pengaruh mekanisme corporate governance terhadap …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE
TERHADAP TAX AVOIDANCE
Oleh :
REFILA PRICILIA
NIM : 232011004
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Tata kelola perusahaan merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan. Untuk menerapkan tata kelola perusahaan
diperlukan mekanisme tata kelola perusahaan. Tax avoidance adalah suatu skema
transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli
pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Ketika
perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan dengan mekanisme tata kelola
perusahaan maka masalah dari teori agensi dapat berkurang dan kinerja
perusahaan dapat meningkat. Apabila kinerja perusahaan meningkat, perusahaan
tidak melakukan penghindaran pajak. Sehingga pada penelitian ini penulis
memberi judul “Pengaruh Mekanisme tata kelola perusahaan terhadap Tax
Avoidance”.
Penulisan kertas kerja ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Besar harapan penulis agar
kertas kerja ini dapat bermanfaat dan memperkaya pengetahuan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian mendatang.
Salatiga, 12 Agustus 2015
Penulis
REFILA PRICILIA
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang
telah memberikan doa, dukungan, dorongan, serta semangat. Untuk itu, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak terkait, diantaranya :
1. Kedua orang tua saya yang telah mendidik, memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, dorongan dan telah bersusah payah dalam membiayai seluruh studi
penulis mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
2. Ibu Yeterina Widi Nugrahanti, SE., M.Acc selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis
menyelesaikan kertas kerja ini. Terimakasih atas ide-ide, saran dan kritik yang
membangun selama ini. Suatu kebanggaan bagi saya pernah dimbimbing oleh
Ibu.
3. Terimakasih untuk kekasih saya Febrian yang selalu setia menemani dan
selalu mendukung saya dalam proses pembuatan kertas kerja ini.
4. Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak selaku wali studi yang telah
memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat.
5. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Bapak Dr Usil Sis Sucahyo, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis maupun Fakultas lainnya yang
telah membagikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga demi
kemajuan dan perkembangan akademik penulis.
8. Staf Tata Usaha (TU) dan Pegawai Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah
membantu penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama menjalani studi di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana: Manase, Sonya,
Putri, Shezy, serta rekan seperjuangan seluruh angkatan 2011 Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang tidak disebutkan satu per satu.
Salatiga, 12 Agustus 2015
Penulis
vi
REFILA PRICILIA
MOTTO
Tetapi Carilah Dahulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-
Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
(Matius 6 : 33)
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat.
(Ibrani 11 : 1)
Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan
meninggikanmu.
(1 Petrus 1:10)
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of corporate governance mechanisms
against tax avoidance. The corporate governance mechanism seen from institutional
ownership, managerial ownership, independent board, audit committee, and audit
quality. The Population in this study aims was taken from all governance of
publicly traded companies listed on Bursa Efek Indonesia (BEI) during the period
2009 to 2013. With purposive sampling technique, which is a technique with
certain considerations in order to obtain a sample of 74 companies. The analysis
tool used is multiple linear regression. The results showed that there is a negative
influence between institutional ownership against tax avoidance. Managerial
ownership is proven to have a negative effect on tax avoidance. Independent
board has no effect on tax avoidance. Audit committee have a negative effect on
tax avoidance. Audit quality has a positive influence on tax avoidance
Keywords: institutional ownership, managerial ownership, independent board,
audit committee and the quality of audit and tax avoidance.
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme tata kelola
perusahaan terhadap tax avoidance. Mekanisme tata kelola perusahaan dilihat dari
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
komite audit, dan kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2009 hingga 2013. Dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu teknik dengan
pertimbangan tertentu sehingga diperoleh sampel sebesar 74 perusahaan. Metode
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusional
terhadap tax avoidance. Kepemilikan manajerial terbukti mempunyai pengaruh
negatif terhadap tax avoidance. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance. Komite audit mempunyai pengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Kualitas audit mempunyai pengaruh positif terhadap tax avoidance.
