pengaruh job demands, dukungan sosial suami dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH JOB DEMANDS, DUKUNGAN SOSIAL
SUAMI DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP
WORK-FAMILY CONFLICT KARYAWATI BANK
YANG TELAH MENIKAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Mega Anggraeni
NIM: 11130700000129
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
v
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada
kemudahan. Karena itu bila kau telah selesai
(mengerjakan yang lain) dan kepada Tuhan,
berharaplah.
Surah Al-Insyirah: 6-8
Bekerja keras dan bersikap baiklah, maka hal luar biasa akan terjadi.
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, keluarga dan sahabat-
sahabat yang selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi penulis
vi
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) September 2019 C) Mega Anggraeni D) Pengaruh job demands, dukungan sosial suami dan faktor demografi terhadap
work-family conflict karyawati bank yang telah menikah. E) xiv + 80 halaman + lampiran F) Wanita yang telah menikah dan memutuskan untuk tetap bekerja akan
menambah peran lain didalam kehidupannya. Work-family conflict terjadi ketika peran dan tanggung jawab antara pekerjaan dengan keluarga tidak seimbang, sehingga akan menimbulkan tekanan dan konflik yang dapat mengganggu keseimbangan antara pekerjaan dan pribadi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh job demands (work overload, tuntutan kognitif dan tuntutan emosi), dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan) dan faktor demografi (jam kerja, jumlah anak dan usia anak terakhir) terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah. Penelitian ini dilakukan pada 160 karyawati bank yang telah menikah dan memiliki anak. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling yaitu purposive sampling. Peneliti menggunakan alat ukur Work-Family Conflict Scale (WFCS) yang dikembangkan oleh Carlson, Kacmar & Williams (2000), Questionnaire On The Experience And Assessment Of Work dari Bakker, Brummelhuis, Prins & Heijden (2011) dan dukungan sosial suami yang dikembangkan dari teori dukungan sosial Sarafino (2011). Validitas alat ukur diuji dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70 dan untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 21. Hasil penelitian menggunakan analisis regresi berganda menunjukan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap work-family conflict dengan proporsi varian sebesar 55.4%, sedangkan sisanya 44.6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Sementara, hasil analisis masing-masing variabel secara terpisah menunjukan bahwa variabel work overload, tuntutan kognitif dan tuntutan emosi berpengaruh signifikan terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah. Sedangkan variabel dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan persahabatan, jam kerja, jumlah anak dan usia anak terakhir tidak signifikan berpengaruh terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah.
G) Bahan Bacaan: 45; Jurnal: 39 + buku: 2 + artikel: 4 + skripsi: 1.
vii
ABSTRACT A) Faculty of Psychology B) September 2019 C) Mega Anggraeni D) The effect of job demands, social support husband, and factor demographic on
work-family conflict of married bank employees E) xiv + 80 pages + appendix F) Women who are married and decide to keep working will add another role in
their lives. Work-family conflict occurs when the roles and responsibilities between work and family are not balanced, so that it will cause pressure and conflict that can disrupt the balance between work and one's person. This study aim to examine the effect of job demands (work overload, cognitive demand and emotional demand), social support husband (emotional support, informasional support, instrumental support and support friendship) and factor demographic on work-family conflict of married bank employees. This study was conducted to 160 bank employees who are married and have children. The sampling technique used is non-probabililty sampling technique that is purposive sampling. The author uses Work-Family Conflict Scale (WFCS) measuring instruments developed by Carlson, Kacmar & Williams (2000), Questionnaire On The Experience And Assessment Of Work from Bakker, Brummelhuis, Prins & Heijden (2011) and husband's social support developed from Sarafino's (2011) social support theory. The validity of measuring equipment using confirmatory factor analysis technique (CFA) with the help of software Lisrel 8.70 and the data analysis using multiple regression analysis techniques with the help of software SPSS 21. The results of research using multiple regression analysis showed that all the free variables used significant effect against the work-family conflict with the proportion of variants of 55.4%, while the remaining 44.6% are influenced by variables other than research. Meanwhile, the results of the analysis of each variable separately variable indicates that work overload, cognitive demand and emotional demand significantly to work-family conflict in married employees. While the variables of emotional support, informasional support, instrumental support, support friendship, working hours, number of children and age of the last child not significant effect on work-family conflict of married bank employees.
G) References: 45; Journal: 39 + books: 2 + article: 4 + thesis: 1.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini penulis dibantu oleh berbagai pihak oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Zulfa Indira Wahyuni M.Psi, dosen pembimbing skripsi dan pembimbing
akademik yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dan Ibu Mulia Sari Dewi, M.Si,
Psikolog., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak bantuan
berupa saran, kritik serta kemudahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
selama ini memberikan ilmu, wawasan, serta para staf Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu kelancaran penelitian
ini.
5. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktunya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan
dukungan moril maupun materil serta doa-doa yang selalu dipanjatkan agar
ix
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Kepada adik dan kakak
terima kasih atas perhatian dan semangat yang selalu diberikan.
7. Untuk Noor Uyun dan Amelia Suci terima kasih sudah selalu memberi
semangat, saran, kritik, motivasi, selalu mendukung dan menemani penulis
dalam setiap keadaan, dan tidak bosan mendengarkan keluh kesah penulis.
8. Raiza Gumala dan Sri Ratna Dani, terima kasih sudah membantu penulis
mengerjakan penelitian ini memberikan saran, motivasi, kritik pada penulis.
9. Teman teman tersayang Zakia, Vivi, Dewi, , Ria, Hutami, Fathia, Dea, Shofi,
Riri, terima kasih telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah.
10. Aprilia, terimakasih sudah membantu dan memberikan dukungan selama
pengerjaan skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan agar dapat
terselesaikannya penelitian ini.
Akhir kata sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat
untuk saat ini ataupun masa yang akan datang, khususnya bagi penulis dan bagi
siapa saja yang membaca serta berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih
lanjut.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................. 8
1.2.1 Pembatasan Masalah................................................................................ 8 1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10 1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10 1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
2.1 Work-Family Conflict................................................................................... 12 2.1.1 Definisi Work-Family Conflict .............................................................. 12 2.1.2 Dimensi Work-Family Conflict.............................................................. 13
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Work-Family Conflict .............................. 15 2.1.4 Alat Ukur Work-Family Conflict ........................................................... 18
2.2 Job Demands ................................................................................................ 19 2.2.1 Definisi Job Demands............................................................................ 19 2.2.2 Dimensi Job Demands ........................................................................... 20
2.2.3 Alat Ukur Job Demands ........................................................................ 20 2.3 Dukungan Sosial Suami ............................................................................... 21
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial Suami ........................................................... 21 2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial Suami .......................................................... 23 2.2.3 Alat Ukur Dukungan Sosial Suami........................................................ 24
2.4 Faktor Demografi ......................................................................................... 24 2.5 Kerangka Berfikir......................................................................................... 25
2.6 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 29 BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 31 3.2 Variabel Penelitian ....................................................................................... 31
3.2.1 Definisi Operasional .............................................................................. 31
xi
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 33 3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................................. 35
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Work-Family Conflict ....................................... 38
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Job Demands .................................................... 40 3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial Suami ................................... 44
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 47
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 54
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................................ 54
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................................. 55 4.3 Kategorisasi Skor ......................................................................................... 57
4.4 Hasil Uji Hipotesis ....................................................................................... 58 4.5 Proporsi Varian Masing-Masing Independen Variabel................................ 64
BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................ 68
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 68
5.2 Diskusi.......................................................................................................... 69 5.3 Saran ............................................................................................................. 73
5.3.1 Saran Teoritis ......................................................................................... 73
5.3.2 Saran Praktis .......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA………………………………...…………………...…….76
LAMPIRAN…………………………………………………...……………..….81
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala ................................................................. 33
Tabel 3.2 Blueprint Alat Ukur Work-Family Conflict .................................. 34
Tabel 3.3 Blueprint Alat Ukur Job Demands ............................................... 34
Tabel 3.4 Blueprint Alat Ukur Dukungan Sosial Suami............................... 35
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Work-Family Conflict .................................. 39
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Work Overload............................................. 41
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Tuntutan Kognitif ........................................ 42
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Tuntutan Emosi ............................................ 43
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional................................... 45
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental.............................. 46
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukungan Persahabatan............................. 47
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................. 54
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ......................................... 56
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ............................................................ 57
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................... 57
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ................................................. 59
Tabel 4.6 Anova ............................................................................................ 59
Tabel 4.7 Koefisien Regresi.......................................................................... 61
Tabel 4.8 Proposi Varians Masing-Masing Independent Variable............... 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ......................................................... 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 81
Lampiran 2 Alat Ukur Penelitian .................................................................. 82
Lampiran 3 Path Diagram dan Syntax…….………………………………..89
Lampiran 4 Output Statistik Hasil Penelitian……………………………….97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, bekerja merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone, Russell & Cooper, 1992).
Pada umumya masyarakat memandang bahwa peran pria dan wanita berbeda.
Pria diharapkan menjadi sosok kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah
sedangkan wanita bertugas dengan urusan domestik seperti mengelola rumah
tangga dan mengurus anak. Pembagian peran ini cenderung menjadikan
wanita tersubordinasi oleh pria, yang bahkan berdampak pada bentuk
ketidakadilan seperti marginalisasi dan stereotipe (Alteza & Hidayati, 2009).
Semenjak adanya emansipasi wanita, bekerja tidak hanya dilakukan oleh
kaum pria saja namun banyak kaum wanita turut ikut serta untuk terjun ke
dunia kerja. Tuntutan bagi seorang wanita untuk bekerja pada dasarnya tidak
hanya sebatas karena ingin memenuhi kebutuhan secara ekonomi saja. Tetapi
lebih kepada keinginan untuk turut berpartisipasi dan mendapat apresiasi atas
perjuangan serta prestasinya. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi
kaum wanita yang sudah berkeluarga juga memiliki karir dalam pekerjaan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi DKI Jakarta jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan
dari 4,72 juta orang pada Agustus 2015 menjadi 4,86 juta orang pada Agustus
2016, terjadi peningkatan sebanyak 137,8 ribu orang. Peningkatan terjadi pada
penduduk wanita yang bekerja pada bulan Agustus 2015 sebesar 1.799,38 ribu
2
orang sedangkan pada bulan Agustus 2016 sebesar 1.853,47 ribu orang. Pada
penduduk wanita yang bekerja terjadi peningkatan sebesar 54,09 ribu orang.
Wanita yang telah menikah dan memutuskan untuk tetap bekerja akan
menambah peran lain di dalam kehidupannya. Meskipun demikian, tidak
dipungkiri bahwa peran utama seorang wanita yang sudah berkeluarga adalah
mengurus rumah tangganya (Sumantri, 2013). Wanita memiliki pekerjaan
rumah tangga yang tidak pernah berakhir, berulang-ulang, dan rutin yang
biasanya mencakup membersihkan, mengawasi anak, berbelanja, memasak,
beres-beres dan mencuci pakaian (Santrock, 2002). Di sisi lain wanita juga
memiliki peran sebagai karyawan dalam sebuah organisasi yang juga dituntut
keberhasilannya ditempat kerja (Beutell & Wittig-Berman, 1999). Hal ini
menggambarkan bahwa wanita memiliki tanggung jawab dan beban peran
yang besar.
Semakin banyak peran yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula
menghadapi masalah tuntutan peran yang diembannya. Pembagian peran
antara keluarga dan pekerjaan menjadi sebuah problematika tersediri yang
banyak dihadapi oleh karyawan wanita. Wanita yang bekerja dan mengurus
rumah tangga akan berusaha untuk menyeimbangkan antara keluarga dan
pekerjaan. Namun, kebanyakan ibu yang bekerja dengan pekerjaan yang
menuntut sambil mengurus rumah tangga tidak akan maksimal hasilnya,
seperti pekerjaan menjadi terbengkalai ataupun sebaliknya (Rosa, 2018).
Keterlibatan seseorang dalam beberapa peran akan berdampak pada tidak
terpenuhinya tuntutan dan peran tertentu.
3
Meskipun banyak karyawan wanita yang sudah mempunyai berbagai
macam cara untuk menyiasati hal tersebut, tetap saja timbul permasalahan
yang terjadi akan menimbulkan tekanan psikologis pada dirinya. Tingkat stres
kerja seorang karyawan selain dipengaruhi oleh work family conflict juga
dipengaruhi beban kerja dalam pekerjaannya (Kurniawati, Werdani & Pinem,
2018). Dalam survey yang dilakukan oleh Well dan Beyond mengatakan
bahwa tingkat stress wanita di Indonesia lebih tinggi daripada pria, dimana
angka stress wanita lebih tinggi 84% daripada pria. Biasanya perempuan stress
karena tekanan pekerjaan serta memikirkan kondisi keuangan keluarga dan
pribadi (Dinar, 2019). Hal ini yang memicu terjadinya work-family conflict
pada wanita bekerja yang sudah berkeluarga.
Fenomena work-family conflict terjadi ketika peran dan tanggung jawab
antara pekerjaan dengan keluarga tidak seimbang, sehingga akan
menimbulkan tekanan dan konflik yang dapat mengganggu keseimbangan
antara pekerjaan dan pribadi seseorang. Uzoigwe, Low dan Noor (2016)
mengatakan bahawa work-family conflict terjadi ketika seseorang memegang
dua peran atau lebih pada saat yang bersamaan. Greenhaus dan Beutell (1985)
mendefinisikan work-family conflict sebagai konflik antar peran di mana
tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara mutual saling
bertentangan dalam beberapa hal hingga partisipasi dalam satu peran
membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi dalam peran lainnya.
Salah satu profesi yang juga banyak diminati oleh wanita yaitu sebagai
pekerja bank. Banyaknya tenaga kerja wanita yang terserap di perbankan juga
4
semakin memperkuat kecenderungan tingginya tingkat konflik kerja-keluarga
pada sektor industri tersebut, mengingat tantangan penyeimbangan tuntutan
peran keluarga dan pekerjaan menjadi bahasan yang spesifik pada wanita
(Opie, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed, Muddasar dan Perviaz (2012)
menunjukkan bahwa tingkat konflik kerja-keluarga yang tinggi terdapat pada
pekerja di perbankan. Alasannya, perbankan memiliki jam kerja yang panjang
sehingga menyulitkan pekerjanya untuk menyesuaikan waktu yang dimiliki
agar lebih optimal dalam memenuhi tuntutan peran keluarga (Malik & Khid
dalam Ahmed et.al., 2012). Pekerjaan didunia perbankan menuntut
kedisiplinan kerja yang tinggi, dimana tugas yang diberikan harus diselesaikan
sesuai dengan deadline waktu yang telah ditentukan. Konsekuensinya,
karyawan sering kali harus bekerja lembur.
Karyawan yang bekerja didunia perbankan menghabiskan sebagian besar
waktu maupun pikiran mereka. Hal ini di karenakan karyawan dituntut untuk
berpikir dan bertindak cepat serta akurat dalam setiap pekerjaannya.
Karyawan mengalami work-family conflict karena jam kerja yang panjang,
kelebihan beban kerja, tidak fleksibel dalam operasi kerja, dan ketatnya
kebijakan perbankan mengenai liburan dan waktu kantor (Ahmed et.al., 2012).
