pengaruh inflasi, non performing finance, dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE,
DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERTUMBUHAN
ASET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode 2011-2016)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Alif Anjas Permana
NIM: 1113085000024
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
vi
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Alif Anjas Permana
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 9 Januari 1996
Warga negara : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 65 kg
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Mushala an-nur rt.07 rw.02
No.23 Kedaung, Pamulang,
Tangerang Selatan
No. Telp : 089677155958
Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
2001-2007 : SDN 09 Ciputat Tangerang Selatan
2007-2010 : MTsN 3 Jakarta
2010-2013 : MAN 4 Jakarta
2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
Staff Divisi Syiar Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Jakarta
Periode 2014-2015
Staff Divisi Pengembangan Akademik Bakat dan Keilmuan Lembaga
Dakwah Kampus UIN Jakarta, Periode 2016
vii
ABSTRACT
The research is a quantitative study which calculate and analyze the effects
of inflation, non-performing finance (NPF), and return on asset (ROA) on growth
of sharia banking assets in Indonesia. This research use a sample of some Banks in
Indonesia which include categories as National Islamic Bank foreign exchange,
that are Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Negara Indonesia
Syariah and Bank Mega Syariah, the quarterly data for the period march 2011-
Desember 2016. This research used panel data regression analysis with Eviews
version 9. Based on the result of regression panel data with a significance level of
5%, the result shows that independent variable (Inflation, NPF and ROA)
simultaneously have significant effect towards Asset Growth, and in partially the
obtained result shows that NPF and ROA have significant effect on Asset Growth,
meanwhile Inflation had no significant effect on Asset Growth.
Keywords: Asset Growth, Inflation, NPF, ROA
viii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitaif yang menghitung dan
menganalisis pengaruh inflasi, non-performing finance (NPF) dan return on asset
(ROA) terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan sampel beberapa bank yang termasuk dalam kategori Bank Umum
Syariah Nasional Devisa yaitu terdiri dari Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, Bank Negara Indonesia Syariah, dan Bank Mega Syariah Indonesia dalam
data triwulan selama periode maret 2011-desember 2016. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel yang pengolahannya melalui Eviews 9.
Berdasarkan hasil regresi data panel dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, hasil
menunjukan bahwa secara simultan seluruh variabel independen (inflasi, NPF dan
ROA) dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
aset. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel NPF dan ROA memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset, sedangkan inflasi memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan aset.
Kata Kunci: Pertumbuhan Aset, Inflasi, NPF, ROA
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Non Performing
Finance dan Retrun on Asset Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan
Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa
Periode 2011-2015)”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, teladan bagi seluruh umat manusia, yang telah memperjuangkan Islam dan
meninggikan kalimat Allah di muka bumi, beserta para keluarga dan para sahabat.
Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta. Mengenai ide serta gagasan
dalam skripsi ini, penulis dapatkan setelah penulis menghadiri acara Indonesia
Islamic Finance Forum yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah
(MES). Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput
dari berbagai kendala yang harus dihadapi dan menyadari sepenuhnya bahwa
keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri,
melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan, dan arahan yang tidak ternilai
harganya dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
Ca., QIA., BKP sekalu Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Dr.
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi.
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu pemenuhan berkas-berkas administrasi penulis.
x
3. Endra Kasni Laila Yuda S.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama masa studi.
4. Aini Masruroh SE.I., M.SI. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, ilmu, dan tidak henti-hentinya memberikan arahan,
masukan, nasihat, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis selama
penulisan hingga penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dedi Sutardi dan Ibunda Zahronah yang
selalu memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang dan doa
terbaik untuk anak-anaknya, dan selalu memberikan nasihat agar selalu sabar
dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup.
6. Sahabat yang tergabung dalam UR Army (Aqwam, Alvino, Nopal, Syukron)
yang selalu memotivasi saya dengan wacana-wacana yang tak kunjung
terealisasi.
7. Seluruh teman-teman di Lembaga Dakwah Kampus baik itu tingkat fakultas
maupun universitas, yang selalu memberikan nasihat-nasihat terbaik dalam
menghadapi berbagai persoalan di dunia.
8. Seluruh teman-teman Kosjod Institute (Eka, Dahsya, Wachyu, Jodie, Erlangga,
Hisby, Jana, Ridho, Angri, Fajar B, Fariz, Fajar K) yang telah menemani, dan
menjadi keluarga baru bagi penulis.
9. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang selalu kompak,
memberikan semangat, doa, dan cerita penuh warna selama masa kuliah.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat ganda
kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
dalam penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Juli 2017
Alif Anjas Permana
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14
A. Landasan Teori .................................................................................... 14
xii
1. Perbankan Syariah ......................................................................... 14
2. Pertumbuhan Aset .......................................................................... 17
3. Inflasi ............................................................................................. 20
4. Non Performing Finance ............................................................... 26
5. Return on Asset .............................................................................. 28
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ................ 29
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 33
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 38
E. Hipotesis .............................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 42
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 44
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 45
1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 46
2. Penentuan Model Regresi .............................................................. 46
a. Common Effect Model .............................................................. 47
b. Fixed Effect Model ................................................................... 47
c. Random Effect Model ............................................................... 48
3. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 49
a. Uji Normalitas ........................................................................... 50
b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 51
c. Uji Heterokedastisitas ............................................................... 53
xiii
d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 54
4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 57
5. Uji Hipotesis .................................................................................. 58
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ........................... 58
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F).............................................. 59
c. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 65
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 65
B. Gambaran Umum Data Penelitian ....................................................... 67
C. Hasil Analisis Data Penelitian ............................................................. 72
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 72
2. Penentuan Model Regresi Data Panel............................................ 76
a. Uji Chow .................................................................................. 77
b. Uji Hausman ............................................................................ 78
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 79
a. Uji Normalitas ......................................................................... 79
b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 80
c. Uji Heterokedastisitas .............................................................. 81
d. Uji Autokorelasi....................................................................... 83
4. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 85
a. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 85
b. Koefisien Determinasi (R2)...................................................... 87
xiv
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) .......................... 89
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ............................................ 92
D. Interpretasi ........................................................................................... 94
1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Aset .............................. 94
2. Pengaruh NPF Terhadap Pertumbuhan Aset ................................. 95
3. Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Aset ................................ 96
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 97
A. Kesimpulan ............................................................................................ 97
B. Saran ........................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 103
xv
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 34
3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ..................................................... 63
4.1 Daftar Sampel Penelitian ............................................................................... 65
4.2 Proses Seleksi Sampel ................................................................................... 66
4.3 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67
4.4 Data Inflasi .................................................................................................... 68
4.5 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69
4.6 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70
4.7 Statistik Deskriptif ........................................................................................ 72
4.8 Uji Chow ....................................................................................................... 76
4.9 Uji Hausman ................................................................................................. 77
4.10 Uji Normalitas Jarque-Bera......................................................................... 79
4.11 Korelasi Variabel Independen ..................................................................... 80
4.12 Uji White ..................................................................................................... 81
4.13 Uji Breusch-Godfrey ................................................................................... 82
4.14 Uji Breusch-Godfrey (Diferensi Pertama) .................................................. 83
4.15 Hasil Regresi Linear Berganda ................................................................... 85
4.16 Adjusted R-Square ...................................................................................... 88
4.17 Uji Statistik t ............................................................................................... 90
4.18 Uji F statistik ............................................................................................... 93
xvi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia .......................................... 5
1.2 Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia ..................................... 6
1.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan Perbankan
Nasional......................................................................................................... 7
1.4 Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL Perbankan
Nasional......................................................................................................... 9
1.5 Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional........... 10
2.1 Demand Pull Inflation ................................................................................... 22
2.2 Cost Push Inflation ........................................................................................ 23
2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 40
4.1 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67
4.2 Laju Inflasi .................................................................................................... 68
4.3 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69
4.4 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia .... 103
2. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Mega Syariah ............... 104
3. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Negara Indonesia
Syariah ............................................................................................................ 105
4. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri ........... 106
5. Data Inflasi (2011-2016) ................................................................................ 107
6. Statistik Deskriptif .......................................................................................... 108
7. Common Effect Model ................................................................................... 109
8. Fixed Effect Model ......................................................................................... 110
9. Random Effect Model .................................................................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam datang ke dunia sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang
memiliki makna agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan
rahmat hanya untuk penganutnya saja. Oleh sebab itu konsep-konsep
kehidupan di dunia yang ditawarkan oleh ajaran islam merupakan konsep
ideal yang tidak hanya sekedar normatif tapi juga positif atau dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana apabila konsep tersebut
diterapkan akan mendatangkan kebaikan bagi para pelakunya. Salah satu
dari konsep-konsep kehidupan tersebut yaitu konsep ekonomi atau yang
dikenal dengan istilah muamalah. Di tengah kepungan perbankan
konvensional yang berbasis bunga dan juga sistem ekonomi moneter
berbasis bunga, di mana ulama telah bersepakat bahwa sistem bunga itu
sendiri serupa dengan riba, maka keberadaan lembaga perbankan yang
sesuai dengan syariah menjadi sesuatu yang wajib diwujudkan.
Upaya mewujudkan bank syariah pun telah membuahkan hasil di
Indonesia. Hingga tahun 2016, keberadaan perbankan syariah di Indonesia
genap sudah 25 tahun. Di mana hal ini diawali dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia, yang
merupakan hasil kerja tim perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Akte
pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1
2
November 1991, pada saat penandatanganan akte pendirian ini, terkumpul
komitmen pembelian saham sebanyak Rp84 miliar. Pada tanggal 3
november 1991, dalam acara silaturahmi presiden di Istana Bogor, total
komitmen modal disetor awal sebesar Rp106.126.382. dana tersebut berasal
dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet pengembangan
V, yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, Yayasan Dakab, Supersemar,
Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PT Pindad. Selanjutnya,
Yayasan Dana Dakwah Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan
penopang Bank Syariah. Undang-undang yang mengatur kehadiran bank
syariah di Indonesia adalah UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Undang-undang ini belum secara eksplisit mengatur mengenai bank
syariah, selain memperkenalkan kehadiran bank dengan prinsip bagi hasil.
Selanjutnya, keluarnya peratu ran pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Perkembangan bank syariah
pasca-kehadiran UU No. 7 Tahun 1992 masih sangat lambat. Hal ini terlihat
dari jumlah bank syariah yang tidak bertambah semenjak kehadiran Bank
Muamalat Indonesia. (Arif, 2015:323)
Di tengah kelesuan industri perbankan syariah yang dikarenakan
masih tahap awal kemunculannya dan belum banyak diperhatikan, Bank
Muamalat Indonesia pun harus mengalami ujian yang sangat berat yaitu
krisis ekonomi yang melanda Indonesia di Tahun 1997-1998. Dimana Arif
(2015:332) menjelaskan kirisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997 berawal dari gejolak moneter di negara tetangga
3
sehingga nilai tukar rupiah mengalami depresiasi besar. Kebijakan uang
ketat sebagai upaya untuk menahan tekanan depresiasi rupiah direspon oleh
pasar dengan berkurangnya kepercayaan investor terhadap rupiah.
Intervensi Bank Indonesia dalam bentuk menaikkan tingkat suku bunga SBI
-sebagai upaya menahan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar-
mengakibatkan tingkat suku bunga perbankan. Hal ini menyebabkan
ekonomi kekurangan likuiditas dan kegiatan dunia usaha menjadi stagnan.
Gejolak ini merupakan konsekuensi logis dari lepasnya keterkaitan sektor
moneter dengan sektor real. Uang tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat
tukar, tetapi telah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif
spekulasi dari para pemegang uang. Dengan demikian, sektor moneter
sering telah lebih maju dari pada sektor real yang mengakibatkan
munculnya fenomena bubble economic, yaitu seakan-akan ekonomi
mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi tidak memiliki fondasi yang
kuat sehingga apabila diterpa sedikit masalah, langsung goyah dan terbukti
dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997.
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di
Indonesia mampu melewati ujian krisis ekonomi tersebut dengan baik. Hal
ini membuka mata masyrakat terkait kelemahan sistem perbankan
konvensional dan keunggulan sistem perbankan syariah. Selain itu
kemampuan Bank Muamalat Indonesia tersebut juga menarik perhatian
berbagai pihak baik itu pelaku industri keuangan maupun pemerintah. Hal
ini terbukti dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
4
perbankan. Arif kembali menjelaskan (2015, hal. 333) Apabila dalam
Undang-undang No. 7 tahun 1992 yang diakui hanya bank berdasarkan
prinsip bagi hasil, dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 diakui
perbankan syariah dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan demikian,
sejak UU No. 10 tahun 1998 ini diberlakukan, Indonesia secara resmi
menganut dual banking system dalam sistem perbankannya, yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah berdampingan dalam sistem
perbankan di Indonesia.
