pengaruh corporate governance, ukuran …eprints.ums.ac.id/71024/4/np fery.pdf · akuntansi ini...
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN
PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2013-2015)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
FERY STYAWAN
B 200 130 204
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN
DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FERY STYAWAN
B 200 130 204
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Drs. Suyatmin Waskito Adi, M.Si.
NIDN: 060508630
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN
DAN LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015)
Oleh:
FERY STYAWAN
B 200 130 204
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Kamis, 27 Desember 2018
Dan telah dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Drs. Suyatmin Waskito Adi, M.Si. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Drs. Atwal Arifin, M.Si., Akt., CA ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Drs. Yuli Tri Cahyono, M.M.,Akt.,CA ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
(Dr. Syamsudin, SE M.M.)
NIDN. 0017025701
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Desember 2018
Penulis
FERY STYAWAN
B 200 130 204
1
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN
LEVERAGE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2013-2015)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap
integritas laporan keuangan. Sampel penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2013 sampai 2015.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 104 sampel. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik
yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan
leverage tidak berpengaruh terhadap integritas laporan.
Kata kunci: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen,
komite audit, ukuran perusahaan, leverage, integritas laporan keuangan
Abstract
This study aims to examine the effect of institutional ownership, managerial ownership,
independent commissioners, audit committees, company size and leverage on the integrity
of financial statements. The samples of this study is all manufacturing companies listed on
the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013 to 2015. The sampling method use
purposive sampling method with the total sample as much as 104 samples. Technique of
analysis data used the classic assumptions test, they are normality test, multicollinearity
test, heteroscedasticity test, and autocorrelation test. Hypothesis test used multiple
regression analysis.The results of the study show that the size of the company influences
the integrity of financial statements. While institutional ownership, Managerial ownership,
Independent commissioner, audit committee, leverage does not affect the integrity of
financial statements.
Keyword: institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner,
audit committee, company size, leverage, integrity of financial statements.
1. PENDAHULUAN
Informasi adalah sekumpulan keterangan yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan
dalam menjalankan organisasi. Informasi menghasikan data dalam bentuk yang lebih
bermanfaat bagi penerima informasi yang mencerminkan peristiwa-peristiwa nyata yang
digunakan untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan yang baik adalah laporan
keuangan yang berintegritas. SAK (2007: 1, 3) menyatakan laporan keuangan merupakan
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang bertujuan
untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
2
keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Berbagai informasi ini digunakan oleh
para pemakai laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah dan
pemakai lainnya guna pembuatan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan keuangan
harus disajikan dengan integritas yang tinggi. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali
terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Skandal manipulasi
akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Tyco,
Global Crossing, dan Worldcom maupun beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti
Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi
(Auditya dan Wijayanti, 2013). Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan
bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang
terdistribusi luas atau lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi
mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme corporate governance yang
baik belum diterapkan. Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup
luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal
auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa kecurangan banyak
dilakukan oleh orang-orang dalam.
Kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi menurunkan kepercayaan
pengguna laporan keuangan terhadap integritas laporan. Laporan keuangan merupakan
sumber informasi untuk mengetahui kondisi ekonomis suatu perusahaan. Informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan ekonomi, maka akan sangat penting jika laporan keuangan yang disajikan
adalah laporan keuangan yang berintegritas terutama pada perusahaan yang go public,
seperti perusahan di Bursa Efek Indonesia yang sahamnya diperjualbelikan kepada
masyarakat. Menurut SFAC No. 2, integritas informasi laporan keuangan merupakan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tidak bias
dan secara jujur menyajikan informasi. Suatu informasi dikatakan bermanfaat untuk
pembuatan keputusan, apabila informasi tersebut mengandung dua karakteristik utama,
yaitu relevan dan reliable. Informasi yang relevan adalah informasi yang dapat
berpengaruh pada pengguna untuk menguatkan atau mengubah harapan pengguna laporan
keuangan.
Laporan keuangan yang berintegritas memenuhi kualitas reliability yang terdiri dari
3 komponen, yaitu verifiability, representational faithfulness dan neutrality. Integritas
informasi laporan keuangan dapat diproksi dengan konsevatisme. Akuntansi konservatisme
3
adalah prinsip yang jika dilakukan akan menghasilkan biaya cenderung tinggi, dan
pendapatan serta aset menjadi lebih rendah, dalam prakteknya penerapan akuntansi
konservatisme dilakukan secara berbeda-beda tergantung dengan karakteristik perusahaan.
Alasan penggunaan konservatisme sebagai proksi integritas laporan keuangan yaitu,
konservatisme sendiri identik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya
lebih kecil daripada laporan keuangan yang overstate.
