pengaruh komik gizi seimbang terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMIK GIZI SEIMBANG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG PADA SISWA KELAS 5
DI SDN 01 PONDOK CINA DAN MI NURUL IMAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2014
Tri Setia Nugraha, Endang Laksminingsih L. Achadi Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pendidikan gizi sangat penting diajarkan pada anak sejak usia dini. Dengan pengetahuan gizi yang rendah maka akan mempengaruhi pola makan anak dan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan pengetahuan gizi pada siswa di 2 sekolah dasar. Intervensi dilakukan dengan menggunakan media komik Gizi Seimbang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian praeksperimental dengan desain one-group pre-test post-test. Penelitian dilakukan terhadap 83 siswa SDN 01 Pondok Cina dan 67 siswa MI Nurul Iman Depok pada Mei 2014. Penelitian menggunakan kuesioner sebelum, sesudah dan 2 minggu sesudah dilakukan intervensi. Analisis statistik data menggunakan uji t berpasangan dan uji t independen. Hasil uji t berpasangan menunjukkan adanya rata-rata skor pengetahuan yang lebih tinggi saat post-test dan post-test 2 dibandingkan dengan pre-test pada kedua kelompok. Hasil uji t independen menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kenaikan skor pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman. Selain itu berdasarkan hasil uji t independen didapat bahwa ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik responden pekerjaan ayah terhadap peningkatan skor pengetahuan gizi. Sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara karakteristik keterpaparan sumber informasi, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap peningkatan skor pengetahuan gizi.
ABSTRACT
Nutrition education is very important to be taught at an early age. Low knowledge about nutrition will affect eating behavior in children and will increase the risk of degenerative diseases. The purpose of this study is to find out the changes in nutrition knowledge in students of two elementary schools. Intervention was performed using the Gizi Seimbang (Balanced Nutrition) comic media. This study was used pre-experimental design research with one-group pre-test-post-test design. Study was conducted on 83 students of SDN 01 Pondok Cina and 67 students of MI Nurul Iman Depok in May 2014. This study used questionnaire before, after, and 2 weeks after the intervention performed. Statistical analysis of the data uses paired-T-test and independent-T-test. Results of the paired-T-test showed that the average of knowledge score is higher if post- and post-test 2 had given, compared to pre-test, in both groups. Result of the independent-T-test showed no significant differences in score between SDN 01 Pondok Cina and MI Nurul Iman. However, based on results of the latter T-test found that there is significant difference on respondents with characteristics on father’s occupation to the improvement of nutrition education. While there was no significant difference between the characteristics of the exposure of information, mother’s occupation, father’s education, mother’s education, and family income to improvement of nutrition education. Keyword: Educational comic; Elementary school students; Improvement of nutrition education; Nutrition education; Parent characteristical Pendahuluan Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
ditanggulangi di dunia. Selagi penanggulangan masalah gizi kurang belum dapat diatasi
timbul era transisi gizi yang meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit kronis sehingga
masalah gizi menjadi makin rumit (Bardosono, 2009). Kurang gizi mempunyai kontribusi
yang signifikan terhadap nilai ekonomi yang hilang akibat kurang gizi tersebut. Dalam
perhitungan nilai ekonomi, bangsa Indonesia pada tahun 2003 mengalami kehilangan nilai
ekonomi sebesar Rp 22,6 triliun atau 1,43 % dari GDP tahun 2003 (Linkage Profile, 2002)
Berdasarkan hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diketahui bahwa
masalah gemuk di Indonesia pada anak usia 5-12 masih tinggi yaitu 18,8 %, terdiri dari
gemuk 10,8 % dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 %, sedangkan prevalensi kurus (menurut
IMT/U) secara nasional pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2 %, terdiri dari 4,0 % sangat
kurus dan 7,2 % kurus (Kemenkes, 2013). Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, sebanyak
41,2% anak usia sekolah (6-12 tahun) di Indonesia mengalami kekurangan asupan makan
(<70% angka kecukupan gizi/AKG per hari) (Kemenkes, 2010).
Penelitian mengenai pengetahuan gizi anak usia sekolah pernah dilakukan di Indonesia.
Beberapa penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Arimurti (2012) pada anak sekolah
dasar di Kota Tangerang yang menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi sebesar
47,0 poin. Penelitian lain yang dilakukan oleh Achadi, dkk (2010) pada anak sekolah dasar di
Kota Depok menunjukkan bahwa skor rata-rata pengetahuan gizi sebesar 67,81 poin.
Sedangkan Andaningrum (2013) yang melakukan penelitian pengetahuan gizi di SDN 05
Kota Depok diketahui bahwa hanya 50% dari siswa yang menjawab benar pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan gizi seimbang.
Selain itu penelitian mengenai pengetahuan gizi pada anak sekolah dasar juga dilakukan oleh
Zulaekah (2012) pada siswa kelas empat dan lima SDN 01 Kartasura di Kabupaten
Sukoharjo. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan gizi
sebelum dilakukan intervensi adalah 54,11 poin. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan gizi pada anak usia sekolah di Indonesia masih sangat rendah.
Salah satu upaya kesehatan adalah pendidikan gizi. Menurut Austin, et al dan Zepelin (1981),
pendidikan gizi yaitu berupa sebuah komunikasi yang mengajarkan bagaimana zat
memanfaatkan sumber pangan yang ada dengan baik. Sedangkan menurut Notoadmojo
(2007), pendidikan gizi adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Termasuk didalam pendidikan gizi adalah aspek preventif (pencegahan penyakit)
dan aspek promotif (peningkatan kesehatan).
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh komik gizi seimbang yang
digunakan terhadap peningkatan pengetahuan gizi seimbang pada siswa kelas 5 di SDN 01
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Pondok Cina dan MI Nurul Iman Kota Depok. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui hubungan karaktertistik responden (Keterpaparan sumber informasi, pendidikan
ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga) dengan
peningkatan pengetahuan gizi seimbang siswa. Lalu penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan skor pengetahuan gizi seimbang pada
kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman di Kota Depok tahun 2014.
