pengaruh kandungan madu dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat ii pada tikus putih
DESCRIPTION
KedokteranTRANSCRIPT
A. LEMBAR UTAMA
1. Judul Penelitian
Pengaruh kandungan madu dalam mempercepat penyembuhan luka bakar
derajat II pada tikus putih
2. Nama Peneliti
Nama : Rudy Irianto Simamora NPM : 1206206902
3. Pembimbing Penelitian
Nama : dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid
Departemen : Kedokteran Komunitas FKUI
4. Kata Kunci
Luka Bakar Kandungan Madu
PROPOSAL PENELITIAN MODUL METODOLOGI PENELITIANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIAJalan Salemba Raya no 6 Jakarta PusatPos Box 1358 Jakarta 10430
1
5. Jangka Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dengan Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
6. Sumber Dana Penelitian dan jumlah dana yang dibutuhkan
Penelitian ini akan menggunakan dana yang berasal dari peneliti dan juga
bantuan universitas dengan jumlah anggaran sebesar 2.000.000,00
B. LEMBAR PERNYATAAN DAN PENGESAHAN
7. Pernyataan Peneliti
Dengan ini kami menyatakan:
a. Penelitian dengan judul “Prevalensi Diare dan Hubungannya dengan Lima
Perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat” merupakan penelitian orisinil bukan
plagiat.
b. Sepakat untuk melakukan penelitian dengan judul “Prevalensi Diare dan
Hubungannya dengan Lima Perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat”.
Peneliti
1. Rudy Irianto Simamora
Tanda Tangan Tanggal
2
8. Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing yang
Bertanggung Jawab
Nama Penanggung Jawab Modul Riset
Beti Ernawati Dewi SSi, PhD
Tanda Tangan
Nama Pembimbing
dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid
Tanda Tangan
3
C. LEMBAR URAIAN PENELITIAN
9. Latar Belakang Masalah
Luka bakar bisa diakibatkan oleh Luka bakar tipe 2 merupakan jenis luka yang
merusak jaringan kulit. Derajat luka bakar terdapat 3 tipe, pada derajat I luka bakar
hanya merusak jaringan korneum, pada luka bakar derajat II terjadi kerusakan
jaringan di lapisan 3 teratas, dan pada luka bakar derajat III jaringan kulit menjadi
melepuh pada lapisan 3-4. Berdasarkan data statistik unit pelayanan khusus RSCM
Jakarta, jumlah kasus yang dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107 kasus atau
26,3% daru seluruh khasus bedah plastik yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat
lebih dari 40% merupakan luka bakar derajat II-III dengan angka kematian mencapai
37,38%.1 Ketika terjadi luka bakar pada seseorang umumnya hanya sampai pada
derajat II karena ketika sampai derajat III orang tersebut harus mendapatkan
perawatan medis. Didalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang mengalami luka
bakar tipe II para masyarakat lebih menggunakan jenis obat- obat tradisional yang
menurut mereka bisa digunakan untuk mengobati luka bakar. Salah satu bahaya yang
dapat ditimbulkan dari cara mengobati yang tradisional seperti infeksi, dari infeksi ini
bisa menimbulkan hal yang sangat buruk, yaitu amputasi. Banyak sekali obat-obatan
yang bisa dibeli d apotek akan tetapi terkadang mahalnya obat- obatan tersebut yang
membuat masyarakat enggan membelinya. Madu mungkin salah satu solusi terhadap
luka bakar derajat II karena, dari berbagai penelitian, madu merupakan salah satu
cairan yang bisa membantu dalam penyembuhan luka bakar salah satunnya adalah
luka bakar derajat II.
Jenis madu di dunia ini sangat banyak dan juga fungsi dari madu juga beragam.
Madu yang sangat baik adalah madu yang masih bersih dari campuran bahan - bahan
kimia. Di Indonesia banyak sekali jenis - jenis madu yang bisa didapatkan terutama di
kepulauan Papua, di sana kita bisa mendapatkan madu alami dengan mudah.
Penelitian - penelitian tentang efektivitas madu dalam penyembuhan luka sudah
dilakukan salah satunya adalah penyembuhan infeksi kaki diabetik (IKD). Dalam
penyembuhannya madu mengandung zat - zat yang bisa membantu regenerasi sel
kulit yang rusak dan dalam penelitian juga menyebutkan bahwa madu memiliki
antibakteri in vitro.
Oleh karena ada penelitan tentang pengaruhkandungan madu dalam
mempercepat luka bakar maka peneliti akan melalkukan penelitia secara lebih lanjut
mengenai kandungan madu dalam penyembuhan luka bakar derajat II.