2. METODE
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integrtias laporan keuangan, sedangkan
variabel independennya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit, ukuran perusahaan dan leverage. Populasinya seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013 –
2015. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan
data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan data laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor independen dengan melakukan download terhadap profile masing-masing
perusahaan yang dijadikan sampel. Desain penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan
melakukan uji hipotesis. Metode Analisis Data dengan Uji Statistik Deskriptif, Pengujian
Asumsi Klasik meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji
heterokedastisitas. Analisis Regresi Berganda, Uji Hipotesis meliputi Analisis Koefisien
Determinasi (R²), Uji Statistik F dan Uji Statistik t.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Penelitian Sampel Penelitian
No Kriteria sampel Jumlah
1 Jumlah perusahaan manufaktur terdaftar di BEI selama tahun
2013-2015
155
2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2013-2015
(18)
3 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tidak
menggunakan mata uang Rupiah
(27)
4 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data-data sesuai
data variabel penelitian dalam perusahaan
(39)
5 Total Perusahaan yang diambil sampel (71 x 3) 213
6 Data outlier (109)
7 Total sampel akhir yang dapat diambil 104
4
Berdasarkan tabel 1 jumlah sampel akhir 71 perusahaan manufaktur dari
populasi awal 155. Adapun perusahaan manufaktur yang tidak termasuk kriteria
sampel 18 yaitu perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan perusahaan
secara lengkap pada periode (2013-2015), sehingga jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI berturut-turut selama 3 tahun 137 perusahaan.
Namun demikian, dalam pengumpulan data terdapat perusahaan tidak
menggunakan mata uang rupiah 27 perusahaan, perusahaan yang tidak memiliki
data sesuai data variabel penelitian 39 perusahaan dan yang terkena data data
outlier 109 sampel, sehingga total sampel akhir yang diperoleh 104 sampel.
Tabel 2. Daftar Sampel Penelitian
NO PT TOTAL EKUITAS
1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk
2 DLTA Delta Djakarta Tbk
3 FAST Fast Food Indonesia Tbk
4 ICBP Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk
5 MYOR Mayora Indah Tbk
6 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
7 PSDN Prasadha Aneka Niaga Tbk
8 SMAR Smart Tbk
9 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
10 HMSP HM Sampoerna Tbk
11 TRIS Trisula International Tbk
12 MYTX PTAsia Pacific Investama Tbk
13 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
14 BATA Sepatu Bata Tbk
15 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
16 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
17 SPMA Suparma Tbk
18 EKAD Ekadharma International Tbk
19 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
20 AKPI Argha Karya Prima Indo Tbk
21 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
22 INTP Indocemenct Tunggal Prakarsa Tbk
23 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
24 LMSH Lionmesh Prima Tbk
25 LION Lion Metal Works Tbk
26 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
27 KIAS Keramika Indonesia Asosiasi Tbk
28 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
29 JECC Jembo Cable Company Tbk
30 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
31 VOKS Voksel Electric Tbk
32 ASGR Astra Graphia Tbk
5
33 IMJS PT Indomobil Multi Jasa Tbk
34 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
35 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
36 TURI Tunas Ridean Tbk
37 MDRN Modern Internasional Tbk
38 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
39 SIDO PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk
40 KLBF Kalbe Farma Tbk
41 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
42 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
43 SKBM Sekar Bumi Tbk
44 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
45 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
46 GGRM Gudang Garam Tbk
47 RDTX Roda Vivatex Tbk
48 SRSN Indo Acidatama Tbk
49 AKRA Akr Corporindo Tbk
50 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
51 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
52 DAJK PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk
53 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
54 TRST Trias Sentosa Tbk
55 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
56 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
57 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
58 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
59 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
60 KICI Kedaung Indah Cari Tbk
61 MLIA Mulia Industrindo Tbk