Tinjauan Teoritis Pedoman Gizi Seimbang Menurut Kurniasih (2010), gizi seimbang dapat diartikan sebagai susunan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari dan mengandung zat-zat gizi dengan jenis dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Jenis dan jumlah yang sesuai berkaitan dengan variasi atau prinsip
keaneka ragaman makanan, aktivitas fisik dan berat badan ideal. Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) dibuat untuk menyempurnakan konsep empat sehat lima sempurna yang populer
digunakan pada tahun 90an. PGS berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan makanan yang
diperlukan untuk memelihara kesehatan dan gizi yang baik. Agar setiap orang memiliki status
gizi yang baik makan diperlukan adanya pesan dasar gizi seimbang sehingga mereka mampu
berperilaku gizi yang baik dan benar (Kemenkes, 2003).
Di Indonesia, prinsip Pedoman Gizi Seimbang digambarkan dalam bentuk tumpeng atau biasa
disebut Tumpeng Gizi Seimbang. Tumpeng Gizi Seimbang dibuat oleh Waloejo J.S. pada
tahun 1993, sebuah karya yang memudahkan masyarakat Indonesia dalam menentukan porsi
dan komposisi makanan yang sesuai dengan tubuh (Atmaja, 2011). Namun pada saat ini
bentuk tumpeng gizi seimbang juga dibuat oleh Yayasan Institut Danone & Nakita (2010).
Pengetahuan Gizi Menurut Purwanti (2010) pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan menggunakan
pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda (Multiple Choice Test). Tes pertanyaan pilihan
berganda sangat baik untuk mengetahui dampak dari intervensi penyuluhan gizi terkait
perubahan pengetahuan gizi seseorang. Bentuk tes ini, dapat mengukur berbagai aspek terkait
dengan ranah kognitif. Pengukuran pengetahuan gizi seseorang dilakukan berdasarkan
penelitiannya yaitu secara kualitatif atau kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat dilakukan
dengan cara wawancara terbuka atau tertutup menggunakan alat pengumpul data berupa
kuesioner. Selain wawancara , metode lain yang digunakan adalah angket terbuka atau
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
tertutup. Sedangkan untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dan diskusi kelompok yang terdiri dari 6-10 orang (Notoatmodjo, 2010).
Khomsan (2000) mengkategorikan tingkat pengetahuan gizi sebagai berikut:
1. Baik, apabila skor > 80 %
2. Cukup, apabila skor 60 – 80%
3. Kurang, apabila skor < 60 %
Pendidikan Gizi pendidikan gizi adalah suatu proses yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam
mengambil suatu keputusan mengenai apa yang mereka makan dengan menerapkan
pengetahuan gizi yang dimilikinya terkait dengan diet dan kesehatan (Anderson, 1994).
Beberapa penelitian di berbagai negara menemukan bahwa pendidikan gizi sangat efektif
untuk merubah pengetahuan dan sikap anak terhadap makanan, tetapi kurang efektif untuk
merubah praktek makan (Februhartanty, 2005 dalam Zulaekah 2009). Menurut Suhardjo
(1989) pendidikan gizi sebaiknya diberikan sedini mungkin, dimulai dari anak masuk sekolah
dasar kemudian diteruskan di sekolah-sekolah lanjutan. Pendidikan gizi bisa merupakan
bagian dari mata ajaran yang sudah ada atau merupakan mata ajaran sendiri jika keadaan
memungkinkan. Pendidikan gizi bisa diberikan di dalam kelas atau di luar kelas sebagai
kegiatan praktikum (Suhardjo, 1989 dalam Zulaekah 2009).
Media Menurut Arimurti (2012) Proses pembelajaran gizi dan kesehatan tidak terlepas dari pengaruh
penggunaan alat peraga atau media yang mampu medukung berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar tersebut. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”
yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan (Sudrajat, 2009). Schramm (1977) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran (Anwar, 2009). Sedangkan media cetak adalah suatu media yang
statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah
kata, gambar, atau foto, dalam tata warna dan halaman putih (Hagijanto, 1999).
Komik Menurut The Visual Dictionary of Illustration (2009), ‘Comic’ berasal dari kata Yunani kuno
Komikos dan diasosiasikan dengan komedi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya
mudah dicerna dan lucu.
Menurut Rohani (1977) komik merupakan suatu bacaan di mana peserta didik mau
membacanya tanpa perlu dibujuk. Dan melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi
sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu, masih menurut Rohani, guru
perlu membantu peserta didik untuk menemukan komik yang edukatif dan bermanfaat, juga
mengajarkan mereka untuk memilih buku komik yang baik sehingga yakin dapat menerima
bacaan komik bagi peserta didik sesuai dengan taraf berpikirnya.
Metodologi Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah praeksperimental dan dilakukan secara one group
pre-test – post-test pada 2 kelompok sampel. Penelitian ini dilakukan di dua sekolah dasar
yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Pondok Cina di jl. Margonda raya km 4/5 dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Iman di jl. Karya bakti RT 03/ RW 06 Tanah Baru, Beji,
Kota Depok pada bulan Mei samai Juni 2014. Media penelitian yang digunakan merupakan
komik yang dibuat oleh Andaningrum (2013) mengenai gizi seimbang yang mengacu pada
buku Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang yang disusun oleh Yayasan Danone Institute dan
Nakita, terbitan Kompas Gramedia tahun 2010. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa/i kelas 5 di sekolah tersebut. memenuhi kriteria inklusi, yaitu: 1.Siswa kelas 5 yang
berstatus aktif di SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman, 2.Siswa yang bersedia mengikuti
rangkaian penelitian hingga selesai
Teknik pengambilan sampel yang digunakan merupakan total sampling, populasi penelitian
dijadikan sampel. Siswa kelas 5 SDN 01 Pondok Cina berjumlah 83 Siswa dan MI Nurul
Iman berjumlah 75. Total keseluruhan sampel adalah sebanyak 158 siswa, namun ada 8 siswa
yang tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga total sampel yang digunakan adalah 150 siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu komik gizi seimbang, kuesioner data siswa,
kuesioner data orang tua dan lembar soal untuk pre-test, post-test dan post-test 2 yang berisi
sebanyak 20 butir pertanyaan mengenai gizi seimbang. Sedangkan untuk data sekunder
seperti tenaga kerja sekolah dan informasi lainnya mengenai sekolah menggunakan database
sekolah masing-masing
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, tahap pertama yaitu pengisian kuesioner data
diri oleh responden. Setelah itu responden diberikan lembar soal untuk dilakukan pre-test
selama kurang lebih 15 menit. Lalu, responden dibagikan komik mengenai gizi seimbang
yang digunakan sebagai instrument pada penelitian kali ini untuk dibaca selama 30 menit.
