pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat … · towards the annual tax return compliance...
TRANSCRIPT
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP
TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT
(Studi Kasus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Suci Amalia
NIM. 11150150000083
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Suci Amalia (NIM.11150150000083), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Studi Kasus FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”. Skripsi Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini tentang kesadaran wajib pajak dan tingkat kepatuhan penyampaian SPT. Tujuannya
yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat
kepatuhan penyampaian SPT Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh dosen FITK dengan
sampel yang berjumlah 65 Dosen. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik Accidental
Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan kriteria dosen yang melakukan pelaporan SPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kesadaran
wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan Uji t yang menunjukkan bahwa Thitung yaitu
sebesar 2,499 dengan Ttabel sebesar 1,998. Dapat disimpulkan bahwa Thitung lebih besar dari pada
Ttabel yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat pengaruh antara kesadaran
wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jika dilihat dari analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa Y = (31,539) + 0,515 X
dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,300 serta nilai koefisien determinasi sebesar 0,090 atau 9%.
Hal ini bermakna bahwa kontribusi kesadaran wajib pajak dalam meningkatkan kepatuhan
penyampaian SPT adalah sebesar 9% sedangkan 91% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan
demikian maka kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan
penyampaian SPT Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci: Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Kepatuhan, Penyampaian SPT
ii
ABSTRACT
SuciAmalia (NIM. 11150150000083), Department of Social Sciences Education.Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training. The Thesis title “The Influence of Taxpayer Awareness towards The Annual Tax Return Compliance Level”.Thesis of Social Sciences Education Study
Program SyarifHidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2020.
This research is about the influence of Taxpayer Awareness and Annual Tax Return compliance
level. It aims to find out if there is an influence of Taxpayer awareness upon the Annual Tax Return compliance level of FITK lecturers of SyarifHidayatullah Islamic State University Jakarta.
It uses quantitative approach. The sample was taken by accidental sampling, a technique for
determining samples by using certain considerations, with criteria for lecturers who do the
reporting of Annual Tax Return. Based on the data analysis, Taxpayer awareness influences the
compliance level of Annual Tax Return of FITK lecturers ofSyarifHidayatullah State Islamic
University Jakarta. It was proved by result of t-test that shows the t count equal to 2.499 and t
table equal to 1.998 which means that Ho is rejected and Ha is accepted. Therefore, the influence
of Taxpayer awareness towards the Annual Tax Return compliance level of FITK lecturers of
SyarifHidayatullah State Islamic University is found. Based on the result of a simple regression
analysis showing that Y = (31,539) + 0,515 X and the correlation coefficient value of 0,300 as
well as coefficient of determination 0,090 or equivalent to 9%. It means that the Taxpayer
awareness has contributed 9% in increasing the Annual Tax Return compliance level while the rest of 91% is influenced by other factors. In conclusion, Taxpayer awareness gives a positive
impact towards Annual Tax Return compliance level of FITK lecturers of SyarifHidayatullah State
Islamic University Jakarta.
Keywords: Taxpayer Awareness, Taxpayer Compliance Level, Annual Tax Return
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
yang berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat
Kepatuhan Penyampaian SPT Studi Kasus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
kebaikan skripsi ini. Selain itu, selama proses penyusuanan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
4. Bapak Dr. H. Nurochim, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis
5. Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd selaku dosen pembimbing I
yang telah meluangkan waktu dan kesabaran memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat dalam memperbaiki dan
menyelesaikan skripsi ini
6. Ibu Tri Harjawati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan
iv
motivasi yang sangat bermanfaat dalam memperbaiki dan menyelesaikan
skripsi ini
7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama
melaksanakan studi
8. Kedua orang tua saya, Bapak Mahfuri dan Ibu Siti Winarni yang
memberikan saya semangat, motivasi, doa yang tidak pernah berhenti,
kasih sayang dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini
9. Seluruh Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
mengisi kuesioner penelitian ini
10. Penyemangat terbaik saya Muhammad Syaiful Anwar dan Nanda Nabilla
Hamzah yang telah membantu, memberikan doa dan semangat dalam
penyusunan skripsi ini
11. Sahabat seperjuangan saya Kamalat Azizah, Siti Nur Qoriah, dan Amalia
Dinda Bestari yang selalu berdiskusi bersama, memberikan semangat serta
doa dalam penyusunan skripsi ini
12. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2015 yang telah memberikan
pengalaman dan dukungan selama perkuliahan
13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis
ucapkan terima kasih banyak atas dukungan, doa, dan bantuannya.
Demikian ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 1 November 2019
Penulis
Suci Amalia
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II .............................................................................................................. 11
KAJIAN TEORI .............................................................................................. 11
A. Deskripsi Teoritik .................................................................................. 11
1. Konsep Dasar Perpajakan ................................................................. 11
2. Wajib Pajak ....................................................................................... 21
3. Kesadaran Wajib Pajak .................................................................... 32
4. Kepatuhan Wajib Pajak .................................................................... 35
5. Surat Pemberitahuan (SPT) .............................................................. 42
B. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 58
vi
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 68
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 71
BAB III ............................................................................................................. 72
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 72
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 72
1. Tempat Penelitian .............................................................................. 72
2. Waktu Penelitian ............................................................................... 72
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 73
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 74
1. Populasi .............................................................................................. 74
2. Sampel ................................................................................................ 74
D. Variabel Penelitian ................................................................................ 76
1. Variabel Bebas (Independent Variable)............................................ 76
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) ............................................ 76
E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 76
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 78
G. Metode Analisis Data dan Uji Instrumen ............................................. 81
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................... 81
2. Uji Instrumen ..................................................................................... 81
3. Uji Asumsi Dasar ............................................................................... 83
4. Uji Hipotesis ....................................................................................... 84
BAB IV ............................................................................................................. 86
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 86
A. Deskripsi Data ....................................................................................... 86
1. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ..................................................................... 86
2. Deskripsi Responden ......................................................................... 89
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ................... 92
1. Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................................... 92
2. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................... 97
3. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 99
4. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 103
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 106
vii
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 109
BAB V ............................................................................................................. 110
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................................... 110
A. Kesimpulan .......................................................................................... 110
B. Implikasi .............................................................................................. 110
C. Saran .................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 112
A. BUKU................................................................................................... 112
B. JURNAL DAN SKRIPSI .................................................................... 113
C. INTERNET.......................................................................................... 116
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan .................................................................. 63
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan ............................................................................. 72
Tabel 3.2 Skor Skala Likert ............................................................................. 77
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen .......................................................................... 79
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jurusan ................................................... 90
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................... 92
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas X ........................................................................ 94
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Y ........................................................................ 95
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 97
Tabel 4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 98
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................... 99
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas ................................................................... 101
Tabel 4.9 Hasil Uji Linieritas ........................................................................ 102
Tabel 4.10 Hasil Uji t (Parsial) ...................................................................... 103
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 104
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Sederhana ........................................................ 105
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Lokasi......................................................................................71
Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jurusan.................................................92
Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.......................................93
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Data............................................................100
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 4 Hasil Analisis Data
Lampiran 5 Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu Negara yang sedang berproses untuk menuju menjadi negara
maju adalah negara yang memperhatikan perkembangan pembangunan
ekonominya, dimana negara yang mempunyai kondisi yang baik tentunya
juga memiliki perkembangan pembangunan ekonomi yang baik pula.
Pembangunan ekonomi bukan hanya merupakan hal yang berkaitan
dengan maju atau berkembangnya suatu negara, namun dari pembangunan
ekonomi dapat diketahui bagaimana kondisi keadaan suatu negara dilihat
dari sistem yang digunakan oleh pemerintah. Untuk melihat sebuah
keberhasilan atau tidaknya suatu negara dalam pembangunan ekonomi
maka diperlukan adanya sebuah indikator, dimana indikator ini akan
menjadi acuan dalam penilaian terhadap seberapa jauh suatu negara
mencapai indikator pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan. Adapun
fungsi indikator itu sendiri adalah untuk melihat tentang gejala, pola dan
pengaruh yang telah terjadi, dan juga untuk menentukan hingga taraf mana
yang telah berhasil dicapai negara tersebut. Salah satu indikator
keberhasilan pembangunan ekonomi adalah Indeks Pembangunan
Nasional, dari indeks pembangunan nasional ini akan diketahui
perkembangan pembangunan ekonomi suatu negara berada dimana dan
diketahui sejauh mana pembangunan ekonomi yang ada disuatu negara
tersebut.1
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah dan teritorial
yang luas. Dalam perkembangannya, pemerintah berusaha agar
pembangunan di Indonesia dapat merata. sehingga seluruh wilayah
1Nur Rohman, 11 Indikator Utama Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Suatu Negara,
2018, (https://akuntansionline.com/indikator -keberhasilan-pembangunan-ekonomi/). Diakses
tanggal 19 Mei 2019 Jam 05.47 WIB
2
Indonesia dapat mengalami peningkatan mutu hidup dan ikut bersaing
dalam dunia internasional. Hal ini menyangkut dengan perkembangan
ekonomi dunia terhadap nilai mata uang di negara kita, yaitu Rupiah. Jika
pemerintah tidak mampu mengikuti perkembangan dunia global baik
dalam bidang ekonomi ataupun infrastruktur, maka Indonesia dapat
mengalami kemunduran didunia internasional. Negara perlu menyiapkan
rancangan sistematis dan terperinci untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran pembangunan negara, agar keuangan Indonesia tetap stabil
dan tidak mengalami defisit. Rencana keuangan tahunan pemerintah
negara Indonesia disebut APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
APBN berisi tentang daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara dengan jangka waktu satu tahun yang
ditetapkan dengan Undang-undang, dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.2
Diketahui bahwa target Pendapatan Negara dalam APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2018 pendapatan negara
diproyeksikan sebesar Rp. 1.894,7 Triliun. Jumlah ini berasal dari
Penerimaan Perpajakan sebesar Rp. 1.618,1 Triliun, Penerimaan Negara
Bukan Pajak sebesar Rp. 275,4 Triliun dan Hibah sebesar Rp. 1,2 Triliun.3
Menurut catatan Kementerian Keuangan yang disampaikan oleh Menteri
Keuangan Sri Mulyani pada konfrensi pers realisasi APBN-2018 dikantor
Kementerian Keuangan Jakarta, hingga akhir tahun 2018 realisasi
anggaran pada APBN 2018 masih mengalami defiisit sebesar 1,76% dari
PDB atau senilai Rp. 259,9 Triliun. Angka tersebut terdiri dari pendapatan
negara sebesar Rp. 1.942,3 Triliun atau 102,5% dari target APBN 2018.
Sementara belanja negara sebesar Rp. 2.202,2 Triliun atau 99,2% dari
terget APBN 2018. Bila lebih rinci lagi, pendapatan negara Rp. 1.942,3
Triliun dibagi menjadi pendapatan dalam negeri Rp. 1.928,4 Triliun, dan
2Kresensia Angelicha Hardi, dkk., APBN Sebagian Besar Berasal dari Pajak, 2018, h. 5,
(https://www.academia.edu/38067640/_apbn_sebagian_besar_berasal_dari_pajak_). Diakses 19
Mei 2019 jam 22.19 WIB 3https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018 (Diakses pada 19 Mei 2019, Jam 22.19 WIB)
3
penerimaan hibah Rp. 13,9 Triliun. Sementara pendapatan dalam negeri
Rp. 1.928,4 Triliun dibagi menjadi penerimaan perpajakan Rp. 1.521,4
Triliun dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) nilainya Rp. 407,1
Triliun. Sementara untuk belanja negara Rp. 2.202,2 Triliun terdiri dari
belanja pemerintah pusat Rp. 1.444,4 Triliun dan transfer ke daerah dan
dana desa mencapai Rp. 757,8 Triliun. Untuk belanja pemerintah pusat
terdiri dari belanja kementerian/lembaga mencapai Rp. 836,2 Triliun dan
belanja non kementerian/lembaga mencapai Rp. 608,2 Triliun.4 Dari data
APBN 2018 tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan perpajakan
sudah cukup baik namun masih belum bisa mencapai target APBN 2018.
Sedangkan pajak sendiri adalah sumber utama dari APBN.
Di Indonesia, hampir 70% pendapatan negara berasal dari sektor pajak.
Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi
suatu negara. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga fasilitas umum guna
membangun masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu pajak dapat
dikatakan sebagai bahan bakar utama untuk membangun negara. Tanpa
penerimaan pajak yang sesuai, negara dapat mengalami kebangkrutan
sehingga angka kesenjangan sosial semakin naik. Berdasarkan Undang-
Undang No.28 tahun 2007 pasal 1 menyebutkan bahwa: “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.5
Pada dasarnya terdapat tiga sistem atau cara yang dipergunakan untuk
menentukan siapa yang menghitung dan menetapkan pajak yang terutang
oleh seseorang yaitu, sistem pemungutan pajak Official Assesment
System,Self Assesment System, dan With Holding System. Dimana Official
4https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-capaian-apbn-2018/ Diakses pada 19
Mei 2019 Jam 22.27 WIB 5Herry Purwono, Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta:
Erlangga,2015), h. 7
4
Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
terutang, wajib pajak bersifat pasif selanjutnya wajib pajak baru aktif
ketika melakukan penyetoran pajak terutang berdasarkan ketetapan SKP
(Surat Ketetapan Pajak) tersebut, sistem ini diterapkan dalam hal
pelunasan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dimana KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak mengenai
besarnya PBB yang terutang setiap tahun dan wajib pajak tidak perlu
menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB tersebut. Sistem ini sudah
tidak berlaku lagi setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984. Self
Assesment Systemadalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, dan tanggungjawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar. With Holding Systemadalah suatu
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.6
Di Indonesia sebagian besar menganut sistem pemungutan pajak Self
Assesment System. Dimana wajib pajak harus menghitung sendiri
pajaknya, menyetor serta melaporkan pajak terhutang tersebut kedalam
SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan. Pengertian Surat Pemberitahuan
menurut Undang-undang No.16 Tahun 2009 Mengenai KUP Pasal 1 angka
11 adalah “surat wajib yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek dan/atau objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan”. Pengertian SPT ini juga tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009.7 Oleh karena itu, wajib
6Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Indeks, 2013), h. 14 7Indah Permata Hati, Sri Mangesti Rahayu, dan Amirrudin Djauhari, “Dampak Penerapan
Surat Pemberitahuan Masa Elektronik (e-SPT) Terhadap Efektivitas dan Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu)”, Jurnal Perpajakan
(JEJAK), Vol.8 No. 1, 2016, h. 3
5
pajak dituntut untuk berperan aktif dalam melakukan Penyampaian SPT
(Surat Pemberitahuan), wajib pajak diharuskan memiliki kesadaran diri
untuk membayarkan pajaknya dan meningkatkan kepatuhan untuk
melaporkan SPT nya (Surat Pemberitahuan) kepada pemerintah.
Kontribusi wajib pajak ini sangat berperan penting dalam mensejahterakan
rakyat Indonesia dengan kesadaran wajib pajak yang tinggi dan wajib
pajak yang patuh dalam menyampaikan SPT nya akan semakin
memperbaiki penerimaan perpajakan negara.
Namun menurut riset yang dilakukan oleh Reza Yunanto dalam
skripsinya, di Indonesia sendiri kepatuhan wajib pajak untuk
menyampaikan SPT (Surat Pemberitahuan) masih tergolong rendah.
Karena beberapa faktor, faktor-faktor yang membuat Wajib Pajak
khususnya WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi) tidak menyampaikan SPT
(Surat Pemberitahuan) Tahunannya antara lain: Permasalahan waktu,
biaya, dan kepraktisan. Banyak WPOP yang tidak menaati aturan tentang
penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan PPh karena tidak
mempunyai cukup waktu untuk datang ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak),
Faktor lain menyebabkan WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi) tidak
menyampaikan SPT Tahunan PPh sesuai aturan adalah masalah biaya.
biaya yang dikeluarkan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh adalah
biaya transportasi untuk datang ke KPP dan sebagainya. Penyampaian SPT
tahunan PPh secara manual dengan datang ke KPP dirasa kurang praktis
sehingga WPOP enggan melakukannya. Wajib pajak orang pribadi bisa
saja menyampaikan SPT Tahunan PPh tanpa harus datang ke KPP, yaitu
dengan mengirimkannya melalui pos, pengiriman melalui pos juga
membutuhkan waktu dan biaya yang membuat WPOP malas untuk
melakukannya.8
8 Reza Yunanto, Analisis Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi sebelum dan sesudah penerapan E-Filling melalui
Website Direktorat Jenderal Pajak (Studi Kasus di KPP Sleman), (Yogyakarta: FE Universitas
Sanata Dharma, 2015), h.3
6
Selain Faktor-faktor yang sudah disebutkan oleh Reza Yunanto,
menurut observasi pra-penelitian pada bulan Januari-Februari 2019 kepada
beberapa narasumber yang sudah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) didapat fakta bahwa kesengajaan yang dilakukan oleh wajib pajak
pribadi untuk menghindari pajak dan tidak melaporkan SPT nya pun
sering terjadi, banyak wajib pajak yang sudah mempunyai NPWP tapi
tidak membayarkan pajaknya dan tidak melaporkan SPT nya. Selain itu,
wajib pajak masih menganggap bahwa uang pajak yang akan mereka
setorkan kepada negara akan disalahgunakan oleh para pegawai yang tidak
bertanggungjawab (Korupsi) itulah mengapa masyarakat masih enggan
untuk membayarkan pajaknya. dan masyarakat selalu menganggap
melaporkan SPT adalah hal yang rumit dan tidak ada manfaatnya, opini
seperti itu akan selalu menjadi dampak negatif dalam hal perpajakan. Dari
pembayaran pajak hingga pelaporan pajak itu sendiri, pemerintah harus
pandai dalam meyakinkan masyarakat bahwa pajak akan sama-sama
membawa manfaat untuk kedepannya.
Menurut observasi pra-penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 30-
November-2018 di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Pondok Aren,
Hartoni Enrico dan Khotib Ramadhan, S.E memaparkan, kepatuhan orang
pribadi masih rendah, dibuktikan dengan 265 juta populasi OP (Orang
Pribadi), hanya 35.5 Juta WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi) yang
terdaftar dan 11.1 Juta Wajib Pajak yang lapor serta hanya 1.3 Juta Wajib
Pajak yang membayar. Sedangkan kepatuhan badan usaha 3.1 Juta badan
terdaftar, 0.77 Juta wajib pajak yang lapor dan 0.32 Juta wajib pajak yang
bayar. Maka dari itu penanaman kesadaran wajib pajak sangat ditekankan
sekali untuk meningkatkan penerimaan perpajakan dinegara. Wajib pajak
orang pribadi yang enggan melaporkan SPT nya baik sengaja maupun
tidak selalu mendapat perhatian khusus dari Direktorat Jenderal Pajak. dan
Direktorat Jenderal Pajak selalu bekerja keras untuk mengatasi masalah
perpajakan karena bagaimanapun pajak adalah penerimaan pendapatan
terbesar di Indonesia. Maka dari itu, Direktorat Jenderal Pajak berinisiatif
7
meluncurkan program e-Filling untuk mengatasi hal ini, e-Filling adalah
suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat
Jenderal Pajak. Dengan adanya e-Filling diharapkan masyarakat patuh
untuk menyampaikan SPT nya.