Kemampuan Bank Muamalat Indonesia dan pengakuan pemerintah
terkait sistem perbankan syariah tersebut menarik perhatian para pelaku
industri keuangan dan juga direspon positif oleh Industri, banyak pelaku
industri keuangan khususnya perbankan yang melihat sistem perbankan
syariah ini sebagai suatu peluang. Hal ini dapat terlihat dari munculnya
bank-bank syariah baru, baik itu Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha
syariah pasca krisis ekonomi 1998.
5
Grafik 1.1
Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia
Sumber : Asbisindo
Seperti data yang dilansir oleh Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(asbisindo) di atas yang menampakkan pertumbuhan jumlah Bank Umum
Syariah maupun Unit Usaha Syariah di Indonesia pasca reformasi hingga
tahun 2014, data tersebut menunjukan bahwa industri Perbankan Syariah
tumbuh secara agresif terutama sampai tahun 2011. Namun setelah tahun
2011 pertumbuhan perbankan syariah dari sisi jumlah mengalami stagnansi.
Hal ini juga sejalan dengan laju pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana
pihak ketiga (DPK) perbankan syariah.
6
Grafik 1.2
Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK
Setelah selama satu dekade mencuri perhatian banyak pihak dengan
laju pertumbuhannya yang sangat cepat jauh di atas rata-rata laju
pertumbuhan perbankan nasional, bahkan pernah mendapatkan predikat the
fastest growing Industry. Industri perbankan syariah mengalami
perlambatan laju pertumbuhan, grafik 1.2 memperlihatkan secara konsisten
sejak 2012 hingga 2015 perbankan syariah baik dari sisi aset, pembiayaan,
maupun dana pihak ketiga (DPK) terus mengalami perlambatan laju
pertumbuhan. Dan dari sisi aset (grafik 1.3) pada tahun 2012 pertumbuhan
aset perbankan syariah sebesar 34,1% dan mengalami perlambatan di tahun
2013 dimana aset perbankan syariah hanya tumbuh sebesar 24,2% namun
masih di atas laju pertumbuhan aset perbankan nasional yang hanya sebesar
16,7% pada 2012 dan 16,2% pada 2013. Akan tetapi hal tersebut terus
berlanjut hingga mencapai titik yang mengkhawatirkan dimana tercatat
sejak Desember 2014 hingga juni 2015 laju pertumbuhan aset perbankan
7
syariah berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan aset perbankan nasional.
Yaitu aset perbankan syariah hanya tumbuh sebersar 12,4% di bawah
pertumbuhan aset perbankan nasional yaitu sebesar 13,3% pada desember
2014 dan berlanjut hingga juni 2015 tercatat pertumbuhan aset perbankan
syariah hanya 8,1% hampir setengah dari pertumbuhan aset perbankan
nasional yang mencapai 14,1%.
Grafik 1.3
Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan
Perbankan Nasional
Sumber: Asbisindo
Terkait tren perlambatan laju pertubuhan perbankan syariah
tersebut, Dalam roadmap Perbankan Syariah di Indonesia 2015-2019 yang
dirilis oleh Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dikatakan bahwa kondisi
perekonomian nasional yang mengalami sedikit penurunan sebagai imbas
8
dari kondisi perekonomian global, juga berpengaruh terhadap perbankan
nasional. Memang sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun perbankan
syariah memiliki sistem tersendiri dalam menjalankan fungsi
intermediasinya sebagai bank yang berbeda dengan perbankan
konvensional, namun kondisi perekonominan nasional seperti salah satunya
adalah tingkat inflasi juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
perbankan syariah.
Dinno Indiano, Ketua Pengembangan Bisnis Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo) dalam presentasinya yang berjudul “Tantangan
Perbankan Syariah 2016” menyampaikan bahwa perlambatan pertumbuhan
perbankan syariah dalam 2 tahun terakhir pada dasarnya tidak hanya
disebabkan oleh kondisi perekonomian Indonesia, akan tetapi juga akibat
faktor internal pada industri perbankan syariah sendiri.
Di antara faktor internal tersebut yang terindikasi menjadi penyebab
perlambatan laju pertumbuhan perbankan syariah, salah satunya adalah
Non-Performing Finance (NPF). Hal ini dikarenakan perlambatan laju
pertumbuhan yang dialami perbankan syariah tiga tahun terakhir ini juga
diikuti dengan semakin tingginya tingkat NPF. Bahkan seperti yang terlihat
pada grafik 1.4, pada tahun 2013 NPF perbankan syariah berada di angka
2,62% meningkat 0,4% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 2,22%. Dan
terjadi peningkatan yang signifikan pada desember 2014 yaitu NPF berada
di angka 4,33%, dan terus konsisten tinggi hingga juni 2015 tercatat sebesar
4,76%. Sejak desember 2014 tingkat NPF perbankan syariah ini jauh lebih
9
tinggi dua kali lipatnya jika dibandingkan dengan tingkat NPL perbankan
nasional yang konsisten berada di kisaran 2%.
Grafik 1.4
Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL
Perbankan Nasional
Sumber: Asbisindo
Pada dasarnnya salah satu faktor pendukung bagi Bank Syariah
untuk dapat memperbesar asetnya adalah berasal dari laba yang dihasilkan
oleh bank syariah itu sendiri. Karena semakin besar laba yang dihasilkan
suatu perusahaan maka akan semakin besar pula kesempatan perusahaan
tersebut melakukan ekspansi demi pertumbuhan usahanya. Salah satu
indikator dalam melihat kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba
adalah dengan melihat rasio return on asset (ROA). Dahlan (2005) dalam
bukunya yang berjudul “Manajemen Lembaga Keuangan” menjelaskan
10
bahwa Rasio ini (ROA) memberikan informasi seberapa efisien suatu bank
dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan
seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap
rupiah asetnya.
Grafik 1.5
Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK
Pada grafik 1.5 terlihat jelas bagaimana kemampuan bank syariah
dalam menghasilkan laba masih kalah dibandingkan dengan perbankan
nasional. Hal ini diduga karena bank syariah dinilai belum cukup effisien
dalam mengelola asetnya. Dan sejalan dengan laju pertumbuhan aset
perbankan syariah (grafik 1.3), terjadi penurunan yang cukup signifikan
pada 2014 namun berbeda pada tahun 2015 dimana ROA perbankan syariah
3.11% 3.08%2.85%
2.29%2.14% 2.00%
0.79% 0.89%
2012 2013 2014 2015 (juni)
ROA Perbankan Nasional ROA Perbankan Syariah
11
menaik menjadi 0,89% namun laju pertumbuhan aset masih tetap
mengalami perlambatan.
Seperti yang telah dipaparkan, meskipun dari sisi jumlah, aset
perbankan syariah terus tumbuh, namun secara persentase, pertumbuhan
yang terjadi terus menurun di tiga tahun terkhir bahkan hingga berada di
bawah rata-rata industri. Dimana fenomena perlambatan laju pertumbuhan
aset perbankan syariah tersebut juga sejalan dengan tren negatif dari sisi
NPF dan ROA. selain itu fenomena ini bertepatan dengan krisis ekonomi
global yang berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam,
dengan mengangkat judul yaitu “Pengaruh Inflasi, Non Performing Finance
dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di
Indonesia (Studi Kasus: Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode
2011-2016)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah inflasi, non-performing finance dan return on asset secara
parsial dan juga secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
aset bank-bank umum syariah nasional devisa di Indonesia ?
12
2. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
pertumbuhan aset bank-bank umum syariah nasional devisa di
Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Menganalisa dan mengetahui secara parsial dan juga secara simultan
pengaruh dari inflasi, non-performing finance dan return on asset
terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.
b. Menganalisa dan mengetahui variabel yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, di antaranya:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
dari bangku kuliah pada jenjang S1 Program Studi Perbankan
Syariah. Penelitian ini juga menambahkan pengetahuan dan
13
pemahaman mengenai keuangan perbankan syariah terutama
dari sisi pertumbuhan aset.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang perbankan
syariah khusunya analisis faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bank syariah. Penelitian ini diharapkan pula dapat
menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan bank syariah. Agar
menghasilkan penelitian yang lebih baik.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan
sumbangsih untuk industri perbankan syariah berupa informasi
yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan untuk industri perbankan syariah yang lebih baik
kedepannya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat (UU No 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah pasal 1 angka 2). Masih dalam Undang-
undang nomor 21 tahun 2008 dan pasal 1 disana juga menyebutkan
pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
dari atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Menurut PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana, dengan pihak-
pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari
berbagai segi antara lain (Kasmir, 2004):
15
1) Dilihat dari segi jenisnya Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998
maka jenis perbankan terdiri dari:
a) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Dilihat dari segi kepemilikannya, dibagi menjadi:
a) Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian
maupun modalnya dimiliki pemerintah, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.
b) Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya oleh swasta, begitu juga dengan pembagian
keuntungannya diambil oleh swasta.
c) Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang terdapat
di luar negeri, baik swasta maupun pemerintah.
d) Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional.
16
3) Dilihat dari segi statusnya:
a) Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata
uang asing secara keseluruhan.
b) Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai
izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa,
sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
bank devisa.
b. Fungsi Bank Syariah
Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan
memberikan jasa-jasa keuangan. Secara garis besar fungsi dari bank
syariah antara lain adalah sebagai berikut (Sofyan, 2006)
1) Manajer Investasi
2) Investor
3) Jasa Keuangan
4) Fungsi Sosial
Dalam Menjalankan kegiatan usahanya bank syariah harus
menghindari beberapa hal, yaitu (Muhammad, 2005):
1) Menjauhkan diri dari unsur riba:
a) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
secara pasti keberhasilan suatu usaha.
17
b) Menghindari penggunaan sistem persentase untuk
pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan
terhadap simpanan
c) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau
penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi
lainnya.
d) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas hutang yang bukan atas paksa yang
mempunyai hutang secara sukarela.
2) Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan
Dengan mengacu pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 dan
An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah
harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau
transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan
barang.
2. Pertumbuhan Aset
Aset atau aktiva adalah harta atau sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan yang diharapkan memberikan manfaat dalam operasi
perusahaan. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.
Pengertian aset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut:
a. Menurut Accounting Principal Board (APB) dikemukakan bahwa :
“kekayaan ekonomi perusahaan termasuk di dalam pembebanan
18
yang ditunda yang dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku.”
b. Financial Accounting Standard Board (FASB) memberikan definisi
sebagai berikut: “aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi
yang diperoleh atau dikuasi di masa yang akan datang oleh lembaga
tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang lalu.”
c. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa sesuatu
dianggap sebagai aset jika di masa yang akan datang dapat
diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada
perusahaan.
Total aset adalah total dari keseluruhan harta yang dimiliki
perusahaan atau lembaga keuangan yang digunakan sebagai penunjang
operasional perusahaan atau lembaga keuangan tersebut.
Pertumbuhan aset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang
ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode
berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan
perusahaan yang normal).
Aktiva dibagi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Adapun yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka
pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang
19
penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang
dibayar dimuka. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar
adalah yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau
tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan, seperti
investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban
yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain.
Menurut Brimigham dan Erhart (2006), perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar
perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi
untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak
menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.
Pertumbuhan aset ini dapat didefinisikan sebagai perubahan atau
tingkat pertumbuhan tahunan dari total aset. Asset Growth secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1) × 100
Keterangan
PA = Pertumbuhan Aset
TA = Total Aset periode t
TAt-1 = Total Aset untuk periode t-1
20
Pertumbuhan suatu bank sangat dipengeruh oleh tingkat kesehatan
bank tersebut. Untuk mengukur pertumbuhan suatu bank, ada beberapa
parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur. Bank Indonesia
menjadikan tujuh hal sebagai indikator utama perbankan yaitu
(Cleopatra, 2008):
a. Total Aset, yaitu keseluruhan harta yang dimiliki oleh perbankan.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK), dana yang berhasil dihimpun perbankan.
c. Earning, atau pendapatan perbankan
d. CAR, Capital Adequacy Ratio yaitu persentasi kecukupan modal
untuk menutup berbagai risiko, terutama risiko pasar dan risiko
pembiayaan.
e. Non Performing Financing/Loan (NPF/NPL), persentase jumlah
kredit/pembiayaan yang tidak dapat dikembalikan debitur .
f. Return on Asset (ROA), persentase pendapatan terhadap aset
perbankan.
g. Financing to Deposit Ratio (FDR)/Loan to Deposit Ratio (LDR)
atau rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang dapat
dihimpun
3. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang memiliki
dampak luas terhadap variabel makroekonomi lainnya secara
21
agregat dan juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana
melalui lembaga keuangan formal. Dalam banyak sumber dijelaskan
bahwa, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, terjadi
terus-menerus dari suatu perekonomian (Nurul Huda, 2008).