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Selesai membaca komik, responden dibagikan lembar soal yang sama untuk dilakukan post-
test selama 15 menit. Setelah itu responden dibagikan lembar kuesioner untuk data orang tua
responden yang akan diisi oleh masing-masing orang tua responden tersebut di rumah yang
dikumpulkan keesokan harinya. Dua minggu setelah itu responden dibagikan lembar soal
yang sama pada saat pre-test dan post-test untuk melakukan post-test 2 selama 15 menit.
Menurut Mardikanto (1998), secara teoritis orang akan masih ingat isi pesan yang
disampaikan dalam waktu 10-14 hari setelah pesan itu disampaikan.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden sebelum intervensi,
karakteristik responden dan karakteristik orang tua responden. Sedangkan analisis bivariat
yang digunakan adalah uji t dependen untuk mengetahui perbedaan antara rata-rata nilai pre-
test dengan post-test, pre-test dengan post-test 2 dan uji t independen untuk mengetahui
perbedaan skor post-test dengan post-test, mengetahui perbedaan antara karakteristik
responden dengan peningkatan skor pengetahuan, serta dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara rata-rata kenaikan nilai di SDN 01 Pondok Cina dengan MI Nurul Iman. Uji
yang digunakan menggunakan batas kemaknaan (α = 0.05%) yang berarti apabila didapatkan
p value < 0.05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 variabel yang diuji.
Hasil Penelitian Gambaran Karakteristik Responden
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Karakteristik responden
Karakteristik Responden
SDN (n= 83)
Persentase %
MI (n=67)
Persentase %
Jenis Kelamin Laki-Laki 47 56.6 29 43.3 Perempuan 36 43.4 38 56.7 Usia 9 0 0 0 0 10 20 24.1 33 49.3 11 49 59.0 34 50.7 12 14 16.9 0 0 Agama Islam 81 97.5 67 100 Kristen 2 2.5 0 0 Katolik 0 0 0 0 Hindu 0 0 0 0 Budha 0 0 0 0
Gambaran Tingkat Pendidikan Ayah Responden
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Tingkat pendidikan ayah responden
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok
Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Pendidikan tertinggi ayah ≤ SMA 43 51.8 25 37.3 SD/Sederajat 2 2.4 1 1.5 SMP/Sederajat 3 3.6 2 2.9 SMA/Sederajat 38 45.7 22 32.8 > SMA 40 48.2 42 62.7 DIPLOMA 7 8.4 10 14.9 S1 30 36.1 26 38.8 S2 2 2.4 5 7.4 S3 1 1.2 1 1.5
Pendidikan terakhir ayah responden pada kelompok SDN 01 Pondok Cina tidak jauh berbeda
antara ≤ SMA (51.8 %) dan > dari SMA (48.2 %). Responden yang pendidikan ayahnya ≤
SMA sebagian besar merupakan tamatan SMA/sederajat (45.7 %). Sedangkan untuk
responden yang pendidikan ayahnya > SMA sebagian besar merupakan tamatan S1 (36.1 %)
dan sekitar 8,4 % lulusan Diploma. Untuk kelompok MI Nurul Iman pendidikan terakhir ayah
lebih banyak > SMA yaitu sekitar 62,7 % yang sebagian besar (38.8 %) merupakan lulusan
S1. Sedangkan pendidikan terakhir ayah ≤ SMA sebagian besar merupakan lulusan SMA
(32.8%).
Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Responden Tabel Error! No text of specified style in document..3 Tingkat pendidikan ibu responden
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok
Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Pendidikan tertinggi ibu ≤ SMA 54 65.1 31 46.3 SD/Sederajat 3 3.6 3 4.5 SMP/Sederajat 10 12.04 1 1.5 SMA/Sederajat 41 49.4 27 40.3 > SMA 29 34.9 36 53.7 DIPLOMA 13 15.6 14 20.9 S1 16 19.3 21 31.3 S2 0 0 1 1.5 S3 0 0 0 0
Pendidikan terakhir ibu pada kelompok SDN 01 Pondok Cina sebagian besar merupakan
tamatan ≤SMA (65,1 %) dimana lulusan SMA paling besar yaitu sekitar 49.1 %. Sedangkan
pada kelompok MI Nurul Iman pendidikan terakhir ibu responden cenderung lebih banyak
yang merupakan lulusan > SMA (53,7 %) dimana ada sekitar 31,3 % ibu yang merupakan
lulusan S1 dan 20,9 % lulusan Diploma.
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Gambaran Tingkat Pekerjaan Ayah dan Ibu Responden
Tabel Error! No text of specified style in document..4 Status Pekerjaan ayah dan ibu responden
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok
Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Pekerjaan Ayah Karyawan Swasta 47 56.6 36 53.7 PNS 9 10.8 14 20.9 Tidak Bekerja 1 1.2 4 6.0 Lainnya 26 31.3 13 19.4 Pekerjaan Ibu
Karyawan Swasta 5 6.0 4 6.0 PNS 5 6.0 5 7.5 Tidak Bekerja 67 80.7 50 74.6 Lainnya 6 7.2 8 11.9
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan ayah responden baik di
kelompok SDN 01 Pondok Cina maupun MI Nurul Iman adalah karyawan swasta yaitu
sebanyak 56,6% dan 53,7%. Sedangkan untuk pekerjaan ibu responden di 2 kelompok
tersebut sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu 80,7 % di
kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 74,6% di kelompok MI Nurul Iman.
