pengaruh etnosentrisme konsumen, perceived...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH ETNOSENTRISME KONSUMEN, PERCEIVED
QUALITY, DAN BRAND AWARENESS TERHADAP PROSES
KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU OLAHRAGA SPECS
PADA MAHASISWA ANGGOTA UKM OLAHRAGA
PERGURUAN TINGGI DI CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
MUHAMMAD DWIKY RAMADHANI
11140810000060
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 / 1439 H
i
ii
iii
s
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
a. Nama Lengkap : Muhammad Dwiky Ramadhani
b. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 12 Februari 1996
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Komp. PU Jl.Puring no.145 RT 06/04,
f. Kecamatan/Kota : Ciputat Timur, Tangerang Selatan
g. Telepon : 0822-9924-6792
h. Motto : Kerja keras tapi sholat tetap prioritas
i. E-mail : [email protected]
II. Latar Belakang Pendidikan
a. SD : SDN Bintaro 09 Pagi
b. SMP : SMPN 235 Jakarta Selatan
c. SMK : SMAN 87 Jakarta Selatan
d. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah : Iwan Yusdiwantoro
b. Ibu : Nurlaili
c. Anak ke/dari : 2/2 bersaudara
d. Alamat : Komp. PU Jl.Puring no.145 RT 06/04, Rengas
vi
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
Rasulullah SAW. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, bapak Iwan dan ibu Nurlaili yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti-hentinya
bagi penulis untuk menyelesaikan studi.
2. Bapak Rahmat Gunawan, SE.,M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan
arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ela Patriana, Ir., MM. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ibu Sri Hidayati, S.Ag, M.Ed, selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah bersedia memberikan motivasi, banyak ilmu dan solusi selama masa
perkuliahan.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
vii
7. Segenap keluarga, terutama saudara penulis, Ferdian Zudis Putra yang selalu
memberikan motivasi untuk mengerjakan skripsi.
8. Chintia Dewi Lanina yang telah menjadi bagian hidup penulis dalam
beberapa tahun terakhir, terima kasih telah memberikan perhatian, kasih
sayang, dan semangat yang terus menerus sampai penulis menyelesaikan
penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan (Aziz, Dimas, Husni, Farraz, Evita, Farhan,
Adinda, Anita, Liza, Ais, Azmi, Vivi, Mitha, Kamil, Iqbal, Ichsan, Hanung,
Ozi serta yang lainnya.) dan Manajemen Pemasaran 2014 yang selalu
kompak dan memberikan semangat kepada penulis.
10. Keluarga besar UKM Forsa khususnya divisi Futsal, Bang Imam, Bang Ipul,
Bang Oon, Rudi, Reza, Wahyu, Zhaki, Rizal, Apeng, Ojan, Wakwaw, Oji,
Affan, Indra, Memet, Dwi, Samid, Kahfi Serta teman-teman semua yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Teman-teman Manajemen angkatan 2014 terima kasih atas kebersamaan dan
kenangan indah yang pernah diukir bersama. Senang menjadi bagian dari
kalian. Jaga terus kebersamaan yang telah kita bangun, dan teman-teman
Manajemen Pemasaran angkatan 2014 atas kebersamaan dan kenangan indah
yang telah diukir bersama.
12. Teman-teman Pocer khususnya Raka, Ilham, Deden, Didit, Erik, Uton, Adul,
Olit, Ziky, Kevin, Reza, Bayu, Egy serta yang lainnya .
13. Teman-teman Futsal Rasta 87 khususnya Adlikodok, Andri, Bodot, Bintang,
Rochim, Acan, Jubek, Rendi, Mekel, Wais, serta yang lainnya.
14. Kepada teman-teman dekat dan teman-teman saya sekalian yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan semangat.
15. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
viii
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
pemasaran.
Jakarta, 17 Juni 2018
(Muhammad Dwiky Ramadhani)
ix
ABSTRACT
The purpose of this research is to explain the influence of consumer
ethnocentrism, perceived quality, and brand awareness towards purchasing
decision sport shoes Specs on Students UKM Sports in Ciputat. Type of this
research is quantitative. The population in this research is a student member of
the UKM Sports College in Ciputat. Data collection is done by spreading the
questionnaires to 100 respondents. This research method using multiple
regression analysis, with the processed of SPSS software 23.00. The results of this
study showed consumer ethnocentrism, perceived quality, and brand awareness
effect simultaneously and significantly to the purchasing decision as shown by the
level of significance F < α (0.000 < 0.05) and Adjusted An r-square of 0.279. This
means that the contribution of consumer ethnosentrism, perceived quality, and
brand awareness is 28%. While the remaining 72%, explained by other variables
than this research. Partially, the influential consumer ethnosentrism has
significantly influence the purchasing decision of 0.013, perceived quality has
significantly influence the purchasing decisions of 0.010, and brand awareness
has significantly influence purchasing decisions of 0.028.
Keywords: Ethnosentrism consumers, Perceived Quality, Brand Awareness, and
Process purchasing decisions
x
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness terhadap
keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa UKM Olahraga
Perguruan Tinggi di Ciputat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi
di Ciputat. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
100 responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda,
dengan bantuan software SPSS 23. Hasil penelitian ini menunjukkan
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap keputusan pembelian seperti yang
ditunjukkan oleh tingkat signifikansi F < α (0,000 < 0,05) dan Adjusted R-square
sebesar 0,279. Artinya kontribusi etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan
brand awareness adalah 28%. Sedangkan sisanya 72%, dijelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian ini. Secara parsial, etnosentrisme konsumen berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 0,013, perceived quality
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 0,010, dan brand
awareness berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 0,028.
Kata kunci : Etnosentrisme konsumen, perceived quality, brand awareness, dan
proses keputusan pembelian
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 11
C. Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemasaran ......................................................................................... 14
2. Manajemen Pemasaran ..................................................................... 15
3. Perilaku Konsumen ........................................................................... 16
4. Etnosentrisme Konsumen ................................................................. 17
5. Perceived Quality .............................................................................. 22
6. Brand Awareness .............................................................................. 25
7. Keputusan Pembelian ........................................................................ 30
B. Hubungan Antar Variabel ..................................................................... 38
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 39
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 43
E. Hipotesis ............................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 45
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .............................................. 45
1. Populasi ............................................................................................. 45
2. Sampel............................................................................................... 45
xii
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 47
1. Data Primer ....................................................................................... 47
2. Data Sekunder ................................................................................... 48
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 50
1. Uji Kualitas Data ............................................................................... 50
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 50
3. Uji Hipotesis ..................................................................................... 54
4. Analisis Regresi Linier Berganda ..................................................... 56
5. Koefisien Determinasi....................................................................... 57
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 59
1. Sejarah Singkat Specs ....................................................................... 59
2. Logo Specs ........................................................................................ 62
3. Visi dan Misi Specs .......................................................................... 62
B. Deskripsi Responden ............................................................................ 63
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 63
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 64
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Universitas ........................... 64
C. Uji Kualitas Data ................................................................................... 66
1. Hasil Uji Validitas ............................................................................. 66
2. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 69
D. Pembahasan Analisis Deskriptif ........................................................... 71
E. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 82
1. Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 82
2. Hasil Uji Multikolineritas ................................................................. 84
3. Hasil Uji Heterokedasitas.................................................................. 85
F. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 88
1. Hasil Uji Signifikan Parsial (uji t) .................................................... 88
2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) .............................................. 91
G. Hasil Regresi Linier Berganda .............................................................. 93
H. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 94
I. Pembahasan ........................................................................................... 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 99
B. Saran ..................................................................................................... 100
xiii
1. Bagi Perusahaan Specs...................................................................... 100
2. Bagi Akademisi ................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104
LAMPIRAN ...................................................................................................... 107
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penduduk yang Melakukan Olahraga ....... .......................... 1
Tabel 1.2 Persentase Penduduk yang Melakukan Olahraga ............... 2
Tabel 1.3 Penjualan Sepatu Olahraga di 3 Kota besar Indonesia ........ 5
Tabel 2.1 Tujuh belas item instrumen CETSCALE21......................... 21
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................ 39
Tabel 3.1 Tabel Skala Likert ............................................................... 48
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ............................................. 57
Tabel 4.1 Usia Responden.................................................................... 64
Tabel 4.2 Jenis Kelamin ....................................................................... 65
Tabel 4.3 Universitas ........................................................................... 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Etnosentrisme Konsumen ..................... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Perceived Quality .................................. 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Brand Awareness .................................. 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian ............................ 68
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Produk ................................. 69
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Perceived Quality .............................. 70
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Brand Awareness............................. 70
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Keputusan Pembelian ...................... 71
Tabel 4.12 Saya mengutamakan sepatu olahraga Specs, karena
produk lokal....................................................................... 71
Tabel 4.13 Saya lebih baik memilih sepatu olahraga Specs (lokal)
dibanding sepatu merek asing ........................................... 72
Tabel 4.14 Membeli sepatu olahraga Specs (lokal) merupakan
tindakan terbaik ................................................................. 72
Tabel 4.15 Sepatu olahraga Specs memiliki kekuatan dan nyaman
dipakai ............................................................................... 73
Tabel 4.16 Sepatu olahraga Specs ringan dan mudah dipakai ............. 73
Tabel 4.17 Sepatu olahraga Specs awet dan tahan lama ...................... 74
Tabel 4.18 Sepatu olahraga Specs tidak mudah rusak ......................... 74
Tabel 4.19 Sepatu olahraga Specs mudah dirawat dan dapat
diperbaiki ........................................................................... 75
Tabel 4.20 Sepatu olahraga Specs memiliki bentuk yang menarik ..... 75
Tabel 4.21 Sepatu olahraga Specs memiliki model yang variatif ........ 76
Tabel 4.22 Sepatu olahraga yang pertama saya ingat sepatu adalah
olahraga Specs ................................................................... 76
Tabel 4. 23 Sepatu olahraga Specs mudah diingat dan dikenal ........... 77
Tabel 4. 24 Saya mengetahui sepatu olahraga Specs setelah
mendapatkan informasi...................................................... 77
Tabel 4. 25 Saya tidak mengetahui sepatu olahraga Specs .................. 78
Tabel 4. 26 Saya membutuhkan sepatu olahraga Specs untuk
berolahraga........................................................................ 78
Tabel 4. 27 Saya mengetahui informasi tentang sepatu olahraga
Specs dari keluarga/teman/tetangga .................................. 79
xv
Tabel 4. 28 Saya mengetahui informasi tentang sepatu olahraga
Specs dari iklan (TV, website, sosial media, dsb) ............ 79
Tabel 4. 29 Dari berbagai alternatif produk sepatu olahraga yang
ada, saya memutuskan untuk membeli Specs ................... 80
Tabel 4. 30 Saya memutuskan untuk melakukan pembelian sepatu
olahraga Specs ................................................................... 80
Tabel 4. 31 Saya akan melakukan pembelian ulang sepatu olahraga
Specs untuk selanjutnya .................................................... 81
Tabel 4. 32 Saya akan merekomendasikan sepatu olahraga Specs ke
orang lain 81
Tabel 4. 33 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik................................ 82
Tabel 4. 34 Hasil Uji Multikolineritas ................................................. 84
Tabel 4. 35 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik .................. 87
Tabel 4. 36 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ................................... 88
Tabel 4. 37 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) .............................. 91
Tabel 4. 38 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........................... 92
Tabel 4. 39 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ..................... 94
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan Sepatu Specs di Indonesia ...................... 7
Gambar 1. 2 Survey Top of Mind Awareness Sepatu Olahraga,
2018 ................................................................................ 9
Gambar 2. 1 Piramida Kesadaran Merek.................................... ......... 26
Gambar 2. 2 Niai Kesadaran Merek ..................................................... 28
Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran ........................................................ 43
Gambar 4. 1 Logo Specs ...................................................................... 63
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Secara Grafik ................................ 82
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Grafik ................... 86
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ....................................................... 108
Lampiran 2 : Jumlah Anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) ..... 109
Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Pernyataan Kuesioner ................... 111
Lampiran 4 : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 23.0 .................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan cabang olahraga di Indonesia saat ini berkembang
semakin pesat. Berdasarkan data dari BPS, sisi frekuensi penduduk yang
berolahraga sebesar 66,68% penduduk berumur 10 tahun ke atas
berolahraga setidaknya satu hari dalam seminggu.
Tabel 1.1 Penduduk yang Melakukan Olahraga
Bagi masyarakat Indonesia yang maju dan modern kegiatan olahraga
sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Olahraga telah
dipandang memiliki berbagai fungsi yang tidak hanya untuk
mengembangkan kualitas kebugaran fisik saja, melainkan mengembangkan
2
kualitas mental individu dan masyarakat secara lebih utuh dan kuat.
(kemenpora.go.id)
Tabel 1.2 Persentase Penduduk yang Melakukan Olahraga
Berdasarkan data di atas, jenis olahraga yang sering dilakukan oleh
penduduk Indonesia adalah SKJ, jogging, dan sepak bola. SKJ, dan jogging
karena diminati masyarakat karena mudah, serta dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja tanpa memebutuhkan peralatan dan persyaratan khusus.
Sedangkan olahraga yang populer dan merakyat adalah sepakbola,
persentasenya meningkat dari tahun ke tahun.
3
Salah satu perlengkapan pokok dari berbagai cabang olahraga tersebut
yaitu sepatu. Sepatu merupakan perlengkapan wajib dalam berolahraga dan
memiliki peran untuk menunjang pengguna dalam kenyamanan berolahraga.
Dengan kualitas sepatu yang baik tentunya bisa menumbukan minat dalam
berolahraga.
Dengan tingginya minat terhadap keperluan olahraga dan adanya
perkembangan cabang olahraga di Indonesia maka memberikan perubahan
dan perkembangan yang cepat pada persaingan bisnis sepatu olahraga di
Indonesia. Beberapa produsen sepatu lokal dan asing saling bersaing
memanfaatkan perkembangan olahraga. Selain bersaing harga, produsen
sepatu olahraga juga bersaing dalam kualitas produk.
Dilain hal, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di
dunia telah menarik banyak perusahaan untuk memasuki pasar Indonesia.
Indonesia pun ikut serta juga di lembaga-lembaga seperti Word Trade
Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN
Economic Community (AEC). Hal tersebut semakin mendorong pemerintah
Indonesia untuk lebih terbuka atas masuknya produk-produk dari negara
lain. Dengan diberlakukanya perdagangan internasional tersebut, tentunya
akan menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia yaitu harus
mempersiapkan industri dalam negeri dalam menghadapi kompetisi global
yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal dengan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
4
Strategi yang harus segera direalisasikan untuk memetik keuntungan
dengan adanya MEA yaitu dengan memperkuat strategi ke dalam negeri.
Strategi kedalam yaitu upaya-upaya yang dilakukan pemerintah khusunya
memperkuat di dalam negeri dalam menghadapi MEA, salah satunya yaitu
meningkatkan penggunaan atau konsumsi produk dalam negeri.
