwulan terakhir tahun lalu. Musibah tersebut meningkatkan risiko terputus atau terhentinya banyak sektor bisnis kunci, setidaknya dalam jangka pendek. Disini juga akan diulas dari beberapa artikel untuk mengetahui sejauh mana dampak bencana gempa dan tsunami di Jepang terhadap Bursa Saham serta spekulasi kondisi perekonomian Jepang pasca bencana sehubungan dengan kebutuhan dana yang cukup besar untuk melakukan pemulihan ekonominya dan pembangunan infrastrukturnya. 3. PEMBAHASAN PENGARUH BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI JEPANG PADA PASAR SAHAM DUNIA DAN INVESTASI TERHADAP INDONESIA 1. MASALAH EKONOMI & KINERJA SAHAM DI JEPANG SEBELUM BENCANA Sebelum bencana memilukan gempa dan tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 berkekuatan 8,8 skalarichter terjadi di Jepang, sejatinya perekonomian Jepang telah menyimpan beberapa masalah serius. Ekonomi Jepang menderita penyakit 3D, yaitu Depression, Deflation, dan Demographic. Artinya, ekonominya mengalami depresi, terjebak dalam deflasi yang berkepanjangan, dan populasinya menua. Hal ini nyata terjadi pada ekspor Jepang yang pada bulan Februari memang meningkat dibanding tahun sebelumya, akan tetapi justru menurun 1,4% dibanding bulan sebelumya yaitu Januari. http://investasi.kontan.co.id 2. KELABILAN KONDISI PEREKONOMIAN DI JEPANG PASCA BENCANA 4. Bencana kali ini diperkirakan memberi dampak serius, dan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan Gempa Kobe 1995. Dampak putaran pertama dari bencana Jepang ini (first round impact) adalah menurunnya output beberapa industri, terkait dengan rusaknya pabrik akibat tsunami. Di Miyagi, terdapat empat area yang terkena dampak paling parah, yaitu Iwate, Miyagi, Fukushima, dan Ibaraki. Keseluruhannya menyumbang sekitar 6,2% PDB Jepang (berdasarkan pengeluaran). Tsunami yang menghantam wilayah timur laut Jepang, diperkirakan akan menghentikan industri yang berada di wilayah sekitar pantai timur laut, minimal satu tahun ini, akibat kerusakan parah pada pabrik. Analis memperkirakan terhentinya pabrik tersebut akan menurunkan pertumbuhan Jepang sebesar 2,2% hingga 3.0% dari PDB, atau sekitar 12 triliun Yen (148 miliar dolar AS). Apabila hal itu juga memperhitungkan industri berat di wilayah Fukushima dan Ibaraki, dampaknya akan lebih besar. Dampak lanjutan (second round impact) dari bencana tersebut muncul akibat krisis reaktor nuklir Fukushima. Jepang akan mengalami kekurangan energi listrik dalam jangka pendek. Hal ini mengakibatkan penutupan operasi industri di hampir sebagian wilayah Kanto, atau di luar wilayah yang terkena dampak tsunami, khususnya industri yang menyerap banyak tenaga listrik, seperti industri baja dan otomotif. Sementara itu, pemadaman bergilir dilakukan bukan hanya pada daerah yang terkena gempa, melainkan juga pada sekitar 13 prefektur, yang menyumbang sekitar 42% dari PDB Jepang. Mereka menjadi basis industri terkemuka Jepang, seperti Sony, Toyota, Nippon Steel, dll. Risiko lain yang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Jepang adalah turunnya konsumsi masyarakat akibat kepercayaan yang turun, penguatan Yen yang berkelanjutan, dan apabila penanganan krisis reaktor nuklir tidak berjalan baik. Dalam artikel berikut dipaparkan dampak jangka pendek bencana gempa dan tsunami Jepang, diantaranya penurunan ekonomi, melemahnya Indeks Nikkei dan Indeks berjangka. 