4
10. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian
10.1. Identifikasi Masalah
Luka bakar merupakan rusaknya struktur anatomis yang dapat
mengakibatkan shock, infeksi, dan rusaknya keseimbangan elektrolit.
10.2. Pertanyaan Penelitian
Apakah dengan mengoleskan madu pada tikus yang mengalami luka bakar
penyembuhannya akan lebih cepat?
11. Tujuan Umum, Tujuan Khusus, serta Manfaat Penelitian
11.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan antara penyembuhan menggunakan madu dan tidak
memakai madu.
11.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kandungan madu yang bisa membantu regenerasi kulit.
2. Mengetahui efek luka bakar terhadap madu.
11.3. Manfaat Penelitian
Bagi subjek dan masyarakat
1. Memberitahukan kepada masyarakat mengenai manfaat dari madu
dalam penyembuhan luka.
2. Memberi gambaran kepada para masyarakat bahaya dari luka bakar
derajat II.
3. Mengajak para masyarakat untuk memakai madu dalam penyembuhan
luka bakar.
5
Bagi peneliti
1. Sebagai sumber pelajaran dalam bidang kesehatan.
2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam berpikir analitis, sistematis,
logis, dan kritis dalam mengidentifikasi masalah kesehatan di
masyarakat.
3. Memberikan data yang sahih untuk peneliti lain apabila mereka ingin
melakukan penelitian yang sama
4. Memberikan data agar pada penelitian selanjutnya peneliti lain
dapatmengembangakannya lagi.
Bagi perguruan tinggi
1. Membantu visi dan misi Universitas Indonesia sebagai research
university.
2. Membantu untuk memenuhi visi FKUI yang ingin menjadi fakultas riset
berstandar Internasional.
3. Meningkatkan kerjasama serta komunikasi antara mahasiswa dan staf
pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
6
12. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Konsep
12.1. Tinjauan Pustaka
Luka Bakar
12.1.1. Definisi
Luka bakar adalah jenis luka yang bisa diakibatkan oleh suhu tinggi, syok
listrik, dan bisa juga diakibatkan oleh terpajan bahan kimia pada kulit.2
12.1.2. Jenis- Jenis luka bakar
Dalam melihat tipe- tipe luka bakar indikator utamanya adalah
kedalaman dari luka bakar tersebut. Dalam jenis- jenisnya luka bakar
digolongkan dalam derajat I superfisial, derajat II dibagi atas 2 yaitu derajat
ketebalan parsial superfisial dan ketebalan parsial dalam, dan yang ketiga
adalah derajat III ketebalan penuh.2
Luka bakar derajat I hanya sebatas jaringan epidermis, biasanya pada
luka bakar derajat I hanya dirasakan nyeri dan ada terjadi eritema akan
tetapi tidak meninggalkan jaringan parut.
Luka bakar derajat II tingkat luka bakar sampai ke ketebalan parsial
dan meluas daerah dermis.2 Pada luka bakar jenis ini folikel rambut masih
bisa tumbuh kembali. Pada luka bakar jenis ini juga meninggalkan jaringan
parut ketika sudah mulai sembuh.
Luka bakar derajat III kedalaman penuh meluas sampai ke epidermis,
dermis dan jaringan subkutis.
7
12.1.3. Penyebab Luka Bakar dan Lama sembuh
Penyebab luka bakar sangatlah beragam, besarnya tingkat keparahan
juga bisa di ukur ketika seseorang terkena luka bakar tersebut. Jenis- jenis
luka bakar :2,3
1. Panas yang berlbihan,
2. Sinar ultra violet (UV),
3. Api,
4. Gesekan,
5. Zat kimia,
6. Energi listrik, dan
7. Elektromagnetik.
Pada luka bakar derajat I penyebab biasanyanya Kisaran sembuhnya
luka bakar derajat I yaitu 3-4 hari.3
Pada luka bakar derajat II Penyebab biasanya kisaran
penyembuhannya memerlukan beberapa minggu dengan pembersihan
bedah untuk membuang jaringan yang mati.
Pada luka bakar derajat III Lama penyembuhan mencapai berbulan-
bulan.
12.1.4. Dampak
Dalam derajat- derajat luka bakar dibutuhkan pertolongan dari medis
kecuali luka bakar derajat I, karena beresiko terhadap infeksi, dehidrasi, dan
komplikasi serius lainnya.3
Madu
12.1.5. Definisi
Madu adalah cairan manis cairan manis alami berasal dari nektar
tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu.4,5 Dimana lebah madu yang
8
mengumpulkan nektar dari bunga.
