pengaruh investasi, ekspor, dan tenaga kerja asing
TRANSCRIPT
PENGARUH INVESTASI, EKSPOR, DAN TENAGA KERJA
ASING TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
INDONESIA TAHUN 2001 – 2017
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Emilia Susanti
145020100111021
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Pengaruh Investasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja Asing Terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka Indonesia Tahun 2001 – 2017
Emilia Susanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi, ekspor, dan tenaga kerja asing terhadap tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia pada periode 2001 – 2017. Penelitian ini menggunakan metode analisis Error
Correction Model (ECM) untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada
jangka pendek dan Regresi Linier Berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen
pada jangka panjang. Kemudian, penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu upah. Hasil dari analisis ECM
atau analisis jangka pendek menunjukkan bahwa hanya variabel investasi yang berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap TPT di Indonesia sedangkan ekspor, tenaga kerja asing, dan upah tidak berpengaruh. Sedangkan hasil
dari Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa variabel investasi dan ekspor berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap TPT di Indonesia. Sedangkan variabel tenaga kerja asing dan upah tidak berpengaruh signifikan terhadap
TPT di Indonesia.
Kata kunci: Tingkat Pengangguran Terbuka, investasi, ekspor, dan tenaga kerja asing.
A. PENDAHULUAN
Pengangguran merupakan salah satu isu makro ekonomi yang tidak pernah berhenti untuk diperbincangkan.
Menurut Malik (2013), pengangguran merupakan permasalahan penting yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Setiap tahun, pemerintah selalu memfokuskan program pembangunannya pada
penanganan masalah tersebut. Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27
Ayat (2) berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Tentunya, menyediakan lapangan kerja adalah kewajiban dari negara itu sendiri dikarenakan setiap warga negara
memiliki hak untuk memperoleh pekerjaan.
Perekonomian suatu negara tidak akan pernah mencapai tingkat pengangguran nol. Menurut Mankiw, Quah, &
Wilson (2014) menjelaskan mengapa pengangguran terjadi dalam perekonomian. Dalam penjelasannya dinyatakan
bahwa dalam pasar tenaga kerja yang ideal, upah harus disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran
tenaga kerja dan jumlah permintaan tenaga kerja. Hal ini mengartikan bahwa seluruh pekerja selalu mendapatkan
pekerjaan. Tetapi, kondisi ideal tidak akan pernah sama dengan kenyataan karena upah tidak selalu berada pada titik
ekuilibrium.
Perubahan-perubahan pada output perekonomian dalam bentuk barang dan jasa erat kaitannya dengan perubahan
dalam utilitasi angkatan kerjanya, dengan kata lain ketika PDRB riil menurun maka tingkat pengangguran
meningkat, Mankiw Quah, & Wilson (2014). Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat perusahaan memproduksi
lebih sedikit barang dan jasa maka akan berdampak pada pemberhentian kerja sehingga memperluas cakupan
pengangguran.
Terjadinya pengangguran merupakan kondisi tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran tenaga kerja
sehingga kondisi yang mampu mempengaruhi atau menggeser kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja akan
berdampak pada pengangguran. Penelitian ini menggunakan variabel investasi dan ekspor sebagai faktor yang dapat
menggeser kurva permintaan tenaga kerja. Sedangkan, faktor yang dapat menggeser kurva penawaran tenaga kerja
adalah variabel tenaga kerja asing.
Pada penelitian ini, variabel investasi merupakan faktor yang dapat menggeser kurva permintaan tenaga kerja
dengan asumsi bahwa ketika investasi digenjot untuk meningkatkan output maka permintaan tenaga kerja juga akan
naik. Berdasarkan penelitian dari Kurniawan (2014), dinyatakan bahwa variabel investasi yaitu penanaman modal
dalam negeri secara parsial signifikan memengaruhi jumlah pengangguran di Kabupaten Gresik, yaitu memiliki nilai
koefisian -0.004904 yang berarti bahwa hubungan antara investasi penanaman modal dalam negeri dengan jumlah
pengangguran di Kabupaten Gresik bersifat negatif. Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Noorfath, Hasanah,
Harlen, & Kadir (2015) memberikan hasil bahwa variabel investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
pengangguran di Kota Pekanbaru tahun 2002 – 2011.
Selain investasi, kegiatan produksi suatu negara juga dapat meningkat apabila terdapat peningkatan permintaan
barang dan jasa dari luar negeri. Dengan kata lain, output barang dan jasa suatu negara akan diekspor untuk
memenuhi permintaan negara lain sehingga peningkatan ekspor yang terjadi akan mendorong permintaan tenaga
kerja oleh karena adanya kegiatan produksi yang meningkat. Berdasarkan penelitian dari Tang, Benjamin, Zhang,
Snowden, & HӦӦk, (2016). Total lapangan kerja yang tercipta dari kegiatan ekspor meningkat dari 123.6 juta orang
pada tahun 2002 menjadi 191.3 juta orang pada tahun 2007. Sektor yang berorientasi ekspor di China termasuk
dalam energy-intensive dari perspektif embodied energy consumption, dan ekspor pada energy-intensive ini terletak
di sektor yang sama dengan ekspor yang padat karya. Namun, penelitian dari Priyono & Wirathi (2016), dinyatakan
bahwa ekspor, perumbuhan ekonomi, dan kesempatakan kerja tidak memiliki hubungan kausalitas berdasarkan uji
granger causality. Sedangkan penelitian Schubert (2011) menyatakan bahwa guncangan dari negative export
memiliki efek utama pada konsumsi dan kesejahteraan, tetapi tidak pada pengangguran dan output, sedangkan
guncangan pada sisi penawaran memberikan respon yang besar pada pengangguran, output, konsumsi, dan
kesejahteraan.
Penelitian ini menggunakan variabel tenaga kerja asing sebagai faktor yang menngeser kurva penawaran tenaga
kerja. Berdasarkan pendapat dari Mankiw, Quah, & Wilson (2014), pergerakan para pekerja dari suatu daerah ke
daerah lainnya, atau dari suatu negara ke negara lainnya, merupakan sumber yang jelas dan penting pada pergerakan
penawaran tenaga kerja. Baru-baru ini, selama terjadi resesi pada tahun 2008 – 2009, terjadi perdebatan di Eropa
mengenai isu apakah imigran mencuri pekerjaan dari orang pribumi, Rohac (2014) dalam Latif (2015). Pada hasil
penelitian Latif (2015) dinyatakan bahwa pada jangka pendek, imigrasi memiliki dampak positif terhadap tingkat
pengangguran dan bahwa kausalitas tidak langsung jangka pendek berlaku dari imigrasi ke unemployment rate.
Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, imigrasi memiliki dampak negatif tetapi tidak
signifikan dampaknya terhadap tingkat pengangguran. Penelitian lain yaitu dari Kwon dan Chun (2011),
menyatakan bahwa hasil penelitian dapat diinterpretasi menjadi dua kemungkinan. Pertama, pekerja asing dan
pekerja lokal bekerja secara komplemen satu sama lain sebagai faktor produksi. Kedua, banyak perusahaan telah
mengisi kekosongan pekerja lokal dengan memperkerjakan pekerja asing.
Ketiga variabel yaitu investasi, ekspor, dan tenaga asing menjadi fokus pada penelitian ini mengenai pengaruhnya
terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Di sisi lain, penelitian ini menggunakan varibel kontrol yaitu upah di
mana kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja murupakan fungsi dari tingkat upah. Dari beberapa hasil
penelitian yang telah dibahas menunjukkan adanya adanya kesenjangan hasil penelitian, sehingga penelitian ini
dilakukan dengan tujuan yaitu menganalisis pengaruh investasi, ekspor, dan tenaga kerja asing terhadap tingkat
pengangguran terbuka Indonesia tahun 2001 – 2017.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Tenaga Kerja
Menurut penjelasan Badan Pusat Statistik, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun dan lebih.
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Pertama, angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran. Seseorang dapat dikatakan bekerja apabila orang tersebut melakukan kegiatan
ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1
jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Sedangkan yang dimaksud dengan punya pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu
sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti sakit, cuti, menunggu panenan, mogok, dan sebagainya.
Kedua, bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Permintaan Tenaga Kerja
Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu perusahaan akan
mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu, Indarti (2016). Permintaan
akan tenaga kerja merupakan fungsi dari tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah, semakin kecil permintaan
pengusaha akan tenaga kerja, Simanjuntak (1985). Di bawah ini merupakan gambaran dari kurva permintaan tenaga
kerja:
Gambar 1: Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Sumber: Simanjuntak, 1985
Garis D1, D2, dan D3 merupakan tiga bentuk kurva permintaan tenaga kerja dari tiga perusahaan yang berbeda-
beda, dimisalkan perusahaan A, B, dan C. Setiap perusahaan ini memiliki permintaan tenaga kerjanya masing-
masing sesuai dengan dengan besar kecilnya perusahaan atau produksi, jenis usaha, penggunaan teknologi, serta
kemampuan manajemen dari pengusaha yang bersangkutan.
Penawaran Tenaga Kerja Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap
kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu, Sholeh (2007). Penawaran tenaga kerja sangat ditentukan oleh
banyaknya penduduk usia kerja yang memilih menjadi angkatan kerja. Semakin banyak angkatan kerja maka
penawaran tenaga kerja akan meningkat. Begitu pula dengan tingkat upah, secara umum semakin tinggi tingkat upah
maka semakin banyak yang memilih untuk bekerja sehingga penawaran tenaga kerja juga ikut meningkat. Namun,
kenaikan dalam tingkat upah dapat membuat seseorang individu memaksimumkan utilitasnya dengan menaikkan
atau menurunkan jumlah jam kerjanya. Ini akan memberikan dua efek penawaran tenaga kerja, yaitu efek
pendapatan dan efek subtitusi, Indarti (2016). Berikut adalah gambar dari kurva penawaran tenaga kerja berdasarkan
ilustrasi oleh Simanjuntak (1985):
Gambar 2: Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Sumber: Simanjuntak, 1985
Pada gambar kurva penawaran tenaga kerja di atas, dimisalkan bahwa di suatu daerah hanya terdapat tiga
keluarga yaitu keluarga A, B, dan C. Jumlah penawaran tenaga kerja di daerah tersebut merupakan penjumlahan
penawaran dari keluarga A, B, dan C.
Pasar Tenaga Kerja Menurut Indarti (2016), pasar tenaga kerja menggambarkan hubungan antara permintaan dengan penawaran
tenaga kerja yang dikaitkan dengan tingkat upah. Interaksi yang terjadi antara permintaan dan penawaran dalam
pasar tenaga kerja akan menentukan suatu tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja dan banyaknya penggunaan
tenaga kerja. Di bawah ini merupakan ilustrasi dari pasar tenaga kerja:
Gambar 3: Kurva Pasar Tenaga Kerja
Sumber: Simanjuntak, 1985
Pada gambar di atas, Sn merupakan penawaran tenaga kerja di suatu daerah yang merupakan jumlah dari seluruh
keluarga yang ada di daerah tersebut. Sedang Dn merupakan jumlah permintaan tenaga kerja di suatu daerah yang
didapat dari penjumlahan permintaan dari seluruh pengusaha yang ada di daerah tersebut. Perpotongan antara
penawaran (Sn) dan permintaan (Dn) disebut dengan titik ekuilibrium. Pada titik tersebut menentukan besarnya
penempatan atau jumlah orang yang bekerja (Ln) dan tingkat upah yang berlaku (Wn), hal ini kemudian dipakai
sebagai patokan baik oleh keluarga maupun oleh pengusaha di daerah yang bersangkutan.