Menurut survey pendahuluan, jika dilihat dari sisi konsumen pada era
sekarang ini justru cenderung lebih tertarik pada merek global, hal tersebut
terjadi dikarenakan kualitas dari merek global yang sudah terjamin dan
merek global mempunyai suatu nilai prestige yang tinggi. Data penjualan
sepatu olahraga di Indonesia pada 2016 juga masih dikuasai oleh merek
global yaitu Adidas. Berdasarkan penelitian MARS yang sudah diolah pada
survey pendahuluan, dilakukan penelitian di tiga kota besar di Indonesia
yaitu Jakarta, Bandung, dan Semarang. Seperti dapat dilihat pada tabel 1.1
dibawah ini
5
0
5
10
15
20
25
30
Adidas Nike Specs Logo
PENJUALAN SEPATU OLAHRAGA (MARS, 2016)
Jakarta Bandung Semarang
Tabel 1.3 Penjualan Sepatu Olahraga di 3 Kota besar Indonesia
Sumber : (edhiaruman, 2016)
Pada tabel di atas, penelitian di tiga kota besar tersebut dapat terlihat
merek global seperti Adidas dan Nike masih menguasai pasar produk sepatu
olahraga di Indonesia. Hal tersebut bisa terjadi karena kualitas dari merek
tersebut sudah terjamin dan terpercaya. Sepatu Adidas menjadi market
leader di 3 kota besar Jakarta, Bandung, Semarang. Diikuti oleh pesaing nya
yaitu Nike yang tidak terpaut jauh penjualannya dengan Adidas. Sedangkan
2 produk lokal yaitu Specs dan Logo yang masih terpaut jauh penjualan nya
dengan produk buatan luar negeri yang mempunyai nilai prestige yang
tinggi.
6
Melihat fenomena di atas tentunya sangat disayangkan, mengingat
bahwa masyarakat Indonesia seharusnya bisa menjadi pelopor untuk
memajukan merek lokal di kancah Internasional. Namun yang terjadi malah
sebaliknya, banyak masyarakat Indonesia yang dengan bangga
menggunakan merek global.
Pada akhirnya banyak merek global yang cenderung lebih sukses
dalam kategori produk yang sifatnya high profile dan high involvement,
sementara merk lokal sendiri lebih disukai para konsumen untuk everyday
product saja misalnya seperti makanan (Johanson & Ronkainen, 2004)
Namun, setiap negara pasti memiliki produk lokal yang merintis untuk
menyaingi merek-merek global. Specs merupakan sebuah perusahaan sepatu
olahraga asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1994 di
Jakarta. Sebagai perusahaan lokal, Specs mengusung slogan produknya
dengan “Buktikan Indonesiamu”. Dengan slogan tersebut, Specs
mengeluarkan varian jenis sepatu dengan motif batik dengan nama,
Accelerator Borneo, Celebes, Papua, Java, Andalas, dan lain-lain. Tidak
hanya sepatu, Specs juga mengeluarkan Jersey klub Liga Indonesia dengan
motif batik seperti, Persipura dengan motif asmat dan Sriwijaya dengan
motif batik songketnya. Tidak hanya klub sepakbola, Specs juga menjadi
sponsor pemain sepak bola profesional di Indonesia seperti Kurnia Mega,
Isnan Ali, Arif Suyono, dan Yongki Aribowo. Sedangkan untuk di olahraga
futsal, Specs juga mensponsori Yos Adi Wicaksono, Socrates Matulessy,
dan Bambang Bayu Saptaji (http://specs-sports.com:2016).
7
Gambar 1. 1 Perkembangan Sepatu Specs di Indonesia
Sumber: Google Trend (2016)
Ket : #Specs #Adidas # Nike
Pada Gambar 1.1 di atas, perkembangan sepatu Specs di Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dilihat dari grafik garis warna
biru. Namun masih terpaut jauh dengan 2 produk global yaitu Nike dan
Adidas pada grafik merah dan kuning. Berdasarkan 2 fenomena mengenai
perbandingan penjualan Specs dan produk asing tersebut sangat erat
kaitannya dengan etnosentrisme konsumen.
Penelitian Sudarti (2013) mengungkapkan bahwa semakin tinggi
tingkat consumer ethnocentrism maka semakin tinggi pula loyalitas
terhadap merek lokal. Consumer ethnocentrism adalah keyakinan konsumen
menyangkut kepatutan atau moralitas dalam pembelian produk buatan luar
negeri (Shimp & Sharma, 1987).
Selain itu pada fenomena selanjutnya, berdasarkan artikel yang dimuat
pada tanggal 1 September 2013 oleh bolalob.com, “Survey ini kami lakukan
pada seri perdana gelaran futsal tertinggi di Indonesia ini di GOR
8
Amongrogo Yogyakarta, 19-23 Agustus 2013 lalu. Sekitar 95 pemain dari
tujuh tim peserta, mayoritas masih mengandalkan pabrikan lokal, Specs, dan
produsen peralatan olahraga asal Amerika Serikat, Nike, sebagai "senjata"
mereka di laga PIFL 2013. Specs dan Nike bersaing di dalam survey ini.
Namun pemain pengguna sepatu Specs mengeluhkan bahwa produk lokal
tersebut tidak durable/ tidak awet dan mudah rusak. Hal tersebut sangat
disayangkan melihat kepercayaan para pemain profesional yang sudah
menggunakan Specs bisa berpindah ke merek asing”. Pada artikel yang
dimuat bolalob.com tersebut menunjukan bahwa persepsi pelanggan atas
sepatu Specs tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan. Para
pemain profesional tersebut mengharapakan sepatu yang durable/awet
namun nyatanya malah sebaliknya. Fenomena tersebut berkaitan dengan
perceived quality.
Perceived quality sebagai persepsi pelanggan terhadap seluruh
kualitas atau keunggulan sebuah produk atau jasa layanan sehubungan
dengan maksud yang diharapkan (Keller, 2013:187). Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (2001) menyatakan bahwa perceived quality
mempengaruhi keputusan pembelian.
9
Gambar 1. 2 Survey Top of Mind Awareness Sepatu Olahraga, 2018
Sumber : Olahan survey pendahuluan, 2018
Pada gambar 1.2 merupakan survey Top of Mind Awarness Sepatu
Olahraga yang dilakukan peneliti pada 30 responden pengguna sepatu
olahraga. Terdapat fenomena, hasil menunjukan Adidas dengan persentase
awareness tertinggi yaitu 47%, selanjutnya Nike 40%, Puma 10%, dan
Reebok 3%. Data tersebut menunjukan benak konsumen Indonesia masih
dibayangi oleh merek-merek asing, tidak ada konsumen yang menyebutkan
merek lokal seperti Specs, Logo, dan lainnya pada survey tersebut.
Sepatu Specs yang sudah lama bersaing di pasar sepatu olahraga
Indonesia tidak disebut sekalipun pada survey Top of Mind Awareness
tersebut. Hal itu menunjukan sepatu Specs tidak mudah dikenali oleh
masyarakat. Top of mind merupakan bagian dari tingkatan brand awareness.
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
47%
40%
10%3%
Survey Top of Mind Awareness Sepatu Olahraga
Adidas
Nike
Puma
Reebok
10
mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu
kategori produk tertentu (Durianto dkk, 2004: 57).
Sejak tahun 2010 Specs memberikan desain batik untuk memberikan
ciri khas kenegaraan Indonesia beberapa produknya adalah sepatu Specs
Batik Accelerator Senopati, sepatu futsal Specs Batik Accelerator Priangan,
dan sepatu futsal Specs Batik Accelerator Pakis. Selain itu penamaan lain
dari model sepatu nya yang mencirikan Indonesia yaitu Garuda Attack yang
dibalut dengan warna sesuai dengan bendera Indonesia yaitu merah dan
putih. Semua itu dilakukan Specs untuk menarik konsumen agar membeli
produk lokal yang memiliki ciri khas kenegaraan Indonesia dan
memudahkan Specs agar dikenal oleh masyarakat.
Menurut Kotler dan Amstrong (2016:183), proses keputusan
pembelian merupakan sikap seseorang untuk membeli atau menggunakan
suatu produk baik serupa barang atau jasa yang telah diyakini akan
memuaskan dirinya dan kesediannya menanggung resiko yang mungkin
ditimbulkannya. Berdasarkan fenomena masalah di atas, diduga terdapat
pengaruh etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand
awareness terhadap proses keputusan pembeliaan.
Berdasarkan dugaan diatas maka tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Etnosentrisme Konsumen, Perceived
Quality, dan Brand Awareness Terhadap Proses Keputusan Pembelian
Sepatu Olahraga Specs pada Mahasiswa UKM Olahraga Perguruan
Tinggi di Ciputat.”
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah etnosentrisme konsumen berpengaruh secara parsial terhadap
proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat?
2. Apakah perceived quality berpengaruh secara parsial terhadap proses
keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa UKM
Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat?
3. Apakah brand awareness berpengaruh secara parsial terhadap proses
keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa UKM
Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat?
4. Apakah etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand
awareness berpengaruh secara simultan terhadap proses keputusan
pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa UKM Olahraga
Perguruan Tinggi di Ciputat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah:
1. Mengannalisis pengaruh secara parsial etnosentrisme konsumen
terhadap proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada
Mahasiswa UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
12
2. Mengannalisis pengaruh secara parsial perceived quality terhadap
proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
3. Mengannalisis pengaruh secara parsial brand awareness konsumen
terhadap proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada
Mahasiswa UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
4. Menganalisis pengaruh secara simultan etnosentrisme konsumen,
perceived quality, dan brand awareness secara simultan terhadap
proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs pada Mahasiswa
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
D. Manfaat Penelitian
Dengan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis
ingin memberikan beberapa manfaat terkait dengan penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Penelitian diharapkan akan memberikan pembelajaran terbaru bagi
penulis, khususnya terkait dengan bagaimana mengimplementasikan
ilmu/teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan kedalam sebuah
karya ilmiah.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang relevan
dan berguna bagi perusahaan terkait dalam upaya peningkatan
performa perusahaan dan dapat meningkatkan profitabilitas
13
perusahaan dengan mengembangkan program-program promosi dan
pemasaran.
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam
memberikan sebuah informasi baru bagi mahasiswa dalam penulisan
karya tulis ilmiah.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemasaran
a. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2016:27) menyatakan The
process by which companies create value for customers and build
strong customer relationships in order to capture value from
customers in return. Definisi tersebut mengartikan bahwa,
pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai
bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya.
Menurut Schiffman & Wisenblit (2015:30),“Marketing is the
activity, set of institutions, and processes for creating
communicating, delivering, and exchanging offerings that have
value for costumers, clients, partners, and society.” Definisi
tersebut artinya, pemasaran adalah aktivitas, rangkaian institusi,
dan proses untuk mengkomunikasikan, mengirimkan, dan
menawarkan nilai untuk konsumen, klien, partner, dan kelompok.
Beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses
sosial atau fungsi organisasi dalam kegiatan bisnis yang bertujuan
15
untuk menyalurakan atau mendistribusikan barang-barang dalam
rangka memuaskan kebutuhan konsumen. Tujuan pemasaran
adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa
sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan
sendirinya, idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap
membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat
produknya tersedia.
2. Manajemen Pemasaran
a. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2016:27), “Marketing is a
sociental proces by which individuals and groups obtain what they
need and want through creating, offering, and freering, and freely
exchanging products and services of value with others”. Definisi
tersebut mendefinisikan bahwa. Pemasaran adalah proses sosial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan
freering, dan bebas bertukar produk dan jasa dari nilai dengan lain.
Menurut American Marketing Society dalam buku Kotler dan
Keller (2016:27) Menyatakan bahwa Marketing management as the
art and science of choosing target markets and getting, keeping,
and growing customers through creating delivering, and
communicating superior customer value.Definisi tersebut
menyatakan bahwa Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
16
Memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga, dan tumbuh
pelanggan melalui Buat Akun menyampaikan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.Definisi di atas
menunjukan bahwa manajemen pemasaran adalah segala sesuatu
yang perlu ada perencanaan terlebih dahulu agar segala sesuatu
sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen yang kemudian akan
menimbulkan suatu pemasaran.
Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang
sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan untuk melakukan perkembangan terhadap perusahaan
dan untuk pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Pemasaran berusaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
konsumen pasar sasarannya serta bagaimana memuaskan mereka
melalui proses pertukaran dengan tetap memperhatikan semua
pihak dan tujuan terkait dengan kepentingan perusahaan.
3. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen
American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai “dinamika interaksi antara pengaruh dan
kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran aspek-aspek kehidupan.” Dengan kata lain, perilaku
konsumen melibatkan pemikiran dan perasaan yang mereka alami
17
serta tindakan yang mereka lakukan dalam proses konsumsi. Hal
itu juga mencakup segala hal pada lingkungan yang mempengaruhi
pemikiran, perasaan, dan tindakan tersebut. (Peter&Olson, 2013:6).
Sedangkan menurut Schiffman & Wisenblit (2015:30)
“Consumer behavior is the study of consumers action during
searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of
products and services that they expect will satisfy their needs.”
Definisi tersebut mengartikan bahwa, perilaku konsumen
merupakan studi dari konsumen selama mereka mencari, membeli,
mengevaluasi, dan membuang suatu produk atau jasa yang mereka
harapkan dapat memuaskan kebutuhannya.
4. Etnosentrisme Konsumen
a. Pengertian Etnosentrisme Konsumen
Istilah “ethnocentrism” pertama kali publikasikan oleh
Summer pada tahun 1906, yang mengatakan bahwa ethnocentrism
adalah “the belief that one’s own culture is superior to others,
which is often accompanied by a tendency to make individious
comparisons”. Dengan ethnocentrism merujuk pada kebanggan,
keangkuhan, dan kepercayaan akan keistimewaan kelompok sendiri
dan merendahkan keberadaan kelompok lain (Kurnianto, 2015:28).
Ethnocentrism berfungsi membantu memastikan keberlangsungan
kelompok dan budaya memalui peningkatan solidaritas ,
konformitas, koperasi, kesetiaan, dan efektifitas (Sharma et al,
18
1995). Beberapa prilaku spesifik yang merupakan ciri dari sikap
Ethnocentrism, diantaranya kecenderungan untuk : 1) membeda-
bedakan berbagai kelompok, 2) mempersepsikan kejadian
berdasarkan manfaatnya bagi kelompok sendiri (ekonomi, politik,
ataupun sosial), 3) melihat kelompok sendiri sebagai pusat dari
alam semesta dan memandang cara hidup kelompoknya lebih baik
daripada yang lain, 4) mencurigai dan mencela kelompok lain, 5)
memandang kelompok sendiri sebagai kelompok yang superior,
kuat dan jujur, 6) melihat kelompok lainya sebagai kelompok yang
inferior, lemah, tidak jujur dan suka membuat masalah (Sharma et
al, 1995).
Shimp dan Sharma (1987:6) memperluas konsep
Ethnocentrism dengan menghubungkan terhadap konsep
pemasaran yaitu prilaku konsumen, untuk mempelajari prilaku
konsumen dan implikasi pemasaran dari Ethnocentrism. Istilah
“consumer ethnocentrism” yang digunakan Shimp dan Sharma
(1987:5) untuk mewakili keyakinan yang dipegang oleh konsumen
Amerika Serikat tentang kepantasan dan moralitas terhadap
pembelian produk buatan luar negeri. Shimp dan Sharma (1987:6)
mendifinisikan consumer ethnocentrism sebagai :“the believe held
by American customers about oppropriateness, indeed morality, of
purchasing foreign-made products”. Consumer Ethnocentrism juga
dapat didefinisikan sebagai sebuah kongsi atau perspektif
19
konsumen yang cenderung menilai terlalu tinggi produk lokal dan
menilai terlalu rendag produk asing dikarenakan dengan asumsi
bahwa kelompoknya lebih baik daripada yang lain.