Namun kenyataannya tetap saja, berdasarkan observasi yang telah
dilakukan saat masa pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan pada
bulan Maret 2019 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, e-Filling kurang bisa mengatasi masalah perpajakan
ini, khususnya saat melaporkan SPT. Karena banyak wajib pajak yang
masih belum paham betul apa itu e-Filling dan tidak mengerti bagaimana
menggunakannya, hal ini tentu saja karena kurangnya pengetahuan wajib
pajak terhadap cara penyampaian SPT yang baik dan benar, serta
kurangnya sosialisasi Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak yang
belum memahami dan kurangnya pula kesadaran wajib pajak untuk
bertanya seputar informasi terbaru tentang perpajakan. Bahkan banyak
wajib pajak yang menyampaikan SPT nya pada tenggat waktu pelaporan
SPT selesai itu akan menyebabkan website untuk mengakses penyampaian
SPT error karena terlalu banyaknya yang mengakses.
Dengan itu, masyarakat diharapkan sadar akan tanggungjawabnya
untuk membayarkan pajaknya lalu melaporkan SPT kepada pemerintah
agar masyarakat menjadi wajib pajak yang patuh dan tidak dikenakan
sanksi. Wajib pajak yang sudah memiliki NPWP diharuskan lebih paham
masalah perpajakan, kapan saatnya membayar pajak dan melaporkan SPT
nya tanpa harus menunggu jatoh tempo dan dikenakan sanksi, jika dirasa
kurang paham dalam hal perpajakan masyarakat diharuskan lebih banyak
mencari informasi terkini tentang info perpajakan ter-update di internet
atau langsung bertanya kepada yang bersangkutan, datang langsung ke
KPP (Kantor Pelayanan Pajak). Masyarakat diharapkan paham akan
penggunaan e-Filling karena dengan pahamnya masyarakat tentang
penggunaan e-Fillingakan lebih besar kemungkinan untuk meningkatkan
8
kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT nya. Pemerintah harus
selalu memperhatikan kebutuhan wajib pajaknya dengan selalu
mengadakan sosialisasi bagi wajib pajak yang belum paham tentang
masalah perpajakan, dan pemerintah lebih memberi sanksi tegas kepada
wajib pajak yang sudah memiliki NPWP tetapi sengaja tidak
membayarkan pajaknya sehingga tidak melaporkan SPT nya.
Dari pembahasan tersebut yang membuat peneliti ingin meneliti
permasalahan yang terjadi tentang perpajakan, peneliti ingin meneliti
tentang kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dan menyampaikan
SPT nya yang telah dipaparkan diatas dengan mengambil Judul Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Penyampaian
SPT (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat di
identifikasikan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Belum tercapainya target penerimaan perpajakan APBN 2018.
2. Kesengajaan yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi untuk
menghindari pajak.
3. Kurangnya pengetahuan wajib pajak terhadap cara penyampaian Surat
pemberitahuan (SPT) yang baik dan benar
4. kepatuhan wajib pajak untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) masih tergolong rendah
5. Kurangnya sanksi tegas untuk wajib pajak yang tidak menyampaikan
SPT.
6. Kurangnya kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap pentingnya
membayar pajak dan menyampaikan SPT.
9
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah dan tidak meluas jauh
pembahasannya, maka penulis membatasi penelitian pada permasalahan
yang dikaji yaitu Kurangnya kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap
pentingnya membayar pajak dan menyampaikan SPT.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian, sebagai berikut :Apakah terdapat pengaruh
kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT Studi
Kasus di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan penyampaian
SPT Studi Kasus di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat daripenelitian ini adalah
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk meningkatkan
kesadaran wajib pajak agarlebih patuh dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT).
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, menambah
wawasan mahasiswa dalam ilmu perpajakan.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dalam ilmu perpajakan.
10
2. Manfaat praktis
a. Bagi Wajib Pajak
Dari penelitian ini diharapkan Wajib Pajak semakin patuh untuk
menyampaikan SPT tepat pada waktunya.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan
dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti tentang Kesadaran Wajib Pajak terhadap tingkat
Kepatuhan penyampaian SPT.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Konsep Dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Sejak pajak menjadi salah satu pendapatan terbesar negara,
banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang definisi
pajak. Berikut disajikan sejumlah pendapat para ahli mengenai
pajak :
Menurut P. J. A.Adriani Pajak, adalah:
Iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.1
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah: “iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum” 2
Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock
Horace R, Pajak adalah : “suatu pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsungdan
1 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 3, (Jakarta: Indeks, 2013) , h.3 2 Thomas Sumarsan, loc.cit., h.3
12
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintahan” 3
Menurut S.I Djajaningrat pajak adalah :
Suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan pemerintah ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum4
Dari pengertian menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak adalah iuran yang dipungut berdasarkan kekuatan
undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah, bersifat wajib
untuk dilaksanakan dan sifatnya dapat dipaksakan. Pajak digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah seperti
pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan saat ini. Negara
membutuhkan dana untuk dapat memutar roda pemerintahan, dana
untuk pembangunan nasional dan dana untuk membayar utang luar
negeri, utang yang harus dibayarkan beserta bunganya dan dana-
dana lainnya untuk pengeluaran pemerintah demi memakmurkan
rakyatnya. Penerimaan negara melalui pajak merupakan sumber
utama pendapatan negara. Maka masyarakat diwajibkan untuk
membayarkan pajak kepada kas negara untuk membantu
menjalankan program pemerintahan dengan baik dan dapat
mensejahterakan rakyat Indonesia secara merata.
b. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :
1) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
3 Ibid., h.4 4 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 1,(Jakarta: Salemba Empat.
2014), h.1
13
tinggal diwilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak yang berdomisili atau
yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak
dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
2) Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan
pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas
penghasilan yang diperolehnya tadi.
3) Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya, pajak bangsa asing
di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di
Indonesia.5
c. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Beberapa teori yang mendukung pemungutan pajak :
1) Teori Asuransi
Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk
melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi
keselamatan dan keamanan jiwa juga harta dan bendanya.
Seperti halnya dengan perjanjian asuransi, untuk melindungi
orang dan kepentingan tersebut diperlukan pembayaran premi.
Dalam hubungan negara dengan rakyatnya, pajak inilah yang
dianggap sebagai premi tersebut yang sewaktu-waktu harus
dibayar oleh masing-masing individu.
5Ibid., h.10
14
2) Teori Kepentingan
Teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban
pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian
beban ini harus didasarkan pada kepentingan masing-masing
orang dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan
atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Oleh karena
itu sewajarnya jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara
dibebankan kepada mereka.
3) Teori Gaya Pikul
Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan
pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada
warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan biaya-biaya yang harus
dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu
yaitu dalam bentuk pajak. Teori ini menekankan pada asas
keadilan, bahwasannya pajak haruslah sama beratnya untuk
setiap orang, pajak harus dibayar menurut gaya pikul
seseorang. Gaya pikul seseorang dapat diukur berdasarkan
besarnya penghasilan dengan memperhitungkan besarnya
pengeluaran atau pembelanjaan seseorang. Dalam pajak
penghasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi, gaya pikul untuk
pengeluaran dan pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah
penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak.
4) Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)
Teori ini mendasar pada paham Organische Staatsleer.
Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara,
timbulah hak mutlak untuk memungut pajak. Orang-orang
tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya persekutuan tidak
akan ada individu. Oleh karena itu, persekutuan (yang
menjelma menjadi negara) berhak atas satu dan yang lain.
15
Akhirnya, setiap orang menyadari bahwa menjadi suatu
kewajiban mutlak untuk membuktikan tanda baktinya terhadap
negara dalam bentuk pembayaran pajak.
5) Teori Asas Gaya Beli
Teori ini mempersoalkan asal mula negara memungut
pajak, melainkan hanya melihat efeknya dan memandang efek
yang baik itu dasar keadilannya. Menurut teori ini, fungsi
pemungutan pajak disamakan dengan pompa yaitu mengambil
gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah
tangga negara dan kemudian menyalurkannya kembali ke
masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup
masyarakat dan untuk membawa ke arah tertentu. Teori ini
mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat
inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak.6
d. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak
1) Syarat Keadilan
Syarat pemungutan pajak pada umumnya harus adil dan
merata, yaitu dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding
dengan kemampuannya untuk membayar (ability to pay) pajak
tersebut, dan sesuai dengan manfaat yang diterimanya keadilan
disini baik keadilan dalam prinsip mengenai peraturan
perundang-undangan maupun dalam praktik sehari-hari. Syarat
keadilan dapat dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut :
a) Keadilan horizontal
Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar
(gaya pikul) sama harus dikenakan pajak yang sama.
b) Keadilan Vertikal
6Ibid., h.5-6
16
Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar
(gaya pikul) tidak sama harus dikenakan pajak yang tidak
sama.
2) Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
karena bersifat dapat memaksa, hak dan kewajiban Wajib Pajak
maupun petugas pajak harus diatur didalamnya. Pembayaran
pajak harus seimbang dengan kekuatan/ kemampuan membayar
Wajib Pajak.
3) Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak harus menjaga keseimbangan
kehidupan ekonomi dan janganlah mengganggu kehidupan
ekonomis dari si Wajib Pajak. Jangan sampai akibat
pemungutan pajak terhadap seseorang, maka orang itu jatuh
melarat. Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu atau
menghalangi kelancaran produksi maupun perdagangan/
perindustrian, jangan sampai terjadi bahwa dengan adanya
pemungutan pajak. Perusahaan-perusahaan gulung tikar atau
pailit. Sebaliknya pemungutan pajak diharapkan bisa
membantu menciptakan pemerataan pendapatan dan
redistribusi pendapatan.
4) Syarat Finansial
Sesuai dengan fungsi pajak sebagai sumber penerimaan
negara maka biaya pemungutan pajak tidak boleh terlalu besar.
Dalam hal ini diartikan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
pemungutan/penetapan pajak hendaknya lebih kecil dari
penerimaan pajak supaya ada penerimaan yang masuk ke kas
negara/daerah.7
7 Erly Suandy, Hukum Pajak, (Jakarta : Salemba Empat, 2011), h.28-29
17
e. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokan
menjadi tiga yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut
sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.
1) Menurut Golongannya
Pajak dikelompokan menjadi dua:
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:
Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut Sifatnya
Pajak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memerhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.8
b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh:
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Pusat (Pajak Negara), yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Bea Materai.
8Mardiasmo, Perpajakan Edisi Terbaru 2016, (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), h.7
18
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, Contoh: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan. 9
f. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak yaitu Fungsi Penerima (Budgetair)
dan Fungsi Mengatur (Regulerend)
1) Fungsi Penerima (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat
bagi kas Negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. biaya ini dapat diperoleh dari
penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur
pendapatan ditengah masyarakat dan struktur kekayaan antara
para pelaku ekonomi. Fungsi mengatur ini sering menjadi
9Ibid., h. 8
19
tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem
perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan
kebijaksanaan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial.
sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang
keuangan, terutama banyak ditujukan terhadap sektor swasta.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik
dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi
dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.10
g. Tarif Pajak
Penentuan besarnya pajak didasarkan pada tarif yang telah
ditetapkan dengan peraturan perpajakan. Secara umum, dikenal 4
jenis tarif perpajakan, yaitu :
1) Tarif Proporsional
Tarif ini disebut juga dengan istilah Tarif Sebanding atau
Tarif Sepadan,yaitu tarif berupa presentase yang tetap terhadap
berapapun jumlah yang dikenakan pajak. Semakin tinggi dasar
pengenaan pajak semakin besar beban pajak yang terutang.
2) Tarif Progresif
Tarif ini berupa presentase yang meningkat apablia jumlah
yang dikenakan pajak juga meningkat. Menurut kenaikan
presentase tarifnya, tarif progresif dibedakan menjadi :
a) Tarif Progresif Progresif: kenaikan presentase tarifnya
semakin besar.
b) Tarif Progresif Tetap : kenaikan presetase tarifnya tetap
c) Tarif Progresif Degresif : Kenaikan presentase tarifnya
semakin kecil.
3) Tarif Degresif
10Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan Lengkap Berdasarkan
Undang-undang Terbaru Edisi 4, (Jakarta: Indeks, 2015), h. 5-6
20
Tarif ini berupa presentase yang semakin kecil apabila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar, sehingga merupakan
kebalikan tarif pajak progresif.
4) Tarif Tetap
Tarif ini berupa jumlah yang tetap (sama) untuk berapapun
jumlah yang dikenai pajak. 11
h. Sistem Pemungutan Pajak
1) Official Assesment System.
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Pemerintah atau fiskus untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus.
b) Wajib Pajak bersifat pasif.
c) Utang pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
2) Self Assesment System.
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
pada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besar pajak yang
terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak Sendiri, Wajib
Pajak aktif, mulai menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak terutang, fiskus hanya mengawasi dan tidak
campur tangan.12
3) With Holding System.
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga, bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
11 Herry Purwono, Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak, (Jakarta:Erlangga,
2015), h.14-15 12 Indra Mahardika Putra, Perpajakan Edisi Tax Amnesty, (Yogyakarta: Quadrant, 2017),
h.25
21
oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga.13
i. Tata Cara Pemungutan Pajak
cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
1) Stelsel Nyata (Riel Stelsel).
Yaitu pengenaan pajak didasarkan pada objek penghasilan
nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang
sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada sesuatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang.
3) Stelsel Campuran.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian akhir tahun pembayaran didasarkan
dan disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.14
2. Wajib Pajak
a. Pengertian Wajib Pajak
Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-undang No.16 Tahun
2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1
ayat (1) yaitu : Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk
13Ibid., h.26 14Ibid., h.24-25
22
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan
bentuk badan lainnya.15
b. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Wajib pajak dalam pajak penghasilan adalah orang atau badan
yang sekaligus memenuhi syarat-syarat objektif, yaitu kalau wajib
pajak dalam negeri memperoleh atau menerima penghasilan yang
melebihi batas minimum kena pajak yang disebut PTKP
(Pendapatan Tidak Kena Pajak); dan jika ia merupakan wajib pajak
luar negeri, menerima atau memperoleh penghasilan dari sumber-
sumber yang ada di Indonesia yang tidak ada batas minimumnya
(PTKP).
Setiap wajib pajak mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1) Mendaftarkan diri dan meminta Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) apabila belum mempunyai NPWP (Pasal 2 KUP).
2) Mengambil sendiri blangko Surat Pemberitahuan dan blangko
perpajakan lainnya ditempat-tempat yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat (2) KUP).16
3) Mengisi dengan lengkap, jelas, dan benar (pasal 4 ayat (1)
KUP) dan menandatangani sendiri Surat Pemberitahuan, dan
kemudian mengembalikan Surat Pemberitahuan itu kepada
Kantor Inpeksi Pajak (Pasal 3 ayat (1) KUP), dilengkapi
dengan lampiran-lampiran.
4) Melakukan pelunasan dan melakukan pembayaran pajak yang
ditentukan oleh undang-undang (Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 10
ayat (1) KUP).
15 Rachmad Ramdhani, Skripsi, “Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Organisasi KPP”, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2012), h. 12 16Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, Asas dan Dasar Perpajakan Edisi Revisi
1, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 86
23
5) Menghitung sendiri, menetapkan besarnya jumlah, dan
membayar pajak dalam tahun yang sedang berjalan, sesuai
dengan pajak dari tahun terakhir atau sesuai dengan SKP yang
dikeluarkan oleh Dirtjen Pajak. (Pasal 25 UU PPh).
6) Menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak yang
terutang menurut cara yang ditentukan (Pasal 12 KUP).
7) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan
(Pasal 28 ayat (1) dan (2) KUP).
8) Menunjuk wakil badan yang bertanggung jawab tentang
kewajiban perpajakan (Pasal 32 ayat 1 KUP).
9) Memperlihatkan pembukuan dan data-data lain yang
diperlukan oleh petugas pajak, dan memberi kesempatan
kepada para petugas pemeriksaan untuk memasuki tempat
dipandang perlu (Pasal 29).
Berdampingan dengan kewajiban, wajib pajak juga mempunyai
hak yang diindahkan oleh pihak administrasi pajak. Hak-hak wajib
pajak dapat dimanfaatkan pada saat-saat tertentu. Jika hak-haknya
dilanggar oleh pihak administrasi, maka wajib pajak mempunyai
hak untuk mengajukan masalah ini ke hadapan pejabat atasan
orang yang melanggar haknya, atau bila perlu mengajukannya ke
hadapan peradilan (administrasi).
Hak-hak wajib pajak adalah sebagai berikut:
1) Wajib pajak mempunyai hak untuk menerima tanda bukti
pemasukan Surat Pemberitahuan (Pasal 6 ayat (1) KUP).
2) Wajib pajak mempunyai hak mengajukan permohonan dan
penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan (Pasal 3 ayat (4)
KUP).
24
3) Wajib pajak mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri
Surat Pemberitahuan yang telah dimasukan (Pasal 8 ayat (1)
KUP).17
4) Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan
penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan
kemampuannya (Pasal 9 ayat (4) KUP).
5) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan perhitungan atau
pengembalian kelebihan pembayaran pajak serta berhak
memperoleh kepastian terbitnya surat keputusan kelebihan
pembayaran pajak, surat keputusan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (Pasal 11 ayat (1) jo. Pasal 17 ayat (2)).
6) Wajib pajak berhak mendapatkan kepastian batas ketetapan
pajak yang terutang dan penerbitan Surat Pemberitahuan (Pasal
13 KUP).
7) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pembetulan
salah tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat
dalam SKP dalam penerapan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Pasal 16 KUP).
8) Wajib pajak berhak mengajukan surat keberatan dan mohon
kepastian terbitnya surat keputusan atau surat keberatannya
(Pasal 25 dan 26 ayat (5) KUP).
9) Wajib pajak berhak mengajukan Surat Permohonan banding
atas surat keputusan keberatan (Pasal 27 KUP).
10) Wajib pajak berhak mengajukan permohonan penghapusan
dan pengurangan pengenaan sanksi perpajakan serta
pembetulan ketetapan pajak yang salah (Pasal 24 dan Pasal 36
ayat (1) KUP).
11) Wajib pajak berhak memberi kuasa khusus kepada orang yang
dipercaya untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
(Pasal 32 ayat (3) KUP).18
17Ibid., h.87
25
c. Jenis Wajib Pajak
Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
subjek pajak meliputi :
1. Orang Pribadi
Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak,
yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi
sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan
pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap
dilaksanakan.
3. Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha
Tetap.19
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan
bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dari badan
Pemerintah, Misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang
18Ibid., h.88 19 Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, dan Amin Dara, Perpajakan, (Jakarta: Salemba
Empat, 2014), h. 47
26
dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha untuk
memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
4. Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa :
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau
kehutanan
l. Proyeksi kontruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam dalam bentuk apapun oleh pegawai
atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari enam puluh
hari dalam jangka waktu dua belas bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas
27
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima
premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, dan peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2008, subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri.
1. Subjek Pajak dalam negeri adalah:
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu dua belas tahun, orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau
organisasi sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya
termasuk reksadana.20
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
20Ibid., h.48
28
2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
3) Penerimaannya dimasukan ke anggaran Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak luar negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia.21
d. Pengertian dan Fungsi NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.22
Menurut Widyaningsih terdapat 4 fungsi dari NPWP, yaitu:
1. Sarana dalam administrasi perpajakan.
2. Tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
3. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.