5. http://www.vibiznews.com 3. KONDISI PASAR SAHAM SETELAH GEMPA DAN TSUNAMI JEPANG http://www.pedomannews.com Saham-saham Jepang rontok pada hari pertama pembukaan perdagangan, Bank Jepang akan menyuntik dana sekitar 15 triliun yen atau US$ 183 miliar melalui sistem bank untuk menstabilkan pasar. Bank negara Jepang ini bertindak cepat setelah gempa untuk meminimalkan dampak yang terjadi. Langkah yang mereka lakukan diantaranya menyediakan likuiditas ke pasar uang dan perbankan. Gempa hebat dengan kekuatan 9 skala Richter diikuti tsunami yang menimpa Jepang pada Jumat, terjadi hanya beberapa saat menjelang penutupan pasar saham. Pasar saham di Asia juga turun saat dibuka pada awal pekan ini. Indeks saham Kospo Korsel turun 0,9%, 6. indeks STI Singapura juga turun hingga 0.4% demikian juga dengan di Taiwan yang turun 0.8% 4. PENGARUH BENCANA JEPANG PADA PEREKONOMIAN INDONESIA Gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantahkan Jepang dipastikan akan berpengaruh pada ekonomi dunia. Jepang sebagai salah satu pusat indutri global, sangat mudah memengaruhi pasar dunia. Dampak langsung yang sudah dirasakan adalah terganggunya rantai pasokan dari Jepang. Banyak pabrik di Asia Tenggara yang tergantung pasokan komponen dari Jepang untuk merakit produk ekspor, termasuk mobil dan elektronika. Negara-negara ASEAN yang mengandalkan ekspor ke Jepang sudah pasti akan mengalami penurunan di tahun pertama. Seberapa jauh berkurangnya ekspor Indonesia ke Jepang mencakup 20 persen dari ekspor total masing-masing- saat ini belum bisa dipastikan. Dengan bencana ini beberapa perusahaan yang berbasis di Jepang menghentikan produksi dan melakukan penjadwalan ulang rencana ekspansi usahanya. Hal lain yang perlu diantisipasi adalah proses rekonstruksi yang akan menyedot anggaran sehingga kemungkinan investor institusi dan individu dari Jepang uutuk melepas aset-aset mereka di luar negeri untuk membayar klaim dan rekonstruksi daerah yang terkena bencana. Jepang adalah pembeli surat utang AS terbesar kedua setelah China dan memiliki cadangan devisa hamper 900 miliar dollar AS. Karena itu, konsekuensinya akan mengurangi alokasi investasi dan permintaan barang serta mungkin komitmen pinjaman kepada pihak lain, termasuk Indonesia. Sekarang ini, terdapat beberapa proyek yang melibatkan Jepang, di antaranya adalah kerja sama infrastruktur pengembangan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang dikenal dengan program Prioritas Wilayah Metropolitan atau MPA senilai 20 miliar dollar AS. Nilai proyek MPA mencapai 20 miliar dollar AS (174 triliun rupiah) menjadi bagian dari program percepatan pembangunan yang berbasis koridor ekonomi senilai total 60 miliar dollar AS. MPA itu terutama terkait dengan program Greater Jakarta. Selain itu, ada proyek pinjaman JICA sebesar 12,7 triliun rupiah untuk pembangunan 15,5 km mass rapid transport dari Lebak Bulus ke Bundaran HI. Ada pula pinjaman pembangunan doubledouble track (DDT) dari Manggarai ke Cikarang sejauh 32 km dan pinjaman senilai 8,391 miliar yen untuk lima tahun sebagai 7. pinjaman kebijakan pembangunan ke-7 untuk reformasi ekonomi dan perbaikan iklim investasi. Namun, hingga kini, sudah ada komitmen dari Pemerintah Jepang untuk tetap melanjutkan sejumlah kerja sama yang kini sedang berlangsung. Sejak puluhan tahun lalu, Jepang mitra penting Indonesia. Perannya sangat besar, baik sebagai negara kreditor, pengimpor barang, maupun investor. Proyek pengembangan koridor ekonomi yang tengah berlangsung banyak didukung Pemerintah Jepang. Secara umum perekonomian kita masih akan ditopang terutama oleh konsumsi domestik. Karena itu, ketersediaan barang lewat mekanisme ekspor- impor, terutama barang konsumsi, sangat penting. Komponen investasi juga akan jadi andalan penopang kinerja ekonomi 2011. Pada kuartal IV-2010 Jepang negara kedua terbesar dalam investasi langsung dengan volume penanaman modal sekitar 1,4 miliar dollar AS. Sebagian besar di sektor manufaktur (1,2 miliar dollar AS), disusul sektor penjualan dan ritel (sekitar 43 juta dollar AS), serta pertambangan (sekitar 41 juta dollar AS). Dari sisi perdagangan, Jepang negara kedua terbesar pemasok barang impor ke Indonesia setelah China. Januari 2011 nilai impor barang dari Jepang 1,3 miliar dollar AS, sementara dari China 1,9 miliar dollar