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada karyawati Bank Mandiri
pada bulan Januari 2019, dengan mewawancarai 5 orang didapatkan bahwa
mereka merasa kesulitan dalam membagi waktunya antara pekerjaan dengan
mengurus rumah tangga. Tuntutan kerja yang tinggi disertai dengan deadline
5
waktu untuk menyelesaikan tugas cukup tinggi, sehingga waktu yang
dihabiskan untuk pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan keluarga. Hal
tersebut membuat mereka sering merasa kelelahan ketika sudah berada
dirumah, sehingga mudah menganggu suasana hati mereka.
Penelitian mengenai sebab-sebab dan konsekuensi dari work-family
conflict semakin banyak dilakukan. Work-family conflict pada wanita bekerja
membawa dampak negatif secara individual pada diri wanita bekerja itu
sendiri dalam bentuk gangguan psikologis maupun kesehatan. Dampak negatif
juga dirasakan oleh mereka yang tinggal serumah atau tidak serumah seperti
anggota keluarga (suami, anak, mertua, orang tua, keluarga besar) maupun
yang sehari-hari berinteraksi dengan wanita bekerja seperti pembantu rumah
tangga dan sopir. Selain itu dampak negatif juga dirasakan oleh organisasi
tempat wanita bekerja terkait dengan produktivitas kerja dan hubungan sosial
dengan rekan kerja. Dampak lain yang ditimbulkan dari work-family conflict
yaitu mengalami distress, kepuasan kerja yang rendah, mengalami
ketidakpuasan perkawinan dan stres (Parasuraman & Simmers, 2001).
Work-family conflict dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi work-family conflict adalah job demands.
Penelitian yang dilakukan oleh Bakker, Brummelhuis, Prins dan Heijden
(2011) menunjukkan bahwa pada karyawan tuntutan pekerjaan (pekerjaan
overload, tuntutan emosional dan tuntutan kogntif) berpengaruh terhadap
work-family conflict. Tuntutan pekerjaan mengacu pada tekanan yang
6
ditimbulkan dari beban kerja yang berlebihan dan tekanan waktu (Yildirim &
Aycan, 2007).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Gronlund (2007) menunjukkan bahwa
job demands sangat terkait dengan work-family conflict. Ketika tuntutan
pekerjaan tinggi maka keseimbangan untuk menjalankan dua peran akan
terganggu. Pada penelitian ini wanita yang paling mudah mengalami work-
family conflict, hal ini terjadi ketika wanita dihadapkan pada tuntutan
pekerjaan yang tinggi dan juga banyak. Hasil penelitian lain yang d ilakukan
oleh Yang, Chein, Choi dan Zou (2000) pada pekerja di Cina mengalami job
demands yang besar sehingga berdampak pada work-family conflict yang
besar pula.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi work-family conflict adalah
dukungan sosial suami. Peran dan dukungan sosial suami sangat lah penting
untuk mengurangi work-family conflict bagi wanita yang bekerja dan sudah
menikah, apalagi ketika pasangan suami dan istri tersebut sudah memiliki
anak. Peran dan dukungan suami seperti dalam membantu istri mengerus anak
ketika istri sedang sibuk dengan pekerjaan, mendengarkan cerita istri,
memberikan dukungan secara emosional; memberikan kepercayaan, cinta dan
kasih sayang kepada istri, memberikan saran dan nasihat untuk mencari jalan
keluar ketika istri memiliki permasalahan baik dalam pekerjaan maupun
keluarga.
Seperti penelitian Aycan & Eskin (2005) menjelaskan bahwa dukungan
dari suami yang berupa bantuan tenaga, nasihat, dan memahami kondisi istri
7
akan mengurangi konflik pekerjaan-keluarga yang dialami istri. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Selvarajan, Cloninger dan Singh (2013) dalam penelit ian
mereka dengan 435 karyawan full-time dari berbagai organisasi yang terdaftar
dalam program MBA eksekutif di Southwestern University menyimpulkan
bahwa dukungan emosional yang diberikan oleh pasangan/mitra memiliki efek
menguntungkan dalam memajukan keseluruhan kesejahteraan emosional dari
karyawan yang telah berusaha menangani konflik yang berasal dari dua bagian
penting yaitu pekerjaan dan keluarga.
Selain faktor job demands dan dukungan sosial suami, terdapat pula faktor
demografis berupa jam kerja, jumlah anak dan usia anak terakhir yang dapat
mempengaruhi work-family conflict. Dalam peneitian yang dilakukan oleh
Uzoigwe et.al. (2016) menjelaskan bahwa jam kerja, tanggung jawab
keluarga, permintaan pekerjaan, dan kelebihan peran kerja secara signifikan
berkorelasi dengan work-family conflict. Analisis regresi linier berganda
menunjukkan bahwa hanya beban kerja yang berlebihan, tanggung jawab
keluarga, dan jam kerja secara signifikan memprediksi 45,9% konflik peran
keluarga. Penelitian lain yang dilakukan oleh Alam, Sattar dan Chaudhury
(2011) menjelaskan bahwa jam kerja yang berlebihan memiliki pengaruh
positif terhadap work-family conflict pada ibu yang bekerja.
Jumlah anak di dalam satu keluarga juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi work-family conflict pada ibu yang bekerja. Kim dan Ling
(2001) menyebutkan bahwa pasangan orang tua yang memiliki anak, lebih
mudah mengalami work-family conflict daripada pasangan yang belum
8
memiliki anak. Jumlah anak dan usia anak terakhir memiliki pengaruh yang
positif terhadap work-family conflict (Mjoli, Dywili & Dodd, 2013). Menurut
Ahmad (dalam Ahmad, 2008) menemukan bahwa karyawati yang memiliki
anak bungsu berusia kurang dari 3 tahun mengalami lebih banyak work-family
conflict dibandingkan mereka dengan anak bungsu yang berusia di atas 3
tahun.
Tuntutan pengasuhan, tercermin dari jumlah dan umur anak mulai dari
umur anak yang paling kecil. Tuntutan pengasuhan tertinggi terjadi pada
orang tua yang memiliki bayi dan anak-anak pra sekolah, tuntutan yang lebih
rendah pada orang tua yang memiliki anak usia sekolah dan terendah pada
orang tua yang memiliki anak usia dewasa dan tidak lagi tinggal bersama
orang tuanya (Parasuraman & Simmers, 2001).
Berdasarkan uraian fenomena dan kajian literatur mengenai work-family
conflict yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang
membuat penulis merasa terertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh job demands, dukungan sosial suami, dan faktor demografi terhadap
work-family conflict karyawati bank yang telah menikah.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
1. Work-family conflict yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk
konflik antar peran dimana tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga
secara mutual saling bertentangan dalam beberapa hal hingga partisipasi
9
dalam satu peran membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi da lam
peran lainnya (Greenhaus & Beutell dalam Carlson et.al., 2000).
2. Job demands adalah keadaan tuntutan pekerjaan yang mengacu pada
aspek-aspek fisik, sosial atau organisasi dari pekerjaan yang
membutuhkan upaya fisik dan mental yang terkait dengan fisiologis dan
psikologis seseorang (Bakker et.al., 2011).
3. Dukungan sosial suami adalah pemberian dukungan dari pasangan yang
dirasakan ibu yang bekerja berupa dukungan emosional atau
penghargaan, instrumental, informatif, dan persahabatan.
4. Faktor demografi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jam kerja,
jumlah anak, dan usia anak terakhir.
5. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan wanita
yang sudah menikah dan memiliki anak yang bekerja di bank.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan job demands, dukungan
sosial suami dan faktor demografi terhadap work-family conflict
karyawati bank yang telah menikah?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi work overload
terhadap work family conflict karyawati bank yang telah menikah?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tuntutan emosional
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
10
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tututan kognitif
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan emosional
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan instrumental
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan informatif
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan persahabatan
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan jam kerja terhadap work-
family conflict karyawati bank yang telah menikah?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan jumlah anak terhadap work-
family conflict karyawati bank yang telah menikah?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan usia anak terhadap work-
family conflict karyawati bank yang telah menikah?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan job demands,
dukungan sosial suami, dan faktor demografi terhadap work family
conflict karyawati bank yang telah menikah.
11
2. Mengetahui seberapa besar kontribusi dari variable job demands,
dukungan sosial suami, dan faktor demografi terhadap work family
conflict karyawati bank yang telah menikah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis.
Adapun manfaat yang diharapakan tersebut adalah sebagi berikut:
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
ilmu pengetahuan psikologi, khususnya pada psikologi industri dan
organisasi, psikologi keluarga, dan behavioral. Penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan tentang work-family conflict serta variabel
apa saja yang dapat mempengaruhinya.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
hasil-hasil penelitian tentang pengaruh job demands, dukungan sosial
suami, dan faktor demografi terhadap work-family conflict, dan juga dapat
digunakan oleh pembaca dalam memahami lagi work-family conflict, serta
hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhinya sehingga dapat berguna
nantinya untuk mencegah terjadinya work-family conflict. Dari penelitian
ini juga diharapakan dapat membantu mengambil kebijakan yang dapat
meminimalisir terjadinya work-family conflict pada ibu yang bekerja.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Work-Family Conflict
2.1.1 Definisi Work-Family Conflict
Work-family conflict merupakan suatu bentuk konflik antar peran di mana
tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara mutual saling
bertentangan dalam beberapa hal hingga partisipasi dalam satu peran
membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi dalam peran lainnya (Greenhaus
& Beutell dalam Carlson, Kacmar & Williams, 2000). Work-family conflict
ada ketika tekanan kerja membatasi kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan kegiatan keluarga (Kahya & Kasen, 2014).
Menurut Frone (2000) work-family conflict menunjukkan adanya dua arah
hubungan antara pekerjaan dengan keluarga. Konsep dari work-family conflict
yaitu menguji konflik yang ada ketika seseorang memegang dua peran atau
lebih pada saat yang bersamaan (Uzoigwe et.al., 2016)
Sedangkan menurut Carlson et.al. (2000) work-family conflict merupakan
sumber stress yang pastinya pernah dirasakan oleh setiap individu, dan mereka
mengatakan work-family conflict ini tidak terjadi saat kondisi pekerjaan
memiliki gangguan dari keluarga melainkan terjadi saat kondisi keluarga
memiliki gangguan dari pekerjaan, ini artinya kedua peran ini saling
berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
menggunakan definisi dari Greenhaus dan Beutell (dalam Carlson et.al.,
13
2000), Work-family conflict merupakan suatu bentuk konflik antar peran di
mana tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara mutual saling
bertentangan dalam beberapa hal hingga partisipasi dalam satu peran
membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi dalam peran lainnya.
2.1.2 Dimensi Work-Family Conflict
Menurut Greenhaus dan Beutell (dalam Carlson et.al., 2000), dimensi work-
family conflict terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Time-based conflict
Waktu yang dihabiskan untuk kegiatan dalam satu peran umumnya tidak
dapat dikhususkan untuk kegiatan dalam peran lain. Konflik berbasis waktu
dapat mengambil dua bentuk: (1) Tekanan waktu yang terkait dengan
keanggotaan dalam satu peran dapat membuat fisik tidak mungkin memenuhi
harapan yang timbul dari peran lain; (2) Tekanan waktu juga dapat
menyebabkan individu terokupasi dengan satu peran bahkan ketika individu
mencoba untuk memenuhi tuntutan peran lain (Bartolome & Evans dalam
Greenhaus & Beutell, 1985).
Sumber konflik yang dapat memicu terjadinya time-based conflict, yaitu
Konflik kerja-keluarga secara positif berhubungan dengan jumlah jam kerja
per minggu. Selain banyaknya jam kerja per minggu, ketidakfleksibelan
jadwal kerja dapat menghasilkan konflik keluarga-pekerjaan (Pleck, Stainers
& Lang dalam Greenhaus & Beutell, 1985). Namun, tidak dapat diasumsikan
bahwa jam kerja yang fleksibel pasti akan mengurangi konflik keluarga-
pekerja dari semua karyawan.
14
Sumber konflik yang terkait dengan keluarga. Karakteristik peran keluarga
yang mengharuskan seseorang menghabiskan banyak waktu dalam kegiatan
keluarga dapat menghasilkan konflik keluarga-kerja. Sesuai dengan proposisi
ini, (Herman & Gyllstrom dalam Greenhaus & Beutell, 1985) menemukan
bahwa orang yang sudah menikah mengalami konflik kerja-keluarga lebih
banyak daripada orang yang belum menikah.
2. Strain-based conflict
Strain based conflict merupakan suatu bentuk konflik kerja-keluarga yang
melibatkan ketegangan yang dihasilkan oleh salah satu peran. Tekanan dalam
satu peran dapat mempengaruhi kinerja dari peran lainnya.
Sumber konflik yang dapat memicu terjadinya strain-based conflict, yaitu
tuntutan kerja secara fisik dan psikologis berhubungan positif dengan
beberapa jenis konflik pekerjaan-keluarga (Pleck et.al. dalam Greenhaus &
Beutell, 1985). Beutell dan Greenhaus (1982) menemukan bahwa wanita
yang orientasi karirnya berbeda dari suami mereka mengalami konflik yang
cukup kuat antara peran rumah dan pekerjaan.
3. Behavior-based conflict
Behavior-based conflit merupakan suatu bentuk konflik kerja-keluarga
dimana pola perilaku dalam suatu peran tertentu mungkin tidak sesuai dengan
harapan mengenai perilaku dalam peran lain. Misalnya, stereotip pria dan
manajerial menekankan kemandirian, stabilitas emosional, agresivitas, dan
objektivitas (Schein dalam Greenhaus & Beutell, 1985). Anggota keluarga, di
sisi lain, mungkin mengharapkan seseorang untuk bersikap hangat, tidak
15
peduli, emosional, dan rentan dalam interaksi dengannya. Jika seseorang
tidak dapat menyesuaikan perilaku untuk memenuhi harapan berbagai peran,
berbohong atau kemungkinan akan mengalami konflik di antara peran
tersebut.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi
menurut Greenhaus dan Beutell (dalam Carlson et.al., 2000), yang terdiri dari
tiga dimensi yaitu time-based conflict, strain-based conflict dan behavior-
based conflict.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Work-Family Conflict
Berikut adalah faktor- faktor yang dapat mempengaruhi work-family conflict :
1. Faktor yang berasal dari pekerjaan
Tutntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban
kerja yang berlebihan dan juga waktu kerja.Waktu kerja Byron (2005)
mengatakan bahwa seseorang yang lebihbanyak menghabiskan waktu untuk
pekerjaan berhubungan positif dengan work-family conflict. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Michael Kotbra, Mitchelson, Clark dan Baltes (2010)
mengatakan bahwa tuntutan jam kerja memiliki hubungan moderat terhadap
work-family conflict yang artinya bahwa variabel ini memiliki potensi untuk
menimbulkan work-family conflict.