12.1.6. Jenis-jenis Madu
Dalam menentukan jenis madu bisa dilihat dari karakteristiknya,
misalnya berdasarkan sumber nektar, letak geografi, dan teknologi
pemrosesnya.5 Apabila disesuaikan dengan sumber nektarnya yaitu flora,
ekstrak flora, dan madu embun. Selain jenis- jenis itu ada juga monoflora.
yang berasal dari satu tumbuhan dan ada juga poliflora yang berasal dari
beberapa jenis tumbuhan.
12.1.7. Kandungan dalam Madu Yang Membantu Dunia
Kedokteran
Madu yang mempunyai sifat fisiokimmia (misalnya : terdapat efek
osmotik dan juga pH) bisa membantu untuk antibakteri.6 Selain itu madu
juga m3emiliki aktivitaas 3antiinflamasi dan juga baik dalam respon imun
dalam luka. 6 selain itu dalam sebuah uji klinis, telah ditemukan bahwa
madu juga dapat melegakan sakit tenggorokan dan juga mempunyai bahan
aktif sebagai obat batuk untuk anak.7
12.2. Kerangka Konsep
9
13. Rancangan Penelitian
13.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah experiment, dimana peneliti ingin
melihat perbedaan cepat tidaknya penyembuhan luka bakar derajat II
memakai madu terhadap tikus putih.
13.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan di Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
13.3. Sumber Data
Sumber data didapatkan dari penellitian di laboratorium. Subyek akan
dilihat perkembangan selama 2 bulan dengan pemberian madu secara 3 x
sehari secara berturut- turut dengan yang tidak diberikan madu. Dalam
penelitian akan diukur derajat luka pada subyek, dengan cara melihat
derajat luka bakar.
13.4. Sampel Penelitian
13.4.1 Sampel target:
Subyek target adalah tikus putih galur wistar yang sering digunakan
sebagai subyek penelitian dan tikus putih galur wistar yang sehat dan tidak
cacat
13.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
13.5.1 Kriteria Inklusi
Menetapkan tikus yang berwarna putih
Menggunakan tikus dengan luka bakar derajat II
10
13.5.2 Kriteria Eksklusi
Tikus wistar tidak dengan luka bakar derajat II
13.5.3 Kriteria Dropped Out
Tikus yang mati dalam penetian
Tikus yang luka bakar sudah terkontaminasi dengan
obat- obatan atau bakteri dari udara.
13.6. Besar Sampel
Besar sampel diambil dari populasi dengan menggunakan rumus federer:
(n−1 ) (t−1 )>15
Dimana :
n : jumlah sampel
t : jumlah perlakuan
Dalam penelitian ini dilakukan 2 perlakuan terhadap sampel, yang
pertama tikus yang dioleskan madu pada luka bakar dan yang kedua tidak
diberikan olesan madu. Sehingga dengan melakukan 2 perlakuan ini, maka
mendapatkan hasil rumus sebagai berikut:
(n-1)(2-1) ≥15
(n-1)(1) ≥15
n-1≥15
n≥16
Maka darii penjumlahan tersebut, diidapatkan jumlah sampel minimal
yang dgunakan dalam penelitian yaitu 32 tikus putih galur wistar. Dimana,
untuk mencegah terjadinya kegagalan proses penelitian akibat dari hal
yang tiak terduga, maka peneliti menambah 4 ekor tikus wistar dengan
demikian jumlah tikus wistar yang digunakan berjumlah 36 ekor tikus.
11
13.7. Cara Kerja
1. Mengambil dan memilih sampel untuk dilakukan penelitian
2. Menyiapkan madu
3. Membuat sampel dengan dengan kondisi luka bakar derajat II
4. Memuat kriteria inklusi dan ekslusi
5. Apa bila memenuhi maka sampel penelitan dilanjutkan apabila tidak
maka tidak digunakan sebagai sampel
6. Melakukan pengamatan terhadap pengaruh dari olesan madu pada
sampel
7. Selama pengamatan apabila ada kriteria drop out maka sampel
tidak digunakan
8. Pencatatan hasil dari pengamatan
9. Pembuatan laporan penelitian
13.8. Identifikasi Variabel
Variabel bebas : Madu
Variabel terikat : penyembuhan luka bakar derajat II
Variabel perancu : kurang atau melebihi dari batas jenis dari
luka bakar derajat II
13.9. Analisis Data
Setelah data terkumpul, proses analisis data dilakukan dengan
melakukan penyusunan menggunakan program SPSS versi 11.5 untuk
Sistem Operasi Windows dengan metode Chi Square
12
13.10. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Olesan
Madu Alami
Madu alami yang tidak
tercapur oleh zat-zat/
senyawa kimia.
Kekentalan :
kekentalannya bisa
dilakukan dengan
cara melihat tiap
tetesan yang
dikeluarkan apabila
terlalu encer maka
madu tersebut
banyak mengandung
air. Kemudian ketika
dicampur dengan air
maka air akan berada
diatas madu karena
densitasnya lebih
rendah dibandingkan
madu.