Seseorang yang mengasumsikan bahwa negaranya sendiri
lebih unggul dibandingkan dengan negara lain disebut sebagai
Konsumen yang memiliki orientasi etnhosentris (Warren J.
Keegan, Mark Green, 2013). consumer ethnocentrism mengacu
kepada kepercayaan seseorang bahwa jika membeli produk asing
akan berpotensi menghasilkan pegangguran, mengurangi lapangan
pekerjaan dan merusak perekonomian lokal, sehingga dengan kata
lain jika membeli produk buatan luar negeri bisa dikatagorikan
sebagai tindakan yang tidak tepat dan tidak menunjukkan sikap
patroitisme terhadap negara sendiri. Consumer ethnocentrism dapat
membentuk suatu kepercayaan kelompok etnis tertentu lebih baik
dibandingkan kelompok lain. Dalam hubungan fungsional,
customer ethnocentrism memberikan individu suatu identitas, rasa
memiliki, dan yang terpenting mengenai prilaku pembelian yang
dapat diterima (acceptable) dan tidak dapat diterima bagi suatu
kelomok (Shimp dan Sharma, 1987:7).
Shimp dan Sharma (1987:7) juga menyatakan bahwa
konsumen ethnosentris adalah pola prilaku yang terbentuk pada
masa kanak-kanak dan bersifat tidak elastis terhadap atribut-atribut
produk seperti harga dan kualitas produk. Memahami tingkat
20
etnosentris yang dimiliki pelanggan sangat bermanfaat bagi
pengetahuan dan informasi perusahaan tentang kecenderungan
pelanggan disuatu Negara untuk lebih mengkonsumsi produk
dalam negeri atau produk luar negeri (Kurnianto, 2015:29).
b. Pengukuran Etnosentrisme Konsumen
Konsep ”ethnocentrism” oleh Shimp and Sharma (1987)
diformulasikan sebagai konsep untuk mempelajari perilaku
konsumen dan implikasi pemasarannya bahwa beberapa pelanggan
umumnya percaya bahwa pembelian produk yang diproduksi
secara lokal merupakan kepantasan secara moral dalam suatu
kesadaran normatif. Selanjutnya Shimp dan Sharma (1987)
berhasil mengembangkan instrument untuk mengukur
kecenderungan sikap Etnosentrisme Konsumen yang berhubungan
dengan prilaku membeli produk asing yang dibandingkan dengan
produk dalam negeri, yang dinamakan CETSCALE (Consumer
Ethocentri Tendencies Scale). Instrumen pengukuran ini terdiri dari
17 Tujuh belas item CETSCALE yang telah banyak digunakan
diberbagai Negara sebagai pengukuran tingkat etnhosentris
pelanggan yang valid dan reliabel (Kurnianto, 2015:31)
.
21
Tabel 2. 1 Tujuh Belas Item Instrumen CETSCALE
No. Question
1. Orang Indonesia sebaiknya selalu membeli produk buatan
dalam negeri daripada produk impor
2. Hanya produk yang tidak ada di Indonesia yangperlu di impor
3. Membeli produk Indonesia membantu produk Indonesia terus
bertumbuh
4. Produk Indonesia adalah produk yang paling utama
5. Membeli produk buatan luar negeri bukan merupakan tindakan
orang Indonesia
6. Tindakan membeli produk asing merupakan tindakan tidak
benar
7. Orang Indonesia yang sejati harus membeli produk Indonesia
8. Kita sebaiknya membel produk buatan Indonesia daripada
membiarkan negara lain mengambil kekayaan kita
9. Membeli produk Indonesia merupakan hal terbaik
10. Sebaiknya kegiatan perdagangan dan pembelian barang-barang
dari negara lain sangat sedikit, kecuali jika dibutuhkan
11. Orang Indonesia seharusnya tidak membeli produk asing
12. Kontrol/pengendalian harus ditempatkan pada seluruh kegiatan
impor
13.
Hal ini mungkin dapat membebankan saya pada jangka
panjang, tapi saya tetap memilih untuk menduk produk
Indonesia
14. Pihak asing seharusnya tidak diperbolehkan untuk menaruh
produk mereka di pasar Indonesia
15. Produk asing harus dikenakan pajak yang besar agar
mengurangi masuknya produk ke wilayah Indnesia
16. Kita sebaiknya membeli produk negara lain hanya produk-
produk yang tidak ada di Indonesia
17.
Konsumen Indonesia yang membeli produk-produk yang
dibuat di negara lain bertanggung jawab dalam mengakibatkan
rekan sesama orang Indonesia tidak bekerja (work out)
Sumber : (Kurnianto, 2015)
Penggunaan CETSCALE akan menunjukkan bahwa konsumen
yang memiliki tingkat etnosentis lebih tinggi akan memiliki
kecenderungan positif untuk menggunakan produk buatan dalam
22
negeri dan konsumsi produk buatan luar negeri (Kurniato,
2015:32).
c. Indikator-Indikator Etnosentrisme Konsumen
Menurut Shimp dan Sharma (1987) dalam Kurnianto
(2015:33) indikator-indikator etnosentrisme konsumen antara lain:
1. Produk lokal yang diutamakan
2. Produk lokal yang sebaiknya dibeli
3. Membeli produk lokal merupakan tindakan terbaik
5. Perceived Quality
a. Pengertian Perceived Quality
Persepsi kualitas adalah: “customers perception of the overall
quality or superiority of a product or service compared to
alternatives and with respect its intended purpose. Achieving a
satisfactory level of perceived quality has become more difficult as
continual product improvementns over the years have led to
heightened consumer expectations”. Persepsi pelanggan atas
kualitas keseluruhan atau keunggulan produk atau layanan
dibandingkan alternatif dan dengan menghormati tujuan yang telah
ditetapkan. Mencapai tingkat kualitas yang memuaskan telah
menjadi lebih sulit karena perbaikan produk terus-menerus selama
bertahun-tahun telah menyebabkan meningkatnya konsumen
harapan.(Keller, 2013:187)
23
Menurut Durianto, dkk (2004:96), persepsi kualitas merupakan
persepsi konsumen terhadap kualitas suatu merek produk. Persepsi
terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk dapat menentukan
nilai dari produk tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada
keputusan pembelian konsumen dan loyalitas merek terhadap
merek.
Dapat disimpulkan, persepsi kualitas tersebut bersifat obyektif.
Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang
dianggap penting baginya. Persepsi pelanggan merupakan
penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu
dengan lainnya.
Ada lima nilai yang dapat menggambarkan persepsi kualitas
(Durianto, dkk, 2004:96), yaitu:
1. Alasan untuk membeli
Persepsi kualitas yang baik dapat membantu semua elemen
program pemasaran menjadi lebih efektif. apabila persepsi
kualitas tinggi, kemungkinan besar periklanan dan promosi
yang dilakukan akan efektif.
2. Diferensiasi atau posisi
Persepsi kualitas suatu merek akan berpengaruh untuk
menentukan posisi merek tersebut dalam persaingan. Berkaitan
dengan persepsi kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau
hanya kompetitif terhadap merekmerek lain.
24
3. Harga optimum
Penentuan harga optimum yang tepat dapat membantu
perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas merek
tersebut.
4. Minat saluran distribusi
Pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran lainnya lebih
menyukai untuk memasarkan produk yang disuaki oleh
konsumen, dan konsumen lebih menyukai produk dengan
persepsi kualitas yang baik.
5. Perluasan merek
Merek dengan persepsi kualitas yang kuat akan memiliki
peluang sukses yang lebih besar dalam melakukan kebijakan
perluasan merek.
b. Dimensi dan Indikator-Indikator Perceived Quality
Berdasarkan Keller (2013:187) dimensi perceived quality
dibagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Primary ingredients, melibatkan fungsi dari sepatu yang
sudah sesuai standar. (kekuatan, nyaman dipakai)
2. Supplementary features, mennggambarkan sepatu yang
ringan dan mudah dipakai.
3. Product realibility, mencerminkan sepatu tidak mudah rusak.
4. Durability, mencerminkan sepatu yang awet dan tahan lama.
5. Serviceability, menggambarkan sepatu yang mudah dirawat.
25
6. Style, mengarah pada kesesuain bentuk yang menarik
7. Design, mengarah kepada model sepatu yang menarik.
6. Brand Awareness
a. Pengertian Brand awareness
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian
dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk, 2004: 57).
Brand awareness (kesadaran merek) merupakan kemampuan
konsumen untuk mengidentifikasi suatu merek pada kondisi yang
berbeda, dapat dilakukan dengan pengenalan merek dan
pengingatan kembali terhadap suatu merek tertentu. Kesadaran
merek diciptakan dan ditingkatkan dengan cara meningkatkan
keakraban merek melalui paparan berulang sehingga konsumen
merasa mengenal merek tersebut (Kotler, 2010:215).
b. Pembentukan Kesadaran Merek
Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena
terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan
merek yang dilibatkan. Misalnya publikasi tentang penerbangan
Garuda Indonesia tidak akan membantu kesadaran merek dari
Kacang Garuda. Kesadaran merek membutuhkan continum
ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti
bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga
26
konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya
merek dalam suatu kelompok produk (Durianto dkk, 2004: 55).
Oleh karena itu konsumen cenderung membeli suatu merek
yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah
dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko
pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih
dapat diandalkan, (Durianto dkk, 2004: 54). Kontinum ini dapat
terwakili dalam tingkatan kesadaran merek yang berbeda yang
dapat digambarkan dalam suatu piramida berikut ini:
Gambar 2. 1 Piramida Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk (2004:55).
Gambar di atas menunjukan adanya empat tingkatan
kesadaran merek yang di sebut piramida kesadaran merek.
Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat
tertinggi adalah sebagai berikut :
Puncak Pikiran
(Top of Mind)
Pengingatan
Kembali Merek
(Brand Recall)
Pengenalan Merek
(Brand Recognition)
Tidak Menyadari Merek
(Brand Unware)
27
1) Brand unaware (tidak menyadari merek) adalah tingkatan
paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana
konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
2) Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat
minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek
muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat
bantuan (aided recall).
3) Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah
pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided
recall).
4) Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan
pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul
dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut
merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam
benak konsumen.
Merek yang di sebut pertama dalam suatu tugas pengingatan
kembali tanpa bantuan berarti telah meraih kesadaran puncak
pikiran (top of mind awareness), suatu posisi istimewa. Dalam
pengertian yang sangat sederhana, merek tersebut menjadi
pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran seseorang.
Tentu saja, ada merek lain yang berdekatan dengan itu.
28
Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi
Familiar/rasa suka
Substansi/komitmen
Mempertimbangkan merek
Kesadaran Merek
c. Tujuan Kesadaran Merek
Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam
tugas komunikasi. Peran kesadaran merek dalam membantu
merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran
merek menciptakan suatu nilai (Durianto dkk, 2004: 7).
Kesadaran merek memberikan nilai melalui empat cara.
Gambar 2. 2 Nilai Kesadaran Merek
Sumber: Durianto dkk (2004: 7).
Penjelasan dari ke empat nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi: suatu merek yang
kesadarannya tinggi dibenak konsumen akan membantu
asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena, daya
jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak
konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika
kesadaran suatu merek rendah, maka asosiasi yang diciptakan
oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut.
29
2) Familiar atau rasa suka: jika kesadaran atas merek sangat
tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek tersebut
dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi
terhadap merek tersebut.
3) Substansi atau komitmen: kesadaran merek dapat
menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat
penting bagi perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek
tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan.
Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu diiklankan secara luas,
eksistensi yang telah teruji oleh waktu, jangkauan distribusi
yang luas, dan merek tersebut di kelola dengan baik.
4) Mempertimbangkan merek: langkah pertama dalam suatu
proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek yang di
kenal dalam usaha suatu kelompok untuk dipertimbangkan
dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan
top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang
tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan,
merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak
konsumen.
30
d. Indikator-Indikator Brand Awareness
Menurut Durianto dkk (2004:55), indikator-indikator
kesadaran merek antara lain :
1) Top of mind, merek yang pertama kali muncul dibenak
konsumen
2) Brand recall, mengingat kembali merek tanpa dibantu
3) Brand recognition, mengingat merek dengan diberi bantuan
4) Unaware of brand, tidak mengetahui suatu merek
7. Proses Keputusan Pembelian
a. Pengertian dan Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Amstrong (2012:157) “Consumer buyer
behavior refers to the buying behavior of final consumers –
individuals and households that buy goods and services for
personal consumption.”. Pengertian tersebut mengartikan bahwa
perilaku keputusan pembelian mengacu pada perilaku pembelian
akhir dari konsumen, baik individual, maupun rumah tangga yang
membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
Kotler & Amstrong (2016:183) mengemukakan bahwa
terdapat lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian, yaitu:
31
1) Need Recognition
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat
dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dalam
kasus pertama yaitu yang dicetuskan oleh rangsangan
internal, salah satu kebutuhan umum seseorang misalkan
harus mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi
pendorong untuk mencari air minum. Dalam kasus kedua,
kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal.
Seseorang bisa mengagumi mobil baru rekan kerjanya yang
memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan
pembelian. Para pemasar (marketeer) perlu
mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu,
dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen.
Pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran
yang mampu memicu minat konsumen untuk membeli
produknya.
2) Information Search
Seseorang konsumen yang terangsang terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Dalam hal ini dapat
dibagi ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian
informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan
perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka
32
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu
mungkin mulai aktif untuk mencari informasi: mencari
bahan bacaan, menelpon temannya, mengunjungi toko
untuk mengetahui detail mengenai produk tertentu. Yang
menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber
informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan
pengaruh relatif setiap sumber tersebut terhadap keputusan
pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen terdiri
atas empat kelompok, yaitu:
a) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga,
kenalan
b) Sumber komersial meliputi iklan, pramuniaga toko,
kemasan, pajangan toko
c) Sumber umum meliputi media massa, organisasi
penentu peringkat konsumen
d) Sumber pengalaman meliputi penanganan,
pemeriksaan, dan penggunaan produk
Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu
berbeda-beda, tergantung pada kategori produk dan
karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen
mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk
tertentu dari sumber komersial yaitu sumber yang
didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling
33
efektif berasal dari sumber pribadi atau sumber publik yang
merupakan wewenang independen. Setiap sumber informasi
melakukan fungsi berbeda dalam memengaruhi keputusan
pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan
fungsi pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan
fungsi legitimasi atau evaluasi. Contohnya, dokter sering
mengenal obat baru dari sumber komersial namun berpaling
ke para dokter lain untuk mendapatkan informasi sebagai
dasar evaluasi.