Kata kunci : Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris
independen, komite audit, dan kualitas audit dan tax avoidance.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Refila Pricilia
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 19 September 1993
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Ketileng Asri VII / E-105, Semarang
Telepon : 0852 2915 9030
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. 1999 – 2005 : SD PL Santo Yusup Semarang
2. 2005 – 2008 : SMP Maria Mediatrix Semarang
3. 2008 – 2011 : SMA Sedes Sapientiae Semarang
4. 2011 – 2015 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
PENGALAMAN PANITIA / KERJA:
1. 2011-2012 : Anggota Seksi Acara “Festival Film Salatiga”
2. 2012 – 2013 : Koordinator Bidang Pengembangan dan Penelitian
“Finger Kine
Klub”
Koordinator Acara “Festival Film Salatiga”
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………......………………………………………………………….......i
Pernyataan Keaslian …………………………………………………………………...ii
Halaman Pengesahan ……..………………………………………………………….iii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………iv
Ucapan Terima Kasih ……………………………………………………………..…..v
Motto …………………………………………………………………………………....vi
Abstract …………………………………………………………………………...........vii
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………………...viii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………..…ix
PENDAHULUAN …………………………………………………………………….....1
KERANGKA TEORITIS………………………………………………………………...2
METODA PENELITIAN ………………………………………………………………..5
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………..7
PENUTUP …………………………………………………………………………......12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………......13
LAMPIRAN
x
1
PENDAHULUAN
Dalam pembayaran pajak, persepsi masyarakat untuk melakukan
pembayaran pajak tersebut terhalang oleh beberapa kendala. Dalam melakukan
pengelolaan pajak, perusahaan dapat melakukan secara legal (penghindaran pajak)
maupun secara ilegal (penggelapan pajak). Menurut Dyreng et al., (2008)
penghindaran pajak merupakan segala bentuk kegiatan yang merupakan efek
terhadap kewajiban pajak. Kegiatan tersebut baik merupakan kegiatan yang
diperbolehkan oleh pajak ataupun kegiatan khusus untuk mengurangi pajak. Oleh
karenanya persoalan praktek penghindaran pajak akan memanfaatkan kelemahan-
kelemahan hukum pajak namun tidak melanggar hukum perpajakan yang berlaku.
Fenomena terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) masih sering
dilakukan Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2012, BPK
menemukan secara akumulatif dari tahun 2009 - 2012, realisasi penerimaan pajak
tidak mencapai target APBNP. Hal itu diperkuat dengan laporan dari Global
Financial Integrity (GFI) yang mencatat bahwa pada akhir tahun 2012, Indonesia
menduduki peringkat ke sembilan sebagai salah satu negara berkembang yang
paling dirugikan akibat adanya praktek penghindaran pajak. Tidak tercapainya
target penerimaan dikarenakan adanya praktik penghindaran pajak di Indonesia
mengingat sistem perpajakan di Indonesia masih bersifat self assessment yaitu
memberikan kepercayaan yang besar kepada wajib pajak untuk melakukan
penghitungan dan pelaporan perpajakannya sendiri. Pajak itu harus dikelola
dengan baik, oleh karenanya diperlukan adanya penerapan tata kelola perusahaan.
Untuk menerapkan tata kelola perusahaan diperlukan mekanisme tata
kelola perusahaan. Peran mekanisme tata kelola perusahaan akan mendorong
manajemen mengelola perusahaan dengan baik sehingga perusahaan dapat
menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik. Fenomena yang terjadi
perusahaan sebagai wajib pajak tidak ingin membayar pajak yang besar dan
berusaha mengurangi beban pajak penghasilan yang mereka miliki agar beban
perusahaan menjadi semakin berkurang (Jaya et al., 2013). Sartori (2010) dalam
Annisa (2011) menjelaskan bahwa apabila suatu perusahaan memiliki suatu
mekanisme tata kelola perusahaan yang terstruktur dengan baik maka akan
2
berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan dilihat dari struktur
kepemilikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) sudah pernah diteliti
oleh beberapa peneliti di Indonesia. Fadhilah (2014) menyimpulkan bahwa
proporsi kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Pranata et al., (2013) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Jaya et al., (2013) menunjukkan
bahwa komposisi kepemilikan saham institusional tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance. Annisa dan Kurniasih (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Mengingat masih sedikitnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
Indonesia serta melihat belum adanya konsistensi hasil penelitian dari peneliti-
peneliti sebelumnya maka penelitian tentang pengaruh mekanisme tata kelola
perusahaan terhadap tax avoidance perlu diteliti lagi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan terhadap tax
avoidance yang mana mekanisme tata kelola perusahaan dilihat dari kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah penambahan variabel kepemilikan manajerial. Hal ini
dikarenakan kepemilikan manajerial termasuk dalam mekanisme tata kelola
perusahaan (Triwahyuningtias, 2012). Manfaat dari penelitian ini adalah memberi
masukan bagi seluruh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan
tax avoidance terkait dengan penentuan kebijakan dalam hal mekanisme tata
kelola perusahaan.