62 MTDL Metrodata Electronics Tbk
63 GJTL Gajah Tunggal Tbk
64 INTA Intraco Penta Tbk
65 NIPS Nipress Tbk
66 UNTR United Tractors Tbk
67 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk
68 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
69 PYFA Pyridam Farma Tbk
70 TCID Mandom IndonesiaTbk
71 MBTO Martina Berto Tbk
Sumber: www.idx.co.id berdasarkan hasil seleksi, 2017
Tabel 3. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ILK 104 0,0500 6,4500 1,3364 1,1841
INST 104 0,2500 0,9831 0,6869 0,1598
MANJ 104 0,0000 0,7400 0,0520 0,1025
KI 104 0,2900 0,7500 0,3889 0,0847
KA 104 0,5000 1,0000 0,6731 0,0703
6
SIZE 104 5520 116792141 8696088 21945822
LEV 104 0,0400 0,9400 0,4352 0,2177
Sumber: Data sekunder diolah, 2018
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diketahui besarnya
kepemilikan institusional pada 104 perusahaan manufaktur sampel selama periode
2013 – 2015 diperoleh nilai rata-rata 0,6869 atau 68,69% dan standar deviasi
0,1598 atau 15,98%. Nilai minimal kepemilikan institusional 0,2500 atau 25%
dimana hampir lebih dari separuh perusahaan sampel yaitu 1 perusahaan
manufaktur dalam satu tahun. Nilai 0% ini dikarenakan pada laporan keuangan
perusahaan manufaktur tersebut tidak menampilkan jumlah saham manajemen
terakhir. Sedangkan nilai maksimal dimiliki oleh DAJK periode 2013 sebesar
0,9831 atau 98,31%. Hal ini berarti kepemilikan saham perusahaan oleh pihak
luar perusahaan manufaktur yang berbentuk institusi berkisar antara 25% sampai
98,31%. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal
ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis
dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin
besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut dalam mengawasi
kegiatan manajemen. Akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar
dalam mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan
meningkat terutama pengurangan Kinerja Keuangan. Pengawasan yang dilakukan
oleh investor institusional akan menjamin kemakmuran pemegang saham,
Pengaruh kepemilikan Institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Hasil analisis statistik deskriptif diketahui besarnya kepemilikan
manajerial pada 104 sampel perusahaan manufaktur selama periode 2013 – 2015
diperoleh nilai rata-rata 0,0520 atau 5,2% dan standar deviasi 0,1025 atau 10,25%.
Nilai minimal kepemilikan manajerial 0,00000 atau 0,00% dimana hampir lebih
dari separuh perusahaan sampel yaitu 1 perusahaan manufaktur dalam satu tahun.
Nilai 0% ini dikarenakan pada laporan keuangan perusahaan manufaktur tersebut
tidak menampilkan jumlah saham manajemen terakhir. Sedangkan nilai maksimal
sebesar 0,74 atau 74% dimiliki oleh perusahaan BAJA periode 2014. Hal ini
berarti kepemilikan saham perusahaan oleh pihak dalam perusahaan manufaktur
yang berbentuk manajerial berkisar antara 0,00% sampai 74%. Adanya
7
kepemilikan manajerial dipandang dapat menyelaraskan potensi berbeda
kepentingan antar pemegang saham luar dan manajemen. Dalam perusahaan
dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham
tentunya akan menyelaraskan kepentingan manajer dengan kepentingan sebagai
pemegang saham, sehingga manajer akan bertindak hati-hati dalam mengambil
keputusan karena mereka akan turut menanggung hasil keputusan yang diambil.
Variabel komisaris independen perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel penelitian, diperoleh nilai rata-rata 0,3889 atau 38,89% dan standar deviasi
0,0847 atau 8,47%. Nilai minimal proporsi dewan komisaris independen 0,2900
atau 29% dimiliki oleh perusahaan manufaktur GJTL periode 2013. Sedangkan
nilai maksimal 0,7500 atau 75% dimiliki oleh perusahaan manufaktur TSPC
periode 2014. Hal ini menunjukan semakin besar jumlah komisaris independen
dalam perusahaan akan semakin baik membuat keputusan yang diambil karena
tidak memihak kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan.
Sedangkan pada variabel komite audit diketahui besarnya jumlah komite
audit memiliki rata-rata 0,6731 atau 67,31% dengan standar deviasi 0,0703 atau
7,03%. Hal ini menunjukan sebagian besar laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan tersebut telah di audit oleh komite audit sebanyak 5 komposisi
komite audit sehingga menunjukan kualitas audit bagi perusahaan tersebut sangat
baik. Komposisi komite audit pun sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku di
suatu perusahaan dimana 3-5 orang dalam komite audit. Sehingga memberikan
pengawasan terhadap resiko gagal bayar dalam pembiayaan dalam perusahaan
tersebut. Komite audit perusahaan sampel terkecil 0,50000 atau 50% yang
dimiliki oleh perusahaan manufaktur MBTO periode 2013 dan GJTL periode
2015 sedangkan maksimal 1,000 atau 100% yang dimiliki oleh perusahaan RDTX
periode 2013 sampai 2015. Hal ini mengakibatkan fungsi pengawasan semakin
meningkat, sehingga kualitas pelaporan yang dilakukan oleh manajemen terjamin.
