pengaruh latihan skipping dan loncat naik turun …digilib.unila.ac.id/61516/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH LATIHAN SKIPPING DAN LONCAT NAIK TURUN
BANGKU TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI
PEMAIN BULUTANGKIS UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018
(Skripsi)
Oleh
RIDHITIA ISTIAWAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
PENGARUH LATIHAN SKIPPING DAN LONCAT NAIK TURUN
BANGKU TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI
PEMAIN BULUTANGKIS UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018
Oleh
RIDHITIA ISTIAWAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan
skipping dan loncat naik turun bangku daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis
Universitas Lampung tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen. Ada beberapa macam metode latihan untuk daya ledak otot
tungkai seperti plyometric yaitu Jump in place, depth jump, throws, trunk
plyometric, plyometic push-up, standing jumps, multiple hops and jumps, bounds,
and box drills. dikarenakan model latihan ini lebih efektif dan banyak
membutuhkan koordinasi gerak tubuh, sehingga mempermudah dalam tes daya
ledak otot tungkai. Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian ini menunjukan
adanya pengaruh yang signifikan dari latihan skipping dan loncat naik turun
bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung
tahun 2018.
Kata kunci : bulutangkis, daya ledak otot tungkai, latihan loncat naik turun
bangku, skipping.
ABSTRACT
THE EFFECT OF SKIPPING TRAINING AND JUMP UP DOWN MY
BUILDING ON THE EXPLOSIVE MUSCLE POWER OF BADMINTON
PLAYERS IN LAMPUNG UNIVERSITY OF 2018
By
RIDHITIA ISTIAWAN
This study aims to determine how much influence the skipping exercise and jump
up and down the leg of the University of Lampung badminton player's explosive
leg power bench in 2018. The research method used is the experimental method.
There are various types of training methods for explosive limb muscle power such
as plyometric namely Jump in place, depth jump, throws, trunk plyometric,
plyometic push-ups, standing jumps, multiple hops and jumps, bounds, and box
drills. because this exercise model is more effective and requires a lot of body
coordination, making it easier to test the leg muscle explosive power. Based on
the results of the analysis, the results of this study indicate a significant effect of
skipping exercises and jumping up and down the bench on the explosive muscle
power of the University of Lampung badminton players in 2018..
Key words : badminton, explosive power of leg muscles, jumping exercise up and
down bench, skipping.
PENGARUH LATIHAN SKIPPING DAN LONCAT NAIK TURUN
BANGKU TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI
PEMAIN BULUTANGKIS UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018
Oleh
RIDHITIA ISTIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
Judul Skripsi : PENGARUH LATIHAN SKIPPING DAN
LONCAT NAIK TURUN BANGKU TERHADAP
DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN
BULUTANGKIS UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018.
Nama Mahasiswa : Ridhitia Istiawan
Nomor Pokok Mahasiswa : 1413051066
Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sudirman Husin, M.Pd. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd.
NIP. 19581021 198503 1 003 NIP. 19581210 198712 1 001
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Dr. Riswandi M.Pd.
NIP. 19760808 200912 1 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Sudirman Husin, M.Pd .......................
Sekretaris : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd .......................
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd .......................
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.
NIP. 196620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 16 Januari 2020
PERNYATAAN
Bahwa penulis yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ridhitia Istiawan
NPM : 1413051066
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Jaya, 09 November 1996
Alamat : Dusun 1 Kecubung, Kecamatan Terbanggi Besar,
Kabupaten Lampung Tengah.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh latihan skipping
dan loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain
bulutangkis Universitas Lampung tahun 2018” adalah benar hasil karya penulis
berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018
sampai dengan 07 Februari 2019. Skripsi ini bukan hasil menjiplak ataupun hasil
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian
hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana
yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 16 Januari 2020
Ridhitia Istiawan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ridhitia Istiawan, lahir di Bandar
Jaya pada tanggal 09 November 1996, Kecamatan
Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Provinsi
Lampung, sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara, Bapak Edy Budiawan dan Ibu Nia
Kurniaty.
Penulis menyelesaikan studi Sekolah Dasar (SD) di
SD Xaverius Lampung Tengah, diselesaikan pada
tahun 2008, SekolahMenengah Pertama (SMP) di
SMP Xaverius Lampung Tengah diselesaikan pada
tahun 2011,dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah diselesaikan pada tahun2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unila melalui
jalur SBMPTN. Pada Tahun 2017, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
didesa Bumi Agung, Kabupaten Lampung Barat, semasa melakukan KKN penulis
juga melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SD N 1 Bumi Agung
Kabupaten Lampung Barat.
Selama penulis menempuh pendidikan dari sekolah dasar hingga menjadi
mahasiswa, penulis juga sering mengikuti beberapa kejuaraan antara lain sebagai
berikut:
1. Juara 2 Ganda putra Liga Bulutangkis Himajip Universitas Lampung
Tahun 2016
2. Juara 1 Tunggal Putera Liga Bulutangkis Penjaskesrek Lampung Tahun
2017
3. Juara 2 Ganda Putera Liga Bulutangkis Penjaskesrek Lampung Tahun
2017
MOTTO
Berusaha tenang dalam menghadapi suatu masalah,
karena sesungguhnya Allah akan memberi jalan dalam setiap masalahmu
dan janganlah ragu dalam bertindak,
karena keraguan mu akan membuatmu tertinggal dalam banyak hal.
(Ridhitia Istiawan)
Kau harus bangun setiap pagi dengan tekad keras,
Jika ingin bisa pergi tidur dengan rasa puas.
(George Lorimer)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada: Ayah dan Mamah tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak
pernah putus dan dukungan serta doa dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku.
Alhamdulillahi Jaza Kumullahu Khoiro atas semua cinta dan pengorbanan serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku.
Do’a dan restumu sangat berarti bagi keberhasilanku kelak, maka janganlah berhenti untuk mendukungku dalam kebaikan.
Serta
Almamaterku Tercinta PENJASKES FKIP
Universitas Lampung.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
C. Batasan Masalah ................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
G. Penjelasan Judul ................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
A. Belajar Gerak .................................................................................... 10
1. Pengertian belajar gerak ....................................................................... 10
2. Ranah gerak .......................................................................................... 10
B. Keterampilan gerak ............................................................................. 15
C. Latihan ............................................................................................... 23
1. Teori Latihan ................................................................................. 23
2. Tujuan Latihan .............................................................................. 25
3. Prinsip-prinsip Latihan.................................................................. 25
D. Latihan Skipping dan Latihan Loncat Naik Turun Bangku ............... 28
1. Latihan Skipping ........................................................................... 28
2. Latihan Loncat Naik Turun Bangku.............................................. 31
E. Daya Ledak Otot Tungkai .................................................................. 34
1. Daya Ledak ................................................................................... 34
2. Otot Tungkai ................................................................................. 36
F. Hakikat Bulutangkis........................................................................... 38
v
1. Cara menjadi pemain bulutangkis yang lebih baik ...................... 39
2. Teknik dasar fisik ......................................................................... 41
3. Kemampuan otot pemain bulutangkis ......................................... 43
4. Teknik dasar bulutangkis ............................................................. 45
G. Kerangka Pikir ................................................................................... 52
H. Hipotesis ............................................................................................ 54
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 56
A. Metode Penelitian .............................................................................. 56
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 57
1. Populasi ......................................................................................... 57
2. Sampel ........................................................................................... 57
C. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 59
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 59
E. Desain Penelitian ............................................................................... 59
F. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 60
G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ......................................... 61
H. Validitas Instrumen ............................................................................ 62
I. Program Latihan................................................................................. 63
J. Prosedur Penelitian ............................................................................ 64
1. Tes Awal (Preetest) ....................................................................... 64
2. Treatment atau Perlakuan (X) ........................................................... 64
3. Tes Akhir (Posttest) ...................................................................... 66
K. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 66
L. Teknik Analisis .................................................................................. 67
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 69
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 69
1. Deskripsi Data ............................................................................... 69
2. Analisis Data ................................................................................. 74
a. Uji Normalitas ......................................................................... 74
b. Uji Homogenitas ..................................................................... 75
c. Uji Hipotesis ........................................................................... 76
B. Pembahasan........................................................................................ 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 84
A. Kesimpulan ........................................................................................ 84
B. Saran .................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN .................................................................................................... 88
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Bulutangkis Universitas Lampung
merupakan kegiatan penyaluran bakat dan minat mahasiswa dibidang
olahraga, khususnya cabang olahraga bulutangkis. Permainan bulutangkis
terdiri atas beberapa teknik, di antaranya; teknik servis, forehand, backhand,
lob, dropshot, drive dan smash, (Tony Grice, 2002 : 85). Dari berbagai teknik
tersebut ada beberapa teknik yang membutuhkan lompatan untuk melakukan
teknik tersebut, misalkan seperti teknik servis jump, jump smash. Dalam
perkembangan bulutangkis saat ini kemampuan lompatan atlet sangat penting
karena banyak teknik pada permainan bulutangkis yang memakai lompatan.
Namun, tidak sedikit mahasiswa yang tergabung dalam UKM Bulutangkis
mengalami kesulitan dalam melakukan teknik lompatan dalam melakukan
jump smash yang mengakibatkan hasil smash sangat lemah. Banyak faktor
yang menjadi penyebab, diantaranya adalah kemampuan lompatan pemain
yang belum optimal. Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam
jump smash adalah kekuatan otot tungkai, karena untuk menghasilkan jump
smash yang sempurna diperlukan daya ledak pada otot tungkai. Untuk
2
menghasilkan daya ledak otot tungkai yang optimal dibutuhkan suatu latihan
yang berhubungan dengan otot tungkai.
Ilmu kepelatihan perlu dipelajari karena protein aktif untuk menjadi prestasi
membutuhkan proses. Untuk itu mendesain latihan yang tepat untuk
meningkatkan lompatan sangat perlu dilakukan penelitian agar latihan yang
dilakukan dapat bermanfaat dan tidak merusak tubuh atlet, karena latihan
yang salah dapat membuat atlet cidera dan tidak mendapat hasil yang
seharusnya dicapai. Untuk menciptakan sebuah metode latihan meningkatkan
lompatan yang sesuai tentunya seorang pelatih harus memperhatikan dari
berbagai aspek, dari pemilihan model atau jenis latihan, penentuan volume,
intensitas, durasi, recovery, set dan repetisi harus tepat dan sesuai dengan
komponen latihan.
Berdasarkan pengamatan penulis pada latihan bersama di UKM Bulutangkis
Universitas Lampung ternyata gerakan lompatan yang dilakukan oleh pemain
belum memaksimalkan komponen pendukung dalam melakukan jump smash,
pada saat latih tanding/sparing sebagian pemain melakukan gerakan smash
tidak melompat dengan sempurna dan tidak maksimal sehingga hasil smash
tidak mematikan dapat dikembalikan oleh lawannya dan latihan yang
diberikan khususnya untuk meningkatkan lompatan masih kurang, di UKM
hanya mengandalkan latihan yang bersifat teknik, sehingga lompatan pemain
dianggap masih kurang. Untuk mengetahui hasil latihan yang baik dan efektif
perlu dilakukan penelitian tentang meningkatkan daya ledak otot tungkai pada
pemain bulutangkis. Pada kesempatan ini penulis akan meneliti tentang
3
pengaruh latihan skipping dan loncat naik turun bangku yang tujuan
utamanya untuk meningkatkan hasil jump smash yang maksimal dan baik.