KERANGKA TEORITIS
Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan menurut Haruman (2008) dalam Annisa dan
Kurniasih (2012) merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan
antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja
perusahaan. Dengan adanya penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam
3
suatu perusahaan menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh yaitu meningkatkan
kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga
meningkatkan nilai perusahaan, mengembalikan kepercayaan investor
menanamkan modalnya di Indonesia, serta pemegang saham akan merasa puas
dengan kinerja perusahaan (Pranata et al., 2013). Untuk menerapkan tata kelola
perusahaan diperlukan mekanisme tata kelola perusahaan.
Mekanisme tata kelola perusahaan terdiri dari mekanisme internal dan
mekanisme eksternal. Mekanisme internal melibatkan struktur kepemilikan dalam
hal ini kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, serta komposisi
dewan direksi/komisaris, komite audit, dan kualitas audit. Sedangkan mekanisme
eksternal berupa pengendalian pasar (Triwahyuningtias, 2012; Dewi dan Jati,
2014; Fadhilah, 2014; Annisa, 2011; Ujiyantho dan Pramuka, 2007; Siallagan dan
Machfoedz, 2006). Mekanisme tata kelola perusahaan diarahkan untuk menjamin
dan mengawasi sistem dalam sebuah organisasi serta diharapkan dapat
mengontrol biaya keagenan.
Tax Avoidance
Penghindaran pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara
(Fadhilah, 2014). Menurut Utami (2010) dalam Pranata et al. (2013) tax
avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan
beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan
perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak
melanggar peraturan perpajakan.
Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) dalam Annisa (2011) menyebutkan tiga karakter
penghindaran pajak yaitu adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan
seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena
ketiadaan faktor pajak, memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau
menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu
yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang, serta para konsultan
menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat
4
Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin (Council of Executive Secretaries of Tax
Organization, 1991).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh
institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan
institusional akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham oleh
institusional akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak
akan bertindak merugikan pemegang saham (Triwahyuningtias, 2012). Penelitian
yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa (2011) menyatakan
bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau,
mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa
seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki,
dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari
peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. Menurut Khurana (2009)
dalam Fadhilah (2014) menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan
institusional yang lebih besar lebih memungkinkan untuk mengeluarkan,
meramalkan dan memperkirakan sesuatu lebih spesifik, akurat dan optimis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008) dan Astrian et al.,
(2014) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance. Dengan demikian jika proporsi kepemilikan institusional
semakin tinggi, maka tax avoidance semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
adanya monitoring dari pemilik institusi, sehingga menyebabkan kinerja
perusahaan meningkat. Apabila kinerja perusahaan meningkat, maka laba yang
dihasilkan perusahaan tersebut juga meningkat. Hal ini menyebabkan pajak yang
ditanggung perusahaan cukup besar. Walaupun pajak yang ditanggung perusahaan
cukup besar, perusahaan tetap taat pada peraturan perpajakan, supaya nantinya
tidak dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Apabila perusahaan
terkena sanksi administrasi maupun sanksi pidana, perusahaan akan mengeluarkan
biaya lebih banyak untuk membayar sanksi tersebut. Sehingga perusahaan tidak
melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
5
H1: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan Manajerial menurut Pancawati (2009) dalam Senda (2012)
adalah kepemilikan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen.