Integritas laporan keuangan dalam penelitian ini diukur dengan indeks
conservatism, nilai minimum integritas laporan keuangan -0,05 dimiliki oleh
perusahaan manufaktur LMSH periode 2014 dan nilai maksimum 6,4500 dimiliki
perusahaan manufaktur ULTJ periode 2013. Sedangkan nilai rata-rata (mean)
1,3364 serta nilai standar deviasi 1,1841. Variabel integritas laporan keuangan
8
memiliki nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dari nilai standar deviasinya,
menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik.
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) nilai minimum 5.520, nilai maximum
116.792.141 dan standar deviasi 21.945.822 dengan nilai rata-rata 8.696.088. Hal
ini menunjukan perusahaan sampel penelitian termasuk dalam perusahaan yang
memiliki total aktiva yang besar. Leverage (DER), nilai minimum 0,04 dan nilai
maksimum 0,94 dan standar deviasi 0,2177 dengan nilai rata-rata 0,4352. Hal ini
berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel 43% ekuitas tersedia untuk
memberikan jaminan terhadap hutang perusahaan.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Model Kolmogrov-Smirnov Z Probability (p) Kriteria Kesimpulan
Unstandardardized Residual 2,127 0,000 p>0,05 Tidak Normal
Sumber: data sekunder yang diolah SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai signifikansi kolmogrov-smirnov
0,00<0,005, maka model regresi dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara
normal. Meskipun hasil dan uji normalitas tidak terdistribusi secara normal,
namun dikarenakan sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 perusahaan (n>30)
sesuai dengan uji Central Limit Theorem maka dianggap normal.
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model Summary
b
Model Durbin-Watson
1 2,124
a. Predictors: (Constant), LEV, SIZE, INST, KI, KA, KM a. Predictors: (Constant), DER, PER, ROE, Size, DPR, LEV
b. Dependent Variable: ILK b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Data Sekunder diolah, 2018
Tabel 5 menunjukkan nilai Durbin-Watson (dW) 2,124 terletak diantara
nilai du (1,768) dan 4-du (2,232). Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model
regresi tidak terjadi autokorelasi antara variabel independen.
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
INST 0.833 1.201 Tidak Terjadi Multikolinearitas
KM 0.874 1.144 Tidak Terjadi Multikolinearitas
KI 0.918 1.090 Tidak Terjadi Multikolinearitas
KA 0.911 1.097 Tidak Terjadi Multikolinearitas
SIZE 0.926 1.080 Tidak Terjadi Multikolinearitas
LEV 0.930 1.075 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber : Data Sekunder diolah, 2018
9
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel independen
memiliki Tolerance lebih dari 0,1 dan semua variabel independen memiliki nilai
VIF kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi korelasi
antar variabel independen sehingga tidak ada masalah multikolinieritas.
Tabel 7. Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel t Sig. Keterangan
INST -0.750 0.455 Tidak terjadi heterokedastisitas
KM 1.080 0.283 Tidak terjadi heterokedastisitas
KI 1.303 0.196 Tidak terjadi heterokedastisitas
KA 0.022 0.982 Tidak terjadi heterokedastisitas
SIZE 0.121 0.904 Tidak terjadi heterokedastisitas
LEV -0.811 0.420 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber : Data Sekunder diolah, 2018
Dari hasil tabel 7 dengan nilai signifikansi dari masing-masing variabel
independen lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Koefisien t hitung Sig.
Konstanta -0.836
INST 0.763 0.995 0.322
KM 1.522 1.306 0.195
KI 0.656 0.477 0.635
KA 1.409 0.847 0.399
SIZE 0.000 3.630 0.000
LEV 0.456 0.857 0.393
F hitung 2.554
Adj.R2
0.024
Sumber : Data Sekunder diolah, 2018
Berdasarkan hasil analisis, maka model persamaan regresi linier berganda
yang dapat disusun sebagai berikut : ILK =-0.836+ 0.763Inst+ 1.522KM+
0.656KI + 1.409KA+ 0.000SIZE+ 0.456LEV+ e
Persamaan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Besarnya nilai
konstanta -0.836. ini menunjukkan jika kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen, dan komite audit diasumsikan konstan atau
sama dengan 0, maka integritas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2015 sebesar -0.836. Koefisien
regresi variabel kepemilikan institusional +0.763. ini menunjukkan apabila
kepemilikan institusional naik, maka integritas laporan keuangan juga naik.
Sebaliknya apabila kepemilikan institusional turun, maka integritas laporan
keuangan juga menurun. Koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial
10
+1.522. Ini menunjukkan apabila kepemilikan manajerial naik, maka integritas
laporan keuangan juga naik. Sebaliknya apabila kepemilikan manajerial turun,
maka integritas laporan keuangan juga menurun. Koefisien regresi variabel
proporsi komisaris independen +0.656. Ini menunjukkan apabila proporsi
komisaris independen naik, maka integritas laporan keuangan juga naik.