Lingkup yang dilatih dalam latihan skipping dan loncat naik turun bangku
adalah power otot tungkai. Melalui latihan ini percaya dapat membakar kalori
serta meningkatkan power otot tungkai. Latihan skipping adalah latihan
kardio sederhana yang berdampak besar bagi power otot tungkai sehingga
dengan latihan tersebut diharapkan akan memberikan efektifitas dan
meningkatkan hasil jump smash. Program latihan untuk mengembangkan
kekuatan dan daya ledak otot dapat dilakukan dengan latihan latihan tahanan
(resistance exercise), di mana kita harus mengangkat, mendorong atau
menarik suatu beban, beban itu bisa berupa beban dari luar (exerternal
resistance), ataupun anggota tubuhnya sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh latihan skipping
dan loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain
bulutangkis Universitas Lampung tahun 2018 ”.
B. Identifkasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, identifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Kurang tinggi lompatan pada saat melakukan jump smash sehingga
hasilnya tidak sempurna.
2. Gerakan lompatan yang dilakukan pada saat jump smash belum
maksimal.
4
3. Ketika melakukan lompatan jump smash dalam keadaan lambat.
4. Belum ada latihan yang efektif untuk jump smash pemain Bulutangkis
UKM.
C. Batasan Masalah
Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu diadakan pembatasan
masalah, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya. Adapun
pembatasan masalahnya yaitu:
1. Latihan skipping yang mempengaruhi daya ledak otot tungkai pemain
bulutangkis Universitas Lampung.
2. Latihan loncat naik turun bangku yang mempengaruhi daya ledak otot
tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
3. Latihan skipping dan Latihan loncat naik turun bangku yang
mempengaruhi daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas
Lampung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh latihan skipping terhadap daya ledak otot tungkai
pemain bulutangkis Universitas Lampung.
2. Apakah ada pengaruh latihan loncat naik turun bangku terhadap daya
ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung..
5
3. Manakah yang lebih berpengaruh antara latihan skipping dan latihan
loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain
bulutangkis Universitas Lampung.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh latihan skipping terhadap daya
ledak otot tungkai bawah pemain bulutangkis Universitas Lampung.
2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh latihan loncat naik turun
bangku terhadap daya ledak otot tungkai bawah pemain bulutangkis
Universitas Lampung.
3. Untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik antara latihan skipping
atau latihan loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai
pemain bulutangkis Universitas Lampung.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusus bagi penulis dan
umumnya bagi yang berkepentingan dalam bidang olahraga khususnya
bulutangkis . Adapun yang menjadi harapan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
6
Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain :
1. Bagi atlet
Meningkatkan pengetahuan atlet dalam melatih otot tungkai
menggunakan skipping dan loncat naik turun bangku.
2. Bagi pelatih
Sebagai salah satu metode dalam melatih atlet khususnya dalam skipping
dan loncat naik turun bangku untuk daya ledak otot tungkai.
3. Bagi UKM bulutangkis Universitas Lampung
a. Salah satu pertimbangan dalam melaksanakan pembinaan dan latihan
untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis
Universitas Lampung.
b. Untuk memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan tentang
latihan skipping dan latihan loncat naik turun bangku terhadap daya
ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai dalam olahraga bulutangkis. Dan
juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran dalam
olahraga bulutangkis
5. Bagi Program Studi
Sebagai informasi dan pengembangan ilmu bagi pihak yang ingin
melaksanakan penelitian.
7
G. Penjelasan judul
1. Pengertian Pengaruh
Poerwadarminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau
timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang
berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain
(Poerwadarminta, 1986: 731). Bila ditinjau dari pengertian diatas, dapatlah
disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang ada atau timbul
dari suatu hal, atau dengan kata lain memiliki hasil atau akibat.
2. Pengertian latihan
Menurut Sukadiyanto (2005:1), Menerangkan bahwa pada prinsipnya
latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu
untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh
dan kualitas psikis anak latih.
3. Skipping
Menurut Muhammad Muhyi Faqur 2009: 23 sasaran ataupun tujuan dalam
lompat tali adalah mengembangkan daya tahan, mengembangkan
kekuatan kaki dan lengan, mengembangkan kekuatan kardiovaskuler,
membantu memahami ritme gerakan melalui aktivitas ini,
mengembangkan koordinasi gerakan tangan dan kaki, membantu
mengembangkan keseimbangan tubuh yang baik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa latihan skipping dapat meningkatkan kekuatan pada kaki pemain.
4. loncat naik turun bangku
Latihan loncat naik turun bangku adalah metode latihan untuk melatih
kekuatan otot kaki. Latihan loncat naik turun bangku merupakan bentuk
8
metode latihan untuk mengembangkan kondisi fisik dengan sasaran utama
adalah power tungkai. Latihan naik turun bangku merupakan salah satu
dari latihan plyometric, di mana menurut (Chu & Myer, 2013),
menjelaskan bahwa plyometric adalah teknik latihan yang digunakan oleh
atlet di semua jenis olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan daya
ledak.
5. Daya ledak
Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat singkatnya
( Sajoto, 1995:17 ).
6. Otot Tungkai
Tungkai sebagai salah satu anggota gerak bagian bawah tubuh yang
memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Tungkai melibatkan
tulang-tulang pembentuk otot tungkai baik atas maupun bawah. Tulang-
tulang pembentuk otot meliputi, tulang-tulang kaki, tulang-tulang tibia dan
fibula, serta tulang femur (Reven, 1981: 14).
a. Tungkai bawah tersusun atas tulang-tulang :
1) paha atau femur, berjumlah sepasang
2) tempurung lutut atau patela, berjumlah sepasang
3) kering atau tibia, berjumlah sepasang
4) betis atau fibula, berjumlah sepasang
5) ruas pergelangan kaki atau tarsal, berjumlah 2 × 7 buah
6) telapak kaki atau metatarsal, berjumlah 2 × 5 buah
7) ruas jari kaki atau falanges berjumlah 2 × 14 ruas
9
b. Sendi anggota bawah
1) Sendi lutut adalah sendi engsel dengn perubahan dan yang dibentuk
oleh kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior
dari kondil-kondil tibia.
2) Sendi tibio-fibuler, sendi-sendi ini dibentuk antara ujung atas dan
ujung bawah ke dua tulang tungkai bawah.
3) Sendi pergelangan kaki, terdiri dari ujung-ujung tulang kering serta
tulang betis dan tumit.
c. Otot penunjang gerak tungkai bawah
1) Muskulus Tibialis anterior, muskulus ekstensor falangus lungus,otot
kedang jempol, tendon arkiles, otot ketul empu, otot tulang kering
belakang, otot kedang jari (Arip Syaifuddin, 1992:57).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Gerak
1. Pengertian belajar gerak
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon
muscular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh. Didalam belajar gerak
yang dipelajari adalah pola-pola gerakan keterampian tertentu misalnya
gerak-gerak keterampilan olahraga. Di dalam mempelajari gerakan
olahraga, anak berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari, kemudian
apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk
mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian
sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari.
Dengan uraian tersebut menjadi jelas bahwa dalam belajar gerak
melibatkan unsur fisik, fikir, maupun emosi dan perasaan. Namun perlu
dicatat bahwa tujuan utama belajar gerak adalah untuk meningkatkan
keterampilan gerak.
2. Ranah gerak
Kata “ranah” adalah terjemahan dari kata “domain” yang bisa diartikan
bagian atau unsur. Gerak tubuh merupakan salah satu kemampuan
manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh manusia biasa
11
diklarifikasikan menjadi beberapa macam. Anita J. Harrow (1972)
membedakan tubuh manusia menjadi 6 klasifikasi, yaitu :
(1) Gerak refleks (4) Kemampuan fisik
(2) Gerak dasar fundamental (5) Gerak keterampilan
(3) Kemampuan perceptual (6) Komunikasi non diskursif
Gerak merupakan suatu perubahan keadaan atau tempat dari suatu benda
pada titik keseimbangan awal. Secara sederhana gerak dapat berarti
perpindahan posisi. Ada 2 jenis gerak yaitu gerak biasa dan gerak refleks.
Gerak biasa merupakan gerak yang disadari. Hantaran impuls pada gerak
biasa dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsang. Impuls tersebut
kemudian dihantarkan menuju neuron sensorik untuk kemudian diolah di
otak. Respons dari otak kemudian oleh saraf motorik dihantarkan ke efektor
sehingga terjadilah gerakan.
Urutan perjalanan impuls pada gerak biasa secara skematis sebagai berikut:
Impuls Reseptor` Saraf Sensorik Otak Saraf Motorik
Efektor Gerak
Agar lebih memperjelas tentang proses terjadinya gerak sadar, berikut
adalah contoh gambar dari gerak sadar:
Gambar 1. Gerak Biasa
12
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari. Hantaran impuls pada
gerak refleks mirip seperti gerak biasa. Bedanya impuls pada gerak refleks
tidak melalui pdengolahan oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya berperan
sebagai konektor saja.
Ada dua macam neuron konektor, yaitu neuron konektor di otak dan di
sumsum tulang belakang. Urutan perjalanan impuls pada gerak refleks secara
skematis sebagai berikut:
Impuls Reseptor Saraf Sensorik Sumsum Tulang Belakang
Saraf Motorik Gerak
Agar lebih memperjelas tentang proses terjadinya gerak sadar, berikut adalah
contoh gambar dari gerak tidak sadar/refleks:
Gambar 2. Gerak Refleks
Untuk menguasai suatu keterampuilan gerak seorang harus melalui beberapa
tahapan belajar gerak, secara sistematik terjadi perubahan kemampuan dalam
penguasaan keterampilan gerak akibat adanya proses belajar gerak (motor
learning), adapun fase belajar gerak Fits dalam Adam (1991) dan hal yang
sama Albernethy (2013) dan juga yang dijelaskan Herman Tarigan (2019)
13
bahwa fase perubahan yang terjadi dari keterampilan motorik (stages in the
acquistion of motor skill), yaitu: fase kognitif, fase asosiasi, dan fase otonom.
1) Fase Kognitif
Fase kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan,
disini anak berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang dipelajari,
kemudian mencoba untuk melakukan berulang-ulang. Pada fase ini
efektifitas kognitif atau aktivitas berfikir masih menonjol karena harus
belajar memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus
melakukannya. Pada saat anak mencoba berulang-ulang melakukan gerakan,
gerakannya masih sangat dipengaruhi oleh fikirannya. Ia berusaha
menampilkan bayangan gerakan yang ada dalam fikirannya ke dalam
gerakan tubuh yang senyatanya.
Untuk menampilkan bayangan gerakan ke dalam gerakan yang senyatanya,
pada awalnya seringkali anak masih mengalami kesulitan. Namun dengan
cara berulang-ulang melakukan bagian demi bagian gerakan, ia akan
semakin mampu melakukannya dengan bentuk gerakan yang makin
menyerupai dengan gerakan yang dibayangkannya. Pada fase kognitif,
apabila gerakan keterampilan yang dipelajari cukup rumit dan meliputi
rangkaian gerakan yang bermacam-macam, di dalam mempraktekannya
dilakukan cara dengan cara mempraktekan bagian demi bagian gerakan.
Dengan demikian anak akan lebih mudah menguasainya.
2) Fase Asosiatif
Fase asosiatif merupakan fase kedua dalam belajar gerak keterampilan.
Yang membatasi antara fase kognitif dan fase asosiatif adalah dalam hal
14
rangkaian gerakan yang bisa dilakukan oleh anak. Pada fase asosiatif, anak
sudah sampai pada taraf merangkaikan bagian-bagian gerakan bisa
dilakukan apabila bagian-bagian gerakannya sudah bisa dilakukan terlebih
dahulu.
Pada fase asosiatif ini, dengan cara melakukan rangkaian gerakan secara
berulang-ulang, penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat.