Dukungan pekerjaan merupakan dukungan yang berasal dari atasan, rekan
kerja dukungan organisasi, dan dukungan mentor. Dukungan dari organisasi
dapat mempengaruhi work-family conflict. Menurut Kahya dan Kasen (2014)
16
dukungan organisasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengurangi
work-family conflict
Keterlibatan kerja juga dapat mempengaruhi work-family pada karyawan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Michael et.al. (2010) juga
menunjukkan hubungan yang positif antara keterlibatan kerja dan work-
family conflict dan keterlibatan kerja didukung sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi work-family conflict. Seseorang yang memiliki keterlibatan
kerja yang tinggi maka akan menghabiskan banyak waktu dengan pekerjaan
sehingga akan mencurahkan lebih banyak energi untuk peran di pekerjaan
dengan mengorbankan perannya di keluarga yang menimbulkan work-family
conflict.
2. Faktor yang berasal dari keluarga
Jumlah anak didalam suatu keluarga dapat mempengaruhi work-family
conflict. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Bayron (2005)
menyatakan bahwa banyaknya jumlah aniak berhubungan positif dengan
work-family conflict. Penelitian menyatakan jumlah anak yang dimiliki
individu dilaporkan berhubungan untuk mengalami work-family conflict
(Bedeian et.al. dalam Michael et.al., 2010).
Dukungan sosial yang berasal dari suami juga dapat mempengaruhi work-
family conflict wanita yang bekerja sambil mengurus rumah tangga. Patel,
Beekhan, Paruk dan Ramgon (2008) menyatakan bahwa dukungan sosial
suami memiliki pengaruh yang signifikian terhadap work-family conflict,
17
semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan oleh suami maka work-family
conflict juga akan semakin rendah.
Usia anak juga menjadi salah satu faktor yang berasal dari keluarga,
Ahmad (dalam Ahmad, 2008) menemukan bahwa karyawati yang memiliki
anak bungsu berusia kurang dari 3 tahun mengalami lebih banyak work-
family conflict dibandingkan mereka dengan anak bungsu yang berusia di
atas 3 tahun. Selain itu dukungan suami yang berupa bantuan tenaga, nasihat,
dan memahami kondisi istri akan mengurangi work-family conflict yang
dialami istri.
3. Faktor demografi
Faktor demografi dapat mempengaruhi work-family conflict, menurut Byron
(2005) menyatakan bahwa laki- laki lebih kecil mengalami work-family
conflict daripada wanita. Sedangkan wanita cenderung lebih besar mengalami
family-work conflict daripada laki- laki.
Menurut Razak, Yunus dan Nasrudin (2011) menyatakan bahwa
pendidikan secara signifikan dan negatif berhubungan dengan gangguan kerja
dengan keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin rendah tingkat
pendidikan yang dicapai oleh para dokter ini, semakin besar pula pekerjaan
yang mengganggu keluarga yang dialami mereka.
Berdasarkan beberapa faktor yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
menggunakan faktor job demands, dukungan sosial suami, jam kerja dan usia
anak terakhir untuk diteliti, untuk menguji apakah benar bahwa faktor-faktor
18
tersebut mempengaruhi work-family conflict karyawati bank yang telah
menikah.
2.1.4 Alat Ukur Work-Family Conflict
Work-family conflict dapat diukur berdasarkan beberapa instrumen atau alat
ukur, diantaranya:
1. Work-Family Conflict Scale (WAFCS) yang dikembangkan oleh Haslam,
Filus, Morawska dan Sanders (2014) yang berjumlah 10 item, terdiri dari
5 item untuk mengukur WFC dan 5 item FWC.
2. Work-Family Conflict Scale (WFCS) yang dibuat oleh Carlson et al.
(2000) mengacu pada teori Greenhaus dan Beutell (1995). Terdiri dari 27
item dan tiga dimensi work-family conflict yaitu konflik berdasarkan
waktu (time-based conflict), konflik berdasarkan ketegangan (strain-
based conflict), dan konflik berdasarkan perilaku (behavior-based
conflict).
3. Netemeyer, Boles dan McMurrian (1996) juga mengembangkan Self-
report Scales of Work-Family Conflict berjumlah 10 item yang
menggunakan aspek tuntutan umum, waktu dan ketegangan yang ada di
dalam pekerjaan dan keluarga.
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Work-Family Conflict Scale
(WFCS) yang dibuat oleh Carlson et.al. (2000). Alat ukur ini mengacu pada
teori Greenhaus dan Beutell (1995). Terdiri dari 27 item dan tiga dimensi
work-family conflict yaitu konflik berdasarkan waktu (time-based conflict),
19
konflik berdasarkan ketegangan (strain-based conflict), dan konflik
berdasarkan perilaku (behavior-based conflict).
2.2 Job Demands
2.2.1 Definisi Job Demands
Job demands merupakan tekanan yang muncul dari beban kerja yang
berlebihan dan tekanan waktu di lokasi kerja, termasuk kesibukan terkait
pekerjaan dan deadline (Yang et.al., 2000). Menurut Love, Irani, Standing
dan Themistocleous (2007) tuntutan pekerjaan didefinisikan sebagai pemicu
psikologis seperti bekerja secara intensif untuk jangka waktu yang panjang,
memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan pekerjaan, dan memiliki
tuntutan yang bertentangan.
Job demands adalah tuntutan pekerjaan yang mengacu pada aspek-aspek
fisik, sosial atau organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan upaya fisik
dan mental yang terkait dengan fisiologis dan psikologis seseorang (Bakker
et.al., 2011). Sedangkan menurut Yildirim & Aycan (2007) tuntutan
pekerjaan mengacu pada tekanan yang ditimbulkan dari beban kerja yang
berlebihan dan tekanan waktu. Contoh tuntutan pekerjaan adalah tekanan
kerja, berurusan dengan klien yang menuntut, atau menghadapi situasi yang
mempengaruhi karyawan secara emosional (Demerouti, Bakker, Nachreiner
& Schaufeli, 2001). Mikkelsen, Ogaard dan Lendbergis (2005)
mendefinisikan job demands sebagai aspek yang berhubugan dengan pemicu
terjadinya stress kerja dan sember beban kerja diantara pekerja sosial.
20
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
menggunakan definisi menurut Bakker et.al. (2011), job demands adalah
tuntutan pekerjaan yang mengacu pada aspek-aspek fisik, sosial atau
organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan upaya fisik dan mental yang
terkait dengan fisiologis dan psikologis seseorang.
2.2.2 Dimensi Job Demands
Menurut Bakker et.al. (2011), dimensi job demands terbagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Work Overload
Mengacu pada sejauh mana karyawan perlu melakukan banyak tugas
dalam jangka waktu yang singkat
2. Tuntutan Kognitif
Merupakan tugas yang memerlukan banyak konsentrasi.
3. Tuntutan Emosi
Merupakan masalah yang terjadi di tempat kerja yang mempengaruhi
karyawan secara pribadi dan menguras emosi.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi
yang dikemukakan oleh Bakker et.al. (2011) yang terdiri dari work overload,
tuntutan kognitif dan tuntutan emosional.
2.2.3 Alat Ukur
Job demands dapat dikur dengan menggunakan Questionnaire On The
Experience And Evaluation Of Work (QEEW) yang berdasarkan atas konsep
Bakker et.al. (2011). Alat ukur ini terdiri dari 30 dimensi yang berkaitan
21
dengan pengalaman dan valuasi kerja. Item pada alat ukur ini berjumlah 243
item.
Job demands juga dapat diukur dengan menggunakan Job Demands-
Resources Scale (JDRS) yang dikembangkan oleh Jackson dan Rothmann
(2005). Alat ukur ini terdiri dari 40 item dengan tujuh dimensi yaitu
organizational support, growth opportunitie, overload, job insecurity,
relationsip with colleagues, control and rewards.
Dalam penilitian ini menggunakan alat ukur Questionnaire On The
Experience And Evaluation Of Work (QEEW) yang berdasarkan atas konsep
Bakker et.al. (2011). Alat ukur ini terdiri dari 30 dimensi yang berkaitan
dengan pengalaman dan valuasi kerja. Item pada alat ukur ini berjumlah 243
item. Pada penelitian ini hanya menggunakan 25 item yang mewakili
penelitian ini.
2.3 Dukungan Sosial Suami
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial Suami
Dukungan sosial merujuk pada ketersediaan rasa nyaman, perhatian, harga
diri, atau bantuan kepada seseorang yang dating dari orang lain atau
kelompok (Sarafino & Smith, 2011). Dukungan tersebut dapat datang
darimana saja—dari pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter atau
komunitas organisasi.Seseorang dengan dukungan sosial percaya bahwa
dirinya dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari lingkungan sosial, seperti
keluarga atau organisasi komunitas. Dukungan tersebut dapat membantu
disaat dibutuhkan (Sarafino & Smith, 2011).
22
Sarafino dan Smith (2011) meyatakan bahwa dukungan sosial bukan
hanya mengacu kepada perilaku yang secara nyata dilakukan oleh seseorang,
atau disebut received support, namun juga merujuk pada persepsi seseorang
bahwa kenyamanan, perhatian, dan bantuan selalu tersedia jika dibutuhkan
atau disebut dengan perceived support. Menurut House (dalam Ojha, 2011)
mendefinisikan dukungan sosial dalam berbagai struktur dan komposisi.
Dalam penilaiannya, ada empat kategori utama dukungan sosial: 1) dukungan
emosional, 2) dukungan penilaian, 3) dukungan informasi, dan 4) dukungan
instrumental.
Menurut Bobak (dalam Rahmadita, 2013) dukungan pasangan adalah
dorongan untuk memotivasi istri, baik secara moral maupun material.
Menurut Friedman (dalam Rahmadita, 2013), wujud dari dukungan suami
dan keluarga yaitu, dukungan psikologis, dukungan ini dapat berupa
perhatian, mendampingi atau menemani istri saat diperlukan. Dukungan
informasi, suami dapat memberikan informasi apa saja yang diperlukan sang
istri. Dukungan penilaian, berupa penilaian yang positif dari suami bahwa
apapun yang terjadi suami akan selalu mendampingi serta membantu istri
dalam memberikan pengertian untuk pemecahan masalahnya. Dukungan
finansial, dapat berupa materi yang dapat digunakan istri untuk pekerjaan
yang sedang dilakukannya.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
mengacu pada definisi dari Sarfino dan Smith (2011). Dukungan sosial
adalah ketersediaan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang
23
diterima dari orang (suami). Individu- individu yang menerima dukungan
sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai dan merupakan
bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan
bantuan.
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial Suami
Dimensi yang digunakan mengacu pada dimensi dukungan sosial menurut
Sarafino (2011) yang terdapat empat dimensi, yaitu:
1. Dukungan emosional atau penghargaan
Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan.
Dukungan ini biasanya diperoleh dari pasangan atau keluarga. Dukungan ini
meliputi perilaku seperti suami memberikan perhatian atau afeksi, bersedia
mendengarkan keluh kesah dari istri, memberikan kepercayaan kepada sang
istri, yang di dalamnya terdapat rasa pengertian dan rasa percaya.
2. Dukungan instrumental
Dukungan ini meliputi bantuan secara langsung berupa materi, kesempatan,
dan peluang. Dukungan jenis ini seperti bantuan suami untuk menyelesaikan
tugas istri yang menupuk.
3. Dukangan informasi
Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat kepada sang istri, saran atau
umpan balik kepada istri, dan petunjuk yang diberikan untuk menambah
pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar.
24
4. Dukungan persahabatan
Dukungan ini berupa adanya kebersamaan, kesediaan, dan aktivitas sosial
yang sama.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi
menurut Sarafino (2011) yaitu dukungan emosi atau penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan.
1.3.3 Alat Ukur Dukungan Sosial Suami
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen atau alat ukur yang
dapat digunakan untuk mengukur dukungan sosial suami, diantaranya:
1. Support Evaluation List Developed (ISEL) dari Cohen dan Hubermen
(1983) yang terdiri dari 40 item dengan dimensi dukungan sosial menjadi
tangible support, belonging support, self-esteem support dan appraisal
support.
2. Skala konstruk teori dukungan sosial dari Sarafino dan Smith (2011) yang
membagi dimensi dukungan sosial menjadi dukungan emosi atau
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan
persahabatan.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang
dikembangkan dari teori dukungan sosial Sarafino (2011) dengan item yang
berjumlah 16 item terdiri dari empat dimensi yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan.
25
2.4 Faktor Demografi
Faktor demografi yang digunakan dalam penelitian work- family conflict
sangat bervariasi. Namun dalam penelitian ini faktor demografi yang
digunakan adalah jam kerja, jumlah anak dan usia anak terakhir.
Waktu kerja menurut Byron (2005) meliputi seberapa banyak jam yang
dihabiskan untuk pekerjaan. Waktu kerja meliputi jumlah jam kerja maupun
jam kerja di luar waktu kerja per minggu misalnya bekerja pada akhir pekan,
malam hari atau berpergian untuk bisnis atau pekerjaan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Alam et.al. (2011) menjelaskan bahwa jam kerja yang
berlebihan memiliki pengaruh positif terhadap work family conflict pada ibu
yang bekerja.
Selain jam kerja, jumlah anak di dalam satu keluarga juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi work-family conflict pada ibu yang
bekerja. Kim dan Ling (2001) menyebutkan bahwa pasangan orang tua yang
memiliki anak, lebih mudah mengalami work-family conflict daripada
pasangan yang belum memiliki anak. Usia anak juga menjadi salah satu
faktor yang berasal dari keluarga, Ahmad (dalam Ahmad, 2008) menemukan
bahwa karyawati yang memiliki anak bungsu berusia kurang dari 3 tahun
mengalami lebih banyak work-family conflict dibandingkan mereka dengan
anak bungsu yang berusia di atas 3 tahun.
2.5 Kerangka Berpikir
Banyak karyawan wanita yang berkerja sudah memiliki status sebagai
seorang istri dan sebagai seorang ibu. Tuntutan dan tanggung jawab
26
pekerjaan yang tinggi seringkali membuat ibu yang bekerja mengalami
kesulitan dalam membagi perannya antara keluarga dan pekerjaan. Seringkali
peran antara pekerjaan dan keluarga bertentangan satu sama lain, yang
membuat ibu harus memilih peran mana yang harus dipenuhinya terlebih
dahulu. Hal seperti ini akan menimbulkan suatu konflik. Konflik seperti ini
disebut dengan work-family conflict.
Work-family conflict dapat dipengaruhi job demands. Berdasarkan
penelitian sebelumnya mengungkapakan bahwa tuntutan pekerjaan
berpengaruh terhadap work-family conflict (Bakker et.al., 2011). Banyak atau
tingginya job demands dapat memgganggu kewajiban seeorang wanita
terhadap keluarga. Beban kerja yang tinggi menuntut seseorang wanita yang
sudah menikah untuk mempu membagi waktunya terhadap pekerjaan dan
juga keluarga. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk bekerja membuat
seseorang akan merasa kelelahan dan juga dapat terganggu secara emosional,
sehingga peran dan tuntutan pada keluarga dapat terganggu.
Adanya dukungan sosial dari suami akan membantu mengurangi work-
family conflict pada karyawan yang telah menikah. Dukungan sosial suami
berupa kasih sayang dan cinta, nasehat, dan memahami kondisi istri dapat
mengurangi work-family conflict yang dialami oleh sang istri (Aycan &
Eskin, 2005).