Sebaliknya apabila proporsi komisaris independen turun, maka integritas laporan
keuangan juga menurun. Koefisien regresi variabel komite audit +1.409. Ini
menunjukkan apabila komite audit naik, maka integritas laporan keuangan juga
naik. Sebaliknya apabila komite audit turun, maka integritas laporan keuangan
juga menurun. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan +0.000. Ini
menunjukkan apabila ukuran perusahaan naik, maka integritas laporan keuangan
juga naik. Sebaliknya apabila ukuran perusahaan turun, maka integritas laporan
keuangan juga menurun. Koefisien regresi variabel leverage +0.456. Ini
menunjukkan apabila leverage naik, maka integritas laporan keuangan juga naik.
Sebaliknya apabila leverage turun, maka integritas laporan keuangan juga akan
menurun.
Hasil perhitungan tabel 8 di atas diperoleh nilai Adjusted R² 0,083. Ini
menunjukkan bahwa 8,3% variasi dari integritas laporan keuangan perusahaan
manufaktur dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan dan leverage.
Sedangkan 91,7% sisanya dijelaskan variabel lain di luar model penelitian ini.
Dari tabel 8 didapat nilai F hitung 2,554 dengan probabilitas 0,024 lebih kecil dari
nilai signifikan`0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini fit atau sehat (goodness of fit).
Hasil analisis diketahui hipotesis pertama (H1) menyatakan Kepemilikan
Institusional berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai t hitung 0,995 dengan probabilitas 0,322 lebih besar dari 0,05,
sehingga dapat diartikan bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa
Kepemilikan Institusional (INST) tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan
Keuangan (ILK) tidak dapat diterima.
Hipotesis kedua (H2) menyatakan Kepemilikan Manajerial berpengaruh
pada Integritas Laporan Keuangan. Hasil pengujian menunjukkan nilai t hitung
11
1,306 dengan probabilitas 0,195 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diartikan
bahwa Kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial (KM)
tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (ILK) tidak dapat
diterima.
Hipotesis ketiga (H3) menyatakan Komisaris Independen berpengaruh
terhadap Integritas Laporan Keuangan.Hasil pengujian menunjukkan nilai t hitung
0,477 dengan probabilitas 0,635 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diartikan
bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa Komisaris Independen (KI)
tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (ILK) tidak dapat
diterima.
Hipotesis keempat (H4) menyatakan Komite Audit berpengaruh terhadap
Integritas Laporan Keuangan.Hasil pengujian menunjukkan nilai t hitung 0,847
dengan probabilitas 0,399 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa
Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa Komite Audit (KA) tidak berpengaruh terhadap
Integritas Laporan Keuangan (ILK) tidak dapat diterima.
Hipotesis kelima (H5) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hasil pengujian menunjukkan nilai t
hitung 3,630 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga diartikan
bahwa Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa Komite Audit (KA)
berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (ILK) dapat diterima.
Hipotesis keenam (H6) menyatakan Leverage berpengaruh terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Hasil pengujian menunjukkan nilai t hitung 0,857
dengan probabilitas 0,393 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa
Leverage tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jadi hipotesis
yang menyatakan bahwa Leverage (LEV) tidak berpengaruh terhadap Integritas
Laporan Keuangan (ILK) tidak dapat diterima.