Peningkatan penguasaan atau keterampilan gerak akan nampak dalam hal:
gerakan semakin lancar, makin sesuai dengan kemauan atau makin sesuai
dengan bayangan gerakan yang ingin dilakukan, kesalahan gerakan semakin
berkurang dan makin konsisten, dan pelaksanaannya makin halus. Setelah
anak mampu melakukan rangkaian gerakan dengan baik, ia kemudian
memasuki fase yang terakhir yaitu fase otonom.
3) Fase otonom
Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak keterampilan. Pada
fase ini anak mencapai tingkat penguasaan gerakan yang tertinggi. Anak
bisa melakukan rangkaian gerakan keterampilan secara otonom dan secara
otomatis. Gerakan bisa dilakukan secara otonom artinya adalah bahwa anak
mampu melakukan gerakan keterampilan tertentu walaupun pada saat
bersamaan ia harus melakukan aktivitas lainnya. Misalnya pada pemain bola
voli, ia harus melakukan semes dengan baik walaupun harus sambil
memperhatikan posisi pengeblok dan mencari posisi lawan yang lemah.
Sedangkan gerak yang bisa dilakukan secara otomatis adalah gerakan yang
bisa dilakukan seperti yang dikehendaki walaupun ia tidak melahirkan
unsur-unsur bentuk gerakan yang ingin dilakukannya itu. Misalnya pada
15
pemain bola oli yang mendapatkan umpan, begitu ia mengamati situasi
permainan dan memutuskan bahwa harus melakukan semes pool, maka
tanpa berpikir semes pool itu gerakannya bagaimana, ia mampu
melakukannya dengan baik.
B. Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak merupakan factor yang sangat penting dalam olahraga.
Prestasi olahraga yang tinggi tidak terlepas dari factor keterampilan gerak.
Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kebenaran mekanika tubuh,
berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan tenaga. Oleh karena itu dalam
upaya mencapai prestasi olahraga yang tinggi, pembinaan kualitas
keterampilan gerak sama pentingnya dibanding pembinaan kualitas daya
fisik.
Keterampilan gerak menurut Herman Tarigan (2019) adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Keterampilan gerak
merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan control atas bagian-
bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Makin kompleks pola gerak yang
harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan control tubuh yang
harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.
Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara
memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai
dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerak yang telah dilakukan.
Untuk menguasai suatu keterampilan gerak, seorang harus melalui beberapa
tahapan belajar gerak, secara sistematik terjadi perubahan kemampuan
16
dalam penguasaan keterampilan gerak akibat adanya proses belajar gerak
(motor learning).
Adapun fase belajar gerak yang dikutip oleh Herman Tarigan (2019)
menurut Fits dalam Adam (1991) dan hal yang sama Albernethy (2013)
menyebutnya dengan fase perubahan yang terjadi dari keterampilan motorik
(stages in the acquisition of motor skill) yaitu :
1) fase kognitif
2) fase asosiatif
3) fase otonom
a) Teknik memegang raket
Ada beberapa macam tipe pegangan raket yaitu :
1) Pegangan gebuk kasur (America grip)
2) Pegangan forehand (forehand grip)
3) Pegangan backhand (backhand grip)
4) Pegangan kombinasi/campuran (combination grip)
a. Pegangan forehand
Teknik pegangan forehand dilakukan ibu jari dan jari telunjuk
menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar
dinding kepala raket).
b. Pegangan Backhand
Dari posisi teknik pegangan forehand dapat dialihkan ke teknik
pegangan backhand, yakni dengan memutar raket seperempat putaran
kea rah kiri. Dari pegangan backhand dapat dialihkan ke teknik
pegangan gebuk kasur dengan memutar setengah putaran kea rah kiri.
17
Keuntungan pegangan bacjhand adalah pemain dengan leluasa dapat
mengembalikan bola yang datangnya di sebelah kiri badan.
Sebaliknya kelemahan dari teknik pegangan ini, atlet akan kesukaran
dalam mengembalikan bola, terutama smash yang mengarah ke
sebelah kanan badan.
b) Teknik memukul bola (strokes)
Macam-macam teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis
adalah servis panjang, servis pendek, lob, smash, drop shot, chop,
drive dan netting.
1) Servis
Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam
awal perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis dengan
baik dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai
strategi awal serangan. Dalam permainan bulutangkis ada dua
macam servis, yaitu servis panjang dan servis pendek.
Servis dalam bulutangkis harus sesuai dengan peratuan permainan
bulutangkis. Adapun ketentuan tersebut antara lain :
a) Ketinggian bola saat perkenaan dengan kepala raket berada
dibawah pinggang
b) Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke
bawah
c) Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis
tengah atau garis depan
18
d) Tidak ada gerakan ganda (saat ayunan memukul sampai
perkenaan dengan bola satu kali gerakan). Gerakan raket harus
berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus
1. Servis pendek
Pelaksanan servis pendek dapat dilaksanakkan dengan cara
forehand maupun backhand :
a) Berdirilah sedekat mungkin dari garis depan
b) Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan-belakang
menyesuaikan kebiasaan
c) Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian di bawah
pinggang
d) Kepala raket ditempatkan di belakang kepala bola
e) Tentukan arah sasaran servis, lihat bol, lakukan pukulan
dengan halus untuk mendapatkan arah bola yang sesuai sasaran
dan tipis di atas net.
2. Servis panjang
Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara
forehand service tinggi sering dilakukan dalam permainan tunggal,
latihan servis tinggi sering diabaikan oleh pemain maupun pelatih,
padahal servis tinggi yang baik juga menentukan akhir dari
permainan. Prinsip pada servis tinggi yang baik adalah melambung
tinggi dan jatuhnya dibidang belakang lapangan lawan, sedekat
mungkin dengan garis belakang.
19
a. Forehand Service
1) Servis Forehand Pendek
Tujuan servis pendek ini untuk memaksa lawan agar tidak
bisa melakukan serangan. Selain itu lawan dipaksa berada
dalam posisi bertahan. Variasi arah dan sasaran servis
pendek ini dapat dilatih secara serius dan sistematis. Kok
harus dipukul denga ayunan raket yang relatif pendek. Pada
saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan kok, siku
dalam keadaan bengkok, untuk menghindari penggunaan
tenaga pergelangan tangan, dan perhatikan peralihan titik
berat badan Anda. Cara latihannya adalah menggunakan
sejumlah kok dan dilakukan secara berulang-ulang.
2) Servis Forehand Tinggi
Jenis servis ini terutama digunakan dalam permainan
tunggal. Kok harus dipukul dengan menggunakan tenaga
penuh agar kok melayang tinggi dan jatuh tegak lurus di
bagian belakang garis lapangan lawan.
b. Backhand Service
1) Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan
ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan.
Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokkan,
sehingga dengan sikap seperti ini, titik berat badan berada
di antara kedua kaki. Jangan lupa, sikap badan tetap rileks
dan penuh konsentrasi.
20
2) Ayunan raket relatif pendek, sehingga kok hanya didorong
dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki
depan, dengan irama gerak kontinu dan harmonis. Hindari
menggunakan tenaga pergelangan tangan yang berlebihan,
karena akan mempengaruhi arah dan akurasi pukulan.
3) Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap
berdiri lawan, sehingga dapat mengarahkan kok ke sasaran
yang tepat dan sesuai perkiraan.
4) Biasakan berlatih dengan jumlah kok yang banyak dan
berulang-ulang tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat
menguasai gerakan dan ketrampilan servis ini dengan utuh
dan baik/sempurna.
2) Lob (clear)
Pukulan lob merupakan pukulan yang paling sering dilakukan oleh
setiap pemain bulutangkis. Pukulan lob sangat penting dalam
mengendalikan permainan bulutangkis, sangat baik untuk
mempersiapkan serangan atau untuk membenahi posisi sulit saat
mendapat tekanan dari lawan. Posisi tubuh sangat menentukan
untuk dapat melakukan pukulan lob yang baik, sehingga kaidah-
kaidah teknik latihan ini harus dilaksanakan pada saat latihan.
Pemain harus berada di posisi sedemikian rupa sehingga bola dapat
berada diatas depan kepalanya, posisi demikian memungkinkan
pemain memukul bola dengan leluasa, sehingga arah bola sukar
ditebak.
21
3) Smash
Pukulan smash merupakan pukulan over head yang mengandalkan
kekuatan dan kecepatan lengan serta lecutan pergelangan tangan
agar bola meluncur tajam menukik. Baik smash lurus maupun
smash silang, kedunyan dapat dipukul dengan ayunan yang sama.
Latihan untuk meningkatkan kerasnya smash dilakukan dengan
latihan berbeban atau dengan raket squash. Adapun dosis latihan
untuk melaksanakan program latihan dengan raket squash atau alat
lain yang tujuannya untuk meningkatkan daya gerak dapat
berpedoman pada aturan program latihan power endurance, yaitu :
a) Drive forehand dan backhand
b) Frekuensi pukulan antara 6-12 kali
c) Set antara 6-8 set
d) Istirahat antara set yaitu 2-3 menit
e) Irama cepat
4) Drop shot
Drop shot adalah pukulan menyerang dengan menempatkan bola
tipis dekat jaring pada lapanga lawan. Drop shot mengandalkan
kemampuan feeling dalam memukul bolasehingga arah dan
ketajaman bola tipis di atas net serta jatuh dekat net.
Latihan untuk menguasai drop shot berpedoman pada latihan
pembiasaan. Karena drop shot tidak memerlukan tenaga yang
besar, maka teknik latihan yang tepat adalah diulang-ulang dengan
frekuensi yang banyak (frekuensi dapat dilaksanakan berkisar 450
22
servis pendek per sasaran setiap sesi latihan). Arah umpan harus
bervariasi, pelatih harus dapat menciptakan arah umpan mirip
dengan keadaan dalam suatu pertandingan bulutangkis.
5) Drive
Pukulan drive adalah jenis pukulan keras dan cepat yang arahnya
mendatar. Pukulan drive biasanya digunakan untuk menyerang
atau mengembalikan bola dengan cepat secara lurus maupun
menyilang ke daerah lawan, baik dengan forehand maupun
backhand.
Latihan untuk menguasai drive antara lain :
a) Untuk atlet pemula berlatih memukul bola secara mendatar
dengan umpan diarahkan ke samping badan (baik forehand
maupun backhand)
b) Atlet yang sudah mahir dapat berlatih dengan metode drill,
yaitu diumpan dengan factor kesulitan yang tinggi (pelati
berdiri di atas kursi)
c) Berpasangan pengumpan siap dekat net arah pukulan
menyerang sedemikian rupa sehingga menambah factor
kesulita yang dilatih
d) Pemain menggunakan raketyang lebih berat (squash) untuk
meningkatkan daya pukul sehingga menghasilkan pukulan
drive yang keras
23
6) Netting
Netting adalah pukulan pendek yang dilakukan didepan net dengan
tujuan untuk mengarahkan bola setipis mungkin jaraknya dengan
net didaerah lawan. Netting sangat menentukan akhir dari
pertandingan bulu tangkis, kualitas netting yang baik
memungkinkan pemain mendapatkan umpan dari lawan untuk di
smes atau diserang dengan pukulan mematikan yang lain. Untuk
menghasilkan pukulan netting yang baik dan setipis mungkin,
pemain harus dapat menempatkan posisi badannya dengan baik
sehingga saat memukul sedapat mungkin posisi bola masih diatas
atau atau jarak dengan bibir net masih tipis, konsentrasi harus
tinggi namun relaks.
C. Latihan
1. Teori Latihan
Menurut Fox dan Matheus dalam Sajoto (2007:138), dikemukakan
bahwa frekuensi latihan 3-5 kali per minggu adalah cukup efektif.