Gambaran Pendapatan Keluarga Responden
Tabel Error! No text of specified style in document..5 Tingkat pendapatan keluarga responden
Karakteristik Responden SDN 01
Pondok Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Pendapatan Keluarga ≤ 3.500.000 51 61,4 27 40,3 ≤ 1.000.000 9 10,8 6 8,9 1.000.001- 2.500.000 20 24,1 13 19,4 2.500.001- 3.500.000 22 26,5 8 11,9 > 3.500.000 32 38,6 40 59,7 3.500.001- 5.000.000 13 15,6 15 22,4 5.000.001- 10.000.000 16 19,3 19 28,4 >10.000.000 3 3,6 6 9,0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok SDN 01 Pondok Cina lebih banyak
yang pendapatan keluarganya ≤ 3.500.000 yaitu sebesar 61,4 %. Sedangkan pada kelompok
MI Nurul Iman, responden yang pendapatan keluarganya ≤ 3.500.000 hanya sebanyak 40,3 %
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
dan responden yang pendapatann keluarganya > 3.500.000 lebih besar yaitu sebanyak 59,7
%.
Gambaran Keterpaparan Sumber Informasi Gizi Responden Sebanyak 93.9 % kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 98.5 % kelompok MI Nurul Iman
menyatakan pernah mendapatkan informasi gizi. Untuk banyaknya sumber informasi gizi
terdiri dari sekolah, keluarga, teman dan media massa dikelompokkan menjadi < 2 sumber
dan ≥ 2 sumber. Dari tabel 5.8 diketahui sebanyak 46,9 % siswa SDN 01 Pondok Cina
mendapatkan informasi gizi < 2 sumber, sedangkan pada kelompok MI Nurul Iman terdapat
47,7 %. Sebanyak 53,1 % pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 52,2 % kelompok MI
Nurul Iman menyatakan pernah mendapatkan pengetahuan gizi lebih dari sama dengan 2
sumber.
Tabel Error! No text of specified style in document..6 Keterpaparan responden terhadap
informasi gizi
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok
Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Pernah Mendapatkan Informasi Gizi?
Ya 78 93.9 66 98.5 Tidak 5 6.1 1 1.5
Tabel Error! No text of specified style in document..7 Sumber informasi gizi
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok
Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Sumber Informasi Gizi? < 2 Sumber informasi 39 46.9 32 47.7 ≥ 2 Sumber informasi 44 53.1 35 52.2
Gambaran Skor Pengetahuan pada Kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman pada
Saat Pre-test
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
91.60%
8.40%
26.50%
49.40%
24.10% 30.12%
53.01%
16.80%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kurang (<60) Cukup (60-‐80) Baik (>80)
Pre-‐test Post-‐test Post-‐test 2
SDN 01 PONDOK CINA (n=83)
Tabel Error! No text of specified style in document..8 Distribusi skor pengetahuan pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman pada saat pre-test
Karakteristik Responden
SDN 01 Pondok Cina (n=83)
Persentase (%)
MI Nurul Iman
(n=67)
Persentase (%)
Skor Pre-test Baik ( > 80) 0 0.0 0 0.0 Cukup (60-80) 7 8.4 7 10.5 Kurang (<60) 76 91.6 60 89.5
Pengetahuan mengenai gizi seimbang pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul
Iman pada saat pre-test sebagian besar mendapatkan nilai kurang dari 60. Hanya 8,4 % pada
kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 10.5 % kelompok MI Nurul iman yang mendapatkan
nilai cukup yaitu nilai 60-80. Pada kedua kelompok tidak ada satu pun responden yang
mendapatkan nilai baik atau nilai > 80.
Tabel Error! No text of specified style in document..9 Rata-rata skor pengetahuan sebelum intervensi (pre-test)
Kelompok Mean ± SD Skor Minimum
Skor Maksimum
SDN 01 Pondok Cina 42.35 ± 11.617 15 70 MI Nurul Iman 44.85 ± 10.334 20 70
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diketahui rata-rata skor pengetahuan gizi total
pada kelompok SDN 01 Pondok Cina sebelum intervensi dilakukan (pre-test) adalah 42.35
dengan standar deviasi 11.617. Skor maksimum yang didapat adalah 70 dan skor minimum
adalah 15. Sedangkan untuk kelompok MI Nurul Iman, dari uji statistik yang dilakukan
diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi total sebelum intervensi dilakukan (pre-test)
adalah 44.85 dengan standar deviasi 10.334. Skor maksimum yang didapat adalah 70 dan skor
minimumnya adalah 20.
Pengetahuan Gizi Kedua Kelompok
Distribusi Skor Pengetahuan Gizi Kelompok SDN 01 Pondok Cina
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
89.50%
10.50% 16.40%
47.80% 35.80% 38.80%
55.20%
5.97%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kurang (<60) Cukup (60-‐80) Baik (>80)
Pre-‐test Post-‐test Post-‐test 2
MI NURUL IMAN (n=67)
Gambar 5.1 Distribusi skor pengetahuan gizi kelompok SDN 01 Pondok Cina
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre-test hampir sebagian besar siswa
pada kelompok SDN 01 Pondok Cina mendapatkan nilai < 60 dan tidak ada satupun siswa
yang mendapat nilai baik atau > 80. Namun setelah diberikan intervensi dan dilakukan post-
test, terdapat sebanyak 24,1% siswa yang mendapat nilai > dari 80 dan 49,4% siswa lainnya
mendapat nilai cukup atau 60-80. Lalu, ketika 2 minggu kemudian dilakukan post-test kedua
yang bertujuan untuk menguji retensi pengetahuan siswa didapatkan penurunan menjadi
hanya 16,8 % siswa yang mendapatkan nilai baik dan peningkatan pada siswa yang mendapat
nilai cukup yaitu sebesar 53,01%.