21Ibid., h.49 22Oyok Abuyamin, “Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pengusaha Kena Pajak
(PKP)”, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 22, 2010, h.112
29
4. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan oleh fiskus terhadap wajib pajak.23
e. Cara Memperoleh NPWP
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh wajib pajak
untuk melakukan pendaftaran agar mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), yaitu:
1. Berdasarkan sistem penaksiran sendiri untuk setiap wajib pajak
untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi
Perpajakan (KP4) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, untuk diberikan
NPWP.
2. Kewajiban mendaftarkan diri juga berlaku terhadap wanita
kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikhendaki secara
tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta.
3. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang
mempunyai tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal,
selain wajib pajak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga
diwajibkan mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usahanya.
4. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.24
Untuk mendapatkan NPWP, wajib pajak mengisi formulir
pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos
23Shofuro Zahrotul Jannah, Skripsi: “Pengaruh Pengetahuan, Penghasilan, Manfaat atas
NPWP, Sanksi, dan Sosialiasasi Terhadap Kepatuhan Pemilik UMKM Dalam Memiliki NPWP
(Studi di KPP Pratama Surakarta)”, (Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2016),
h.26 24Indra Mahardika Putra, Perpajakan Edisi Tax Amnesty, h. 44
30
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan
Pengamat Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan
melampirkan:
1. Untuk Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Non-Usahawan:
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk
Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah
atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk Wajib Pajak Pribadi Usahawan:
a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing.
b. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau
Kepala Desa.
3. Untuk Wajib Pajak Badan
a. Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat
keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi BUT.
b. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.
c. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang minimal kabupaten.25
Dalam hal wajib pajak pindah domisili atau pindah
tempat kegiatan usaha, wajib pajak melaporkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) lama maupun Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) baru dengan ketentuan:
25Ibid., h. 45
31
1) Wajib pajak orang pribadi usahawan pindah tempat
tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari
instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala Desa).
2) Wajib pajak badan, pindah tempat kedudukan atau tempat
kegiatan usaha adalah surat keterangan tempat kedudukan
atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala
Desa.
Didalam beberapa kasus, Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dapat dihapuskan. Ada beberapa syarat NPWP dapat
dihapuskan, yaitu:
1) Wajib pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan, disyaratkan ada fotokopi akta kematian atau
laporan kematian dari instansi yang berwenang.
2) Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan, disyaratkan adanya surat nikah atau akta
perkawinan dari catatan sipil.
3) Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai
Subjek pajak. Apabila sudah selesai dibagi, disyaratkan
adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut
dibagi oleh para ahli waris.
4) Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi
disyaratkan adanya akta pembubaran yang dikukuhkan
dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.
5) Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena suatu hal
kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya
permohonan wajib pajak yang dilampiri dokumen yang
mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat
lagi untuk dapat digolongkan sebagai wajib pajak.
32
6) Wajib pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi
syarat lagi sebagai wajib pajak. 26
3. Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kesadaran adalah keadaan
tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan
(hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-faktor apakah
ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai dan ditaati. Bila
seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran Wajib Pajak tersebut
masih rendah. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana
wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan
perpajakan dengan benar dan sukarela, pengetahuan dan pemahaman
tentang perpajakan sangat penting karena dapat membantu Wajib
Pajak dalam mematuhi aturan perpajakan. Wajib pajak harus
melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela.
Menurut Manik Asri yang dikutip oleh Muliari dan Setyawan, Wajib
Pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal
berikut :
a. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan
b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
d. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.
e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
Selain itu wajib pajak juga dapat dikategorikan memiliki kesadaran
antara lain dengan melakukan kewajiban perpajakanya tanpa ada
paksaan dari pihak fiskus, serta dengan sukarela membuat NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak).27
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak antara
lain adalah Dari hasil penelitian Jatmiko didapatkan beberapa
26Ibid., h. 46-47 27 Rachmad Ramdhani, op.cit, h.18-19
33
faktor internal yang dominan membentuk perilaku kesadaran
Wajib Pajak untuk patuh yaitu :
a. Persepsi Wajib Pajak
Kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban
pajaknya akan semakin meningkat jika dalam masyarakat
muncul persepsi positif terhadap pajak. Torgler menyatakan
bahwa kesadaran pembayar pajak untuk patuh membayar pajak
terkait dengan persepsi yang meliputi paradigma akan fungsi
pajak bagi pembiayaan pembangunan, kegunaanpajak dalam
penyediaan barang publik, juga keadilan (fairness) dan
kepastian hukum dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.28
b. Tingkat Pengetahuan Dalam Kesadaran Membayar Pajak
Tingkat pengetahuan dan pemahaman pembayar pajak
terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku berpengaruh pada
perilaku kesadaran pembayar pajakpengetahuan dan
pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana
wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan
mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.
Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan yang
dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana
cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran,
tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau
pelaporan SPT.Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman
wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya
dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan
sehingga wajib pajak memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
Namun jika wajib pajak tidak mengerti mengenai peraturan dan
proses perpajakan, maka wajib pajak tidak dapat menentukan
28Ratriana Dyah Safri, Skripsi: “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Studi di Wilayah KPP Pratama
Yogyakarta”(Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,2013) h.15
34
perilakunya dengan tepat sehingga kepatuhan yang dimiliki
wajib pajak rendah.29
Menurut Rahayu sebagaimana dikutip oleh Sari, konsep
pengetahuan perpajakan dapat dinilai dari 3 aspek, antara lain:
a) Pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), yaitu pengetahuan mengenai kewajiban dan
hak wajib pajak, Surat Pemberitahuan (SPT), Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan prosedur pembayaran, pemungutan
serta pelaporan pajak; b) Pengetahuan mengenai sistem
perpajakan di Indonesia, sistem perpajakan yang diterapkan di
Indonesia berupa self assessment system; c) Pengetahuan
mengenai fungsi perpajakan, yaitu mengetahui bahwa fungsi
pajak adalah sebagai sumber penerimaan negara dan sebagai
alat untuk mengatur kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.30
c. Kondisi Keuangan Wajib Pajak.
Kondisi keuangan merupakan faktor ekonomi yang
berpengaruh pada kepatuhan pajak. Oleh karena itu, apabila
seorang wajib pajak berada pada posisi kondisi keuangan yang
rendah maka memiliki kecenderungan lebih untuk tidak taat
dalam membayar kewajiban pajaknya dibandingkan jika wajib
pajak berada pada kondisi keuangan yang baik. Dari uraian di
atas dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan seorang wajib
pajak diduga akan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Apabila
wajib pajak dapat memenuhi semua kebutuhan, baik itu
kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier berdasarkan
pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa
29Ester Siu Tjen, Tesis: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi dengan Sanksi sebagai Moderating pada KPP Pratama Medan Kota”(Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2017) h.11 30Loist Abdi Putra, Tesis: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Pribadi dengan Pemerikasaan Pajak sebagai Variabel Moderating pada KPP Pratama
Pematangsiantar” (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018) h.16
35
pinjaman, maka dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan wajib
pajak tersebut baik. Akan tetapi, apabila wajib pajak tersebut
sering melakukan pinjaman dari pihak luar yang biasa
diperoleh dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan
bahwa kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk (Persepsi
kondisi keuangan pribadi berkaitan dengan persepsi wajib
pajak dalam menentukan perilakunya (perceived control
behavior) dalam Kepatuhan untuk membayar pajak. Semakin
tinggi persepsi kondisi keuangan pribadi, maka wajib pajak
dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai
dengan ketentuan perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak
tinggi. Namun jika wajib pajak memiliki persepsi kondisi
keuangan pribadi rendah, maka wajib pajak tidak dapat
menentukan perilakunya dengan tepat sehingga wajib pajak
memiliki tingkat kepatuhan yang rendah.31
4. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Kepatuhan
Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu mengatakan
bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.Kepatuhan wajib
pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan
kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam
pemenuhannya diberikan secara sukarela.Kepatuhan wajib pajak
menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia
menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara
mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.
31Ester Siu Tjen, op.cit. h.15
36
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk
atau patuh pada ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Agus
Budiatmanto kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau
organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan
yang ditetapkan. Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-
undang Perpajakan.Jadi, kepatuhan pajak merupakan kepatuhan
seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan
atau Undang-undang Perpajakan.
Menurut Simon James et al (n.d.) yang dikutip oleh Gunadi,
pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan,
investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam
penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Nurmantu
mendefinisikan kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak
sebagai “suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua
ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.32
Menurut Chaizi Nasucha, kepatuhan wajib pajak dapat
diidentifikasi dari:
1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.
32Ratriana Dyah Safri, op.cit, h.7
37
3. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.
4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.33
b. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Nurmantu , dijelaskan bahwa terdapat dua macam
kepatuhan yaitu :
1) Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.
Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi :
a) Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat waktu
b) Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat jumlah.
c) Wajib pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi dan
Bangunan. 34
2) Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara subtansi/hakekat memenuhi semua
ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-
undang perpajakan.
Pengertian kepatuhan materil dalam hal ini adalah :
a) Wajib pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak
apabila petugas membutuhkan informasi.
b) Wajib pajak bersikap kooperatif (tidak menyusahkan)
petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi
perpajakan.
33Rajiman, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di
Surabaya”, e-Jurnal Kewirausahan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Widya Kartika Surabaya Volume 2 Nomor 1 Oktober 2014. h. 13-14
34 Febriani Ramdhani Juwanti, Skripsi: “Pengaruh Pengetaahuan Perpajakan,
Kesadaran Wajib Pajak, Norma Sosial, Kepercayaan Pada Pemerintah dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan”
(Surakarta : Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017) h.1-2
38
c) Wajib pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban
perpajakan merupakan tindakan sebagai warga negara yang
baik.
c. Kriteria wajib pajak yang patuh
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000
adalah:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis
pajak dalam dua tahun terakhir.
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis
pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak.
3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terakhir.
4) Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan
dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan
pemeriksaan, korelasi pada pemeriksaan yang terakhir
untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling
banyak 5%.
5) Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun
terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian
sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.35
d. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan
Devano dalam Supadmi, menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak antara lain :
1. Pemahaman Terhadap Sistem Self Assesment Dan Ketepatan
Membayar Pajak
Merupakan sistem pemungutan pajak yang besarnya pajak
dihitung sendiri oleh wajib pajak.Self Assessment System
35Ibid., h.3
39
menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan.menyatakan bahwa
dianutnya sistem Self Assessment membawa misi dan
konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat
untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary
compliance).Sistem self assessment memberikan kepercayaan
penuh kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan seluruh pajak
yang menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, wajib pajak
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Hal ini
dapat digunakan untuk mengukur perilaku wajib pajak, yaitu
seberapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi
tingkat kebenaran dalam menghitung, ketepatan menyetor serta
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan
tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi
kewajibannya.
2. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K,
yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian
hukum.Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan
memberikan pelayanan memuaskan dan dapat memberikan
pelayanan dan tanggapan, kemampuan, kesopanan dan sikap
dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak.36
Menurut Zeithaml, Bitner and Gremler dalam Albari, lima
dimensi kualitas layanan tersebut, yaitu
1) Keandalan (Realibility)
36Ratriana Dyah Safri, op.cit, h. 11
40
berupa kemampunan untuk melaksanakan layanan yang
dijanjikan secara tepat dan terpercaya.
2) Kepastian/jaminan (Assurance)
yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan organisasi dan karyawannya untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
3) Responsif (Responsiveness)
adalah kemauan untuk membantu pelanggan dan
memberikan layanan dengan cepat
4) Empati (Empaty)
berupa kepedulian atau perhatian pribadi yang diberikan
organisasi kepada pelanggannya, dan
5) Berwujud/Bukti Langsung (Tangibel), berupa penampilan
fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.37
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan
menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan
dan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan yang
berlaku. Pendidikan yang rendah juga akan tercermin dari
masih banyaknya wajib pajak terutama orang pribadi yang
tidak melakukan pembukuan. Tingkat pendidikan rendah juga
akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan kewajiban
perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap
sistem perpajakan yang berlaku.
4. Persepsi Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib
pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban
pajak.Sanksi perpajakan dalam undang-undang perpajakan
37Sri Rizki Utami, Andi dan Ayu Noorida Soerono, “Pengaruh Faktor-faktor Eksternal
terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Serang” (Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012), h.9
41
berupa sanksi administrasi (denda dan bunga) dan sanksi
pidana.Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.38
Menurut Nurmantu, ada beberapa faktor yang menentukan
tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan, antara lain :
1) Kejelasan
Makin Jelas Undang-undang dan peraturan pelaksanaan
perpajakan, makin mudah bagi Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya.Makin berbelit aturan pelaksanaan
perpajakan, apalagi jika terdapat ketidakpastian dan
ketidaksinambungan peraturan, maka makin sulit Wajib Pajak
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
2) Biaya Kepatuhan
Untuk mewujudkan pemasukan pajak ke dalam kas negara,
maka dibutuhkan biaya-biaya yang dalam literatur perpajakan
disebut sebagai Tax Operating Cost , yang terdiri dari biaya-
biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk memungut pajak
yang disebut Administrative Cost dan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya yang disebut Compliance cost atau biaya
kepatuhan. Biaya kepatuhan adalah semua biaya baik secara
fisik maupun psikis yang harus dipikul oleh Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya.Biaya kepatuhan terdiri
dari Fee untuk konsultan/akuntan, biaya pegawai, biaya
transport kekantor pajak/bank/kas negara, biaya fotocopy
sebagai biaya fisik, dan biaya psikis berupa stres,
keingintahuan dan kekhawatiran.Makin rendah biaya
kepatuhan, makin mudah bagi wajib pajak untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Permintaan lembar fotocopy lebih
38Ratriana Dyah Safri, op.cit, h. 12
42
dari satu kali oleh petugas kantor pajak dibawah satu atap
merupakan contoh dari biaya kepatuhan yang tidak perlu.39
5. Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Pengertian dan Fungsi SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan
adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak
lain dalam 1(satu) Tahun Pajak atau bagian tahun pajak.
b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan
objek pajak.
c) Harta dan kewajiban, dan/atau
d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan
lain dalam 1(satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.40
b. Kewajiban WP Terkait dengan SPT
Sesuai dengan sistem Self Assesment, wajib pajak mengambil
sendiri Surat Pemberitahuan ditempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata
cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
39Rachmad Ramdhani, op.cit, h.24-25 40 Mardiasmo, op.cit., h.35-36
43
Menteri Keuangan. Dalam rangka memberikan pelayanan dan
kemudahan wajib pajak, formulir Surat Pemberitahuan disediakan
pada kantor-kantor Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat
lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang
diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak. Disamping itu,
Wajib Pajak juga dapat mengambil Surat Pemberitahuan dengan
cara lain, misalnya dengan mengakses situs Direktorat Jenderal
Pajak untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan tersebut.
Namun, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, Direktorat
Jenderal Pajak dapat mengirimkan Surat Pemberitahuan kepada
Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan
benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah,
dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Yang
dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan adalah mengisi
formulir Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam
bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam
mengisi Surat Pemberitahuan adalah:
1. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
2. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan
dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan, dan
44
3. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak
dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
Surat Pemberitahuan yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan
jelas tersebut wajib disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.41
Penandatanganan Surat Pemberitahuan dapat dilakukan secara
biasa, dengan tanda tangan atau stempel, atau tanda tangan
elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama, yang tata cara pelaksanannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak Badan harus ditandatangani oleh
pengurus atau direksi. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seseorang
kuasa dengan surat kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi
dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus
tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan. Surat
pemberitahuan dapat disampaikan langsung, dikirimkan melalui
pos, atau disampaikan secara elektronik. Berikut ketentuan
mengenai tanggal penerimaan dan bukti penerimaan Surat
Pemberitahuan:
a. Jika surat pemberitahuan disampaikan langsung oleh Wajib
Pajak ke kantor Direktorat Jenderal Pajak, maka surat tersebut
harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk
dan Wajib Pajak akan mendapatkan bukti penerimaan.
b. Jika surat pemberitahuan dikirimkan melalui pos dengan tanda
bukti pengiriman surat maka tanda bukti dan tanggal
pengiriman surat untuk penyampaian Surat Pemberitahuan
melalui pos atau dengan cara lain merupakan bukti
41 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset,
2009), h. 122-123
45
penerimaan, apabila Surat Pemberitahuan yang dimaksud diisi
dengan benar lengkap dan jelas, dalam Bahasa Indonesia,
dengan huruf latin, angka arab dan satuan mata uang rupiah.
Selain itu Surat Pemberitahuan telah disertai dengan lampiran
yang diperlukan.
c. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman,
tanggal faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung
adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
disampaikan secara langsung.
d. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman,
tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung
adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
diterima secara langsung.42
c. Jenis Surat Pemberitahuan
Ada dua jenis Surat Pemberitahuan :
1. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian tahun
pajak. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender
kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender. Bagian Tahun Pajak adalah bagian
dari jangka waktu 1 Tahun Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak. Masa pajak adalah
jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
dalam suatu jangka waktu tertentu. Masa Pajak sama dengan 1
bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 bulan kalender.
Surat Pemberitahuan Masa ini dipakai oleh pemotong atau
42Ibid,. h.124
46
pemungut pajak untuk melaporkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkan dalam setiap masa.
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan sarana
wajib pajak, antara lain untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak dan
pembayarannya, dalam rangka keseragaman dan mempermudah
pengisian serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat
Pemberitahuan, keterangan, dokumen yang harus dilampirkan dan
cara yang digunakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Ragam Surat Pemberitahunan Tahunan yang saat ini dipakai untuk
administrasi perpajakan adalah sebagai berikut :
1. 1770 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya pajak penghasilan yang terutang dalam suatu Tahun
pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendapat
penghasilan dari pekerjaan bebas)
2. 1770S (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk
melaporkan besarnya pajak penghasilan yang terutang dalam
suatu Tahun Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mendapat penghasilan hanya dari satu pemberi kerja)
3. 1770SS (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk
melaporkan besarnya pajak penghasilan yang terutang dalam
suatu Tahun Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mendapat penghasilan hanya dari satu pemberi kerja. Dan
maksimum penghasilan adalah 60 juta rupiah setahun)
4. 1721 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya Pajak Penghasilan pasal 21 dan atau pasal 26 yang
telah dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21 dan atau PPh
Pasal 26)43
43Ibid., h.125
47
5. 1771 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu Tahun
Pajak oleh Wajib Pajak Badan)
SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling sedikit memuat :
a. Nama Wajib Pajak, NPWP, dan alamat Wajib Pajak
b. Masa Pajak, Bagian Tahunan Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
d. Jumlah peredaran usaha
e. Jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak
f. Jumlah Penghasilan Kena Pajak
g. Jumlah pajak yang terutang
h. Jumlah kredit pajak
i. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
j. Jumlah harta dan kewajiban
k. Tanggal pembayaran pajak penghasilan pasal 29, dan
l. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak44
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk
suatu masa pajak. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa meliputi :
1. SPT Masa Pajak Penghasilan
2. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
3. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
SPT Masa Pajak Penghasilan paling sedikit memuat :
a. Nama Wajib Pajak, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan
alamat Wajib Pajak
44Ibid., h.126
48
b. Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
d. Jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau
jumlah pajak dibayar
e. Tanggal pembayaran atau penyetoran, dan
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak45
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit memuat :
a. Nama Wajib Pajak, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan
alamat Wajib Pajak
b. Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
d. Jumlah penyerahan
e. Jumlah Dasar Pengenaan Pajak
f. Jumlah Pajak Keluaran
g. Jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan
h. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
i. Tanggal penyetoran
j. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib
Pajak
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut pajak
Pertambahan Nilai Paling sedikit memuat :
a. Nama Wajib Pajak, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
dan alamat Wajib Pajak
b. Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
45Ibid., h.129
49
d. Jumlah Dasar Pengenaan Pajak
e. Jumlah Pajak yang dipungut
f. Jumlah pajak yang disetor
g. Tanggal pemungutan
h. Tanggal penyetoran, dan
i. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib
Pajak46
d. Batas Waktu Penyampaian SPT
SPT wajib disampaikan oleh Wajib Pajak, dengan batas waktu :
1) Untuk SPT Masa, paling lama 20hari setelah akhir Masa Pajak.
2) Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi, paling lama 3 bulan setelah Akhir Tahun Pajak.
3) Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,
paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak.47
Pada saat penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi yang
melakukan pencatatan perlu dilampiri :
1) Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang
2) Jumlah peredaran bruto perbulan dalam setahun
3) Daftar yang menjadi tanggungan wajib pajak
Pada saat penyampaian SPT Tahunan orang Pribadi yang
melakukan Pembukuan perlu dilampiri :
1) Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang
2) Laporan Laba Rugi
3) Laporan Neraca
4) Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal
Untuk SPT Tahunan Badan perlu dilampiri :
1) Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang
2) Laporan Laba-Rugi
46Ibid., h.130 47Herry Purwono, op.cit, h.33-34
50
3) Laporan Neraca
4) Daftar Penyusutan dan Amortisasi fiskal
5) Transkrip kutipan elemen-elemen dari Laporan Keuangan
6) Daftar perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal
7) Pernyataan Transaksi dalam Hubungan Istimewa
8) Daftar Fasilitas Penanaman Modal
9) Daftar Cabang Utama Perusahaan
10) Perhitungan PPh Pasal 26 Ayat 4
11) Daftar Kredit Pajak Luar Negeri.
e. SPT Tidak Lengkap dianggap Tidak Disampaikan
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:
1) Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani
2) Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan dokumen
3) Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar
disampaikan setelah (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak
telah ditegur secara tertulis.
4) Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktorat Jenderal
Pajak melakukan Pemeriksaan atau menerbitkan surat
ketetapan pajak.48
f. Sanksi Tidak Menyampaikan SPT
SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi
berupa denda (Undang-undang No. 16 Tahun 2000 tentang KUP :
1) Rp 50.000,00 untuk SPT Masa
2) Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan.
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
48 Thomas Sumarsan Edisi 3, op.cit, h.45-47
51
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 januari
2008, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam
jangka waktu seperti ketentuan diatas atau batas waktu
perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan :
1) Dikenai sanksi Administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000,00
untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
2) Dikenai Sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00
untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan
3) Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 1.000.000,00
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, serta
4) Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi.
Menurut UU. No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 Januari 2008, apabila
Wajib Pajak alpa dalam hal :
1) Surat pemberitahuan tidak disampaikan, atau
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan , tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.
3) Dan perbuatan tersebut diatas merupakan perbuatan yang kedua
kali setelah perbuatan yang pertama kali Wajib Pajak tersebut telah
wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200%
dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
52
4) Atas perbuatannya yang kedua kali, Wajib Pajak didenda paling
sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
tahun.
Pasal 38 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Kealpaan yang dimaksud diatas berarti tidak
disengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengimdahkan
kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Selanjutnya setiap orang yang dengan sengaja :
1) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak.
2) Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau pengukuhan Pengusaha kena pajak
3) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
4) Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap
Sehingga perbuatan wajib pajak diatas dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar.
Pasal 39 ayat 1 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Hukuman Pidana sebagaimana dikenakan
pada wajib pajak diatas ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi
53
pidana apabila seseorang melakukan lagi. Tidak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1tahun, terhitung selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana
dimaksud diatas dilakukan terhadap :
1) Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
2) Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas
3) Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara
asing yang tidak tinggal lagi diIndonesia
4) Bentuk usaha tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia
5) Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6) Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
7) Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan, seperti :
a) Kerusuhan Massal
b) Kebakaran
c) Ledakan bom atau aksi terorisme
d) Perang antar suku, atau
e) Kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara
atau perpajakan, atau
8) Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan49
Sanksi administrasi dan sanksi pidana memiliki perbedaan yaitu
sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara,
khususnya yang berupa bunga dan kenaikan, sedangkan sanksi pidana
merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan
49Thomas Sumarsan Edisi 3, op.cit, h.48-51
54
fiskus agar norma perpajakan dipatuhi dan biasanya merupakan
siksaan atau penderitaan.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada
negara khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi
administrasi dibedakan menjadi tiga yaitu sanksi berupa bunga,
denda administrasi dan kenaikan :
1) Sanksi berupa bunga 2% per bulan dikenakanterhadap:
a. Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) (SPT tahunan atau
SPT Masa) oleh wajib pajak sendiri tetapi belumdiperiksa.
b. Dari penelitian rutin:
a) PPh pasal 25 tidak atau kurangdibayar.
b) PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPN yang terlambat
dibayar.
c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT) tidak atau kurang dibayar
atau terlambatdibayar.
d) SPT salah tulis atau salah hitung.
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
terutang tidak atau kurang dibayar (maksimal 24bulan).
d. Pajak diangsur atau ditunda.
e. SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurangdibayar.
2) Sanksi berupa dendaadministrasi
a. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaianSPT.
b. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT (SPT tahunan atau
SPT masa) tetapi belumdisidik.50
50Fery Istanto, Skripsi: “Analisis Pengaruh Pengetahuan tentang Pajak, Kualitas
Pelayanan Pajak, Ketegasan Sanksi Perpajakan dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib
55
3) Sanksi berupa kenaikan 50% dan100%
a. Dikeluarkan SKPKB dengan perhitungan secarajabatan:
a) Tidak memasukkanSPT:
1. SPT tahunan (PPh 29).
2. SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 danPPN).
b) Tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 Ketentuan Umum dan tata cara
Perpajakan(KUP).
c) Tidak memperlihatkan buku atau dokumen, tidak memberi
keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pasal 29KUP.
b. Dikeluarkan SKPKBT karena ditemukan data baru dan atau
data yang semula belum terungkap setelah dikeluarkan
SKPKB.
2. SanksiPidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada tiga
macam denda pidana, kurungan dan penjara.
1) Denda pidana
Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya
diancam atau dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar
ketentuan perpajakan, sanksi berupa denda pidana selain
dikenakan kepada wajib pajak ada juga yang diancamkan kepada
pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma.
Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran maupun bersifatkejahatan.
2) Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang
bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib pajak, dan
pihak ketiga. Karena pidana kurungan diancamkan kepada si
Pajak dalam Membayar Pajak”(Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010),
h.29-30
56
pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan
dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan
mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana
kurungan selama- lamanya sekian.51
3) Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan merupakan
hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan
terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang
ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat pajak dan
kepada wajib pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur atau
ditetapkan dalam UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan.
Sanksi pidana dikenakan terhadap:
a. Setiap orang karena kealpaan tidak menyampaikan SPT tetapi tidak
benar atau lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
Atas kasus tersebut dikenakan denda paling sedikit satu kali jumlah
pajak terutang yang tidak kurang dibayar dan paling banyak dua kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau dipidana
kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.
b. Setiap orang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT, tidak
meminjamkan pembukuan, catatan atau dokumen lain dan hal-hal
lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 KUP. Atas kasus
tersebutdikenakanpidanapenjarapalingsingkatenambulandanpaling
lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pidana tersebut
ditambahkan satu kali menjadi dua kali sanksi pidana apabila
51Ibid., h.31-32
57
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat satu tahun terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.
c. Setiap orang karena melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) sebagaimana atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap,
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak atau pengkreditan pajak. Atas kasus tersebut
dikenakan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling
lama dua tahun dan denda paling sedikit dua kali jumlah restitusi
yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak empat kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
d. Setiap orang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) atau menyampaikan SPOP
tetapi isinya tidak benar sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal24UU PBB. Atas kasus tersebut dikenakan pidana kurungan
selama- lamanya enam bulan atau setinggi-tingginya dua kali jumlah
pajak terutang.
e. Setiap orang dengan sengaja tidak menyampaikan SPOP,
memperlihatkan atau meminjamkan surat atau dokumen palsu dan
hal-hal lain sebagaimana diatur dalam pasal 25 (1) UU PBB. Atas
kasus tersebut dikenakan:
a) Pidana penjara selama-lamanya dua tahun dan atau denda setingi-
tinginya lima kali jumlah pajak yangterutang.
b) Sanksi no.1 dilipatduakan jika sebelum lewat satu tahun terhitung
sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana yang
dijatuhkan melakukan tindak pidanalagi.
f. Pejabat karena kealpaan tidak memenuhi kewajiban merahasiakan
58
hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 KUP (tindak
pelanggaran). Atas kasus tersebut dikenakan pidana kurungan
selama-lamanya satu tahun dan atau denda setingi-
tingginyaRp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
g. Pejabat dengan sengaja tidak memenuhi kewjibannya merahasiakan
hal sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 UU KUP (tindak
kejahatan). Atas kasus tersebut dikenakan pidana penjara selama-
lamanya dua tahun dan atau denda setingg- tingginya Rp 50.000.000
(lima puluh jutarupiah).
h. Pihak ketiga dengan sengaja tidak memperlihatkan atau
meminjamkan surat atau dokumen lainnya dan atau tidak
menyampaikan keterangan yang diperlukan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 (1) huruf d dan e UU PBB. Atas kasus tersebut
dikenakan pidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan atau
denda setinggi-tingginya Rp 2.000.000 (dua jutarupiah).52
B. Penelitian yang Relevan
1. Deskripsi Penelitian yang Relevan
1) Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Ratriana Dyah Safri pada
tahun 2013 tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan
Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Yogyakarta), Repository
dalam penelitian ini adalah Universitas Negeri Yogyakarta.Populasi
dalam penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi yang
melakukan pekerjan bebas yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling.Metode pengumpulan data primer yang dipakai
adalah dengan metode survei.Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi sederhana.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh
52Ibid., h. 33-35
59
kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan , r
tabel = 0.444 dan r hitung = 0.6707 maka nilai r (hitung) > ( r tabel),
r 2 hitung = 0.4498 dan r tabel = 0.444, maka nilai r2 hitung > r
table, t hitung 8.826 dan t tabel sebesar 1.734 maka t hitung > t
tabel.53
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh
kesimpulan bahwa Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ratriana Dyah Safri adalah pada Variabel (X) yaitu kesadaran wajib
pajak dan Variabel (Y) Kepatuhan wajib pajak serta metode
pengumpulan data dengan angket. Perbedaan dari penelitian yang
dilakukan oleh Ratriana Dyah Safri adalah pada Populasi dalam
penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi yang melakukan
pekerjan bebas yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.Berdasarkan data dari KPP Pratama Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Panembahan Senopati.Sedangkan peneliti
meneliti Wajib Pajak Orang Pribadi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Reza Yunanto pada tahun
2015 tentang Analisis Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum dan
Sesudah Penerapan E-Filling Melalui Website Direktorat Jenderal
Pajak (Studi Kasus KPP Pratama Sleman), Repository dalam
penelitian ini adalah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. dengan
menggunakan metode Analisis Data Uji Beda Sampel Berpasangan,
metode Sampling Paired Sample t-Test dan metode Pengumpulan
Data Studi Kasus Pengumpulan Data Sekunder dan
Dokumentasi.Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP
53Ratriana Dyah Safri, op.cit, h. 60
60
Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan E-Filing melalui
Website DJP. Hal ini ditunjukan dari hasil pengujian hipotesis
menggunakan Paired Sample t-Test yang diperoleh nilai thitung
sebesar 2,183.Nilai thitung sebesar 2,183 lebih kecil dari nilai ttabel
sebesar 4,303 sehingga penelitian ini tidak berhasil menolak Ho.54
Dapat disimpulkan bahwa Persamaan dari penelitian Reza Yunanto
dengan peneliti adalah pada sama-sama meneliti tentang Kepatuhan
Penyampaian SPT . perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Reza Yunanto dengan peneliti adalah jika Peneliti meneliti
kesadaran wajib pajak sebagai variabel bebas (X) dan Kepatuhan
Penyampaian SPT sebagai Variabel terikat (Y) sedangkan Reza
Yunanto menjadikan Kepatuhan Penyampaian SPT itu sebagai
Variabel bebas (X) dan Penerapan E-Filling melalui Website DJP
sebagai variabel terikat (Y). Dan jika penelitian Reza Yunanto
dilakukan di KPP Pratama Sleman, peneliti meneliti di di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Penelitian Jurnal yang dilakukan oleh Syamsul Bahri pada tahun
2013 tentang Upaya Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Penyampaian
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan
Berlawan, Repository dalam penelitian ini adalah Jurnal Keuangan
dan Bisnis STIE Harapan Medan.Dengan menggunakan Metode
Analisis data Analisis Pohon, (Pohon Masalah, Pohon Sasara dan
Pohon Alternatif) dan Metode USG. U (Urgent) S (Serious) G
(Growth)Metode Matrik Cost Benefit Serta Metode Pengumpulan
DataPengumpulan data wawancara dengan menggunakan Interview
Guide. Hasil penelitian menunjukan Belum optimalnya kinerja Tim
Penerima SPT disebabkan oleh penyebab spesifik kurangnya
motivasi tim, Belum optimalnya penerapan aturan disebabkan oleh
54Reza Yunanto, Skripsi : Analisis Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum dan Sesudah Penerapan E-
Filling Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (Studi Kasus KPP Pratama Sleman), (Sleman :
Universitas Sanata Darma Yogyakarta, 2015), h.71
61
penyebab spesifik belum optimalnya drop box dan belum optimalnya
pelaksanaan pojok pajak, dan Kurangnya kesadaran wajib pajak
terhadap kewajiban perpajakan disebabkan oleh penyebab spesifik
kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dan kurang
optimalnya penegakan hukum atas wajib pajak tidak patuh.55
Disimpulkan bahwaPersamaan yang dilakukan oleh Syamsul Bahri
dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang Kepatuhan wajib
pajak, sedangkan perbedaanya adalah jika peneliti menggunakan
kesadaran wajib pajak sebagai variabel (X) dan Kepatuhan sebagai
variabel (Y) maka penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Bahri ini
Variabel Bebas (X) : Penyebab rendahnya tingkat rasio kepatuhan
wajib pajak Variabel Terikat (Y) : Upaya meningkatkan tingkat
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. Dan
metode pengumpulan data yang dilakukan syamsul bahri dengan
wawancara sedangkan peneliti menggunakan kuosioner (Angket).
4) Penelitian Jurnal yang dilakukan oleh Dian Lestari Siregar pada
tahun 2017 tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP
Pratama Batam, Repository Penelitian ini adalah Journal of
Accounting & Management InnovationUniversitas Putera Batam.
Dengan menggunakan Metode Analisis Dataregresi linier berganda
dengan bantuan SPSS, Metode Sampling Rumus Slovin
Pengambilan Sampel dan Metode Pengumpulan Datakuisioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel kesadaran wajib pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yang ditunjukkan oleh
nilai thitung (2,808) > ttabel (1,984).Begitu juga dengan variabel
sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dimana thitung (2,459)
> t tabel (1,984) yang berarti sanksi pajak mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak pribadi. Untuk nilai Fhitung
55Syamsul Bahri, “Upaya Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Berlawan”. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol 5,
No 1, Maret 2013, h.58
62
diperoleh sebesar 20,109 > F tabel sebesar 3,09 yang artinya
kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak secara simultan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam.56
Persamaan yang dilakukan oleh peneliti dengan Dian Lestari Siregar
adalah pada Variabel (X) yaitu Kesadaran Wajib Pajak dan Variabel
(Y) yaitu Kepatuhan Wajib Pajak. Perbedaan dari penelitian Dian
Lestari Siregar adalah jika Dian Lestari Siregar Meneliti dengan 2
Variabel (X) yaitu Kesadaran Wajib Pajak (X1) dan Sanksi Pajak
(X2) maka peneliti hanya meneliti 1 variabel saja yaitu kesadaran
wajib pajak (X) dan Populasi penelitian Dian Lestari Siregar adalah
di kota Batam, tepatnya di kantor pelayanan perpajakan Pratama
Batam (KPP Pratama Batam), sedangkan peneliti meneliti di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Nora Hilmia Primasari tahun 2016
tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Repository
penelitian ini adalah Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas
Ekonomi Universitas Budi Luhur. menggunakan Metode Analisis
DataMultiple Regression Analysis.Metode Sampling non probability
sampling dan Metode Pengumpulan Data dengan Kuesioner tertutup
yang berupa angket. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan
bebas.Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data
primer, data diperoleh dengan penyebaran kuesioner.Terdapat 74
sampel penelitian yang dapat di uji. Data penelitian dianalisis
menggunakan alat analisis yang terdiri dari uji kualitas data, statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan
56Dian Lestari Siregar, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Batam” Journal of Accounting &
Management Innovation, Vol.1 No.2, July 2017, pp. 119-128. h. 119
63
program SPSS versi 19,0. Diperoleh hasil bahwa pemahaman Wajib
Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan
kebijakan pajak, kesadaran Wajib Pajak,tingkat kepercayaan Wajib
Pajak, sosialisasi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak57
Persamaan yang dilakukan oleh peneliti dengan Nora Hilmia
Primasari adalah pada Variabel (X) yaitu kesadaran wajib pajak dan
Variabel (Y) yaitu kepatuhan wajib pajak. Sedangkan perbedaannya
adalah jika peneliti hanya meneliti 1 variabel bebas di penelitian
Nora Hilmia Primasari meneliti 5 Variabel (X) yaitu Kebijakan
Pajak (X1), Kesadaran Membayar Pajak (X2), Pemahaman Wajib
Pajak (X3), Tingkat Kepercayaan (X4), dan Sosialisasi Perpajakan
(X5) .
57 Nora Hilmia Primasari, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas” Jurnal Akuntansi dan Keuangan FE
Universitas Budi Luhur Vol. 5 No. 2 Oktober 2016. h.60
64
2. Tabel Penelitian Relevan
2.1 Tabel Penelitian Relevan
Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan dan Perbedaan
Penelitian
1. Ratriana
Dyah Safri
(2013)
Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang
Melakukan Pekerjaan
Bebas
(Studi di Wilayah KPP
Pratama Yogyakarta)
Terdapat pengaruh
positif dan signifikan
antara kesadaran
wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak
orang pribadi yang
melakukan pekerjaan
bebas di KPP Pratama
Yogyakarta
Persamaan:
Variabel (X) yaitu kesadaran wajib
pajak dan Variabel (Y) Kepatuhan
wajib pajak serta metode pengumpulan
data dengan angket.
Perbedaan:
Populasi dalam penelitian Skripsi ini
adalah para wajib pajak orang pribadi
yang melakukan pekerjan bebas yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan data dari KPP Pratama
Yogyakarta yang beralamat di Jalan
Panembahan Senopati. Sedangkan
peneliti meneliti Wajib Pajak Orang
Pribadi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Reza
Yunanto
(2015)
Analisis Kepatuhan
Penyampaian Surat
Pemberitahuan
Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib
Dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat
perbedaan antara
kepatuhan
penyampaian SPT
Tahunan PPh WPOP
Persamaan:
sama-sama meneliti tentang Kepatuhan
Penyampaian SPT.