Sedangkan Brooks dan Fahey dalam Sajoto (2007:138),
mengemukakan bahwa latihan hendaknya dengan frekuensi antara 3-5
kali perminggu dengan waktu latihan antara 20-60 menit dalam
intensitas tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas peneliti dalam
memberikan latihan menggunakan frekuensi latihan 3 kali dalam
seminggu untuk latihan, yaitu pada hari Senin, kamis dan Jumat,
24
dengan waktu setiap kali pertemuan 90 menit. Dalam penelitian ini
peneliti berusaha memberikan arahan dan contoh gerakan latihan naik
turun bangku dan latihan skipping sebelum latihan dilaksanakan.
Menurut Sukadiyanto (2005:1), Menerangkan bahwa pada prinsipnya
latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik,
yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional
peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih. Beberapa ciri latihan
menurut Sukadiyanto (2005:7), adalah
a) Suatu proses untuk pencapaian tingkat kemampuan yang lebih
baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu
(pentahapan) serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
b) Proses latihan harus teratur dan progresif. Teratur maksudnya
latihan harus dilakukan secara ajeg, muju, dan berkelanjutan
(kontinyu). Sedangkan bersifat progresif maksudnya materi latihan
diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke
yang lebih sulit (kompleks), dari yang ringan ke yang berat.
c) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi atau satu unit latihan) harus
memiliki tujuan dan sasaran.
d) Materi latihan harus berisikan materi teori dan paktik, agar
pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif
permanen.
Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang
direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan,
kompleksitas gerak, dan menekan pada sasaran latihan. Berdasarkan
25
pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan
suatu proses secara teratur yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
hasil yang memuaskan bisa berupa aktivitas fisik juga lainnya.
2. Tujuan Latihan
Menurut Sukadiyanto (2005:8) sasaran latihan secara umum adalah
untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam
mencapai puncak prestasi.
Lebih lanjut Sukadiyanto (2005:9), menjelaskan sasaran latihan dan
tujuan latihan secara garis besar antara lain:
a) Meningkatkan kualitas fisik dasar dan umum secara menyeluruh
b) Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus
c) Menambah dan menyempurnakan teknik
d) Menambah dan menyempurnakan strategi, teknik, taktik, dan pola
bermain
e) Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam
bertanding.
Berdasarkan pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dan sasaran latihan adalah meningkatkan kualitas yang akan dicapai.
Sehubungan dengan hal tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal
maka tujuan sasaran latihan harus tepat dan sesuai.
3. Prinsip-prinsip Latihan
Prinsip latihan menurut Bompa (1994) dan Marten (1990) yang dikutip
Giri Wiarto (2013:153) terdiri dari 10 prinsip,yaitu sebagai berikut :
26
a) Prinsip Kesiapan
Prinsip ini materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia
atlet. Atlet yang belum dewasa lebih sedikit untuk mampu
memanfaatkan latihan. Hal demikian karena terdapat perbedaan
dalam kematangan, baik kematangan otot, power maupun
psikologis.
b) Prinsip individualisasi
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Demikian juga dalam merespon beban latihan untuk setiap atlet
berbeda-beda. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan
terhadap kemampuan atlet dalam merespon beban latihan adalah
keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran,
lingkungan, cidera dan motivasi.
c) Prinsip beban berlebih
Prinsip ini menggambarkan bahwa beban latihan harus diberikan
secara cukup berat, intensitas tinggi dan dilakkan secara berulang-
ulang. Apabila beban terlalu berat, akan mengakibatkan tubuh tidak
mampu beradaptasi sedangkan apabila beban terlalu ringan tidak
akan berpengaruh terhadap kualitas latihan atlet.
d) Prinsip peningkatan
Ketika latihan beban latihan harus bertambah secara bertahap dan
kontinu. Prinsip ini harus memperhatikan frekuensi latihan,
intensitas latihan dan durasi latihan untuk setiap latihan.
e) Prinsip kekhususan
27
Setiap atlet melakukan latihan pasti memiliki tujuan. Materi latihan
harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga. Berikut
adalah pertimbangan dalam menerapkan prinsip kekhususan yaitu
spesifikasi kebutuhan energi, spesifikasi bentuk dan model latihan,
spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot, dan waktu latihan.
f) Prinsip variasi
Ketika melakukan latihan yang terus menerus, pastilah atlet akan
merasa bosan apabila bentuk dan model latihan yang diberikan
monoton. Untuk menghindari kejenuhan dan kebosanan, maka
latihan harus disusun secara variatif.
g) Prinsip pemanasan dan pendinginan
Pemanasan adalah hal yang sangat penting dilakukan sebelum
melakukan aktifitas fisik. Fungsi pemanasan adalah untuk
mempersiapkan otot agar berkontraksi dan mempermudah oksigen
lepas dari hemoglobin dan menaikan pemakaian volume oksigen.
Pendinginan sama pentingnya dengan pemanasan. Aktivitas
pendinginan terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan
berat menuju keadaan normal.
h) Prinsip latihan jangka panjang
Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikan telapak tangan.
Untuk memperoleh prestasi harus melalui proses latihan dalam
jangka waktu lama.
28
i) Prinsip multilateral
Prinsip multilateral mencakup keserasian semua organ dan sistem
tubuh serta proses fisikologis dan psikisnya. Perkembangan fisik
merupakan salah satu syarat untuk memungkinkan tercapainya
perkembangan fisik khusus dan keterampilan dapat dikuasai secara
sempurna.
j) Prinsip partisipasi aktif berlatih
Selama latihan atlet harus diberikan informasi mengenai tujuan
tujuan latihan dan efek efek latihan yang dilakukannya. Selain itu
seorang atlet senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat dan
tidak melakukan hal hal yang merugikan dirinya.
D. Latihan Skipping dan Latihan Loncat naik turun bangku
1. Latihan Skipping
Skipping merupakan olahraga yang sejak zaman dulu digemari dari
berbagai negara. Olahraga skipping merupakan olahraga yang
mengunakan seutas tali untuk melakukan lompatan. Olahraga skipping
ini degemari oleh atlet-atlet dari berbagai macam cabang, misalnya bola
voli, badminton, tinju, dan olahraga yang lain. Olahraga skipping
digemari karena dengan melakukan olahraga skipping ini dapat
meningkatkan kekuatan, kelincahan, keseimbangan. Olahraga ini
sampai saat ini masih menjadi pilihan dari berbagai cabang olahraga.
Saat ini perkembangan skipping juga sangat hebat, skipping mengalami
perkembanan dari segi variasi pengunaan maupun bahan yang
29
digunakan. Zaman dahulu skipping digunakan hnya untuk meloncat
satu atau dua macam loncatan saja namun sekarang variasi penggunaan
skipping sangat variatif dan berkembang berbagai macam variasi, selain
itu bahan yang digunakan untuk membuat skipping pada zaman dulu
hanya tali saja dan pegangannya hanya dari kayu, namun sekarang
dengan berkembangnya zaman bahan skipping bisa dari plastik yang
bahannya ringan dan mudah digunakan.
Skipping adalah suatu aktivitas yang menggunakan tali dengan kedua
ujung tali dipegang dengan kedua tangan lalu diayunkan melewati
kepala sampai kaki sambil melompatinya.
Menurut Chrissie Gallagher (2006: 99) skipping adalah suatu bentuk
latihan CV (Cardio Vaskuler) yang sangat baik karena dapat
menjadikan sebuah latihan yang sangat berat dan dapat meningkatkan
daya tahan dan kecepatan.
Gambar 3. Gerakan Skipping
a) Tujuan Skipping
Menurut Muhamad Muhyi Faruq (2009: 23) sasaran atau tujuan
skippig adalah: (1) mengembangkan daya tahan, (2) mengembangkan
30
kekuatan kaki dan lengan, (3) mengembangkan kekuatan
kardiovaskuler, (4) membantu memahami ritme gerakan melalui
aktivitas ini, (5) membantu kordinasi gerakan tangan dan kaki, (6)
mengembangkan keseimbangan tubuh. Pendapat senada juga
disampaikan oleh Soetoto Pontjopoetro (2002: 4.21-4.24) menyatakan
bahwa tujuan lompat tali adalah: (1) melatih keterampilan melompat
dan meloncat, (2) melatih koordinasi antara kedua tangan dan kaki, (3)
melatih otot tungkai agar dapat hasil lompatan yang baik. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan lompat tali
skipping adalah memaksimalkan ukuran jarak capai atau tinggi
loncatan dan untuk menyelaraskan, mengkoordinasikan loncatan
dengan ayunan supaya tali dapat melewati kaki dan kepala.
b) Teknik dan Variasi dalam Skipping
Variasi dalam lompat tali/skipping ada enam cara menurut Chrissie
Gallagher (2006: 99), yaitu: (1) angkat satu lutut sambil melompat, (2)
melompat maju mundur, setelah itu ke samping, (3) lompati tali
dengan kedua kaki secara bersamaan, (4) lompati tali dengan
lompatan tali disilangkan, (5) lakukan lompatan yang tinggi di atas
tali, dan (6) melakukan lompatan bintang (star jump) di antara waktu
ketika tali berada di bawah. Menurut Muhyi Faruq (2009: 22-29)
dalam melakukan lompat tali ada beberapa cara antara lain adalah
sebagai berikut: (1) melompati tali ditempat dengan menggunakan
kedua kaki, (2) melompati tali dengan salah satu kaki bergantian, (3)
melompati tali dengan satu kaki bergantian sambil berjalan.
31
Dalam penelitian ini latihan skipping dilakukan dengan cara meloncat
satu kaki bergantian kanan dan kiri, masing-masing kaki 10 repetisi
dan meningkat 4 repetisi setiap 3 kali petemuan, setiap pertemuan 4
set, dilakukan dengan irama secepat mungkin (eksplosif), recovery 30
detik antar set, pemberian perlakuan dilakukan 3x seminggu dengan
lama pemberian 16 kali tatap muka.
2. Latihan Loncat naik turun bangku
Latihan loncat naik turun bangku adalah metode latihan untuk melatih
kekuatan otot kaki. Latihan loncat naik turun bangku merupakan bentuk
metode latihan untuk mengembangkan kondisi fisik dengan sasaran
utama adalah power tungkai. Latihan naik turun bangku merupakan
salah satu dari latihan plyometric, di mana menurut Chu (2000: 4),
menjelaskan bahwa plyometric adalah suatu metode latihan yang
menitik beratkan pada gerakan-gerakan dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan menurut Summit (dalam, Lolly, 2001), berpendapat bahwa
plyometric adalah latihan spesifik untuk meningkatkan kemampuan
lompatan yang dilengkapi dengan latihan peregangan dan
mempersingkat terjadinya kontraksi otot, tenaga elastis ini kemudian
dipakai ulang untuk mempersingkat aktivitas otot yang menjadi lebih
kuat. Latihan naik turun bangku sangat diperlukan dalam cabang
olahraga bulu tangkis yaitu apabila memiliki power tungkai yang baik
diharapkan dapat melakukan jumpping dengan baik pada saat
melakukan teknik yang membutuhkan jumpping misalkan saat
32
melakukan smash saat melakukan block atau melakukan jumping
servis.
Cara melakukan Loncat naik turun bangku:
a) Berdirilah di depan bangku dengan posisi kaki dan badan
menghadap bangku
b) Loncatlah ke atas bangku menggunakan dua kaki secara bersamaan
c) Setelah badan di atas bangku kemudian kembalilah turun dengan
dua kaki juga
d) Lakukan dengan loncat naik turun bangku dengan tempo cepat
Seperti tempo saat bermain skipping
Menurut Dekdikbud (2000: 51), latihan dengan menggunakan metode
loncat naik turun bangku mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a) Selalu lakukan pemanasan dan penguluran terutama untuk bagian
kaki
b) Gerakan maksimal diperlukan untuk mencapai hasil yang optimum
c) Penting untuk mengetahui penempatan kaki yang tepat cobalah
untuk mendarat dengan memantapkan posisi pergelangan kaki
d) Istirahat yang cukup di antara waktu pengulangan harus sangat
diperhatikan
e) Gunakanlah berat badan ketika melakukan loncat naik turun
bangku
f) Jagalah tubuh agar tetap seimbang dengan menaikan posisi lutut
setinggi ibu jari tangan.