AS. Dari sisi ekspor, Jepang jadi tujuan ekspor terbesar 2010. Meski Desember 2010 dan Januari 2011 terjadi penurunan, Jepang masih masuk tiga besar tujuan ekspor Indonesia (bersama China dan AS). Di luar komponen investasi dan ekspor-impor, peranan Jepang juga penting sebagai kreditor. Dari total utang luar negeri Indonesia, komposisi berdenominasi yen cukup besar, urutan kedua setelah dollar AS. Pada kuartal IV-2010, dari total pinjaman luar negeri sekitar 116 miliar dollar AS, 32,9 miliar dollar AS berdenominasi yen, sementara sekitar 39,2 miliar dollar AS berdenominasi dollar AS. Jika rekonstruksi ekonomi Jepang menyedot perhatian dan alokasi anggaran, baik pada level pemerintah maupun korporasi, skenarionya perekonomian Jepang akan cenderung melihat ke dalam (inward looking). Karena itu, konsekuensinya akan mengurangi alokasi investasi dan permintaan barang serta mungkin komitmen pinjaman kepada pihak lain, termasuk Indonesia. Artikel dibawah menggambarkan dampak jangka pendek pada industri Indonesia dikarenakan beberapa kerusakan industri industri besar di Jepang 8. http://www.bisnis-kti.com 9. 5. PERAN INDONESIA PASCA BENCANA 10. http://www.globalnews-indonesia.com Pemerintah Indonesia memberikan bantuan dua juta dolar AS (sekitar Rp18 miliar) kepada Jepang yang terkena gempa dan tsunami dan meyakini bencana itu tidak mengubah hubungan Indonesia-Jepang. Indonesia memberikan bantuan senilai dua juta dolar AS kepada Jepang untuk membantu kondisi darurat akibat gempa bumi dan tsunami dan masih dimungkinkan untuk memberikan bantuan lebih besar lagi. 11. Bantuan tersebut masih untuk bantuan darurat bencana sementara bantuan untuk fase pasca bencana seperti untuk pekerjaan konstruksi dan pembangunan masih berpotensi untuk diberikan. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam konferensi pers didampingi oleh Wakil Menlu Jepang Makiko Kikuta yang berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri acara ASEAN Regional Forum Disaster Relief (ARF DIREX) di Manado dan pertemuan Metropolitan Priority Area (MPA) di Jakarta. 6. SPEKULASI PROSPEK EKONOMI NEGERI SAKURA PASCA BENCANA http://suaramerdeka.pressmart.com 12. Artikel diatas membahas tentang spekulasi terhadap keadaan ekonomi Jepang pasca bencana gempa dan tsunami, perannya dalam menahan laju konstraksi ekonomi di negaranya. Langkah apa yang aka dilakukan Jepang sehubungan bahwa Jepang adalah negara kreditur terbesar di dunia, sekaligus negara dengan rasio utang pemerintah terbesar di dunia. Jepang memang berupaya keras untuk segera memulihkan perekonomiannya pascagempa dan tsunami tersebut. Segala daya upaya dilakukan agar tidak terjadi krisis atau gangguan terhadap perekonomian negaranya. Sebagaimana dikemukakan Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda, pemerintahnya terus memantau respons pasar keuangan terhadap gempa dan tsunami setelah pasar keuangan dibuka selang beberapa hari sesudah musibah terjadi.Bank Sentral Jepang sendiri telah menyediakan dana tunai 55 miliar yen atau setara Rp 5,9 triliun bagi 13 lembaga keuangan di daerah yang terkena gempa dan tsunami. Kesigapan pemerintah Jepang dalam mengantisipasi dampak gempa dan tsunami tersebut patut diacungi jempol. Negara itu memang salah satu negara yang sudah terbiasa dengan musibah bencana alam seperti gempa dan tsunami, sehingga sudah memiliki skenario untuk bisa cepat keluar dari krisis. Belakangan diketahui Bank Sentral Jepang (Bank of Japan) menginjeksikan 7 triliun yen (Rp 771,3 T) ke pasar uang jangka pendek, dalam rangka membangun kepercayaan setelah gempa dan tsunami yang sudah menelan banyak korban tewas itu. Intervensi tersebut merupakan operasi tunggal terbesar yang dilakukan BoJ. Bank sentral Jepang akan mengambil semua kebijakan yang memungkinkan, termasuk memberikan likuiditas, menjamin stabilitas pasar finansial dan menjaga setelmen kesepakatan bisnis. Meski demikian, diperkirakan ini tetap akan menimbulkan perlambatan perekonomian Jepang, yang pada akhirnya juga berdampak pada negara-negara yang memiliki ketergantungan terhadap Jepang, termasuk Indonesia. 