Menurut Sukirno (Makroekonomi Modern, 2004) inflasi adalah
kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan
tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu
tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Menurut Dornbusch dan Fischer (2004:6), inflasi adalah
suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin
merosotnya nilai riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000)
Menurut Boediono (2000:161) “inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan
terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
sebagian besar dari harga barang-barang lain.”
Menurut Manurung dan Rahardja (2004:165) Inflasi adalah
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-
menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi
agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu:
22
1) Kenaikan Harga
2) Bersifat Umum
3) Berlangsung Terus-Menerus
b. Macam-Macam Inflasi
Menurut Boediono (2000:162) inflasi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah”
atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu:
1) Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun)
2) Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun)
3) Inflasi Berat (antara 30-100% setahun)
4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari
inflasi. Atas dasar ini dibedakan 2 macam inflasi: (Boediono, 2000)
1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagi
barang terlalu kuat. Inflasi ini disebut demand pull inflation.
Gambar 2.1
Demand Pull Inflation
23
Gambar tersebut menunjukan demand pull inflation. Karena
permintaan masyarakat akan barang-barang (agregate demand)
bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau
kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor,
atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit
yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke
D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.
2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut
cost push inflation.
Gambar 2.2
Cost Push Inflation
Gambar tersebut menunjukkan cost push inflation, yaitu jika
biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana
produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan
24
bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat
(agregate supply) bergeser dari S1 ke S2.
c. Dampak Inflasi
Menurut Sukirno (2004:338), efek-efek buruk dari inflasi
yaitu sebagai berikut:
1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi Yang tinggi akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan
produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak penganggurana
akan terwujud.
2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Di samping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi
negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap
individeu dan masyarakat.
3) Inflasi akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang-orang yang
Berpendapatan Tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
25
individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli
masyarakat juga akan menurun.
4) Inflasi akan Mengurangi Nilai Kekayaan Perusahaan dan
Masyarakat yang Berbentuk Uang.
Sebagian kekayaan perusahaan dan masyarakat dalam
bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan
dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan
keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
5) Memperburuk Pembagian Kekayaan.
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pendapatnnya, dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan
dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Menurut para ekonom islam (Karim, 2007), inflasi berakibat
sangat buruk bagi perekonomian karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran
di muka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepas
diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi
26
tersebut. Inflasi juga mengakibatkan terjadinya inflasi kembali,
atau dengan kata lain ‘self feeding inflation’
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save)
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal
propensity to consume)
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi
ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,
transportasi, dan lainnya.
4. Non Performing Finance (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing finance (NPF)
adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut
Sudarsono (2008:123), pembiayaan non lancar atau yang dikenal
dengan istilah non performing finance (NPF) dalam perbankan syariah
adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang aktiva produktif.
27
Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan non
performing finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta
golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.
Rasio non performing finance (NPF) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 x 100%
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 Lampiran 14, non performing financing (NPF) diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. Non performing finance (NPF) yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin
besar. Oleh karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga atas
risiko kredit macet. Sehingga akan menghambat keinginan bank untuk
ekspansi dan memperbesar asetnya. Kredit dalam hal ini adalah kredit
28
yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank
lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar
(KL), diragukan (D) dan macet (M). Sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya Non Performing Finance
(NPF) yang baik adalah di bawah 5%.
5. Return on Asset (ROA)
Profitabilitas merupakan hal penting untuk mengetahui
perkembangan suatu perusahaan karena dengan profitabilitas
manajemen dapat mengukur kemampuan dan kesuksesan perusahaan
dalam menggunakan aktivanya. Bank yang sehat adalah bank yang
diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas
standar yang ditetapkan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh pendapatan di atas biaya-biaya yang
diperhitungkan. Menurut Gitman (2003) pada buku yang berjudul
Principal of Managerial Finance menjelaskan Bahwa: “Profitability is
the relationship between revenues and cost generated by using the
firm’s asset-Both current and fixed- in productive activities”.
Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pembiayaan dari luar. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.
29
Rasio Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset
perusahaan untuk mengukur efektivitas penggunaan aset perusahaan.
(Houston, 2001). Rasio Return on Asset (ROA) memberikan informasi
seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio
ROA mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh
bank tersebut maka semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan
asetnya (Siamat, 2005). Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return on
Asset (ROA) rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan
keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi
suatu bank.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan Aset
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin
melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai
riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000). Inflasi juga merupakan
fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap variabel
makroekonomi lainnya secara agregat dan juga berperan dalam
mempengaruhi mobilisasi dana melalui lembaga keuangan formal.
Salah satu dampak inflasi yang dikemukakan Sukirno dalam
bukunya yang berjudul Teori Pengantar Makroekonomi (2004:338)
30
yaitu inflasi yang tinggi akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Hal ini tentu
sangat berkaitan dengan Bank Syariah khususnya dari sisi aset dimana
aset perbankan syariah didominasi oleh investasi produktif dalam
bentuk pembiayaan. Ketika tingkat inflasi tinggi maka daya beli
masyarakat akan menurun ketika daya beli masyarakat turun maka
konsumsi akan juga menurun dan kegiatan usaha akan lesu hal ini
menyebabkan permintaan akan pembiayaan bank syariah menurun
sehingga bank syariah juga akan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan aset nya serta berpotensi mengalami perlambatan
pertumbuhan aset.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Ida Syafrida &
Indianik Aminah (2015) yang menyatakan inflasi sebagai faktor
eksternal yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan bank syariah.
dan juga penelitian dari Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan
inflasi memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah
selama periode penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
31
a. H01: Tidak terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha1: Terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap pertumbuhan aset
(Asset Growth).
2. Hubungan Non-Performing Finance dengan Pertumbuhan Aset
Non-Performing Finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah
adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta
golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian
(Rivai, 2007)
Menurut surat edaran BI No.3/30/DPNP tangggal 14 Desember
2001 Lampiran 14, non performing finance (NPF) diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. Non performing Finance (NPF) yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin
besar. Hal ini berdampak pada bank harus menanggung kerugian dalam
kegiatan operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga
32
atas risiko pembiayaan macet. Sehingga akan menghambat keinginan
bank untuk ekspansi dan memperbesar asetnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Zakaria Arrazy (2015), Nur
Awwalunnisa (2016) dan Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan
bahwa NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan total
aset perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. H02: Tidak terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance
terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha2: Terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance
terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).
3. Hubungan Return on Asset dengan Pertumbuhan Aset
Sebagai salah satu dari rasio yang menunjukkan profitabilitas suatu
perusahaan dalam hal ini adalah bank, Return on Asset (ROA)
memberikan informasi seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ROA mengindikasikan seberapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bank tersebut maka semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan asetnya (Siamat, 2005). Dimana profit
yang dihasilkan bank dapat menjadi salah satu sumber modal bagi bank
syariah dalam memperbesar asetnya, di samping itu sebagaimana
Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan
33
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pembiayaan dari luar. dalam kaitannya dengan bank syariah
pembiayaan dari luar yaitu yang berasal dari dana pihak ketiga ataupun
investor yang membeli surat berharga yang dikeluarkan oleh bank
syariah tersebut, dimana dana yang diperoleh dapat digunakan untuk
memperbesar aset bank.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat profitabilitas
bank yang dilihat dari semakin tingginya rasio return on asset akan
berdampak pada semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan aset dari bank
tersebut, dimana hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Deden Fathurrahman (2013) yang menyatakan secara simultan ROA,
NPF, inflasi, GDP dan bunga simpanan bank konvensional/ deposito
memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H03: Tidak terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha3: Terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
34
C. Penelitian Terdahulu
Penelitan yang dilakukan dalam skripsi ini merupakan tindak lajut
dari penlitian sebelumnya yang terkait, dan dapat berfungsi sebagai
pengembangan, penyempurnaan, ataupun penegasan dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Zakaria
Arrazy
(2015)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Pengaruh DPK,
FDR, NPF
Terhadap
Pertumbuhan
Aset Bank
Umum Syariah
(BUS) di
Indonesia
Tahun 2010-
2014
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen
yaitu NPF
dan Variabel
Dependen
Pertumbuhan
Aset, serta
Alat yang
digunakan
Regresi
Linier
berganda
Peneliti tidak
menggunakan
variabel DPK
dan FDR
serta Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
DPK, FDR dan
NPF secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
aset dengan
nilai
probabilitas
masing-masing
lebih kecil dari
0,05 pada
sedangkan
DPK, FDR dan
NPF secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap PA
35
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
2 Ida Syafrida
& Indianik
Aminah
(2015)
PNJ
Faktor
Perlambatan
Pertumbuhan
Bank Syariah
di Indonesia
dan Upaya
Penanganannya
Deskriptif
Kualitatif
dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independent
yaitu Inflasi
dan Variabel
Dependent
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Alat yang
diguanakan
oleh peneliti
hanya analisis
regresi
berganda
tanpa
deskriptif
kualitatif
Jumlah
pembiayaan
UMKM,
Jumlah
pembiayaan
murabahah dan
banyaknya
jaringan kantor
(faktor
internal) serta
IHSG, kurs
IDR/USD dan
Inflasi (faktor
eksternal)
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan
bank syariah.
3 Deden
Faturrahman
(2013)
Universita
Widyatama
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Total Aset
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode
Penelitian
2008-2012
Metode
Deskriptif
dan Metode
Verifikatif
Variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset dan
Variabel
independen
yaitu ROA,
NPF dan
Inflasi
Metode yang
digunakan
peneliti
sekarang
adalah regresi
linier
berganda dan
Objek
penelitian
hanya bank
umum syariah
nasional
devisa
Secara
simultan ROA,
NPF, inflasi,
GDP dan
bunga
simpanan bank
konvensional/
deposito
memiliki
pengaruh yang
signifikan serta
memiliki
hubungan yang
sangat kuat
dengan
pertumbuhan
total aset
perbankan
syariah selama
periode
penelitian.
Sedangkan
secara parsial
NPF, GDP dan
bunga
simpanan bank
konvensional/
deposito
36
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
total aset
perbankan
syariah selama
periode
penelitian.