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan kepemilikan
insitusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Dari hasil analisis
12
data statistik dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan yang diukur dengan konservatisme. Dengan
demikian kepemilikan institusional yang tinggi, tidak berarti bahwa perusahaan
tersebut lebih konservatif dalam penyusunan laporan keuangan. Atau semakin
rendah kepemilikan institusional tidak berarti perusahaan tersebut menerapkan
prinsip konservatisme. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Vina (2010), yang menyatakan bahwa mekanisme corporate
governanve yang diukur dengan persentase kepemilikan institusional untuk tahun
penelitian 2006 dan 2007 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
integritas laporan keuangan. Dan Susiana dan Arleen (2007) dimana penelitian
yang dilakukannya untuk tahun 2000 sampai 2003 tidak semuanya yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, namun hanya untuk
tahun 2000 dan 2001 yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan 2002 dan
2003 tidak. Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jama’an
(2009). Jika dilihat dari fenomena yang terjadi, adanya skandal manipulasi
akuntansi menunjukkan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi informasi
bagi para penggunanya. Seharusnya kepemilikan institusional mampu mengurangi
skandal manipulasi akuntansi yang terjadi karena kepemilikan institusional
merupakan bagian dari penerapan good corporate governance. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015); Istiantoro, dkk
(2017); Priharta (2017); yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Verya (2017),
Gayatri dan Suputra (2013), dan Monica dan Wenny (2013) yang menyatakan
bahwa kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
Berdasarkan pengujian parsial yang dilakukan sebelumnya kepemilikan
manajerial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan
keuangan yang dapat diartikan bahwa besar atau kecilnya kepemilikan manajerial
tidak dapat mempengaruhi variasi nilai integritas. Secara teoritis seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang
tinggi cenderung mempunyai integritas laporan keuangan yang baik. Tapi, dari
pembahasan analisis deskriptif dapat dilihat bahwa perusahaan dengan
13
kepemilikan manajerial hanya 17% saja yang mempunyai nilai integritas laporan
keuangan diatas rata-rata. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
oleh (Wulandari dan Budiarta)[10] yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan
keuangan. Hal tersebut dikarenakan variabel kepemilikan manajemen tidak
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan sehingga hipotesis tersebut
tidak dapat diterima. (Nabor dalam Wulandari dan Budiarta)[10] menyatakan nilai
kepemilikan manajemen dibawah 10% merupakan persentase kepemilikan saham
yang rendah, sehingga manajemen tidak mampu mempengaruhi kebijakan
perusahaan terutama dalam integritas suatu laporan keuangan. Saham dengan
persentase kecil rentan dengan masalah keagenan, sehingga akan meningkatkan
laporan keuangan yang konservatif (Lafond dan Roychowdhury dalam Wulandari
dan Budiarta). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rizkita dan Suzan (2015), dan Fajaryani (2015) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menjadi
penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait.Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan
yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mengurangi kemungkinan
kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan manajemen
Chtour ou, et al. (2001) dalam Jama’an (2007). Komisaris independen diharapkan
dapat melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang memenuhi
good corporate governance. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi resiko
kecurangan yang dapat dilakukan manajemen terhadap laporan keuangan,
sehingga akan meningkatkan integritas laporan keuangan.
Namun pernyataan diatas tidak sesuai dengan hasil penelitian ini dimana
dari hasil analisis diketahui bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas
laporan keuangan. Komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan dimana keberadaan komisaris independen dalam
perusahaan yang diharapkan mampu memantau kinerja manajemen dalam
14
penyusunan dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan tidak terbukti
memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan perusahaan.
Meskipun secara statistik jumlah komisaris independen yang ada pada
perusahaan sampel telah memenuhi jumlah minimal yang disyaratkan namun
peran dan pemenuhan tugas dari masing-masing anggota komisaris independen
tidak mampu secara efektif dilakukan. Sehingga keberadaan komisaris independen
ini tidak mampu memantau dan mengendalikan tindakan manajemen dalam hal
penyampaian dan pembuatan laporan keuangan. Jumlah komisaris independen
yang telah memenuhi syarat minimal yang telah dilakukan hanya menjadi
pemenuhan regulasi saja dan tidak mampu mencerminkan kinerja komisaris
independen dalam menjalankan tanggung jawabnya. Hal ini sesuai pendapat
Wulandari dan Budiartha (2014) dimana upaya pengangkatan dan keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan mungkin dilakukan sebagai pemenuh
regulasi dan peraturan pemerintah saja, tetapi tidak dapat berfungsi untuk
menegakkan tata kelola yang baik. Begitu juga mendukung pendapat Nurjannah
dan Pratomo (2014) dimana komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap integritas laporan keuangan karena tugas komisaris independen adalah
melakukan pengawasan terhadap tata kelola perusahaan sehingga tidak
berpengaruh langsung terhadap bagian-bagian dalam pengukuran integritas
laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wulandari dan Budiartha (2014); Pratama (2015); Amrulloh dkk (2016);
dimana masing-masing hasil penelitian juga membuktikan bahwa komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya tiga anggota dan salah satu
di antara komisaris independen perusahaan tercatat tersebut juga menjadi ketua
komite. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor
proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan Bradbury et al. (2004) dalam Ahmad dan Profita (2011).
Komite audit yang beranggotakan komisaris independen diharapkan mampu
melaksanakan tugasnya terutama yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi
perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan, sehingga dapat
mengurangi kecurangan dan kemungkinan manipulasi.