13. KESIMPULAN Hutang membuat alokasi dana yang ada sebagaian besar jatuh kepada pembayarannya, dan mengorbankan aspek-aspek lainya yang pada dasarnya vital bagi negara, sebagai contohnya ialah pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Sedangkan untuk kasus hibah dan kerjasama teknis, bentuk hubungan asimetrisnya terletak pada melemahnya kemandirian nasional dan besarnya ketergantungan Indonesia atas bantuan (hibah dan kerjasama) Jepang. menurut saya dampaknya mungkin relatif kecil. Pada hari-hari mendatang, Indonesia akan semakin sedikit mengimpor dari Jepang, karena adanya gangguan disana. Sebaliknya ekspor ke Jepang juga akan menurun. Jadi dampaknya mungkin impas-impas saja, seperti data neraca ekspor-impor beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menjadi bagian dari Jepang, akan mengalami kesulitan dalam beberapa bulan mendatang. Namun produsen produk-produk energi seperti pemasok Batu bara, LNG, Bahan Bakar Minyak (khususnya yang kandungan sulfurnya rendah) akan mengalami keuntungan. Saya memprediksi Jepang kemungkinan terpaksa harus memadamkan sebagian besar PLTN- nya untuk melakukan pengecheckan dan juga upaya-upaya peningkatan keselamatan. Akibatnya, pembangkit listrik non-PLTN akan dipacu untuk mengisi kekosongan pasokan listrik tersebut. Perlu diketahui, bagi Indonesia Jepang merupakan pasar ekspor utama. Sepanjang 2010, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$16,49 miliar dan menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor Indonesia. Pada Januari 2011, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$ 1,21 miliar atau 10,13% dari total ekspor non-migas. Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal, menilai Jepang merupakan negara yang realtif siap menghadapi bencana. Karenanya, meski bencana tsunami Jepang berdampak terhadap perekonomian Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan terlalu besar. 14. SARAN DAN KRITIK Jepang melalui program pinjaman luar-negerinya membuat Indonesia menjadi tergantung kepadanya. Dengan posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang memerlukan dana yang tidak sedikit dalam membangun negaranya, menjadi salah satu alasan mudahnya Indonesia tergantung kepada pinjaman Jepang. Selain itu pula, kondisi perekonomian Indonesia yang bisa dikatakan belum pulih pasca krisis, menjadi faktor pendorong pula bagi tergantungnya Indonesia terhadap bantuan finansial Jepang. Hal ini tentunya memberikan efek negatif bagi Indonesia itu sendiri, yakni melemahkan posisi Indonesia di hadapan Jepang, serta melambatnya pembangunan yang ada. Seperti dalam keadaan seperti ini, Jepang yang sedang mengalami resesi ekonomi karena bencana dan usaha pemulihan yang pasti akan membutuhkan alokasi dana yang besar. Sambil menunggu pemulihan ekonomi Jepang dan perbaikan infrastrukturnya, ada baiknya pemerintah Indonesia mendorong eksportir nasional melakukan diversifikasi pasar, terutama mendorong ekspor ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan tinggi seperti China, India dan negara ASEAN lainnya. Sementara, rencana investasi langsung Jepang di Indonesia akan dijadwal ulang pascagempa bumi dan tsunami. Negara itu sedang memprioritaskan pemulihan ekonomi dalam negeri sehingga sejumlah investasi ditunda. Selain masalah ketergantungan negara kita pada investasi Jepang, harus diupayakan pula untuk meminimalisasi dampak bencana Jepang tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah juga harus belajar, tidak hanya dalam hal menajemen mengelola bencana seperti dilakukan Jepang, tetapi dalam hal percepatan pemulihan ekonomi.