65
Pajak Orang Pribadi
Sebelum dan Sesudah
Penerapan E-Filling
Melalui Website
Direktorat Jenderal
Pajak (Studi Kasus KPP
Pratama Sleman)
di KPP Pratama
Sleman sebelum dan
sesudah penerapan E-
Filing melalui
Website DJP. Hal ini
ditunjukan dari hasil
pengujian hipotesis
menggunakan Paired
Sample t-Test yang
diperoleh nilai thitung
sebesar 2,183. Nilai
thitung sebesar 2,183
lebih kecil dari nilai
ttabel sebesar 4,303
sehingga penelitian ini
tidak berhasil menolak
Ho.
Perbedaan:
penelitian yang dilakukan oleh Reza
Yunanto dengan peneliti adalah jika
Peneliti meneliti kesadaran wajib pajak
sebagai variabel bebas (X) dan
Kepatuhan Penyampaian SPT sebagai
Variabel terikat (Y) sedangkan Reza
Yunanto menjadikan Kepatuhan
Penyampaian SPT itu sebagai Variabel
bebas (X) dan Penerapan E-Filling
melalui Website DJP sebagai variabel
terikat (Y). Dan jika penelitian Reza
Yunanto dilakukan di KPP Pratama
Sleman, peneliti meneliti di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Syamsul
Bahri
(2013)
Upaya Meningkatkan
Tingkat Kepatuhan
Penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang
Pribadi Pada KPP
Pratama Medan
Berlawan.
- Belum optimalnya
kinerja Tim
Penerima SPT
disebabkan oleh
penyebab spesifik
kurangnya
motivasi tim.
- Belum optimalnya
penerapan aturan
disebabkan oleh
penyebab spesifik
belum optimalnya
drop box dan
belum optimalnya
pelaksanaan pojok
pajak.
- Kurangnya
Persamaan:
sama-sama meneliti tentang Kepatuhan
wajib pajak.
Perbedaan:
jika peneliti menggunakan kesadaran
wajib pajak sebagai variabel (X) dan
Kepatuhan sebagai variabel (Y) maka
penelitian yang dilakukan oleh
Syamsul Bahri ini Variabel Bebas (X)
: Penyebab rendahnya tingkat rasio
kepatuhan wajib pajak Variabel
66
kesadaran wajib
pajak terhadap
kewajiban
perpajakan
disebabkan oleh
penyebab spesifik
kurangnya
pemahaman
masyarakat tentang
pajak dan kurang
optimalnya
penegakan hukum
atas wajib pajak
tidak patuh.
Terikat (Y) : Upaya meningkatkan
tingkat kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi. Dan
metode pengumpulan data yang
dilakukan syamsul bahri dengan
wawancara sedangkan peneliti
menggunakan kuosioner (Angket).
4. Dian
Lestari
Siregar
(2017)
Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak dan Sanksi
Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada
KPP Pratama Batam
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel kesadaran
wajib pajak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
yang ditunjukkan oleh
nilai thitung (2,808) >
ttabel (1,984). Begitu
juga dengan variabel
sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak
dimana thitung
(2,459) > t tabel
(1,984) yang berarti
sanksi pajak
mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak
dalam membayar
pajak pribadi. Untuk
nilai Fhitung
diperoleh sebesar
20,109 > F tabel
sebesar 3,09 yang
artinya kesadaran
wajib pajak dan sanksi
pajak secara simultan
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
Persamaan :
Pada Variabel (X) yaitu Kesadaran
Wajib Pajak dan Variabel (Y) yaitu
Kepatuhan Wajib Pajak.
Perbedaan :
dari penelitian Dian Lestari Siregar
adalah jika Dian Lestari Siregar
Meneliti dengan 2 Variabel (X) yaitu
Kesadaran Wajib Pajak (X1) dan
Sanksi Pajak (X2) maka peneliti hanya
meneliti 1 variabel saja yaitu
kesadaran wajib pajak (X) dan
Populasi penelitian Dian Lestari
Siregar adalah di kota Batam, tepatnya
di kantor pelayanan perpajakan
Pratama Batam (KPP Pratama Batam),
sedangkan peneliti meneliti di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
67
dalam membayar
pajak pribadi pada
Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Batam.
5. Nora
Hilmia
Primasari
(2016)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang
Melakukan Pekerjaan
Bebas
Diperoleh hasil bahwa
pemahaman Wajib
Pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan
Wajib Pajak,
sedangkan kebijakan
pajak, kesadaran
Wajib Pajak, tingkat
kepercayaan Wajib
Pajak, sosialisasi
perpajakan secara
parsial tidak
berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib
Pajak
Persamaan :
pada Variabel (X) yaitu kesadaran
wajib pajak dan Variabel (Y) yaitu
kepatuhan wajib pajak.
Perbedaan :
adalah jika peneliti hanya meneliti 1
variabel bebas di penelitian Nora
Hilmia Primasari meneliti 5 Variabel
(X) yaitu Kebijakan Pajak (X1),
Kesadaran Membayar Pajak (X2),
Pemahaman Wajib Pajak (X3),
Tingkat Kepercayaan (X4), dan
Sosialisasi Perpajakan (X5) .
68
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 menyebutkan
bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.58Didalam pajak itu sendiri menurut golongannya terdiri dari dua
jenis pajak, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.Tapi dalam
penelitian ini, penulis mengambil pajak langsung. Dimana pajak langsung
merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak mulai
dari memperhitungkan, membayar serta melaporkan dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain, karena didalam pajak
langsung itu yang dibebankan langsung adalah wajib pajak itu sendiri.
Selain, memperhitungkan dan membayar pajaknya sendiri.wajib pajak
berkewajiban melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT). Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang wajib pajak gunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (UU.No 28 Tahun 2007).
Surat Pemberitahuan (SPT) ada dua jenis yaitu Surat Pemberitahuan
Tahunan dan Surat Pemberitahuan Masa.Dimana dalam penelitian ini
penulis mengambil jenis Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan terdiri dari Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Orang Pribadi dan Surat Pemberitahuan Pajak Badan.
58 Herry Purwono, op.cit., h.7
69
Penulis akan meneliti tentang Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
Orang Pribadi, Surat Pemberitahuan (SPT) Orang Pribadi terdiri dari tiga
jenis, yaitu SPT 1770SS yang digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas
dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp.60.000.000,- setahun,
SPT 1770S digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah
penghasilan bruto mencapai Rp.60.000.000,- Setahun dan SPT 1770
adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari
usaha/pekerjaan bebas, baik yang menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan, melaporkan pembayaran dan perhitungan Pajak Penghasilan
tahunan menggunakan formulir SPT 1770.
Setiap orang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat
merugikan Negara maka akan dikenakan sanksi. Dengan itu, diperlukan
Kesadaran Wajib Pajak untuk lebih patuh dalam membayarkan dan
melaporkan pajaknya.Wajib Pajak diharapkan mengetahui adanya
Undang-undang dan ketentuan perpajakan serta mengetahui fungsi pajak
sendiri untuk pembiayaan negara, dan tepat waktu dalam menghitung,
membayar dan melaporkan pajaknya dengan sukarela dan benar isinya.
Maka akan menjadikan Wajib Pajak itu termasuk Wajib Pajak yang Patuh
dimana Wajib Pajak yang patuh adalah wajib pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakannya dengan tepat waktu dan tepat jumlah.
Dengan menggunakan faktor dari Kesadaran Wajib Pajak Menurut
Jatmiko dan Kepatuhan Wajib Pajak menurut Devano, Peneliti akan
meneliti tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Penyampaian SPT (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan).
70
Pajak Tidak
Langsung
Pajak Langsung
SPT Wajib
Pajak
Badan Pribadi
Kesadaran Wajib Pajak (X)
(Jatmiko,2006)
1. persepsi wajib pajak tentang
penggunaan dana pajak
2.Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
3. kondisi keuangan wajib pajak
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Devano dalam Supadmi (2010) :
1. Pemahaman tentang self assesment dan
ketetapan membayar pajak
2. Kualitas pelayanan
3. Tingkat pendidikan
4. Persepsi WP tentang sanksi perpajakan
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan
Penyampaian SPT ( Studi Kasus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Pajak
71
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.Karena sifatnya masih
sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui suatu pengujian
atau test yang disebut tes hipotesis.Ada dua macam hipotesis yang dibuat
suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif
(Ha).
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara kesadaran wajib
pajak terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Ha : :Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kesadaran wajib pajak
terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda no. 95 Ciputat-Tangerang Selatan, dan lebih
di spesifikasikan ke tempat penelitian sampel yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sumber : Google Maps, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3.1 Peta Lokasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian merupakan waktu yang dibutuhkan peneliti untuk
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian yang
akan dilaksanakan sekitar 6 bulan, yaitu mulai bulan April hingga September
2019. Berikut rincian kegiatan penelitian :
73
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan
No Kegiatan 2019 2020
Bulan
April Juli Agustus September Oktober Januari
1. Revisi Proposal Skripsi
2. Pembuatan Instrumen
3. Uji Coba Instrumen
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data Hasil
Penelitian
6. Penyusunan Laporan
Penelitian
7. Kelengkapan Lampiran
8. Sidang Skripsi
9. Revisi Skripsi
B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
penelitian kuantitatif deskriptif. Sehingga jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan
analisis data yang berbentuk numerik/angka.pendekatan ini menggambarkan data
melalui angka-angka. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk mengembangkan dan
menggunakan model matematis, teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena yang diselidiki peneliti.1
Pendekatan kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang tugasnya menganalisis data
berupa angka yang digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan fenomena-
1 Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang
Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2015), h.109
74
fenomena yang ada dengan tujuan hubungan atau pengaruh antara dua variabel
sehingga mencapai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.2
Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu
metode yang bertujuan untuk menggambarkan situasi atau fenomena, yang dirancang
untuk mendapat suatu informasi dalam keadaan sekarang.3Metode penelitian ini
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak
terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4
Berdasarkan obyek penelitian, maka populasi dalam penelitian ini adalah
Dosen yang menjadi Wajib Pajak di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 186 Dosen, Berdasarkan data Dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun2018.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.5 penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut :
𝑛 =𝑁
1 + Ne2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
2 Fauziyyah Nurrahmah, Skripsi: “Pengaruh Keikutsertaan Siswa Mengikuti Bimbingan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Ekonomi dikelas XII IPS SMA Negeri 5 Depok Tahun Ajaran 2016/2017”, (Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ,2017), h.40
3 Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h.72 4Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 80 5Ibid., h. 81
75
e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat di tolelir
Penelitian ini menggunakan tingkat keandalan 90% karena menggunakan
tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%. Menurut Sugiyono “pembulatan
ke atas dilakukan karena berdasarkan tabel ukuran sampel dan batas kesalahan
untuk tingkat kelonggaran penelitian 10%.6 Apabila dilakukan perhitungan
menggunakan rumus, maka jumlah minimum yang diperoleh adalah :
𝑛 =𝑁
1+ Ne2 =
186
1+ 186(0.1)2=
186
2.86 = 65.03 responden
Maka dari rumus tersebut jumlah sampel yang ditentukan dengan
menggunakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian 10% adalah sebanyak 65.03
Responden dan dibulatkan menjadi 65 Responden saja.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
Nonprobability Sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan lagi ke teknik
pengambilan sampel dari bagian Nonprobability Sampling yaitu Sampling
Insidenta/Accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui cocok sebagai sumber data.7
Jadi dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel pada Dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
menyampaikan SPT Tahunannya. Penelitian dilakukan dengan cara peneliti
menanyai dosen yang ditemuinnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
tersebut apakah bersedia untuk mengisi kuesioner yang peneliti ajukan, jika
dosen tersebut bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian maka peneliti
memberikan kuesioner penelitian kepada dosen tersebut untuk diisi.
6Mahir Pradana dan Avian Reventiary , “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Sepatu Merek Customade (Studi di Merek Dagang Customade Indonesia)” . Jurnal Manajemen, Vol.6 No 1,
Juni 2016, h.4 7Sugiyono, op.cit.,h.84-85
76
D. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan terdiri dari dua jenis variabel, yaitu Variabel Bebas (Independent
Variable) dan Variabel Terikat (Dependent Variable).
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variable lain/ variabelterikat (Dependent Variable).9 Variabel bebas pada
penelitian ini adalahKesadaran wajib pajak, Variabel ini merupakan masukan
yang akan memberi pengaruh pada Tingkat kepatuhan penyampaian SPT. Dan
pada variabel ini disimbolkan dengan huruf X.
Mempengaruhi
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variable lain/independent.10 dalam penelitian ini variabel terikatnya (Dependent
Variable) adalah Kepatuhan. Dan pada variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.
Dipengaruhi
E. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian.11 Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Angket (Kuesioner).
8Sugiyono, Ibid., h.38 9Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.50 10 Anwar Sanusi, Loc.Cit., h.50
Variabel Independen(X)
(Kesadaran Wajib Pajak)
Variabel Dependen(Y)
(Kepatuhan)
Variabel Dependen(Y)
(Kepatuhan)
Variabel Independen(X)
(Kesadaran Wajib Pajak)
77
“Kuesioner (Angket) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut”12
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket bersifat tertutup, yaitu
alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam angket berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian untuk dapat mengetahui
jawaban dari setiap responden maka diperlukan sebuah skala. Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentangfenomena
ssosial. Bentuk jawaban skala likertterdiridarijawabansangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Dengan menggunakan skala likert, responden hanya memilih
jawaban dalam bentuk ceklist()yang telah disediakan oleh peneliti.13
Berikut ini merupakan kriteria peniliaian dalam kuesioner dengan menggunakan
skala likert:
Tabel 3.2 Skor Skala Likert
11Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,(Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group,2011), h.138 12Ibid., h.139 13Istien Haryaningsih, Skripsi: “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak dan
Kesadaran Perpajakan terhadap Motivasi Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
Kebumen” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2018) h.60
No Pilihan Jawaban Skor ItemPositif Skor Item Negatif
1. Sangat Setuju (SS) 4 1
2. Setuju (S) 3 2
3. Tidak Setuju (TS) 2 3
4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
78
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh,
mengolah dan menginterprestasikan informasi yang diperoleh dari para responden
yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.14
Untuk memperoleh data seberapa besar Kesadaran Wajib Pajak dalam
Menyampaikan SPT nya secara tepat waktu dan apakah ada pengaruh Kesadaran
wajib pajak itu sendiri terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT, digunakan
instrumen berupa Angket. Pengembangan instrumen ini diambil dari penelitian
relevan angket yang digunakan untuk mendapatkan data didasarkan dari kerangka
teori yang sudah dikemukakan maka dikembangkan lagi menjadi Indikator.
Indikator kemudian dikembangkan menjadi pernyataan. Angket yang digunakan
adalah angket yang tertutup, yaitu telah dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga
responden tinggal memilihnya.
14Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan perhitungan manual
& SPSS, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 46
79
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen
No. Variabel Indikator Sub Indikator Penjelasan Nomor
Soal
1. Kesadaran
Wajib
Pajak (X)
Persepsi wajib pajak - Fungsi pajak bagi
pembiayaan
pembangunan
1. Sumber Keuangan Negara
2. Pengatur Kebijakan Pemerintah
dalam bidang sosial ekonomi
1,10
11,18
- Keadilan (Fairness) 1. Wajib pajak yang mempunyai
kemampuan membayar harus
dikenakan pajak yang sama
2. Wajib pajak yang mempunyai
kemampuan membayar tidak sama
harus dikenakan pajak yang tidak
sama
2,22
12
Tingkat pengetahuan
dalam kesadaran
membayar pajak
- Wajib Pajak
mengerti dan paham
tentang Peraturan
Perpajakan
1. Wajib Pajak mengerti dan paham
tentang Ketentuan Umum
Perpajakan
2. Wajib pajak mengerti cara
membayar pajak
3. Wajib pajak mengetahui tempat
pembayaran pajak
4. Wajib pajak mengetahui denda dan
batas waktu pembayaran pajak
5. Wajib Pajak mengetahui tentang
Pelaporan SPT
6. Wajib Pajak Mengetahui cara
menyampaikan SPT
3,17,
16,25
6,21
20,5
13,23
9,15
7,24
Kondisi Keuangan
Wajib Pajak
- Kondisi keuangan
wajib pajak rendah
1. Kondisi keuangan wajib pajak
rendah maka kepatuhan wajib
pajak rendah
2. Kondisi keuangan wajib pajak
rendah maka kepatuhan wajib
pajak tinggi
8
19
- Kondisi keuangan
wajib pajak tinggi
1. kondisi keuangan wajib pajak
tinggi maka kepatuhan wajib pajak
rendah
2. kondisi keuangan wajib pajak
tinggi maka kepatuhan wajib pajak
tinggi
14
4
80
2. Kepatuhan
Wajib
Pajak (Y)
Pemahaman tentang
sistem self assesment
dan ketetapan
membayar pajak
- Pajak dihitung
sendiri oleh wajib
pajak
1. Wajib pajak mengetahui
bagaimana menghitung pajaknya
2. Wajib pajak mengetahui
bagaimana menyetor pajaknya
3. Wajib pajak mengetahui
bagaimana melaporkan pajaknya
1,12
5,17
2,20
Kualitas pelayanan - Keandalan
(Realibility)
- Petugas Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) mampu melaksanakan
pelayanan yang dijanjikan secara
tepat dan terpercaya
6, 15
- Kepastian
(Assurance)
- Petugas Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) memiliki Pengetahuan yang
baik tentang peraturan perpajakan
7, 23
- Responsif
(Responsiveness)
- Petugas Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) memiliki kemauan untuk
membantu wajib pajak
16,9
- Empati (Empaty) - Petugas Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) memberikan perhatian dan
kepedulian terhadap Wajib pajak
3, 18
- Bukti langsung
(Tangibel)
- Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
memberikan fasilitas yang
nyaman untuk Wajib pajak
21, 4
Tingkat pendidikan - Tingkat pendidikan
rendah
1. Tingkat pendidikan wajib pajak
rendah maka kepatuhan wajib
pajak tinggi
2. Tingkat pendidikan wajib pajak
rendah maka kepatuhan wajib
pajak rendah
8
14
- Tingkat pendidikan
tinggi
1. Tingkat pendidikan wajib pajak
tinggi maka kepatuhan wajib pajak
tinggi
2. Tingkat pendidikan wajib pajak
tinggi maka kepatuhan wajib pajak
rendah
25
22
Persepsi wajib pajak
terhadap sanksi
perpajakan
- Sanksi Administrasi
(Denda dan Bunga)
1. Wajib pajak mengetahui sanksi
administrasi bila tidak melakukan
kewajiban perpajakannya
11,13,24
- Sanksi Pidana 1. Wajib pajak mengetahui sanksi 10, 19
81
pidana bila tidak melakukan
kewajiban perpajakannya
*Ket = Cetak Tebal ( Soal Valid)
G. Metode Analisis Data dan Uji Instrumen
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
caramendeskripsikan atau menggunakan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum/ tidak
melakukan generalisasi.15Statistik deskriptif yang digunakan adalah menganalisis
data terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai dan standar deviasi dari masing-
masing variabel.
2. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Danang Sunyoto dalam bukunya
menjelaskan tentang Validitas yang merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud.16
Sedangkan menurut Syofian Siregar, Validitas atau kesahihan adalah
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin
diukur ( a valid measure if it succesfully measure the phenomenon).17Uji
validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment yakni
dengan membandingkan antara r tabel dengan r hitung. Jika r hitung ≥ r tabel
maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid, namun jika r hitung < r tabel maka
15 Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, op.cit., h.154-155 16Danang Sunyoto, Metodologi Penelitian Ekonomi Cetakan 1, (Jakarta: CAPS, 2011), h.69-70 17Syofian Siregar, loc.cit.,h.46
82
pertanyaan dinyatakan tidak valid. Rumus yang bisa digunakan untuk uji
validitas dengan teknik korelasi product moment, yaitu:
𝑟𝑥𝑦 =𝑛(∑𝑥𝑦) − (∑𝑥)(∑y)
√[(𝑛∑𝑥2) − (∑𝑥)2][(𝑛∑y2 − (∑𝑦)2]
Keterangan :
n = Jumlah responden
x = Skor variabel (jawaban responden)
Y = Skor total dari variabel (jawaban responden).18
b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi dalam bukunya Danang Sunyoto juga menjelaskan tentang
Reliabilitas, dimana Reliabilitas adalah bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjukkan pada
tingkat keterandalan sesuatu. Dimana yang dimaksud dengan reliabel yang
artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Butir kuesioner dikatakan
reliabel (layak) jika cronbach’s alpha > 0,60 dan dikatakan tidak reliabel jika
cronbach’s alpha < 0,60. Maka rumus yang dapat digunakan adalah rumus
Alpha sebagai berikut:19
𝑟𝑛=[
𝑘
𝑘−1](1−
∑ab2
𝑎𝑏2
Keterangan:
rn = Realibitas Instrumen
k = Jumlah Butir Pertanyaan
∑ab2= Jumlah Varians Butir
ab2= Varians Total
18Syofian Siregar, Ibid., h.48 19 Danang Sunyoto, op.cit,h. 70
83
3. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian data untuk melihat apakah nilai residural
terdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal akan
memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui kenormalan distribusi data menggunakan Kolmogorov –
SmirnovTest melalui program SPSS 21for windows. Apabila nilai Asymp. Sig.
Suatu variabel lebih besar dari level of significant 5% (> 0.050) maka variabel
tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika nilai Asymp. Sig. Suatu variabel
lebih kecil dari level of significant 5% (< 0.050) maka variabel tersebut tidak
terdistribusi dengan normal.20
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek (Ketiga
sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang sama. Bila objek yang
diteliti tidak mempunyai varian yang sama maka uji anova tidak dapat
diberlakukan. Metode yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah
metode varian terbesar dibandingkan varian terkecil.21
Langkah Pengujian:
1. Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
Ho: Tidak ada perbedaan varian dari beberapa kelompok data
Ha: Ada perbedaan varian dari beberapa kelompok data
2. Menghitung varians terbesar dan varians terkecil (Fhitung)
Fhitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Varians Terkecil
3. Bandingkan F hitung dengan F tabel
Dengan rumus: db Pembilang = n-1 dan db Penyebut = n-1, dengan taraf
signifikansi (α) = 0,05
4. Kriteria Pengujian
Jika: F hitung ≥ F tabel, Tidak Homogen
Jika: F hitung ≤ F tabel, Homogen22
20Ari Apriyono, dan Abdullah Taman, “Analisis Overreaction pada Saham Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2009”, Jurnal Nomina, Vol 2, 2013, h. 82 21 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perhitungan
manual dan aplikasi SPSS versi 17, (Jakarta, Bumi Aksara, 2013), h.167 22Ibid., h. 167-169
84
c. Uji Linieritas
Tujuan dilakukan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah antara
variabel tak bebas (Y) dan variabel bebas (X) mempunyai hubungan linier. Uji
ini biasanya dilakukan sebagai prasyarat dalam penerapan metode regresi
linier.
Prosedur uji linieritas:
a) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
Ho : Data kelompok A dengan kelompok B tidak berpola linier.
Ha : Data kelompok A dengan kelompok B berpola linier.
b) Menentukan risiko kesalahan
Pada tahap ini kita menemukan seberapa besar peluang membuat risiko
kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang benar.
Biasanya dilambangkan dengan yang sering disebut dengan istilah taraf
signifikan.
c) Kriteria pengujian
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima.
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak.23
4. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial dari variabel-variabel
independen apakah berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Apabila T hitung lebih besar dari T tabel maka dapat disimpulkan bahwa
variabel-variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel-variabel dependen. Kriteria pengujian jika signifikasi < 0,05 maka
Ho diterima dan jika signifikasi > 0,05, maka Ho ditolak.24 Untuk melakukan
uji t menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑡 =√𝑛 − 2
√1 − 𝑟2
Keterangan:
t = Nilai Uji T
r = koefisien korelasi pearson
23Ibid.,h. 178-179 24Angrita Denziana, Indrayenti, dan Ferdinan Fatah, “Corporate Financial Performance Effects of
Macro Economic Factors Againts Stock Retun”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol 5, 2014, h. 25
85
r = koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan Ttabel dengan
menggunakan tingkat kesalahan 0,05 uji dua pihak dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Taraf signifikan (a = 0,05/2 = 0,025)
2) Distribusi t dengan derajat kebebasan df (n - k – 1)
3) Apabila T hitung> T tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima
4) Apabila T hitung < T tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak.25
b. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau
digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh
sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).26Rumus
koefisien Determinasi adalah sebagai berikut:
KD = (r)2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi Product Moment
c. Uji Regresi Sederhana
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis linier
sederhana digunakan untuk mengukur pengaruh satu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y).27 Persamaan analisis regresi sederhana adalah sebagai
berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝐵𝑋
Keterangan:
Y = Nilai prediksi variabel dependen
X = Nilai prediksi variabel independen
a = konstanta, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang
didasarkan pada variabelb = koefisien regresi
25 Lailatu Syifa, Skripsi: “Pengaruh Kemudahan Penggunaan Mobile Banking terhadap Perilaku
Konsumtif Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”,(Jakarta: Repository UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2019), h.64 26Syofian Siregar, op.cit, h.252 27Ario Wiratmoko, Pengaruh Kegiatan Ekstrakulikuler Robotika Terhadap Kecerdasan Emosional
Siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta, (Yogyakarta: Jurnal Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h.9
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
a) Profil Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) adalah salah satu
fakultas tertua yang ada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. FITK bermula dari Jurusan Pendidikan Agama pada Akademi
Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang berdiri pada 1 Juni 1957. Ketika
ADIA di Jakarta dan PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri)
di Yogyakarta digabung menjadi IAIN Al-Jami’ah al-Islamiyah al-
Hukumiyah pada tahun 1960, IAIN Cabang Jakarta diserahi tugas
mengelola Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Sementara IAIN di
Yogyakarta diberi tugas mengelola Fakultas Ushuluddin dan Fakultas
Syariah.
Pada saat didirikan, Fakultas Tarbiyah memiliki tiga jurusan, yaitu
Jurusan Pendidikan Guru Agama, Jurusan Pendidikan Guru Bahasa
Arab, dan Jurusan Khusus (Imam Tentara). Jurusan terakhir ini, yang
juga disebut Jurusan Da’wah wal Irsyad, bergabung dengan Fakultas
Ushuluddin ketika fakultas ini didirikan pada tahun 1962.
Pada perjalanan selanjutnya, Fakultas Tarbiyah mengalami
berbagai perubahan, terutama dalam jumlah dan nomenklatur jurusan.
Jurusan Paedagogi, misalnya, dulu sempat hadir dan kemudian
ditiadakan. Demikian juga dengan jurusan-jurusan pendidikan
Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia yang dikembangkan
87
pada awal tahun 1980-an dengan nama Jurusan Tadris, dihentikan
pada tahun 1986 dengan tidak diperbolehkan untuk menerima
mahasiswa baru. Akan tetapi, karena desakan kebutuhan di lapangan,
jurusan-jurusan tersebut dikembangkan lagi pada dekade 1990-an.
Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Tahun
2002 berimplikasi pada pengembangan jumlah Jurusan dan Program
Studi baru. Bahkan sejak tahun 2009, FITK mendapat mandat untuk
menyelenggarakan program pendidikan S2, seiring dengan tuntutan
lionieritas penyelenggara Program Pasca Sarjana.
Saat ini, jurusan dan program studi yang dimiliki FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1) Jurusan/Program Studi Pendidikan Agama Islam
2) Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
3) Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
4) Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika
5) Jurusan Pendidikan IPA, dengan 3 program studi:
a. Program Studi Pendidikan Biologi
b. Program Studi Pendidikan Fisika
c. Program Studi Pendidikan Kimia
6) Jurusan Program Studi Manajemen Pendidikan
7) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
8) Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
9) Jurusan/Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
10) Jurusan/Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD)
Dalam perjalanan sejarahnya, FITK telah mengalami beberapa kali
perubahan dan pergantian kepemimpinan, yang secara berturut-turut
adalah sebagai berikut:
1) Prof. Dr. H. Mahmud Yunus (1957-1960 dan 1960-1963)
2) Prof. Drs. Soenardjo (1963-1965)
88
3) H.M. Anshor Suryohadibroto (1966-1970)
4) H.M. Nur Asyik, MA (1970-1972)
5) H.M. Salim Fachry, MA (1972-1974)
6) Drs. Agustiar, MA (1974-1976)
7) Drs. H. Zakaria Hakim (1976-1979)
8) Drs. H. Muchsin Idham (1980-1984 dan 1987-1994)
9) Prof. Dr. Aminuddin Rasyad (1984-1987)
10) Prof. Dr. Salman Harun (1994-1996 dan 2000-2005)
11) Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA (1996-2000 dan 2012-2013)
12) Prof. Dr. Dede Rosyada, MA (2005-2009 dan 2009-2011)
13) Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D (2011-2012 dan 2013-2015)
14) Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA (2015-2019)1
b) Visi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Visi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah “Menjadi LPTK
yang unggul, kompetitif, profesional dengan mengintegrasikan
keilmuan, keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan”.2
c) Misi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan Visi diatas maka Misi dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berwawasan riset.
2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan keilmuan untuk
menghasilkan karya inovasi di bidang pendidikan.
1https://fitk.uinjkt.ac.id/tentang-fakultas/, diakses pada tanggal 29 September 2019 pukul
11:11 2https://fitk.uinjkt.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/, diakses pada tanggal 29 September 2019
pukul 11:20
89
3) Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui
pembinaan pemberdayaan madrasah/sekolah.
4) Mengembangkan komitmen dan budaya akademik bagi para
sivitas akademika.
5) Mengembangkan layanan berbasis teknologi informatika/ICT.
6) Mengembangkan jenjang dan kemitraan dengan berbagai lembaga
nasional maupun internasional.
7) Melaksanakan evaluasi kinerja kelembagaan secara
berkelanjutan.3
2. Deskripsi Responden
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Responden
dalam penelitian ini adalah Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK). Kuesioner disebar kepada Dosen seluruh jurusan yaitu 12 Jurusan
yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dengan total
sampel keseluruhan yaitu 65 orang. Kuesioner penelitian dibagi menjadi
dua kategori yaitu sebagai berikut:
a) Kategori Responden Berdasarkan Jurusan
Jurusan merupakan salah satu bagian dari fakultas atau perguruan tinggi
yang bertanggung jawab dalam mengembangkan suatu bidang studi.
Dilihat dari jurusan di FITK, maka responden dikelompokkan menjadi
12 jurusan, yaitu:
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jurusan
No Jurusan Jumlah
1. Pendidikan Agama Islam 7
2. Pendidikan Bahasa Inggris 5
3https://fitk.uinjkt.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/, diakses pada tanggal 29 September 2019
pukul 11:25
90
3. Pendidikan Bahasa Arab 5
4. Pendidikan Guru MI 5
5. Pendidikan Bahasa Indonesia 6
6. Pendidikan Islam Anak UD 4
7. Pendidikan Matematika 5
8. Manajemen Pendidikan 6
9. Pendidikan IPS 8
10. Pendidikan Kimia 5
11. Pendidikan Fisika 4
12. Pendidikan Biologi 5
Jumlah 65
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
91
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jurusan
Berdasarkan tabel dan gambar diatas menujukan bahwa responden
berdasarkan jurusan Pendidikan Agama Islam sebanyak 7 orang (11%),
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sebanyak 5 orang (7%), Pendidikan
Bahasa Arab sebanyak 5 orang (8%), Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah sebanyak 5 orang (8%), Pendidikan Bahasa Indonesia
sebanyak 6 orang (9%), Pendidikan Islam Anak Usia Dini sebanyak 4
orang (6%), Pendidikan Matematika sebanyak 5 orang (8%),
Manajemen Pendidikan sebanyak 6 orang (9%), Pendidikan IPS
sebanyak 8 orang (12%), Pendidikan Kimia sebanyak 5 orang (8%),
Pendidikan Fisika sebanyak 4 orang (6%), dan Pendidikan Biologi
sebanyak 5 orang (8%).
b) Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Seluruh kuesioner yang dibagikan berdasarkan jenis kelamin terbagi
menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut ini data responden
11%
7%
8%
8%
9%
6%8%
9%
12%
8%
6%
8%
Responden Berdasarkan Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Pendididikan Bahasa Inggris
Pendidikan Bahasa Arab
Pendidikan Guru MI
Pendidikan Bahasa Indonesia
Pendidikan Islam Anak UD
Pendidikan Matematika
Manajemen Pendidikan
Pendidikan IPS
Pendidikan Kimia
Pendidikan Fisika
Pendidikan Biologi
92
yang menggambarkan perbandingan jumlah responden laki-laki dan
perempuan.
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 32
2. Perempuan 33
Jumlah 65
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Sumber: Data Primer yang diolah,2019
Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukan bahwa jumlah
responden laki-laki sebanyak 32 orang (49%), sedangkan jumlah
responden perempuan sebanyak 33 orang (51%).
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya angket
yang digunakan dalam mengukur suatu variabel. Menggunakan product
moment dengan membandingkan antara r tabel dan r hitung. Angket
49%
51%
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
93
dikatakan valid jika r hitung > r tabel, dan tidak valid jika r hitung < r
tabel. Dalam penelitian ini dilakukan uji validasi kepada 20 responden
dengan nilai r tabel yaitu 0,444. Berikut ini hasil pengujian validitas
dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kesadaran Wajib Pajak (X)
No
Soal
r hitung r tabel Keterangan Indikator
Kesadaran Wajib Pajak (X)
1. 0.331 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
2. 0.543 0.444 Valid Persepsi wajib pajak
3. 0.297 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
4. 0.555 0.444 Valid Kondisi keuangan wajib pajak
5. 0.428 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
6. 0.503 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
7. 0.391 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
8. 0.293 0.444 Tidak valid Kondisi keuangan wajib pajak
9. 0.719 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
10. 0.526 0.444 Valid Persepsi wajib pajak
11. 0.113 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
12. 0.268 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
13. 0.427 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
14. 0.058 0.444 Tidak valid Kondisi keuangan wajib pajak
15. 0.293 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
16. 0.148 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
94
kesadaran membayar pajak
17. 0.365 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
18. 0.239 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
19. 0.558 0.444 Valid Kondisi keuangan wajib pajak
20. 0.702 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
21. 0.641 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
22. 0.333 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
23. 0.103 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
24. 0.497 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
25. 0.218 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dianalisis, pada variabel
Kesadaran Wajib Pajak (X) diketahui bahwa dari 25 nomor item yang
diuji cobakan terdapat 9 item bernilai valid dan 16 soal bernilai tidak
valid. Jumlah 9 item yang valid akan digunakan sebagai instrumen
penelitian, sedangkan 16 item yang tidak valid akan dibuang dan tidak
digunakan sebagai instrumen penelitian.
95
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kepatuhan (Y)
No
soal
r hitung r tabel Keterangan Indikator kepatuhan (Y)
1. 0.742 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
2. 0.498 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
3. 0.695 0.444 Valid Kualitas pelayanan
4. 0.666 0.444 Valid Kualitas pelayanan
5. 0.359 0.444 Tidak Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
6. 0.496 0.444 Valid Kualitas pelayanan
7. 0.266 0.444 Tidak Valid Kualitas pelayanan
8. 0.407 0.444 Tidak Valid Tingkat pendidikan
9. 0.702 0.444 Valid Kualitas pelayanan
10. 0.397 0.444 Tidak Valid Persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan
11. 0.597 0.444 Valid Persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan
12. 0.451 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
96
13. 0.146 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan
14. 0.418 0.444 Tidak valid Tingkat pendidikan
15. 0.700 0.444 Valid Kualitas pelayanan
16. 0.610 0.444 Valid Kualitas pelayanan
17. 0.281 0.444 Tidak valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
18. 0.556 0.444 Valid Kualitas pelayanan
19. 0.341 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan
20. 0.476 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan
membayar pajak
21. 0.653 0.444 Valid Kualitas pelayanan
22. 0.554 0.444 Valid Tingkat pendidikan
23. 0.551 0.444 Valid Kualitas pelayanan
24. 0.796 0.444 Valid Persepsi wajib pajak terhadap
sanksi perpajakan
25. 0.253 0.444 Tidak valid Tingkat pendidikan
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dianalisis, pada variabel
Kepatuhan (Y) diketahui bahwa dari 25 nomor item yang diuji cobakan
terdapat 16 item yang bernilai valid dan 9 soal bernilai tidak valid.
97
Jumlah 16 item yang valid akan digunakan sebagai instrumen penelitian,
sedangkan 9 item yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan
sebagai instrumen penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji tingkat konsistensi dari suatu
instrumen. Rumus reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan cronbach alpha, dimana suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila nilainya > 0,6 dan tidak reliabel apabila nilainya < 0,6.
Berikut ini hasil pengujian reliabilitas dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Kesadaran Wajib Pajak 0,813 Reliabel
Kepatuhan 0,901 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas dapat disimpulkan bahwa
kuesioner dari kedua variabel dikatakan reliabel karena didapatkan nilai
Cronbach Alpha > 0,6.
2. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan
memberikan gambaran umum mengenai data sampel dari seluruh variabel
yang diteliti secara statistik meliputi mean, median, nilai maksimum, dan
minimum, serta ukuran lainnya yang tertera pada tabel dibawah ini.
98
Tabel 4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Statistik deskriptif dari Tabel 4.6 diatas adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran Wajib Pajak (X)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif, dapat diketahui bahwa dari
jumlah responden (N) 65 orang, diperoleh nilai terendah (minimum)
pada variabel independen kesadaran wajib pajak sebesar 20 dan nilai
tertinggi (maximum) adalah 36. Nilai rata-rata (mean) sebesar 29,0308.