Warna : Kuning
kecoklat hitaman.
Semut : pada madu
asli sangat jarang
atau tidak diitemukan
adanya semut pada
madu kemudian
apabila madu
tersebut banyak
madu itu
menandakan bahwa
madu tersebut sudah
tercampur dengan
gula.
Absorban :Madu asli
mampu mengubah
Kategorik
Kategorik
Kategorik
Kategorik
13
sudut putaran cahaya
Luka Bakar
Derajat II
Luka bakar yang
termasuk luka bakar
ringan dengan tingkat
penyembuhan yang
sempurna
Mata Kategorik
14
14. Etika Penelitian
Pada eksperimen ini, peneliti menggunakan tikus putih sebagai subyek
penelitian. Peneliti harus meminimalisasi menyakiti hewan dengan cara
membius hewan kemudian peneliti melakukan eksperimen terhadap tikus.
Dalam melakukan penelitian ini tikus wistar yan digunakan sebanyak 36 tikus
dengan pembagian 16 tikus dengan diberi perlakuan dan 16 tikus tidak diberi
perlakuan sesuai dengan jumlah minimal sampel. 4 sisa tikus wiistar hanya
dipakai ketika terjadi hal yang tidak terduga pada salah satu tikus percobaan
dimana itu mengakibatkan pengurangan jumlah minimal sampel. Surat
perizinan terlampir.
15. Daftar Pustaka
1. Kristanto, H. 2005. Perbedaan Efektifitas Perawatan Luka Bakar Derajat II
Dengan Lendir Lidah Buaya (Aloe Vera) Dibandingkan Dengan Cairan
Fisiologis (Normal Saline 0,9%) Dalam Mempercepat Proses
Penyembuhan. Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.2005.
2. Elizabeth J.Corwin. Handbook of pathophysiology. 3rd Ed. Jakarta;
EGC.2009.p 127- 134. available in web. http://books.google.co.id/books?id 0b-
MJ2p9GdAC&pg PA128&dq derajat+Luka+bakar&hl id&sa X&ei
0JWpUd2uLeHtigLAkIEw&redir esc y#v onepage&q derajat%20 Luka
%20bakar&f false . (cited 29 mei 2013)
3. Balletto, et al. 2001. Burns. (online).
http://www.adam.com/democontent/IMCAccess/ConsConditions/Burnscc.ht
ml. Diakses pada tanggal 30 mei 2013
4. Stedman. Kamus ringkas kedokteran stedman untuk profesi kesehatan. Ed
4. Jakarta : EGC.2004.p163.
5. Adji Suranto. Terapi madu. Editor Hety Indriani, Shinta K. Jakarta: Penebar
Plus.2009.
6. Lusby P.E, A. Coombes A. J.M. Wilkinson. Honey: a potent agent for wound
15
healing?. Available in web.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12439453 . diakses pada tanggal 1
Juni 2013
7. James Randerson. Honey 'beats cough medicine'. Available in web.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12439453 . diakses pada tanggal 1
Juni 2013
18. Perincian Anggaran
No Pengeluaran Biaya
1 Membeli 36 Tikus Putih (Wistar) Rp.1.800.000,00
2 Menyewa laboratorium Rp.300.000,00
5 Pembelian Madu Alami Rp.200.000,00
6 Biaya tak terduga Rp.200.000,00
TOTAL Rp.2.500.000,00
16
PERIZINAN KOMITE ETIKA PENELITIAN
Jakarta,............................2010
Yth. Ketua Komite Etika Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba 6, Jakarta Pusat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan kami lakukan, kami selaku
pihak yang bertanggung jawab ingin memohon izin untuk mengadakan penelitian
tentang “Pengaruh kandungan madu dalam mempercepat penyembuhan luka bakar
derajat II pada tikus putih ” yang akan dilaksanakan pada:
Waktu :
Tempat :
Kegiatan yang akan dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
alat- alat dan bahan yang akan digunakan. Penelitian ini juga menyertakan semua
aspek etika penelitian dalam perancangannya dan berbagai tindakan telah direncankan
dalam pelaksanaan penelitian agar aspek etika penelitian tetap ditegakkan. Saya sangat
mengharapkan kesediaan Komite Etika Penelitian untuk memberikan izin pelaksanaan
penelitian penelitian ini.
Melalui surat ini, saya juga lampirkan proposal penelitian kami sebagai bahan
pertimbangan. Atas izin dan perhatian Komite Etika Penelitian, saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
Peneliti i
17
DUMMY TABLE
VariabelHasil
Sembuh Tidak Sembuh
Dioleskan Madu
Alami
Tidak dioles madu
alami
18