Kepemilikan manajerial diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham pengendali dengan jumlah saham yang beredar. Menurut
Emrinaldi (2007) dalam Triwahyuningtias (2012) kepemilikan manajerial
diasumsikan mampu mengurangi tingkat masalah keagenan yang timbul dalam
perusahaan. Kepemilikan manajerial ini akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham. Dengan demikian maka kepemilikan saham
oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan
kinerja perusahaan (Rustendi dan Jimmi 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008) menyimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hal ini
disebabkan karena manajer memiliki saham perusahaan. Sehingga manajer akan
meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat, maka
laba yang dihasilkan perusahaan tersebut juga meningkat. Hal ini menyebabkan
pajak yang ditanggung perusahaan cukup besar. Walaupun pajak yang ditanggung
perusahaan cukup besar, perusahaan tetap taat pada peraturan perpajakan, supaya
nantinya tidak dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Apabila
perusahaan terkena sanksi administrasi maupun sanksi pidana, manajer bisa
dipecat dan menyebabkan menurunnya harga saham yang ada di perusahaan.
Sehingga manajer tidak melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap tax avoidance
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI selama periode 2009 hingga 2013, kecuali perusahaan properti. Untuk
menentukan jumlah sampel, maka metode pengambilan sampel menggunakan
6
purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya yaitu 1.)
perusahaan yang melaporkan data laporan keuangan tahunan ke BEI selama
periode 2009 hingga 2013, 2.) selama periode pengamatan perusahaan
mempunyai laba positif sebelum pajak, 3.) perusahaan yang melaporkan data
laporan keuangan tahunan lengkap terkait dengan variabel penelitian pada tahun
2009-2013, seperti kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2009-2013. Data annual report diperoleh melalui
ICMD dan IDX BEI.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah melakukan
pengukuran terhadap tiga variabel penelitian, yaitu tax avoidance sebagai variabel
dependen (Y), kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial sebagai
variabel independen (X).
Tax Avoidance
Tax avoidance diukur dengan Book Tax Gap (BTG) = Earning Before Tax
(EBT) - Laba kena pajak (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Laba Kena Pajak = Beban Pajak Kini (Fadhilah, 2014)
25 %
25 % = Tarif Pph Badan
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur menggunakan prosentase kepemilikan
institusional dan akan dilambangkan dengan INST (Pranata et al., 2013).
INST = jumlah saham yang dimiliki institusi
jumlah saham yang beredar
7
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dilambangkan dengan MOWN (Senda, 2012).
MOWN = kepemilikan saham manajerial
jumlah saham beredar
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif yaitu regresi
linier berganda. Adapun persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
TA (Y) = a + b1INST + b2MOWN + e
Keterangan:
Y = Tax Avoidance
a = konstanta
INST = kepemilikan institusional
MOWN = kepemilikan manajerial
e = nilai error
Sebelum dilakukan uji regresi dilakukan uji asumsi klasik, yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan data sebelum dilakukan uji regresi.Uji
asumsi klasik, terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan
uji heteroskedastisitas (Mardiyati, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Penentuan Sampel
Dari data yang diperoleh bahwa perusahaan yang terdaftar tersebut
sejumlah 482 perusahaan. Dengan teknik pengambilan sampel purposive samping,
maka sampel yang diperoleh sebesar 67 perusahaan. Untuk lebih jelasnya tentang
penentuan pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini
8
Tabel 1
Kriteria Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
Perusahaan
Populasi
Perusahaan dengan data laporan keuangan per 31 Desember
2011.
482
(1)
Kriteria :
Selama periode pengamatan perusahaan yang
mempunyai laba negatif (mengalami kerugian) sebelum
pajak
(28)
(2) Selama periode pengamatan perusahaan yang tidak
menyampaikan data secara lengkap berkaitan dengan kedua
variabel independen
(387)
Jumlah perusahaan sampel yang terdaftar di BEI selama
periode pengamatan
67
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diperoleh sampel sebanyak 67 perusahaan.