33
g) Hindarilah tempat mendarat yang basah: gunakan landasan yang
rata seperti matras, lintasan atletik atau rumput yang kering
h) Tetaplah bertumpu dengan menggunakan telapak kaki bagian
depan
i) Mendaratlah dengan telapak kaki. Hindari mendarat dengan tumit.
Gambar 4. Gerakan Loncat Naik Turun Bangku
Menggunakan bangku Swedia
Dalam penelitian ini latihan loncat naik turun bangku dilakukan dengan
memakai kursi Swedia atau tangga yg sama ukuran nya dengan kursi
Swedia. Ketinggian bangku diturunkan karena untuk menyetarakan
beban dengan latihan skipping. Dosis latihan sama dengan latihan
skipping yaitu 20 repetisi dan meningkat 4 repetisi setiap tiga kali
pertemuan, setiap pertemuan 4 set, dilakukan dengan irama secepat
mungkin (eksplosif), recovery 30 detik antar set, pemberian perlakuan
dilakukan 3x seminggu dengan lama pemberian 16 kali tatap muka.
34
E. Daya Ledak Otot Tungkai
1. Daya ledak
Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan
beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh
(Suharno HP, 19898: 36).
Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat
singkatnya ( Sajoto, 1995:17 ).
Power atau daya ledak sering juga disebut eksplosif power atau
muscular power. Menurut Harsono (1988: 24) bahwa “power adalah
kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal, dalam waktu
yang sangat cepat.
Kemudian menurut M. Sajoto (1995: 8) bahwa ”Daya ledak otot
(muscular power) adalah kemapuan seseorang untuk melakukan
kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya. Power merupakan unsur tenaga yang banyak
dibutuhkan dalam berbagai cabang olahraga khususnya bulutangkis,
walaupun tidak semua cabang olahraga membutuhkan power sebagai
komponen energi utamanya. Adapun wujud gerak dari power adalah
selau bersifat eksplosif.
a) Manfaat power
Adapun kegunaan power adalah :
1) Untuk mencapai prestasi maksimal
35
2) Dapat mengembangkan teknik bertanding dengan tempo cepat
dan gerak mendadak
3) Memantapkan mental bertanding atlet
4) Simpanan tenaga anaerobik cukup besar (Suharno, 1985: 59).
b) Penerapan Konsep Power dalam Olahraga bulutangkis
Contoh penerapan konsep power dalam olahraga adalah ketika atlet
bulutangkis tidak memiliki smash yang baik dari segi kekuatan dan
kecepatan pukulan, maka kemungkinannya adalah dia tidak
memiliki power yang sempurna. Untuk meningkatkan power
lengan pemain bulutangkis dapat dikembangkan melalui
penambahan latihan kekuatan dan kecepatan otot lengan.
c) Bentuk Latihan Power yang Bisa Digunakan
Beberapa bentuk latihan untuk mengembangkan power diantaranya
adalah dengan melakukan latihan beban/barbels (12 – 16 RM), atau
latihan kekuatan (8 – 12 RM) dan dilanjutkan dengan latihan
kecepatan. Dapat pula melakukan latihan pliometrik. Konsep
latihan pliometrik untuk meningkatkan power adalah latihan yang
dilakukan dengan cara meregangkan (memanjangkan) otot tertentu
sebelum mengkontraksikannya (memendekan) secara eksplosif.
Jika ingin meningkatkan power pada kelompok otot tertentu kita
harus meregangkan kelompok otot tersebut kemudian secara
eksplosif segera memendekan otot tersebut.
36
Program latihan pliometrik biasanya lebih efektif bila dibandingkan
dengan latihan squats atau squat jump dalam hal mengembangkan
daya ledak otot tungkai. Namun latihan ini harus dilakukan dengan
hati-hati, sebab jika ototnya belum kuat akan mudah terkena
cedera. Sebagai patokan saja apabila akan melakukan latihan
pliometrik pada tungkai, maka kekuatan otot tungkai harus mampu
mengangkat 1 ½ berat badan.
Beberapa bentuk latihan pliometrik khusus untuk tungkai adalah
sebagai berikut :
a) Lompat kodok (frog leap); dari sikap jongkok menolak dengan
kedua kaki ke atas dan depan sejauh-jauhnya.
b) Jingkat; berjingkat-jingkat pada satu kaki dengan menekankan
pada tinggi dan jauhnya lompatan.
c) Hop; memantul-mantul sejauh mungkin dengan kedua kaki
bergantian.
d) Lompat dari ketinggian (Depth jump); lompat dari atas bangku
atau meja dan mendarat dilantai dengan tungkai dibengkokan
(mengeper).
2. Otot tungkai
Tungkai sebagai salah satu angota gerak bawah memiliki peran penting
dalam unjuk kerja olahraga. Tungkai melibatkan tulang-tulang
pembentuk otot tungkai baik atas maupun bawah. Tulang-tulang
37
pembentuk otot meliputi, tulang-tulang kaki, tulang-tulan tibia dan
fibula, serta tulang femur (Reven, 1981: 14).
Dalam penelitian ini tujuan yang akan dlakukan yaitu terfokus pada otot
tungkai, berikut gambar dari tulang dan otot tungkai
Anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara
gelang panggul, meliputi :
a) Tulang pangkal paha (Coxae)
b) Tulang paha (Femur)
c) Tulang kering (Tibia)
d) Tulang betis (Fibula)
e) Tempurung lutut (Patela), tulang pangkal kaki (Tarsalia)
f) Tulang telapak kaki (Meta Tarsilia)
g) Ruas jari-jari kaki (Phalan gea) (Syaifuddin 1997 : 31)
Gambar 5. Tulang pada bagian tungkai
38
Gambar 6. Otot dibagian tungkai
F. Hakikat Bulutangkis
Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer,
banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja
maupun orang tua. Permainan bulutangkis sudah ada sejak pemerintahan
tentara Dinasti Han di Cina pada abad kedua dan tiga masehi. Permainan
bulutangkis tersebut dianggap sangat berguna untuk melatih ketangkasan
dan kekuatan tentara Dinasti Han.
Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan
oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang
berlawanan. Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di
satu sisi bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock")
melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan.
39
Dia juga harus mencegah hal tersebut terjadi padanya. Tujuan dari
perorangan (tunggal) atau ganda adalah berusaha untuk mengumpulkan
point sebanyak-banyaknya dan berusaha menggagalkan serangan lawan
dan menjaga atau melindungi wilayah lapangannya agar bola/shuttlecock
dari lawan tidak jatuh di dalam wilayah lapangan sendiri. Permainan
bulutangkis dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama 10 dan
kedua diberistirahat, dan setelah waktu istirahat, dilakukan pertukaran
tempat. yang dinyatakan menang adalah tunggal/ganda yang sampai akhir
pertandingan lebih banyak mengumpulkan point,
adapun ketentuan penilaian dalam permainan bulutangkis :
1) Satu set terdiri dari 21 poin.
2) Bila terjadi kedudukan 20 sama, otomatis akan terjadi jus 2 (permainan
akan berakhir pada poin 22).
3) Jus 2 akan otomatis diberlakukan bila kemudian terjadi lagi kedudukan
sama (permainan akan berakhir dengan selisih 2 poin).
4) Bila terjadi kedudukan 29 sama, tidak lagi diberlakukan jus (permainan
akan berakhir pada poin 30).
1. Cara menjadi pemain bulutangkis yang lebih baik
Menguasai dasar permainan
Pukul kok pada bagian tengah nya, dengan cara berlatih untuk bisa selalu
mengarahkan pukulan Anda pada bagian tengah dari ujung kok, atau
“kepalanya”. Anda bisa melatih teknik ini dengan melihat tepat pada kepala
kok ketika kok melambung di atas kepala Anda.
40
Pukul kok ketika berada dipuncak lambungnya, dengan cara manfaatkan
kecepatan dan ketinggian yang dihasilkan kok pada puncak lambungannya.
Dengan memukul kok pada posisi ini, Anda bisa melakukan smes yang
kuat dan juga mendapatkan pengendalian posisi kok yang lebih baik.
Perhatikanlah posisi puncak lambungan kok dan kalau perlu, berlarilah ke
arahnya sebelum ketinggian dan momentumnya hilang.
Selalu posisikan diri anda kembali ke tengah lapangan, dengan cara jangan
biarkan diri Anda berada di luar posisi setelah mengembalikan kok lawan.
Kembalilah ke tengah lapangan. Dengan ini lawan Anda akan kesulitan
untuk mengarahkan kok ke tempat yang tidak bisa Anda raih. Menunggu
kok di tengah lapangan sambil menggerakan kaki adalah “posisi siaga”
yang baik.
Cobalah untuk memukul kok ke arah garis belakang, dengan cara
Mengarahkan kok ke garis belakang membutuhkan akurasi dan tenaga yang
lebih, tetapi pukulan ini akan memaksa lawan Anda untuk mundur dan
mengerahkan tenaga yang lebih besar untuk mengembalikan kok pada
Anda. Jika Anda tidak yakin harus memukul ke arah mana dan bagian
belakang lawan Anda tidak terjaga, seranglah bagian ini.
Latihlah servis pendek dan servis panjang anda, lalu yang terakhir latihlah
pergerakan kaki anda dengan cara menggerakan kaki anda sedikit-sedikit
kearah datang nya bola.
41
2. Teknik dasar fisik
a) Sistem pelatihan fisik umum
Program dan aplikasi pelatihan fisik bulutangkis harus dirancang
melalui tahapan sebagai berikut:
1) Persiapan fisik umum yang bertujuan meningkatkan kemampuan
kerja organ tubuh, sehingga memudahkan upaya pembinaan dan
peningkatan semua aspek pelatihan pada tahap berikutnya
2) Persiapan fisik khusus bertujuan meningkatkan kemampuan fisik dan
gerak yang lebih baik menuju pertandingan.
3) Peningkatan kemampuan kualitas gerak khusus pemain. Pada tahap
ini pelatihan bertujuan untuk memahirkan gerakan kompleks dan
harmonis yang dibutuhkan setiap pemain untuk menghadapi
pertandingan.
b) Cara Terbaik untuk Mempersiapkan Kondisi Fisik Umum Pemain
1) Program Latihan Lari
Latihan lari sangat penting dan balk untuk mengasah kemampuan
kerja jantung, paruparu, dan kekuatan tungkai. Membiasakan pemain
berlatih lari selama 40-60 menit tanpa berhenti, yang dilakukan 3-4
kali seminggu, sangat baik untuk membina kemampuan daya tahan
aerobik dan kebugaran umum pemain.
2) Program Latihan Senam
Bentuk-bentuk latihan senam peregangan untuk seluruh bagian tubuh
dan persendian harus mendapat perhatian. Latihan peregangan
42
hendaknya diselingi gerakan untuk memperkuat bagian tubuh bagian
atas dan bawah yang dilakukan secara bergantian.
3) Program Latihan Loncat Tali
Latihan ini sangat balk untuk membina daya tahan, kelincahan kaki,
dan kecepatan serta melatih kemampuan gerak pergelangan tangan
lebih lentur dan kuat. Proses latihan dapat dilakukan de-ngan loncat
satu kaki secara bergantian (seperti lari biasa), loncat dua kaki, dan
masih banyak bentuk variasinya.