Melalui pengumpulan informasi, konsumen tersebut
mempelajari merek-merek yang bersaing beserta fitur
merek tersebut. Masing-masing konsumen hanya akan
mengetahui sebagian dari merek-merek (kumpulan
kesadaran). Beberapa merek akan memenuhi kriteria
pembelian awal (kumpulan pertimbangan). Ketika
seseorang mengumpulkan lebih banyak informasi, hanya
sedikit merek tersisa sebagai calon untuk dipilih (kumpulan
pilihan). Merek-merek dalam kumpulan pilihan itu
semuanya mungkin dapat diterima.
3) Evaluation of alternatives
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang
digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen
dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses
34
evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang
berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut menganggap
konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat
sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu
kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama,
konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.
Para konsumen memberikan perhatian besar pada atribut
yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar produk
tertentu sering mendapat disegmentasi berdasarkan atribut
yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda-
beda. Dalam tahap ini, seruan-seruan periklanan yang
rasional dan emosional memainkan peranan penting.
Bagaimana konsumen memproses informasi mengenai
merek yang bersaing dan membuat pertimbangan nilai
terakhir dalam semua situasi pembelian.
35
4) Purchase decision
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi
merek produk yang ada dalam kumpulan pilihan mereka.
Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli
merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud
pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub keputusan
yaitu merek (merek produk apa yang akan dipilih), dealer
(penyalur), kuantitas (berapa banyak produk yang akan
dibeli), waktu (kapan akan melakukan pembelian), dan
metode pembayaran (keputusan tentang cara dan prosedur
pembelian).
Kotler (2007:242) mengungkapkan dua faktor yang berada
diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor
pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang
lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal: pertama, intensitas sikap negatif
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan
kedua, motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang
lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin
dekat orang lain tersebut dengan konsumen akan semakin
mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya berlaku
preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat
jika orang yang konsumen sukai juga sangat menyukai
36
merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika
beberapa orang yang dekat dengan konsumen memiliki
pendapat yang saling berlawanan.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi
yang dapat muncul dan mengubah nilai pembelian.
Preferensi dan bahkan niat pembelian bukan merupakan
peramal perilaku pembelian yang benar-benar handal.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, dan
menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh
resiko yang dipikirkan (perceived risk). Besarnya resiko
yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnta
kepercayaan diri konsumen. Para konsumen
mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi resiko
seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi
dari teman-teman dan preferensi atas nama merek dalam
negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor-
faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen
akan adanya resiko dan memberikan informasi serta
dukungan untuk mengurangi resiko yang dipikirkan itu.
5) Postpurchace behavior
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli oleh
konsumen, melainkan berlanjut hingga periode pasca
37
pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen
akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap produk
akan memengaruhi tingkah laku konsumen berikutnya.
Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang
membeli dalam kesempatan berikutnya dan akan cenderung
mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang
bersangkutan serta merekomendasikannya kepada orang
lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian
merasa ketidakpuasan dengan produk yang telah dibelinya,
maka konsumen akan merubah sikapnya terhadap merek
tersebut menjadi sikap yang negatif, bahkan mungkin tidak
akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut.
Oleh karena itu, para pemasar harus memantau kepuasan
pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian
produk pasca pembelian.
b. Dimensi dan Indikator-Indikator Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Amstrong (2016:183) dimensi dari
keputusan pembelian antara lain:
c. Need recognition, pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan
d. Information search, terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak.
38
e. Evaluation of alternatives, penilaian dan seleksi terhadap
alternatif pembelian
f. Purchase decision, keputusan untuk membeli
g. Postpurchase behavior, melakukan pembelian ulang dan
merekomendasikan kepada teman, keluarga, dll
B. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan etnosentrisme konsumen terhadap keputusan
pembelian
Rybina et al (2010) menyatakan bahwa konsumen yang memiliki
sikap ethnocentrism memainkan peranan penting dalam
mengkonsumsi produk buatan dalam negeri dan berkontribusi rendah
terhadap konsumsi produk impor. Konsumen yang memiliki orientasi
ethnocentrism yang tinggi akan mempunyai sikap positif terhadap
produk yang dibuat di dalam negeri, berarti penilaian terhadap produk
dalam negeri lebih baik dan konsumen memiliki minat membeli yang
lebih kuat (Jianlin et al. 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa
tingkat etnosentrisme konsumen yang tinggi akan mempengaruhi
keputusan pembelian dari konsumen tersebut.
2. Hubungan perceived quality terhadap keputusan pembelian
Persepsi kualitas mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas
keputusan pembelian melalui keunikan atribut, karena menciptakan
alasan yang kuat (reason to buy) bagi pelanggan untuk membeli yang
dinilai mampu memenuhi (desired benefits) yang diinginka pelanggan
39
(Rian Ari Murba, 2014). Hal ini berarti perceived quality akan
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
3. Hubungan brand awareness terhadap keputusan pembelian
Menurut Rian Ari Murba (2014), saat pengambilan keputusan
pembelian dilakukan, kesadaran merek (brand awareness) memegang
peranan penting. Merek menjadi bagian dari (consideration set)
sehingga memungkinkan preferensi pelanggan untuk memilih merek
tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa brand awareness
mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
C. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Persamaan &
Perbedaan
Hasil Penelitian
Lee
(2011)
The influences of
perceived brand
quality and
ethnocentrism on
consumption
patterns of a
global sports
brand: the case
of Korean
college students
Persamaan pada
Perceived
brand qualitty
Ethnocentrism
Perbedaan
Consumptions
patterns
Penilitian ini
menunjukan brand
quality sebagian
dimediasi hubungan
antara perceived brand
globalness dan watching
intention, dan
ethnocentism
mempunyai peran
sebagai moderator
40
Nama Judul Persamaan &
Perbedaan
Hasil Penelitian
Puspita
(2013)
Analisis
Pengaruh Brand
Awareness dan
Perceived
Quality Terhadap
Brand Equity dan
Keputusan
Pembelian (Studi
Kasus pada
Suzuki
Ertiga di Kota
Semarang)
Persamaan pada
variabel
Brand
awareness
Perceived
quality
Keputusan
pembelian
Perbedaan
Brand equity
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis SEM yang
hasilnya adalah:
kesadaran merek
memiliki pengaruh
secara positif terhadap
ekuitas merek dan
ekuitas merek
berpengaruh secara
positif terhadap
keputusan pembelian;
persepsi kualitas
memiliki pengaruh
secara
positif terhadap ekuitas
merek dan ekuitas
merek berpengaruh
secara positif terhadap
keputusan pembelian;
kesadaran merek dan
persepsi kualitas secara
langsung berpengaruh
secara positif terhadap
keputusan pembelian
Murba
(2014)
Pengaruh Brand
Awareness, dan
Perceived
Quality Terhdap
Keputusan
Pembelian di
Saung Angklung
Udjo
Persamaan
Variabel
Brand
awareness
Perceived
quality
Perbedaan pada
variabel
etnosentrisme
konsumen
Penelitian ini
menggunakan analisis
regresi liner berganda.
Hasil penelitian bahwa
secara keseluruhan
penilaian konsumen
adalah baik. Brand
Awarenes, Perceived
Quality berpengaruh
signifikan terhadap
Keptusan Pembelian
41
Nama Judul Persamaan &
Perbedaan
Hasil Penelitian
Kurnianto
(2015)
Pengaruh
Etnosentrisme
Konsumen,
Persepsi Harga,
dan Kemenarikan
Atribut Terhadap
Sikap Produk dan
Implikasinya
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Persamaan pada
variabel
Etnosentrisme
konsumen
Keputusan
pembelian
Perbedaan pada
variabel
Persepsi harga
Kemenarikan
atribut
Sikap produk
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis regresi liner
berganda yang hasilnya
adalah:
Ketiga variabel
independen
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap variabel sikap
produk . Variabel
kemenarikan atribut
berpengaruh paling
besar terhadap variabel
sikap produk dan
pengaruh tidak langsung
terhadap keputusan
pembelian.
Solihin
(2015)
Pengaruh
Perceived
Quality dan
Etnosentrime
Konsumen
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Produk J.CO
Donuts and
Coffee di Kota
Pontianak
Persamaan pada
variabel
Perceived
quality
Etnosentrisme
konsumen
Keputusan
pembelian
Perbedaan tidak
terdapat variabel
brand awareness
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis regresi liner
berganda yang hasilnya
adalah:
Perceived Quality dan
etnosentrisme
konsumen berpengaruh
signifikan terhadap
keputusan pembelian
J.CO Donuts and Coffee
42
Nama Judul Persamaan &
Perbedaan
Hasil Penelitian
Rahmawati
(2015)
Pengaruh
Etnosentrime
Konsumen dan
Persepsi Kualitas
Produk Terhadap
Perilaku
Pembelian
Produk Makanan
Dalam dan Luar
Negeri
Persamaan pada
variabel
Perceived
quality
Etnosentrisme
konsumen
Keputusan
pembelian
Perbedaan tidak
terdapat variabel
brand awareness
Penelitian ini
menggunakan metode
cross sectional study
yang hasilnya adalah:
etnosentrisme dan
persepsi
kualitas produk dalam
negeri berpengaruh
negat if signifikan
terhadap pembelian
produk makanan
43
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran
Hasil/Aplikasi
Metode Penelitian
Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolonieritas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis
Uji t
Uji F
Analisis Regresi Linier
Berganda
Koefisien Determinasi
Keputusan Pembelian
(Y)
Brand
Awareness
(X3)
Perceived
Quality
(X2)
Etnosentrisme
konsumen
(X1)
44
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu penelitian
yaitu :
Ho1: β1 = 0 : Etnosentrime konsumen tidak berpengaruh secara
parsial dan signifikan terhadap proses keputusan
pembelian
Ha1: β1 ≠ 0 : Etnosentrisme konsumen berpengaruh secara parsial
dan signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ho2: β2 = 0 : Perceived quality tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ha2: β2 ≠ 0 : Perceived quality berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ho3: β3 = 0 : Brand Awareness tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ha3: β3 ≠ 0 : Brand Awareness berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ho4: β1,2,3 = 0 : Etnosentrime konsumen, perceived quality, dan brand
awareness tidak berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap proses keputusan pembelian
Ha4: β1,2,3 ≠ 0 : Etnosentrime konsumen, perceived quality, dan brand
awareness berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap proses keputusan pembelian
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan pada
bulan Juli 2018 dengan responden pengguna sepatu olahraga Specs. Ruang
lingkup penelitian ini berfokus pada seberapa besar pengaruh etnosentrime
konsumen (X1), perceive quality (X2), brand awareness (X3) sebagaai
variabel independen terhadap keputusan pembelian (Y) sebagai variabel
dependen.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017:111). Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah mahasiswa UKM olahraga Perguruan Tinggi di
Ciputat. Jumlah populasi pada setiap perguruan tinggi yaitu:
UIN = 118 orang, UMJ = 67 orang, STIE AD = 53 orang,
Total Populasi= 238 orang
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
46
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (Sugiyono, 2017:111).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah
metode purposive sampling yang termasuk dalam nonprobability
sampling. Menurut Sugiyono (2017:119) purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
yang dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa UKM olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 45 orang dari semua mahasiswa UKM
Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat. Pada jumlah tersebut dianggap
sudah representatif karena sudah lebih besar dari batas minimal
sampel yang ditentukan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan 2 jenis data yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penyebaran kuesioner (angket). Menurut Sugiyono
(2015:193) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana
pertisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan
47
kemudian setelah diisi dengan lengkap mengembalikan kepada
peneliti.
Pengumpulan data akan dilakukan melalui kuesioner yang
diserahkan pada masing-masing responden terpilih. Kuesioner pada
penelitian ini terdiri dari pertanyaan yang bersumber dari tiap-tiap
indikator variabel penelitian. Kuiesioner dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan skala likert, yaitu skala yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono, 2017:132).
Dalam skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pertanyaan ataupun pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
Tabel 3.1 Tabel Skala Likert
KATEGORI
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
Tidak
Setuju
(TS)
Netral
(N)
Setuju
(S)
Sangat
Setuju
(SS)
SKOR 1 2 3 4 5
Sumber : Sugiyono, 2014
48
Angka 1 (satu) menunjukan bahwa responden memberikan
tanggapan yang bersifat negatif (sangat tidak setuju) terhadap
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan, sedangkan angka 5 (lima)
menunjukan tanggapan yang bersifat positif (sangat setuju).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2015:193). Selain itu bisa diperoleh dari bahan
perpustakaan dan peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
bersumber dari buku-buku, jurnal, dan media internet untuk
memperoleh informasi, serta data-data yang diperlukan.
D. Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif yang merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan sejak awal hingga
pembuatan desain penelitiannya.
Menurut Sugiyono (2015:31) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
49
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2015:82)
Sebelum dianalisis lebih lanjut , data primer yang diperoleh dari
pengumpulan data disimpan dalam sebuah file Microsoft Excel 2016. Selain
digunakan untuk mengelola data, Microsoft Excel 2016 juga digunakan
untuk mengelola data karakteristik responden. Setelah data primer
dimasukan kedalam file Microsoft Excel 2016, data tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for
Social) 23.0 dan diinterpretasikan.
Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterpretasikan dan
menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk menguji kecukupan dan
kelayakan data yang digunakan dalam penelitian. Kualitas data
bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen
variabel. Instrumen yang reliabel belum tentu valid, reliabilitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen
(Sugiyono, 2015:195). Uji kualitas data terbagi dua yaitu:
a) Uji Analisis Validitas
Menurut Ghozali (2016:52), uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
50
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut.
Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai
r hitung (pada kolom Corrected item-Total Correlation) dengan
nilai r tabel (df = n-k) yaitu membandingkan nilai r hitung dengan
r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2 dalam hal ini n adalah
jumlah sampel. Suatu pertanyaan atau indikator dinyatakan valid,
apabila r hitung > r tabel dan nilai positif, namun jika r hitung < r
tabel, maka dinyatakan tidak valid dan nilai negatif.
b) Uji Analisis Reliabilitas
Menurut Ghozali (2016:47), uji realibilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu
variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban pertanyaan konsisten atau stabil dari wakut ke waktu.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel, jika nilai
Cronbach Alpha (α) > 0,70. Uji realibilitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus Cronbach Alpha, untuk mengetahui tingkat
realibilitas instrument dari ke empat variabel penelitian jika hasil
uji reliabilitas memberikan nilai alpha > 0,70.
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016:154), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
51
residual memilki distribusi normal. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara,
diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal p-plot. Suatu
variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik
data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran
titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Uji normalitas
data juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk
mempermudah dalam melakukan perhitungan secara statistik.
Suatu data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp Sig
(2-tailed) hasil pehitungan Kolmongorov-Smirnov lebih besar
dari 1/2α atau 0,05 (Ghozali, 2016:156).
b) Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2016:103), uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel
independent sama dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat dari
(1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
52
independent manakah yang dijelaskan oleh variabel independent
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independent
menjadi variabel dependent (terikat) dan diregres terhadap
variabel independent lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independent yang terpilih jika dijelaskan oleh variabel
independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih
dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan
tingkat kolinieritas 0,95. Walaupun multikolinieritas dapat
dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap
tidak mengetahui variabel-variabel independent mana sajakah
yang saling berkolerasi.
c) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2016:134) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
53
Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dengan
analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2016:134).