Pengangguran Menurut Sukirno (2011), pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Tingkat pengangguran (employment rate) adalah presentase angkatan
kerja yang tidak bekerja:
Tingkat engangguran umlah orang yang tidak bekerja
Angkatan erja x 100
Naiknya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya kenaikan pada penawaran (supply) tenaga kerja begitu juga
sebaliknya. Permasalahan klasik yang muncul di Indonesia adalah percepatan pertumbuhan angkatan kerja tidak
disertai dengan percepatan pertumbuhan lapangan pekerjaan atau penawaran tenaga kerja tidak diimbangi dengan
meningkatnya permintaan (demand) tenaga kerja, Malik (2013). Dengan kata lain, pengangguran terjadi akibat dari
adanya ketidakseimbangan dalam pasar tenaga kerja. Ekuilibrium dalam pasar jasa tenaga kerja terjadi di mana
kuantitas input tenaga kerja yang ditawarkan sama dengan kuantitas input tenaga kerja yang di minta, Diuliu (1993).
Peraturan upah minimum akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja dan mengurangi jumlah permintaan
tenaga kerja dibandingkan dengan titik keseimbangan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya surplus tenaga kerja,
di mana jumlah pekerja yang ingin bekerja lebih banyak daripada jumlah pekerjaan. Pengangguran disebabkan oleh
upah minimum dapat dilihat dengan memperhatikan Gambar di bawah:
Gambar 4: Pengangguran Akibat Upah di Atas Titik Keseimbangan
Sumber: Mankiw, 2014
Di pasar tenaga kerja ini, upah pada titik keseimbangan penawaran dan permintaan adalah WE. Pada upah
keseimbangan ini, jumlah penawaran dan permintaan tenaga kerja adalah sama dengan LE. Sebaliknya, jika upah
tersebut dipaksa agar tetap berada di atas titik keseimbangan, mungkin karena peraturan upah minimum, jumlah
penawaran kerja meningkat menjadi LS dan jumlah permintaan tenaga kerja menurun menjadi LD. Surplus tenaga
kerja yang dihasilkan, LS – LD, adalah pengangguran, Mankiw, Quah, & Wilson (2014).
Investasi dan Pengangguran Menurut Sukirno (2011), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Berdasarkan pendapat dari Simanjuntak (1985), pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja
tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja
yang seperti itu disebut derived demand. Misalnya, meningkatnya permintaan terhadap rumah akan menimbulkan
tambahan permintaan terhadap karyawan bangunan, tukang kayu, tukang cat, tukang instalasi rumah, dan secara
tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah tenaga pengangkutan, pabrik semen dan lain-lain. Kurva permintaan
tenaga kerja dapat bergeser akibat dari investasi, saat investasi meningkat maka permintaan tenaga kerja akan
bertambah. Hal ini dapat terjadi karena investasi mampu menggeser kurva permintaan agregat. Kejadian apa pun
yang dapat menyebabkan berapa banyak perusahaan ingin berinvestasi pada tingkat harga tertentu juga akan
menggeser kurva permintaan agregat, Mankiw, Quah, & Wilson, (2014).
Gambar 5: Pergeseran Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Sumber: Mankiw (2014), diolah
Kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke kanan, yaitu permintaan tenaga kerja1 menjadi permintaan tenaga
kerja2 yang terkadi akibat dari adanya investasi. Pada kurva tersebut menunjukkan bahwa surplus tenaga kerja
(pengangguran) berkurang dari LS – LD1 menjadi LS – LD2.
Menurut Kurniawan (2014), hubungan antara investasi dengan pengangguran dapat dilihat berdasarkan Teori
Harrod Domar (Mulyadi, 2003), dalam teorinya berpendapat bahwa investasi tidak hanya menciptakan permintaan,
tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kemudian, ia berpendapat bahwa logika ekonominya ketika kerjadi
kenaikan investasi diikuti oleh jumlah pengangguran yang semakin menurun ini dapat diartikan bahwa kenaikan
investasi ini lebih berdasarkan pada kegiatan yang sifatnya lebih kepada padat karya (labor intensive). Selanjutnya
kondisi akan berbeda jika investasi yang dilakukan bersifat padat modal (capital investment). Menurut Kurniawan
(2014), ketika investasi yang lebih padat modal ini meningkat maka hal ini akan menurunkan atau mengurangi
jumlah penyerapan tenaga kerja.
Ekspor dan Pengangguran
Ekspor (export) adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk dijual ke luar negeri, Mankiw,
Quah, & Wilson (2014). Seperti halnya investasi, ekspor juga dapat menggeser kurva permintaan tenaga kerja.
Adanya peningkatan ekspor menandakan adanya peningkatan permintaan dari negara asing, kemudian naiknya
permintaan ini akan berdampak pula pada permintaan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak
(1985), pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan
masyarakat terhadap barang yang diproduksinya.
Gambar 6: Pergeseran Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Sumber: Mankiw (2014), diolah
Kurva permintaan tenaga kerja di atas bergeser dari kurva permintaan tenaga kerja1 menjadi kurva permintaan
tenaga kerja2 akibat dari meningkatnya ekspor. Sedangkan pengangguran berkurang dari LS – LD1 menjadi LS –
LD2.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Tang, Benjamin, Zhang, Snowden, dkk. (2016) mengatakan bahwa
kesempatan kerja merupakan dampak dari perdagangan internasional, di mana permintaan dari negara lain akan
mendorong pekerjaan lokal. Namun, penelitian lain mengatakan bahwa ekspor tidak memberikan efek pada
pengangguran. Dalam penelitian Schubert (2011) bahwa guncangan ekspor menyebabkan terjadinya depresiasi
secara tajam serta hilangnya kesejahteraan dan kemampuan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada efek
kecil yang mengarah pada output dan pengangguran.
Tenaga Kerja Asing dan Pengangguran
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing, yang dimaksud dengan tenaga kerja asing (TKA) ialah warga negara asing pemegang visa dengan maksud
bekerja di wilayah Indonesia.