Sehingga dengan sampel sebanyak 67 perusahaan akan mendapat 335 data
observasi (67 x 5 tahun).
Statistik Deskriptif Variabel
Setelah memperoleh sampel sebanyak 67 perusahaan, dilakukan uji statistik
deskriptif variabel yang bertujuan untuk mengetahui rata-rata setiap variabel.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
9
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan
institusional (%) 335 10.11 98.40 67.1069 17.88203
Kepemilikan
manajerial (%) 335 .01 70.88 7.2692 11.95139
Tax avoidance
(ribuan rupiah) 335 -247535 4811294 222329.005970 692414.257
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diinterpretasikan bahwa kepemilikan
institusional memberikan indikasi bahwa jumlah saham yang dimiliki institusi
tergolong besar terlihat dengan rata-ratanya sebesar 67.10%. Sedangkan
kepemilikan manajerial memberikan indikasi bahwa jumlah saham yang dimiliki
orang dalam masih tergolong kecil terlihat dengan rata-ratanya sebesar 7.26%.
Sedangkan tax avoidance memberikan indikasi bahwa banyak perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) terlihat dengan rata-ratanya
sebesar Rp 222.329.005.
Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil uji normalitas (lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai
Kolmogorov Smirnov sebesar 1.516 dan tidak signifikan karena signifikansinya
sebesar 0.101 > 0.05, sehingga pengujian mampu menerima Ho (data terdistribusi
secara normal). Berdasarkan uji multikolinearitas (lampiran 1) menunjukkan
bahwa nilai dari tolerance menunjukkan nilai di atas 0.10, sedangkan nilai
Variance Inflaction Factor atau VIF menunjukkan kurang dari 10, sehingga tidak
terjadi multikolinearitas karena telah memenuhi standar Variance Inflaction
Factor dan Tolerance. Berdasarkan uji autokorelasi (lampiran 1) menunjukkan
bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2.093, artinya nilai Durbin Watson lebih besar
dari nilai batas atas (du) sebesar 1.66, sedangkan nilai Durbin Watson sebesar
2.093 juga menunjukkan lebih kecil dari 4-du sebesar 2.34, sehingga tidak terjadi
10
autokorelasi. Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas (lampiran 3) dengan
menggunakan metode white park terlihat bahwa nilai signifikansinya > 0.05,
sehingga telah memenuhi persyaratan heteroskedastisitas.
Persamaan Regresi
Tabel 4
Hasil Persamaan Regresi
Model
Standardized Coefficients
t Sig. Beta
1 (Constant) 3.641 .000
Kepemilikan institusional -.167 -2.487 .013
Kepemilikan manajerial -.139 -2.064 .040
a. Dependent Variable: Tax avoidance
Adjusted R Square = 0.014 F = 3.366 Signifikansi F = 0.036
Nilai Adjusted R Square sebesar 0.014. Hal ini berarti tax avoidance dapat
dijelaskan oleh kedua variabel, yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial sebesar 1.4%, sedangkan sisanya 98.6% dijelaskan oleh variabel lain.
Nilai F hitung sebesar 3.366 dan signifikansi sebesar 0.036 < 0.05. Hal ini berarti
model regresi antara kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
terhadap tax avoidance secara bersama-sama dikatakan fit atau baik.
Analisis dan Pembahasan
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance, sehingga hipotesis
pertama (H1) diterima. Hasil pengujian tersebut dapat diartikan bahwa semakin
besar proporsi kepemilikan institusional maka semakin kecil upaya yang
dilakukan pihak perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax
avoidance). Hal ini disebabkan karena adanya monitoring dari pemilik institusi,
sehingga meningkatkan pengawasan pemilik institusi terhadap perilaku dan
kinerja pihak manajemen yang akan bertindak merugikan pemegang saham.
11
Investor institusi mendorong pihak manajemen untuk menghindari ketidakpatuhan
terhadap peraturan perpajakan karena nantinya perusahaan dapat dikenakan sanksi
administrasi maupun sanksi pidana. Apabila perusahaan terkena sanksi
administrasi maupun sanksi pidana, perusahaan akan mengeluarkan biaya lebih
banyak untuk membayar sanksi tersebut. Sehingga perusahaan tidak melakukan
penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Pohan (2008), Khurana dan Moser (2009), Annisa (2011) dan Astrian et al.,
(2013) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance.