Uji heterokedastisitas juga bisa dilakukan dengan uji Glesjer
yaitu dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Jika probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka model
regresi tidak mengandung adanya Heterokedesitas. (Ghozali,
2016:135).
54
3. Uji Hipotesis
a) Uji F (Uji Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2016:96). Bahwa salah satu cara
melakukan uji F adalah dengan membandingkan nilai F hasil
perhitungan (Fhitung) dengan nilai F menurut tabel (Ftabel). Ho
diterima jika Fhitung ≤ Ftabel dan Ho ditolak jika F hitung >
Ftabel. Menghitung F tabel dengan dk pembilang = k (jumlah
variabel independen) dan dk penyebut = (n-k-1) dengan taraf
kesalahan 5% (Sugiyono, 2010:112).
b) Uji t (Uji Parsial)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen
(Ghazali,2016:95).
Dalam pengujian hipotesis yang menggunakan uji dua pihak (
two tails) ini berlaku ketentuan, bahwa bila nilai thitung berada
pada daerah penerimaan H0 atau terletak diantara nilai t tabel,
maka H0 diterima dan Ha di tolak. Dengan demikian bila harga
55
thitung lebih kecil atau sama dengan (≤) dari harga t tabel maka
H0 di terima. Nilai t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat
(+) atau (-) nya. Untuk membuat keputusan apakah hipotesis itu
terbukti atau tidak, maka harga t hitung tersebut dibandingkan
dengan t tabel. Untuk melihat t tabel, maka didasarkan pada
derajat kebebasan, yang besarnya n-1 dan taraf kesalahan (α)
ditetapkan 5% (Sugiyono,2010:112).
Salah satu kriteria pengujian adalah dengan membandingkan
nilai thitung dengan nilai ttabel. H diterima jika nilai thitung
berada diantara nilai ttabel (-) dan (+). Dengan demikian, bila
nilai thitung lebih kecil atau sama dengan (≤) ttabel maka Ho
diterima dan Ha di tolak.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi
(Priyatno,2016). Analisis regresi dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel inpenden atau bebas
yaitu etnosentrisme konsumen (X1), perceived quality (X2), brand
awareness (X3), terhadap variabel dependen yaitu keputusan
pembelian (Y), sehingga perumusan regresi bergandanya adalah:
56
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstanta
X1 = Etnosentrisme Konsumen
X2 = Perceived Quality
X3 = Brand Awareness
β 1 = Koefisien regresi untuk variabel Etnosentrisme Konsumen
β 2 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived Quality
β 3 = Koefisien regresi untuk variabel Brand Awareness
e = Error
5. Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel indpenden secara bersama-
sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016:94). Regresi dengan
lebih dari dua variabel independen digunakan adjusted R square
sebagai koefisien determinasi. Adjusted R square adalah nilai R
square yang telah disesuaikan. Nilai R2 berkisar dari 0 sampai dengan
1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika
nilai mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel
independen untuk dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen.
Y= a + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e
57
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3. 2 Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Etnosentrisme
Konsumen
(X1)
Shimp &
Sharma (1987)
dalam
Kurnianto
(2015:33)
1. Produk lokal
yang
diutamakan
Skala Likert
2. Produk lokal
yang
sebaiknya
dibeli
3. Membeli
produk lokal
merupakan
tindakan
terbaik
Perceived
Quality
(X2)
Keller
(2013:187)
Primary
Ingredients
4. Memiliki
kekuatan, dan
nyaman
dipakai
Skala Likert
Features 5. Ringan, dan
mudah dipakai
Reliability 6. Awet dan
tahan lama
Durability 7. Tidak mudah
rusak
Serviceability 8. Mudah
dirawat dan
dapat
diperbaiki
Style 9. Bentuk yang
menarik
Design 10. Model yang
variatif
58
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Brand
Awareness
(X3)
Durianto dkk
(2004:55)
Top of mind 11. Merek yang
pertama kali
muncul di
benak
Skala Likert
Brand recall 12. Mengingat
kembali merek
tanpa dibantu
Brand
recognition
13. Mengingat
merek dengan
diberikan
bantuan
Unaware of
brand
14. Tidak
mengetahui
suatu merek
Proses
Keputusan
Pembelian
(Y)
Kotler dan
Amstrong
(2016:183)
Need
recognition
15. Identifikasi
kebutuhan
Skala Likert
Information
search
16. Informasi dari
sumber
pribadi, seperti
keluarga atau
teman
17. Informasi dari
sumber
komersial,
seperti iklan Evaluations of
alternatives
18. Membandingk
an produk
dengan produk
lain
Purchase
decision
19. Mengambil
keputusan
membeli produk
Postpurchase
decision
20. Melakukan
pembelian
ulang
21. Merekomendasi
kan produk ke
orang lain
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Specs
Menggunakan sepatu bermerk ternama semacam Adidas, Nike
maupun Puma, jadi kebanggaan tersendiri bagi setiap pelaku olahraga.
Urusan memilih sepatu ini, tak hanya soal kenyamanan saja melainkan
juga bagian dari penampilan. Tapi bagi sebagian orang, soal merek
dan tampilan bukan nomor satu, apalagi bagi yang memiliki
keterbatasan soal dana. Di Indonesia, salah satu merek yang mulai
banyak diminati adalah Specs. Dengan harga yang lebih terjangkau,
Specs bisa jadi pilihan. Tidak hanya itu, menggunakan sepatu Specs
sekaligus membuktikan kecintaan pada produk dalam negeri.
Perjalanan Specs di industri sepatu olahraga tidak berlangsung
dalam waktu singkat. Sejarah keberadaan Specs dimulai pada 1968
oleh pasangan Lucas dan Linda Sasmita melalui PT Panarub.
Awalnya, pasangan ini hanya memproduksi sandal dengan merk Lily
hasil kerjasama dengan prinsipal asal Jepang. Hingga akhirnya,
rekanan kerja keluarga Sasmita mengalami kebangkrutan. Saat itu
pula, mereka berinisiatif membeli mesin-mesin dan perangkat
produksi untuk diboyong ke Indonesia, sehingga sandal Lily bisa
langsung diproduksi di tanah air. Sandal ini pun mulai dikenal luas
pada 1970an dan menjadi titik awal munculnya merek Specs.
60
Specs pun mulai muncul di permukaan pada 1979 dengan target
pasar di dalam negeri. Awal keberadaannya pun tidak sukses seperti
sekarang. Sampai pada akhirnya, Lucas dan Linda menyerahkan
urusan perusahaan kepada anak semata wayangnya, Hendrik Sasmito.
Pria kelahiran 10 November 1962 terus mendalami bisnis
keluarganya. Namun, Hendrik tak butuh waktu lama memahami seluk
beluk Panarub. Apalagi, dia sudah makan asam garam di perusahaan
keluarganya itu. Mulai dari Manajer Manufacturing pada 1988, hingga
menempati posisi General Manager Panarub pada 1990
(futsalzoneindonesia.com).
Mengutip laman SWA, Hendrik mulai mengembangkan Specs
dengan memperkenalkan sistem cold cement shoes (sistem tempel
dingin) yang menjadi keunggulan produknya. Sebelumnya, Specs
masih menggunakan sistem vulkanisir seperti yang digunakan produk
Bata. Langkah itu pun langsung menuai banyak pujian. Ditangan
Hendrik, perusahaan keluarga menjelma jadi perusahaan besar yang
menjamah pasar-pasar luar negeri. Nama Hendrik pun juga mulai
dikenal perusahaan sepatu raksasa seperti Adidas. Bahkan, Adidas
mempercayakan produksi beberapa produknya dibawah kendali
Hendrik pada 1988.
Posisi ini dimanfaatkan Hendrik untuk melebarkan sayap
pemasaran dengan menggandeng pemain-pemain sepak bola nasional
seperti Rocky Putiray. Sang legenda sepak bola Indonesia yang sudah
61
malang melintang di sepak bola internasional merupakan atlet pertama
yang menjadi brand ambassador Specs. Selanjutnya, Specs
mendapatkan sertifikat ISO serta memanenkan teknologi-teknologi
pada sepatu olahraganya.
Pada tahun 2004, Specs memberanikan diri untuk dapat
mensponsori tim professional Persikota Tangerang. Pada tahun yang
sama pula, Specs membuka toko pertamanya di Pasar Raya Grande
dan flagship shop di Blok M Mall.
Tidak butuh waktu lama Specs menjadi buah bibir perbincangan
anak muda yang menggemari olahraga paling menyita perhatian ini.
Dengan sokongan prestasi Persipura Jayapura yang pada tahun 2005
menjuarai piala liga Indonesia. Specs yang menjadi sponsor resmi
jersey apparel tim asal Indonesia Timur itu pun ikut kecipratan naik
daun. Semakin dikenal dan juga semakin disayang karena produk
dalam negeri, membuat nama Specs seperti tidak ada rintangan dalam
hal distribusi ke seluruh penjuru Indonesia. Cristian Gonzales
menyusul seniornya Rocky P untuk menjadi model pada iklan-iklan
Specs pada 2006 hingga kini.
Belasan teknologi sepatu olahraga sudah diciptakan, berbagai
macam model sepatu futsal, sepak bola, running, bulutangkis dan
apparel tersedia bagi pecinta dunia olahraga.
62
2. Logo Specs
Gambar 4. 1 Logo Specs
Transformasi dari logo Specs yang baru, Specs menyebut logo ini
adalah Victory Bow atau Sujud Kemenangan, Victory Bow
terinsiprasi dari kemenangan yang didapatkan para atlet di lapangan
adalah karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
3. Visi dan Misi Specs
a) Visi Perusahaan
Menjadi Merek Olahraga Paling Diinginkan dengan Kualitas
Produk Superior dan Best Value, serta Menjadi Pemimpin Merek
Olahraga di Asia Tenggara.
b) Misi Perusahaan
1) Sportmanship: Memenangkan persaingan dengan kerja tim
dan disiplin diri.
2) Proaktif: Antisipasi masa depan melalui inovasi, inisiatif dan
peningkatan berkesinambungan.
63
3) Antusisme: Bekerja dengan passion asli dan optimisme.
4) Fokus Pelanggan: Semua pekerjaan harus timbal balik untuk
kepuasan pelanggan.
5) Tanggung Jawab Sosial: Tanggung jawab kami adalah untuk
karyawan, masyarakat dan lingkungan kami.
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengguna sepatu Olahraga
Specs yang merupakan anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) Perguruan
Tinggi di Ciputat. Gambaran karakteristik responden yang digunakan untuk
melengkapi penelitian meliputi jenis kelamin, usia, dan universitas. Adapun
uraian gambaran umum responden pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 1 Usia Responden
Usia
Keterangan Jumlah Persentase
17-20 tahun 35 77,7%
21-30 tahun 10 22,3%
Total 100 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa responden yang
memiliki usia 17 sampai dibawah 20 tahun berjumlah 35 responden
atau sebannyak 77,7%, jumlah responden yang memiliki usia 21
sampai 25 tahun berjumlah 10 responden atau sebanyak 22,3%.
64
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 2 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Persentase
Pria 40 88,8%
Wanita 5 11,2%
Total 100 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa responden yang
memiliki jenis kelamin pria berjumlah 40 responden atau sebannyak
88,8%, jumlah responden yang memiliki jenis kelamin wanita
berjumlah 5 responden atau sebanyak 11,2%.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Universitas
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden
berdasarkan Universitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 3 Universitas
Universitas
Keterangan Jumlah Persentase
UIN Jakarta 28 62,2%
UMJ 12 26,6%
STIE AD 5 11,2%
Total 100 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat bahwa responden yang
berasal dari UIN Jakarta berjumlah 28 responden atau sebannyak
62,2%, jumlah responden yang berasal dari UMJ berjumlah 12
65
responden atau sebanyak 26,6%, dan jumlah responden yang berasal
dari STIE AD berjumlah 5 responden atau sebanyak 11,2%.
C. Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Correlacted
Item Total Correlation, kriteria yang digunakan dalam menentukan
valid tidaknya pertanyaan/pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a) Tingkat Kepercayaan 95% (α = 5%),
b) Jumlah Responden sebanyak 30 responden untuk pra uji,
c) Dengan r tabel adalah n-2, 30-2 = 28 r tabel dari 28 adalah =
0,361
d) r hitung (tabel corrected item total correlation) > r tabel (tabel
product moment) atau bernilai positif maka data dikatakan valid.
Uji validitas akan menguji masing-masing variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil uji validitas dari
variabel etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand
awareness terhadap keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs
dengan sampel 30 responden.
66
a. Variabel Etnosentrisme Konsumen
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Etnosentrisme Konsumen
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.4 menunjukan bahwa variabel etnosentrisme
konsumen memiliki kriteria valid untuk semua item pernyataan
berdasarkan kriteria r hitung lebih besar dari r tabel 0,361.
b. Variabel Perceived Quality
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Perceived Quality
Pernyataaan r hitung r tabel Keterangan
PQ1 0,854 0,361 Valid
PQ2 0,805 0,361 Valid
PQ3 0,784 0,361 Valid
PQ4 0,587 0,361 Valid
PQ5 0,648 0,361 Valid
PQ6 0,657 0,361 Valid
PQ7 0,562 0,361 Valid
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.5 menunjukan bahwa variabel perceived quality
memiliki kriteria valid untuk semua item pernyataan berdasarkan
kriteria r hitung lebih besar dari r tabel 0,361.
Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
EK1 0,707 0,361 Valid
EK2 0,754 0,361 Valid
EK3 0,577 0,361 Valid
67
c. Variabel Brand Awareness
Tabel 4. 6 Hasil Uji Validitas Brand Awareness
Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
BA1 0,688 0,361 Valid
BA2 0,726 0,361 Valid
BA3 0,509 0,361 Valid
BA4 0,542 0,361 Valid
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.6 menunjukan bahwa variabel citra merek memiliki
kriteria valid untuk semua item pernyataan berdasarkan kriteria r
hitung lebih besar dari r tabel 0,361.
d. Variabel Proses Keputusan Pembelian
Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas Proses Keputusan Pembelian
Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
KP1 0,546 0,361 Valid
KP2 0,557 0,361 Valid
KP3 0,665 0,361 Valid
KP4 0,497 0,361 Valid
KP5 0,689 0,361 Valid
KP6 0,732 0,361 Valid
KP7 0,566 0,361 Valid
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
68
Tabel 4.7 menunjukan bahwa variabel keputusan pembelian
memiliki kriteria valid untuk semua item pernyataan berdasarkan
kriteria r hitung lebih besar dari r tabel 0,361.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2016:48). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur
reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghazali, 2016:48). Perhitungan
koefisien Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menggunakan software
SPSS versi 23.0.
Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari variabel etnosentrisme
konsumen, perceived quality, dan brand awareness terhadap
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs dengan sampel 30
responden.
a. Variabel Etnosentrisme Konsumen
Tabel 4. 8 Hasil Uji Reliabilitas Etnosentrisme Konsumen
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Items Keterangan
Etnosentrisme
Konsumen
0,810 3 Reliabel
Sumber: data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
69
Tabel 4.8 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel
etnosentrisme konsumen sebesar 0,810. Dengan demikian, dapat
di simpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel
karena mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
b. Variabel Perceived Quality
Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas Perceived Quality
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Item Keterangan
Perceived Quality 0,829 7 Reliabel
Sumber : data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.9 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel
perceived quality sebesar 0,829. Dengan demikian, dapat di
simpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
c. Variabel Brand Awareness
Tabel 4. 10 Hasil Uji Reliabilitas Brand Awareness
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Items Keterangan
Brand Awareness 0,729 4 Reliabel
Sumber : data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.10 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas
variabel brand awareness sebesar 0,729. Dengan demikian, dapat
di simpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel
karena mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
70
d. Variabel Proses Keputusan Pembelian
Tabel 4. 11 Hasil Uji Reliabilitas Proses Keputusan Pembelian
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Items Keterangan
Keputusan
Pembelian
0,702 7 Reliabel
Sumber : data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.14 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas
variabel harga sebesar 0,718. Dengan demikian, dapat di
simpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
D. Pembahasan Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data berdasarkan
hasil jawaban responden atas pertanyaan masing-masing indikator
pengukur variabel. Statistik deskriptif pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Etnosentrisme Konsumen (X1)
Dalam penelitian etnosentrisme konsumen (X1) ini digunakan 3
butir pertanyaan untuk mengukur etnosentrisme konsumen, yaitu:
Tabel 4. 12 Saya mengutamakan sepatu olahraga Specs, karena
produk lokal
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
71
Dari tabel 4.12 yang menjawab sangat setuju sebanyak 42,2%,
setuju sebanyak 53,3%, dan netral sebanyak 4% mengenai
mengutamakan sepatu Olahraga Specs karena produk lokal.
Tabel 4. 13 Saya lebih baik memilih sepatu olahraga Specs (lokal)
dibanding sepatu merek asing
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.13 yang menjawab sangat setuju sebanyak 37,8%,
setuju sebanyak 57,8%, dannetral sebanyak 4,4% mengenai saya
lebih baik memilih sepatu olahraga Specs (lokal) dibanding sepatu
merek asing.
Tabel 4. 14 Membeli sepatu olahraga Specs (lokal) merupakan
tindakan terbaik
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.14 yang menjawab sangat setuju sebanyak 20%,
setuju sebanyak 47,2%, netral sebanyak 17%, tidak setuju sebanyak
1% mengenai membeli sepatu olahraga Specs (lokal) merupakan
tindakan terbaik.
72
b. Perceived Quality (X2)
Dalam penelitian Perceived Quality (X2) digunakan 7 butir
pernyataan untuk mengukur perceived quality, yaitu :
Tabel 4. 15 Sepatu olahraga Specs memiliki kekuatan dan
nyaman dipakai
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.15 yang menjawab sangat setuju sebanyak 33,3%,
setuju sebanyak 42,2%, netral sebanyak 24,4%, mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs memiliki kekuatan dan nyaman dipakai.
Tabel 4. 16 Sepatu olahraga Specs ringan dan mudah dipakai
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.16 yang menjawab sangat setuju sebanyak 40%,
setuju sebanyak 44,4%, netral sebanyak 15,6% mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs ringan dan mudah dipakai.
73
Tabel 4. 17 Sepatu olahraga Specs awet dan tahan lama
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.17 yang menjawab sangat setuju sebanyak 31,1%,
setuju sebanyak 48,9%, netral sebanyak 20%, mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs awet dan tahan lama.
Tabel 4. 18 Sepatu olahraga Specs tidak mudah rusak
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.18 yang menjawab sangat setuju sebanyak 42,2%,
setuju sebanyak 44,4%, netral sebanyak 13,3%, mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs tidak mudah rusak.
74
Tabel 4. 19 Sepatu olahraga Specs mudah dirawat dan dapat
diperbaiki
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.19 yang menjawab sangat setuju sebanyak 26,7%,
setuju sebanyak 53,3%, netral sebanyak 17,8%, tidak setuju sebanyak
2,2% mengenai informasi tentang sepatu olahraga Specs mudah
dirawat dan diperbaiki.
Tabel 4. 20 Sepatu olahraga Specs memiliki bentuk yang menarik
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.20 yang menjawab sangat setuju sebanyak 37,8%,
setuju sebanyak 51,1%, netral sebanyak 11,1%, mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs memiliki bentuk yang menarik.
75
Tabel 4. 21 Sepatu olahraga Specs memiliki model yang variatif
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.21 yang menjawab sangat setuju sebanyak 53,3%,
setuju sebanyak 35,6%, netral sebanyak 11,1%, mengenai informasi
tentang sepatu olahraga Specs memiliki model yang variatif.
c. Brand Awareness (X3)
Dalam penelitian Brand Awareness (X3) digunakan 4 butir
pernyataan untuk mengukur brand awareness, yaitu :
Tabel 4. 22 Sepatu olahraga yang pertama saya ingat sepatu
adalah olahraga Specs
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.22 yang menjawab sangat setuju sebanyak 2,2%,
setuju sebanyak 11,1%, netral sebanyak 60%, tidak setuju 17,8%,
sangat tidak setuju 8,9%, mengenai informasi tentang sepatu olahraga
yang pertama saya ingat sepatu adalah olahraga Specs.
76
Tabel 4. 23 Sepatu olahraga Specs mudah diingat dan dikenal
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.23 yang menjawab sangat setuju sebanyak 42,2%,
setuju sebanyak 20%, netral sebanyak 35,6%, dan tidak setuju
sebanyak 2,2% mengenai informasi tentang Sepatu olahraga Specs
mudah diingat dan dikenal.
Tabel 4. 24 Saya mengetahui sepatu olahraga Specs setelah
mendapatkan informasi
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.24 yang menjawab sangat setuju sebanyak 42,2%,
setuju sebanyak 20%, netral sebanyak 31,1%, tidak setuju 6,7%,
mengenai informasi tentang Saya mengetahui sepatu olahraga Specs
setelah mendapatkan informasi.
77
Tabel 4. 25 Saya tidak mengetahui sepatu olahraga Specs
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.25 yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak
62,2%, tidak setuju sebanyak 26,7%, netral sebanyak 11,1%, mengenai
informasi tentang Saya tidak mengetahui sepatu olahraga Specs.
d. Proses Keputusan Pembelian (Y)
Dalam penelitian Proses Keputusan Pembelian (Y) digunakan 8
butir pernyataan untuk mengukur keputusan pembelian, yaitu:
Tabel 4. 26 Saya membutuhkan sepatu olahraga Specs untuk
berolahraga
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.26 yang menjawab sangat setuju sebanyak 33,3%,
setuju sebanyak 42,2%, netral sebanyak 22,2%, tidak setuju 2,2%,
mengenai informasi tentang Saya membutuhkan sepatu olahraga
Specs untuk menunjang berolahraga.
78
Tabel 4. 27 Saya mengetahui informasi tentang sepatu olahraga
Specs dari keluarga/teman/tetangga
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.27 yang menjawab sangat setuju sebanyak 35,6%,
setuju sebanyak 44,4%, netral sebanyak 17,8%, sangat tidak setuju
2,2%, mengenai informasi tentang Saya mengetahui informasi tentang
sepatu olahraga Specs dari keluarga/teman/tetangga.
Tabel 4. 28 Saya mengetahui informasi tentang sepatu olahraga
Specs dari iklan (TV, website, sosial media, dsb)
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.28 yang menjawab sangat setuju sebanyak 26,7%,
setuju sebanyak 55,6%, netral sebanyak 13,3%, tidak setuju 2,2%,
sangat tidak setuju 2,2%, mengenai informasi tentang Saya
mengetahui informasi tentang sepatu olahraga Specs dari iklan (TV,
website, sosial media, dsb).
79
Tabel 4. 29 Dari berbagai alternatif produk sepatu olahraga yang
ada, saya memutuskan untuk membeli Specs
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.29 yang menjawab sangat setuju sebanyak 33,3%,
setuju sebanyak 51,1%, netral sebanyak 13,3%, tidak setuju 2,2%,
mengenai informasi tentang Dari berbagai alternatif produk sepatu
olahraga yang ada, saya memutuskan untuk membeli Specs.
Tabel 4. 30 Saya memutuskan untuk melakukan pembelian
sepatu olahraga Specs
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.30 yang menjawab sangat setuju sebanyak 35,6%,
setuju sebanyak 51,1%, netral sebanyak 13,3% mengenai informasi
tentang Saya memutuskan untuk melakukan pembelian sepatu
olahraga Specs.
80
Tabel 4. 31 Saya akan melakukan pembelian ulang sepatu
olahraga Specs untuk selanjutnya
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.31 yang menjawab sangat setuju sebanyak 42,2%,
setuju sebanyak 44,4%, netral sebanyak 13,3%, mengenai informasi
tentang Saya akan melakukan pembelian ulang sepatu olahraga Specs
untuk selanjutnya.
Tabel 4. 32 Saya akan merekomendasikan sepatu olahraga Specs
ke orang lain
Sumber : Olahan data kuesioner, 2018
Dari tabel 4.32 yang menjawab sangat setuju sebanyak 31,1%,
setuju sebanyak 57,8%, netral sebanyak 11,1%, mengenai informasi
tentang Saya akan merekomendasikan sepatu olahraga Specs ke orang
lain.
81
E. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Dalam uji normalitas terdapat
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2016:154).
Uji normalitas data dengan menggunakan pengolahan SPSS 23.0
menghasilkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Secara Grafik
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
82
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah dengan garis diagonal menandakan bahwa model asumsi
regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas (etnosentrisme
konsumen, perceived quality, dan brand awareness ) terhadap variabel
terikat (keputusan pembelian).
Tabel 4. 33 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Berdasarkan tabel 4.34 uji Kolmogorov-Smirnorv dapat diketahui
bahwa nilai unstandardized residual memiliki nilai asymp.sig.(2-
tailed) 0,200 yang berarti > 0,05, ini membuktikan bahwa data
terdistribusi dengan normal
83
2. Hasil Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas (independent). Jika variabel bebas (independent) saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel bebas (independent) yang nilai korelasi
antar sesama variabel bebas (independent) sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variante Inflation Factor
(VIF), jika nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10/10,00 menunjukan
bahwa tidak ada multikolinieritas pada antar variabel independennya
(Ghozali, 2016:103)
Tabel 4. 34 Hasil Uji Multikolineritas
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Berdasarkan tabel 4.35 di atas , dari hasil uji Variance Inflation
Factor (VIF) pada hasil output SPSS.23,0 tabel coefficient, masing-
masing variabel independen memiliki VIF dari ≤ 10 yaitu untuk
variabel etnosentrisme konsumen 1,022, variabel perceived quality
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
etnosentrisme_konsumen ,978 1,022
perceived_quality ,990 1,010
brand_awareness ,984 1,017
84
sebesar 1,010, variabel brand awareness sebesar 1,017 dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Sedangkan nilai Tolerance ≥ 0,10 yaitu untuk variabel
etnosentrisme konsumen 0,978, untuk variabel perceived quality
0,990, untuk variabel brand awareness 0,984. Maka dapat dinyatakan
model regresi linear berganda tidak terdapat multikolineritas antara
variabel dependen dengan variabel independen yang lain sehingga
dapat digunakan dalam penelitian ini
3. Hasil Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
yang lain, jika variance residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan 2 langkah yaitu secara grafik dan secara statistik, adapun uji
heteroskedasitas adalah sebagai berikut :
a) Uji Heteroskedastisitas secara Grafik (Scatterplot)
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SREID dan ZPREID dimana sumbu Y adalah Y yang
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y
sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2016:125-
126).
85
Berdasarkan hasil pegolahan data, maka hasil scatterplot
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Grafik
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar 4.3 di atas
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar
di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y . Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi (Ghozali, 2016:107).
b) Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik
Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Glesjer yaitu dengan tujuan menguji apakah
86
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila koefisien
korelasi dari masing-masing variabel bebas ada yang signifikan
pada tingkat kekeleliruan dibawah 5%, mengindikasikan adanya
gejala heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan pada tingkat
kekeliruan di atas 5%, mengindentikasikan tidak adanya gejala
heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka
hasil uji glesjer dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4. 35 Hasil Uji Heteroskedastisitas Secara Statistik
(Uji Glesjer)
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Dari hasil output pada tabel 4.36 dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi untuk variabel etnosentrisme konsumen (X1) sebesar
0,184, lalu variabel perceived quality (X2) sebeasar 0,989, pada
variabel brand awareness (X3) sebesar 0,252. Karena tingkat
signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pada model
regresi tidak ada masalah heteroskedastisitas atau dengan kata
lain bebas heteroskedastisitas.
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) ,334
etnosentrisme_konsumen ,184
perceived_quality ,989
brand_awareness ,252
a. Dependent Variable: RES2
87
F. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen, adapun
hasil pengujian adalah sebagai berikut :
1. Hasil Uji Signifikan Parsial (uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
variabel terikat. Hasil hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. 36 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Berdasarkan pada tabel hasil Uji t di atas untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial
(individual) terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :
88
a. Pengaruh variabel Etnosentrisme Konsumen (X1) terhadap Proses
Keputusan Pembelian (Y)
Ho : Etnosentrime konsumen tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ha :Etnosentrisme konsumen berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Pada tabel 4.37 nilai t hitung untuk etnosentrisme konsumen
sebesar 2,611 sedangkan nilai t tabel dihitung dengan a = 0,05,
karena menggunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel,
nilai a dibagi dua menjadi 0,025 serta df = n-2 menjadi df = 45-2
= 43, dan didapat nilai t tabel sebesar 2,016. Sehingga dapat
diketahui t hitung 2,611 > t tabel 2,016 dan nilai probabilitas
signifikan 0,013 < 0,05. Maka secara parsial terdapat pengaruh
yang signifikan antara etnosentrisme konsumen terhadap proses
keputusan pembelian ( Ha diterima dan HO ditolak)
b. Pengaruh variabel Perceived Quality (X2) terhadap Proses
Keputusan Pembelian (Y)
Ho : Perceived quality tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ha : Perceived quality berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap proses keputusan pembelian
Pada tabel 4.37 2,611 sedangkan nilai t tabel dihitung dengan
a = 0,05, karena menggunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
89
t tabel, nilai a dibagi dua menjadi 0,025 serta df = n-2 menjadi df
= 45-2 = 43, dan didapat nilai t tabel sebesar 2,708. Sehingga
dapat diketahui t hitung 2,708 > t tabel 2,016 dan nilai
probabilitas signifikan 0,010 < 0,05. Maka secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara perceived quality terhadap proses
keputusan pembelian ( Ha diterima dan HO ditolak)
c. Pengaruh variabel Brand Awareness (X3) terhadap Proses
Keputusan Pembelian (Y)
Ho : Brand Awareness tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap proses keputusan pembelian
Ha : Brand awareness berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap proses keputusan pembelian
Pada tabel 4.37 2,611 sedangkan nilai t tabel dihitung dengan
a = 0,05, karena menggunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
t tabel, nilai a dibagi dua menjadi 0,025 serta df = n-2 menjadi df
= 45-2 = 43, dan didapat nilai t tabel sebesar 2,284. Sehingga
dapat diketahui t hitung 2,284 > t tabel 2,016 dan nilai
probabilitas signifikan 0,028 < 0,05. Maka secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara brand awareness terhadap proses
keputusan pembelian ( Ha diterima dan HO ditolak)
90
2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat. Uji statistik F digunakan untuk memenuhi semua
pengaruh variabel independen yang diuji pada tingkat signifikan
5%. Hasil uji koefisien signifikan simultan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4. 37 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Pada tabel 4.38 nilai F hitung yang diperoleh 6,679
sedangkan nilai F tabel dihitung dengan df1 = k-1 = 4-1 = 3, dan
df2 = n-k = 45-4 = 41 lalu dapat dilihat pada F tabel sebesar 2,70
maka dapat diketahui nilai F hitung 6,679 > F tabel 2,83 dengan
tingkat signifikan 0,001 < 0,05, maka model regresi ini dapat
dipakai untuk variabel keputusan pembelian sepatu Olahraga
Specs. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa variabel
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness
91
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel proses keputusan pembelian. ( Ha diterima dan
HO ditolak)
G. Hasil Regresi Linier Berganda
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-
masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara
memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan.