Distribusi Skor Pengetahuan Gizi Kelompok MI Nurul Iman
Gambar 5.2 Distribusi skor pengetahuan gizi kelompok MI Nurul Iman
Grafik diatas merupakan distribusi skor pengetahuan gizi pada saat pre-test, post-test dan
post-test 2 pada kelompok MI Nurul Iman. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada saaat
pre-test sebagian besar atau sebanyak 89,5 % siswa mendapatkan nilai < 60 dan tidak ada
satupun yang mendapat nilai > 80, namun setelah diberikan intervensi dan dilakukan post-test
diketahui terdapat sebanyak 35,8% siswa yang mendapat nilai baik atau > 80 dan sebanyak
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
47,8% mendapatkan nilai cukup. Lalu setelah 2 minggu dilakukan post-test kedua untuk
menguji retensi pengetahuan gizi siswa dan didapatkan hasil penurunan menjadi hanya 5,97%
siswa yang mendapat nilai baik dan sebanyak 38,8% siswa mendapatkan nilai < 60.
Perbedaan Rata-rata Skor Pre-test dengan Post-test, Pre-test dengan Post-test 2 dan Post-test dengan Post-test 2 SDN 01 Pondok Cina
Tabel 5.11 Perbedaan rata-rata skor pre-test, post-test dan post-test 2 kelompok SDN 01 Pondok Cina
Variabel Skor Mean ± SD Skor Mean ± SD
(Perbedaan antar pengukuran)
P Value
Min Max
Pengetahuan total gizi seimbang SDN 01 Pondok Cina (n=83)
Pre-test 42.35 ± 11.617 15 70 26.687 ± 14.234 0.000* Post-test 69.04 ± 15.211 35 100 Pre-test 42.35 ± 11.617 15 70 24.337 ± 12.658 0.000* Post-test 2 66.69 ± 14.277 40 100 Post-test 69.04 ± 15.211 2.349 0.306 Post-test 2 66.69 ± 14.277
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada saat pre-test dan post-test terdapat perbedaan skor
sebesar 26.687 dengan standar deviasi 14.234. Berdasarkan hasil uji statistik di dapat nilai p
0.000 yang menandakan ada perbedaan skor yang signifikan antara rata-rata pre-test dengan
post-test. Selain itu dapat dilihat pada saat pre-test dan post-test 2 terdapat perbedaan skor
sebesar 24.337 dengan standar deviasi 12.658. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p
sebesar 0.000 menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pre-test dan post-test 2. Kemudian, dari table juga dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
skor sebesar 2.349 pada saat post-test 2 dibanding dengan post-test. Berdasarkan hasil uji
statistic didapat nilai p sebesar 0.306 yang menandakan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara skor rata-rata post-test dan post-test 2 di SDN 01 Pondok Cina.
Perbedaan Rata-rata Skor Pre-test dengan Post-test, Pre-test dengan Post-test 2 dan Post-test dengan Post-test 2 MI Nurul Iman
Tabel 5.12 Perbedaan rata-rata skor pre-test, post-test dan post-test 2 kelompok MI Nurul Iman
Variabel Skor Mean ± SD Skor Mean ± SD
(Perbedaan antar
P Value
Min Max
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
pengukuran) Pengetahuan total gizi seimbang MI Nurul Iman (n=67)
Pre-test 44.85 ± 10.334 20 70 27.910 ± 12.497 0.000* Post-test 72.76 ± 14.123 45 90 Pre-test 44.85 ± 10.334 20 70 17.015 ± 13.982 0.000* Post-test 2 61.87 ± 13.812 35 90 Post-test 72.76 ± 14.123 10.896 0.000* Post-test 2 61.87 ± 13.812
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada saat pre-test dan post-test terdapat perbedaan skor
sebesar 27.910 dengan standar deviasi 12.497. Berdasarkan hasil uji statistik di dapat nilai p
0.000 yang menandakan ada perbedaan skor yang signifikan antara rata-rata pre-test dengan
post-test. Selain itu dapat dilihat pada saat pre-test dan post-test 2 terdapat perbedaan skor
sebesar 17.015 dengan standar deviasi 13.982. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p
sebesar 0.000 menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pre-test dan post-test 2. Kemudian, dari table juga dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
skor sebesar 10.896 pada saat post-test 2 dibanding dengan post-test. Berdasarkan hasil uji
statistic didapat nilai p sebesar 0.000 yang menandakan ada perbedaan yang signifikan
antara skor rata-rata post-test dan post-test 2 pada kelompok MI Nurul Iman
Hubungan Karakteristik dengan Peningkatan Skor Responden
Tabel 5.13 Peningkatan pengetahuan gizi dengan karakteristik
responden
Variabel Skor Jumlah (n=150)
Mean ± SD Perbedaan Rata-Rata
P Value
Keterpaparan sumber informasi gizi
< 2 Sumber Informasi 71 26.41 ± 14.545 1.566 0.478 ≥ 2 Sumber Informasi 79 27.97 ± 12.443 Pendidikan Ayah ≤ SMA 68 26.32 ± 14.394 1.664 0.453 > SMA 82 27.99 ± 12.665 Pendidikan Ibu ≤ SMA 85 26.59 ± 14.479 1.489 0.54 > SMA 65 28.08 ± 12.045 Pekerjaan Ayah
1. Bekerja 145 27.66 ± 13.360 12.655 0.038* 2. Tidak Bekerja 5 15.00 ± 11.180
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Pekerjaan Ibu 1. Bekerja 33 25.45 ± 12.207 2.304 0.389 2. Tidak Bekerja 116 27.76 ± 13.852
Pendapatan Keluarga ≤ 3.500.000 78 25.51 ± 13.666 3.584 0.103 > 3.500.000 72 29.10 ± 13.063
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang terpapar oleh ≥ 2 Sumber informasi gizi,
Penddikan ayah > SMA, Pendidikan ibu > SMA, Ayah yang bekerja, dan Ibu yang tidak
bekerja dan pendapatan keluarga yang > 3.500.000 memiliki peningkatan skor yang relatif
lebih tinggi. Namun berdasarkan hasil uji statistik hanya pekerjaan ayah yang memiliki
perbedaan yang signifikan yaitu 12.655 poin dengan nilai p sebesar 0.038. Sedangkan
karakteristik lain seperti keterpaparan informasi gizi, pendidikan ayah, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga tidak signifikan berdasarkan statistik.