Adapun standar deviasi sebesar 3,06171. Nilai rata-rata yang diperoleh
lebih besar dari standar deviasi, maka dapat disimpulkan bahwa rata-
rata dari seluruh data pada variabel kesadaran wajib pajak (X) mampu
menggambarkan seluruh variabel dengan baik.
b. Kepatuhan (Y)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif, dapat diketahui bahwa dari
jumlah responden (N) 65 orang, diperoleh nilai terendah (minimum)
pada variabel dependen kepatuhan sebesar 35 dan nilai tertinggi
(maximum) adalah 61. Nilai rata-rata (mean) sebesar 46,4923. Adapun
standar deviasi sebesar 5,25037. Nilai rata-rata yang diperoleh lebih
Statistics
X Y
N Valid 65 65
Missing 0 0
Mean 29,0308 46,4923
Std. Error of Mean ,37976 ,65123
Median 29,0000 46,0000
Mode 31,00 45,00a
Std. Deviation 3,06171 5,25037
Variance 9,374 27,566
Range 16,00 26,00
Minimum 20,00 35,00
Maximum 36,00 61,00
Sum 1887,00 3022,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is
shown
99
besar dari standar deviasi, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari
seluruh data pada variabel kepatuhan (Y) mampu menggambarkan
seluruh variabel dengan baik.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan uji prasyarat analisis yang dilakukan
untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal. Dalam
penelitian ini untuk menguji normalitas data menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai Prob. /Sig F > 5% berarti
data berdistribusi normal dan nilai Prob. /Sig F < 5% berarti data
berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 65
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation 5,00792962
Most Extreme
Differences
Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,723
Asymp. Sig. (2-tailed) ,673
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Dari tabel diatas, hasil uji normalitas data menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
100
yaitu dengan nilai 0,673 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
Selain itu, untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dapat
juga menggunakan metode Normal Probability, yaitu dengan melihat
kurva Norma P-Plots. Data dikatakan normal jika titik-titik mengikuti
atau mendekati garis diagonal sedangkan jika titik-titik menyebar dan
menjauhi garis diagonal maka data tersebut tidak normal. Berikut ini
hasil uji normalitas data menggunakan metode Normal Probability.
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Data
Pada gambar diatas terlihat bahwa grafik Normal Probability Plot
menujukan pola grafik yang normal. Hal ini dapat terlihat dari titik-titik
yang penyebarannya mengikuti atau mendekati garis diagonal. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan model
regresi layak digunakan.
101
b. Uji Homogenitas
Selain uji normalitas, syarat yang harus dipenuhi penelitian sebelum
melaksanakan uji statistik adalah uji homogenitas. Untuk menguji
homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode varian
terbesar dibandingkan varian terkecil. Cara pengambilan keputusan uji
homogenitas adalah:
a. jika: Fhitung ≥ Ftabel, maka data tidak homogen
b. jika: Fhitung ≤ Ftabel, maka data bersifat homogen
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas
ANOVA
Kepatuhan
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Between Groups 379,681 14 27,120 ,979 ,487
Within Groups 1384,565 50 27,691 Total 1764,246 64
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.8, hasil uji homogenitas menunjukan bahwa
variabel kepatuhan penyampaian SPT dan Variabel kesadaran wajib
pajak memiliki nilai signifikansi 0,168 > 0,05 dan memiliki nilai F hitung
sebesar 0,979 lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3,99 sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa data dalam penelitian mempunyai varian yang
sama atau homogen.
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
1,538 8 50 ,168
102
c. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel
terikat (Y) dan variabel bebas (X) mempunyai hubungan linier.
Hipotesis pada uji linieritas adalah:
Ho : Data kelompok A dengan kelompok B tidak berpola linier
Ha : Data Kelompok A dengan kelompok B berpola linier
Cara pengambilan keputusan uji linieritas pada penelitian ini adalah:
a. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ha diterima.
b. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak.
Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Kepatuhan *
Kesadaran Wajib
Pajak
Between
Groups
(Combined) 379,681 14 27,120 ,979 ,487
Linearity 159,167 1 159,167 5,748 ,020
Deviation from
Linearity 220,514 13 16,963 ,613 ,832
Within Groups 1384,565 50 27,691
Total 1764,246 64
Sumber: DataPrimer yang diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji linieritas diatas menunjukan bahwa
data kepatuhan dan data kesadaran wajib pajak memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,832 > 0,05 dan memiliki nilai F hitung sebesar
0,613 < dari F tabel yaitu 3,99 yang menunjukan arti bahwa ada
hubungan linier secara signifikan antara data variabel kepatuhan dan data
variabel kesadaran wajib pajak. Hasil diatas dapat diambil kesimpulan
untuk menerima Ha yaitu data kelompok A dengan Kelompok B berpola
linier.
103
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji T (Parsial)
uji T (Parsial) merupakan pengujian hipotesis penelitian secara
parsial. Uji T dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dan uji 2 sisi (a = 0,05/2 =
0,025). Variabel X dikatakan tidak berpengaruh apabila nilai t hitung
< t tabel. Sedangkan variabel X akan berpengaruh apabila nilai t
hitung > t tabel.
Tabel 4.10 Hasil Uji T (Parsial) Nilai Sig
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 31,539 6,015 5,243 ,000
X ,515 ,206 ,300 2,499 ,015
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Untuk menjelaskan hasil dari uji T pada tabel 4.10, akan dihitung
terlebih dahulu nilai dari t tabel dengan nilai signifikansi 0,05/2= 0,025
dan menggunakan rumus t = n-k-1 yaitu 65-1-1= 63. Kemudian melihat
pada tabel taraf signifikansi 0,025 terhadap jumlah sampel 63, maka
dapat diperoleh t tabel = 1,998. Hasil dari regresi yang telah dilakukan
dapat dilihat dari tabel 4.10 diatas yang menunjukan hubungan pengaruh
variabel bebas kesadaran wajib pajak (x) terhadap variabel terikat
kepatuhan (Y) sebagai berikut:
Variabel Kesadaran Wajib Pajak didapatkan nilai signifikan 0,015 dan t
hitung sebesar 2,499. Maka dapat dilihat nilai signifikan < 0,05 atau <
0,025 (0,05/2= 0,025) yaitu 0,015 < 0,05/0,025. Dan nilai t hitung > t
tabel, (2,499 > 1,998). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
104
Ha diterima, yang berarti bahwa variabel kesadaran wajib pajak (X)
secara parsial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan penyampaian
SPT. dan nilai t hitung yang positif berarti variabel ini berpengaruh
positif , yaitu jika kesadaran wajib pajak meningkat, maka tingkat
kepatuhan penyampaian SPT juga akan meningkat.
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi dilakukan untuk menjelaskan proporsi
variabel bebas yaitu kesadaran wajib pajak mampu mempengaruhi
variabel terikat yaitu kepatuhan penyampaian SPT dalam persamaan
regresi. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,300a ,090 ,076 5,04752
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Koefisien determinasi didefinisikan sebagai kuadrat dari koefisien
korelasi yang dikuadratkan kemudian dikali 100%. Sehingga untuk hasil
analisis diatas, koefisien determinasi adalah (R2xy x 100%) = 0,3002x
100% = 0,09 x 100% = 9%
Berdasarkan tabel 4.11, nilai yang digunakan adalah nilai R Square
yaitu 0,090. Hal ini menunjukan bahwa 9% variasi variabel kepatuhan
dapat dipengaruhi oleh variabel kesadaran wajib pajak. Sedangkan
sisanya 91% (100% - 9%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada
dalam model regresi.
105
c. Uji Regresi Sederhana
Pengujian regresi linier sederhana digunakan untuk menghitung
parameter-parameter estimasi dan untuk melihat apakah ada atau
tidaknya hubungan antara variabel-variabel tersebut. Tujuan penelitian
ini adalah menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut merupakan tabel hasil uji regresi sederhana yang
diolah menggunakan SPSS, yaitu.
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 31,539 6,015 5,243 ,000
X ,515 ,206 ,300 2,499 ,015
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan pada Tabel 4.12 diatas,
model persamaan simultan untuk persamaan diatas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝐵𝑋
Keterangan:
Kepatuhan = 31,539 + 0,515 X
Persamaan diatas memiliki arti bahwa:
1) Nilai Konstanta adalah sebesar 31,539, dapat diartikan jika kesadaran
wajib pajak dianggap konstan atau nol (0), maka kepatuhan
penyampaian SPT akan mengalami kenaikan sebesar 31,539.
2) Nilai koefisien variabel bebas kesadaran wajib pajak (X) bernilai
positif, yaitu sebesar 0,515 yang menunjukan bahwa setiap nilai
variabel bebas kesadaran wajib pajak bertambah sebesar 1% maka
106
variabel tingkat kepatuhan penyampaian SPT (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 51,5%
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan rangkaian perhitungan analisis data dari pra analisis sampai
analisis, hasil analisis akhir menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan penyampaian
SPT pada dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pengaruh fungsional antara variabel kesadaran wajib
pajak dengan variabel tingkat kepatuhan penyampaian SPT tersebut ditunjukan
oleh persamaan regresi Y = 31,539 + 0,515 X. Nilai koefisien menunjukan arah
yang positif dimana nilai koefisien sebesar 0,515 yang menunjukan bahwa jika
variabel kesadaran wajib pajak mengalami peningkatan sebesar 1%, maka
tingkat kepatuhan penyampaian SPT Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan mengalami
peningkatan sebesar 51,5% dan sebaliknya apabila variabel kesadaran wajib
pajak mengalami penurunan, maka tingkat kepatuhan penyampaian SPT Dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akan mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Jatmiko dalam penelitian yang
dilakukan Ratriana Dyah Safri bahwa yang dimaksud dengan kesadaran wajib
pajak adalah unsur dalam diri manusia untuk memahami realitas bagaimana
mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. Pengukuran kesadaran wajib
pajak dengan menggunakan tiga Indikator yaitu persepsi wajib pajak, tingkat
pengetahuan dalam membayar pajak, dan kondisi keuangan wajib pajak.
Dalam penelitian ini menyatakan bahwa kesadaran perpajakan masyarakat
yang rendah sekali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang
tidak dapat dijaring, dan kesadaran perpajakan seringkali menjadi kendala
dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat. Secara empiris juga telah
dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka akan
107
makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.4 Persepsi tersebut dibuktikan dari
hasil penelitian berupa angket, bahwa banyak responden memilih setuju bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak, yang artinya bahwa semakin wajib pajak memiliki kesadaran
pajak yang tinggi akan mengerti fungsi dan manfaat pajak. Sehingga wajib
pajak akan dengan sukarela membayar pajak tanpa adanya paksaan, yang akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak juga berpengaruh terhadap
kepatuhan dalam membayar pajak karena pada Kenyataanya tidak banyak
orang yang secara sadar akan kewajiban perpajakannya dan mengerti essensi
dari pajak itu sendiri melainkan hampir sebagian besar orang melaksanakan
kewajiban perpajakannya hanya memenuhi ketentuan yang sudah ada”. Hal ini
mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of awareness)
sangat berpotensi mengurangi tingkat kepatuhan.5Masih kurangnya kesadaran
wajib pajak dalam membayar pajak, tidak terlepas dari faktor pengetahuan dan
pemahaman tentang perpajakan itu sendiri. Menurut Zain, pajak merupakan
suatu pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib pajak maupun aparatur
pajak. Bila setiap wajib pajak mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
memadai tentang peraturan perpajakan, maka dapat dipastikan wajib pajak
secara sadar akan patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan
baik dan benar.Sehingga mereka pun akan terhindar dari pengenaan sanksi
perpajakan yang berlaku.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina Dewi
Nugraheni dan Agus Purwanto, bahwa terdapat pengaruh antara kesadaran
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 selain itu, bila dilihat dari perbandingan nilai
t hitung dengan t tabel untuk variabel kesadaran wajib pajak, sebesar 3,512
4Ratriana Dyah Safri, Skripsi: “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Studi di Wilayah KPP Pratama
Yogyakarta”(Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,2013. h.58 5Aditya Nugroho, Rita Andini, Kharis Raharjo, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan
Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan
(Studi Kasus pada KPP Semarang Candi)” ,Journal Of Accounting, Volume 2, 2016, h.3
108
>1,9801.6 Hasil riset saya sependapat dengan penelitian Agustina Dewi
Nugraheni dan Agus Purwanto, alasannya semakin mereka paham dan tau
mengenai perpajakan maka akan ada niat untuk wajib pajak patuh dalam
perpajakan meskipun dalam riset ini membahas dalam hal patuh pembayaran
pajak bukan pelaporan SPT.
Kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakan merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak. Hal
tersebut karna pemerintah Indonesia pada saat ini menggunakan sistem self
assesment, artinya setiap wajib pajak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak, dan pemberitahuan pajak yang
terutang kepada pemerintah sesuai dengan dengan Undang-undang yang
berlaku. Hal tersebut yang membuat penerimaan pajak sangat tergantung
kepada kepatuhan wajib pajak.7 Secara sederhana tingkat kepatuhan wajib
pajak juga tercermin dalam presentase pelaporan pajak penghasilan tahunan,
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.8 Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Agustina Beti dimana variabel kesadaran wajib pajak
memiliki pengaruh terhadap variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti nilai ini lebih kecil dari
0,05. Dengan t hitung sebesar 24,328 dan t tabel 2,063899 t hitung > t tabel.
Dimana kesadaran wajib pajak berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu
kerelaan wajib pajak memberikan kontribusi dana, dengan cara memenuhi
kewajiban perpajakannya dari pembayaran pajak hingga pelaporan pajak.9
6Agustina Dewi Nugraheni, Agus Purwanto, “Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak dikota Magelang”,
Dipenogoro Journal Of Accounting, Volume 4, 2015, h.2 7Nora Hilmia Primasari, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi yang melakukan pekerjaan bebas”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Volume 5, 2016,
h.181 8 Maya Tantio Dharma dan Stefanus Ariyanto, “Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dilingkungan kantor pelayanan pajak
pratama, Tigaraksa, Tangerang”, Binus Business Review, Volume 5, 2014, h. 498 9Agustina Beti, Anwar Made, Eris Dianawati “Pengaruh Kesadaran wajib pajak (Tax
Consciouness), Kejujuran Wajib Pajak (Tax Honesty), kemauan membayar dari wajib pajak (Tax
Mindedness), Kedisplinan wajib pajak (Tax Disclipne) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi (Tax Complience) Studi Kasus di Kantor pelayanan pajak pratama kepanjen”, Jurnal
Riset Mahasiswa Akuntansi(JRMA), Volume 20, h.3
109
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan yang
dihadapi meskipun penelitian sudah diusahakan dan dilakukan sesuai dengan
prosedur ilmiah, berikut merupakan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi
oleh peneliti selama penelitian berlangsung:
1. Kesulitan didalam penyebaran kuesioner karena tidak semua dosen bersedia
untuk mengisi kuesioner.
2. Lamanya dosen dalam mengisi kuesioner selama berhari-hari sangat
menghambat waktu penelitian.
3. Hal-hal yang bersifat eksternal seperti sulitnya mendapatkan sumber
referensi buku/jurnal terkait penelitian.
110
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan dalam bab IV, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat
kepatuhan penyampaian SPT Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil ini dibuktikan dengan
menggunakan Uji t (Parsial) didapatkan hasil Thitung yaitu sebesar 2,499
dengan Ttabel sebesar 1,998. Dapat disimpulkan bahwa Thitunglebih besar
daripada Ttabel, yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
terdapat pengaruh antara variabel X (Kesadaran Wajib Pajak) terhadap
variabel Y ( Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT) Dosen FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jika dilihat dari analisis regresi sederhana menunjukan
bahwa Y= 31,539 + 0,515 X, yang artinya kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif terhadap tingkat kepatuhan penyampaian SPT sebesar 0,515 sehingga
dapat disimpulkan bahwa jika variabel kesadaran wajib pajak mengalami
peningkatan sebesar 1%, maka tingkat kepatuhan penyampaian SPT Dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta akan mengalami peningkatan sebesar 51,5%.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka implikasi dari
hasil riset saya menunjukan bahwa: masih rendahnya tingkat kesadaran wajib
pajak yaitu Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pelaporan
SPT, karena itu perlunya Pihak Direktorat Jenderal Pajak mengadakan
sosialisasi lebih intensif lagi kepada wajib pajak kaitannya tentang
pentingnya pelaporan SPT. mengingat pajak adalah sebagai sumber
pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi anggaran pendapatan dan
pengeluaran mengalami keseimbangan.
111
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran dari
peneliti sebagai berikut:
1. Pihak Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
a. Pimpinan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) perlu
mengadakan sosialisasi perpajakan untuk meningkatkan pengetahuan
perpajakan Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengefektifkan waktu dan memberikan fasilitas bagi dosen untuk
melakukan pengisian SPT dalam rangka pelaporan SPT dan dapat
bekerja sama dengan mahasiswa IPS.
2. Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Harus lebih taat dalam pelaporan SPT karena itu merupakan
kewajiban sebagai wajib pajak, jika tidak akan dikenakan sanksi
perpajakan
3. Direktorat Jenderal Pajak
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik untuk
meningkatkan sistem informasi dan pemeliharaan sistem informasi
yang bersangkutan untuk mengembangkan aplikasi e-filingsebagai
akses untuk penyampaian SPT Tahunan
b. Diharapkan adanya sosialisasi dan penyuluhan kepada para Wajib
Pajak untuk menambah pengetahuan para wajib pajak terkait
penyampaian SPT Tahunan.
4. Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yaitu
seperti Pengetahuan perpajakan, Sanksi pajak, atau Sosialisasi
perpajakan yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan penyampaian
SPT.
b. Dalam penelitian responden diharapkan memiliki jangkauan yang
lebih luas dan lebih besar lagi bukan hanya di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, peneliti selanjutnya bisa meneliti di jangkauan yang
lebih luas lagi seperti Dosen Seluruh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
112
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, dan Amin Dara. Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat, 2014.
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia. Yogyakarta:
Andi Offset, 2009.
Mahardika Putra, Indra. Perpajakan Edisi Tax Amnesty. Yogyakarta:
Quadrant, 2017.
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: Andi Offset, 2016.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2011.
Purwono, Herry. Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Erlangga, 2015.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat, 2014.
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti. Asas dan Dasar Perpajakan
Edisi Revisi 1. Bandung: Refika Aditama, 2010.
Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Sanusi, Anwar. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif dilengkapi
dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Suandy, Erly. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2013.
113
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia Edisi 3. Jakarta: Indeks, 2013.
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan Lengkap
Berdasarkan Undang-undang Terbaru Edisi 4. Jakarta: Indeks, 2015.
Sunyoto, Danang. Metodologi Penelitian Ekonomi Cetakan 1. Jakarta: CAPS,
2011.
Suryani dan Hendryadi. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group,2015.
B. JURNAL DAN SKRIPSI
Aditya Nugroho, Rita Andini, Kharis Raharjo. Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada KPP Semarang
Candi). Journal Of Accounting. Volume 2, 2016.
Agustina Beti, Anwar Made, Eris Dianawati. Pengaruh Kesadaran wajib
pajak (Tax Consciouness), Kejujuran Wajib Pajak (Tax Honesty),
kemauan membayar dari wajib pajak (Tax Mindedness), Kedisplinan
wajib pajak (Tax Disclipne) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi (Tax Complience) Studi Kasus di Kantor pelayanan pajak
pratama kepanjen. Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi(JRMA). Volume
20.
Agustina Dewi Nugraheni, Agus Purwanto. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Studi Empiris pada
Wajib Pajak dikota Magelang. Dipenogoro Journal Of Accounting.
Volume 4, 2015.
Angrita Denziana, Indrayenti, dan Ferdinan Fatah. Corporate Financial
Performance Effects of Macro Economic Factors Againts Stock Retun.
Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 5, 2014.
Ari Apriyono, dan Abdullah Taman. Analisis Overreaction pada Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-
2009. Jurnal Nomina. Vol 2, 2013.
114
Ario Wiratmoko. Pengaruh Kegiatan Ekstrakulikuler Robotika Terhadap
Kecerdasan Emosional Siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta. Jurnal
Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. 2012.
Dian Lestari Siregar. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama
Batam. Journal of Accounting & Management Innovation. Vol.1, 2017.
Ester Siu Tjen. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi dengan Sanksi sebagai Moderating pada KPP Pratama
Medan Kota. Tesis Universitas Sumatera Utara. 2017.