4) Program Latihan Gabungan
Model atau sistem pelatihan ini adalah menggunakan berbagai alat
bantu seperti bangku, gawang ukuran kecil, tiang, tongkat, tali, bola,
dan sebagainya. Tujuan latihan ini adalah membina dan
meningkatkan kamampuan dan kete-rampilan gerak pemain sebagai
upaya untuk pengkayaan gerak. Pelatih harus cermat dan terampil
menciptakan rangkaian gerak yang ada hubungannya dengan
gerakan-gerakan dalam permainan bulutangkis, di samping
memberikan prioritas pada pembinaan aspek-aspek kelincahan,
kegesitan, dan koordinasi gerak yang memang dibutuhkan dalam
bulutangkis.
5) Latihan Pemanasan
Banyak pelatihan kurang memberikan perhatian khusus perihal
peranan dan fungsi latihan pemanasan yang benar dan betul. Latihan
pemanasan yang dikemas dengan benar akan memberikan pe-ngaruh
positif pada proses kerja organ tubuh, mekanisme peredaran darah,
43
dan pernapasan. Di samping itu, sangat penting untuk menghindari
terjadinya berbagai cedera otot, persendian, dan fungsi-fungsi tubuh
lainnya.
Pada umumnya latihan pemanasan berbentuk:
a) Lari jarak pendek yang bervariasi seperti lari sambil angkat
paha/lutut, lari mundur, lari maju dan ke samping.
b) Melakukan gerakan-gerakan senam yang bersifat mere-gang
otot tungkai, paha belakang, depan, lengan, pergelangan kaki,
pinggang, otot bahu.
c) Kualitas peregangan harus dilakukan dengan pelan sampai
terasa terjadi proses peregangan pada bagian otot dan persendian
yang dilatih. Hindari melakukan gerakan sentak, yang dapat
menyebabkan rasa sakit pada otot atau persendian.
6) Latihan Pendinginan
Latihan ini dilakukan setelah program latihan selesai dilaksanakan
sebagai upaya agar bagian otot yang bekerja berat tadi kembali pada
posisi rileks dan tidak kaku. Bentuk latihannya adalah senam dan
gerakan meregang. Kualitas latihan meregang, khususnya untuk otot
besar seperti paha belakang dan depan, ping-gang, punggung, otot
lengan, bahu, dada, dan berbagai persendian tubuh, harus dicermati
betul. Lakukan gerakan pendinginan ini dengan benar.
3. Kemampuan otot pemain bulutangkis
Bulutangkis adalah olahraga yang fantastis. Tidak hanya itu menyenangkan
dan kesempatan yang baik untuk bersosialisasi dengan seperti hati orang,
44
tetapi ada juga banyak manfaat kesehatan dari bermain bulu tangkis.
Mari kita lihat beberapa ini sekarang.
a) Fleksibilitas
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Bulutangkis meningkatkan
fleksibilitas Anda dalam sebagian besar otot-otot utama, termasuk
paha belakang, erector spinae, dada, trisep dan banyak daerah lain. Ini
adalah kebutuhan mutlak bahwa pemain yang baik mempertahankan
tingkat sehat fleksibilitas dalam semua otot-otot ini. Sementara
peregangan belum terbukti memiliki efek positif sebelum bermain,
tentu ada banyak bukti untuk membuktikan bahwa itu bermanfaat
sesudahnya.
b) Kekuatan
Jelas tubuh bagian atas Anda tidak akan mendapatkan kekuatan terlalu
banyak karena bermain bulutangkis, tapi lengan bawah, paha dan betis
akan cukup ditantang untuk meningkatkan kekuatan dan kekuasaan
mereka. Siapapun yang pernah melakukan serangkaian smash
melompat kembali ke belakang akan bersaksi kepada tantangan besar
ini menempatkan pada otot paha.
c) Daya tahan otot
Benar-benar penting untuk setiap pemain bulutangkis, itu kemampuan
untuk terus kanan ke akhir pertandingan. Hampir setiap kelompok otot
harus terus kontrak dalam permainan bulutangkis panjang. Dari betis
sampai ke bahu.
45
d) Jantung dan Paru
Bulutangkis menempatkan beban kerja yang sangat menantang pada
jantung. Mereka yang secara teratur memainkan single atau melawan
pasangan ganda yang sangat baik akan setuju dengan saya yang satu
ini. Semburan pendek dari semua usaha keluar seringkali diperlukan
dalam demonstrasi api cepat yang sering dapat berlangsung selama
lebih dari 10 tembakan per titik.
e) Mobilitas
Saat usia kita sendi kita bisa menjadi kurang cairan atau bergerak.
Jaringan ikat dan tulang ujung dapat menjadi usang dan karenanya
tidak sebagai ponsel seperti ketika kami muda. Ini penting seperti
yang kita usia untuk mempertahankan sejumlah gerakan di sendi kita
dinyatakan baik postur dan kinerja tugas sehari-hari yang sederhana
menjadi lebih dari sebuah tantangan.
Bulutangkis membantu untuk melumasi dan memobilisasi hampir
semua sendi pada tubuh sehingga sekali lagi itu adalah olahraga yang
sangat berguna untuk mengambil bagian di dalamnya
4. Teknik dasar Bulutangkis
Menurut Tony Grice (2002 : 14-22) latihan permainan bulutangkis yaitu
hand shake, melambungkan bola, mengambil bola dengan raket, posisi
siap, membawa bola, footwork dan pergerakan, latihan mempercepat
serangan, latihan dasar serangan jauh, dan footwork berdasarkan perintah.
Teknik Dasar Pukulan Pada Bulutangkis Agar dapat bermain Bulutangkis
dengan baik dan berkualitas, maka setiap pemain harus menguasai teknik-
46
teknik bermain bulutangkis. Terdapat beberapa teknik pukulan yang dapat
dikuasai oleh seorang pemain, yaitu sebagi berikut :
1) Servis
Servis merupakan suatu pukulan awal atau tanda dimulainya suatu
permainan dalam bulutangkis. Selain itu ada 3 cara melakukan 14 servis
yaitu servis panjang, servis pendek dan rendah, dan servis tanggung lainnya
adalah servis drive dan flick (Tony Grice, 2002 : 25).
2) Forehand
pukulan forehand dilakukan dengan gerakan melempar sepenuhnya dari
setengah sisi belakang lapangan, gerakan menelungkupkan tangan bagian
bawah terjadi pada pukulan forehand (Tony Grice, 2002 : 41).
3) Backhand
pukulan backhand ini dilakukan dengan gerakan mengulurkan tangan yang
dominanan sepenuhnya ke arah atas dari sudut backhand lapangan anda dan
merupakan kebalikan dari pukulan forehand, gerakan menelentangkan
tangan bagian bawah terjadi pada pukulan backhand (Tony Grice, 2002 :
41).
4) Smash
pukulan smash ini dilakukan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan kuat,
dan tajam, untuk mengembalikan bola pendek yang telah dipukul ke atas
(Tony Grice, 2002 : 85). Pukulan smash merupakan pukulan yang keras
dan cepat, baik smash lurus maupun smash menyilang, keduanya dapat
dipukul dengan ayunan yang sama (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 : 48)
47
5) Dropshot
Dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan menempatkan
bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jaring pada lapangan lawan
(Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 :58). Dropshot dipukul rendah, tepat di atas
net, dan pelan, sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di
depan tubuh dengan jarak lebih jauhdari pukulan clear overhead, dan
permukaan raket anda dimiringkan untuk mengarahkan bola lebih ke
bawah (Tony Grice, 2002 : 71).
6) Lob
pengembalian tinggi yang diarahkan jauh ke belakang lapangan
(Tony Grice, 2002 : X). Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat
penting bagi pola pertahanan maupun penyerangan (Icuk, Furqon, dan
Kunta, 2004 : 42).
7) Drive
Pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan horizontal melintasi
net. Baik drive forehand maupun backhand mengarahkan bola dengan
ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur yang
datar atau sedikit menurun (tony Grice, 2002 : 97).
Pukulan drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk menekankan
lawan atau untuk tidak memberikan kesempatan kepada lawan
mendapatkan bola-bola yang melambungkan sehingga lawan tidak
memperoleh kesempatan bagi atlet untuk melakukan pukulan atas (Icuk,
Furqon, dan Kunta, 2004 : 64)
48
Jump smash adalah smash yg dilakukan dengan loncatan, shuttle cock
dalam posisi diatas kepala sehingga dgn jump smash bisa mengcover
ruangan yg lebih luas di bagian lawan.Hal yg sangat penting dalam
melakukan jump smash adalah:
1. Momentum : Momentum sangat penting sehingga kok selalu dapat di
pukul Disweet spot
2. Letak shuttle cock : Letak shuttle cock kurang lebih 1m didepan kepala
kita
3. Power : dengan power yang benar akan menghasilkan smash yang
kencang
4. Posisi setelah melakukan Jump smash : posisi setelah jump smash harus
dalam keadaan condong kedepan, sehingga pengambilan pengembalian
menjadi lebih mudah biasanya dalam melakukan Jump smash ada 2
teknik yang digunakan :
1).Teknik gunting : teknik ini seperti namanya yaitu kaki yang
berpindah dari kiri di depan menjadi kanan di depan, jd istilah nya
menjadi teknik gunting.
2).Teknik tekuk : teknik ini sering digunakan proffesional player.
Banyak yang tidak tahu bahwa untuk menghasilkan Jump smash yang
kuat, power berasal dari kaki. Akselerasi tekukan kaki di teruskan
melalui perut, setelah itu naik ke bahu, lengan dan yg paling akhir
pergelangan tangan.
Permainan Bulutangkis memang menuntut pemainnya untuk memiliki
Fisik yang baik. Kelincahan, Kecepatan, Ketepatan dan Keseimbangan
49
gerakan tubuh sangatlah di utamakan. Hal yang paling menguras energi
pada olahraga ini diantaranya adalah Pukulan Smash.
Menurut Siwi dan Mistun (1985: 12), berpendapat bahwa pukulan
keras dari atas kepala yang arahnya menukik tajam menuju ke
segala arah lapangan lawan yang mematikan lawan sehingga lawan
tidak bisa mengembalikan pukulan tersebut.
Teknik memukul :
Perhatikan shuttle cock pada saat servis bola melambung diatas
kepala hingga bola melambung di tinggi melewati net. Kemudian
di lanjutkan menggunakan pukulan smash. Pukulan yang diarahkan ke
bawah dengan kekuatan bahu, lengan disertai gerak yang kuat dari
pergelangan tangan.
Banyak pemain pemula yang mengeluhkan kalau dirinya sulit
melakukan pukulan smash dengan baik (keras dan tajam) padahal
seluruh tenaga telah ia kerahkan untuk itu. Maka disini perlu
diketahui bahwa Bulutangkis bukanlah permainan semata-mata karena
ototdan kekuatan lengan, tapi bulutangkis adalah olahraga
yang membutuhkan ketepatan dan olah kecepatan pergelangan tangan.
Disitulah letak kuncinya.
Muhammad Muhyi (2008:71) menyatakan bahwa melakukan smash
dalam permainan bulutangkis dapat dilakukan dengan berbagai cara;
smash dengan forehand atau smash dengan backhand. Smash
merupakan pukulan yang keras, cepat, dan tajam, pukulan smash ini
50
akan mengakibatkan lawan tidak bisa mengembalikan bola tersebut
dengan atau tidak bisa mengembalikan smash.
Untuk melancarkan Smash, dapat dilakukan dengan cara stagnant
(diam/berdiri) atau dapat juga sambil melakukan lompatan seperti yang
dilakukan Lim Swie King atau Hariyanto Arbi.