Perbedaan Rata-rata Peningkatan Skor Pengetahuan Gizi Total pada Kelompok SDN 01
Pondok Cina dan MI Nurul Iman
Berdasarkan tabel di bawah diketahui rata-rata kenaikan skor kelompok SDN 01 Pondok Cina
adalah sebesar 26.69 dengan standar deviasi 14.234, sedangkan rata-rata kenaikan skor
kelompok MI Nurul Iman adalah sebesar 27.91 dengan standar deviasi 12.497. Terdapat
perbedaan sebesar 1.224 poin antara rata-rata kenaikan skor kedua kelompok. Berdasarkan
hasil uji statistik diketahui nilai p adalah 0.581, hal ini menandakan bahwa pada derajat
kepercayaan 95 % tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kenaikan skor
kelompok SDN 01 Pondok Cina dengan rata-rata kenaikan skor MI Nurul Iman.
Tabel 5.14 Perbedaan rata-rata peningkatan skor pengetahuan gizi antara SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman
Variabel Skor Jumlah
(n=150) Mean ± SD Perbedaan Rata-
Rata P Value
Pengetahuan total gizi seimbang
Rata-rata Kenaikan skor SDN 01 Pondok Cina
83 26.69 ± 14.234 1.224 0.581
Rata-rata Kenaikan skor MI Nurul Iman
67 27.91 ± 12.497
Pembahasan
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Pengetahuan Gizi saat Pre-test Kedua Kelompok
Menurut Purwanti (2010) pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan menggunakan
pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda (Multiple Choice Test). Tes pertanyaan pilihan
berganda sangat baik untuk mengetahui dampak dari intervensi penyuluhan gizi terkait
perubahan pengetahuan gizi seseorang. Bentuk tes ini, dapat mengukur berbagai aspek terkait
dengan ranah kognitif.
Pre-test dilakukan untuk mengukur pengetahuan awal responden mengenai prinsip Pedoman
Umum Gizi Seimbang. Dari hasil pre-test yang dilakukan pada kedua kelompok diketahui
bahwa hampir seluruh responden yaitu 91,6 % kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 89,5 %
kelompok MI Nurul Iman mendapatkan nilai kurang dari 60. Hanya 8,4 % kelompok SDN 01
Pondok Cina dan 10,5 % kelompok MI Nurul Iman yang mendapatkan nilai cukup (60-80).
Tidak ada satu pun responden dari kedua kelompok tersebut yang mendapatkan nilai baik atau
lebih dari 80. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa rata-rata skor pre-test pada kelompok
SDN 01 Pondok Cina adalah 42,35 dengan standar deviasi 11.617. Nilai minimum yang
didapat adalah 15 dan nilai maksimumnya adalah 70. Sedangkan rata-rata skor pre-test pada
kelompok MI Nurul Iman adalah 44.85 dengan standar deviasi 10.334 dan nilai terkecil yang
didapat adalah 20 serta nilai terbesarnya adalah 70. Menurut Khomsan (2010), skor
pengetahuan rendah adalah < 60. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai
gizi seimbang pada kedua kelompok responden masih sangat rendah.
Rendahnya pengetahuan mengenai gizi seimbang di Indonesia pada saat pre-test khususnya
pada siswa kelas 5 di SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman dapat disebabkan beberapa
faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya sosialisasi mengenai gizi seimbang baik di
masyarakat maupun di sekolah. Upaya sadar gizi sebenarnya sudah dilakukan dengan konsep
‘empat sehat 5 sempurna’ pada tahun 1950-an. Konsep tersebut dinilai sudah melekat pada
masyarakat Indonesia, namun pola perilaku makan masyarakat yang tidak seimbang
memunculkan permasalahan gizi seperti gizi lebih dan gizi kurang. Oleh karena itu, konsep
empat sehat lima sempurna yang sudah terlalu lama diterapkan oleh masyarakat ditekankan
untuk diganti menjadi pedoman gizi seimbang yang memiliki empat pilar dasar (Yayasan
Institut Danone & Nakita, 2010).
Pengetahuan Gizi saat Post-test Kedua Kelompok
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Menurut Kemp dan Dayton (1985) penggunaan media sebagai pembelajaran mempunyai
beberapa manfaat yaitu antara lain: 1. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik 2. Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif 3. Penyampaian materi dapat diseragamkan.
Berdasarkan hasil post-test yang telah dilakukan kedua kelompok diketahui bahwa terdapat
24,1 % pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 35,8 % pada kelompok MI Nurul Iman
yang mendapat nilai > 80. Sedangkan sebanyak 49,4 % kelompok SDN 01 Pondok Cina dan
47,8 % kelompok MI Nurul Iman mendapatkan nilai cukup atau nilai 60-80. Terjadi
penurunan yang cukup banyak terhadap responden yang mendapat nilai < 60 menjadi sebesar
26,5 % pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 16,4 % pada kelompok MI Nurul Iman.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diketahui rata-rata skor pengetahuan gizi total pada
kelompok SDN 01 Pondok Cina pada saat post-test adalah 69.04 dengan nilai minimum yang
didapat adalah 35 dan nilai maksimum yang didapat adalah 100. Sedangkan rata-rata skor
pengetahuan gizi pada kelompok MI Nurul Iman pada saat post-test adalah 72.76 dengan nilai
minimum 45 dan nilai maksimum 90.