Febriani Ramdhani Juwanti. Pengaruh Pengetaahuan Perpajakan,
Kesadaran Wajib Pajak, Norma Sosial, Kepercayaan Pada Pemerintah
dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melakukan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Skripsi Institut Agama Islam
Negeri Surakarta. 2017.
Fery Istanto. Analisis Pengaruh Pengetahuan tentang Pajak, Kualitas
Pelayanan Pajak, Ketegasan Sanksi Perpajakan dan Tingkat Pendidikan
terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Membayar Pajak. Skripsi
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Fauziyyah Nurrahmah. Pengaruh Keikutsertaan Siswa Mengikuti Bimbingan
Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi dikelas XII IPS SMA Negeri 5
Depok Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
. 2017.
Indah Permata Hati, Sri Mangesti Rahayu, dan Amirrudin Djauhari. Dampak
Penerapan Surat Pemberitahuan Masa Elektronik (e-SPT) Terhadap
Efektivitas dan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu). Jurnal Perpajakan (JEJAK).
Vol.8, 2016.
Istien Haryaningsih. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan
Pajak dan Kesadaran Perpajakan terhadap Motivasi Membayar Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kebumen. Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta. 2018.
115
Lailatu Syifa. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Mobile Banking terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Loist Abdi Putra. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Pribadi dengan Pemerikasaan Pajak sebagai Variabel
Moderating pada KPP Pratama Pematangsiantar. Skripsi Universitas
Sumatera Utara. 2018.
Mahir Pradana dan Avian Reventiary. Pengaruh Atribut Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Sepatu Merek Customade (Studi di Merek Dagang
Customade Indonesia). Jurnal Manajemen. Vol.6, 2016.
Maya Tantio Dharma dan Stefanus Ariyanto. Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dilingkungan kantor pelayanan pajak pratama, Tigaraksa, Tangerang.
Binus Business Review. Volume 5, 2014.
Nora Hilmia Primasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan FE Universitas Budi Luhur. Vol. 5, 2016.
Oyok Abuyamin. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Jurnal Wawasan Hukum. Vol. 22, 2010.
Reza Yunanto. Analisis Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi sebelum dan
sesudah penerapan E-Filling melalui Website Direktorat Jenderal Pajak
(Studi Kasus di KPP Sleman. Skripsi FE Universitas Sanata Dharma.
2015.
Rachmad Ramdhani. Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Organisasi
KPP. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. 2012.
Ratriana Dyah Safri. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Studi di
Wilayah KPP Pratama Yogyakarta. Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta. 2013.
116
Rajiman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di
Surabaya. e-Jurnal Kewirausahan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Widya Kartika Surabaya. Volume 2,
2014.
Syamsul Bahri. Upaya Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Berlawan.
Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol 5, 2013.
Sri Rizki Utami, Andi dan Ayu Noorida Soerono. Pengaruh Faktor-faktor
Eksternal terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang. Skripsi Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. 2012.
Shofuro Zahrotul Jannah. Pengaruh Pengetahuan, Penghasilan, Manfaat atas
NPWP, Sanksi, dan Sosialiasasi Terhadap Kepatuhan Pemilik UMKM
Dalam Memiliki NPWP (Studi di KPP Pratama Surakarta). Skripsi
Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 2016.
C. INTERNET
Nur Rohman. 11 Indikator Utama Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Suatu Negara. 2018. (https://akuntansionline.com/indikator -keberhasilan-
pembangunan-ekonomi/)
https://fitk.uinjkt.ac.id/tentang-fakultas/
https://fitk.uinjkt.ac.id/visi-misi-dan-tujuan/
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-capaian-apbn-2018/
Kresensia Angelicha Hardi, dkk., APBN Sebagian Besar Berasal dari
Pajak,2018.(https://www.academia.edu/38067640/_apbn_sebagian_besar
_berasal_dari_pajak_)
Nur Rohman, 11 Indikator Utama Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Suatu Negara, 2018, (https://akuntansionline.com/indikator -
keberhasilan-pembangunan-ekonomi/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
“Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan
Penyampaian SPT Studi Kasus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta”
SURAT PENGANTAR KUESIONER
Dengan hormat,
Sehubungan dengan dilaksanakannya penelitian untuk skripsi Saya dengan
rincian sebagai berikut :
Nama : Suci Amalia
NIM : 11150150000083
Jurusan : Pendidikan IPS
Judul Skripsi : Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat
Kepatuhan Penyampaian SPT (Studi Kasus Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Maka Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu mengisi
lampiran berupa Kuesioner yang nantinya akan dapat membantu Saya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Sudilah kiranya Bapak/Ibu dapat membantu mengisi kuesioner ini dengan
keadaan sebenar-benarnya, agar data yang ada dapat dijadikan informasi yang
bermanfaat dan dapat membantu skripsi Saya
Semua data yang Kami peroleh hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta Kami tidak akan
mempublikasinnya.
Demikialah surat pengantar ini, besar harapan agar Bapak/Ibu dapat
membantu Saya dalam penyelesaian tugas akhir ini. Atas perhatian dan
kerjasamanya Saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya
Suci Amalia
LEMBAR KUESIONER
A.IDENTITAS RESPONDEN
Tulislah identitas Bapak/ Ibu dengan memberikan tanda cheklist ()pada kolom
dibawah ini.
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : □ Laki-laki / □ Perempuan
3. Usia : □25-35thn □36-45thn □46-55thn □>56thn
4. Dosen Program Studi :
Petunjuk Pengisian :
Pilihlah salah satu alternatif jawabanpada kolom yang disediakan dengan
memberikan tandachek list( √ ).
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Angket Kesadaran Wajib Pajak (X)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Pajak yang dikenakan sudah sesuai dengan besar
penghasilan wajib pajak
2. Kondisi keuangan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak
3. Saya memahami cara pembayaran pajak dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu Online Banking dan setor
langsung
4. Saya mengetahui batas pelaporan surat pemberitahuan
(SPT) Tahunan bagi wajib pajak pribadi
Angket Kepatuhan Wajib Pajak menyampaikan SPT (Y)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Wajib pajak harus mampu melakukan perhitungan pajak
sendiri dengan benar
2. Saya selalu tepat waktu dalam melapor dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
3. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) memberikan
perhatian dan peduli terhadap masalah yang dialami oleh
wajib pajak terkait dengan pembayaran pajak
4. Fasilitas yang disediakan KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
kurang tersedia dengan baik
5. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) bersikap ramah
dan sopan dalam melayani setiap wajib pajak
6. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tidak pernah
membantu kesulitan yang dihadapi wajib pajak
7. Saya mengetahui jumlah denda keterlambatan pelaporan
5. Sumber dana terbesar bagi Negara bukan dari pajak
6. Wajib pajak harus tetap membayar pajak meski kondisi
keuangan kurang baik
7. Saya mengetahui tempat untuk membayar pajak
8. Saya kurang memahami cara membayar pajak
9. Saya tidak mengetahui cara menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak pribadi
dengan benar
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak pribadi
8. Saya hampir tidak pernah menghitung pajak sendiri
9. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tidak melayani
wajib pajak dengan baik
10. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) cepat tanggap
dalam membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
wajib pajak
11. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) kurang
memperdulikan masalah kewajiban perpajakan yang
dihadapi oleh wajib pajak
12. Saya selalu membutuhkan Petugas KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) dalam melapor dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT)
13. Saya merasa nyaman dengan fasilitas fisik (Ruang tunggu,
tempat parkir, formulir dll) yang disediakan oleh KPP
(Kantor Pelayanan Pajak)
14. Pendidikan yang tinggi tidak meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak
15. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tidak memahami
Peraturan Perpajakan yang berlaku
16. Saya keberatan dengan adanya denda Rp. 100.000,- untuk
keterlambatan Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Lampiran 2
HASIL UJI VALIDITAS
Hasil Uji Validitas Variabel X (Kesadaran Wajib Pajak)
Item
Pertanyaan
r hitung r tabel Keterangan Indikator
Kesadaran Wajib Pajak
(X)
1. 0.331 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
2. 0.543 0.444 Valid Persepsi wajib pajak
3. 0.297 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
4. 0.555 0.444 Valid Kondisi keuangan wajib
pajak
5. 0.428 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
6. 0.503 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
7. 0.391 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
8. 0.293 0.444 Tidak valid Kondisi keuangan wajib
pajak
9. 0.719 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
10. 0.526 0.444 Valid Persepsi wajib pajak
11. 0.113 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
12. 0.268 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
13. 0.427 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
14. 0.058 0.444 Tidak valid Kondisi keuangan wajib
pajak
15. 0.293 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
16. 0.148 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
17. 0.365 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
18. 0.239 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
19. 0.558 0.444 Valid Kondisi keuangan wajib
pajak
20. 0.702 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
21. 0.641 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
22. 0.333 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak
23. 0.103 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
24. 0.497 0.444 Valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
25. 0.218 0.444 Tidak valid Tingkat pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Kuesioner Validitas Variabel X (Kesadaran Wajib Pajak)
No Pernyataan Indikator Keterangan
1. Pajak berfungsi sebagai sumber dana
bagi Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin
Persepsi Wajib Pajak Tidak Valid
2. Pajak yang dikenakan sudah sesuai
dengan besar penghasilan wajib pajak
Persepsi Wajib Pajak Valid
3. Saya mengetahui kewajiban yang
harus dipenuhi sebagai wajib pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
4. Kondisi keuangan berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak
Kondisi Keuangan Wajib
Pajak
Valid
5. Saya tidak mengetahui tempat untuk
membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak valid
6. Saya memahami cara pembayaran
pajak dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu Online Banking dan setor
langsung
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Valid
7. Saya mengetahui tata cara
menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak valid
8. Saya tidak membayar pajak jika
kondisi keuangan saya sedang tidak
baik
Kondisi keuangan wajib
pajak
Tidak valid
9. Saya mengetahui batas pelaporan surat
pemberitahuan (SPT) Tahunan bagi
wajib pajak pribadi
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Valid
10. Sumber dana terbesar bagi Negara
bukan dari pajak
Persepsi wajib pajak Valid
11. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur kebijakan dibidang sosial
dan ekonomi
Persepsi wajib pajak Tidak Valid
12. Pengenaan pajak tidak sesuai dengan
kemampuan saya
Persepsi wajib pajak Tidak Valid
13. Jika saya tidak membayar pajak maka
saya akan dikenakan denda
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
14. Kondisi keuangan wajib pajak yang
baik tidak mempengaruhi kepatuhan
membayar pajak
Kondisi keuangan wajib
pajak
Tidak Valid
15. Saya tidak mengetahui cara
melaporkan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan wajib pajak pribadi
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
16. Saya tidak memahami Ketentuan
Umum Perpajakan (KUP) yang
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
berlaku saat ini
17. Saya memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan saya sadar saya
wajib membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
18. Pajak tidak berfungsi sebagai pengatur
kebijakan pemerintah dibidang sosial
dan ekonomi
Persepsi wajib pajak Tidak Valid
19. Wajib pajak harus tetap membayar
pajak meski kondisi keuangan kurang
baik
Kondisi keuangan wajib
pajak
Valid
20. Saya mengetahui tempat untuk
membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Valid
21. Saya kurang memahami cara
membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Valid
22. Pengenaan pajak secara umum sudah
merata
Persepsi wajib pajak Tidak valid
23. saya kurang memahami denda yang
dikenakan kepada wajib pajak jika
tidak membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
24. Saya tidak mengetahui cara
menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan wajib pajak pribadi
dengan benar
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Valid
25. Saya memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) hanya sebatas
administrasi perkantoran dan tidak
terlalu paham kaitannya dengan
membayar pajak
Tingkat Pengetahuan dalam
kesadaran membayar pajak
Tidak Valid
Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kepatuhan Penyampaian SPT)
Item
Pertanyaan
r hitung r tabel Keterangan Indikator kepatuhan (Y)
1. 0.742 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
2. 0.498 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
3. 0.695 0.444 Valid Kualitas pelayanan
4. 0.666 0.444 Valid Kualitas pelayanan
5. 0.359 0.444 Tidak Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
6. 0.496 0.444 Valid Kualitas pelayanan
7. 0.266 0.444 Tidak Valid Kualitas pelayanan
8. 0.407 0.444 Tidak Valid Tingkat pendidikan
9. 0.702 0.444 Valid Kualitas pelayanan
10. 0.397 0.444 Tidak Valid Persepsi wajib pajak tentang sanksi
perpajakan
11. 0.597 0.444 Valid Persepsi wajib pajak tentang sanksi
perpajakan
12. 0.451 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
13. 0.146 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak tentang sanksi
perpajakan
14. 0.418 0.444 Tidak valid Tingkat pendidikan
15. 0.700 0.444 Valid Kualitas pelayanan
16. 0.610 0.444 Valid Kualitas pelayanan
17. 0.281 0.444 Tidak valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
18. 0.556 0.444 Valid Kualitas pelayanan
19. 0.341 0.444 Tidak valid Persepsi wajib pajak tentang sanksi
perpajakan
20. 0.476 0.444 Valid Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
21. 0.653 0.444 Valid Kualitas pelayanan
22. 0.554 0.444 Valid Tingkat pendidikan
23. 0.551 0.444 Valid Kualitas pelayanan
24. 0.796 0.444 Valid Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
25. 0.253 0.444 Tidak valid Tingkat pendidikan
Kuesioner Validitas Variabel Y (Kepatuhan)
No Pernyataan Indikator Keterangan
1. Wajib pajak harus mampu melakukan
perhitungan pajak sendiri dengan benar
Pemahaman tentang sistem self assesment
dan ketetapan membayar pajak
Valid
2. Saya selalu tepat waktu dalam melapor dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan
Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
Valid
3. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
memberikan perhatian dan peduli terhadap
masalah yang dialami oleh wajib pajak
terkait dengan pembayaran pajak
Kualitas pelayanan Valid
4. Fasilitas yang disediakan KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) kurang tersedia dengan
baik
Kualitas pelayanan Valid
5. Saya selalu melakukan penyetoran pajak
sendiri
Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
Tidak valid
6. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
bersikap ramah dan sopan dalam melayani
setiap wajib pajak
Kualitas pelayanan Valid
7. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
sangat mengerti dan paham tentang
Peraturan Perpajakan dan ahli dalam bidang
tugasnya
Kualitas pelayanan Tidak Valid
8. Rendahnya tingkat pendidikan wajib pajak
tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak
Tingkat pendidikan Tidak Valid
9. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
tidak pernah membantu kesulitan yang
Kualitas pelayanan Valid
dihadapi wajib pajak
10. Sanksi pidana yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak cukup berat
Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
Tidak valid
11. Saya mengetahui jumlah denda
keterlambatan pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak
pribadi
Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
Valid
12. Saya hampir tidak pernah menghitung pajak
sendiri
Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
Valid
13. Saya pernah mendapatkan sanksi atas
pelanggaran perpajakan yang saya lakukan
Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
Tidak valid
14. Pendidikan yang rendah menyebabkan
kepatuhan membayar pajak rendah juga
karena wajib pajak kurang mengerti tentang
perpajakan
Tingkat pendidikan Tidak valid
15. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
tidak melayani wajib pajak dengan baik
Kualitas pelayanan Valid
16. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
cepat tanggap dalam membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi
wajib pajak
Kualitas pelayanan Valid
17. Saya selalu dibantu pihak lain dalam
menyetorkan pajak
Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
Tidak Valid
18. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
kurang memperdulikan masalah kewajiban
perpajakan yang dihadapi oleh wajib pajak
Kualitas pelayanan Valid
19. Saya tidak setuju dengan adanya sanksi
pidana dalam perpajakan
Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
Tidak valid
20. Saya selalu membutuhkan Petugas KPP
(Kantor Pelayanan Pajak) dalam melapor
dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT)
Pemahaman tentang sistem self
assesment dan ketetapan membayar
pajak
Valid
21. Saya merasa nyaman dengan fasilitas fisik
(Ruang tunggu, tempat parkir, formulir dll)
yang disediakan oleh KPP (Kantor
Pelayanan Pajak)
Kualitas pelayanan Valid
22. Pendidikan yang tinggi tidak meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak
Tingkat pendidikan Valid
23. Petugas KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
tidak memahami Peraturan Perpajakan yang
berlaku
Kualitas pelayanan Valid
24. Saya keberatan dengan adanya denda Rp.
100.000,- untuk keterlambatan Pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT)
Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
perpajakan
Valid
25. Tingkat pendidikan wajib pajak yang tinggi
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak
Tingkat pendidikan Tidak valid
Lampiran 3
HASIL UJI RELIABILITAS
Reliabilitas Variabel X (Kesadaran Wajib Pajak)
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item_2 26,30 6,853 ,653 ,778
item_4 26,20 6,905 ,596 ,784
item_6 26,40 7,621 ,386 ,808
item_9 26,35 6,976 ,631 ,781
item_10 26,55 7,418 ,346 ,816
item_19 26,25 7,250 ,467 ,800
item_20 26,15 6,766 ,651 ,777
item_21 26,50 6,474 ,540 ,793
item_24 26,50 7,526 ,372 ,810
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,813 9
Reliabilitas Variabel Y (Kepatuhan Penyampaian SPT)
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,901 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item_1 44,90 48,095 ,743 ,888
item_2 44,55 52,261 ,511 ,897
item_3 44,65 48,976 ,686 ,890
item_4 44,60 50,358 ,544 ,896
item_6 44,75 53,039 ,468 ,898
item_9 44,50 51,526 ,649 ,893
item_11 44,80 51,011 ,580 ,895
item_12 44,95 53,629 ,370 ,901
item_15 44,90 49,779 ,718 ,890
item_16 44,50 52,053 ,514 ,897
item_18 44,75 52,092 ,573 ,895
item_20 45,10 53,463 ,405 ,900
item_21 44,55 50,997 ,574 ,895
item_22 45,05 54,576 ,444 ,899
item_23 44,70 51,905 ,494 ,898
item_24 45,00 45,579 ,818 ,884
Lampiran 4
HASIL ANALISIS DATA
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 65
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 5,00792962
Most Extreme
Differences
Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,723
Asymp. Sig. (2-tailed) ,673
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil P-Plot Uji Normalitas
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
1,538 8 50 ,168
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Kepatuhan *
Kesadaran Wajib
Pajak
Between
Groups
(Combined) 379,681 14 27,120 ,979 ,487
Linearity 159,167 1 159,167 5,748 ,020
Deviation from
Linearity 220,514 13 16,963 ,613 ,832
Within Groups 1384,565 50 27,691
Total 1764,246 64
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,300a ,090 ,076 5,04752
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Hasil Uji t Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 31,539 6,015 5,243 ,000
X ,515 ,206 ,300 2,499 ,015
a. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 31,539 6,015
5,243 ,000
X ,515 ,206 ,300 2,499 ,015
a. Dependent Variable: Y
BIODATA PENULIS
Suci Amalia, lahir di Tegal pada tanggal 30 Juli 1998,
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Mahfuri
dan Ibu Siti Winarni. Bertempat tinggal di Desa
Kambangan Rt 15/02 No 16 Kecamatan Lebaksiu
Kabupaten Tegal.
Pendidikan formal yang telah ditempuh: SD N Kambangan 02 (2003-2009), SMP
N 2 Lebaksiu (2009-2012), MA Ma’hadut Tholabah Babakan Lebaksiu Tegal
(2012-2015), dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2019).
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua tercinta, keluarga besar
tersayang, kerabat serta sahabat-sahabat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semoga ilmu yang didapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun
orang lain.