Dukungan secara emosional mengacu kepada tampilan perilaku simpatik
dan empati kepada istri. Memberikan kasih sayang, cinta, kepercayaan,
pengertian, memberikan penghargaan baik berupa ungkapan ataupun
27
perbuatan, akanmembantu istri dalam menjalankan perannya sebagai pekerja
dan juga istri. Dukungan emosional dari suami memberikan efek rasa percaya
diri bagi istri.
Dukungan instrumental, dukungan ini dapat berupa pemberian kesempatan
dan peluang kepada istri. Pemberian kesempatan seperti memberikan
kesempatan waktu bagi isti untuk menyelesaikan pekerjaan kantor terlebih
dahulu. Ketika istri lelah dengan pekerjaan dukungan suami diperlukan disini
baik membantu sencara perbuatan maupun ucapan.
Selanjutnya, dukungan informatif. Dukungan ini merupakan suatu bentuk
dukungan yang berupa informasi, memberikan kritik yang positf, serta
nasehat sebagai petunjuk untuk memberikan pengetahuan yang lebih bagi
istri dlam menjari jalan keluar ketika menghadapi sutu permasalahan. Diskusi
bersama istri juga dapat membantu untuk meringankan bebaban pikiran istri.
Dukungan persahabatan dengan melakukan kegiatan secara bersama-sama
antara suami dan istri, seperti suami menyempatkan waktunya untuk
berangkat ataupun pulang kerja bersama, dengan dukungan seperti inilah
work-family conflict yang terjadi akan akan berkurang. Semakin tinggi
dukugan suami maka work family conflict yang terjadi pada ibu yang bekerja
akan semakin berkurang.
Alam, Sattar dan Chaudhury (2011) menjelaskan bahwa jam kerja yang
berlebihan memiliki pengaruh positif terhadap work-family conflict pada ibu
yang bekerja. Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk bekerja maka
semakin sedikit pula waktu untuk keluarga. Itu artinya, tanggung jawab untuk
28
memenuhi peran di dalam keluarga akan berkurang. Karyawan yang telah
menikah harus mampu menyeimbangkan perannya sebagai pekerja dan
sebagai ibu rumah tangga.
Semakin banyak jumlah anak maka beban dan tanggung jawab sebagai ibu
yang mengurus anak lebih besar. Apalagi jika memiliki anak dengan usia 0
bulan sampai usia 12 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (dalam
Ahmad, 2008) menemukan bahwa karyawati yang memiliki anak bungsu
berusia kurang dari 3 tahun mengalami lebih banyak work-family conflict
Dimana pada usia saat itu sosok saat ibu masih menjadi sangat penting,
apalagi jika anak masih sangat bergantung kepada ibunya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
29
Work-
Family
Conflict
Tabel 2.1 Skema Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu pendekatan yang masih
harus diuji, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
2.6.1 Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan variabel job demands, dukungan sosial suami,
dan faktor demografi terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah
menikah.
Job Demands
Dukungan Sosial Suami
Faktor Demografi
Jam Kerja
Jumlah Anak
Usia Anak Terakhir
Work Overload
Tuntutan Emosi
Tuntutan Kognitif
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
Dukungan Persahabatan
Dukungan Informatif
30
2.6.2 Hipotesis Minor
Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan di atas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi work overload terhadap work-
family conflict.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi tuntutan emosional terhadap
work-family conflict.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi tuntutan kognitif terhadap work-
family conflict.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan emosi atau
penghargaan terhadap work-family conflict.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan instrumental terhadap
work-family conflict.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan informasi terhadap
work-family conflict.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan persahabatan terhadap
work-family conflict.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan jam kerja terhadap work-family conflict.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan jumlah anak terhadap work-family conflict.
H10 : Ada pengaruh yang signifikan usia anak terakhir terhadap work-family
conflict.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja sebagai karyawati bank.
Jumlah Sampel penelitian yang digunakan 160 karyawati bank di wilayah
Jakarta. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu memiliki anak, memiliki
suami, dan jam kerja ≥ 40 jam per minggu diambil dari rata-rata jam kerja
karyawan bank perhari lalu dikalikan seminggu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non probability
sampling yaitu purposive sampling. Pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja karena ada pertimbangan tertentu.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel
terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah work-
family conflict. Sedangkan varibel bebas pada penelitian ini adalah job
demands, dukungan sosial suami, dan faktor demografi (jam kerja, jumlah
anak, dan usia anak terakhir).
3.2.1 Definisi Oprasional
a. Work-family conflict adalah suatu bentuk konflik antar peran di mana
tuntutan peran pekerjaan dan peran keluarga secara mutual saling
bertentangan dalam beberapa hal hingga partisipasi dalam satu peran
32
membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi dalam peran lainnya
(Greenhaus & Beutell dalam Carlson et al. 2000). Dimensi work-family
conflict, yaitu time-based conflict, strain-based conflict dan behavior-
based conflict.
b. Job demands adalah tuntutan pekerjaan yang mengacu pada aspek-aspek
fisik, sosial atau organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan upaya fisik
dan mental yang terkait dengan fisiologis dan psikologis seseorang
(Bakker et.al., 2011). Dimensi job demands terdiri dari work overload
yang mengacu pada sejauh mana karyawan perlu melakukan banyak tugas
dalam jangka waktu yang singkat; tuntutan emosional merupakan masalah
yang terjadi di tempat kerja yang mempengaruhi karyawan secara pribadi
dan menguras emosi; tuntutan kognitif merupkan tugas yang memerlukan
banyak konsentrasi
c. Dukungan Sosial Suami. Pemberian dukungan dari pasangan yang
dirasakan ibu yang bekerja, dukungan ini mengacu pada ketersediaan rasa
nyaman, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima dari suami.
Dimensi dukungan sosial suami terdiri dari dukungan emosional
mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu
tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan; dukungan instrumental
meliputi bantuan secara langsung berupa materi, kesempatan, dan peluang;
dukungan informasi meliputi pemberian nasehat kepada sang istri, saran
dan petunjuk yang diberikan untuk menambah pengetahuan seseorang
33
dalam mencari jalan keluar; dukungan persahabatan berupa adanya
kebersamaan, kesediaan, dan aktivitas sosial yang sama.
d. Jam kerja adalah kategori dari jumlah jam kerja dalam seminggu.
e. Jumlah anak adalah kategori dari jumlah anak yang dimiliki oleh
karyawati bank.
f. Usia anak terakhir adalah kategori dari usia anak terakhir yang dimiliki
oleh karyawati bank.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan
mengadaptasi model Likert. Setiap item diukur melalui empat kategori
jawaban yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak
setuju (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya jumlah respon
yang bersifat netral dan memudahkan responden dalam memilih. Model ini
dibagi menjadi dua kategori item pernyataan yaitu favorable dan unfavorable
serta menentukan nilai.
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala Jawaban Favorable Unfavorable
STS ( sangat tidak setuju) 1 4
TS ( tidak setuju ) 2 3
S ( setuju ) 3 2
SS ( sangat setuju ) 4 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat
ukur, yaitu: alat ukur work-family conflict, alat ukur job demands dan alat ukur
dukungan sosial suami.
34
1. Skala work family conflict
Skala work-family conflict menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Carlson
et.al. (2000). Skala mengukur tiga dimensi work-family conflict yang
dikonstruk dari Greenhaus dan Beutell (1985).
Tabel 3.2 Blue print alat ukur work-family conflict Dimensi Indikator F UF Jumlah
Time-based Conflict
Kurangnya waktu dalam menjalankan peran-peran lainnya. Salah satu perannya mengganggu peran lainnya.
1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10
- 6 4
Strain-based Conflict
Kelelahan menjalakan peran lainya Ketidakstabian emosi Membawa massalah pada peran lainnya
11, 12 13, 14 15, 16, 17, 18, 19, 20
- 2 2 6
Behavior-based conflict
Pemecahan masalah yang tidak sesuai Ketidak cocokan antara pola perilaku pada masing-masing peran
21, 22, 23 24, 25, 26, 27
- 3 4
Jumlah 27 27
2. Skala job demands
Skala job demands menggunakan alat ukur Questionnaire On The Experience
And Evaluation Of Work (QEEW) yang berdasarkan atas konsep Bakker
et.al. (2011). Alat ukur ini menggunakan skala Likkert dengan rentangan 1-4
untuk setiap item.
Table 3.3 Blue print alat ukur job demands
Dimensi Indikator F UF Jumlah
Work Overload Memiliki tugas yang berlebihan dan tenggat waktu yang singkat
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
9, 10, 11
11
Tuntutan Kognitif Memiliki tugas yang banyak memerlukan konsentrasi.
12, 13, 14, 15, 16, 17,
18 - 18
Tuntutan Emosional Memiliki pekerjaan yang menuntut secara emosional
19, 20, 21, 22, 23, 24,
25 - 25
Jumlah 22 3 25
35
3. Skala dukungan sosial suami
Skala dukungan sosial suami dalam penelitian ini disusun peneliti dengan
memuat pernyataan-pernyataan berdasarkan teori dukungan sosial yang
dikembangkan oleh Sarafino (2011) dengan empat dimensi yaitu dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan
persahabatan.
Tabel 3.4 Blue print alat ukur dukungan sosial suami
Dimensi Indikator F UF Jumlah
Dukungan emosional/Penghargaan
Memberikan bantuan dalam bentuk perhatian, mendengarkan keluh kesah pasangan
1, 2, 3, 4 5 5
Dukungan Instrumental Bantuan yang diberikan langsung berupa materi dan tindakan
6, 7, 9 - 3
Dukungan Informatif Memberikan informasi atau saran untuk memecahkan masalah
10, 11 - 2
Dukungan Persahabatan Melakukan aktvitas bersama
12, 13, 14, 16
15 5
Jumlah 14 2 16
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software
Lisrel 8.70. Umar dalam Febriana (2015) menjelaskan langkah-langkah yang
dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,
sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis
terhadap respon atas item-itemnya.
36
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.
Jika teori tersebut benar (unidemensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matriks Σ - matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ
- S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka
hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas
tersebut dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya
mengukur satu faktor saja. Sedangkan, jika nilai Chi–Square signifikan
(p<0.05), artinya bahwa item tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau
bersifat multidimensional. Maka perlu dilakukan modifikasi terhadap
model pengukuran.
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini
terjadi ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur.
Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling
37
berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir
inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan yang hendak di
ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t -test tidak signifikan (t<1,96)
maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak
diukur, bila perlu item yang demikian dieliminasi dan sebaliknya.
7. Selain itu, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut juga harus di drop. Sebab hal ini
tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
8. Kemudian, apabila terdapat korelasi parsial atau kesalahan pengukuran
item terlalu banyak berkorelasi dengan kesalahan pengukuran lainnya,
maka item tersebut akan dieliminasi. Sebab, item yang demikian selain
mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain
(multidimensi). Adapun asumsi dieliminasi atau tidaknya item adalah jika
tidak terdapat lebih dari tiga korelasi parsial atau kesalahan pengukuran
yang berkorelasi dengan item lainnya.
9. Terakhir, setelah dilakukan langkah-langkah seperti yang telah disebukan
di atas. Dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96)
dan positif. Maka, selanjutnya item-item yang signifikan (t>1.96) dan
positif tersebut diolah untuk nantinya didapatkan faktor skornya.
38
3.4.1 Uji Validitas Skala Work-Family Conflict
Penulis menguji apakah 27 item bersifat unidimensional hanya mengukur satu
faktor yaitu work-family conflict. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan,
didapatkan chi-square = 1610.00, df = 324, p-value = 0.00000, RMSEA =
0.158. Hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-valaue kurang dari 0,05
(0,00000) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi sebanyak 110 (seratus sepuluh) kali terhadap model,
yaitu dengan membebaskan kesalahan pengukuran untuk tiap item saling
berkorelasi. Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 245.76, df =
214, p-value = 0.06717, RMSEA = 0.031. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan
RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian
semua item yang ada pada variabel ini mengukur work-family conflict.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
muatan faktor skala masing-masing dimensi work-family conflict, disajikan
pada tabel 3.5.
39
Table 3.5 Muatan Faktor Item Work-Family Conflict
No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
Item 1 0,64 0,07 9,46 √ Item 2 0,72 0,07 10,25 √ Item 3 0,67 0,07 9,76 √ Item 4 0,65 0,07 9,18 √ Item 5 0,72 0,07 10,51 √ Item 6 0,67 0,07 9,00 √ Item 7 0,61 0,07 8,42 √ Item 8 0,39 0,08 4,98 √ Item 9 0,78 0,07 11,34 √
Item 10 0,76 0,07 11,21 √ Item 11 0,63 0,07 8,37 √ Item 12 0,65 0,07 9,11 √ Item 13 0,83 0,07 12,77 √ Item 14 0,69 0,07 9,84 √ Item 15 0,57 0,08 7,54 √ Item 16 0,69 0,07 9,59 √ Item 17 0,68 0,07 9,56 √ Item 18 0,63 0,07 8,88 √ Item 19 0,78 0,07 11,77 √ Item 20 0,80 0,07 12,10 √ Item 21 0,43 0,07 5,82 √ Item 22 0,40 0,08 5,17 √ Item 23 0,41 0,08 5,44 √ Item 24 0,38 0,08 4,89 √ Item 25 0,35 0,08 4,46 √ Item 26 0,55 0,07 7,58 √ Item 27 0,50 0,08 6,51 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
40
3.4.2 Uji Validitas Skala Job Demands
3.4.2.1 Work Overload
Penulis menguji apakah 11 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu work overload. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 435.72, df = 44, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.237. Hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-value kurang
dari 0.05 (0.00000) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi sebanyak 15 (lima belas) kali terhadap model,
yaitu dengan membebaskan keslahan pengukuran untuk tiap item saling
berkolerasi. Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 39.62, df =
29, p-value = 0.09032, RMSEA = 0.048. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan
RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian
semua item yang ada pada variabel ini mengukur work overload.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
muatan faktor skala masing-masing dimensi work overload, disajikan pada
tabel 3.6
41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Work Overload
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0,08 0,08 1,00 X
Item 2 0,33 0,08 4,17 √ Item 3 0,24 0,08 2,91 √ Item 4 0,30 0,08 3,75 √
Item 5 0,48 0,08 6,27 √ Item 6 0,79 0,07 11,64 √
Item 7 0,94 0,06 14,78 √ Item 8 0,79 0,07 11,50 √ Item 9 -0.06 0,08 -0,69 X
Item 10 -0,59 0,08 -7,44 X Item 11 -0,41 0,08 -5,20 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat empat item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 1,
9, 10, dan 11. Dengan demikian, item 1, 9, 10, dan 11 di drop dan tidak ikut
dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.4.2.2 Tuntutan Kognitif
Penulis menguji apakah 7 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu tuntutan kognitif. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 165.43, df = 14, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.261. hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-value kurang
dari 0.05 (0.00000) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap model, yaitu dengan
membebaskan kesalahan pengukuran untuk setiap item saling berkorelasi.
Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 7.62, df = 9, P-value =
0.57258, RMSEA = 0.000. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan RMSEA
42
kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian semua
item yang ada pada variabel ini mengukur tuntutan kognitif.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
muatan faktor skala masing-masing dimensi tuntutan kognitif, disajikan pada
table 3.7.