Menggunakan uji t berpasangan diketahui perbedaan rata-rata skor pre-test dengan skor post-
test pada kelompok SDN 01 Pondok Cina sebesar 26.687 dan standar deviasi 14.234. Dari
hasil uji statistik tersebut didapat nilai p adalah 0.000, menandakan bahwa pada derajat
kepercayaan 95 % terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pre-test dengan
rata-rata skor post-test pada kelompok SDN 01 Pondok Cina. Sedangkan pada kelompok MI
Nurul iman diketahui perbedaan rata-rata skor pre-test dan skor post-test sebesar 27.910
dengan standar deviasi 12.497. Dari hasil uji statistik diketahui p value sebesar 0.000,
menandakan pada derajat kepercayaan 95 % terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor pre-test dengan rata-rata skor post-test pada kelompok MI Nurul Iman.
Penggunaan media komik dalam pendidikan gizi digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan mengenai gizi seimbang dengan tampilan yang menarik sehingga siswa dapat
menikmati informasi yang disajikan sekaligus belajar dengan baik. Menurut Sudjana Rivai
(1999) ada beberapa manfaat penggunaan media antara lain menumbuhkan motivasi belajar
karena penyampaian informasi akan lebih menarik dengan menggunakan media, pesan yang
disampaikan melalui media akan lebih mudah dipahami sehingga sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
rata-rata pre-test dengan nilai rata-rata post-test baik pada kelompok SDN 01 Pondok Cina
maupun kelompok MI Nurul Iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
komik gizi seimbang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan gizi pada siswa usia
sekolah dasar.
Pengetahuan Gizi saat Post-test 2 Kedua Kelompok
Setelah dilakukan post-test pertama sesaat setelah intervensi, dua minggu kemudian dilakukan
post-test kedua yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan pengetahuan
mengenai gizi seimbang selama dalam kurun waktu tersebut.
Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diketahui rata-rata skor pengetahuan gizi total pada
kelompok SDN 01 Pondok Cina pada post-test kedua adalah 66.69 dengan standar deviasi
14.227. Skor Minimum yang didapat adalah 40 dan skor maksimumnya adalah 100. Rata-rata
skor post-test pada kelompok SDN 01 Pondok Cina adalah sebesar 69.04 dengan standar
deviasi 15.2.11, terdapat penurunan skor sebesar 2.349 poin. Berdasarkan hasil uji statistik
dilakukan didapatkan nilai p adalah 0.306, menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata saat post-test pertama dengan nilai rata-rata saat post-test
kedua pada kelompok SDN 01 Pondok Cina. Sedangkan apabila dibandingkan nilai rata-rata
post-test kedua dengan rata-rata nilai pre-test pada kelompok SDN 01 Pondok cina yang
sebesar 42.35 dengan standar deviasi 11.617 terdapat perbedaan sebesar 24.337 poin. Dari
hasil uji statistik yang dilakukan didapat nilai p adalah 0.000, menandakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata saat post-test kedua dengan nilai rata-rata saat
pre-test pada kelompok SDN 01 Pondok Cina.
Kelompok MI Nurul Iman mempunyai nilai rata-rata pengetahuan gizi pada post-test kedua
sebesar 61.87 dengan standar deviasi 13.812. Skor minimum yang didapat adalah 35 dan skor
maksimumnya adalah 90. Sedangkan rata-rata skor post-test pada kelompok MI Nurul Iman
adalah 72.76 dengan standar deviasi 14.123, terdapat penurunan skor sebanyak 10.896 poin.
Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai p adalah 0.000, menandakan terjadi perbedaan
(penurunan) yang signifikan antara rata-rata skor post-test pertama dengan rata-rata skor post-
test kedua. Sedangkan apabila dibandingkan nilai rata-rata pre-test pada kelompok MI Nurul
Iman yang sebesar 44.85 dengan standar deviasi 10.334 terdapat perbedaan sebesar 17.015
poin. Dari hasil uji statistik yang digunakan diketahui nilai p adalah 0.000, menandakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata saat pre-test dengan nilai rata-rata
saat post-test kedua pada kelompok MI Nurul Iman.
Hubungan Karakteristik Responden dengan Kenaikan SkorPengetahuan Gizi
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Berdasarkan hasil statistic yang dilakukan tidak ada perbedaan rata-rata kenaikan skor antara
karakteristik keterpaparan sumber informasi < 2 Sumber dan ≥ 2 Sumber, Pendidikan ayah
dan ibu ≤ SMA dan > SMA, Pekerjaan ibu yang bekerja dan tidak bekerja serta Pendapatan
keluarga ≤ 3500.000 dan > 3.500.000
Karakteristik pekerjaan ayah responden yang bekerja mengalami perbedaan kenaikan skor
yang signifikan dibandingkan dengan responden yang ayahnya tidak bekerja. Hal ini dapat
disebabkan ayah yang bekerja akan memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan
dengan ayah yang tidak bekerja. Dengan pendapatan yang lebih baik maka ketahanan pangan
keluarga menjadi lebih baik dan proses pendidikan anak pun lebih terjamin. Sehingga dengan
demikian anak akan mendapatkan asupan gizi yang lebih baik dan proses berpikir anak pun
akan lebih baik.
Perbedaan Kenaikan Skor Pengetahuan Gizi Kedua Kelompok
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa rata-rata kenaikan skor pada kelompok SDN
01 Pondok Cina adalah 26.69 dengan standar deviasi 14.234 sedangkan rata-rata kenaikan
skor pada kelompok MI Nurul Iman adalah 27.91. Hanya terjadi perbedaan sebesar 1.224
poin saja pada kedua kelompok tersebut. Hasil statistik dengan nilai p sebesar 0.581 juga
menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata kenaikan skor antara
kelompok SDN 01 Pondok Cina dengan MI Nurul Iman. Hal tersebut menunjukkan bahwa
media komik yang digunakan dapat meningkatkan pengetahuan siswa dengan karakteristik
yang beragam pada sekolah negeri yang pada penelitian diwakilkan oleh SDN 01 Pondok
Cina dan sekolah swasta yang representasikan oleh MI Nurul Iman.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa Kelompok SDN 01 Pondok Cina dan MI Nurul Iman memiliki
pengetahuan gizi sebelum intervensi yang rendah karena hanya mendapatkan skor rata-rata
pre-test 42,35 dan 44,85. Secara umum kedua kelompok juga mendapatkan skor rata-rata
pengetahuan gizi cukup baik setelah dilakukan intervensi yaitu SDN 01 Pondok Cina 69,04
dan MI Nurul Iman 72,76. Kedua kelompok mendapatkan skor rata-rata pengetahuan gizi
cukup baik saat 2 minggu setelah intervensi yaitu SDN 01 Pondok Cina 66,69 dan MI Nurul
Iman 61,87. Terdapat peningkatan skor saat post-test sebesar 26,687 poin (signifikan) pada
kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 27,910 poin (signifikan) pada kelompok MI Nurul
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Iman. Terdapat peningkatan skor saat 2 minggu setelah intervensi atau post-test 2 sebesar
24,337 poin (signifikan) pada kelompok SDN 01 Pondok Cina dan 17,015 poin (signifikan)
pada kelompok MI Nurul Iman. Terjadi penurunan yang signifikan antara rata-rata skor post-
test dengan post-test 2 sebesar 10,896 poin pada kelompok MI Nurul Iman. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan ayah responden dengan peningkatan
skor pengetahuan gizi sebesar 12.655 poin. Komik gizi seimbang yang digunakan efektif
meningkatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang pada siswa kelas 5 sekolah dasar dengan
berbagai macam karakteristik
Saran Adapan beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa, Penelitian ini menunjukkan bahwa komik yang digunakan efektif dalam
meningkatkan pengetahuan gizi siswa. Sehingga diharapkan media komik gizi
seimbang ini dapat diterima sebagai media baru dalam proses pembelajaran gizi
seimbang oleh siswa sekolah dasar.
2. Bagi Pengajar, Diharapkan para pengajar yang ada di sekolah dapat menggunakan
media komik ini sebagai proses pembelajaran gizi bagi siswa-siswi di sekolah.
3. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan komik gizi
seimbang efektif diterapkan pada sekolah negeri maupun swasta atau MI . Oleh karena
itu diharapkan komik ini dapat diaplikasikan sebagai media pembelajaran mengenai
gizi seimbang di sekolah-sekolah. Sehingga siswa dapat mempelajari mengenai gizi
seimbang dengan baik dan sekaligus mendapatkan hiburan.
4. Bagi Penelitian, Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut terkait media alternatif
untuk pembelajaran gizi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui penggunaan media
yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang pada
siswa usia sekolah dasar.
5. Bagi Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Depok, Diharapkan bagi dinas
pendidikan dan dinas kesehatan kota Depok dapat menggunakan media komik gizi
seimbang yang telah dibuat ini sebagai media intervensi mengenai gizi seimbang di
sekolah-sekolah yang ada di kota Depok.
Daftar Pustaka
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014
Achadi, E., dkk.(2010). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
tentang Gizi Seimbang pada Anak Sekolah Dasar, di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat : Suatu
Kegiatan Multisenter. Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (UI) dan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (IPB).
Anderson, J.E.L. (1994). What Should Be Next for Nutrition Education?. The Journal of Nutrition, 124 : 1828S-
1832S. Maret 15, 2014. http://www.jn.nutrition.org.
Arimurti, D.I. (2012). Pengaruh pemberian komik pendidikan gizi seimbang terhadap pengetahuan gizi siswa
kelas V SDN sukasari 4 kota tangerang (skripsi). Depok: Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Atmaja, A.T. (2010). Tingkat pengetahuan gizi seimbang daerah perkotaan dan perdesaan pada pendidikan
gizi anak sekolah dasar kabupaten serang propinsi banten (Analisis Data Sekunder) (skripsi). Depok:
Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Bardosono, S. (2009). Masalah Gizi di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volum: 59, Nomor: 1.Jakarta:
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Contento, IR. (2007). Nutrtion Education: Linking Research, Theory and Practice. Sudbury: Jones and Barlett
Publishers.
Hagijanto, A. D. (2004). White Space dalam Iklan di Media Cetak. Nirmana, 1(2).
Khomsan, A. (2000). Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Institut Pertanian Bogor.
Koalisi Fortifikasi Indonesia. Tumpeng Gizi Seimbang. Maret 7, 2014.
http://www.kfindonesia.org/index.php?pgid=12&contentid=25.
Kurniasih, D., Himansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S. (2010). Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT.
Gramedia.
Mardikanto, T.(1993).Penyuluhan Pembangunan Pertanian.Surakarta: Sebelas Maret University Press
Notoatmodjo, Sukidjo. (1983). Metodologi Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanti, Rosi. (2010). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Frekuensi Sarapan Pagi dengan Status Gizi Murid
Sekolah Dasar Negeri 01 Sukodadi Kangkung Kendal (tesis). Universitas Muhammadiyah Semarang.
Yayasan Institut Danone & Nakita. (2010). Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : Kompas Gramedia
Zulaekah, S. (2009). Peran Pendidikan Gizi Komprehensif Untuk Mengatasi Masalah Anemia di Indonesia.
Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 2. Maret 16, 2014.
Zulaekah, S. (2012). Pendidikan Gizi dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan gizi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 7(2), 127-133
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar.(2010). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar.(2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI
Pengaruh komik…, Tri Setia Nugraha, FKM UI, 2014