15
Namun dalam penelitian ini tidak sesuai pernyataan diatas, dimana dalam
penelitian ini diketahui bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan. Tidak berpengaruhnya komite audit terhadap integritas laporan
keuangan dikarenakan keberadaan badan komite audit yang kurang efektif
disebabkan karena jumlah komite audit dalam perusahaan belum bisa
memaksimalkan fungsinya dalam praktik akuntansi. Keberadaan badan tersebut
disinyalir hanya melakukan penelaahan atas informasi keuangan dan akuntansi
yang akan dikeluarkan perusahaan, tetapi tidak langsung terlibat atas penyelesaian
masalah keuangan yang dihadapi perusahaan.
Keberadaan komite audit merupakan sebuah keharusan, hal ini diatur
dalam surat keputusan ketua BAPEPAMKEP 41/PM/2003, SK Dir. BEJ Nomor
315/BEJ/06 – 2000, Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan
Undang-undang BUMN Nomor 19/2003. Peraturan tersebut dapat menimbulkan
situasi dimana keberadaan komite audit menjadi kurang efektif, karena menjadi
sekedar pelengkap untuk memenuhi peraturan yang berlaku. Menurut Sulistya
(2013) seperti yang dikutip Dewi dan Putra (2016), dimana keberadaan komite
audit masih kurang efektif karena belum bisa memaksimalkan fungsinya.
Sehingga perusahaan yang mempunyai komite audit tidak mampu menyajikan
laporan keuangan dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil,
sehingga integritas laporan keuangan tidak meningkat. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Srimindarti dan Puspitasari (2013); Nurjannah dan
Pratomo (2014); Dewi dan Putra (2016); dimana masing-masing hasil penelitian
mereka juga membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang ada,
dimana ukuran perusahaan mempengaruhi integritas laporan keuangan.
Perusahaan yang lebih besar lebih diperhatikan oleh masyarakat dan investor
sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam penyusunan laporan keuangan, dan
memberikan dampak terhadap laporan keuangan yang dihasilkan, perusahaan
akan melaporkan kondisinya dengan lebih akurat, benar, dan jujur. Dari hasil
analisis data statistik dapat dilihat bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan yang diukur dengan konservatisme.
Dengan demikian semakin besar total asset yang menunjukkan semakin
besar ukuran perusahaan tidak berarti bahwa perusahaan tersebut semakin
16
konservatif dalam penyusunan laporan keuangan sehingga tidak mencerminkan
perusahaan dapat menunjukkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmi (2009),
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan positif
terhadap integritas laporan keuangan. Namun, bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Shintia (2010). Jika dilihat dari fenomena yang terjadi,
adanya skandal manipulasi akuntansi menunjukkan kegagalan laporan keuangan
untuk memenuhi informasi bagi para penggunanya, yang disebabkan oleh pihak
internal salah satunya yaitu ukuran perusahaan, seharusnya ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, namun tidak sesuai dengan
penelitian ini yang menyatakan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi integritas
laporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Verya (2017), Fajaryani
(2015), dan Gayatri dan Suputra (2013) dimana masing-masing hasil penelitian
mereka juga membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hipotesis ditolak.
Dengan demikian leverage tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa leverage
berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
besar kecilnya leverage dalam suatu perusahaan, kemungkinan tidak akan
mengganggu integritas laporan keuangan dalam perusahaan. Hal ini dapat
dijelaskan dengan hipotesis utang (debt covenant hypothesis), yaitu semakin
tinggi utang suatu perusahaan atau semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran
persyaratan utang yang didasarkan atas angka akuntansi maka manajer akan
terdorong untuk menyajikan laporan keuangan dengan integritas yang rendah
melalui pemilihan prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode
mendatang ke periode berjalan (Watts dan Zimmerman, 1990: 139). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Verya (2017), dan Fajaryani (2015)
dimana masing-masing hasil penelitian mereka juga membuktikan bahwa
Leverage tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
17
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kesimpulan sebagai berikut :
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal
ini terbukti dari nilai signifikansi (0,322) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal
ini terbukti dari nilai signifikansi (0,195) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini
terbukti dari nilai signifikansi (0,635) lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Komite
audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini terbukti dari
nilai signifikansi (0,399) lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini terbukti dari nilai
signifikansi (0,000) lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Leverage tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini terbukti dari nilai signifikansi (0,393)
lebih besar dari nilai signifikansi 0,05.