Koefisien regresi dihitung dengan tujuan meminimumkan antara nilai
aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada
(Ghozali, 2016:93)
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan terdiri
variabel keputusan pembelian dan variabel independen adalah variabel
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness.
Dari analisis regresi yang dilakukan, disajikan output nnya secara
lengkap dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 38 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
92
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di
atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut :
Y= a + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e
Y = 2,088 + 0,760X1 + 0,313X2 + 0,672X3 + e
Keterangan :
Y = Proses keputusan pembelian
a = Konstanta
X1 = Etnosentrisme konsumen
X2 = Perceived quality
X3 = Brand awareness
β 1 = Koefisien regresi untuk variabel Etnosentrisme konsumen
β 2 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived quality
β 3 = Koefisien regresi untuk variabel Brand awareness
e = Error
H. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen (etnosentrisme konsumen, perceived
quality, dan brand awareness) dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (proses keputusan pembelian). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti adalah
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,2016:97).
93
Tabel 4. 39 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Sumber : Data diolah dengan SPSS 23.0, 2018
Tabel 4.39 menunjukan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,573,
mendekati nilai 1 artinya hubungan antar variabel-variabel independen
(etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness)
dan variabel dependen (proses keputusan pembelian) cukup erat.
Menurut Sugiyono (2013:250) korelasi antara variabel independen
dan dependen bersifat positif. Artinya jika nilai X naik, maka akan
direspon dengan nilai Y demikian pula sebaliknya.
Hasil koefisien determinasi adjusted R Square (R2) sebesar 0,279
berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi
variabel terikat variabel dependen keputusan pembelian dapat
dijelaskan oleh ketiga variabel independen, etnosentrisme konsumen,
perceived quality, dan brand awareness dalam menjelaskan varians
dari variabel terikatnya adalah sebesar 28%. Berarti terdapat 72%
varians variabel terikat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk
ke dalam persamaan regresi dalam penelitian ini.
94
I. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda, maka dapat
dihasilkan penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Etnosentrisme Konsumen Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Sepatu Olahraga Specs pada Mahasiswa Anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Berdasarkan dari tabel koefisien uji statistik t, nilai t hitung untuk
variabel etnosentrisme konsumen (X1) adalah sebesar 2,611
sedangkan t tabel sebesar 2,016. Maka dapat diketahui t hitung > t
tabel, dan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa etnosentrisme konsumen berpengaruh secara
signifikan terhadap proses keputusan pembelian sepatu Olahraga
Specs pada mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi
di Ciputat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhdi
Kurnianto (2015) mengenai “Pengaruh Etnosentrisme Konsumen,
Persepsi Harga, dan Kemenarikan Atribut Terhadap Sikap Produk
dan Implikasinya Terhadap Keputusan Pembelian di Indonesia”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, etnosentrisme konsumen
secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian.
Hasil ini berarti menunjukan indikator-indikator dari
etnosentrisme konsumen mempengaruhi secara signifikan
95
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat. Sehingga
dapat diartikan semakin tinggi tingkat etnosentris dari konsumen
maka akan semakin meningkatkan keputusan pembelian produk
lokal.
2. Pengaruh Perceived Quality Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Sepatu Olahraga Specs pada Mahasiswa Anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Berdasarkan dari tabel koefisien uji statistik t, nilai t hitung untuk
variabel perceived quality (X2) adalah sebesar 2,708 sedangkan t
tabel sebesar 2,016. Maka dapat diketahui t hitung > t tabel, dan
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perceived quality berpengaruh secara signifikan terhadaps
proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada
mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rian Ari
Murba (2014) mengenai “Pengaruh Brand Awareness dan
Perceive Quality Terhadap Keputusan Pembelian di Saung
Angklung Udjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perceived
quality secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan
terhadap proses keputusan pembelian.
Hasil ini berarti menunjukan dimensi dari perceived quality yaitu
Primary Ingredients, Features, Reliability, Durability,
96
Serviceability, Style, dan Design mempengaruhi secara signifikan
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
3. Pengaruh Brand Awareness Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Sepatu Olahraga Specs pada Mahasiswa Anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Berdasarkan dari tabel koefisien uji statistik t, nilai t hitung untuk
variabel brand awareness (X3) adalah sebesar 2,284 sedangkan t
tabel sebesar 2,016. Maka dapat diketahui t hitung > t tabel, dan
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa brand awareness berpengaruh secara signifikan terhadap
proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada
mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rian Ari
Murba (2014) mengenai “Pengaruh Brand Awareness dan
Perceive Quality Terhadap Keputusan Pembelian di Saung
Angklung Udjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand
awareness secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan
terhadap proses keputusan pembelian.
Hasil ini berarti menunjukan dimensi dan indikator dari brand
awareness mempengaruhi secara signifikan keputusan pembelian
sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa anggota UKM Olahraga
Perguruan Tinggi di Ciputat. Sehingga dapat diartikan semakin
97
tinggi tingkat awareness dari konsumen maka akan semakins
meningkatkan proses keputusan pembelian sepatu olahraga Specs.
4. Pengaruh Etnosentrisme Konsumen, Perceived Quality, dan
Brand Awareness Terhadap Proses Keputusan Pembelian Sepatu
Olahraga Specs Pada Mahasiswa Anggota UKM Olahraga
Perguruan Tinggi di Ciputat.
Berdasarkan hasil uji F, nilai yang diperoleh 6,679 sedangkan
nilai F tabel 2,70 maka dapat diketahui nilai F hitung 6,679 > F
tabel 2,83 dengan tingkat signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan etnosentrsime konsumen, perceived
quality, dan brand awareness secara simultan atau bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses keputusan
pembelian sepatu olahraga Specs pada mahasiswa anggota UKM
olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rian Ari
Murba (2014) mengenai “Pengaruh Brand Awareness dan
Perceive Quality Terhadap Keputusan Pembelian di Saung
Angklung Udjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived
quality dan brand awareness secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian, yang membedakan
tidak ada variabel etnosentrisme konsumen. Untuk variabel
etnosentrisme sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhdi Kurnianto (2015) mengenai “Pengaruh Etnosentrisme
98
Konsumen, Persepsi Harga, dan Kemenarikan Atribut Terhadap
Sikap Produk dan Implikasinya Terhadap Keputusan Pembelian
di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukan variabel
etnosentrisme konsumen dan variabel independen lainnya secara
simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness terhadap
proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat. Berdasarkan data
yang didapatkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Etnosentrisme konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap
proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
2. Perceived Quality berpengaruh secara signifikan terhadap proses
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat
3. Brand Awareness berpengaruh secara signifikan terhadap proses
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
4. Etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap proses
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa anggota
UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
100
B. Saran
Hasil penelitian ini menunjukan etnosentrisme konsumen, perceived
quality, dan brand awareness secara simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat baik secara parsial
maupun simultan. Terkait dengan hasil penelitian ini maka proses keputusan
pembelian konsumen bisa meningkat melalui variabel-variabel seperti
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness.
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ialah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Specs
a. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwasannya
etnosentrisme konsumen mempunyai pengaruh signifikan
terhadap proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada
mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Dari 3 pernyataan etnosentrisme konsumen pada kuesioner,
pernyataan dengan jawaban negatif terbanyak adalah tentang
responden lebih baik memilih sepatu Olahraga Specs (lokal)
dibanding sepatu merek asing. Hal tersebut menunjukan jika
responden dihadapkan dengan 2 pilihan responden masih
cenderung memilih sepatu merek asing dibandingkan merek
lokal, tidak bisa dipungkiri melihat produk asing yang
mempunyai nilai prestige lebih tinggi membuat konsumen
memilihnya. Sepatu olahraga Specs sebenarnya selalu konsisten
101
dalam meningkatkan keuunggulan kompetitifnya terlihat dari
jumlah penjualan yang setiap tahunnya meningkat. Dengan slogan
“Buktikan Indonesiamu” Specs secara tidak langsung telah
mengajak konsumen untuk membeli produk asli Indonesia.
Namun sepatu olahraga Specs juga bisa memberikan terobosan
baru dengan menggunakan menteri pemuda dan olahraga, menteri
perdagangan dan menteri perindustrian sebagai aktor dari iklan
nya untuk mengajak atau menekankan menggunakan produk asli
Indonesia untuk kemajuan perindustrrian lokal di Indonesia. Hal
itu memungkinkan para konsumen berfikir kembali untuk
membeli produk asing sehingga konsumen berujung membeli
produk lokal.
b. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwasannya
perceived quality mempunyai pengaruh signifikan terhadap
proses keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada
mahasiswa anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Dari 7 pernyataan perceived quality pada kuesioner, pernyataan
dengan jawaban negatif terbanyak adalah tentang sepatu olahraga
Specs mudah dirawat dan diperbaiki. Hal tersebut menunjukan
responden sulit untuk merawat sepatunya dan sulit untuk
memperbaiki sepatunya bila terjadi kerusakan. Melihat
permasalahan itu perusahaan perlu komitmen menjaga kualitas
baik dari 7 unsur dimensi perceived quality yaitu Primary
Ingredients, Features, Reliability, Durability, Serviceability,
102
Style, dan Design. Terlebih pada tips untuk merawat sepatu agar
tidak mudah rusak, Specs baiknya memberikan tips dan trik
merawat sepatu pada kertas kecil yang bisa disisipkan di dalam
kardus sepatu. Sehingga konsumen bisa langsung melihat cara
untuk merawat sepatu pada saat awal membeli sepatu. Selain itu,
untuk layanan memperbaiki sepatu, Specs memang belum
mempunyai fasilitas pelayanan reparasi sepatu. Ada baiknya
Specs membuka layanan reparasi sepatu di setiap store resmi nya,
agar para konsumen yang sudah rusak sepatunya bisa
memperbaikinya untuk digunakan kembali. Langkah-langkah
tersebut bisa menumbuhkan kesan persepsi kualitas yang baik
pada Specs.
c. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwasannya brand
awareness mempunyai pengaruh signifikan terhadap proses
keputusan pembelian sepatu Olahraga Specs pada mahasiswa
anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat, Dari 4
pernyataan brand awareness pada kuesioner, pernyataan dengan
jawaban negatif terbanyak adalah tentang responden tidak
mengetahui sepatu olahraga Specs. Hal tersebut menunjukan
kesadaran konsumen dengan adanya sepatu Olahraga Specs bisa
dikatakan sudah cukup tinggi. Namun perusahaan juga perlu
konsisten melakukan pengingatan melalui cara-cara seperti
membuat jingle pada iklan televisi yang mudah diiingat dan
dilakukan secara berulang-ulang, lalu bisa ditambahkan dengan
103
endorser yang memperagakan gaya jari tangan menjadi huruf S
menunjukan inisial dan logo dari Specs, melihat saat ini jari
tangan yang dibuat atau dibentuk menjadi simbol tertentu mudah
menjadi viral. Dengan langkah-langkah tersebut memungkinkan
untuk konsumen lebih kuat dalam mengingat Specs.
2. Bagi Akademisi
Bagi kalangan akademisi, diharapkan penelitian selanjutnya dapat
menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian-
penelitian selanjutnya yang memiliki tema yang sama yaitu pengaruh
etnosentrisme konsumen, perceived quality, dan brand awareness
terhadap keputusan pembelian. Penelitian selanjutnya disarankan
untuk mengkaji komponen lain selain masalah etnosentrisme
konsumen, perceived quality, brand awareness, dan keputusan
pembelian yang telah dibahas oleh penulis atau dengan dimensi dan
indikator yang berbeda serta didukung oleh teori-teori atau penelitian
terbaru.
104
DAFTAR PsUSTAKA
Ari, Rian, “Pengaruh Brand Awareness dan Perceive Quality Terhadap
Keputusan Pembelian di Saung Angklung Udjo”. Jurnal Manajemen, 2014
Ariyan, Hendi, “Pengaruh Brand Awareness dan Kepercayaan Konsumen Atas
Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Minuman Aqua di Kota
Padang”. Jurnal Manajemen, 2013
Durianto, Darmadi dkk, “Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek”. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004
Durianto, Darmadi dkk, “Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar”, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004
Elviyanti, Ria. “Pengaruh Brand Association dan Perceived Quality Terhadap
Loyalitas Pelanggan Biore Body Foam Pada Mahasiswai Universitas
Negeri Padang”. Jurnal Manajemen, 2013
Fadila, Dewi dan Nirwan Rasyid. “Pengaruh Etnosentrisme Konsumen Terhadap
Keterlibatan Pengambilan Keputusan Pembelian Produk”. Jurnal Orasi
Bisnis ke VII, 2012
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23”.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2016
Johansson, Johny dan Ronkainen, “The esteem of global brands”. Journal of
Brand Management, 2004
Keegan, Warren dan Mark Green, “Global Marketing”, Pearson Education
Limited, London 2013
Keller, Kevin, “Srategic Brand Mangement : Building, Measuring, and Managing
Brand Equity”. Pearson Education Limited, London, 2013
Kotler, Philip, “Manajemen Pemasaran”. Jilid 2, Edisi 12. PT Indeks, Jakarta,
2007
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, “Principiples of Marketing”. Pearson
Education Limited, London, 2016
105
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran” Jilid 1. Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2008
Kotler, Philip and Gary Amstrong, “Prinsip-Prinsip Pemasaran”. Edisi 12. Jilid
1. Erlangga, Jakarta, 2010
Muhdi Kurnianto, “Pengaruh Etnosentrisme Konsumen, Persepsi Harga, dan
Kemenarikan Atribut Terhadap Sikap Produk dan Implikasinya Terhadap
Keputusan Pembelian, Jurnal of Management, Vol 4 No. 4, 2015
Peter, Paul & Olson, “Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran”. Salemba
Empat, Jakarta, 2013
Rybina, L dan Humprey J, “Patriotism, Cosmpolitanism, Consumer
Ethnocentrism and Purchase Behaviour in Kazakhstan”. Organisations
and Market in Emerging Economics, Vol. 1 No. 2, 2010
Schiffman, Leon dan Joseph L. Wisenbilt, “Consumer Behavior”. Pearson
Education Limited, London, 2015
Sharma, Shubhash, Terrace A. Shimp, “Consumer Ethnocnentrism: A Test of
Antencendents and Moderators”, Jurnal of Marketing Research, 1995
Shimp, T. A. and Sharma, S, “Consumer Ethnocentrism:Construction and
Validation of the CETSCALE”, Journal of Marketing Research, 1987
Sugiyono, “Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development”,
Penerbit Alfa Beta, Bandung, 2017
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods”). Penerbiat Alfa Beta, Bandung, 2014
Tjiptono, Fandy and Gregorius Chandra. “Service, Quality Satisfaction. Andi
Ofset”. Yogyakarta, 2014
Young, Do, “The Influences of Perceived Brand Quality and Ethnocentrism on
Consumptions Pattern of a Global Sports Brand: the case of Korean
College Students”. Internation Journal of Sports Marketing, 2016
http://blj.co.id/2013/07/18/nike-masih-tercepat-pimpin-pasar-sepatu-olahraga/
“Nike tercepat memimpin pasar” artikel diakses 10 Maret 2018
106
http://m.kontan.co.id/news/wow-tendangan-sepatu-futsal-semakin-melambung-1
“Sepatu futsal semakin meningkat’ artikel diakses 8 Maret 2018
http://www.dedesuryadi.com/web/specs-attack-spot-by-spot/ “Specs” artikel
diakses 8 Maret 2018
https://specs.id/about-us/ “ Tentang Specs” artikel diakses 8 Maret 2018
https://kemenpora.go.id/ “ Penyajian data dan informasi Kepemudaan dan
Olahraga” artikel diakses 31 Agustus 2018
107
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Kuesioner disebar melalui Google Forms yang disebar melalui Grup Sosial Media
masing-masing UKM Olahraga, Berikut Pertanyaan Kuesioner nya:
SCREENING
Apakah anda sebagai mahasiswa/i anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di
Ciputat (UIN/UMJ/STIE AD)?
( ) Tidak, Bukan mahasiswa/i anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di
Ciputat (UIN/UMJ/STIE AD), Cukup sampai disini
( ) Ya, Saya mahasiswa/i anggota UKM Olahraga Perguruan Tinggi di
Ciputat (UIN/UMJ/STIE AD). Jika ya, lanjut pengisian profile responden
PROFILE RESPONDEN
1. Nama : ..............................................................
2. Umur :
17-20 thn
21-30 thn
3. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki / ( ) Perempuan
4. Mahasiswa : ( ) UIN / ( ) UMJ / ( ) STIE AD
PETUNJUK PENGISIAN
Mohon memberi jawaban dengan tanda Check List ( ) pada jawaban menurut
anda paling sesuai.
SS = Sangat Setuju (N) = Netral
S = Setuju (TS)= Tidak Setuju (STS) = Sangat Tidak Setuju
108
1. Etnosentrisme Konsumen
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
5 4 3 2 1
1. Saya mengutamakan sepatu
olahraga specs, karena produk
lokal
2. Saya lebih baik memilih sepatu
olahraga Specs (lokal) dibanding
sepatu merek asing
3 Membeli sepatu olahraga Specs
(lokal) merupakan tindakan
terbaik
2. Perceived Quality
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
5 4 3 2 1
4. Sepatu olahraga Specs memiliki
kekuatan dan nyaman dipakai
5. Sepatu olahraga Specs memiliki
ringan dan mudah dipakai
6. Sepatu olahraga Specs awet dan
tahan lama
7. Sepatu olahraga Specs tidak
mudah rusak
8. Sepatu olahraga Specs mudah
dirawat dan dapat diperbaiki
9. Sepatu olahraga Specs memiliki
bentuk yang menarik
10. Sepatu olahraga Specs memiliki
model yang variatif
109
3. Brand Awareness
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
5 4 3 2 1
11. Sepatu olahraga yang pertama
saya ingat sepatu adalah olahraga
Specs
12. Sepatu olahraga Specs mudah
diingat dan dikenal
13. Saya mengetahui sepatu olahraga
Specs setelah mendapatkan
informasi
14. Saya tidak mengetahui sepatu
olahraga Specs
4. Keputusan Pembelian
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
5 4 3 2 1
15. Saya membutuhkan sepatu
olahraga Specs untuk berolahraga
16. Saya mengetahui informasi
tentang sepatu olahraga Specs dari
keluarga/teman/tetangga
17. Saya mengetahui informasi
tentang sepatu olahraga Specs dari
iklan (TV, website, sosial media,
dsb)
18. Dari berbagai alternatif produk
sepatu olahraga yang ada, saya
memutuskan untuk membeli
Specs
19. Saya memutuskan untuk
melakukan pembelian sepatu
olahraga Specs
20. Saya akan melakukan pembelian
ulang sepatu olahraga Specs untuk
selanjutnya
110
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
5 4 3 2 1
21. Saya akan merekomendasikan
sepatu olahraga Specs ke orang
lain
111
Lampiran 2 : Jumlah Anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
JUMLAH ANGGOTA UKM OLAHRAGA
PERGURUAN TINGGI DI CIPUTAT
Berdasarkan metode penentuan sampel menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu, bila dipandang orang tersebut memenuhi
pertimbangan tertentu oleh peneliti maka orang tersebut cocok sebagai
sumber data. Dalam penelitian ini berarti sampel yang dimaksudkan adalah
mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Perguruan
Tinggi di Ciputat. Maka dari itu peneliti melakukan wawancara kepada
salah satu anggota di masing-masing universitas untuk mengetahui jumlah
anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Perguruan Tinggi di
Ciputat. Data dibawah ini merupakan perkiraan jumlah anggota aktif UKM
Olahraga Olahraga Perguruan Tinggi di Ciputat.
Tabel
Jumlah anggota aktif UKM Olahraga
Universitas Jumlah anggota aktif UKM
UIN Jakarta 118
UMJ 67
STIE Ahmad Dahlan 53
Sumber: wawancara anggota UKM
112
Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Pernyataan Kuesioner
Data Jawaban Kuesioner
Variabel Etnosentrisme Konsumen (X1)
No X1 Total
Q1 Q2 Q3
1. 5 5 4 14
2. 4 4 3 11
3. 5 5 5 12
4. 5 4 5 15
5. 4 5 4 14
6. 5 4 4 13
7. 4 4 5 13
8. 5 3 4 12
9. 5 4 4 13
10. 5 5 3 13
11. 4 4 3 11
12. 4 5 3 12
13. 5 5 3 13
14. 4 4 4 12
15. 4 5 4 13
16. 5 5 5 15
17. 5 4 4 13
18. 5 4 4 14
19. 4 4 3 11
20. 5 4 3 12
21. 4 3 3 10
22. 3 4 4 10
23. 3 5 4 12
24. 5 5 5 15
25. 4 4 3 11
26. 4 4 4 12
27. 4 5 4 13
28. 4 4 3 11
29. 4 4 5 13
30. 4 4 4 12
31. 4 4 3 11
32. 5 5 5 15
33. 4 5 3 11
34. 5 4 4 13
35. 4 4 3 11
36. 5 4 4 13
113
37. 4 5 3 12
38. 5 5 3 13
39. 5 4 4 13
40. 4 5 3 12
41. 4 4 4 12
42. 5 4 4 14
43. 4 4 5 13
44. 4 5 5 14
45. 4 4 3 11
Variabel Perceived Quality (X2)
No. X2 Total
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
1. 5 5 5 5 5 5 5 35
2. 5 5 5 5 5 5 5 35
3. 4 4 4 4 4 4 5 29
4. 5 5 5 5 5 5 5 35
5. 4 4 4 4 4 4 3 27
6. 4 4 3 4 5 4 4 28
7. 5 5 5 5 5 5 5 35
8. 5 4 5 4 5 4 5 32
9. 3 3 3 3 3 3 4 22
10. 4 4 3 4 4 5 4 28
11. 3 5 5 5 2 4 5 29
12. 3 3 4 4 3 3 3 23
13. 5 5 4 5 3 4 5 31
14. 5 5 5 5 5 5 5 35
15. 4 4 4 4 4 4 5 29
16. 3 4 4 4 3 5 4 27
17. 4 5 4 4 5 3 4 29
18. 3 3 3 5 4 4 4 26
19. 4 4 5 4 5 4 5 31
20. 4 4 4 4 4 5 4 29
21. 4 5 3 3 4 4 5 28
22. 5 5 5 5 5 4 4 33
23. 4 3 3 3 4 4 5 26
24. 5 5 5 5 5 5 5 35
25. 3 3 3 5 4 4 5 27
26. 5 5 4 5 4 5 4 32
27. 5 5 5 4 4 4 5 32
28. 5 4 4 3 4 5 5 30
29. 4 4 4 5 4 4 4 29
30. 4 4 4 4 4 4 4 28
114
31. 4 4 3 5 3 5 4 28
32. 5 5 5 5 4 4 5 33
33. 4 5 4 5 4 4 5 31
34. 5 4 4 5 4 5 5 32
35. 3 3 4 5 3 4 4 26
36. 3 4 4 4 4 5 3 27
37. 4 5 4 4 5 4 4 30
38. 3 3 4 4 4 3 3 24
39. 4 4 3 4 3 4 5 27
40. 4 5 5 3 4 5 5 31
41. 3 4 4 3 3 5 5 27
42. 5 4 4 4 4 5 5 31
43. 3 4 4 5 4 3 3 26
44. 4 4 4 4 4 4 4 28
45. 4 5 5 4 4 4 4 30
Variabel Brand Awareness (X3)
No. X3 Total
Q1 Q2 Q3 Q4
1. 3 5 3 3 14
2. 3 3 5 1 12
3. 3 3 5 2 13
4. 3 4 3 1 11
5. 3 3 5 3 14
6. 3 3 5 2 13
7. 2 3 5 2 12
8. 1 5 3 1 10
9. 3 3 5 3 14
10. 3 5 3 2 13
11. 3 3 5 2 13
12. 1 4 5 1 11
13. 2 5 4 2 13
14. 4 3 3 1 11
15. 3 5 3 1 12
16. 2 5 2 1 10
17. 2 3 5 1 11
18. 3 3 4 1 11
19. 3 3 5 3 14
20. 3 5 3 1 12
21. 3 3 5 2 13
22. 3 4 5 1 13
23. 3 5 4 1 13
24. 2 5 3 2 12
115
25. 3 5 3 1 12
26. 3 5 4 1 13
27. 3 5 2 1 11
28. 3 4 5 1 13
29. 2 5 3 1 11
30. 4 5 3 1 13
31. 5 2 2 1 10
32. 4 4 5 3 16
33. 4 4 5 1 14
34. 3 4 5 1 13
35. 3 3 5 1 12
36. 1 5 4 1 11
37. 3 3 5 2 13
38. 3 3 4 2 12
39. 3 4 5 1 13
40. 4 3 3 2 12
41. 3 5 3 1 12
42. 1 5 3 1 10
43. 2 5 4 2 13
44. 2 4 4 1 11
45. 3 5 4 1 13
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No. Y Total
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
1. 5 5 5 5 5 5 5 35
2. 4 4 3 4 4 4 4 27
3. 5 5 5 5 5 4 4 33
4. 5 5 4 4 4 4 4 30
5. 5 4 5 4 5 5 5 33
6. 5 5 5 5 5 5 5 35
7. 4 4 4 4 5 5 5 31
8. 4 4 4 4 3 3 3 25
9. 5 4 4 4 3 3 4 27
10. 5 4 5 5 4 5 4 32
11. 4 3 4 5 4 3 4 27
12. 3 5 4 5 4 4 4 29
13. 3 4 4 5 4 4 3 27
14. 4 5 4 5 4 5 5 32
15. 5 5 5 5 5 5 5 35
16. 4 4 4 4 4 4 4 28
17. 3 3 3 4 4 5 5 27
18. 3 3 3 3 3 3 4 22
116
19. 2 3 4 5 5 4 5 28
20. 4 4 4 4 5 4 4 29
21. 3 5 4 5 4 4 3 28
22. 5 1 1 5 5 5 5 27
23. 4 3 4 4 4 4 3 26
24. 5 5 5 5 5 5 5 35
25. 5 5 2 2 5 4 5 28
26. 4 4 5 5 5 5 5 33
27. 5 3 4 4 5 5 4 30
28. 5 4 4 4 4 4 4 29
29. 4 4 4 4 4 4 4 28
30. 3 4 4 4 4 4 4 27
31. 3 5 3 3 3 5 3 25
32. 4 5 5 4 3 4 5 30
33. 4 5 4 5 4 5 4 31
34. 4 5 5 4 4 4 4 30
35. 3 4 4 3 4 3 4 25
36. 4 5 3 4 4 5 4 29
37. 5 4 4 3 4 5 4 29
38. 3 4 3 4 4 4 5 27
39. 5 4 4 3 4 5 4 29
40. 4 5 4 4 5 4 4 30
41. 3 4 5 4 3 3 4 26
42. 4 4 4 4 5 5 4 30
43. 4 3 5 3 4 5 4 28
44. 4 4 4 4 5 4 4 29
45. 4 3 4 4 4 4 4 27
\
117
Lampiran 4 : Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 23.0
Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Etnosentrisme Konsumen
Uji Validitas
Perceived Quality
118
Uji Validitas
Brand Awareness
Uji Validitas
Keputusan Pembelian
119
Uji Reliabilitas
Etnosentrisme Konsumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,810 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
EK1 7,80 2,648 ,621 ,781
EK2 8,23 2,116 ,794 ,587
EK3 8,03 3,137 ,593 ,809
Uji Reliabilitas
Perceived Quality
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,829 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PQ1 25,63 8,585 ,776 ,770
PQ2 25,57 8,944 ,709 ,783
PQ3 25,70 8,907 ,673 ,789
PQ4 25,53 10,189 ,434 ,828
PQ5 25,67 9,609 ,487 ,822
PQ6 25,57 10,047 ,535 ,812
PQ7 25,33 10,506 ,422 ,828
120
Uji Reliabilitas
Brand Awareness
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,729 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
BA1 19,47 19,154 ,764 ,632
BA2 19,87 19,085 ,738 ,634
BA3 19,67 21,333 ,625 ,699
BA4 12,00 5,448 ,806 ,801
Uji Reliabilitas
Keputusan Pembelian
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,702 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
kp1 25,27 8,547 ,319 ,695
kp2 25,40 8,386 ,316 ,699
kp3 25,43 7,771 ,462 ,654
kp4 25,07 9,099 ,307 ,693
kp5 25,10 8,369 ,559 ,637
kp6 25,17 8,075 ,608 ,623
kp7 25,17 8,833 ,397 ,672
121
Uji Normalitas P Plot
Secara statistik Kolmogrov Smirnov
122
Uji multikolonieritas
Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
etnosentrisme_konsumen ,978 1,022
perceived_quality ,990 1,010
brand_awareness ,984 1,017
123
Secara Statistik Glesjer
Sig > 0,05
Regresi Linier Berganda
Uji F
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) ,334
etnosentrisme_konsumen ,184
perceived_quality ,989
brand_awareness ,252
a. Dependent Variable: RES2
124
Koefisien Determinasi