Migrasi penduduk tidak hanya terjadi pada desa-kota, tetapi juga terjadi antar negara. Warga yang datang dari
negara asing untuk bekerja di suatu negara tertentu dapat dinamakan sebagai tenaga kerja asing. Datangnya tenaga
kerja kerja asing ini kemudian akan menambah jumlah penduduk pada suatu negara yang dituju untuk bekerja.
Sehingga, adanya tenaga kerja asing akan menggeser kurva penawaran tenaga kerja. Menurut Simanjuntak (1985),
semakin besar jumlah penduduk, semakin besar besar pula penyediaan tenaga kerja.
Gambar 7: Pergeseran Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Sumber: Mankiw (2014), diolah
Pada kurva tersebut, surplus tenaga kerja (pengangguran) semakin besar dengan bertambahnya jumlah tenaga
kerja, dalam hal ini dikarenakan datangnya tenaga kerja asing. Awalnya, pengangguran hanya sebesar LS1 – LD,
kemudian pengangguran menjadi lebih besar yaitu dari LS2 – LD. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran kurva
penawaran tenaga kerja1 menjadi kurva penawaran tenaga kerja2.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dikemukaan bahwa masih terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli mengenai pengaruh TKA terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan tingkat upah
yang berlaku terhadap pekerja lokal. Dalam penelitiannya, Bactiar menyimpulkan bahwa perbedaan tersebut
bersumber dari 4 aspek, yaitu pertama, apakah masuknya TKA tersebut bersifat komplemen dengan pekerja lokal
dalam proses produksi atau bersifat substitusi. Kedua, apakah masuknya TKA tersebut membuat pekerja lokal lebih
produktif dalam bekerja atau sebaliknya. Ketiga, apakah pendidikan dan keterampilan yang dimiliki TKA lebih
tinggi dari TKL atau sebaliknya. Keempat, mobilitas tenaga kerja dan peraturan yang berlaku di negara
bersangkutan.
C. METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah yang menjadi objek penelitian adalah negara Indonesia. Kemudian, periode waktu yang dipilih dalam
penelitian ini adalah data per semester pada periode 2001-2017.
Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini akan melibatkan variabel dependen dan independen, di mana tingkat pengangguran terbuka
sebagai variabel dependen. Di sisi lain, pada penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu upah. Sehingga,
variabel independen yang digunakan untuk penelitian ini yaitu investasi, ekspor, tenaga kerja asing, dan upah.
1. Tingkat Pengangguran Terbuka -> Y
Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia
pada tahun 2001 – 2017. Tetapi, pada tahun 2001 – 2004 data TPT hanya tersedia dalam bentuk tahunan
sehingga untuk mengisi data yang masih kosong maka digunakan metode interpolasi linier. Data terkait TPT
dipublikasikana oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di mana TPT tersebut adalah data pada bulan Februari dan
Agustus.
2. Investasi -> X1
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Di sini, investasi memiliki
posisi sebagai variabel independen yang di mana investasi ini terdiri dari Penanaman Modal Asing dan
Penanaman Modal Dalam Negeri. Pada penelitian ini, data investasi yang digunakan adalah berdasarkan data
realisasi total dari PMA dan PMDN pada tahun 2001 – 2017. Data tersebut merupakan data tahunan sehingga
pada penelitian ini digunakan interpolasi data tahunan menjadi data semester guna memenuhi kebutuhan
dalam menganalisis pengaruhnya terhadap TPT.
3. Ekspor -> X2
Ekspor (export) adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk dijual ke luar negeri. Pada
penelitian ini digunakan data volume ekspor dari tahun 2001-2017 dalam satuan kilogram. Data ekspor
tersebut merupakan data yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik.
4. Tenaga Kerja Asing -> X3
Pada penelitian ini, variabel independen ke-3 adalah Jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia berdasarkan
data Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2001 –
2017. Data terkait TKA ini didapatkan dari katadata.co.id yang bersumber dari Kementerian Ketenagakerjaan
Republik Indonesia. Berdasarkan data yang didapatkan, peneliti perlu melakukan interpolasi linier untuk
memenuhi data yang kosong pada semester pertama oleh karena data yang tersedia adalah data tahunan.
Dalam penelitian ini, X3 merupakan rasio dari jumlah TKA dengan jumlah angkatan kerja di Indonesia.
5. Upah -> X4
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan, upah
adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjuangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya
atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Data upah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rata-rata upah/gaji bersih (rupiah) buruh sebulan menurut lapangan pekerjaan utama
pada tahun 2001 – 2017. Oleh karena data yang tersedia pada Badan Pusat Statistik pada tahun 2001 – 2004
masih dalam bentuk data tahunan maka dilakukan interpolasi linier untuk memenuhi data semester pertama
yang masih kosong guna memenuhi kebutuhan untuk analisis regresi.
Interpolasi Data
Pada penelitian ini digunakan metode interpolasi linier untuk menganalisis data hilang oleh karena keterbatasan
data yang tersedia. Interpolasi didefinisikan sebagai teknik untuk mendapatkan fungsi yang melewati semua titik
dari sebuah set data diskrit atau suatu set data yang telah diketahui, Lamabelawa (2018). Kemudian, pada penelitian
Lamabelawa (2018) menjelaskan bahwa interpolasi linier adalah yang paling sederhana, di mana interpolasi linier
digunakan untuk memperkirakan nilai suatu fungsi atau nilai tengah yang didefinisikan dengan f(x) dari dua fungsi
atau nilai yang telah diketahui yakni nilai sebelumnya yang didefinisikan dengan f(x0) dan nilai atau fungsi
sesudahnya yang didefinisikan dengan f(x1).