Gambar 7. Gerakan Jump smash
a. Langkah melakukan smash:
Perhatikan posisi footwork pada saat akan melakukan smash. Tangan,
tubuh harus dalam keadaan rileks. Mulailah dengan lengan yang
tidak memegang raket menunjuk ke arah shuttle cock sementara lengan
yang memegang raket di angkat, dengan siku ditekuk dan pergelangan
tangan tegak sehingga raket berada di atas dan menunjuk keatas.Putar
bahu pada tangan yang memegang raket ke arah depan dan ke bawah
usahakan sebisa mungkin (jika tidak melakukan smash lompat) pada saat
51
bahu berputar, secara bersamaan ayunkan kaki yang searah dengan raket
sementara lengan bawah di ayun ke depan, lecutlah (tekuk) pergelangan
tangan. Shuttle cock yang mengenai raket harus berada di bagian tengah
dengan permukaan raket yang rata, titik tumpuan harus sedikit di depan.
b. Penempatan smash :
Penempatan smash ialah diarahkan selalu ke sebelah forehand dan
kemudian di daerah backhand lawan yang langsung dihadapan, karena
lebih sulit bagi lawan melakukan drive menyilang lapangan yang kuat
pukulan smash lurus ke depan lebih cepat sampai lawan, tempat yang baru
saja di tempati lawan. Sasarannya ke badan lawan. Tepi lapangan
backhand lawan, tepi lapangan forehand lawan. Smash forehand dan
backhand harus terus berubah-ubah. Jadi lawan dipaksa untuk mengubah
posisinya untuk menerima tiap smash yang datang.
Pretest dilaksanakan satu hari sebelum sesi pertama dimulai dan posttest
dilakukan setelah pertemuan yang terakhir (ke-16). Berdasarkan pendapat
Sajoto (2007:137), Bahwa frekuensi adalah berapa kali seseorang
melakukan latihan yang cukup intensif dalam satu minggunya.
Dalam menentukan frekuensi latihan harus benar-benar menentukan batas-
batas kemampuan frekuensi latihan harus benar-benar menentukan batas-
batas kemampuan seseorang, karena bagaimanapun juga tubuh seseorang
tidak dapat beradaptasi lebih cepat dari batas kemampuannya. Apabila
frekuensi 18 latihan yang diberikan berlebihan akibatnya bukan percepatan
hasil yang diperoleh tetapi dapat menyebabkan sakit yang berkepanjangan.
52
Menurut Fox dan Matheus dalam Sajoto (2007:138), dikemukakan bahwa
frekuensi latihan 3-5 kali per minggu adalah cukup efektif. Sedangkan
Brooks dan Fahey dalam Sajoto (2007:138), mengemukakan bahwa
latihan hendaknya dengan frekuensi antara 3-5 kali perminggu dengan
waktu latihan antara 20-60 menit dalam intensitas tidak terlalu tinggi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas peneliti dalam
memberikan latihan menggunakan frekuensi latihan 3 kali dalam seminggu
untuk latihan, yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jumat, dengan waktu setiap
kali pertemuan 90 menit. Dalam penelitian ini peneliti berusaha
memberikan arahan dan contoh gerakan latihan naik turun bangku dan
latihan skipping sebelum latihan dilaksanakan. Mengoreksi gerakan yang
kurang benar dari bagian perbagian gerakan selama latihan dan
mengevaluasi gerakan keseluruhan setelah latihan dilaksanakan.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teoritik di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan
skipping dan naik turun bangku diharapkan mampu meningkatkan lompatan
smash pada pemain UKM bulutangkis . Oleh karena itu, latihan untuk
meningkatkan kemampuan otot tungkai khususnya daya ledak atau power
sangat penting sangat penting. Power tungkai dapat ditingkatkan melalui
bentuk-bentuk latihan yang merangsang otot untuk selalu berkontraksi
dengan cepat baik saat memanjang (eccentric) maupun memendek
(concentric). Dalam peningkatan power tungkai tentunya tak lepas dari unsur
kekuatan dan kecepatan, jadi dapat dikatan dalam setiap latihan kekuatan dan
kecepatan pasti juga berkaitan dengan power.
53
Latihan loncat naik turun bangku adalah bentuk latihan yang tujuannya untuk
meningkatkan power tungkai kaki. Untuk melakukan gerakan loncat naik
turun bangku diawali dengan posisi berdiri menghadap bangku, kedua lengan
berada di samping badan, kemudian lakukan gerakan loncat menaiki dan
menuruni bangku dengan secepat mungkin, dengan ketinggian bangku 20 cm,
repetisi 20x dan meningkat setiap tiga kali pertemuan, setiap pertemuan 4 set,
Irama: secepat mungkin (eksplosif), Frekuensi: 3x/ minggu, Rec 30 detik /set,
lama latihan 4 menit.
Menurut Bompa (1994: 112) bentuk latihan pliometrik dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1) Latihan dengan intensitas rendah (low impact). Latihan dengan intensitas
rendah meliputi:
a) Skipping
b) Rope jump
c) Lompat (jump) rendah dan langkah pendek
d) Loncat-loncat (hops) dan lompat-lompat
e) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm
f) Melempar ball medicine 2-4 kg
g) Melempar bola tenis/baseball (bola yang ringan)
Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi:
a) Lompat jauh tanpa awalan (standing broad/long jump)
b) Triple jump (lompat tiga kali)
c) Lompat (jump) tinggi dan langkah panjang
d) Loncat-loncat dan lompat-lompat
54
e) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 35 cm
f) Melempar bola medicine 5-6 kg
g) Drop jump dan reaktif jump
h) Melempar benda yang relatif berat
Latihan skipping adalah bentuk latihan plyometric. Untuk melakukan gerakan
skipping ini diawali dengan posisi berdiri dengan salah satu kaki, kedua
lengan berada di samping badan dengan memegang ujung tali skipping,
kemudian ayunkan tali skipping melewati kepala sampai kaki dan
meloncatinya, lakukan gerakan skipping secepat mungkin, repetisi 20x,
masing-masing kaki 10x bergantian kaki kanan dan kaki kiri secara langsung,
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas penulis dapat
merumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:
a) Apakah ada pengaruh latihan skipping terhadap daya ledak otot tungkai
pemain bulutangkis Universitas Lampung.
b) Apakah ada pengaruh latihan loncat naik turun bangku terhadap daya
ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
c) Manakah jenis latihan yang lebih efektif antara latihan skipping dan latihan
loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain
bulutangkis Universitas Lampung.
H. Hipotesis
Menurut Arikunto (2010:67), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Menurut Sukardi (2003:42), hipotesis adalah jawaban yang
55
bersifat sementara dan bersifat teoritis. Jadi hipotesis adalah jawaban
sementara pada sebuah penelitian.
1. Ada pengaruh yang signifikan antara latihan Skipping terhadap daya ledak
otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara latihan loncat Naik Turun bangku
terhadap daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas
Lampung.
3. Ada perbedaan antara latihan skipping dan latihan loncat naik turun
bangku terhadap daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas
Lampung.
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, artinya karena sampel tidak
di karantina atau tidak di asramakan. Penelitian eksperimen bertujuan untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, satu atau lebih
kondisi perlakuan dari membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan (Cholid Narbuko,
2007: 51).
Desain penelitian yang digunakan adalah “Two Groups Pretest Posttest
Design”, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan diadakan
sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2007: 64). Dengan latihan yang
diberikan tersebut, akan terlihat hubungan sebab akibat sebagai pengaruh dari
pelaksanaan latihan.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh latihan
skipping dan loncat naik turun bangku terhadap daya ledak otot tungkai
pemin bulutangkis Universitas Lampung.
57
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek
yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut (Sudjana, 2003 : 6), “Populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran kuantitatif, kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan lengkap dan jelas, yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya”. Pada penelitian ini populasi yang diambil berdasarkan jenis
populasi terbatas, yaitu jumlah sumber data yang jelas batasnya secara
kuantitatif sehingga relatif dapat dihitung jumlahnya. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi UKM
Bulutangkis Universitas Lampung.
2. Sampel
Penetapan sampel dalam penelitian ini mengacu pendapat Suharsimi
Arikunto (2010:120), yaitu: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila
obyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai
25% atau lebih. Seluruh populasi yang ada dalam penelitian ini berjumlah
30 siswa, yang berarti kurang dari 100 sisiwa. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka seluruh anggota 30 populasi harus diambil. Dengan
demikian teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Sampel
58
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi UKM
bulutangkis Universitas Lampung, yang berjumlah 30 orang.
Adapun prosedur pembagian kelompok A dan kelompok B adalah dengan
mengunakan ordinal pairing. Langkah pertama adalah melakukan pretest
pada pertemuan pertama yaitu melakukan pretest, lalu kemudian hasil
tersebut diranking dari yang tertinggi sampai terendah. Hasil ranking
pretest tersebut dibuat ordinal pairing berdasarkan ranking yang diperoleh
anak latih.
Hasil pengelompokkan berdasarkan ordinal pairing adalah sebagai
berikut:
A B Keterangan :
1 2 A: Kelompok latihan skipping (1,4,5,8,9,12)
4 3 B: Kelompok latihan loncat naik turun bangku
5 6 (2,3,6,7,10,11)
8 7
9 10
12 11
Gambar 8. Ordinal pairing
Pembagian kelompok eksperimen menggunakan kelompok skipping dengan
treatment latihan skipping dan kelompok loncat naik turun bangku dengan
treatment loncat naik turun bangku menggunakan bangku Swedia didasarkan
pada hasil rangking pada tes awal. Adapun pembagian kelompok dalam
penelitian ini dengan cara ordinal pairing.
59
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat penelitian akan dilaksanakan digedung Srikandi dan Tawakal
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada 29 November 2018 sampai 7
Februari 2019
3. Objek penelitian adalah pengaruh latihan skipping dan loncat naik turun
bangku.
4. Subjek penelitian adalah UKM bulutangkis.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian Suharsimi Arikunto (2010: 99). Penelitian ini terdiri dari variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah objek atau gejala-gejala
dalam penelitian yang bebas dan tidak tergantung dengan hal-hal
dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat adalah objek atau gejala- gejala
yang keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal yang
mempengaruhi dilambangkan (Y). Tiga variable tersebut yaitu :
1) Variabel bebas (X1) yaitu pengaruh latihan Skipping
2) Variabel bebas (X2) yaitu pengaruh latihan Loncat Naik Turun Bangku
3) Variabel terikat (Y) yaitu daya ledak otot tungkai.
E. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest - posttest desaign.
desain ini tedapat pretest sebelum diberi perlakuan dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
60
keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 9. Desain penelitian
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
Pree test : Tes awal daya ledak otot tungkai
OP : ordinal pairing pengelompokan
K 1 : kelompok latihan skipping
K 2 : kelompok latihan loncat naik turun bangku
Treatment A : kelompok eksperimen (latihan skipping)
Treatment B : kelompok eksperimen (latihan loncat naik turun bangku)
Post test : tes akhir daya ledak otot tungkai.
F. Definisi Operasional Variabel
Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 118) “Variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun
definisi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
P S PRE
TEST OP
KE 1
KE 2
TreatmentA
TreatmentB
POST TEST
61
1. Latihan skipping adalah latihan cara melakukan loncat dengan skipping
yang diulang-ulang makin lama makin bertambah bebannya dengan tujuan
untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam melakukan loncatan.
2. Latihan loncat naik turun bangku adalah latihan yang diulang-ulang makin
lama makin bertambah bebannya dengan tujuan untuk mengetahui hasil
yang dicapai dalam melakukan loncatan.
3. Tinggi loncatan adalah kemampuan seseoarang untuk melakukan loncatan
setinggi-tingginya yang diukur menggunakan tes vertical jump dengan
satuan centimeter.
G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto (2006: 136) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan lebih baik.Pengu mpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
tes pengukuran yang digunakan untuk pengukuran awal (pretest) maupun
pengukuran akhir (posttest) menggunakan tes vertical jump (loncat tegak).
Adapun petunjuk instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(Depdiknas, 2010: 24):
1. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif power
( daya ledak otot tungkai ) yang menggunakan Tes Vertical Jump dengan
satuan centimeter (cm).