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Tuntutan Kognitif
No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
Item 12 0,84 0,07 12,82 √ Item 13 0,97 0,06 15,89 √ Item 14 0,60 0,07 8,23 √
Item 15 0,40 0,08 5,24 √ Item 16 0,44 0,08 5,79 √
Item 17 0,65 0,08 8,67 √ Item 18 0,78 0,07 11,45 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
3.4.2.3 Tuntutan Emosi
Penulis menguji apakah 7 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu tuntutan emosi. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, model satu
43
faktor tidak fit, dengan chi-square = 75.05, df = 14, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.166. Hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-value kurang
dari 0.05 (0.00000) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap model, yaitu dengan
membebaskan kesalahan pengukuran untuk setiap item saling berkolerasi.
Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 16.28, df = 11, P-value =
0.13102, RMSEA = 0.055. Dengan p-value lebih dari 0.05 menunjukkan
model ini sudah fit. Dengan demikian semua item yang ada pada variabel ini
mengukur tuntutan emosional.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
muatan faktor skala masing-masing dimensi tuntutan emosi, disajikan pada
tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Tuntutan Emosi
No Item Koefisien Standart Error Nilai t Signifikan
Item 19 0,46 0,08 6,00 √
Item 20 0,62 0,07 8,41 √ Item 21 0,69 0,08 8,78 √ Item 22 0,72 0,07 10,14 √
Item 23 0,69 0,07 9,59 √ Item 24 0,67 0,07 9,37 √
Item 25 0,96 0,06 14,88 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
44
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial Suami
3.4.3.1 Dukungan Emosional
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu dukungan emosional. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 36.34, df = 9, p-value = 0.00003,
RMSEA = 0.138. Hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-value kurang
dari 0.05 (0.00003) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi sebanyak 2 kali terhadap model, yaitu dengan
membebaskan kesalahan pengukuran untuk setiap item saling berkolerasi.
Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 7.43, df = 7, p-value =
0.38517, RMSEA = 0.020. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan RMSEA
kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian semua
item yang ada pada variabel ini mengukur dukungan emosional.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
45
muatan faktor skala masing-masing dimensi dukungan emosional, disajikan
pada table 3.9.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0,85 0,07 13,15 √ Item 2 0,81 0,07 12,16 √
Item 3 0,88 0,06 13,86 √ Item 4 0,92 0,06 14,72 √ Item 5 0,08 0,08 0,98 -
Item 8 0,60 0,07 8,12 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat empat item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 5.
Dengan demikian, item 5 di drop dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan
faktor skor.
3.4.3.2 Dukungan Instrumental
Penulis menguji apakah 3 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu dukungan instrumental. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor fit, dengan chi-square = 0.00, df = 0, p-value = 1.00000,
RMSEA = 0.000. Dengan p-value lebih dari 0.05 (1.00000) menunjukkan
model sudah fit. Dengan demikian semua item pada variabel ini mengukur
dukungan instrumental.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
faktor yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien
46
muatan faktor skala masing-masing dukungan instrumental, disajikan pada
table 3.10.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 6 0,46 0,08 5,61 √ Item 7 1,02 0,09 11,57 √
Item 9 0,74 0,08 8,86 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif.Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
3.4.3.3 Dukungan Persahabatan
Penulis menguji apakah 5 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu dukungan persahabatan. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 44.94, df = 5, p-value =
0.00000, RMSEA = 0.224. hasil pada perhitungan awal menunjukkan p-value
kurang dari 0.05 (0.00000) yang artinya model tersebut belum fit. Oleh karena
itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 2 kali terhadap model, yaitu
dengan membebaskan kesalahan pengukuran untuk setiap item saling
berkorelasi. Kemudian diperoleh model fit, dengan chi-square = 0.39, df = 3,
P-value = 0.94276, RMSEA = 0.000. Dengan p-value lebih dari 0.05 dan
47
RMSEA kurang dari 0.05 menunjukkan model ini sudah fit. Dengan demikian
semua item yang ada pada variabel ini mengukur dukungan persahabatan.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Berikut merupakan tabel koefisien muatan faktor skala
masing-masing dimensi dukungan persahabatan, disajikan pada table 3.11.
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukungan Persahabatan
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 12 0,79 0,08 10,24 √ Item 13 0,59 0,08 7,24 √
Item 14 0,70 0,08 8,97 √ Item 15 0,21 0,09 2,48 √ Item 16 0,77 0,08 10,04 √
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t <
1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
3.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari
item-item yang telah memenuhi kriteria item yang valid. Sehingga didapat
faktor skor pada tiap variabel. Dengan demikian perbedaan kemampuan
masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut
48
menentukan dalam menghitung faktor skor (true score). True score inilah
yang akan dianalisis dalam analisis berikutnya.
Selanjutnya penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur kedalam
T score, dengan mean=50 dan standar deviasi (SD)=10. Sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif dan setiap variabel memiliki satuan
yang sama. Adapun rumus T score adalah:
T score = (10*faktor skor) + 50
Selanjutnya untuk analisis datayang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini
digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk
mengetahui besarnya pengaruh dari variable bebas (independent variable),
yaitu job demands (work overload, tuntutan kognitif, dan tuntutan emosi),
dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasi, dan dukungan persahabatan) dan faktor demografi (jam
kerja, jumlah anak, dan usia anak terakhir) terhadap work-family conflict
(dependent variable). Regresi berganda merupakan metode statistika yang
digunakan untuk membentuk model hubungan antara dependent variable
dengan lebih dari satu independent variable.
Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +
b10X10+ e
49
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (work –family conflict)
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing independent variable
X1 = work overload
X2 = Tuntutan kognitif
X3 = Tuntutan emosi
X4 = Dukungan emosional/penghargaan
X5 = Dukungan instrumental
X6 = Dukungan informasi
X7 = Dukungan persahabatan
X8 = Jam kerja
X9 = Jumlah anak
X10 = Usia anak terakhir
e = Residual dari dependent variable
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian
dan analisis. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda,
digunakan agar dapat menjawab hipotesis dalam Bab II. Untuk mendapat hasil
analisis regresi berganda penulis menggunakan software SPSS versi 22.0.
Selanjutnya dari analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2 (R
square) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan dependent variable
yang dijelaskan oleh independent variable berpengaruh secara signifikan
terhadap dependent variable.
Adapun rumus untuk menghitung R2, digunakan rumus sebagai berikut:
50
Keterangan:
R2 = Proporsi varians yang dijelaskan oleh keseluruhan independent
variable
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus untuk
uji F terhadap R2 adalah :
dengan df= K dan (N-K-1)
Keterangan:
K = banyaknya independent variable
N = besarnya sampel
Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independent
variablesecara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dependent variable. Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji
signifikansi pengaruh masing-masing independent variable terhadap dependent
variable. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien
regresi. Jika nilai t > 1,96 maka IV yang bersangkutan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap dependent variable dan sebaliknya.Adapun rumus uji
t yang digunakan adalah:
51
Keterangan:
bi = koefisien regresi untuk independent variable(i)
Sbi = standar deviasi sampling atau standar error dari
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians
yang disumbangkan oleh masing-masing independent variable dalam
mempengaruhi dependent variable. Dalam hal ini penulis melakukan analisis
regresi berganda yang bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan
analisis regresi berulang-ulang dimulai dengan hanya satu independent
variable kemudian dengan dua independent variable, dilanjutkan dengan tiga
independent variable dan seterusnya sampai independent variable ke sepuluh.
Setiap kali dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai R2. Setiap kali
ditambahkan independent variable baru diharapkan terjadi peningkatan R2
secara signifikan.
Jika pertambahan R2 (R2change) signifikan secara statistik maka berarti
independent variable baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara
statistik maupun dalam upaya memprediksi dependent variable serta untuk
menguji hipotesis apakah independent variable bersangkutan signifikan
pengaruhnya.Setiap pertambahan R2 ketika satu independent variable baru
ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik independent
variable tersebut terhadap bervariasinya dependent variable setelah pengaruh
dari beberapa independent variable terdahulu diperhitungkan dampaknya.Oleh
sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan
sebutan stepwise regression.
52
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
pertambahan proporsi varian (R2change) adalah sebagai berikut :
dengan
Disini, adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan ke
dalam persamaan dan adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru
ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya independent variablepada ,
dan S adalah banyaknya independent variable pada N adalah besarnya
sampel penelitian. Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk
menguji signifikan tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu
independent variable maupun untuk pertambahan beberapa independent
variable. Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang
dapat dijelaskan dan merupakan sumbangan dari independent variable yang
ditambahkan adalah signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa diuji
signifikan tidaknya pertambahan independent variable baik hanya dengan
menambahkan satu independent variable maupun dengan menambahkan
beberapa independent variable sekaligus.
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini berjalan dengan melalui tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu
tahap persiapan, pengambilan data, serta pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,
melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang
53
tepat mengenai variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun, dan
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan, yaitu skala job demands,
dukungan sosial suami, dan work-family conflict.
2. Tahap Pengambilan Data
Penulis melakukan pengambilan data penelitian dengan memberikan
instrument yang telah dipersiapkan kepada subjek penelitian. Penulis
menyebar data penelitian pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan
Februari 2019 di bank mandiri. Penulis menyebarkan kuesioner offline dan
online sejumlah 165 kusioner pada karyawati bank yang telah menikah dan
memiliki anak. Namun jumlah kusioner yang kembali sebanyak 165
kuesioner. Di karenakan terdapat beberapa responden yang tidak memenuhi
kriteria penelitian, maka tidak semua diikutsertakan dalam pengolahan data
penelitian. Total sampel dalam penelitian yang ditetapkan dan diolah sebanyak
160 kuesioner.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini penulis mulai melakukan skoring terhadap hasil skala yang
telah diisi oleh responden, selanjutnya menghitung dan mencatat tabulasi data
yang diperoleh kemudian membuat tabel data. Dan pada tahap ini diakhiri
dengan melakukan analisi data dengan metode statistik untuk menguji
hipotesis penelitian.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah karyawati bank yang telah menikah
dan memiliki anak yang berjumlah 160 orang. Gambaran umum responden
penelitian ini diuraikan secara rinci dibawah ini yaitu berdasarkan jam kerja
per minggu, jumlah anak, dan usia anak terakhir.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Gambaran Umum
Penelitian Subjek N = 160 Presentase
Jam kerja
< 40 jam > 40 jam
57 103
35.62% 64.37%
Jumlah anak
1-2 orang 3-4 orang
> 4 orang
145 15
0
90.62% 9.37%
0%
Usia anak terakhir
0-2 tahun 3-5 tahun 6-12 tahun
13-20 tahun > 20 tahun
73 54 14
14 5
45.625% 33.75% 8.75%
8.75% 3.125%
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang bekerja kurang dari 40 jam
per minggu sebanyak 57 orang (35.62%), sementara yang bekerja lebih dari
40 jam per minggu sebanyak 103 orang (64.37%).Selanjutnya, berdasarkan
jumlah anak, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden
dengan jumlah anak 1-2 orang lebih banyak dari pada karyawati dengan
jumlah anak 3-4 orang. Jumlah responden yang memiliki anak dengan jumlah
1-2 orang sebanyak 145 orang (90.62%), sementara jumlah responden yang
memiliki anak dengan jumlah 3-4 orang sebanyak 15 orang (9.37%).
55
Berdasarkan usia anak terakhir terlihat responden yang memiliki anak
terakhir berusia 0-2 tahun sebanyak 73 orang (45.625%), responden yang
memiliki anak terakhir berusia 3-5 tahun sebanyak 54 orang (33.75%),
responden yang memiliki anak terakhir berusia 6-12 tahun sebanyak 14 orang
(8.75%), responden yang memiliki anak terakhir berusia 13-20 tahun
sebanyak 14 orang (8.75%), dan responden yang memiliki anak terakhir
berusia >20 tahun sebanyak 5 orang (3.125%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor
murni (true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score.
Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar
skor hasil penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua
raw score pada setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini
dilakukan dengan mentrasformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-
score menjadi positif perlu dilakukan perhitungan t-score = (10*factor score)
+ 50.
Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi dari variabel-variabel yang
diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor
mean,standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel
penelitian. Skor tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.
56
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor work-family conflict, work
overload, tuntutan kognitif, tuntutan emosi, dukungan emosional, dukungan
instrumental, dan dukungan persahabatan diletakkan pada skala yang sama
dengan mean 50 dan standar deviasi 10.
Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah work-family conflict
adalah 24.55 dan skor tertinggi adalah 76.95. Pada variabelwork overload skor
terendah yaitu 30.01 dan skor tertinggi 78.69. Pada variabel tuntutan kognitif,
skor terendah yaitu 24.83 dan skor tertinggi 65.64.Pada variabel tuntutan
emosi skor trendah yaitu 32.00 dan skor tertinggi 73.47.Pada variabel
dukungan emosional skor terendah yaitu 23.08 dan skor tertinggi 62.25.Pada
variabel dukungan instrumental skor terendah yaitu 26.77 dan skor tertinggi
60.54.Pada variabel dukungan persahabatan skor terendah yaitu 21.90 dan
skor tertinggi 61.17.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
WFC 160 24.55 76.95 50.0002 9.70820
PO 160 30.01 78.69 49.9999 9.16701
TK 160 24.83 65.64 50.0004 9.31608
TE 160 32.00 73.47 50.0001 9.32263
DE 160 23.08 62.25 50.0001 9.41938
DI 160 26.77 60.54 50.0011 9.64745
DP 160 21.90 61.17 49.9997 9.36498
Valid N
(listwise) 160
57
4.3 Kategorisasi Skor
Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang
perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Kategorisasi dalam
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Dalam hal
ini ditetapkan norma sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Rendah X > 1 Mean + SD
Sedang 1 Mean – SD ≤ X ≤ 1 Mean + SD
Tinggi X < 1 Mean – SD
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Rendah % Sedang % Tinggi %
Work-family conflict 22 13.8% 106 61.3% 32 20.0% Work overload 16 10.0% 122 76.3% 22 13.8%
Tuntutan kognitif 20 12.5% 109 68.1% 31 19.4%
Tuntutan emosi 25 15.6% 106 66.3% 29 18.1% Dukungan
emosional
17 10.6% 110 68.8% 33 20.6%
Dukungan instrumental
37 23.1% 82 51.2 % 41 25.6%
Dukungan persahabatan
23 14.4% 109 68.1 28 17.5%
Dari tabel 4.4 maka diperoleh hasil persentase variabel work-family
conflict cenderung tinggi sebanyak 32 orang (20.0%). Untuk variabel work
58
overload cenderung tinggi sebanyak 22 orang (13.8%). Untuk variabel
tuntutan kognitif cenderung tinggi sebanyak 31 orang (19.4%).Untuk variabel
tuntutan emosi cenderung tinggi sebanyak 29 orang (18.1%).
Untuk variabel dukungan emosional cenderung tinggi sebanyak 33 orang
(20.6%).Untuk variabel dukungan instrumental cenderung tinggi sebanyak 41
orang (25.6%).Terakhir, untuk variabel dukungan persahabatan cenderung
tinggi sebanyak 28 orang (17.5%).
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing
independent variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini,
analisisnya dengan menggunakan multiple regression.Data yang dianalisis
yaitu true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor.Pada tahapan ini
penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan
menggunakan software SPSS 22.0. Dalam analisis regresi ada tiga hal yang
dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua
apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable, ketiga melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari independent variable. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan beberapa tahapan.Langkah pertama penulis melihat besaran
R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable
yang dijelaskan oleh independent variable.