Metode Analisis
1) Metode Analisis Jangka Pendek:
a. Uji Akar Unit
Pada analisis data runtun waktu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas data. Ketika data tidak
stasioner maka akan menyebabkan hasil dari regresi linier berganda semu/lancung. Pada penelitian ini,
konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtun waktu yaitu uji akar unit. Jika data
runtun waktu tersebut tidak stasioner maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tengah menghadapi
masalah akar unit. Ada tidaknya masalah unit root pada penelitian ini, digunakan uji Augmented
Dickey Fuller untuk melihat apakah terdapat unit root di dalam model atau tidak.
b. Uji Uji Kointegrasi
Rosadi (2012) dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk menguji adanya kointegrasi dapat
dilakukan dengan metode uji Engle-Granger dan uji Johansen.
c. Analisis Error Correction Model (ECM)
Ketika telah melewati uji kointegrasi dan lolos, langkah selanjutnya akan diuji dengan
menggunakan model linier dinamis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya berubahan struktural,
sebab hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dan variabel terikat dari hasil uji
kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Berdasarkan teori yang disebut sebagai Granger
Representation Theorem, maka apabila variabel dependen dan independen berkointegrasi, sifat
hubungan jangka pendek di antara keduanya dapat dinyatakan dalam bentuk Model Koreksi Kesalahan
(Error Correction Model, ECM), Rosadi (2012). Persamaan ECM pada penelitian ini ialah sebagai
berikut:
∆Y¬t α + β1 ∆X1 + β2 ∆X2 + β3 ∆X3 + β4 ∆X4 + λet – 1 + εt
Keterangan:
∆Y¬t = bentuk first difference dari Ln(Y)
∆X1 = bentuk first difference dari Ln(X1)
∆X2 = bentuk first difference dari Ln(X2)
∆X3 = bentuk first difference dari Ln(X3)
∆X4 = bentuk first difference dari Ln(X4)
α = konstanta
β1 , β2 , β3 , β4 = koefisien untuk masing-masing variabel
λ = koefisien et – 1
et – 1 = error yang diperoleh dari persamaan regresi linier berganda
ε = error dalam model ECM.
d. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi pada model regresi yang
menggunakan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS), Wahyudi (2016). Tujuan dilakukannya
uji asumsi klasik yaitu supaya dihasilkan nilai taksiran parameter yang sesuai dengan nilai sebenarnya,
sehingga nilai paramater tersebut memiliki karakteristik tidak bias, konsisten dan efisien. Uji asumsi
klasik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi multikolinearitas, autokolerasi, normalitas, linieritas
dan heterokedastisitas.
e. Pengujian Statistik
Pengujian statistik yang dilakukan pada penelitian antara lain adalah uji F, uji t, dan Koefisien
Determinasi. Uji F dilakukan untuk mengidentifikasi model yang diestimasi layak atau tidak untuk
digunakan dalam menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Kemudian,
uji t digunakan untuk mengetahui apakah parameter yang diestimasi pada model regresi linier
berganda sudah tepat atau belum. Terakhir, koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan
variasi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
2) Metode Analisis Jangka Panjang:
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi adalah suatu analisis statistik yang digunakan untuk menjelaskan suatu variabel
respon Y menggunakan satu atau lebih variabel input X1,.......,Xn. Pada penelitian ini digunakan
metode analisis linier berganda yang akan disimulasikan dengan menggunakan pendekatan Ordinary
Least Squares (OLS). Metode ini berguna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tujuan penelitian, maka model pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ln(Y) = a + b1 ln(X1) + b2 ln(X2) + b3 ln(X3) + b4 ln(X4) + e
Keterangan:
Y = Tingkat Pengangguran Terbuka
X1 = Realisasi Investasi (rupiah)
X2 = Volume Ekspor (kg)
X3 = Tenaga Kerja Asing (Rasio TKA dengan Jumlah Angkatan Kerja)
X4 = Upah
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel
e = standard error atau tingkat kesalahan
b. Pengujian Asumsi Klasik
Pada analisis regresi linier berganda, juga dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang
dilakukan pada analisis regresi linier berganda adalah sama dengan analisis Error Correction Model
(ECM), yaitu multikolinieritas, autokorelasi, autokorelasi, normalitas, linieritas, dan
heterokedastisitas.
c. Pengujian Statistik
Pada uji statistik regresi linier berganda, uji yang dilakukan adalah sama dengan uji yang
dilakukan pada Error Correction Model (ECM). Uji statistik yang dilakukan pada regresi linier
berganda adalah uji F, uji t, dan koefisien determinasi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pengangguran di Indonesia
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang besar mengingat jumlah penduduknya adalah terbesar ke-4 di
dunia. Banyaknya jumlah penduduk tersebut hanya akan menjadi beban bagi Indonesia apabila tidak diberdayakan
dengan optimal oleh pemerintah, salah satu masalahnya adalah pengangguran. Pada tahun 2017, jumlah angkatan
kerja Indonesia adalah sebanyak 128.062.746 juta jiwa, sebesar 121.022.423 juta jiwa adalah bekerja dan sisanya
yaitu 7.040.323 adalah pengangguran. Kemudian, tingkat pengangguran pada Agustus 2017 adalah sebesar 5,50
persen.
Selama tahun 2001 – 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia berjalan dengan flutuatif di mana TPT
tertinggi terjadi pada tahun 2005. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia 2005, TPT Indonesia mencapai
tingkat tertingginya disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang belum stabil sehingga memberikan
pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Kemudian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi telah
didominasi oleh sektor yang cenderung padat modal dan teknologi yang cenderung menyerap sedikit tenaga kerja.
Selain itu terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kemudian mengakibatkan biaya produksi meningkat
sehingga berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagian pegawai pada beberapa perusahaan.
Uji Stasioneritas
Berdasarkan Uji Augmented Dickey-Fuller yang dilakukan dengan Eviews untuk mengetahui stasioneritas
variabel TPT, investasi, ekspor, TKA, dan upah maka hasilnya pada Tabel 1berikut ini:
Tabel 1: Intermediate ADF test result
Series Prob. Lag Max Lag Obs
D(logY) 0.0000 0 8 32
D(logX1) 0.0300 8 8 24
D(logX2) 0.0000 0 8 32
D(logX3) 0.0018 0 8 32
D(logX4) 0.0000 0 8 32
Sumber: data diolah, Eviews
Pada tabel di atas dapat dinyatakan bahwa semua variabel yaitu variabel Y, X1, X2, X3, dan X4 stasioner pada
tingkat first difference dengan nilai probabilitas berturut-turut adalah 0.0000, 0.0300, 0.0000, 0.0018, dan 0.0000.
Pada mulanya data terlebih dulu diuji stasioneritasnya pada tingkat level, namun karena data tidak stasioner pada
tingkat level maka dilakukan uji derajat integrasi. Dari uji tersebut didapatkan bahwa semua variabel stasioner pada
tingkat first difference dengan tingkat signifikansi 5% dan 10%.
Uji Kointegrasi
Berikut adalah Tabel 2 yang merupakan hasil uji kointegrasi dari residu yang diperoleh dari persamaan regresi
linier berganda:
Tabel 2: Augmented Dickey-Fuller (ADF) test
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test Statistic -3.776930 0.0072
Test critical values 1% -3.646342
5% -2.954021
10% -2.615817
Sumber: data diolah, Eviews
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada tingkat level residual memiliki nilai probabilitas yaitu 0.0072
di mana lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat dinyatakan telah stasioner. Hal ini mengartikan bahwa telah
terjadi kointegrasi di antara semua variabel. Di samping itu, terjadinya kointegrasi ini mengandung makna bahwa
dalam model regresi linier berganda yang digunakan mempunyai hubungan jangka panjang.
Error Correction Model (ECM)
Berikut ini merupakan hasil dari ECM:
Tabel 3: Error Correction Model (ECM)
Dependent Variable: DLOGY
Method: Least Squares Date: 09/21/19 Time: 16:24
Sample (adjusted): 2001S2 2017S2
Included observations: 33 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DLOGX1 -0.162675 0.054970 -2.959345 0.0063
DLOGX2 -0.001415 0.068618 -0.020624 0.9837 DLOGX3 -0.033563 0.103901 -0.323028 0.7492
DLOGX4 -0.197361 0.185524 -1.063804 0.2968
RESID01(-1) -0.491596 0.155554 -3.160282 0.0039 C 0.006259 0.013466 0.464755 0.6458
R-squared 0.367829 Mean dependent var -0.009880
Adjusted R-squared 0.250760 S.D. dependent var 0.059067
S.E. of regression 0.051127 Akaike info criterion -2.946033 Sum squared resid 0.070578 Schwarz criterion -2.673941
Log likelihood 54.60955 Hannan-Quinn criter. -2.854483
F-statistic 3.141990 Durbin-Watson stat 2.137436
Prob(F-statistic) 0.023102
Sumber: data diolah, Eviews
Pada hasil di atas didapatkan bahwa RESID01(-1) signifikan dengan nilai 0.0039 dan berkoefisien negatif yaitu
-0,492, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang signifikan antara variabel independen
dan variabel dependen. Dari hasil estimasi ECM di atas didapatkan bahwa hanya variabel investasi dengan nilai
koefisien -0.163 yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka oleh sebab probabilitasnya
yaitu sebesar 0.0063 di bawah tingkat α 5%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek perubahan pada
investasi akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka.
Dari hasil ECM diperoleh nilai R2 sebesar 0.251 atau 25,1% sehingga dalam penelitian ini menandakan bahwa
secara bersama-sama pengaruh variabel investasi, ekspor, tenaga kerja asing, dan upah terhadap tingkat
pengangguran terbuka hanya sebesar 25,1%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 75% pengaruh faktor
lain atau variabel lain terhadap tingkat pengangguran terbuka yang tidak terdapat pada model.Selanjutnya, pada
hasil ECM juga didapatkan nilai Probabilitas F hitung yaitu sebesar 0.023 di mana nilai ini lebih kecil dari tingkat
α 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa ECM ini layak digunakan.
Hasil uji asumsi klasik pada model Error Correction Model (ECM) adalah sebagai berikut:
1) Multikolinieritas
Nilai VIF pada X1, X2, X3, X4, dan RESID01(-1) berturut-turut adalah 1.195, 1.081, 1.159, 1.218, dan
1.129 di mana nilai tersebut tidak ada yang lebih dari angka 10. Sehingga, model ECM dapat dikatakan
lolos dari uji multikolinieritas.
2) Autokorelasi
Berdasarkan hasil Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mununjukkan bahwa Nilai Prob.
F(2,27) adalah sebesar 0.1993. Nilai yang telah diperoleh tersebut adalah lebih besar dari α 5% sehingga
hal ini berarti model ECM telah terbebas dari masalah autokorelasi.
3) Normalitas
Berdasarkan Histogram – Normality Test menunjukkan bahwa nilai Probabilitas Jarwue-Bera adalah
sebesar 0.666. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa model ECM telah lolos dari uji
normalitas oleh sebab nilai 0.666 lebih besar dari α 5%.
4) Linieritas
Hasil Ramsey RESET Test menunjukkan nilai 0.1565 di mana nilai ini lebih dari α 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa model ECM telah lolos dalam uji linieritas.
5) Heteroskedastisitas
Pada Heteroskedasticity Test: Glejser menunjukkan hasil probabilitas dengan nilai 0.3821. Hal ini
menunjukkan bahwa model ECM telah lolos dari masalh heteroskedastisitas oleh sebab nilai 0.3821
bernilai lebih dari α 5%.
Regresi Linier Berganda
Berikut merupakan output dari regresi linier berganda yang merupakan alat analisis untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka panjang:
Tabel 4: Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LOGY
Method: Least Squares
Date: 10/03/19 Time: 06:42
Sample: 2001S1 2017S2 Included observations: 34
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGX1 -0.258287 0.028292 -9.129458 0.0000 LOGX2 -0.180641 0.071213 -2.536640 0.0168
LOGX3 0.021620 0.097013 0.222856 0.8252
LOGX4 0.001582 0.065786 0.024051 0.9810 C 15.13255 2.069880 7.310837 0.0000
R-squared 0.928625 Mean dependent var 2.028533
Adjusted R-squared 0.918781 S.D. dependent var 0.228610 S.E. of regression 0.065152 Akaike info criterion -2.489144
Sum squared resid 0.123098 Schwarz criterion -2.264679
Log likelihood 47.31545 Hannan-Quinn criter. -2.412595 F-statistic 94.32665 Durbin-Watson stat 1.261520
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah, Eviews
Berdasarkan output regresi linier berganda pada variabel independen X1 yaitu variabel investasi, nilai probabilitas
t hitungnya adalah 0.0000 di mana nilai tersebut lebih kecil dari α 5% sehingga variabel investasi berpengaruh
siginifikan terhadap TPT. Variabel X2 yaitu variabel ekspor memiliki nilai probabilitas t hitung sebesar 0,0168 di
mana nilai tersebut lebih kecil dari α 5% sehingga variabel ekspor berpengaruh signifikan terhadap T T.
Selanjutnya variabel X3 yaitu tenaga kerja asing, nilai probabilitas t hitungnya adalah sebesar 0.8252 yang
menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari α 5% sehingga variabel tenaga kerja asing tidak berpengaruh signifikan
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Variabel X4 yaitu variabel upah memiliki nilai probabilitas t hitung
0.9810 yang berarti lebih besar dari α 5% sehingga variabel upah tidak berpengaruh signifikan terhadap T T.
Dari empat variabel independen, hanya variabel investasi dan ekspor yang berpengaruh signifikan. Pada koefisien
variabel investasi dan ekspor sama bertanda negatif yang nilainya adalah -0.258 dan -0.180 di mana tanda negatif ini
mengartikan bahwa variabel investasi dan ekspor berpengaruh negatif terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Hal
tersebut juga dapat diartikan bahwa ketika investasi dan ekspor naik maka Tingkat Pengangguran Terbuka akan
turun.
Kedua, uji F, merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah model layak digunakan atau tidak. Suatu
model dapat diartikan layak ketika nilai robabilitas F hitungnya lebih kecil dari α=5%. Berdasarkan output regresi
linier berganda, model tersebut memiliki Probabilitas F hitung sebesar 0.000000 di mana nilai tersebut lebih kecil
dari α 5% sehingga model ini telah layak digunakan.
Ketiga, uji R2, merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar proporsi pengaruh variabel bebas
terikat. Berdasarkan output regresi linier berganda didapatkan nilai sebesar 0.918781. Dari nilai tersebut
mengartikan bahwa secara bersama-sama variabel independen yaitu variabel investasi, ekspor, tenaga kerja asing,
dan upah berpengaruh sebesar 91.88% terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Kemudian sisanya yaitu sebesar
8.12% adalah variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Hasil uji asumsi klasik pada model Error Correction Model (ECM) adalah sebagai berikut:
1) Uji Asumsi Klasik: Multikolinieritas
Nilai VIF variabel X1, X2, X3, dan X4 berturut-turut adalah 2.72, 5.94, 8.79, dan 8.63 di mana nilai
tersebut tidak ada yang melebihi angka 10. Sehingga, regresi lnier berganda telah lolos dalam uji
multikolinieritas.
2) Uji Asumsi Klasik:Autokorelasi
Berdasarkan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test didapatkan bahwa nilai Prob F(2,27) adalah
0.1217. Nilai yang diperoleh tersebut adalah lebih besar dari α 5% sehingga dapat diartikan bahwa regresi
linier berganda telah terbebas dari masalah autokorelasi.
3) Uji Asumsi Klasik:Normalitas
Berdasarkan Histogram – Normality Test yang dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Probabilitas Jarque-Bera adalah sebesar 0.959. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa regresi
linier berganda telah lolos dari uji normalitas oleh sebab memiliki nilai 0.959 yang lebih besar dari α 5%.
4) Uji Asumsi Klasik:Linieritas
Hasil Ramsey RESET Test menunjukkan nilai 0.617 di mana nilai ini adalah lebih dari α 5%.
Sehingga, nilai tersebut menunjukkan bahwa regresi linier berganda telah lolos dalam uji linieritas.
5) Uji Asumsi Klasik:Heteroskedastisitas
Pada Heteroskedasticity Test: Glejser menunjukkan hasil probabilitas dengan nilai 0.1509. Hal ini
menunjukkan bahwa regresi linier berganda telah lolos dari masalah heteroskedastisitas oleh sebab nilai
0.1509 bernilai lebih besar dari α 5%.
Pembahasan
1) Investasi dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Dalam jangka panjang, variabel investasi terbukti berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka Indonesia. Di sisi lain, dalam jangka pendek pun terbukti bahwa perubahan
investasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap TPT Indonesia. Besar pengaruh investasi terhadap
TPT Indonesia dalam jangka panjang adalah -0.258287. Sedangkan dalam jangka pendek, besar pengaruh
perubahan investasi terhadap TPT di Indonesia adalah -0.162675. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika ada
kenaikan investasi maka Tingkat Pengangguran Terbuka akan turun. Keadaan tersebut sesuai dengan
pernyataan .M. eynes dalam bukunya yang berbunyi “kenaikan sedikit saja dalam investasi akan
menghasilkan full employment”, Skousen (2016).
2) Ekspor dengan Tingkat Pengangguran Terbuka
Variabel ekspor dalam analisis regresi linier berganda dan analisis Error Correction Model (ECM)
memberikan hasil yang berbeda. Pada analisis regresi linier berganda atau analisis jangka panjang, ekspor
terbukti berpengaruh signifikan dan negatif terhadap TPT. Besar pengaruh ekspor terhadap TPT di
Indonesia dalam jangka panjang yaitu -0.180641. Sedangkan, dalam jangka pendek, perubahan ekspor
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel ekspor membutuhkan beberapa waktu tertentu untuk mempengaruhi TPT.
3) Tenaga Kerja Asing dengan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil output dari regresi linier berganda maupun Error Correction Mode (ECM), variabel
Tenaga Kerja Asing tidak memiliki pengaruh terhadap TPT di Indonesia. Hal ini mengartikan bahwa
meskipun Tenaga Kerja Asing bertambah atau berkurang maka tidak akan berdampak signifikan terhadap
TPT di Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan hasil ini maka variabel Tenaga
Kerja Asing tidak sesuai dengan hipotesis awal yaitu terdapat pengaruh positif antara Tenaga Kerja Asing
terhadap TPT di Indonesia.
4) Upah dengan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan analisis Error Correction Model (ECM) maupun regresi linier berganda didapatkan hasil
bahwa upah tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pengangguran Indonesia (TPT). Hal ini
mengartikan bahwa hipotesis bahwa upah berpengaruh signifikan dan positif terhadap TPT ditolak. Hasil
ini tidak sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya bahwa permintaan dan penawaran tenaga kerja
merupakan fungsi dari tingkat upah. Kemudian, saat upah tidak berada pada titik ekuilibrium maka akan
terjadi pengangguran. Hal tersebut terjadi karena ketika upah berada di atas titik keseimbangan penawaran
dan permintaan tenaga kerja maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat dan jumlah permintaan
tenaga kerja akan berkurang sehingga tercipta kondisi surplus tenaga kerja. Kondisi tersebut ialah ketika
jumlah pekerja yang ingin bekerja lebih banyak daripada jumlah pekerjaan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulah sebagai berikut:
a. Investasi berpengaruh signifikan dan negatif dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap
Tingkat Pengangguran Indonesia. Artinya, dalam kurun waktu tahun 2001 – 2017 kenaikan investasi yang
terjadi akan menurunkan TPT di Indonesia. Di sisi lain, perubahan investasi juga berpengaruh terhadap
TPT.
b. Ekspor dalam jangka panjang berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di
Indonesia pada tahun 2001 – 2017, dalam artian ketika volume ekspor naik maka TPT akan turun.
Sedangkan dalam jangka pendek hasilnya berbanding terbalik, yaitu perubahan ekspor yang terjadi tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
volume ekspor membutuhkan waktu lebih dari satu semester untuk memengaruhi TPT di Indonesia.
c. Tenaga kerja asing yang berada di Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek tidak
berpengaruh signifikan terhadap TPT di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa tenaga kerja asing di
Indonesia bersifat komplementer terhadap tenaga kerja Indonesia.
d. Upah tidak berpengaruh signifikan dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap TPT di
Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa upah mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga
kerja.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
a. Pemerintah Indonesia mampu mendatangkan investor lebih banyak lagi baik investor luar negeri maupun
investor dalam negeri. Di sisi lain, investasi diupayakan merupakan investasi padat karya sehingga
menyerap banyak tenaga kerja serta investasi yang dilakukan dapat merata ke seluruh wilayah di Indonesia.
Hal ini dikarenakan terdapat penelitian yang menyatakan bahwa investasi tidak berpengaruh terhadap
pengangguran oleh karena investasinya bersifat padat modal.
b. Pemerintah terus mendorong kegiatan ekspor meskipun dalam jangka pendek ekspor tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengangguran. Meskipun begitu dalam jangka panjang ekspor memiliki pengaruh dalam
menurunkan tingkat pengangguran. Pemerintah diharapkan terus memperluas pangsa pasar bagi produk-
produk eskpor Indonesia serta memberikan insentif untuk pengusaha yang produknya berorientasi ekspor.
c. Pemerintah tetap memantau perkembangan tenaga kerja asing di Indonesi meskipun pada penelitian ini
terbukti tenaga kerja asing tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Di sisi lain, pemerintah perlu
melakukan pemantauan ketat terhadap isu tenaga kerja asing illegal yang datang untuk bekerja di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2018). Konsep Tenaga Kerja. Di akses November 04, 2018, dari www.bps.go.id:
https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab1
Diuliu, E. A. (1993). Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Hasanah, N., Harlen, & Kadir, H. (2015). Pengaruh Migrasi Masuk Dan Investasi Terhadap Pengangguran Di
Kota Pekanbaru. JOM FEKON, Vol. 2, No. 1, 1-17.
Indarti, T. W. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja
Sektor Industri Di Pulau Jawa Tahun 2004-2015. Dalam Skripsi (hal. 2). Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan, A. B. (2014). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Dan Investasi Terhadap
Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Gresik. Dalam Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Kwon, C.-W., & Chun, B. G. (2011). Relationship regarding the demand for labor between domestic temporary
and foreign workers: Korean case. Japan and the World Economy, 240-245.
Latif, E. (2015). The relationship between immigration and unemployment: Panel data evidence from Canada.
Economic Modelling, 162-167.
Malik, N. (2013). Dinamika Tenaga Kerja Indonesia. Malang: UMM Press.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.
Schubert, S. F. (2011). The effect of total factor productivity and export shocks on a small open economy with
unemployment. Journal of Economic Dynamic & Control, 1514-1530.
Sholeh, M. (2007). Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah: Teori Serta Beberapa Potretnya Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 4, No. 1, 62-75.
Simanjuntak, P. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Skousen, M. (2016). Sejarah Pemikiran Ekonomi Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Sukirno, S. (2011). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tang, X., Benjamin, M. C., Zhang, B., Snowden, S., & HÖÖk, M. (2016). Trade-off analysis between
embodied energy exports and employment creation in China. Journal of Cleaner Production, 310-319.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Wahyudi, S. T. (2016). Konsep dan Penerapan Ekonometrika Menggunakan E-views. Jakarta: Rajawali Pers.