2. Alat dan fasilitas meliputi :
1) 1 alat vertical jump yang dipasang dekat stop kontak karena
menggunakan arus listrik untuk menghidupkan alat tersebut.
2) Alas kaki peserta harus dilepas saat akan melakukan tes.
62
3. Petugas tes : juru foto dan pencatat hasil.
4. Pelaksanaan :
1) Sikap permulaan : peserta berbaris 1 banjar kebelakang berdiri di
hadapan alat lalu maju satu persatu dan menginjak karpet alat berwarna
hitam.
2) Gerakan : peserta berdiri tegak diatas karpet lalu mengambil awalan
seperti kuda-kuda, Tekan tombol ON/C untuk menyalakan alat, setelah
alat berbunyi peserta harus melompat setinggi mungkin dengan tangan
keatas, setelah 5 detik alat akan berbunyi lagi lalu peserta melakukan
lompatan lagi, display akan menunjukkan nilai vertical jump terbaik dari
2 kali tes yang dilakukan.
Pencatatan hasil : hasil yang dicatat adalah nilai terbaik dari 2 kali tes
yang dilakukan.
Gambar 10. Alat Tes Vertical Jump
H. Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2002:167) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas tes
63
adalah suatu alat ukur yang dikatakan valid apabila dapat mengukur atau apa
yang harus diukur. Validitas instrumen di hitung dengan menggunakan rumus
Chi Kuadrat.
Rumus Chi Kuadrat adalah :
Keterangan :
Chi square hasil hitungan
frekuensi observasi
frekuensi ekspektasi (harapan)
I. Program Latihan
Program latihan dalam penelitian ini bertujuan untuk patokan pelaksanaan
latihan dalam usaha memperoleh hasil yang optimal terhadap daya ledak otot
tungkai pemain bulutangkis. Menurut Bompa (dalam Sajoto, 1988 : 33)
mengatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil latihan dapat dilaksanakan
setelah antara 4 – 6 minggu dari suatu masa siklus latihan makro. Dalam
penelitian ini latihan ditetapkan selama kurang lebih 6 minggu dengan 2 kali
pertemuan digunakan untuk tes awal dan tes akhir. Sedangkan tiap
minggunya dilakukan 3 kali latihan. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam
satu kali latihan adalah 90-120 menit. Sehingga total pertemuan ada 18 kali
pertemuan, pertemuan pertama digunakan untuk pretest kemudian 16
pertemuan berikutnya digunakan untuk treatment, sedangkan pertemuan
terakhir digunakan untuk posttest.Untuk menghindari kejenuhan pada saat
64
treatment maka peneliti membuat program latihan yang ada di bagian
lampiran.
J. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian merupakan faktor penting
karena berhubungan langsung dengan data yang akan digunakan dalam
penelitian, maka dalam pengumpulan data peneliti melakukan langkah-
langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tes Awal (Pree-test)
Tes awal bertujuan untuk memperoleh data awal tingkat kemampuan
sampel sebelum diberi treatmen atau perlakuan.Tes awal dilakukan di
gedung GTS. Terlebih dahulu ujung jari peserta diolesi serbuk kapur atau
magnesium, kemudian peserta berdiri tegak dekat dengan dinding kaki
rapat, papan berada di samping kiri peserta atau kanannya. Kemudian
tangan yang dekat dengan dinding diangkat atau diraihkan ke papan
berskala sehingga meninggalkan bekas raihan jari.
2. Treatment atau Perlakuan (X)
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama eksperimen I
melakukan latihanskipping, dan kelompok eksperimen II loncat naik turun
bangku. Untuk melakukan gerakan skipping ini diawali dengan posisi
berdiri dengan salah satu kaki, kedua lengan berada di samping badan
dengan memegang ujung tali skipping, kemudian ayunkan tali skipping
melewati kepala sampai kaki dan meloncatinya, lakukan gerakan skipping
secepat mungkin, repetisi 20x, masing-masing kaki 10x bergantian kaki
kanan dan kaki kiri secara langsung.Untuk melakukan gerakan loncat naik
65
turun bangku diawali dengan posisi berdiri menghadap bangku, kedua
lengan berada di samping badan, kemudian lakukan gerakan loncat
menaiki dan menuruni bangku dengan secepat mungkin, dengan
ketinggian bangku 20 cm, repetisi 20x dan meningkat setiap tiga kali
pertemuan, setiap pertemuan 4 set, Irama: secepat mungkin (eksplosif),
Frekuensi: 3x/ minggu, Rec 30 detik /set, lama latihan 4 menit
a) Pemanasan (Warming Up)
Pemain diwajibkan untuk melakukan pemanasan secukupnya sebelum
melakukan latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan kondisi
fisik dan untuk mengurangi resiko cidera. Pemanasan sangat penting
dalam mengadakan perubahan fungsi organ tubuh guna menghadapi
kegiatan fisik yang sangat berat. Pemanasan dilakukan kurang lebih
selama 10 menit dan diawali dengan peregangan otot kemudian
dilanjutkan gerakan-gerakan senam penunjang latihan.
b) Latihan inti (Perlakuanatau Treatment)
Latihan inti bertujuan untuk melakukan program latihan yang telah
disusun. Dalam penelitian ini program latihan yang diberikan dalam
kelompok eksperimen I adalah latihan skipping dan kelompok
eksperimen II latihan loncat naik turun bangku. Setiap pertemuan
dilaksanakan 90 -120 menit.
c) Pendinginan
Setelah melakukan latihan atau aktifitas, sampel perlu melakukan
pendinginan dengan tujuan agar otot dapat kembali dalam keadaan
semula atau normal. Pendinginan dilakukan dengan cara peregangan
66
otot yang telah melakukan aktifitas fisik sampai kondisi fisik sampel
perlahan lahan kembali dalam keadaan semula atau normal.
3. Tes akhir (Post-test)
Tes akhir dilakukan setelah sampel melakukan treatment atau perlakuan
program latihan selama 16 kali pertemuan. Tes akhir ini dilakukan seperti
tes awal yaitu melakukan vertical jump. Tujuan dari tes akhir ini untuk
mengetahui hasil daya ledak otot tungkai setelah melakukan latihan yaitu
skipping dan loncat naik turun bangku. Dalam melakukan tes akhir,
pertama sampel diberi penjelasan tentang tata cara melakukan vertical
jump. Sebelum melakukan vertical jump sampel melakukan pemanasan
secukupnya, kemudian sampel menunggu giliran untuk melakukan tes
vertical jump sebanyak 2 kali pengulangan. Hasil tes akhir dicatat
kemudian diolah dengan statistika untuk mengetahui pengaruh atau tidak
latihan skipping dan latihan loncat naik turun bangku terhadap daya ledak
otot tungkai pemain bulu tangkis Universitas Lampung.
K. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Memperoleh data-data yang diinginkan
sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data
merupakan langkah yang sukar, karena data-data yang salah akan
menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula. Arikunto
(2006:265). Pengambilan data dilakukan dengan pemberian test dan
67
pengukuran. Peneliti mengamati secara langsung pelaksanan test dan
pengukuran dilapangan.
L. Teknik Analisis
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu
analisis statistik. Data yang dianalisis adalah data tes hasil daya ledak otot
tungkai. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data.
Sebelum dilakukan pengolahan atau analisis data penelitian terlebih dahulu
diadakan uji prasyarat analisis yang meliputi:
1. Uji homogenitas Menguji homogenitas dari dua kelompok sebelum
eksperimen, Sudjana (2003):
Rumus homogenitas:
2. Uji normalitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 110) “Uji Normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah masing masing variable berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-
pengujian variable lainnya dengan mengansumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid dan statistic parametric tidak dapat digunakan.” Uji
normalitas menggunakan lillierfors
3. Uji T
Menurut Imam Ghozali (2013:98) “Uji statistik t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara
68
individual dalam menerangkan variable dependen.” Untuk mengetahui
perbedaan dari kedua metode latihan tersebut dapat di uji dengan
menggunakan uji T, dengan rumus sebagai berikut :
84
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan latihan skipping terhadap daya ledak otot
tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai t hitung sebesar 19,277 dan nilai t
tabel (n-1) = (15-1) = 2,145 Dengan uji dua arah, α = 0,05 didapat nilai t
tabel = 2,145. Karena t hitung = 19,277 > t tabel = 2,145
2. Ada pengaruh yang signifikan latihan loncat naik turun bangku terhadap
daya ledak otot tungkai pemain bulutangkis Universitas Lampung.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai t hitung sebesar 7,532 dan nilai t
tabel (n-1) = (15-1) = 2,145 Dengan uji dua arah, α = 0,05 didapat nilai t
tabel = 2,145. Karena t hitung = 7,532 > t tabel = 2,145
3. Latihan skipping lebih besar pengaruhnya terhadap daya ledak otot tungkai
pemain bulutangkis Universitas Lampung.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai t hitung sebesar 2,106 dan t tabel
(dk=28) = 2,048. Karena t hitung = 2,106 > t tabel = 2,048
85
B. Saran
1. Kepada Pengurus UKM Bulutangkis Universitas Lampung untuk lebih
aktif mengelola manajemen agar lebih diperhatikan oleh Universitas
Lampung perihal fasilitas untuk latihan. Peneliti menyarankan agar metode
latihan skipping dan loncat naik turun bangku terus diterapkan di UKM.
2. Bagi para pendidik dan peneliti, hendaknya perlu mengadakan penelitian
yang sejenis dengan menambahkan variable yang lain dengan sampel
yang lebih besar agar mendapat informasi yang lebih akurat yang dapat
dijadikan bahan perbandingan hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
dan hendaklah pilih salah satu cabang olahraga yang anda gemari agar
dalam penelitian nanti dapat diselesaikan tanpa adanya halangan yang
berarti.
3. Kepada para pemain diharapkan tetap mempertahankan latihan skipping
dan loncat naik turun bangku, dan disanrkan untuk mencoba model-
model latihan lain untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai.
4. Memperhatikan kesimpulan-kesimpulan diatas nampak bahwa unsur
kondisi fisik seperti kekuatan otot tungkai sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan melakukan jump smash seseorang dalam permainan
bulutangkis. Untuk itu latihan otot tungkai seperti skipping dan latihan
loncat naik turun bangku hendaknya diberikan pelatih atau pendidik
kepada pemain atau anak didiknya agar peningkatan dan pencapaian
prestasi yang maksimal dalam penguasaan dan keberhasilan pelaksanaan
teknik-teknik smash permainan bulutangkis.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. P.T Rineka Cipta, Jakarta.
Chu. 1992. Jumping Into Plyometrics. Leisure Press. Champaign. Illinois,
California.
Damiri, Ahmad. 1994. Anatomi Manusia. Nuansa Candika, Bandung.
Faruq, M Muhyi. 2009. Permainan Pengembangan Kecerdasan Kinestika Anak
dengan Media Tali. P.T Gramedia Widiasarana, Jakarta.
Furqon, dan Kunta. 2004. Total Badminton. CV Styaki Eka Anugrah, Solo.
Gallagher, Chrissie. 2006. Latihan Kebugaran. Bumi Aksara, Jakarta.
Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Grice, Tony 2002. Bulutangkis Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. P.T
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. CV
Tombak Kesuma, Jakarta.
Riyadi, S. 2008. Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan Terhadap Power Otot
Tungkai. Thesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Sajoto. 2007. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Fisik dalam Olahraga.
Dahara Prise, Semarang.
Sudjana. 2003. Metode Statistik Desain Sumber Penelitian. Tarsito, Bandung.
87
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Surya, Bayu. 2010. Rope Skipping. Nuansa Candika, Bandung.
Tarigan, Herman. 2019. Belajar Gerak dan Aktivitas Ritmik Anak-anak. Penerbit
Hamim Grup, Metro Lampung.