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut : Untuk penelitian
selanjutnya, objek penelitian dapat dirubah menjadi perusahaan pada jenis yang lain
seperti perbankan, properti dan real estate atau dan lain-lain guna melengkapi
khasanah hasil penelitian ilmiah yang dilakukan terhadap integritas laporan keuangan
pada perusahaan pada jenis yang lainnya atau ditambah menjadi seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik lagi. Peneliti selajutnya diharapkan menambahkan jumlah tahun
pengamatan sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat menggunakan perhitungan lain untuk menentukan
integritas laporan keuangan yang lebih dapat mewakili variabel integritas laporan
keuangan. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan pengujian dengan
menggunakan variabel-variabel lain seperti keberadaan internal auditor, kepemilikan
terkonsentrasi dan komposisi dewan direksi yang mungkin memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap integritas laporan keuangan. Untuk penelitian selanjutnya,
sebaiknya menggunakan periode penelitian yang lebih panjang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Profita. 2011. Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme
Akuntansi Di Indonesia. Semarang: Journal of Economic Universitas Islam Sultan
Agung.
Amrulloh et al. 2016. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Kap,
Audittenure Dan Audit \Report Lag Pada Integritas Laporan Keuangan. E-Jurnal.
Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Udayana.ISSN : 2337-3067.
Auditya, Irfan Dan Provita Wijayanti. 2013.” Analisis Pengaruh Independensi Auditor,
Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor Dan Pergantian Auditor Terhadap
Integritas Laporan Keuangan”.Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 2.Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sutlan Agung Semarang.
Damayanti, Fitri dan Rochmi.2014.Pengaruh Reputasi Auditor dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada Periode 2008-2010 ). Esensi
Jurnal Bisnis Dan Manajemen.Vol.4,No.3.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dewi, Ni Kadek Harum Sari Dan I Made Pande Dwiana Putra. 2016. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Pada Integritas Laporan Keuangan. E--Jurnal Akuntansi
Vol.15.3.Universitas Udayana. ISSN:2302---8556.
Fajaryani, Atik. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan
Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2008-2013). Jurnal Nominal / Volume Iv Nomor 1 / Tahun
2015. Alumni Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
Gayatri, Ida Ayu Sri Dan I Dewa Gede Dharma Suputra. 2013. Pengaruh Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Integritas Laporan
Keuangan.E-Jurnal, Akuntansi. Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Cetakan ke V. Semarang: Universitas Diponegoro.
Guna, Welvin, I, dan Herawaty Harleen, 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Indepedensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, Hal 53-68.
Istiantoro, et all. 2017. Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Integritas
Laporan Keuangan Perusahaan pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI.
Journal.Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Jama'an. 2007. Pengaruh mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas kantor akuntan
publik terhadap Integritas Laporan Keuangan. (Studi Kasus Perusahaan Publik
yang Listing di BEJ). Tesis. Magister sains akuntansi pasca sarjana UNDIP.
Monica, Fitria Dan Cherrya Dhia Wenny.2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance,
Ukuran Kap Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Customer Goods Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013-2015. Jurusan
Akuntansi Stie Multi Data Palembang
Nurjannah, Lita Dan Dudi Pratomo.2014. Pengaruh Komite Audit, Komisaris Independen
Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan ( Pada Perusahaan
19
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012). ISSN : 2355-
9357. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, U N I V E R S I T
A S T E L K O M
Pratama, Dendy Oktavian. 2015. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013.Artikel Ilmiah.STIE Perbanas
Surabaya.
Priharta, Andry. 2017. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan
Keuangan.Journal. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Rahiim, Defriandio Dan Soliyah Wulandari.2014. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan
Keuangan.Esensi Jurnal Bisnis Dan Manajemen Vol.4,No.3. Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta
Rizkita, Anggi dan Leny Suzan. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran
Perusahan, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi
Kasus pada sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014). ISSN : 2355-9357. Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Telkom
Srimindarti, Ceacilia dan Elen Puspitasari. 2014. Peran Kepemilikan
Institusional,Komisaris Independen, Komite Audit Dan Auditor Eksternal Terhadap
Integritas Laporan Keuangan (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei
Pada Periode 2010-2012). Jurnal. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen
Maranartha.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, Danang. (2011). Analisis Regresi & Uji Hipotesis, Cetakan Pertama.Yogyakarta :
MadPress.
Sulistya, Ayu Febri. 2013. Pengaruh Prior Opinion, Pertumbuhan Perusahaan dan
Mekanisme Good Corporate Governance pada Pemberian Opini Audit Going
Concern. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas Udayana.
Susiana dan Herawaty, Arleen. 2007. Analisa Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi X.Unhas Makasar.
Verya, Endi. 2017. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Good
Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2012-2014. Jom Fekon Vol.4 No.1 (Februari) 2017. Faculty of Economic
Riau University, Pekanbaru, Indonesia
Wulandari,N. P. Yani Dan I Ketut Budiartha.2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Komite Audit, Komisaris Independen Dan Dewan Direksi Terhadap Integritas
Laporan Keuangan. E-Jurnal, Akuntansi. Universitas Udayana.ISSN: 2302-8556.