59
Berdasarkan data tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar
0.554 atau 55.4%. Artinya proporsi varians dari work-family conflict yang
dijelaskan oleh variabel job demands (work overload, tuntutan kognitif dan
tuntutan emosi), dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan
instrumental, dan dukungan persahabatan), dan faktor demografi (jam kerja,
jumlah anak, usia anak terakhir) terhadap work-family conflit adalah sebesar
55.4%. Sedangkan 44.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari seluruh independent
variabel terhadap work-family conflict. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.6.
Tabel. 4.6 Anova
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .744a .554 .527 6.67793
a. Predictors: (Constant), UA, JA, TK, PO, JK, DI, DE, TE, DP
Model Sum of Squares Df Mean
Square F Sig.
1 Regression 8296.409 9 921.823 20.671 ,000b
Residual 6689.219 150 44.595
Total 14985.629 159
a. Dependent Variable: WFC
b. Predictors: (Constant), UA, JA, TK, PO, JK, DI, DE, TE, DP
60
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat perolehan uji F terhadap R2 bahwa
pengaruh job demands, dukungan sosialsuami, dan faktor demografi terhadap
work-family conflict signifikan yaitu 0.000 (p < 0.05). Hal ini menolak
hipotesis nihil (mayor) yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi job demands (work overload, tuntutan kognitif, tuntutan emosi),
dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasi, dan dukungan persahabatan), dan faktor demografi (jam
kerja, jumlah anak, usia anak terakhir) terhadap work-family conflict. Artinya
ada pengaruh job demands (work overload, tuntutan kognitif, tuntutan emosi),
dukungan sosial suami (dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasi, dan dukungan persahabatan), dan faktor demografi (jam
kerja, jumlah anak, usia anak terakhir) terhadap work-family conflict
Langkah terakhir yaitu melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig., (kolom keenam). Jika
Sig.,<0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya
terhadap work-family conflict, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya
koefisien regresi dari masing-masing independent variable terhadap work-
family conflict dapat dilihat pada tabel 4.7.
61
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) -.116 5.023 -.023 .982
WO .390 .090 .368 4.310 .000*
TK .191 .067 .184 2.867 .005*
TE .409 .087 .393 4.700 .000*
DE .040 .080 .039 .499 .618
DI .077 .070 .076 1.105 .271
DP -.147 .090 -.142 -1.635 .104
JK .223 1.162 .011 .192 .848
JA .065 1.879 .002 .035 .972
UA 2.159 1.780 .072 1.213 .227
a. Dependent Variable: WFC
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut:
Work-family conflict’ = -0.116 + 0.390 (WO)* + 0.191 (TK)* + 0.409 (TE)*
+ 0.040 (DE) + 0.077 (DI) - 0.147 (DP) + 0.223 (JK) +
0.065 (JA) + 2.159 (UA)
Dari hasil koefisien regresi di atas terdapat tiga independent variable yang
signifikan pengaruhnya terhadap work-family conflict, yaitu work overload,
tuntutan kognitif dan tuntutan emosi. Penjelasan dari masing-masing
koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independent variable adalah
sebagai berikut:
1. Variabel work overload: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.390
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan work overload pada variabel job demands
terhadap work-family conflict. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya
62
semakin tinggi nilai work overload, maka semakin tinggi work family
conflict.
2. Variabel tuntutan kognitif: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.191
dengan signifikansi 0.005 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya,ada
pengaruh yang signifikan tuntutan kognitif pada variabel job demands
terhadap work-family conflict. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya
semakin tinggi nilai tuntutan kognitif, maka semakin tinggi work-family
conflict.
3. Variabel tuntutan emosi: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.409
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan tuntutan emosipada variabel job demands
terhadap work-family conflict. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya
semakin tinggi nilai tuntutan emosi, maka semakin tinggi work-family
conflict.
4. Variabel dukungan emosional: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.040 dengan signifikansi 0.618 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya,
dukungan emosi pada variabel dukungan sosial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadapwork-family conflict.
5. Variabel dukungan instrumental: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.077 dengan signifikansi 0.271 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya,
dukungan instrumental pada variabel dukungan sosial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap work-family conflict.
63
6. Variabel dukungan persahabatan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.147 dengan signifikansi 0.104 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya,
dukungan persahabatan pada variabel dukungan sosial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap work-family conflict.
7. Variabel jam kerja: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.223 dengan
signifikansi 0.848 (sig > 0.05) sehingga sehingga H0 diterima. Artinya, jam
kerja pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
work-family conflict.
8. Variabel jumlah anak: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.065
dengan signifikansi 0.972 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya,jumlah
anak pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
work-family conflict.
9. Variabel usia anak terakhir: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 2.159
dengan signifikansi 0.227 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya,usia
anak terakhir pada variabel demografi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap work-family conflict.
Kemudian langkah selanjutnya penulis menguji penambahan proporsi
varians dari tiap independent variable, jika independent variable tersebut
dimasukkan satu per satu ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah
melihat penambahan proporsi varians dari tiap independent variable apakah
signifikan atau tidak.
64
4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi
varians dari masing-masing independen variabel terhadap work-family
conflict. Pada tabel 4.8 kolom pertama adalah independent variable yang
dianalisis secara satu per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians
dependent variable dari tiap independent variable yang dimasukkan secara
satu per satu tersebut. Kolom ketiga merupakan nilai murni varians dependent
variable dari tiap independent variable yang dimasukkan secara satu per satu.
Kolom keempat adalah nilai F hitung bagi independent variable yang
bersangkutan. Kolom DF adalah derajat bebas bagi independent variable yang
bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan denumerator yang telah
ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan
nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom
selanjutnya yaitu kolom signifikansi akan dituliskan dan sebaliknya.
Penulis selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian dependent
variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing
independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan
proporsi varian dependent variable yang merupakan sumbangan atau
pengaruh dari masing-masing independent variable, hal ini dilakukan dengan
menghitung pertambahan proporsi varians setiap kali independent variable
dimasukkan dalam persamaan. Besarnya R2 (R2change) ini dapat dilihat pada
tabel 4.8 dibawah ini:
65
Tabel 4.8 Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Es timate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1
.672a
.
451
.448
7.21273
.
451
130.055
1
158
.000*
2 .687b .473 .466 7.09519 .021 6.278 1 157 .013*
3 .735c .540 .531 6.64601 .068 22.939 1 156 .000*
4 .735d .540 .528 6.66729 .000 .006 1 155 .938
5 .737e .543 .528 6.67207 .002 .778 1 154 .379
6 .741f .549 .531 6.64691 .006 2.168 1 153 .143
7 .741g .549 .528 6.66642 .000 .106 1 152 .746
8 .741h .549 .525 6.68835 .000 .005 1 151 .944
9 .744i .554 .527 6.67793 .004 1.471 1 150 .227
Dari tabel 4.8, dapat dijelakan sebagai berikut:
1. Variabel work overload memberikan sumbangan sebesar 0.451 (45.1%)
dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar
0.000 (sig < 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 158. Artinya sumbangan work
overloadsignifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan
work-family conflict.
2. Variabel tuntutan kognitif memberikan sumbangan sebesar 0.021 (2.1%)
dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar
0.013 (sig < 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 157. Artinya sumbangan tuntutan
kognitif signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan
work-family conflict.
3. Variabel tuntutan emosi memberikan sumbangan sebesar 0.068 (6.8%)
dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar
0.000 (sig > 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 156. Artinya sumbangan tuntutan
66
emosi signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan work-
family conflict.
4. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.000 (0%)
dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar
0.938 (sig < 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 155. Artinya sumbangan
dukungan emosional tidak signifikan terhadap penambahan proporsi
varians keseluruhan work-family conflict.
5. Variabel dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 0.002
(0.2%) dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change
sebesar 0.379 (sig < 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 154. Artinya sumbangan
dukungan instrumental tidak signifikan terhadap penambahan proporsi
varians keseluruhan work-family conflict.
6. Variabel dukungan persahabatan memberikan sumbangan sebesar 0.006
(0.6%) dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change
sebesar 0.143 (sig > 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 153. Artinya sumbangan
dukungan persahabatan tidak signifikan terhadap penambahan proporsi
varians keseluruhan work-family conflict.
7. Variabel jam kerja memberikan sumbangan sebesar 0.000 (0%) dalam
varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar 0.746 (sig
< 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 152. Artinya sumbangan jam kerja tidak
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan work-family
conflict.
67
8. Variabel jumlah anakmemberikan sumbangan sebesar 0.000 (0%) dalam
varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar 0.944 (sig
< 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 151. Artinya sumbangan jumlah anak tidak
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan work-family
conflict.
9. Variabel usia anak terakhir memberikan sumbangan sebesar 0.004 (0.4%)
dalam varians work-family conflict, dengan signifikan F change sebesar,
0.227 (sig > 0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 150. Artinya sumbangan usia
anak terakhir tidak signifikan terhadap penambahan proporsi varians
keseluruhan work-family conflict.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga independent
variable yaitu work overload, tuntutan kognitif dan tuntutan emosi yang
signifikan sumbangannya terhadap work-family conflict. Sumbangan terbesar
diberikan oleh variabel work overload 0.000%, tuntutan emosi 0.000%, dan
tuntutan kognitif 0.013%.
68
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan didapatkan hasil yang kemudian dianalisis
oleh penulis, didapatkan kesimpulan yang juga merupakan jawaban dari
permasalahan penelitian. Berdasarkan analisis data penelitian maka
kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang
signifikan dari job demands, dukungan sosial suami, dan faktor demografi
terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah”.
Kemudian diperoleh dari R-Square sebesar 0.554 atau 55.4% variasi dari
work-family conflict dapat dijelaskan oleh variasi seluruh IV (work overload,
tuntutan kognitif, tuntutan emosi, dukungan emosional, dukungan informasi,
dukungan instrumental, dukungan persahabatan, jam kerja, jumlah anak, dan
usia anak terakhir). Selanjutnya, apabila dilihat dari signifikansi masing-
masing independent variabel, pada penelitian ini terdapat tiga independent
variable yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap work-family
conflict, yaitu work overload, tuntutan kognitif, dan tuntutan emosi. Selain itu
terdapat enam variabel yang tidak signifikan yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan persahabatan, jam kerja, jumlah anak, dan
usia anak terakhir.
Berdasarkan proporsi varian masing-masing variabel independen, dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel yang memberikan sumbangan secara
69
signifikan, yaitu work overload, tuntutan kognitif, dantuntutan emosi.
Sedangkan pada variabel yang lain tidak signifikan.
5.2 Diskusi
Pada penelitian ini menggunakan sampel dengan kriteria wanita bekerja di
bank yang telah menikah, memiliki anak, dan bekerja lebih dari 40 jam
perminggu. Hasil penelitian berdasarkan uji hipotesis mayor ada pengaruh
yang signifikan antara job demands, dukungan sosial suami, dan faktor
demografi terhadap work-family conflict karyawati bank yang telah menikah.
Setelah uji hipotesis mayor kemudian sebelas variabel independen diuji
pada uji hipotesis minor, untuk mengetahui apakah variabel independen
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap work-family conflict atau
tidak. Berdasarkan koefisien regresi dan signifikansi hasil dari uji hipotesis
minor, dari sembilan variabel independen yang diujikan terdapat tiga variabel
yang signifikan terhadap work-family conflict yaitu work overload, tuntutan
kognitif, dan tuntutan emosi.
Hasil penelitian ini didapatkan work overload merupakan dimensi dari job
demands yang berpengaruh secara signifikan terhadap work-family conflict.
Berdasarkan hasil kategorisasi skor variabel work overload diperoleh hasil
presentase cenderung tinggi sebanyak 20.0 % (32 orang). Hal ini sejalan
dengan penelitian Bakker et.al. (2011) bahwa work overload memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap work-family conflict. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan terhadap karyawati bank menyatakan bahwa
70
semakin tinggi work overload yang dimilki maka semakin tinggi pula
kecenderungan mengalami work-family conflict.
Work overload berkaitan pada sejauh mana karyawati melakukan banyak
tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Banyaknya tugas yang harus diselesaikan dalam sehari akan mudah membuat
karyawati bank mengalami kelelahan. Apabila dalam menjalankan satu peran
menghabiskan banyak energi sehingga dapat menimbulkan kelelahan maka
kemungkinan besar karyawati akan sulit menjalankan satu peran yang lainnya
secara maksimal. Maka hal ini yang dapat memicu terjadinya work-family
conflict. Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Greenhaus
dan Beutell (1985), Work-family conflictmerupakan sutu bentuk konflik antar
peran yang saling bertentangan dalam beberapa hal sehingga sulit untuk
berpartisipasi atau menjalankan peran lainnya.
Variabel selanjutnya adalah variabel tuntutan kognitif yang merupakan
dimensi dari job demands yang berpengaruh secara signifikan terhadap work-
family conflict. Tuntutan kognitif adalah tuntutan tugas yang memerlukan
banyak konsentrasi. Artinya semakin tinggi tuntutan kognitif yang dialami
maka semakin tinggi pula kecenderungan karyawati mengalami work-family
conflict. Berdasarkan hasil kategorisasi skor variabel tuntutan kognitif
diperoleh hasil presentase cenderung tinggi sebanyak 13.8 % (22 orang).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakker
et.al. (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara tuntutan
kognitif dengan work-family conflict. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
71
tuntutan kognitif membutuhkan perhatian secara khusus terkait tentang
ketelitian, ketepatan dan konsentrasi dalam suatu pekerjaan. Di mana hal ini
menuntut karyawan lebih fokus pada pekerjaannya dan membuat perhatiannya
terhadap keluarga menjadi kurang maksimal sehingga memicu terjadinya
work-family conflict.
Variabel terakhir dari dimensi job demands yang memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu tuntutan emosional. Tuntutan emosional merupakan masalah
yang terjadi di tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan secara
pribadi. Pada penelitian ini tuntutan emosional memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap work-family conflict. Artinya semakin tinggi tuntutan
emosional yang dialami maka semakin tinggi pula kecenderungan karyawati
mengalami work-family conflict. Berdasarkan hasil kategorisasi skor variabel
tuntutan emosi diperoleh hasil presentase cenderung tinggi sebanyak 19.4 %
(31 orang). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakker
et.al. (2011) yang menyatakan bahwa tuntutan emosional memiliki hubungan
yang positif dengan work-family conflict. Karyawati yang memiliki beban
tugas dan beban pekerjaan yang banyak akan merasa terbebani dan akan
mengalami stress kerja.
Stres kerja menurut Motowidlo, Packard dan Maning (dalam Bolino &
Turnley, 2005) merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkann
yang berkaitan dengan unsur ketakutan, kecemasan, jengkel, marah,sedih dan
depresi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bolino dan Turnley (2005)
menyatakan bahwa stress kerja memiliki pengaruh terhadap work-family
72
conflict, beberapa karayawan yang mungkin mengalami kelebihan beban
kerja, stress yang akan menimbulkan work-family conflict hal tersebut
disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang tinggi.