Sebagai contoh PT Gema Grahasarana Tbk. (GEMA) memiliki proporsi
kepemilikan institusional tahun 2010 sebesar 74.74% dan tahun 2011 naik
menjadi 88.35%. PT GEMA melakukan penghindaran pajak (tax avoidance)
tahun 2010 sebesar Rp 27.915.000 dan tahun 2011 turun menjadi Rp 12.480.000.
Sedangkan PT Berlina Tbk. (BRNA) memiliki kepemilikan institusional tahun
2010 sebesar 72.49% dan tahun 2011 turun menjadi 57.81%. PT BRNA juga
melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) tahun 2010 sebesar Rp 9.335.000
dan tahun 2011 naik menjadi Rp 14.377.000.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance, sehingga hipotesis kedua (H2)
diterima. Hasil pengujian tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar proporsi
kepemilikan manajerial, maka semakin kecil upaya yang dilakukan pihak
manajemen untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Hal ini
disebabkan karena manajer memiliki saham perusahaan. Sehingga manajer akan
meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat, maka
laba yang dihasilkan perusahaan tersebut juga meningkat. Hal ini menyebabkan
pajak yang ditanggung perusahaan cukup besar. Walaupun pajak yang ditanggung
perusahaan cukup besar, perusahaan tetap taat pada peraturan perpajakan, supaya
nantinya tidak dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Apabila
perusahaan terkena sanksi administrasi maupun sanksi pidana, manajer bisa
dipecat dan menyebabkan menurunnya harga saham yang ada di perusahaan.
12
Sehingga manajer tidak melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Pohan (2008) yang menyimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Sebagai contoh PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (TMAS) memiliki
proporsi kepemilikan manajerial tahun 2010 sebesar 0.14% dan tahun 2011 naik
menjadi 0.18%. PT TMAS melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) tahun
2010 sebesar Rp 19.788.000 dan tahun 2011 turun menjadi Rp 12.506.000.
Sedangkan PT Bank Windu Kentjana International Tbk. (MCOR) memiliki
kepemilikan manajerial tahun 2010 sebesar 1.52% dan tahun 2011 turun menjadi
1.33%. PT MCOR juga melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) tahun
2010 sebesar Rp 9.520.000 dan tahun 2011 naik menjadi Rp 12.161.000.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance.
Keterbatasan dan Saran
Keterbatasan dalam penelitian ini hanya menggunakan penambahan
variabel kepemilikan manajerial. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya bisa
ditambahkan variabel lain seperti kebijakan hutang. Karena kebijakan hutang
merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Sehingga
kebijakan hutang dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayar perusahaan
kepada fiskus. Selain itu juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap
tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan dan dalam
perusahaan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
Keterbatasan lainnya adalah pengggunaan tarif Pph Badan sebesar 25%.
Dalam penelitian ini, perusahaan yang digunakan sebagai sampel tidak semuanya
menggunakan tarif Pph Badan sebesar 25%, seperti yang terdapat pada Peraturan
Pemerintah No 46 Tahun 2013. Pada Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013,
tarif pajaknya diatur sebagai berikut 1.) Penghasilan Kotor kurang dari Rp4,8
13
Miliar, tarif pajaknya sebesar 1% x Penghasilan Kotor, 2.) Penghasilan Kotor
lebih dari Rp4,8 Miliar sampai dengan Rp50 Miliar, tarif pajaknya sebesar {0.25-
(0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x PKP, 3.) Penghasilan Kotor lebih dari Rp50
Miliar, tarif pajaknya sebesar 25% x PKP. Sehingga untuk penelitian selanjutnya
lebih baik memperhatikan tarif pajak yang digunakan untuk setiap perusahaan.