4 Ida Syafrida
&
Ahmad
Abror
(2011)
PNJ
Faktor-Faktor
Internal dan
Eksternal yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah di
Indonesia
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
pertumbuhan
aset
perbankan
syariah dan
variabel
independen
yaitu NPF
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
jumlah kantor
bank syariah,
rasio FDR,
biaya promosi
dan office
chaneling,
serta Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
aset perbankan
syariah adalah
jumlah kantor,
rasio FDR, dan
biaya promosi
5 Nur
Awwalunnisa
(2016)
UNAIR
Determinasi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah di
Provinsi Nusa
Tenggara Barat
Uji Korelasi
Pearson dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen
yaitu NPF,
dan Tingkat
Inflasi, serta
variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset
perbankan
syariah
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
jumlah kantor
bank syariah,
equivalent
rate,
pembiayaan,
FDR, produk
domestik
regional bruto
dan tingkat
suku bunga
perbankan
konvensional
Variabel
jumlah kantor
bank syariah,
Finance to
Deposit Ratio
(FDR), Non
Performing
Finance (NPF)
dan suku
bunga
perbankan
konvensional
secara parsial
maupun
simultan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
37
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
aset perbankan
syariah di
provinsi Nusa
Tenggara Barat
6 Diamantin
Rohadatul
Aisy
(2016)
UNAIR
Pengaruh
Faktor
Eksternal dan
Internal
terhadap
Pertumbuhan
Aset Bank
Syariah di
Indonesia tahun
2006-2015
Partial
Least
Square
Variabel
dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Perbankan
Syariah dan
Variabel
Independen
yaitu Inflasi
dan ROA
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
pertumbuhan
GDP, BI rate,
jumlah uang
beredar, FDR,
DPK dan
jumlah kantor
serta layanan
syariah
Baik faktor
internal
maupun faktor
eksternal tidak
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
aset perbankan
syariah di
Indonesia
7 M. Nur
Rianto Al-
Arif
(2014)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Office
Channeling and
Its Impact on
the Growth of
Indonesian
Islamic
Banking
Industri
Ordinary
Least
Square/OLS
regression
Variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset bank
syariah dan
variabel
Independen
yaitu NPF
Peneliti
sekarang
tidak
menggunakan
variabel
dummy
berupa office
channeling
dan hanya
mengukur
pertumbuhan
aset
Office
Channeling
tidak memiliki
pengaruh
terhadap
Pertumbuhan
Bank syariah
yang diukur
berdasarkan
pertumbuhan
aset dan
pertumbuhan
DPK
38
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Fathia
(2015)
Universitas
Syiah
Kuala
Pengaruh Dana
Pihak ke Tiga,
Jumlah Kantor
Bank (JKB),
dan
Pembiayaan
Tergadap
Pertumbuhan
Aset pada
Perbankan
Syariah
Analisis
Regresi
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Peneliti
menggunakan
variabel
independen
yaitu ROA,
inflasi dan
NPF
DPK, JKB dan
pembiayaan
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
aset. Secara
parsisal DPK,
JKB, dan
pembiayaan
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
aset.
9 Salman
Ahmed
Shaikh
(2013)
MPRA
Determinants
of Islamic
Banking
Growth in
Pakistan
Statistik
inferensial
dan
deskriptif
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
aset.
Peneliti
menggunakan
metode
analisis
regresi
berganda. dan
variabel
independen
yaitu inflasi,
ROA dan
NPF.
Pertumbuhan
aset
berhubungan
secara positif
dengan rasio
profitabilitas
dan juga
Pertumbuhan
deposito
memiliki
pengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
aset
39
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
10 Ellyn Herlia
Nur Hidayah
(2008), UI
Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset dan
variabel
independen
yaitu NPF
dan ROA
Peneliti tidak
menggunakan
variabel DPK
dan SBI serta
Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
aset perbankan
syariah adalah
dana pihak
ketiga dan SBI.
Variabel non
performing
finance dan
return on asset
berdasarkan
hasil penelitian
ternyata tidak
signifikan
Sumber : diambil dari berbagai sumber
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterpretasikan hasil data
yang telah diolah. Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti
mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek
yang akan diteliti adalah Inflasi, Non Performing Finance (NPF) dan Return
on Asset (ROA) sebagai variabel independen. Sedangkan yang akan
menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan aset (asset growth).
40
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara
dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh Inflasi, Non
Performing Finance (NPF) dan Return on Asset (ROA) terhadap
Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang didapatkan dari Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
Nasional Devisa yang dipublikasikan untuk umum periode 2011-2016.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data panel
triwulan I tahun 2011 sampai triwulan IV tahun 2016. Data penelitian yang
mencakup data periode 2011 sampai 2016 dipandang cukup mewakili
kondisi perbankan syariah saat itu dan indikator-indikator keuangan
perbankan syariah pada periode itu.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang diamati atau
ukuran yang diperoleh dari seluruh individu atau objek yang terkait
(Douglas, 2014). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan triwulan seluruh Bank Umum Syariah Devisa yang
42
terdaftar di Bank Indonesia selama periode Triwulan I 2011 sampai
Triwulan IV 2016.
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya
sebagian populasi saja yang diambil untuk menentukan sifat dan ciri
yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, Metode Penelitian
Kuantitatif, 2014). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Purposive sampling. Menurut Sofyan Siregar
(2011:148), Purposive sampling adalah teknik penelitian sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis Inflasi, Non Performing Finance dan Return on Asset
terhadap pertumbuhan aset bank umum syariah devisa yang terdaftar di
Bank Indonesia. Sampel penelitian ini diambil dari laporan keuangan
bank syariah triwulan selama periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan IV 2016. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Perusahaan tersebut adalah termasuk Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.
b. Perusahaan yang diteliti merupakan Bank Syairah Devisa, yang
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap di website
masing-masing Bank Syariah Devisa, sejak periode 2010 sampai
dengan desember 2016.
43
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut
selama periode penelitian dan memiliki variabel-variabel yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
d. Perusahaan berstatus sebagai bank devisa selama periode penelitian.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka sampel yang
diperoleh untuk penelitian ini terdapat 4 Bank Umum Syariah Devisa
yang sesuai dengan kriteria di atas, yaitu:
1) Bank Muamalat Indonesia
2) Bank Syariah Mandiri
3) Bank Negara Indonesia Syariah
4) Bank Mega Syariah
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yag digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber
dari:
1. Penelitian Pustaka (library research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis,
44
seminar, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2. Penelitian Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dari laporan keuatngan dari masing-masing Bank Umum Syariah
Devisa selama periode triwulan maret 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
sampai dengan desember 2016 yang bisa dilihat dari situs masing-
masing perusahaan sampel, kemudian dicatat dan diolah sendiri dari
data yang sudah tersedia.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk
angka. Sesuai dengan bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
dengan menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2014:38).
Sedangkan untuk menguji hipotesis dari variabel menggunakan teknik
analisis regresi. Regresi digunakan untuk mengukur hubungan antara dua
variabel atau lebih selain itu menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013:96). Terdapat dua
jenis analisis regresi yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier
berganda karena jumlah variabel bebas (independent) yang digunakan lebih
dari satu yang mempengaruhi satu variabel terikat (dependent). Input data
dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2013,
45
pengolahan dan analisis data penelitian ini menggunakan Software Eviews
9. untuk menjelaskan hubungan variabel independen dan variabel dependen.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptf memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel.
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan
data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut. (Ghozali, 2011)
2. Penentuan Model Regresi
Salah satu bentuk yang paling sering digunakan dalam studi
ekonometrika adalah data panel. Data dengan karakteristik panel adalah
data yang berstruktur urut waktu sekaligus cross section. Data semacam
ini dapat diperoleh misalnya dengan mengamati serangkaian observasi
cross section (antarindividu) pada suatu periode tertentu (Ariefianto,
2012). Secara umum dengan menggunakan data panel kita akan
menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap
perusahaan dan setiap periode waktu. Oleh karena itu dalam
mengestimasi persamaan akan sangat tergantung dari asumsi yang kita
buat teentang intersep, koefisien slope dan variabel ganguannya.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi
46
model regresi dengan data panel, yaitu pooling least square (common
effect), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek random
(random effect).
a. Common Effect Model
Common efferct merupakan model teknik yang paling
sederhana, yaitu dengan mengansumsikan bahwa data gabungan
yang ada, menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis
regresi dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu.
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan
keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda,
bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan
kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2011).
b. Fixed Effect Model
Fixed effect atau efek tetap adalah suatu model yang dapat
menunjukkan perbedaan konstanta antarobjek, meskipun dengan
koefisien regresor yang sama. Efek tetap di sini maksudnya adalah
bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya digunakan
variabel semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga
disebut dengan Least Squares Dummy Variables atau disingkat
LSDV (Winarno, 2011).
47
c. Random Effect Model
Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,
metode efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki
hubungan antarwaktu dan antarobjek. Namun untuk menganalisis
dengan metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data
silang harus lebih besar daripada banyaknya koefisien (Winarno,
2011).
Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan
random effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini
digunakan dalam regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat
dalam mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan,
pertama chow test, digunakan untuk memilih antara model common
effect atau fixed effect. Kedua, hausman test digunakan untuk memilih
antara model fixed effect atau random effect yang terbaik dalam
mengestimasi regresi data panel (Rosadi, 2012).
a. Uji Chow
Chow test atau uji chow merupakan uji membandingkan
model common effect dengan fixed effect. Chow test dalam
penelitian ini menggunakan program Eviews. Hipotesis yang
dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut:
48
H0 : Model Common Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari a. Sebaliknya, H0
diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nila a yang digunakan
sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
b. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan
random effect dalam menentukan model yang terbaik untuk
digunakan sebagai model regresi data panel. Hausman test
menggunakan program yang serupa dengan Chow test yaitu program
Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah
sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian uji asumsi klasik digunakan untuk menguji jika semua
asumsi klasik terpenuhi maka menghasilkan estimator yang linier, tidak
49
bias dan mempunyai varian yang minimum Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji normalitas terhadap
serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka
dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik. Sedangkan bila
data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non
parametrik. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan melihat analisis grafik histogram, grafik
Normality Probability Plot (P-Plot) dan analisis statistik (Ghozali,
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, 2013).
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Dalam analisis multivariat, para peneliti
menggunakan pedoman kalau tiap variabel terdiri atas 30 data, maka
data sudah berdistribusi normal. Apabila analisis melibatkan 3
variabel, maka diperlukan data sebanyak 3x30=90. Meskipun
demikian, untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat
analisis dan Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan histogram
dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
50
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat
normal. Rumus yang digunakan adalah:
𝐽𝑎𝑟𝑞𝑢𝑒 − 𝐵𝑒𝑟𝑎 = 𝑁 − 𝑘
6 (𝑆2 +
(𝐾 − 3)2
4)
S adalah skewness, K adalah Kurtosis, dan k
menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan di dalam
persamaan.
Sebernarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar
histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva
normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat
koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat
saling mendukung.
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal.
Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila anda
menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka
data berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah
data berdistribusi normal). (Winarno, 2011)
b. Uji Multikoloneritas
Uji Multikoloneritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(Independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013).
51
Multikolinearitas tidak mengubah sifat parameter OLS
sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Parameter yang
diperoleh adalah valid untuk mencerminkan kondisi populasi dan ia
adalah yang terbaik (dalam artian memiliki varians yang minimum)
di antara estimator linier. Namun demikian, keberadaan
multikolinearitas bukannya tidak berdampak negatif. Dapat
ditunjukkan bahwa keberadaan kolinearitas akan menyebabkan
varians parameter yang diestimasi akan menjadi lebih besar dari
yang seharusnya, dengan demikian tingkat presisi dari estimasi akan
menurun. Konsekuensi lanjutnya adalah rendahnya kemampuan
menolak hipotesis null (Power of Test). (Ariefianto, 2012)
Kondisi terjadinya multikolinearitas ditunjukkan dengan
berbagai informasi berikut : (Winarno, 2011)
1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang
tidak signifikan
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel
independen. Apabila koefisiennya rendah maka tidak
terdapat multikolinearitas.
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini
dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
(atau lebih) variabel independen yang secara bersama-
sama (misalnya X2 dan X3) mempengaruhi satu variabel
independen yang lain (misalnya X1).
52
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Asumsi penting (asumsi Gauss Markov) dalam penggunaan
OLS adalah varians residual yang konstan. Varians dari residual
tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih variabel bebas.
Jika asumsi ini terpenuhi, maka residual disebut homokedastis, jika
tidak, disebut heterokedastis. Terlanggarnya asumsi ini (disebut
heterokedastisitas) tidak menyebabkan estimator (βi) menjadi bias
karena residual bukanlah komponen dalam perhitungan. Namun
demikian, heterokedastisitas menyebabkan standar error dari model
regresi menjadi bias, dan sebagai konsekuensinya matriks varians-
kovarians yang digunakan untuk menghitung standar error
parameter menjadi bias pula. Seperti yang diketahui, pengujian
hipotesis baik t test maupun F test sangatlah terikat pada standar
error yang benar. Dengan demikian masalah heterokedastisitas akan
menyebabkan pengambilan kesimpulan menjadi tidak valid.
(Ariefianto, 2012)
53
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Beberapa
metode tersebut adalah (Winarno, 2011) :
1) Meteode grafik
2) Uji park
3) Uji Glejser
4) Uji Korelasi Spearmen
5) Uji Goldfeld-Quandt
6) Uji Bruesch-Pagan-Godfrey
7) Uji White
Dalam penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan
menggunakan metode uji white. Uji White menggunakan residual
kuadrat sebagai variabel dependen, dan variabel independennya
terdiri atas variabel independen yang sudah ada, ditambah dengan
kuadrat variabel independen, ditambah lagi dengan perkalian dua
variabel independen. (Winarno, 2011)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
54
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2013).
Autokorelasi dapat dideteksi dengan beberapa cara yaitu uji
Durbin-Watson, Uji Lagrange Multiplier, Run Test dan Uji Box
Pierce Ljung Box, cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi peneliti menggunakan metode uji D
Langrange Multiplier atau nama lainnya yaitu uji Breusch-Godfrey.
Dimana dalam Eviews uji ini dilakukan dengan memperhatikan nlai
Obs*R-Squared dan nilai Probability-nya. Nilai Obs*R-Squared
berasar dari koefisien determinasi dikalikan dengan banyaknya
observasi. (Winarno, 2011)
1) Bila nilai probability > α=5%, berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Bila nilai Probability < α=5%, berarti ada autokorelasi.
Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi,
maka estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik berikut ini
(Winarno, 2011) :
1) Estimator metode kuadrat terkecil masih linier
2) Estimator kuadrat terkecil masih tidak bias.
3) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai
varian yang minimum (no longer best).
55
Menurut Imam Ghozali (2013:121), jika pada model regresi
terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara
lain:
1) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak
dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk
fungsi persamaan regresi tidak benar.
2) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi
model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel
sebagai berikut:
𝑌𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2𝑋𝑡 + 𝜇𝑡
Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti
autoregressive AR(1) sebagai berikut:
𝜇𝑡 = 𝜌𝜇𝑡 − 1 + 𝜀𝑡 − 1 < 𝜌 < 1
Asumsi 𝜌 tidak diketahui nilainya
Nilai 𝜌 diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik
secara sederhana nilai 𝜌 dapat diestimasi dengan
menggunakan d statistik dengan rumus seperti di bawah ini:
𝜌 = 1 − 𝑑
2
Keterangan: d = durbin-watson
56
Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Thei dan Nagar
mengajukan rumus untuk menghitung nilai 𝜌 sebagai
berikut:
𝜌 = 𝑛2 (1 − 𝑑
2 ⁄ ) + 𝑘2
𝑛2 − 𝑘2
𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛:
𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Regresi linier
berganda membentuk hubungan antara dua variabel bebas atau lebih
terhadap variabel terikat. Regresi berganda menggunakan tingkat
keyakinan (Signifikansi) α = 5%.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda
digunakan untuk mengetahui keakuratan hubungan antara Pertumbuhan
Aset (variabel dependen) dengan inflasi, NPF dan ROA sebagai variabel
yang mempengaruhi (variabel independen) dengan persamaan:
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝜀
Dimana
Y = Pertumbuhan Aset (Asset Growth)
α = Konstanta (Tetap)
57
β1-β3 = Koefisien variabel independen, apabila β positif maka akan
terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y), sedangkan jika
nilai β negatif akan terjadi penurunan pada variabel
dependen Y
X1 = Tingkat Inflasi
X2 = Non-Performing Finance (NPF)
X3 = Return on Asset (ROA)
ɛ = Kesalahan/error
5. Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap uji Hipotesis perlu digunakan
regresi melalui uji t maupun F dan determinasi. Tujuan dilakukannya
analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan.
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji
statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98)
1) Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat
signifikansi 5%. Hipotesis diterima jika tingkat signifikansi <
58
5% (kurang dari 0,05) dan hipotesis ditolak apabila tingkat
signifikansi (lebih dari 0,05) > 5%.
2) Membandingkan t hitung dengan t tabel, keputusan menolak
atau menerima H0 sebagai berikut:
a) Jika nilai t hitung > nilai t tabel, maka H0 ditolak atau
menerima Ha.
b) Jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka H0 diterima atau
menolah Ha
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan (Ghozali, 2013:98)
1) Kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi
(lebih dari 0,05) > 0,05 maka H1 ditolak sedangkan apabila nilai
signifikansi (kurang dari 0,05) < 0,05 maka H1 diterima.
2) Membandingkan F hitung dengan F tabel, keputusan menerima
atau menolah H0 sebagai berikut:
a) Jika F hitung < F tabel, maka menerima H0 yang berarti
bersama-sama variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen.
59
b) Sebaliknya jika F hitung > F tabel, maka menolak H0 berarti
secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi
variable dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-
fit dari model regresi. Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen
amat terbatas (Ghozali, 2013:97).
Semakin R2 mendekati 1 maka semakin baik/kuat model
regresi tersebut semakin mendekati angka nol maka variabel
independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabilitas
dari variabel dependen atau pengaruh semakin lemah.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
60
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel lain (variabel bebas) (Siregar,
2013) fenomena digambarkan oleh variabel-variabel dependen yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel terikat dalam penelitian
ini berupa:
a. Pertumbuhan Aset
Pertumbuhan aset ini dapat didefinisikan sebagai perubahan
atau tingkat pertumbuhan tahunan dari total aset. Asset Growth
secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1) × 100
Keterangan
PA = Pertumbuhan Aset
TA = Total Aset periode t
TAt-1 = Total Aset untuk periode t-1
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen atau variabel tidak terikat adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun secara
negatif. Variabel bebas dalam penelitian ini beruapa:
61
a. Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang memiliki
dampak luas terhadap variabel makroekonomi lainnya secara
agregat dan juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana
melalui lembaga keuangan formal. Dalam banyak sumber dijelaskan
bahwa, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, terjadi
terus-menerus dari suatu perekonomian (Nurul Huda, 2008).
Menurut Sukirno (Sukirno, Makroekonomi Modern, 2004) inflasi
adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan
tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu
tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Cara
pengukuran inflasi yaitu:
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝐻𝐾𝑡− 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1
b. Non Performing Finance (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing finance
(NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan
yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan
menurut Sudarsono (2008:123), pembiayaan tidak lancar atau yang
dikenal dengan istilah non performing finance (NPF) dalam
perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu
62
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang aktiva produktif.
Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan non
performing finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet
serta golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Rasio non performing finance (NPF) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 x 100%
c. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan
perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki
untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak
manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen
perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin
besar ROA berarti semakin efisien si pengguna aktiva perusahaan
63
atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa
dihasilkan laba yang lebih besar dan sebaliknya (Sudana, 2011).
𝑅𝑒𝑡𝑟𝑢𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Tabel 3.1
Ringkasan Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Independen Inflasi 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 =
𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1
Rasio
Non-
Performing
Finance
(NPF)
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 x 100% Rasio
Return on
Asset
(ROA)
𝑅𝑒𝑡𝑟𝑢𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 Rasio
Dependen
Pertumbuhan
Aset (Asset
Growth)
𝑃𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1) × 100 Rasio
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah Nasional Devisa berdasarkan statistik perbankan syariah yang
dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan per-Desember 2015 dengan total
Bank Umum Syariah Nasional Devisa adalah 6 bank yang merupakan
besarnya populasi dalam penelitian ini.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dalam penelitian
dilakukan dengan metode puposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Sampel yang dipilih oleh peneliti
adalah Bank Umum Syariah Nasional Devisa yang menyajikan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai laporan
keuangan perusahaan.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun kriteria yang digunakan
dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
65
a. Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah Nasional Devisa
berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank
Indonesia per-Desember 2015
b. Menerbitkan serta mempublikasikan Laporan Keuangan 2010-2016
c. Data tersedia lengkap (data mengenai rasio-rasio keuangan dan
bagian-bagian yang membentuknya).
d. Berstatus sebagai Bank Devisa selama periode penelitian.
Tabel di bawah ini menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitan ini. Berdasarkan tabel di
bawah dapat diketahui bahwa statistik perbankan syariah yang
dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan per-Desember 2015 terlihat
bahwa jumlah Bank Umum Syariah Nasional Devisa ada 6 bank.
Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel diperoleh sampel sebanyak 4
bank. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah selama 6
(enam) tahun per triwulan dari kuartal 1 tahun 2011 hingga 2016. Jadi,
total sampel yang diteliti sebanyak 96 data laporan tahunan Bank Umum
Syariah Nasional Devisa. Berikut tabel yang menyajikan proses seleksi
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode Nama Bank
1 BMI Bank Muamalat Indonesia
2 BMS Bank Mega Syariah
3 BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
4 BSM Bank Syariah Mandiri
66
Tabel 4.2
Proses Seleksi Sampel
No Kriteria Melanggar
Kriteria
Jumlah
Sampel
BUSN
Devisa
Total
Sampel
1
Perusahaan Merupakan
Bank Umum Syariah
Nasional berdasarkan
statistik perbankan syariah
yagn dipublikasikan Bank
Indonesi per-Desember
2015
6 6
2
Menerbitkan serta
mempublikasikan laporan
keuangan selama periode
2010-2016
1 5 5
3
Data tersedia lengkap (data
mengenai rasio-rasio
keuangan dan bagian-
bagian yang
membentuknya)
5 5
4 Berstatus sebagai bank
devisa selama periode
penelitian
2 4 4
Jumlah Sampel yang memenuhi kriteria 4
Total Periode Pengamatan (Triwulan) 24
Jumlah Total Sampel 96
Sumber : Data Sekunder Diolah
B. Gambaran Umum Data Penelitian
Data dalam penelitian ini deperoleh dari laporan keuangan per-triwulan
yang dipublikasikan oleh masing-masing bank umum syariah nasional
devisa yang termasuk dalam sampel, mulai dari maret 2011 sampai
desember 2016. Berikut gambaran secara umum data dalam penelitian :
67
1. Pertumbuhan Aset (Asset Growth)
Tabel 4.3
Pertumbuhan Aset
Bank Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BMI 51,47% 38,10% 21,94% 14,11% -8,40% -2,42%
BMS 20,01% 46,70% 11,72% -22,79% -21,05% 10,35%
BNIS 32,40% 25,73% 38,17% 32,52% 18,09% 23,01%
BSM 49,84% 11,42% 17,95% 4,65% 5,12% 12,03%
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Grafik 4.1
Pertumbuhan Aset
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Dari tabel dan grafik pertumbuhan aset di atas, dapat dilihat bahwa
pertumbuhan aset bank umum syariah nasional devisa, khususnya empat
bank sampel dalam penelitian ini cenderung mengalami tren penurunan,
terutama pada tahun 2013 sampai 2015. Hanya Bank Negara Indonesia
(BNI) Syariah yang terlihat konsisten berada di atas 15%. Sementara
itu kondisi yang memprihatinkan terlihat dialami oleh Bank Mega
Syariah dimana pada tahun 2014 pertumbuhan aset menyentuh angkan
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
BMI BMS BNIS BSM
68
–(negatif)22,79%, yang berati total aset yang dimiliki BMS justru
berkurang dibanding tahun sebelumnya.
2. Inflasi
Tabel 4.4
Data Inflasi
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
januari 7,02% 3,65% 4,57% 8,22% 6,96% 4,14%
februari 6,84% 3,56% 5,31% 7,75% 6,29% 4,42%
Maret 6,65% 3,97% 5,90% 7,32% 6,38% 4,45%
April 6,16% 4,50% 5,57% 7,25% 6,79% 3,60%
Mei 5,98% 4,45% 5,47% 7,32% 7,15% 3,33%
juni 5,54% 4,53% 5,90% 6,70% 7,26% 3,45%
Juli 4,61% 4,56% 8,61% 4,53% 7,26% 3,21%
agustus 4,79% 4,58% 8,79% 3,99% 7,18% 2,79%
september 4,61% 4,31% 8,40% 4,53% 6,83% 3,07%
oktober 4,42% 4,61% 8,32% 4,83% 6,25% 3,31%
nopember 4,15% 4,32% 8,37% 6,23% 4,89% 3,58%
desember 3,79% 4,30% 8,38% 8,36% 3,35% 3,02%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 4.2
Laju Inflasi
Sumber : Bank Indonesia
Laju inflasi seperti yang terlihat pada tabel 4.4 dan tergambar pada
grafik 4.2 menunjukkan tingkat inflasi yang tinggi terutama sejak masuk
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
Jan
-11
May
-11
Sep
-11
Jan
-12
May
-12
Sep
-12
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Sep
-15
Jan
-16
May
-16
Sep
-16
Laju Inflasi
69
quartal 3 tahun 2013. Lalu sempat menurut pada quartal 3 tahun 2014,
namun kembali naik dan melonjak tajam menjelang akhir quartal 4 di
tahun yang sama.
3. NPF
Tabel 4.5
Non Performing Finance (NPF)
Bank Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BMI 2,60% 2,09% 1,35% 6,43% 7,11% 3,83%
BMS 3,03% 2,67% 2,98% 3,89% 4,26% 3,30%
BNIS 3,62% 2,02% 1,86% 1,86% 2,53% 2,94%
BSM 2,42% 2,82% 4,32% 6,84% 6,06% 4,92%
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Grafik 4.3
Non Performing Finance (NPF)
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Terlihat dalam tabel dan grafik di atas, tingkat rasio pembiayaan
bermasalah (NPF) mengalami kenaikan memasuki tahun 2014 dan
berada diangka yang cukup tinggi pada tahun 2014 dan 2015, terutama
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BMI BMS BNIS BSM
70
bagi dua bank yaitu Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri.
Sementara itu Bank Mega Syariah konsisten berada diangka 3%-4% dan
BNI Syariah konsisten diangka kisaran 2%.
4. Retrun on Asset (ROA)
Tabel 4.6
Return on Asset (ROA)
Bank Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BMI 1,52% 1,54% 1,37% 0,17% 0,20% 0,22%
BMS 1,58% 3,81% 2,33% 0,29% 0,30% 2,63%
BNIS 1,29% 1,48% 1,37% 1,27% 1,43% 1,44%
BSM 1,95% 2,25% 1,53% 0,17% 0,56% 0,59%
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Grafik 4.4
Return on Aset (ROA)
Sumber : Lap. Keuangan (data diolah)
Tabel 4.6 dan juga grafik 4.4 menunjukkan kekompakan keempat
Bank Umum Syariah Nasional Devisa dalam penelitian ini. Dimana
dalam tabel maupun grafik dapat dilihat bahwa keempat bank sama-
sama mengalami tingkat return on asset tertinggi pada tahun 2012,
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BMI BMS BNIS BSM
71
kemudiaan keempatnya sama-sama mengalami tren penurunan sejak
2013 sampai 2015, lalu mulai membaik pada tahun 2016. Namun dapat
dilihat juga di antara keempat bank tersebut hanya BNI Syariah yang
lonjakkan kenaikan atau penurunan tingkat ROA tidak signifkan dan
cenderung konsisten.
C. Hasil Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata, sandar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi).
Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel. Pada
penelitian ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari
masing-masing variabel.
Tabel di bawah ini menggambarkan statistik deskripsi seluruh
variabel dalam penelitian ini yang meliputi minimum, maksimum dan
mean (rata-rata). Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil
yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah
dilakukan terhadap bank sampel. Nilai maksimum menggambarkan
nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data
72
yang telah dilakukan. Sedangkan mean (rata-rata) menunjukkan nilai
rata-rata dari masing-masing variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Pertumbuhan Aset, Inflasi, Non Performing Finance (NPF), Retrun on
Aset (ROA), variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik
deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif
ASSET_GROWTH INFLASI NPF_GROSS ROA
Mean 0.196546 0.054928 0.037258 0.014485
Median 0.201003 0.050450 0.033500 0.014350
Maximum 0.551004 0.086000 0.072300 0.048600
Minimum -0.376219 0.030233 0.013500 -0.012100
Observations 96 96 96 96
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
a. Variabel Independen
1) Inflasi
Variabel Inflasi mempunyai nilai Mean sebesar
5,49% menandakan rata-rata inflasi pada periode penelitian
yaitu pada rentang waktu 2011 hingga 2016, hal ini tidak
dapat dibilang buruk mengingat kondisi perekonomian
global yang tidak baik pada periode tersebut. Sedangkan
73
nilai minimum inflasi bernilai sebesar 3,02% yang terdapat
pada peridoe quartal 3 tahun 2016 dan menunjukkan kondisi
ekonomi yang baik dan stabil.
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 juga menunjukkan
bahwa nilai inflasi maksimum 8,60% yang terjadi pada
periode quartal 3 tahun 2013, ini menunjukkan kondisi
perekonomian nasional yang kurang baik pada periode
tersebut.
2) NPF (Non Performing Finance)
Variabel NPF mempunyai nilai Mean sebesar 3,72%
semetara itu tingkat NPF yang dinyatakan sehat berdasarkan
ketetapan Bank Indonesia adalah <5%, maka dapat
dikatakan secara rata-rata selama periode peneletian pada
rentang waktu 2011 hingga 2016, keempat bank yang diteliti
memiliki tingkat NPF dengan kategori sehat.
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 juga menunjukkan
bahwa tingkat NPF minimum adalah 1,35% yang terdapat
pada Bank Muamalat Indonesia pada quartal 4 tahun 2013
yang menunjukkan kondisi pembiayaan yang cukup baik.
Sedangkan nilai maksimumnya adalah 7,23% yang terdapat
pada Bank Muamalat Indonesia pada quartal 2 tahun 2016,
angka tersebut menggambarkan kondisi yang sangat
memprihatinkan bagi Bank Muamalat Indonesia, dimana
74
berdasarkan peraturan Bank Indonesia hal tersebut akan
membuat Bank Muamalat mendapat perhatian dan perlakuan
khusus.
3) ROA (Return on Asset)
Variabel ROA mempunyai nilai Mean sebesar
1,44%, menandakan bahwa rata-rata Bank Umum Syariah
Nasional Devisa dalam penelelitian ini pada rentang waktu
2011 hingga 2016 mempunyai tingkat profitabilitas yang
dapat dikatakan kurang memuaskan jika dibandingkan
dengan Bank Konvensional.
Hasil Uji Statistik pada tabel 4.3 juga menunjukkan
bahwa nilai ROA minimum adalah -1,21% yang terdapat
pada Bank Mega Syariah pada quartal pertama tahun 2015,
yang berarti aset yang dimiliki tidak dikelola dengan efisien
untuk menghasilkan profit, dimana kondisi tersebut cukup
memprihatinkan. Sedangkan nilai maksimum ROA yaitu
sebesar 4,86% yang terdapat pada Bank Mega Syariah pada
quartal pertama tahun 2016, hal ini menunjukkan bank
dalam kondisi yang sehat dengan tingkat profitabilitas yang
cukup menjanjikan.
75
b. Variabel Dependen
1) Pertumbuhan Aset (Asset Growth)
Variabel Asset Growth mempunyai nilai Mean
19,65%, menandakan bahwa rata-rata Bank Umum Syariah
Nasional Devisa dalam penelitian ini pada rentang waktu
2011 hingga 2016 memiliki pertumbuhan asset yang dapat
dikatakan cukup baik. Nilai minimum asset growth yang
ditunjukkan oleh tabel 4.3 adalah sebesar -37,62% dimana
terdapat pada Bank Mega Syariah pada quartal 3 tahun 2015,
hal ini menggambarkan kondisi yang sangat memprihatinkan
dari kinerja bank tersebut. sedangkan nilai maksimumnya
terdapat pada Bank Syariah Mandiri pada quartal 3 tahun
2011 yaitu sebesar 55,10%, sangat baik dimana tingkat
pertumbuhan aset jauh di atas rata-rata pertumbuhan aset
perbankan secara nasional pada saat itu.
2. Penentuan Model Regresi Data Panel
Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan
random effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini
digunakan dalam regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat
dalam mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan,
pertama chow test, digunakan untuk memilih antara model common
effect atau fixed effect. Kedua, hausman test digunakan untuk memilih
76
antara model fixed effect atau random effect yang terbaik dalam
mengestimasi regresi data panel (Rosadi, 2012)
a. Uji Chow
Chow test atau uji chow merupakan uji membandingkan
model common effect dengan fixed effect. Chow test dalam
penelitian ini menggunakan program Eviews. Hipotesis yang
dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut:
H0 : Model Common Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari a. Sebaliknya, H0
diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nila a yang
digunakan sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
Tabel 4.8
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 18.011657 (3,89) 0.0000
Cross-section Chi-square 45.547466 3 0.0000
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dari tabel di atas diperoleh P-value sebesar 0,0000 yang
lebih kecil dari nilai signifikansi 5% sehingga H0 ditolak yang
berarti model regresi yang digunakan adalah model Fixed Effect.
77
b. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan
random effect dalam menentukan model yang terbaik untuk
digunakan sebagai model regresi data panel. Hausman test
menggunakan program yang serupa dengan Chow test yaitu
program Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test
adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
Tabel 4.9
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dari tabel di atas diperoleh P-value sebesar 1,0000 yang
lebih besar dari nilai signifikansi 5% sehingga H0 diterima yang
78
berarti model regresi yang digunakan adalah model Random
Effect.
Dari kedua test di atas didapatkan kesimpulan bahwa model regresi
data panel yang terbaik untuk model regresi dalam penelitian ini adalah
model regresi dengan model Random Effect.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan atas data sekunder dalam
penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas,
heterokedastisitas dan autokorelasi dengan hasil pengujian sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji
F mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Melalui Eviews 9 Test Jarque-
Bera dilakukan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak.
Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan Test Jarque-
Bera dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
79
Tabel 4.10
Uji Normalitas Jarque-Bera
0
2
4
6
8
10
12
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: ResidualsSample 1 96Observations 96
Mean -2.42e-17Median 0.015420Maximum 0.334679Minimum -0.466407Std. Dev. 0.163412Skewness -0.296760Kurtosis 3.122485
Jarque-Bera 1.469078Probability 0.479727
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai Jarque-Bera hitung
sebesar 1,469078 yang berarti tidak signifikan (lebih kecil dari
2) dan juga nilai probabilitas yang lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 5% yaitu 0,479727. Maka dapat disimpulkan
bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Pada model regresi yang baik seharusnya antar
variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya multikolinearitas, dilakukan dengan melihat
koefisien korelasi di antara variabel independennya, jika korelasi
lebih dari 0,85 maka dinyatakan terdapat multikolinearitas
80
dikarenakan 0,85 pada korelasi berarti hubungan yang kuat.
Korelasi antar variabel independen dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.11
Korelasi Variabel Independen
INFLASI NPF_GROSS ROA
INFLASI 1 -0.04760980600227806 -0.1280962192520643
NPF_GROSS -0.04760980600227806 1 -0.4387935387209108
ROA -0.1280962192520643 -0.4387935387209108 1
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada variabel
independen yang mempunyai korelasi dengan variabel
independen lainnya bernilai di atas 0,85%, seingga dapat
dikatakan data dalam penelitian ini tidak terdapat
multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan semua variabel
independen dalam model regresi terbebas dari problem
multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas. Salah
81
satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan uji white.
Apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared di bawah atau
lebih kecil dari α = 5% maka terjadi heterokedastisitas. Namun,
apabila probabilitasnya signifikan di atas 5% maka dapat
dikatakan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.
Tabel 4.12
Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.069277 Prob. F(3,92) 0.3661
Obs*R-squared 3.234520 Prob. Chi-Square(3) 0.3569
Scaled explained SS 3.152518 Prob. Chi-Square(3) 0.3687
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dari tabel 4.8 dapat dilihat Nilai Obs*R-squared pada hasil
di atas adalah 3,234 dan nilai probabilitasnya adalah 0,3569
(lebih besar dari α = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung heterokedastisitas atau bersifat
homokedastis
82
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linear ada koreslasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Dalam
penelitian ini menggunakan uji Breusch-Godfrey untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Berikut adalah tabel
yang menunjukkan hasil uji autokorelasi:
Tabel 4.13
Uji Breusch-Godfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 82.44384 Prob. F(2,90) 0.0000
Obs*R-squared 62.10272 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dasar Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai Probablitas chi-square > α=5%, berarti tidak
ada autokorelasi
83
2) Bila nilai Probabilitas chi-square < α=5%, berarti
terdapat masalah autokorelasi
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas chi-
square sebesar 0,0000 atau kurang dari α=5%, maka dapat
disimpulkan bahwa data mengandung masalah autokorelasi.
Berdasarkan hasi tersebut maka diperlukan sebuah perlakuan
khusus dengan menggunakan metode tertentu untuk
menghilangkan masalah autokorelasi. Menurut Winarno
(Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews , 2011)
salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghilangkan
masalah autokorelasi dalam data yaitu dengan menggunakan
metode diferensi tingkat pertama. Maka, setelah dilakukannya
metode tersebut, hasil uji Breusch-Godfrey adalah sebagaimana
ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Tabel 4.14
Uji Breusch-Godfrey (Diferensi Pertama)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.739838 Prob. F(2,89) 0.4801
Obs*R-squared 1.553599 Prob. Chi-Square(2) 0.4599
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dapat dilihat tabel di atas menunjukkan nilai Obs*R-squared
sebesar 1,5535 dan Probability Chi-square sebesar 0,4599
84
dimana lebih besar dari α=0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
sudah tidak terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakkukan dengan
menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis)
dengan model Random Effect sebagaimana telah dilakukan pada
pemilihan modle terbaik sebelumnya, yaitu dilakukan melalui uji
koefisien determinasi, uji statistik t, dan uji statistik F dengan
menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Apabila tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sebaliknya apabila
tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima.
a. Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
85
Tabel 4.15
Hasil Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.306977 0.087652 3.502239 0.0007
INFLASI? -0.462270 0.863540 -0.535319 0.5937
NPF_GROSS? -5.675457 1.175110 -4.829724 0.0000
ROA? 8.727654 1.570505 5.557227 0.0000
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Dari tabel di atas dapat dibuat model persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 0,307 – 0,462*inflasi – 5,675*NPF + 8,727*ROA
Bedasarkan persamaan regresi di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Koefisien konstanta sebesar 0,307, dengan ini dapat
diartikan bahwa Y (Asset Growth) akan bernilai 0,307%
jika, inflasi, Non-Performing Finance (NPF) dan Return
on Asset (ROA), masing-masing bernilai 0.
86
2) Variabel inflasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
0,462. Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan
tingkat inflasi sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap, maka akan menurunkan pertumbuhan aset Bank
Syariah sebesar 0,462%.
3) Variabel Non-Performing Finance (NPF) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar -5,675. Hal ini menyatakan
bahwa setiap penambahan tingkat Non-Performing
Finance (NPF) sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap, maka akan menurunkan pertumbuhan aset Bank
syariah sebesar 5,675%.
4) Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 8,727. Hal ini menyatakan bahwa setiap
penambahan tingat Return on Asset (ROA) sebesar 1%
dengan asumsi variabel lain tetap, maka terjadi kenaikan
pada pertumbuhan aset Bank Syariah dengan nilai
8,727%.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dapat menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0
(nol) dan 1 (satu). Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti
87
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan koefisien
determinasi dengan menggunakan nilai adjusted R-square untuk
mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R-square dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.16
Adjusted R-Square
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.059692 0.1673
Idiosyncratic random 0.133175 0.8327 Weighted Statistics R-squared 0.518043 Mean dependent var 0.081460
Adjusted R-squared 0.502327 S.D. dependent var 0.196073
S.E. of regression 0.138322 Sum squared resid 1.760231
F-statistic 32.96280 Durbin-Watson stat 0.560082
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.370655 Mean dependent var 0.196546
Sum squared resid 2.617276 Durbin-Watson stat 0.376679
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
88
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya
adjusted R-square adalah 0,502327 atau 50,23%. Hal ini berarti
50,23% variabel dependen pertumbuhan aset dapa dijelaskan
secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel
independen tersebut adalah inflasi, Non-Performing Finance
(NPF) dan Return on Asset (ROA), sedangkan sisanya sebesar
49,77% (100% - 50,23%) dijelaskan oleh variabel lain diluar
model regresi dalam penelitian ini. Dikarenakan besarnya
Adjusted R-square yang masih belum cukup mendekati 1 (satu)
yang menandakan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen masih terbatas.
Meskipun masih dapat dikatakan baik karena berada di atas
50%.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikan 5% atau 0,05. Apabila nilai
probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi siginifikan dan Ha
diterima. Sedangkan apabila nilai probabilitas > 0,05 maka
koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak.
89
Hasil uji signifikansi parameter individual (Uji Statistik t)
dapat dilihat pada tabel Output di bawah ini;
Tabel 4.17
Uji Statistik t
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.306977 0.087652 3.502239 0.0007
INFLASI? -0.462270 0.863540 -0.535319 0.5937
NPF_GROSS? -5.675457 1.175110 -4.829724 0.0000
ROA? 8.727654 1.570505 5.557227 0.0000
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Pada tabel di atas terlihat bahwa variabel independen Non-
Performing Finance (NPF) dan Return on Asset (ROA),
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset perbankan
syariah karena tigkat signifikansi masing-masing lebih kecil dari
tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan variabel independen inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset
dikarenakan memiliki tingkat signifikansi yang lebih besar dari
0,05. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih lanjut mengenai
hasil temuan pada tabel di atas:
90
1) Inflasi
Hipotesis pertama (Ha1) adalah tingkat inflasi
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pertumbuhan
aset bank syariah. dari hasil pengujian analisis regresi
diperoleh nilai t hitung sebesar (-0,535319) yang lebih kecil
dari nilai t tabel 1,66159 (negatif diabaikan) dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,5937 (lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa, yang berarti Ha1
ditolak.
2) Non-Performing Finance (NPF)
Hipotesis kedua (Ha2) adalah tingkat Non-
Performing Finance (NPF) berpengaruh secara parsial
terhadap Pertumbuhan aset Bank Syariah. dari hasil
pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar -
4,829724 yang lebih besar dari nilai t tabel 1,66159 (negatif
diabaikan) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 (lebih
kecil dari tingkat signifikan 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Non-Performing Finance
(NPF) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
91
Pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa,
yang berarti Ha2 diterima.
3) Return on Aset (ROA)
Hipotesis ketiga (Ha3) adalah tingkat Return on Asset
(ROA) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan
aset Bank Syariah. dari hasil pengujian analisis regresi
diperoleh t hitung sebesar 5,557227 yang lebih besar dari
nilai t tabel 1,66159 dengan tingkat signifikan sebesar
0,0000 (lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Aset (ROA)
berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan
aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa yang berarti Ha3
diterima.
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statisktik F menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji
statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikansi 0,05. Jika F hitung > F tabel dan
92
tingkat signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. Uji statistik-F
dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.18
Uji F statistik
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Weighted Statistics
R-squared 0.518043 Mean dependent var 0.081460
Adjusted R-squared 0.502327 S.D. dependent var 0.196073
S.E. of regression 0.138322 Sum squared resid 1.760231
F-statistic 32.96280 Durbin-Watson stat 0.560082
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.370655 Mean dependent var 0.196546
Sum squared resid 2.617276 Durbin-Watson stat 0.376679
Sumber : Data diolah (Output Eviews 9)
Hasil pengolahan data pada tabel di atas melalui F-
test terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 32,96 yang lebih besar
dari F tabel sebesar 2,70 dan nilai sigfikansi sebesar 0,000000 <
0,05. Uji ini menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan
secara bersama-sama untuk memprediksi tingkat Pertumbuhan
93
Aset. Hal ini membuktikan bahwa Inflasi, Non-Performing
Finance (NPF) dan Return on Asset (ROA), bersama-sama
secara simultan berpengaruh dengan signifkan terhadap
pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha4 diterima dalam model
regresi penelitian ini.
D. Interpretasi
1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Aset
Variabel inflasi memiliki nilai koefisien -0,462270, hal ini Berarti
bahwa setiap penambahan tingkat inflasi sebesar 1% dengan asumsi
variabel lain tetap, maka akan menurunkan pertumbuhan aset Bank
Syariah sebesar 0,462%. Namun, nilai probabilitas dari variabel inflasi
adalah sebesar 0,5937 > 0,05, maka dapat dikatakan secara individu
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan aset
Bank Umum Syariah Nasional Devisa.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa inflasi sebagai faktor eksternal
secara parsial atau individu tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa dalam
penelitian ini. Hal ini berarti kenaikan atau penurunan tingkat inflasi
yang terjadi meskipun sedikit mempengaruhi namun tidak signifikan
dan tidak menjadi masalah bagi bank syariah, khususnya bank syariah
yang termasuk bank devisa dalam melakukan ekspansi atau
94
menumbuhkan asetnya. Hal tersebut dapat dikarenakan perubahan
tingkat inflasi yang umumnya dapat dikendalikan oleh pemerintah dan
juga bank sentral sebagai regulator, di samping itu perubahan tingkat
inflasi juga dapat diprediksi oleh pelaku industri perbankan, sehingga
dapat dilakukannya tindakan-tindakan tertentu yang sifatnya preventif
ataupun strategi khusus oleh bank syariah dalam meminimalisir dampak
dari perubahan tingkat inflasi tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Diamatin Rohadatul Aisy (2016) dimana disebutkan bahwa baik faktor
internal maupun faktor eksternal (salah satunya adalah Inflasi) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peertumbuhan aset
perbankan syariah di Indonesia.
2. Pengaruh Non Performing Finance (NPF) Terhadap Pertumbuhan
Aset
Variabel Non-Performing Finance (NPF) memiliki nilai koefisien -
5,675457. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tingkat Non-
Performing Finance (NPF) sebesar 1% dengan asumsi variabel lain
tetap, maka akan menurunkan pertumbuhan aset Bank syariah sebesar
5,675%. Dan nilai probabilitas dari variabel NPF adalah sebesar 0,0000
< 0,05, maka dapat dikatakan NPF berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional
Devisa.
95
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Non-Performing Finance
(NPF) secara individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan aset bank umum syariah nasional devisa. Dimana hal ini
berarti jika tingkat Non-Performing Finance (NPF) mengalami
kenaikan, maka akan berdampak pada menurunnya tingkat
pertumbuhan aset bank syariah. hal ini dapat dikarenakan jika suatu
bank syariah memiliki rasio pembiayaan bermasalah yang cukup tinggi
maka bank tersebut harus mengalokasikan dana yang cukup tinggi pula
sebagai cadangan atas pembiayaan bermasalah tersebut. sehingga,
kemampuan bank untuk melakukan ekspansi atau menumbuhkan
asetnya menjadi terbatas.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zakaria Arrazy (2015) dimana dalam penelitian tersebut disimpulkan
bahwa Non-Performing Finance (NPF) secara parsial berpengaruh
terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
3. Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap Pertumbuhan Aset
Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai koefisien 8,727654
Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan tingat Return on Asset
(ROA) sebesar 1% dengan asumsi variabel lain tetap, maka terjadi
kenaikan pada pertumbuhan aset Bank Syariah dengan nilai 8,727%.
Dan nilai probabilitas dari variabel ROA adalah sebesar 0,0000 < 0,05,
96
maka dapat dikatakan ROA berpengaruh positif secara siginfikan
terhadap pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA)
secara individu berpengaruh positif serta signifikan terhadap
pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa. Hal ini berarti
setiap kenaikan tingkat rasio Return on Asset (ROA) suatu bank syariah,
akan diikuti oleh menaiknya tingkat pertumbuha aset bank tersebut. hal
ini dapat dikarenakan tingkat profit yang dihasilkan oleh suatu bank
dapat menjadi salah satu modal utama bagi bank tersebut dalam
melakukan ekspansi atau menumbuhkan asetnya.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
deden fathurrahman (2013) yang mengatakan bahwa Return on Asset
(ROA) memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan
yang kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis pembahasan yang telah dilakukan,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh parsial (individu) dan juga simultan (bersama-sama) variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut :
a. Variabel inflasi memiliki nilai koefisien -0,462270 dan nilai
probabilitas 0,5937 > 0,05, maka inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional
Devisa.
b. Variabel Non-Performing Finance (NPF) memiliki nilai koefisien -
5,675457 dan nilai probabilitas 0,0000 < 0,05, maka NPF
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan aset
Bank Umum Syariah Nasional Devisa.
c. Variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai koefisien 8,727654
dan nilai probabilitas 0,0000 < 0,05, maka ROA berpengaruh positif
secara siginfikan terhadap pertumbuhan aset Bank Umum Syariah
Nasional Devisa.
d. Variabel inflasi, Non-Performing Finance (NPF), Return on Asset
(ROA), bersama-sama secara simultan berpengaruh terhadap
98
pertumbuhan aset Bank Umum Syariah Nasional Devisa. Dengan
koefisien determinasi sebersar 0.5023.
2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel Return on Asset (ROA)
adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan aset
Bank Umum Syariah Nasional Devisa, karna memiliki koefisien paling
tinggi yaitu sebesar 8,727654.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan aset perbankan
syariah di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh performa bank itu
sendiri yaitu bagaimana bank syariah dapat menjaga kualitas dari
pembiayaan yang disalurkannya, dengan mengendalikan tingkat
pembiayaan bermasalah yang terlihat melalui rasio NPF. Selain itu juga
adalah bagaimana bank syariah dapat memperoleh laba secara maksimal
melalui pengelolaan aset yang effisien, dimana hal ini dapat dilihat dari
rasio ROA. Sedangkan inflasi sebagai pengaruh eksternal tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah di
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di antaranya:
1. Bagi bank syariah diharapkan agar dapat menumbuhkan asetnya dengan
melakukan pengendalian terhadap tingkat pembiayaan bermasalah dan
juga dengan menggunakan asetnya secara effisien sehingga
99
menghasilkan profit yang maksimal. Karena pertumbuhan aset yang
maksimal akan membuat bank syariah dapat bersaing untuk mengejar
market share dengan bank konvensional.
2. Bagi penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan
pendekatan lain ataupun ditambah dengan variabel lain yang mungkin
mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. dan juga
memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian
atau juga dengan memperbanyak sampel untuk penelitian yang akan
datang.
100
DAFTAR PUSTAKA
Aisy, D. R. (2016). Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal terhadap
Pertumbuhan Aset Bank Syariah di Indonesia Tahun 2006-2015. Surabaya:
UNAIR.
Ali, A. R. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Aminah, I. S. (2015). Faktor Perlambatan Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
dan Upaya Penanganannya. EKONOMI DAN BISNIS VOL 14 NO 1, 7-20.
Ariefianto, M. D. (2012). Ekonometrika : Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan EVIEWS. Jakarta: Erlangga.
Arif, M. N. (2015). Pengantar Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA.
Arrazy, Z. (2015). Pengaruh DPK, FDR, NPF terhadap Pertumbuhan Aset Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Awwalunnisa, N. (2016). Determinasi Aset Perbankan Syariah di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Surabaya: UNAIR.
Boediono. (2000). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Cleopatra, Y. P. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset
Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi, 24-25.
Douglas, W. S. (2014). Teknik-Tekik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Salemba Empat.
Faturrahman, D. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode Penelitian 2008-2012.
Bandung: Universitas Widyatama.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2011). Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gitman, L. J. (2003). Principle of Managerial Finance (10 ed.). United States:
Pearson education inc.
101
Houston, B. a. (2001). Manajemen Keuangan . Jakarta: Erlangga.
Houston, B. a. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Karim, A. A. (2007). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Karim, A. A. (2014). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (5 ed.). Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Khalwaty, T. (2000). Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.
Muhammad. (2005). Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di
Indonesia. yogyakarta: Graha ilmu.
Nachrowi, N. D. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta : PT Grafindo
Persada.
Nurul Huda, M. E. (2008). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta:
Kencana Presada Media Group.
Priyatno, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Rahardja, M. M. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian
Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Rivai, V. (2007). Bank and Financial Institution Management Conventional and
Sharia System. jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta: ANDI.
Rudiger Dornbush, a. f. (2004). Macroeconomic (9 ed.). New York: Mc Graw-Hill
Companies.
Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan
Perbankan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
Siregar, S. (2011). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Siregar, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: KENCANA.
Sofyan. (2006). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti.
102
Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan teori dan praktik. Jakarta:
Erlangga.
Sudarsono, H. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta :
Ekonosia.
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2004). Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews .
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bnisyariah.co.id
www.syariahmandiri.co.id
www.bankmuamalat.co.id
www.megasyariah.co.id
103
Lampiran I
Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Periode ASSET GROWTH NPF GROSS ROA
2011 I 45,72% 4,71% 1,38%
II 53,77% 3,57% 1,74%
III 44,41% 4,53% 0,92%
IV 51,47% 2,60% 1,52%
2012 I 42,71% 2,83% 1,51%
II 37,94% 2,73% 1,61%
III 39,47% 2,21% 1,62%
IV 38,10% 2,09% 1,54%
2013 I 50,70% 2,02% 1,72%
II 46,61% 2,19% 1,66%
III 42,17% 2,17% 1,68%
IV 21,94% 1,35% 1,37%
2014 I 17,90% 2,11% 1,44%
II 22,04% 3,30% 1,03%
III 16,90% 5,96% 0,10%
IV 14,11% 6,43% 0,17%
2015 I 2,32% 6,34% 0,62%
II -4,49% 4,93% 0,51%
III -4,77% 4,64% 0,36%
IV -8,40% 7,11% 0,20%
2016 I -4,19% 6,07% 0,25%
II -5,66% 7,23% 0,15%
III -4,24% 4,43% 0,13%
IV -2,42% 3,83% 0,22%
104
Lampiran II
Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Mega Syariah
Periode ASSET GROWTH NPF GROSS ROA
2011 I -1,62% 4,29% 1,77%
II 0,29% 3,84% 1,87%
III 7,45% 3,78% 1,65%
IV 20,01% 3,03% 1,58%
2012 I 36,78% 2,93% 3,52%
II 33,43% 2,88% 4,13%
III 52,58% 2,86% 4,11%
IV 46,70% 2,67% 3,81%
2013 I 42,25% 2,83% 3,57%
II 43,81% 3,67% 2,94%
III 18,45% 3,30% 2,57%
IV 11,72% 2,98% 2,33%
2014 I 1,42% 3,22% 1,18%
II -1,85% 3,48% 0,99%
III -6,43% 3,77% 0,24%
IV -22,79% 3,89% 0,29%
2015 I -27,60% 4,33% -1,21%
II -36,31% 4,86% -0,73%
III -37,62% 4,78% -0,34%
IV -21,05% 4,26% 0,30%
2016 I -9,37% 4,18% 4,86%
II 1,78% 4,16% 3,21%
III 14,11% 3,74% 2,63%
IV 10,35% 3,30% 2,63%
105
Lampiran III
Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Negara Indonesia
Syariah
Periode ASSET GROWTH NPF GROSS ROA
2011 I 20,35% 4,44% 3,42%
II 24,77% 3,65% 2,22%
III 20,88% 3,60% 2,37%
IV 32,40% 3,62% 1,29%
2012 I 45,77% 4,27% 0,63%
II 33,89% 2,45% 0,65%
III 27,39% 2,33% 1,31%
IV 25,73% 2,02% 1,48%
2013 I 35,83% 2,13% 1,62%
II 46,66% 2,11% 1,24%
III 49,96% 2,06% 1,22%
IV 38,17% 1,86% 1,37%
2014 I 24,60% 1,96% 1,22%
II 33,45% 1,99% 1,11%
III 31,48% 1,99% 1,11%
IV 32,52% 1,86% 1,27%
2015 I 31,35% 2,22% 1,20%
II 20,19% 2,42% 1,30%
III 23,11% 2,54% 1,32%
IV 18,09% 2,53% 1,43%
2016 I 20,35% 2,77% 1,65%
II 23,12% 2,80% 1,59%
III 17,88% 3,03% 1,53%
IV 23,01% 2,94% 1,44%
106
Lampiran IV
Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri
Periode ASSET GROWTH NPF GROSS ROA
2011 I 52,31% 3,30% 2,22%
II 44,98% 3,49% 2,12%
III 55,10% 3,21% 2,03%
IV 49,84% 2,42% 1,95%
2012 I 36,80% 2,52% 2,17%
II 29,94% 3,04% 2,25%
III 17,68% 3,10% 2,22%
IV 11,42% 2,82% 2,25%
2013 I 11,81% 3,44% 2,56%
II 17,66% 2,90% 1,79%
III 20,71% 3,40% 1,51%
IV 17,95% 4,32% 1,53%
2014 I 13,57% 4,88% 1,77%
II 7,36% 6,46% 0,66%
III 5,76% 6,76% 0,80%
IV 4,65% 6,84% 0,17%
2015 I 6,57% 6,81% 0,81%
II 6,64% 6,67% 0,55%
III 2,68% 6,89% 0,42%
IV 5,12% 6,06% 0,56%
2016 I 6,55% 6,42% 0,56%
II 7,57% 5,58% 0,62%
III 10,61% 5,43% 0,60%
IV 12,03% 4,92% 0,59%
107
Lampiran V
Data Inflasi (2011-2016)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
januari 7,02% 3,65% 4,57% 8,22% 6,96% 4,14%
februari 6,84% 3,56% 5,31% 7,75% 6,29% 4,42%
Maret 6,65% 3,97% 5,90% 7,32% 6,38% 4,45%
April 6,16% 4,50% 5,57% 7,25% 6,79% 3,60%
Mei 5,98% 4,45% 5,47% 7,32% 7,15% 3,33%
juni 5,54% 4,53% 5,90% 6,70% 7,26% 3,45%
Juli 4,61% 4,56% 8,61% 4,53% 7,26% 3,21%
agustus 4,79% 4,58% 8,79% 3,99% 7,18% 2,79%
september 4,61% 4,31% 8,40% 4,53% 6,83% 3,07%
oktober 4,42% 4,61% 8,32% 4,83% 6,25% 3,31%
nopember 4,15% 4,32% 8,37% 6,23% 4,89% 3,58%
desember 3,79% 4,30% 8,38% 8,36% 3,35% 3,02%
108
Lampiran VI
Statistik Deskriptif
Date: 04/14/17
Time: 18:45
Sample: 2011Q1 2016Q4
ASSET_GROWTH INFLASI NPF_GROSS ROA
Mean 0.196749 0.054928 0.037367 0.014475
Median 0.201003 0.050450 0.034200 0.014350
Maximum 0.551004 0.086000 0.072300 0.048600
Minimum -0.376219 0.030233 0.013500 -0.012100
Std. Dev. 0.209297 0.016115 0.014896 0.010604
Skewness -0.383821 0.329659 0.775995 0.624947
Kurtosis 2.826780 1.954041 2.655830 3.932844
Jarque-Bera 2.477112 6.114928 10.10849 9.729731
Probability 0.289802 0.047007 0.006382 0.007713
Sum 18.88787 5.273067 3.587200 1.389645
Sum Sq. Dev. 4.161495 0.024671 0.021079 0.010681
Observations 96 96 96 96
109
Lampiran VII
Common Effect Model
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/19/17 Time: 20:40
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INFLASI? 2.391465 0.797616 2.998267 0.0035
NPF_GROSS? -2.520881 0.988846 -2.549315 0.0124
ROA? 10.14634 1.558161 6.511740 0.0000
R-squared 0.282904 Mean dependent var 0.196546
Adjusted R-squared 0.267482 S.D. dependent var 0.209227
S.E. of regression 0.179072 Akaike info criterion -0.571306
Sum squared resid 2.982213 Schwarz criterion -0.491170
Log likelihood 30.42267 Hannan-Quinn criter. -0.538913
Durbin-Watson stat 0.382394
110
Lampiran VIII
Fixed Effect Model
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.287478 0.084102 3.418191 0.0010
INFLASI? -0.394583 0.864305 -0.456532 0.6491
NPF_GROSS? -5.536143 1.214225 -4.559405 0.0000
ROA? 9.458807 1.599336 5.914210 0.0000
Fixed Effects (Cross)
BMI--C 0.092647
BMS--C -0.180299
BNIS--C 0.035038
BSM--C 0.052613
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.620444 Mean dependent var 0.196546
Adjusted R-squared 0.594855 S.D. dependent var 0.209227
S.E. of regression 0.133175 Akaike info criterion -1.124179
Sum squared resid 1.578474 Schwarz criterion -0.937196
Log likelihood 60.96060 Hannan-Quinn criter. -1.048597
F-statistic 24.24737 Durbin-Watson stat 0.654812
Prob(F-statistic) 0.000000
111
Lampiran IX
Random Effect Model
Dependent Variable: ASSET_GROWTH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/19/17 Time: 20:41
Sample: 2011Q1 2016Q4
Included observations: 24
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.306977 0.087652 3.502239 0.0007
INFLASI? -0.462270 0.863540 -0.535319 0.5937
NPF_GROSS? -5.675457 1.175110 -4.829724 0.0000
ROA? 8.727654 1.570505 5.557227 0.0000
Random Effects (Cross)
BMI--C 0.074166
BMS--C -0.146128
BNIS--C 0.027835
BSM--C 0.044128 Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.059692 0.1673
Idiosyncratic random 0.133175 0.8327 Weighted Statistics
R-squared 0.518043 Mean dependent var 0.081460
Adjusted R-squared 0.502327 S.D. dependent var 0.196073
S.E. of regression 0.138322 Sum squared resid 1.760231
F-statistic 32.96280 Durbin-Watson stat 0.560082
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics
R-squared 0.370655 Mean dependent var 0.196546
Sum squared resid 2.617276 Durbin-Watson stat 0.376679
112