Variabel berikutnya yang diteliti memprediksi work-family conflict adalah
dukungan sosial suami, dukungan sosial suami terdiri dari tiga dimensi yaitu
dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan persahabatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada satupun variabel dukungan sosial
suami yang memiliki pengaruh signifikan terhadap work-family conflict. Hasil
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Patel et.al. (2008)
yang menyatakan bahwa dukungan sosial suami memiliki pengaruh yang
signifikian terhadap work-family conflict, semakin tinggi dukungan sosial
yang diberikan oleh suami maka work-family conflict juga akan semakin
rendah. Namun demikian hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kirrane dan Buckley (2004) yang menyatakan bahwa
dukungan emosional tidak berhubungan dengan work-family conflict
Variabel terakhir yang diteliti memperediksi work-family conflict adalah
faktor demografi, faktor demografi terdiri dari tiga dimensi yaitu jam kerja,
jumlah anak, dan usia anak terkahir. Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada
satupun variabel faktor demografi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
work-family conflict. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sabil dan Marican (2011) yang menyatakan bahwa jam kerja memiliki
hubungan positif terhadap work-family conflict.
73
Hasil pada variabel jumlah anak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Beutell dan Berman (1999) yang meyatakan bahwa tidak ada pengaruh
jumlah anak terhadap work-family conflict. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Mjoli et.al. (2013) menyatakan bahwa jumlah anak dan usia anak terakhir
memiliki hubungan positif terhadap work-family conflict.
Hasil penelitian saat ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Pada
penelitian sebelumnya sampel berfokus pada pegawai kesehatan, sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan sampel karyawan bank. Hal ini
berpengaruh terhadap tuntutan kerja dan beban kerja karyawan. Selain itu
dalam penelitian ini menggunakan dukungan sosial yang berasal dari keluarga
yaitu suami, sedangkan dalam penelitian sebelumnya menggunakan dukungan
sosial yang beasal dari dukungan atasan.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari terdapat banyak
kekurangan atau keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa
saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya dengan variabel dependen work-family conflict.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Varians dari sebelas variabel independen yang diteliti menyumbang sebesar
55.4% sisanya disumbangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Oleh
karena itu, disarankan bagi penelitian selanjutnya menambah variabel lain
yang dapat memengaruhi work-family conflict selain yang ada pada
74
penelitian ini. Misalnya seperti perceived organizational support, stress
kerja, danusia.
2. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk variabel dukungan
sosial menggunakan skala yang diadaptasi dari teori dukungan sosial yang
dikembangkan oleh Sarafino selanjutnya disarankan untuk lebih
menambahkan lagi item yang ada pada alat ukur tersebut.
3. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat tuntutan kerja
berdasarkan tingakatan jabatan karyawan yang ada di perusahaan atau
lembaga tersebut.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work overload
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict. Saran
untuk mengatasi hal ini yaitu perusahaan hendaknya memperhatikan
pembagian tugas sesuai job description. Perusahaan hendaknya dapat
melakukan analisis beban kerja karyawan agar mencegah karywan
mendapatkan beban kerja yang berlebihan. Mengadakan sebuah training
yang dimana dengan diadakan training tersebut diharapkan karyawan
mendapatkan pembekalan mengenai manajemen kerjanya. Sehingga
karyawan mampu mengatasi beban kerja yang berlebihan. Hal tersebut
dapat mengurangi dampak work-family conflict yang disebabkan oleh
work overload.
2. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuntutan kognitif
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict
75
saranuntuk mengatasi hal ini yaitu perusahaan hendaknya mengadakan
sebuah pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dan skill
karyawan. Maka diharapkan dengan diadakan pelatihan ini karyawan
dapat lebih kompeten dalam bekerja, sehingga karyawan mampu
meminimalisir permasalahan terkait tuntutan kognitif yang mana hal
tersebut juga dapat mengurangi terjadinya work-family conflict
3. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuntutan emosi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict saran
untuk mengatasi hal ini yaitu bagi karyawan harus memiliki manajemen
stress yang baik. Selain itu perusahaan sebaiknya mengadakan sebuah
family gathering dimana dengan diadakan family gathering ini diharapkan
dapat membuat hubungan yang semakin erat antara karyawan dengan
atasan, karyawan dengan karyawan, dan karyawan dengan keluarganya,
sehingga dapat mengurangi timbulnya work-family conflict pada
karyawan.
4. Hendaknya perusahaan menyediakan ruang atau layanan konseling untuk
karyawan.
5. Hendaknya para karyawati bank yang sudah menikah dan memiliki anak
dapat membagi waktu dan pikirannya antara pekerjaan dan keluarga
sehingga menyeimbangkan peran dan tanggung jawabnya terhadap
pekerjaan dan keluarga. Jika peran dan tanggung jawabnya sudah
seimbang maka work-family conflict dapat berkurang.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. (2008). Job, family and individual factors as predictors of work-family
conflict. The Journal of Human Resourceand Adult Learning, 1 (4), 57-65.
Ahmed, M., Muddasar, M., & Perviaz, S. (2012). The impact of work-family
conflict and pay on employee job satisfaction with the moderating affect
of perceived supervisor support in pakistan banking sector. Global Journal
of Management and Business Research, 12 (6).
Alam, M. S., Sattar, A., & Chaudhury, S. I. (2011). Work family conflict of
women managers in dhaka. Asian Social Science, 7 (7).doi:
10.5539/ass.v7n7p108.
Alteza, M., & Hidayati, L. N. (2009). Work-family conflict pada wanita bekerja:
Studi tentang penyebab, dampak, dan strategi coping. Jurnal. 1-12.
Retrived from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/muniya-
alteza-sem-si/work-family-conflict-pada-wanita-bekerjastudi-tentang-
penyebab dampak-dan-strategi-coping.pdf.
Aycan, Z., & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childrcare, spousal
support, and organizational support in reducing work-family conflict for
men and women: The case of turkey. Sex Roles, 53 (7/8). doi:
10.1007/s11199-005-7134-8.
Badan Pusat Statistik (2016). Keadaan Ketenagakerjaan Di DKI Jakarta Agustus
2016. Diunduh tanggal 6 April 2019 dari provinsi dki jakarta
https://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd- 20161107143059. pdf.
Bakker, A.B., Brummelhuis, L.L., Prins, J.T., & Heijden, F.M.M.A. (2011).
Applying the job demands–resources model to the work–home interface: A study among medical residents and their partners. Journal of Vocational
Bahavior. 79, 170-180. doi:10.1016/j.jvb.2010.12.004 Byron, K. (2005). A meta-analytic review of work-family conflict and its
antecedents. Journal of Vocational Behavior, 169-198. doi:
10.1016/j.jvb.2004.08.009.
Beutell, N.J., & Berman, U.W. (1999). Predictors of work-family conflict and
satisfaction with family, job, career, and life. Psychological Reports. 85,
893-903.
77
Beutell, N.J., & Greenhaus, J.H. (1982). Interrole conflict among married women:
The influence of husband and wife characteristics on conflict and coping
behavior. Journal of Vocational Behavior. 21, 99-110.
Bolino, M.C., & Turnley, W.H. (2005). The personal costs of citizenship
behavior: The relationship between individual initiative and role overload, job stress, and work–family conflict. Journal of Applied Psychology.
90(4), 740-748. doi: 10.1037/0021-9010.90.4.740 Carlson, D. S., Lacmar, M., & Williams, L. J. (2000). Construction and initial
validation of a multidimensional measure of work-family conflict. Journal
of Vocational Behavior, 56. 249-276. doi: 10.1006/jvbe.1999.1713.
Cohen, S., & Hoberman, H. (1983). Positive events and social supports as buffers
of life change stress. Journal of Applied Social Psychology, 13, 99-125.
Demerouti, E., Bakker, A.B., Nachreiner, F., & Schaufeli, W.B. (2001). The job
demands-resources model of burnout. Journal of Applied Psychology.
86(3), 499-512. doi:10.1037//0021-9010.86.3.499
Dinar (2019). Survey: Wanita Indonesia Lebih Stres dari Pria. Diunduh tanggal 4 Juni 2019 dari https://m.dream.co.id/dinar/survei-di- indonesia-perempuan-
lebih-stres-daripada- lelaki-190328h.tml Febriana, Reny. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen pass
(procrastination assessment scale for student) dengan metode confirmatory factor analysis (CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan
Pendidikan Indonesia. 3(4), 267-277. Frone, M. R. (2000). Work-family conflict and employee psychiatric disorders:
The national comorbidity survey. Journal of Appied Psychology, 85(6).
888-895.
Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M. L. (1992). Antecedents and outcomes of
work-family conflict testing a model of the work-family interface. Journal
Applied Psychology, 77(1). 65-78.
Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of conflict between work and
family roles. The Academy of Management Review, 10(1). 76-88.
Gronlund, A. (2007). More control, less conflict? job demand–control, gender and work–family conflict. Journal Compilation. 14(5).
Haslam, D., Filus, A., Morawska, A., & Sanders, M. R. (2014). The work-family conflict scale (WAFCS): Development and initial validation of a self-
78
report measure of work-family conflict for use with parents. Child Psychiatry Hum Dev. doi: 10.1007/s10578-014-0476-0/.
Kahya, C., & Kasen, M. (2014). The effect of perceived organizational support on
work to family conflict: A turkish case. Research Journal of Business and
Management, 1(2).
Kim, J. L., & Ling, C. S. (2001). Work-family conflict of women enterpreneurs in
singapore. Women in Management Review, 16(5/6). 204.
Kirrane, M., & Buckley, F. (2004). The influence of support relationships on
work-family conflict: Differentiating emotional from instrumental support.
Equal Opportunities International. 23. 78-96.
Kurniawati, N. I., Riandhita, E. W., & Robetmi, J. P. (2018). Analisis pengaruh
work family conflict dan beban kerja terhadap stres kerja dalam mempengaruhi turnover intention (studi pada karyawan pt. bank negara indonesia (persero), tbk wilayah semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, 7
(2), 95-102.
Love, P.E.D., Irani, Z., Standing, C., & Themistocleous, M. (2007). Influence of job demands, job control and social support on information systems professionals' psychological well-being. International Journal of
Manpower. 28(6), 513 - 528. doi.org/10.1108/01437720710820026
Michel, J. S., Kotbra, L. M., Mitchelson, J. K., Clark, M. A., & Baltes, B. B.
(2010). Antecedent of work-family conflict: A meta-analytic review.
Journal of Ocupational Behavior, 689-725. doi: 10.1002/job.695.
Mikkelsen, A., Ogaard, T., & Landsbergis, P. (2005). The effects of new
dimensions of psychological job demands and job control on active
learning and occupational health. Work & Stress: An International Journal
of Work, Health & Organisations, 19 (2), 153-175. doi:
10.1080/02678370500167808
Mjoli, T., Dywili, M., & Dodd, N. (2013). Demographic determinants of work-
family conflict among female factory workers in south africa. Journal of Economics, Business and Management. 1(1), 39-41. doi:
10.7763/JOEBM.2013.V1.9 Netemeyer, G. R., Boles, S. J., & McMurrian, R. (1996). Development and
validation of work-family conflict and family-work conflict scales. Journal of Applied Psychology. 81(4), 400-410.
79
Ojha, M.U. (2011). Job demands, social support, and work-family conflict: A
comparative study of immigrant and native workers in the united states.
University of Kentucky Doctoral Dissertations. Retrived from
http://uknowledge.uky.edu/gradschool_diss/198
Opie, T.J., & Henn, C.M. (2013). Work family conflict and work engagement among mothers: Conscientiousness and neuroticism as moderators. SA Journal of Industrial Psychology, 39 (1), 1-12.
Parasuraman, S., & Simmers, C. A. (2001). Type of employment, work-family
conflict and well-being: A comparative study. Journal of Organizational
Behavior. 22. 551-568. doi: 10.1002/job.102.
Patel, C.J., Beekhan, A., Paruk, Z., & Ramgoon, S. (2008). Work-family conflict,
job satisfaction and spousal support: An exploratory study of nurses'
experience. Research Article. 31(1), 38-44.
Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial
pasangan dengan motivasi kerja pada karyawati di rumah sakit abdul rivai-
berau. e-Journal Psikologi, 1(1). 58-68.
Razak, A.Z., Yunus, N. K., & Nasrudin, A. M. (2011). The impact of work
overload and job involvement on work-family conflict among malaysian
doctors. Labuan e-Journal of Muamalat and Society, 5. 1-10.
Rosa, S. (2018). Mana yang lebih baik, ibu bekerja atau IRT. Diunduh tanggal 6
April 2019 dari https://www.kompasiana.com/sekar_rosa/mana-yang-
lebih-baik- ibu-bekerja-atau- irt_54f4422a745513a32b6c88f0.
Rothmann, S., Mostert, K., Strydom. (2006). A psychometric evaluation of the job
demands resources scale in south africa. Journal of Industrial Psychology.
32(4), 76-86.
Sabil, S., & Marican, S. (2011). Working hours, work-family conflict and work-family enrichment among professional women: A malaysian case. IACSIT
Press, Singapore. 5, 206-209.
Santrock, J. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup,Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial
Interaction, Seventh Edition. United State of America: Wiley.
80
Selvarajan, T. T., Cloninger, A. P., & Singh, B. (2013). Social support and work-
family conflict: a test of an indirect effects model. Journal of Vocational
Behavior, 83. 486-499.
Sumantri, I. U (2013). Konflik Peran Ganda??. Diunduh tanggal 6 April 2019
dari http://www.kompasiana.com/ikautamisumantri/konflik-peran-ganda_ 55293fc46ea834eb1c8b45f3
Uzoigwe, A. G., Low, W. Y., & Noor, S. N. (2016). Predictors of work-family
role conflict and its impact on professional women in medicine,
engineering, and information technology in nigeria. Asia Pacific Journal
of Public Health, 1-9. doi: 10.1177/1010539516667782.
Yang, N., Chen, C.C., & Zou, Y. (2000). Sources of work-family conflict: a sino-
u.s. comparison of the effects of work and family demands. Academy of
Management Journal. 43(1), 113-123
Yildrim, D., & Aycan, Z. (2007). Nurses’ work demands and work–family conflict: A questionnaire survey. International Journal of Nursing Studies,
12. doi:10.1016/j.ijnurstu.2007.10.010
81
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
82
Lampiran 2 Alat Ukur Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Assalamualaikum.Wr.Wb
Saya Mega Anggraeni Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan
skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan
Anda untuk menjadi responden dengan mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
Silahkan anda mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk yang diberikan dan
TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan jawaban anda sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan anda saat ini. Kuesioner ini
digunakan hanya untuk tujuan penelitian dan setiap jawaban yang anda berikan akan
TERJAMIN KERAHASIAANNYA.
Bila anda ingin menanyakan informasi terkait penelitian yang saya lakukan, silahkan
menghubungi ke 089693317158 atau email [email protected]. Atas kesediaan anda
mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Hormat Saya
Mega Anggraeni
83
IDENTITAS RESPONDEN
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama/Inisial :
Usia :
Kantor :
Divisi/Jabatan :
Pekerjaan suami :
Berapa jam anda bekerja dalam seminggu*) :
< 40 jam Lebih dari 40 jam
Jumlah anak*) :
1-2 orang
3-4 orang
> 4 orang
Usia anak terakhir*) :
0-2 tahun
3-5 tahun
6-12 tahun
13-20 tahun
>20 tahun
Menyatakan bersedia untuk bekerja sama dan dengan sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini
dengan member informasi yang sebenarnya sesuai dengan diri saya.
Responden
………………………
(TandaTangan)
*) beritanda checklist ( √ ) pada salah satu pilihan yang sesuai dengan diri anda
84
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan.
Anda diminta untuk memberikan salah satu tanda checklist () pada kolom yang anda rasa paling
sesuai dengan keadaan anda. Ada pun pilihan jawaban yang disediakan adalah:
SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Skala I
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pekerjaan saya menjauhkan saya dari keluarga saya
2 Pekerjaan saya menyita waktu saya untuk keluarga
3 Saya sering membawa pulang pekerjaan untuk dilakukan pada malam
hari dan akhir pecan
4 Waktu yang harus saya curahkan untuk pekerjaan saya membuat saya
melalaikan tanggung jawab dalam kegiatan rumah tangga
5 Saya merasa tidak punya cukup waktu untuk memenuhi tanggung
jawab saya dirumah karena waktu yang saya habiskan untuk karir
saya
6 Saya merasa bersalah karena menghabiskan terlalu banyak waktu di
tempat kerja dan tidak cukup waktu dengan keluarga saya
7 Saya harus melewatkan kegiatan keluarga karena tanggung jawab
untuk pekerjaan saya
8 Ditempat kerja saya memiliki begitu banyak pekerjaan yang harus
dilakukan daripada kepentingan pribadi saya
9 Tuntutan pekerjaan saya menyulitkan saya untuk mempertahankan
hubungan dengan pasangan dan anak-anak saya
10 Pekerjaan saya sering mengganggu tanggung jawab saya
11 Kadang-kadang saya merasa kewalahan dengan semua tanggung
jawab saya di tempat kerja
12 Saya sering merasa kelelahan setiap pulang dari tempat kerja,
sehingga membuat saya tidak dapat beraktivitas bersama keluarga.
85
No Pernyataan SS S TS STS
13 Stress pekerjaan sering membuat saya mudah tersinggung ketika
pulang kerumah
14 Emosi saya menjadi tidak stabil setiap kali saya pulang kerja,
sehingga kondisi ini dapat mengganggu aktivitas saya bersama
keluarga
15 Sulit bagi saya untuk bersantai ketika saya jauh dari pekerjaan saya
16 Saya sering disibukkan dengan pekerjaan saat berada dirumah
17 Ketegangan dan kecemasan dari pekerjaan sering merembet ke dalam
kehidupan keluarga saya
18 Saya sering merasa tergesa-gesa untuk menyelesaikan pekerjaan yang
bukan tanggung jawab saya agar saya dapat kembali menyelesaikan
pekerjaan saya
19 Terkanan di tempat kerja, terkadang membuat saya terlalu stress
untuk melakukan hal-hal yang ingin saya nikmati di rumah
20 Saya sering stress ketika mencoba menyeimbangkan tanggung jawab
pekerjaan yang mengganggu kehidupan saya
21 Metode pemecahan masalah yang saya gunakan dalam pekerjaan
tidak efektif jika diterapkan
di rumah
22 Saya bertindak berbeda dalam menanggapi masalah interpersonal di
tempat kerja dan masalah interpersonal di rumah
23 Hal yang saya anggap efektif di rumah tampaknya tidak efektif di
tempat kerja
24 Saya tidak dapat melakukan hal yang sama dirumah seperti yang saya
lakukan di tempat kerja
25 Perilaku yang efektif dan perlu bagi saya di tempat kerja akan
menjadi kontra produktif di rumah
26 Perilaku yang saya terapkan di tempat kerja tidak membuat saya
menjadi orang tua atau istri yang lebih baik di rumah
27 Agar saya sukses di rumah seperti sukses dikantor, saya harus
berperilaku berbeda
86
PetunjukPengisianBagian II
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda
diminta untuk memberikan salah satu tanda checklist () pada kolom yang anda rasa paling
sesuai dengan keadaan anda. Adapun pilihan jawaban yang disediakan adalah:
SS :Sangat Sering TS : Tidak Sering
S : Sering STS : Sangat Tidak Sering
Skala II
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pekerjaan menuntut saya untuk bekerja secara cepat
2 Saya memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan
3 Saya harus bekerja lebih keras untuk menyelesaikan sesuatu
4 Saya bekerja dibawah tekanan waktu
5 Pekerjaan menuntut saya untuk bekerja secara terburu-buru
6 Saya merasa lambat untuk menyelesaikan aktivitas pekerjaan saya
7 Saya memiliki kesulitan untuk menyesuaikan ritme kerja
8 Saya memiliki masalah untuk menyesuaikan diri dengan tekanan
kerja
9 Pekerjaan saya dapat dilakukan dengan mudah
10 Saya tidak memiliki banyak pekerjaan di kantor
11 Saya lebih memilih pekerjaan dengan ritme yang lebih santai
12 Pekerjaan saya menuntut banyak konsentrasi
13 Pekerjaan saya menuntut banyak ketepatan
14 Pekerjaan menuntut saya untuk memperhatikan banyak hal pada saat
yang bersamaan
87
No Pernyataan SS S TS STS
15 Pekerjaan saya membutuhkan pemikiran yang terus menerus
16 Pekerjaan menuntut saya memberikan perhatian yang terus-menerus
17 Saya harus mengingat banyak hal dalam pekerjaan saya
18 Pekerjaan saya membutuhkan banyak ketelitian
19 Saya merasa emosi saya banyak terkuras karena tuntutan pekerjaan
20 Ketika bekerja saya dihadapkan dengan hal-hal yang mempengaruhi
saya secara pribadi
21 Sering kali rekan kerja maupun klien memanggil saya secara personal
terkait dengan hasil kerja
22 Saya merasa diserang atau terancam secara pribadi dalam pekerjaan
saya
23 Saya memiliki kesulitan menghadapi klien dalam pekerjaan saya
24 Pekerjaan menuntut saya agar mampu meyakinkan atau membujuk
orang
25 Pekerjaan saya saat ini menempatkan saya dalam situasi yang
menjengkelkan secara emosional
PetunjukPengisianBagian III
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda
diminta untuk memberikan salah satu tanda checklist () pada kolom yang anda rasa paling
sesuai dengan keadaan anda. Adapun pilihan jawaban yang disediakan adalah:
SS :SangatSetuju TS : TidakSetuju
S :Setuju STS : SangatTidakSetuju
Skala III
No Pernyataan SS S TS STS
1 Suami saya sering membantu saya apabila saya mempunyai masalah
88
No Pernyataan SS S TS STS
2 Suami saya sering membantu saya apabila saya mengalami kesulitan
3 Ketika saya meminta bantuan kepada suami untuk meringankan
masalah saya, suami saya langsung merespon
4 Suami saya peduli akan masalah yang sedang saya hadapi
5 Ketika saya mempunyai masalah suami saya bersikap acuh
6 Suami saya membantu saya menyelesaikan pekerjaan yang
menumpuk
7 Suami saya selalu menyediakan waktu untuk mengantar saya ke
tempat kerja
8 Suami saya selalu mendengarkan curhatan mengenai pekerjaan saya
9 Suami saya selalu menyediakan waktu untuk menjemput saya ke
tempat kerja
10 Saran positif sering diberikansuami kepada saya
11 Saran atau informasi dari suami, membantu saya dalam memecahkan
masalah di kantor
12 Suami saya mengajak saya untuk berpartipasi dalam acara
keluarga/kantor
13 Kegiatan yang dilakukan bersama suami membantu saya melepaskan
stress
14 Suami saya meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama
15 Suami saya jarang mengajak saya untuk berpartisipasi dalam acara
kelurga/kantor
16 Suami saya mau ikut ketika saya ajak untuk berpartisipasi dalam acara
keluarga/kantor
*Mohon periksa kembali jawaban anda, pastikan tidak ada nomer yang terlewatkan.
Terimakasih
89
Lampiran 3 Path Diagram Dan Syntax
1. Work-Family Conflict
UJI VALIDITAS KONSTRUK WFC
DA NI=27 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27
PM SY FI=WFC.COR
MO NX=27 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
WFC
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1
FR LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1
FR LX 21 1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1
FR TD 24 23 TD 14 13 TD 2 1 TD 4 1 TD 20 19 TD 16 7 TD 6 2
FR TD 23 22 TD 12 11 TD 16 10 TD 4 3 TD 27 16 TD 24 7
FR TD 25 24 TD 5 2 TD 15 1 TD 7 4 TD 21 5 TD 5 1 TD 21 10
FR TD 15 10 TD 9 4 TD 15 12 TD 18 1 TD 10 9 TD 22 16 TD 19 4
FR TD 6 5 TD 25 3 TD 20 15 TD 23 6 TD 12 1 TD 13 9 TD 22 17
FR TD 22 14 TD 18 17 TD 26 14 TD 26 19 TD 9 6 TD 25 21
FR TD 18 12 TD 7 1 TD 8 2 TD 17 8 TD 24 6 TD 26 6 TD 24 16
FR TD 6 4 TD 12 6 TD 21 4 TD 5 4 TD 14 10 TD 15 14 TD 17 16
FR TD 14 1 TD 22 9 TD 24 11 TD 27 17 TD 8 7 TD 27 4 TD 27 6
FR TD 20 6 TD 27 2 TD 15 2 TD 20 11 TD 18 10 TD 24 22 TD 26 24
FR TD 5 3 TD 17 15 TD 25 22 TD 13 11 TD 13 8 TD 22 12 TD 18 11
FR TD 18 3 TD 18 8 TD 18 2 TD 11 10 TD 16 11 TD 11 7 TD 27 14
TD 8 3
FR TD 11 6 TD 19 5 TD 15 4 TD 21 18 TD 17 6 TD 17 12 TD 25 23
TD 22 7
FR TD 11 8 TD 16 6 TD 16 12 TD 18 13 TD 20 16 TD 23 21 TD 22
21 TD 21 16
FR TD 25 20 TD 25 15 TD 25 4 TD 22 20 TD 23 11 TD 18 9 TD 27
23 TD 27 24
FR TD 27 22 TD 20 12 TD 19 12
PD
OU AD=OF IT=500 SS TV MI
90
91
2. Work Overload
UJI VALIDITAS KONSTRUK PO
DA NI=11 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
PM SY FI=PO.COR
MO NX=11 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PO
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1
FR TD 2 1 TD 4 3 TD 5 2 TD 5 4 TD 5 3 TD 3 2 TD 11 1
FR TD 3 1 TD 10 3 TD 10 7 TD 4 2 TD 4 1 TD 5 1 TD 10 9
FR TD 10 1
PD
OU SS TV MI
92
3. Tuntutan Kognitif
UJI VALIDITAS KONSTRUK TK
DA NI=7 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=TK.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KOGNITIF
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 6 2 TD 5 3
PD
OU SS TV MI
93
4. Tuntutan Emosi
UJI VALIDITAS KONSTRUK TE
DA NI=7 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=TE.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
TE
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR TD 5 4 TD 2 1 TD 7 3
PD
OU SS TV MI
94
5. Dukungan Emosional
UJI VALIDITAS KONSTRUK DE
DA NI=6 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=DE.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DE
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1
FR TD 2 1 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
95
6. Dukungan Instrumental
UJI VALIDITAS KONSTRUK DI
DA NI=3 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=DI.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR
LK
DI
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
PD
OU SS TV MI
96
7. Dukungan Persahabatan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DP
DA NI=5 NO=160 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=DP.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DP
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 3 2 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
97
Lampiran 4 Output Statistik Hasil Regresi
TABEL REGRESI
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .744a .554 .527 6.67793 .554 20.671 9 150 .000
a. Predictors: (Constant), UA, JA, TK, PO, JK, DI, DE, TE, DP
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
WFC 160 24.55 76.95 50.0002 9.70820
PO 160 30.01 78.69 49.9999 9.16701
TK 160 24.83 65.64 50.0004 9.31608
TE 160 32.00 73.47 50.0001 9.32263
DE 160 23.08 62.25 50.0001 9.41938
DI 160 26.77 60.54 50.0011 9.64745
DP 160 21.90 61.17 49.9997 9.36498
Valid N (listwise) 160
98
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8296.409 9 921.823 20.671 .000b
Residual 6689.219 150 44.595
Total 14985.629 159
a. Dependent Variable: WFC
b. Predictors: (Constant), UA, JA, TK, PO, JK, DI, DE, TE, DP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.116 5.023 -.023 .982
PO .390 .090 .368 4.310 .000
TK .191 .067 .184 2.867 .005
TE .409 .087 .393 4.700 .000
DE .040 .080 .039 .499 .618
DI .077 .070 .076 1.105 .271
DP -.147 .090 -.142 -1.635 .104
JK .223 1.162 .011 .192 .848
JA .065 1.879 .002 .035 .972
UA 2.159 1.780 .072 1.213 .227
a. Dependent Variable: WFC
99
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .672a .451 .448 7.21273 .451 130.055 1 158 .000
2 .687b .473 .466 7.09519 .021 6.278 1 157 .013
3 .735c .540 .531 6.64601 .068 22.939 1 156 .000
4 .735d .540 .528 6.66729 .000 .006 1 155 .938
5 .737e .543 .528 6.67207 .002 .778 1 154 .379
6 .741f .549 .531 6.64691 .006 2.168 1 153 .143
7 .741g .549 .528 6.66642 .000 .106 1 152 .746
8 .741h .549 .525 6.68835 .000 .005 1 151 .944
9 .744i .554 .527 6.67793 .004 1.471 1 150 .227
a. Predictors: (Constant), PO
b. Predictors: (Constant), PO, TK
c. Predictors: (Constant), PO, TK, TE
d. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE
e. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI
f. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP
g. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK
h. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK, JA
i. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK, JA, UA
100
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6765.913 1 6765.913 130.055 .000b
Residual 8219.716 158 52.024
Total 14985.629 159
2 Regression 7081.982 2 3540.991 70.339 .000c
Residual 7903.647 157 50.342
Total 14985.629 159
3 Regression 8095.184 3 2698.395 61.092 .000d
Residual 6890.444 156 44.170
Total 14985.629 159
4 Regression 8095.452 4 2023.863 45.528 .000e
Residual 6890.176 155 44.453
Total 14985.629 159
5 Regression 8130.076 5 1626.015 36.526 .000f
Residual 6855.552 154 44.517
Total 14985.629 159
6 Regression 8225.878 6 1370.980 31.031 .000g
Residual 6759.750 153 44.181
Total 14985.629 159
7 Regression 8230.567 7 1175.795 26.457 .000h
Residual 6755.061 152 44.441
Total 14985.629 159
8 Regression 8230.792 8 1028.849 22.999 .000i
Residual 6754.836 151 44.734
Total 14985.629 159
9 Regression 8296.409 9 921.823 20.671 .000j
Residual 6689.219 150 44.595
Total 14985.629 159
a. Dependent Variable: WFC
b. Predictors: (Constant), PO
c. Predictors: (Constant), PO, TK
d. Predictors: (Constant), PO, TK, TE
101
e. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE
f. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI
g. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP
h. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK
i. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK, JA
j. Predictors: (Constant), PO, TK, TE, DE, DI, DP, JK, JA, UA