Implikasi Teori
Penelitian mengenai pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan terhadap
tax avoidance dilihat dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Selanjutnya penelitian ini kiranya
dapat memberikan manfaat bagi peneliti dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarini, Novita dan Ceacilia Srimindarti. 2009. Pengaruh Kepemilikan Saham
Institusional Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kepemilikan Manajerial.
Kajian Akuntansi, Vol. 1, No. 2, Agustus
Annisa, Nuralifmida Ayu. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, Februari.
Annisa, Nuralifmida Ayu dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance. Universitas Sebelas Maret. Jurnal
Akuntansi & Auditing, Vol. 8, No. 2, Mei
Astrian, Afri, Dwi Fitri Puspa, dan Ethika. 2014. Pengaruh Corporate
Governance Dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan I Ketut Jati. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif,
Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Dyreng, Scott D, Michelle Hanlon, dan Edward L Maydew. Long-Run Corporate
Tax Avoidance. Jurnal The Accounting Review, Jilid 83, Hal. 61-82, Januari
14
Fadhilah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang, Maret.
Jaya, Tresno Eka, M. Yasser Arafat, dan Dinda Kartika. 2013. Corporate
Governance, Konservatisme Akuntansi, Dan Tax Avoidance. Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan 4 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Jakarta.
Khurana, I. K. dan W. J. Moser. 2009. Institutional Ownership and Tax
Aggressiveness. www.ssrn.com
Mardiyati, Putri Dwi. 2014. Pengaruh Religiusitas, Kepercayaan, Atas
Pengalaman Dan Informasi, Serta Norma Subyektif Terhadap Niat Pada
Pembiayaan Mudharabah. Skripsi Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Desember.
Pohan, Hotman Tohir. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin
Q, Perataan Laba Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Publik.
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.
Pranata, Febri Mashudi, Dwi Fitri Puspa, dan Herawati.2013. Pengaruh Karakter
Eksekutif Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Jakarta.
Rustendi, Tedi dan Farid Jimmi. 2008. Pengaruh Hutang Dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, Vol. 3, No. 1
Senda, Fransiska Dhoru. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Deviden, Profitabilitas, Leverage Financial, Dan
Investment Opportunity Set Terhadap Nilai Perusahaan.
http://journal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/view/399/372. Di
download 13 Juli 2014.
Triwahyuningtias, Meilinda. 2012. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas Dan Leverage Terhadap
Terjadinya Kondisi Financial Distress. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Juni.
15
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 335
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 6.51401417E5
Most Extreme
Differences
Absolute .301
Positive .301
Negative -.157
Kolmogorov-Smirnov Z 1.516
Asymp. Sig. (2-tailed) .101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Kepemilikan institusional .639 1.566
Kepemilikan manajerial .629 1.591
a. Dependent Variable: Tax avoidance
16
Uji Autokorelasi
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
institusionala
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .141a .020 .014 687561.026 2.093
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan manajerial,
Kepemilikan institusional
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.182E12 2 1.591E12 3.366 .036a
Residual 1.569E14 332 4.727E11
Total 1.601E14 334
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional
b. Dependent Variable: Tax avoidance
17
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 715968.439 196648.530 3.641 .000
Kepemilikan
institusional
-6483.943 2606.696 -.167 -2.487 .013
Kepemilikan
manajerial
-8050.739 3900.215 -.139 -2.064 .040
a. Dependent Variable: Tax avoidance
Uji Heterokedastisitas (Uji White Park)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
institusionala
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Unstandardized
Residual
18
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .066
a .004 -.002
6.82819136E
5
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan manajerial,
Kepemilikan institusional
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.735E11 2 3.368E11 .722 .486a
Residual 1.548E14 332 4.662E11
Total 1.555E14 334
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -
296880.515 195292.308
-1.520 .129
Kepemilikan
institusional 3078.995 2588.718 .081 1.189 .235
Kepemilikan
manajerial 3260.983 3873.317 .057 .842 .400
19
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -
296880.515 195292.308
-1.520 .129
Kepemilikan
institusional 3078.995 2588.718 .081 1.189 .235
Kepemilikan
manajerial 3260.983 3873.317 .057 .842 .400
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual